EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

Martina Kusumawati

Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta Email: Martina.kusumawati@yahoo.com

Abstract

The research aims to observe the effectiveness of cognitive behavioral therapy to improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users) with HIV infection. The cognitive behavioral therapy is therapy that emphasizing the change of thoughts pattern, emotions or feelings and maladaptive behavior becomes more rational and adaptive. This therapy uses a series of behavior cognitive treatment through cognitive and behavioral combination that consist of: (a) psychoeducation, (b) self-presentation, ( c) home work, (d) thought catching, (e) reality testing, (f) positive thinking, (g) focus group discussions, and (h) relaxation. The research subjects are five IDU (Injection Drug Users s) with HIV infection. The data collection base is conducted using self-acceptance scale, interviews and observations. The research design used is The One Group Pre Test- Post Test Design. The analysis used is visual inspection analysis, quantitative analysis and qualitative analysis. The quantitative analysis with hypothesis test is usingnon-parametric Wilcoxon test to observe the existence or absence of the cognitive behavioral therapy influence to improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users s) whit HIV infection. The qualitative analysis is based on interviews, observations and worksheet given during therapy. The results on the effectiveness of cognitive behavioral therapy to improve self- acceptance in IDU (InjectionDrug Users s) with HIV infection indicated that there is significant improvement. According to the statistical tests results of pre-test and post-test measurement with value of Z= -2.023 and p = 0.043, p <0.05. The value also represents the post-test measurement and follow-up stated that there is significant improvement. The conclusion is the cognitive behavioral therapy can improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users) with HIV infection.

Keywords: cognitive behavioral therapy, self acceptance, IDU (Injection Drug Users),

HIV/AIDS

Sejak awal dekade 1980-an sampai berbagai macam masalah psikososial dan dengan saat ini, penyakit Acquired

etika.

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah AIDS itu sendiri adalah penyakit yang menjadi fenomena dan masalah baru dalam

merupakan kumpulan gejala yang timbul bidang kedokteran maupun ilmu-ilmu sosial

karena runtuhnya sistem kekebalan tubuh, (Carroll dalam Tambunan, 2000). Penyakit

akibat infeksi HIV (Human yang sejak berhasil diidentifikasi untuk

Immunodefiency Virus). HIV adalah sejenis pertama kalinya tersebut sampai saat ini

virus perusak sel pusat sistem pertahanan telah menjadi pandemi penyakit menular

tubuh, sehingga sistem yang paling serius dalam masyartakat

pertahanan/kekebalan tubuh menjadi tidak modern, serta menjadi prioritas yang tinggi

berfungsi. Bila sistem dalam agenda kesehatan dunia. Selain itu

pertahanan/kekebalan tubuh menjadi rusak, sebagai masalah kesehatan, kasus-kasus

tubuh tidak lagi memiliki “benteng” sebagai dengan penyakit ini juga dimuati oleh

pelindung terhadap berbagai macam

Jurnal Psikologi Mandiri 51

Martina Kusumawati

penyakit. Akibatnya, berbagai macam tidak berharga, merasa kurang percaya diri, penyakit dapat bersarang di dalam tubuh.

muncul perasaan takut dan belum siap Keadaan semacam ini, pada akhirnya akan

menerima keadaannya.

menyebabkan kematian dan penderitaan Dari hasil wawancara tersebut, secara psikologis (Tambunan, 2000).

kondisi beberapa ODHA menunjukkan HIV (Human Immunodefiency Virus)

adanya perasaan dan pikiran bahwa mereka akan diderita seumur hidup oleh penderita

tidak yakin mampu menjalani kehidupan, dan sangat mudah menular melalui berbagai

perasaan tidak berharga, ada perasaan macam cara yaitu hubungan heteroseksual,

bersalah, tidak percaya diri dengan kondisi baik dari laki-laki kepada perempuan atau

fisik, pikiran ditolak oleh lingkungan sekitar sebaliknya. Selain hal tersebut penularan

dan upaya membatasi bahkan menarik diri HIV melalui jarum suntik biasanya pada

dari lingkungan. Kondisi ODHA dengan pengguna narkoba secara bergantian dan

pikiran dan perasan tersebut perempuan yang terinfeksi HIV juga dapat

menggambarkan bahwa mereka memiliki menularkan pada anaknya selama

pandangan negatif dan rendah tentang kehamilan. Pernyataan di atas diperkuat

dirinya sendiri. Dimana perasaan bahkan dengan hasil wawancara dengan Bapak K,

pikiran negatif akan muncul, karena selain salah satu cara penggunaan narkoba

dampak secara fisik pada umumnya ODHA membutuhkan alat bantu berupa jarum

merasakan yang lebih berat secara suntik. Maraknya operasi yang dilakukan

psikologis. Dapat disimpulkan bahwa oleh pihak kepolisian terhadap peredaran

kondisi yang di alami oleh ODHA di atas jarum suntik mengakibatkan jumlah jarum

adalah kurangnya penerimaan diri. Menurut suntik menjadi semakin sedikit dan sulit

Supratiknya (1995), penerimaan diri adalah diperoleh. Menurut Bapak K yang

memiliki penghargaan yang tinggi terhadap merupakan salah satu anggota rapat yang

diri sendiri, atau tidak bersikap sinis dilakukan oleh KPAI dan BNN pada tahun

terhadap diri sendiri. Penerimaan diri 2003, hal tersebut mendorong perilaku

berkaitan dengan kerelaan membuka diri bergantian jarum suntik yang

atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan mengakibatkan merebaknya HIV pada IDU

reaksi kepada orang lain, kesehatan (Injection Drug Users).

psikologis individu serta penerimaan Berdasarkan hasil wawancara dengan

terhadap orang lain. Penerimaan diri pada subjek A yang merupakan mantan pengguna

ODHA adalah suatu proses yang narkoba dengan jarum suntik dan terinfeksi

berkelanjutan setelah positif dinyatakan HIV. Menurut subjek A penularan HIV

terkena HIV/AIDS.

dapat terjadi pada kelompok beresiko HIV adalah singkatan dari Human seperti para pemakai narkoba dengan jarum

Immunodeficiency Virus. Virus yang suntik, dimana mereka menggunakan jarum

menyebabkan rusaknya/melemahnya suntik yang sama dengan pengguna lain

sistem kekebalan tubuh manusia. Sementara sehingga terjadi kontaminasi dalam darah

AIDS (Acquired Immunodeficiency dan kelompok ini yang paling banyak

Syndrome) adalah suatu penyakit fatal yang terkena virus HIV. Selain itu perilaku seks

disebabkan oleh virus penurun kekebalan tidak aman atau bebas, individu yang

tubuh manusia (HIV), biasanya ditularkan berganti-ganti pasangan dan tidak

dalam hubungan seksual atau dengan menggunakan alat kontasepsi meskipun

menggunakan jarum suntik yang telah mengetahui terkena virus tersebut.

sebelumnya terinfeksi oleh orang yang Dampak secara fisik dari virus HIV adalah

positif terinfeksi HIV. Penyakit ini rusaknya sistem kekebalan tubuh dan

menurunkan sistem imun hingga ke tingkat penderita mudah terkena berbagai macam

yang membuat seseoarang akhirnya tewas penyakit. Sementara dampak psikologis

karena kanker atau karena salah satu dari adalah beberapa penderita merasa dirinya

sejumlah infeksi yang di alami oleh

52 Jurnal Psikologi Mandiri

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

penderita (Davison, Neale, Kring, 2006). pengalaman-pengalamannya) adalah Seperti telah dipaparkan di atas

dengan memprogram fungsi neuro-nya bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit

(otak) dengan menggunakan bahasa yang masih sulit disembuhkan. Selain

(linguis). Setelah kedua proses terjadi, maka karena obat yang bisa membuat

selanjutnya seseorang akan berusaha untuk penderitanya sembuh total belum

belajar bereaksi tertentu pada suatu situasi ditemukan hanya terapi obat yang menekan

tertentu, dan membangun pola-pola jumlah virus yang tersedia, sementara laju

otomatis atau program-program, yang penularan virusnya juga sangat cepat.

terjadi di sistem neurologi maupun di sistem Terlepas dari kemajuan terapi obat terdapat

bahasa kita (ini yang disebut dengan istilah kesepakatan luas bahwa sejauh ini strategi

programming). NLP (Neuro Linguistic terbaik adalah pemberian psikoterapi baik

Programming) telah diberikan kepada melalui perubahan perilaku (behavioural

penyandang cacat tubuh namun terdapat therapy) maupun terapi psikologi yang

kelemahan yaitu tidak mudah untuk berkaitan dengan kognitif (Davison, Neale,

melakukan standarisasi dalam terapi NLP Kring, 2006).

(Neuro Linguistic Programming). Berdasarkan wawancara lebih lanjut

Terapi yang lain adalah cognitive dengan subjek D, upaya-upaya yang telah

behavioural therapy. Cognitive behavioural dilakukan oleh ODHA dalam kaitannya

therapy merupakan gabungan beberapa untuk meningkatkan penerimaan diri adalah

teknik terapeutik yang tidak hanya terfokus memberikan dukungan kelompok.

pada perilaku tetapi juga kesalahan berpikir Dukungan kelompok ODHA ini berupa

dan kognisi (Nevid, Rathus, Greene, 1997). kunjungan rumah, kunjungan rumah sakit

Cognitive behavioural therapy memiliki dan pertemuan rutin. Kunjungan rumah dan

asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan kunjungan rumah sakit dilakukan ketika ada

mempengaruhi perilaku dan perubahan ODHA yang mengalami masalah baik

pada kognisi ini dapat menghasilkan kesehatan fisik maupun psikis.

perubahan perilaku yang diharapkan. Salah Salah satu psikoterapi yang dapat

satu terapi yang dapat dilakukan untuk diberikan kepada ODHA yang IDU adalah

mengubah pola pikir, perasaan dan perilaku dukungan sosial. Menurut Jacobson (dalam

yang maladaptif menjadi adaptif adalah Orford, 1992) dukungan sosial adalah salah

cognitive behavioural therapy. Dimana satu bentuk tingkah laku yang

cognitive behavioural therapy ini pada menumbuhkan perasaan nyaman dan

dasarnya akan mempengaruhi perasaan dan membuat individu percaya bahwa individu

perilaku kita, pemikiran yang negatif dan dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa

tidak realistis akan menyebabkan distres orang lain bersedia memberikan perhatian

dan berpengaruh pada pengambilan dan keamanan. Terapi ini dapat berjalan jika

u s a n terdapat kerjasama yang baik antara

(http://wikipedia.org/wiki/cognitivebehavi beberapa pihak antara lain keluarga,

oraltherapy, Maret 2013).

lingkungan sekitar dan LSM terkait, hal Adapun dasar pemilihan cognitive tersebut juga yang menjadi keterbatasan

behavioural therapy dalam penelitian ini dalam terapi dukungan sosial.

yang pertama adalah sesuai dengan masalah Menurut Wrastari dan Handadari

penerimaan diri pada ODHA dimana (2003) terapi untuk meningkatkan

terdapat skema kognitif yang negatif penerimaan diri adalah NLP (Neuro

ataupun munculnya distorsi kognitif dengan Linguistic Programming). NLP salah satu

karakteristik berupa perasan dan pikiran terapi kognitif yang merupakan salah satu

bahwa mereka tidak yakin mampu cara membuat seseorang dapat mampu

menjalani kehidupan dan perasaan tidak untuk memetakan semua proses yang terjadi

berharga. Proses kognisi akan di dalam otaknya (didasarkan pada

mempengaruhi seseorang dalam

Jurnal Psikologi Mandiri 53

Martina Kusumawati

berperilaku. Proses kognisi ini akan menjadi terapi dukungan sosial yang hanya faktor penentu dan menjelaskan bagaimana

menangani gejala-gejala yang terlihat dari manusia berpikir, merasa dan bertindak.

luar saja dan tidak menangani akar Alasan kedua adalah pikiran, perasaan dan

permasalahan yang sebenarnya sehingga tingkah laku saling berhubungan secara

kondisi tersebut dapat memungkinkan kasual atau saling berpengaruh. Dengan

terulang kembali gangguan yang dialami demikian pendekatan yang digunakan harus

individu tersebut. Menurut Nevid (1997), dapat mengatasi kecenderungan yang

cognitive behavioural therapy merupakan dialami oleh ODHA yang kurang dalam

gabungan beberapa teknik terapi yang tidak penerimaan diri dalam hal ini sudah muncul

hanya berfokus pada perilaku tetapi juga perilaku seperti marah, membatasi

kesalahan berpikir dan kognisi, sehingga pergaulan bahkan menarik diri.

peneliti ingin melakukan penelitian Cognitive behavioural therapy

mengenai efektivitas terapi kognitif dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk

perilaku untuk meningkatkan penerimaan kelompok terapi dengan pertimbangan

diri pada IDU (Injection Drug Users) yang bahwa terapi kelompok membantu individu

terinfeksi HIV.

mengurangi isolasi sosial, memperoleh Cognitive behavioural therapy dukungan, motivasi, membangun

merupakan hasil dari evolusi pemikiran dari lingkungan yang aman untuk menguji

beberapa tokoh seperti Aaron Beck, Albert pemikiran dan perilaku melalui masukan

Ellis dan Donald Meichenbaum secara perspektif dari anggota lain, mencontoh dan

bertahap dalam ilmu psikologi yang dimulai mempelajari bagaimana strategi yang

sebagai reaksi dari teori psikoanalisa yang diterapkan anggota lain. Sesuai dengan

mendominasi psikologi klinis dan psikiatri konsep Yalom (Bieling, Mccabe & Antony,

pada tahun 1960an. Teori behavior atau 2006) yang mendeskripsikan sembilan

perilaku yang muncul pada tahun 1960an faktor terapeutik yang relevan yang

dan awal tahun 1970an memiliki asumsi disediakan oleh kelompok dan bagaimana

bahwa perkembangan dan pemeliharaan tiap faktor dapat dikembangkan dalam

perilaku mengacu pada prinsip-prinsip lingkungan kelompok untuk menghasilkan

belajar.

perubahan. Sembilan faktor tersebut adalah Cognitive behavioural therapy penanaman harapan, universality, memberi

berusaha untuk mengintegrasikan teknik- atau menanamkan informasi, altruisme,

teknik terapeutik yang berfokus untuk rekapitulasi korektif dari kelompok

membantu individu untuk melakukan keluarga utama dan pembelajaran

perubahan-perubahan, tidak hanya pada interpersonal, perkembangan teknik-teknik

perilaku nyata, tetapi juga dalam pemikiran, sosialisasi, perilaku meniru, kohesi

keyakinan dan sikap yang mendasarinya. kelompok, dan katarsis.

Te o r i c o g n i t i v e b e h a v i o r y a n g Cognitive behavioural therapy

dikembangkan oleh Aaron Beck yang merupakan kombinasi strategi kognitif dan

berfokus pada proses pikir dan emosi klien, perilaku. Konsep dasar terapi ini adalah

terapis mengkonfrontasi pikiran dan emosi bahwa pola pemikiran manusia terbentuk

yang salah dengan memodifikasi proses melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-

berpikir klien terhadap masalah yang respon, yang saling terkait dan membentuk

dihadapinya. Terapis diharapkan mampu jaringan dalam otak. Terapi lain seperti

membantu klien untuk mencari keyakinan terapi kognitif tidak dipilih oleh peneliti

yang bersifat dogmatis dalam diri klien dan dikarenakan terapi NLP (Neuro Linguistic

secara kuat dicoba untuk menguranginya Programming) hanya menfokuskan pada

(Sundberg, 2007).

perubahan skema kogntif dan kurang tidak Pendekatan dalam cognitive berperan dalam mengubah perilaku yang

behavioural therapy juga menggunakan maladaptif pada ODHA, begitu pula dengan

model psikoedukasi, menekankan pada

54 Jurnal Psikologi Mandiri

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

peran tugas rumah, menempatkan tanggung Helmi (1998) yang menyatakan penerimaan jawab pada klien untuk secara aktif

diri yang baik adalah sejauhmana seseorang mengikuti terapi baik selama proses terapi

dapat menyadari dan mengakui ataupun diluar terapi,memberikan

karakteristik pribadi dan menggunakannya gambaran tentang proses kognitif dan

dalam menjalani keberlangsungan strategi perilaku untuk menciptakan

hidupnya. Sikap penerimaan diri perubahan, sehingga terapi tepat digunakan

ditunjukkan oleh pengakuan seseorang untuk social problem solving. Menurut

terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus D'Zurilla (dalam Sundberg, 2007) bahwa

kelemahannya tanpa menyalahkan orang intervensi dan prevensi klinis berdasarkan

lain dan mempunyai keinginan yang terus asumsi bahwa social problem solving menerus untuk mengembangkannya. berkorelasi positif dengan kompetensi

Berdasarkan hasil wawancara sosial dan berkorelasi negatif dengan

yang dilakukan pada ODHA mantan psikopatologi atau perilaku maladaptif. Hal

pengguna narkoba jarum suntik ini juga diasumsikan bahwa latihan

menjelaskan bahwa mereka merasa tidak ketrampilan mengatasi masalah akan

mampu menghadapi kehidupan, tidak meningkatkan kompetensi sosial dan

berharga, merasa dirinya lebih rendah dari membantu mengurangi perilaku maladaptif

orang lain, tidak mampu memikul tanggung serta membantu orang mengatasi stres dan

jawabnya dan membatasi pergaulan. Hal ini masalah-masalah baru.

menunjukkan bahwa OHDA tersebut tidak Masalah kesehatan dalam

memiliki penerimaan diri yang baik. kehidupan kita sangat menarik perhatian,

Sarafino (2002) yang telah melakukan setiap hari bahkan setiap saat. Berita-berita

penelitian dan wawancara terhadap orang- mengenai timbulnya penyakit baru, yang

orang yang terinfeksi HIV/AIDS belum ditemukan penanggulangannya,

menjelaskan bahwa mereka mengalami pengobatan, bahkan penyebabnya, sangat

beberapa masalah seperti penolakan, marah mencemaskan kita semua Penyakit kronis

dan penerimaan diri.

yang telah lama merupakan tantangan di Pada penelitian ini cognitive bidang kesehatan, seperti penyakit kanker,

behavioural therapy yang akan dilakukan penyakit jantung, diabetes dan hepatitis,

untuk meningkatkan penerimaan diri pada ditambah lagi munculnya virus HIV/AIDS

ODHA mantan pengguna narkoba jarum yang masih merupakan masalah baru,

suntik, komponen yang akan diberikan semua itu merupakan sumber stres/stresor

adalah psikoedukasi, self presentation, yang tak dapat diabaikan. Sehat menjadi

tugas rumah (home work), thought catching, idaman, bahkan dambaan setiap orang dan

testing realitas, berpikir positif, FGD (focus perlu disadari, bahkan sehat dan sakit

group discussion) dan relaksasi. Adapun dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor,

alasan diberikan psikoedukasi dalam terapi antara lain kondisi fisik, latihan fisik,

ini adalah untuk pengetahuan dan kondisi makan, kondisi stres, hubungan

pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan sosial, gaya hidup, pola perilaku,

dengan permasalahan yang ada. Pemberian penyesuaian diri dan penerimaan diri

tugas rumah (home work) adalah untuk (Partosuwido, 1995).

memonitoring perunahan yang ada pada Cronbach (1963) menjelaskan

subjek penelitian dan melatih kemampuan bahwa penerimaan diri merupakan

atau ketrampilan yang telah diberikan saat karakteristik yang ada pada seseorang

proses terapi. Subandi (2003) menjelaskan dimana orang tersebut menyadari dan

thought catching adalah penangkapan menerima bahwa dirinya memiliki

pikiran untuk memantau dan merekam atau keterbatasan, kelemahan dan

memunculkan dialog pada diri sendiri saat ketidaksempuraan namun mampu mampu

dihadapkan pada situasi apapun, thought menjalani kehidupannya. Sejalan dengan

catching juga akan dimanfaatkan pada

Jurnal Psikologi Mandiri 55

Martina Kusumawati

proses selanjutnya yaitu testing realitas pemahaman dibutuhkan. yang akan menggugurkan pikiran negatif

e. Usia minimal 20 tahun dengan alasan dan mengubah serta mengganti pikiran

jumlah kasus AIDS terbanyak pada menjadi positif. Komponen lain adalah

rentang usia 20-29 tahun dan 30-39 focus group discussion (FGD) dalam bentuk

tahun seperti yang telah dipaparkan terapi kelompok dimana para subjek saling

pada bab I.

memberikan motivasi dan dukungan terhadap langkah-langkah yang akan

Rancangan Penelitian

dilakukan dalam situasi tertentu dimana Rancangan penelitian yang individu harus dapat menentukan sikapnya

digunakan dalam penelitian ini adalah The tanpa menyinggung orang lain. Terakhir

One Group Pre-test – Post-test Design yaitu adalah teknik relaksasi yang bertujuan

sebuah rancangan yang digunakan dengan untuk membuat subjek merasa lebih rileks

cara memberikan perlakuan pada jangka dan mengurangi perasaan tidak nyaman.

waktu tertentu serta mengukurnya dengan Pelaksanaannya akan dilakukan dalam lima

tes sebelum (pre-test) dan sesudah (post- sesi per sesinya 60-150 menit selama empat

test) perlakuan dilakukan. Pada paradigma kali pertemuan dan setiap minggunya akan

ini terdapat pra tes sebelum diberi perlakuan dilakukan dua kali pertemuan. Pertemuan

sehingga hasil perlakuan dapat diketahui pertama sampai dengan ketiga akan

lebih akurat, karena dapat membandingkan dilakukan proses terapi dan pada pertemuan

dengan keadaan sebelum diberi perlakuan keempat akan dilakukan follow up untuk

(Cook & Campbell, 1979). Rancangan ini mengetahui sejauhmana pengaruh cognitive

dipilih karena pada penelitian ini hanya behavioural therapy dan penerapannya

menggunakan satu kelompok yang akan dalam kehidupan sehari-hari.

diberikan perlakukan. Pre-test dilakukan Oleh karena itu, judul penelitian

untuk mengetahui tingkat penerimaan diri yang akan diangkat dalam penelitian ini

sebelum diberikan perlakukan atau terapi. adalah ”efektivitas cognitive behavioural

Post-test digunakan untuk kembali therapy untuk meningkatkan penerimaan

perubahan yang mungkin terjadi pada diri pada IDU (Injection Drug Users) yang

tingkat penerimaan diri ODHA pengguna terinfeksi HIV”.

narkoba jarum suntik setelah mengikuti seluruh proses cognitive behavioural

METODE PENELITIAN

therapy. Berikut rancangan penelitiannya:

Subjek Penelitian Tabel 1. Rancangan Penelitian Sumber data yang digunakan Pre-

Treatment

Post- Follow

dalam penelitian pada ODHA dengan

test

test Up

beberapa karakteristik tertentu dengan

X T2 T3 berbagai pertimbangan seperti :

T1

Keterangan :

a. Pengguna narkoba jarum suntik

= Pengukuran Pre-Test (Injection Drug Users)

T1

T2

= Pengukuran Post-Test

b. Subjek pada fase denial sudah mengisi

= Pengukuran Follow Up skala penerimaan diri dengan hasil

T3

X = Perlakuan

menunjukkan berada pada kategori rendah atau sedang.

Pengumpulan Data

c. Terdeteksi infeksi HIV antara 6 bulan - Menurut Bungin (2007) metode

2 tahun pengumpulan data dilakukan melalui

d. Pendidikan minimal SMU dengan beberapa hal antara lain adalah penentuan alasan pada cognitive behavior therapy

sampel, pembuatan quesioner, dan teknik akan diberikan psikoedukasi sehingga

wawancara. Menurut Gray, Williamson, kemampuan secara kognitif dalam hal

Karp, Dalphin, 2007) metode pengumpulan

56 Jurnal Psikologi Mandiri

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

data terdiri dari observasi, alat ukur, dan

Intervensi

rekaman informasi. Ada 3 cara metode Desain perlakuan yang diberikan pengumpulan data yang digunakan dalam

mengacu pada konsep cognitive penelitian tentang efektifitas cognitive

behavioural therapy, yaitu mengubah pola behavioural therapy untuk meningkatkan

pikir, emosi atau perasaan dan perilaku yang pada ODHA pengguna narkoba jarum

maladapitif menjadi lebih rasional dan suntik :

adaptif. Peneliti akan menggunakan

a. Observasi dan Wawancara

kombinasi dari beberapa teknik cognitive Observasi yang digunakan adalah

behavioural therapy yang berisi psikoedukasi, self presentation, self

observasi eksperimental, dimana observer monitoring, home work, thought catching,

melakukan pengamatan pada saat subjek dalam situasi eksperimental atau diberikan

berpikir positif, FGD (focus group perlakuan. Sedangkan pencatatan observasi

discussion) , testing realitas dan relaksasi yang akan dilakukan dalam empat kali

menggunakan anecdotal record, yaitu pertemuan. Dengan keterangan sebagai

pencatatan segera semua perilaku yang

berikut ini:

ditunjukkan oleh subjek, baik selama proses eksperimen maupun wawancara.

a. Perkenalan dan psikoedukasi tentang Wawancara yang digunakan adalah

terapi yang akan diberikan, pada sesi ini termasuk pemberian pre-test dan

wawancara bebas terpimpin, dimana perkenalan terapis serta observer.

terdapat interview guide yang digunakan

b. Psikoedukasi tentang penerimaan diri oleh peneliti, namun cara penyajiannya

bersifat fleksibel disesuaikan dengan situasi

dan HIV/AIDS

c. Self presentation, home work, self Wa w a n c a r a d i l a k u k a n p a d a s a a t

dan kondisi serta kebijaksanaan interviewer.

monitoring, thought catching, berpikir positif, FGD (focus group discussion),

pengumpulan data awal dan pada saat testing realitas dan relaksasi.

melakukan follow up kepada subjek setelah diberikan tritmen. Adapun pertanyaan yang

d. Evaluasi dan terminasi dimana akan diberikan adalah (a) bagaimana

pemberian post-test dan penguatan oleh terapis dengan mengevaluasi semua

perasaan subjek saat positif terinfeksi HIV, sesi, diharapkan peserta

(b) bagaimana reaksi subjek saat positif mempraktekkan dalam kehidupannya

terinfeksi HIV, (c) bagaimana reaksi lingkungan subjek saat positif terinfeksi

dan dapat menjalani hidup lebih baik. HIV, seperti keluarga, teman, dan e. Follow up untuk mengetahui

lingkungan sekitar, (d) apa pengaruh sejauhmana pengaruh sejauh mana penyakit HIV baik secara psikis, fisik, dan

pengaruh terapi kognitif perilaku pada klien dan penerapannya dalam

kehidupan sosial, (e) upaya yang telah dilakukan, (f) harapan subjek.

kehidupan sehari-hari.

b. Pembuatan Quensioner

Pemberian terapi akan dilakukan Salah satu metode pengumpulan

sebanyak lima sesi dalam empat kali data dilakukan dalam penelitian ini adalah

pertemuan, dimana setiap pertemuan akan dilakukan selama 60-150 menit. Follow up

dengan menggunakan quesioner yang berupa skala penerimaan diri (Sari, 2002)

akan dilakukan pada pertemuan keempat yang telah dimodifikasi disesuaikan dengan

dengan jarak satu bulan dari pertemuan pada kondisi subjek pada penelitian ini

ketiga.

berdasarkan teori Sheerer yang sudah memenuhi syarat validitas dan reabilitas.

Metode Analisis Data

Penggunanaan skala penerimaan diri (Sari, Metode analisis data yang 2002) adalah untuk mengetahui tingkat

digunakan penelitian dengan menggunakan penerimaan diri ODHA pengguna narkoba

cognitive behavioural therapy untuk jarum suntik.

meningkatkan penerimaan diri pada mantan

Jurnal Psikologi Mandiri 57

Martina Kusumawati

pengguna narkoba dengan jarum suntik yang terinfeksi HIV dari suami adalah dengan menggunakan standar skoring skala penerimaan diri telah diciptakan dan diujicobakan oleh Sari (2002) untuk melihat tingkat penerimaan diri yang dialami oleh individu. Analisis kuantitatif untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Non-Parametric Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sebelum diberikan perlakuan (pre- test), sesudah perlakuan (post-test) dan tindak lanjut (follow up) dalam sebuah kelompok. Analisis data menggunakan

Grafik 1. Hasil Skor Skala Penerimaan

SPSS for Windows versi 16.0 (Santoso,

Diri Subjek Penelitian

2008). Peneliti juga akan menggunakan Grafik di atas menunjukkan analisis data dengan analisa visual atau

perbandingan adanya perubahaan visual inspection yaitu analisis yang

penerimaan diri pada tiap-tiap subjek menginterpretasikan hasil melalui data

penelitian pada saat pre-test, post-test, dan grafik secara akurat dan bermakna dengan

follow up. Perubahan penerimaan diri yang melihat perubahan perilaku yang terjadi dan

signifikan dapat dilihat melalui perubahan melihat hubungan perubahan perilaku

skor penerimaan diri yang diperoleh oleh dengan pemberian intervensi (Coopper,

subjek penelitian.

Heron & Heward, 1987).

Analisis Kuantitatif

Analisis kualitatif akan dilakukan Data penelitian di bawah ini dalam penelitian ini yang bertujuan untuk

mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari 5 melihat reflektif dan menjelaskan dinamika

subjek penelitian. Data tersebut merupakan psikologis proses cognitive behavioural

hasil dari pengukuran awal (pre-test), therapy yang terjadi pada masing-masing

pengukuran akhir (post-test) dan subjek yang mendukung hasil standar skala

pengukuran ulang (follow-up). Deskripsi penerimaan diri yang telah didapat dari

data subjek penelitian dapat dilihat pada masing-masing subjek. Analisis data secara

tabel berikut:

kualitatif dilakukan berdasarkan hasil observasi, wawancara, hasil skor skala

Tabel 2. Deskripsi Statistik Penerimaan

penerimaan diri, lembar kerja dan tugas

Subjek SH

Subjek EA

Subjek DI

Subjek LD Subjek DA

HASIL PENELITIAN 175

50 (Sedang) 34 (Rendah) 33 (Rendah)

71 (Tinggi) 64 (Sedang) 46 (Sedang)

Test

Analisis Visual Inspection 50 (Sedang)

76 (Tinggi) 75 (Tinggi)

Analisa visual inspection adalah berupa grafik, dimana grafik ini akan

Berdasarkan perolehan skor dan menyajikan data subjek dalam penelitian

kategori pada tabel di atas diketahui bahwa mengenai efektifitas cognitive behavioural

subjek penelitian memiliki tingkat therapy untuk meningkatkan penerimaan

penerimaan diri yang tergolong rendah dan diri pada IDU (Injection Drug Users).

sedang. Setelah diberikan cognitive Berikut adalah data hasil peningkatan

behavioural therapy, diketahui adanya penerimaan diri subjek berdasarkan skala

peningkatan penerimaan diri pada subjek, penerimaan diri yang telah diberikan pada

hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh saat pre-tes, post-test dan follow up : dan peningkatan tingkat penerimaan diri

58 Jurnal Psikologi Mandiri

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

atas menunjukan adanya peningkatan skor therapy berhasil meningkatkan diri pada post-test penerimaan diri setelah pemberian

IDU (Injection Drug Users) yang terinfeksi cognitive behavioural therapy. Pada hasil

HIV. Hasil penelitian ini secara umum tindak lanjut (follow Up) atau pengukuran

menemukan bahwa cognitive behavioural ulang kepada subjek penelitian setelah satu

therapy mampu membantu IDU yang bulan mendapatkan cognitive behavioural

terinfeksi HIV dalam meningkatkan therapy diketahui tidak ada penurunan

penerimaan diri. Hasil analisa statistik penerimaan diri berdasarkan kategori. Dan

terhadap uji hipotesis menyatakan adanya terdapat satu subjek yang mengalami

perbedaan yang signifikan pada tingkat peningaktan penerimaan dari tingkat sedang

penerimaan diri pada subjek setelah ke tingkat tinggi.

mendapat cognitive behavior therapy. Pada Hipotesis dalam penelitian ini

saat pengukuran ulang (Follow Up) terlihat adalah cognitive behavioural therapy

juga peningkatan penerimaan diri pada memiliki efektivitas dalam meningkatkan

subjek.

penerimaan diri pada IDU (Injection Drug Berdasarkan hasil dari berbagai U s e r s ) y a n g t e r i n f e k s i H I V. A d a

analisa yang dilakukan, secara analisa peningkatan penerimaan diri pada subjek

visual inspection, analisa kuantitatif dan penelitian antara sebelum dan sesudah

analisa kualitiatif ditemukan adanya diberikan terapi kognitif perilaku.

peningkatan penerimaan diri pada IDU yang Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji

terinfeksi HIV. Peningkatan penerimaan diri statistik Non-Parametric Wilcoxon. Hasil

tidak terjadi secara dramatis namun secara analisis data dengan uji 2 related sample

bertahap, karena adanya insight dan proses Wilcoxon terdapat pada tabel di bawah ini :

pengenalan serta pembelajaran mengenai ketrampilan baru selama terapi.

Rangkuman Uji statistik Non-

Peningkatan yang dialami oleh subjek

Parametric Wilcoxon

penelitian dipantau melalui pre-test, post- test dan follow up. Banyak proses yang

dialami oleh subjek penelitian sehingga di Pre test-Post

Pengukuran Z

Keterangan

awal terapi, baik terapis dan subjek berusaha test

Signifikan

2,023 menjalin rapport yang baik untuk Post

memberikan rasa nyaman dan aman selama Follow up

terapi berlangsung.

Pada tabel 11 menunjukkan bahwa

Secara analisa visual inspection pada pre-test dan post-test ada perbedaan

yang didapatkan dari hasil pre-test, post-test penerimaan diri yang signifikan pada subjek

dan follow up menunjukkan adanya penelitian, hal ini ditunjukkam dengan nilai

peningkatan penerimaan diri dengan hasil Z= -2,023, p=0,043 (p<0,05). Pada post test

yang beragam. Pada pre-test, terdapat empat dan follow up ada perbedaan penerimaan

dari lima subjek yang berada pada kategori diri pada subjek penelitian, hal ini

penerimaan diri rendah dan satu subjek ditunjukkan dengan Z= -2,023, p=0,043.

berada pada kategori penerimaan diri Dari hasil uji hipotesis dapat

sedang. Subjek dengan kategori penerimaan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

diri sedang adalah DI, diketahui dari hasil penerimaan diri yang signifikan setelah

wawancara yang telah dilakukan DI diberikan terapi pada subjek penelitian dab

mengaku bahwa dirinya mempunyai ada perbedaan penerimaan diri pada subjek

kesadaran akan resiko sebagai IDU setelah dilakukan follow up.

(Injection Drug Users), yaitu dapat dengan mudah terinfeksi HIV. Berbeda dengan

Analisis Kualitatif

subjek-subjek yang lain, kurang adanya Penelitian ini bertujuan untuk

kesadaran tentang resiko menjadi IDU. melihat apakah cognitive behavioural

Faktor lain yang berkaitan adalah dukungan

Jurnal Psikologi Mandiri 59

Martina Kusumawati

orang terdekat, DI mengaku bahwa dirinya berusaha untuk membuka diri terhadap mendapatkan dukungan dari orang terdekat

lingkungan dan mau bersosialisasi seperti yaitu pacar. DI mempunyai keberanian

orang pada umumnya.

untuk “open status” dengan pacarnya dan Dari beberapa keberhasilan subjek mendapatkan respon yang baik, berbeda

yang mengikuti terapi, yaitu SH dan LD dengan kondisi yang dialami oleh DA yang

adalah dua orang subjek yang terlihat secara berada pada kategori penerimaan diri

sungguh-sungguh mengikuti apa yang telah rendah. DA menceritakan bahwa dirinya

diajarkan selama terapi. Peningakatan mengalami penolakan bahkan perceraian

perilaku yang dialami, dibuktikan dengan dengan orang terdekatnya (isteri) ketika DA

berkurangnya perasaan gelisah, cemas dan berusaha untuk “open status”. Sehingga

pola tidur yang membaik. Di awal terapi dapat dikatakan bahwa dukungan dari orang

semua subjek penelitian mengaku terdekat juga memberikan pengaruh

mengalami kekhawatiran, kecemasan, terhadap penerimaan diri pada subjek

gelisah dan ada masalah pola tidur, tetapi penelitian.

yang berhasil mengalami peningkatkan Temuan lain pada analisa visual

hanya SH dan LD. Mereka berdua melatih inspection adalah terdapat dua subjek yang

(melakukan di rumah) apa yang diajarkan berada pada kategori penerimaan diri tinggi

dalam hal ini adalah relaksasi selama terapi setelah mengikuti cognitive behavioural

sedangkan tiga subjek lain tidak therapy, dua subjek tersebut adalah DI dan

melakukannya.

LD. Dari data yang ada diketahui bahwa Keberhasilan terapi ini sangat kedua subjek ini memiliki latar belakang

didukung oleh kemauan dan keseriusan para pendidikan yang lebih tinggi (mahasiswa

subjek selama mengikuti terapi. Selain dari strata-1) dibandingan dengan tiga subjek

faktor internal, terdapat pula faktor lain yang lain (lulusan SMA). Dengan ini dapat

yang berpengaruh selama proses terapi yaitu disimpulkan bahwa latar belakang

kegiatan yang dilakukan melibatkan subjek pendidikan ikut berpengaruh terhadap

secara aktif dengan mengerjakan lembar peningkatan penerimaan diri.

kerja dan tugas rumah. Walaupun selama Secara analisa kualitatif ditemukan

mengerjakan lembar kerja menimbulkan bahwa masalah-masalah yang seringkali

kebosanan, namun subjek diajak secara dialami oleh subjek penelitian mulai

langsung untuk berpikir dan mengenali menemukan cara penyelesaiannya.

dirinya sendiri, sehingga mereka tidak Permasalahan seperti perasaan tidak

berperan pasif selama proses terapi. Latar mampu menjalani masa depan, perasaan

belakang pendidikan, dukungan orang tidak berharga, tidak percaya diri, menarik

terdekat dan pengetahuan yang diri dari lingkungan dan stigma negatif dari

berhubungan dengan penyakit yang diderita masyarakat terhadap IDU yang terinfeksi

merupakan faktor eksternal yang HIV. Permasalahan tersebut diatasi dengan

mempunyai pengaruh terhadap peningkatan cara berpikir positif, subjek LD dan SH

penerimaan diri.

mengaku ketika mereka berpikir secara Faktor ekternal lainnya adalah positif maka harapan-harapan akan tercapai.

proses terapi ini dilakukan secara Menurut SH, berpikir positif juga

berkelompok, yaitu dengan lima orang yang memberikan pengaruh terhadap

positif terinfeksi HIV yang tertular melalui kesehatannya dan aktivitasnya. DI dan LD

narkoba dengan jarum suntik. Hal ini mengutarakan mampu menumbuhkan

berpengaruh dalam peningkatan kepercayaan diri dan mereka yakin mampu

penerimaan diri pada subjek karena mereka untuk melanjutkan kuliahnya lagi yang

tidak merasa sendiri mengalami sempat tertunda. Ada keinginan dari

permasalahan yang dihadapi dalam beberapa subjek yang akan mengikuti VCT

kehidupan. Hal ini membuat mereka bisa dan ARV. Semua subjek mengaku telah

lebih terbuka selama proses terapi

60 Jurnal Psikologi Mandiri

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

dilakukan. Adanya keterbukaan sangat dapat mengatasi masalah yang mereka membantu dalam proses terapi, karena

alami baik dari segi kognisi, afeksi maupun subjek dapat saling belajar dan memiliki

perilaku.

banyak referensi untuk bisa mengenal Dalam tahapan self presentation, pikiran dan perasaan dari suatu perilaku

subjek diajak untuk menggambarkan atau yang mereka lakukan. Sejalan dengan

mempresentasikan dirinya baik kelebihan Yalom (Bieling, Mccabe & Antony, 2006)

maupun kekurangnya kemudian dilakukan yang menyatakan bahwa dalam terapi

testing realita. Di awal terapi masih kelompok, memungkinkan individu untuk

ditemuakan perasaan dan pikiran negatif memperoleh dukungan, motivasi dan dapat

yang dialami oleh subjek penelitian, membangun lingkungan yang aman untuk

sehingga diminta untuk menemukan bukti- menguji pemikiran dan perilaku melalui

bukti nyata tentang apa yang mereka alami. masukan perspektif dari anggota lain, serta

Testing realita disini dimaksudkan untuk untuk mencontoh dan mempelajari

menggugurkan perasaan dan pikiran negatif bagaimana strategi yang diterapkan anggota

dengan bukti-bukti nyata dan menggantinya lain. Dinamika kelompok yang terjadi

dengan pikiran yang positif. Peale (1977) dimana terdapat saran langsung dari terapis

menjelaskan bahwa berpikir positif adalah maupun dari anggota kelompok lain dapat

memandang segala persoalan yang muncul membangun informasi baru dan berguna

dari sudut pandang yang positif karena bagi partisipan, baik untuk menemukan

dengan berpikir positif individu mempunyai distorsi kognitif yang dialami maupun untuk

pandangan bahwa setiap hasil pasti ada mencari strategi kompensasi sehingga dapat

pemecahannya dan suatu pemecahan yang meningkatkan regulasi diri partisipan.

tepat diperoleh melalui proses intelektual Adanya pengaruh dari tahapan-

yang sehat. Tahapan ini dapat mengubah tahapan terapi yang diberikan kepada

cara pandang ODHA agar mendapatkan subjek saling terkait memberikan

menyikapi masalah dengan cara positif guna kemudahan para subjek penelitian untuk

meningkatkan kualitas hidup yang lebih lebih memahami maksud atau tujuan dari

baik.

cognitive behavioural therapy. Sehingga Ada perasaan tidak berharga yang manfaat dari cognitive behavioural therapy

muncul pada subjek penelitian, biasanya dapat dirasakan subjek penelitian secara

individu yang merasa dirinya tidak berharga langsung. Adapun masalah yang selama ini

atau dengan harga diri rendah mempunyai dirasakan oleh subjek seperti merasa tidak

kecenderungan memandang dirinya mampu menjalani masa depannya, merasa

maupun lingkungan secara negatif. Hal ini tidak percaya diri, menarik diri dari

dialami oleh subjek penelitian, efek dari lingkungan, mengalami kecemasan,

harga diri yang rendah adalah subjek merasa mengalami gangguan tidur, hal-hal yang

berbeda dengan individu lain, merasa bersifat negatif tersebut apa akhirnya

lingkungan tidak dapat menerima menghilang dan berganti dengan hal-hal

kondisinya dan merasa tidak percaya diri. yang positif. Penelitian yang di lakukan oleh

Sulit untuk menjalin hubungan dengan Leake, dkk (1999) menyatakan self

lingkungan karena sudah merasa p re s e n t a t i o n c u k u p e f e k t i f d a l a m

terdiskriminasi dengan perasaan dan meningkatkan penyesuaian diri, belajar

pikirannya sendiri sehingga mempengaruhi untuk menerima pendapat, belajar

penerimaan diri individu tersebut. mendengar, dan membeikan umpan balik

Dikuatkan dengan pendapat Afiatin (2008) yang tidak lain merupakan relfeksi dari

yang menjelaskan bahwa individu yang masalah yang sedang dihadapi. Penelitian

dapat menilai dirinya secara baik pada tesebut memperkuat bahwa cognitive

umumnya akan bahagia, sukses, menerima behavioural therapy yang diberikan kepada

kondisinya, dan adaptif dalam situasi yang IDU yang positif terinfeksi HIV/AIDS

membuat stress. Sebaliknya individu yang

Jurnal Psikologi Mandiri 61

Martina Kusumawati

menilai dirinya buruk atau memiliki harga melalui psikoedukasi, dan relaksasi dirasa diri rendah akan merasa dirinya terasing,

memberikan pengaruh terhadap tertekan dan kurang berani melakukan

peningkatan penerimaan diri. Sejalan sesuatu.

dengan Safren, dkk (2004) yang telah Menurut Sheeres (dalam Machdan

terlebih dahulu melakukan penelitian pada & Hartini, 2012) adapun faktor yang

penderita HIV yang mengalami depresi menghambat penerimaan diri adalah sikap

dengan memberikan cognitive behavioural anggota masyarakat yang tidak

therapy. Dalam terapinya terdapat beberapa menyenangkan atau kurang terbuka, ada

tahapan seperti cognitive restructuring, hambatan dalam lingkungan, memiliki

pemberian keterampilan problem solving, hambatan emosional yang berat, selalu

pemantauan aktivitas sehari-hari dan berpikir dengan masa depan. Beberapa

relaksasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor penghambat tersebut dialami oleh

cognitive behavior therapy efektif diberikan subjek penelitian, subjek merasa bahwa

kepada ODHA

dirinya tidak mampu menjalin hidup dan merasa tidak mempunyai masa depan.

SIMPULAN DAN SARAN

Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan kembali harapan dan

Simpulan

semangat subjek penelitian, dalam terapi ini Hasil penelitian mengenai mengajarkan untuk membuat goal setting.

efektivitas cognitive behavioural therapy Goal setting membantu

untuk meningkatkan penerimaan diri pada mengidentifikasikan tujuan hidup yang

IDU (Injection Drug Users) yang terinfeksi jelas, sehingga subjek termotivasi untuk

HIV ini menunjukan bahwa ada menjalani hidup lebih baik.

peningkatan tingkat penerimaan diri yang Untuk mengatasi masalah lain yang

signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil dirasakan oleh subjek seperti perasaan

analisis data dan pembahasan yang telah cemas dan gangguan tidur (subjek susah

dijelaskan pada bab sebelumnya sehingga tidur), terapis mengajarkan relaksasi.

kesimpulan dari penelitian ini adalah Relaksasi disini bertujuan untuk

cognitive behavioural therapy dapat mengurangi kecemasan, membuat subjek

meningkatkan penerimaan diri pada IDU lebih tenang, dan mampu menghindari

yang terinfeksi HIV.

reaksi yang berlebihan karena adanya stress. Secara analisis kuantitif, ada Goldfried dan Trier (dalam Subandi, 2003)

peningkatan penerimaan diri pada IDU yang menjelaskan relaksasi dapat digunakan

positif terinfeksi HIV. Dibuktikan hasil sebagai ketrampilan coping yang aktif jika

dengan analisis statistik Non Parametric digunakan untuk mengajar individu kapan

Wilcoxon dengan nilai p= 0,043 < (p= 0,05) dan bagaimana menerapkan relaksasi di

yang artinya ada perbedaan yang signifikan bawah kondisi yang menimbulkan

sebelum dan sesudah diberikan terapi atau kecemasan. Dalam cognitive behavioural

perlakuan.

therapy, proses relaksasi yang dilakukan Secara analisis visual inspection, ada subjek telah terbukti menggurangi

peningakatan penerimaan diri pada IDU yang kecemasan dan subjek merasa lebih tenang

positif terinfeksi HIV setelah mengikuti serta lebih mudah untuk tidur. Relaksasi

cognitive behavioural therapy. Latar dapat dilakukan kapan saja, ketika subjek

belakang pendidikan, pengetahuan yang merasa tidak nyaman dan membutuhkan

berkaitan dengan penyakit yang diderita dan ketenangan.

dukungan orang terdekat merupakan faktor Tahapan-tahapan dalam cognitive

yang mempengaruhi peningkatan behavioural therapy pada penelitian ini

penerimaan diri. Cognitive behavioural seperti self presentation, testing realita,

therapy efe ktif diberikan kepada subjek pemberian keterampilan dan pengetahuan

yang berpendidikan di atas SMA.

62 Jurnal Psikologi Mandiri

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

Secara kualitatif, setelah diberikan keluarga dapat lebih memahami terapi kognitif perilaku diketahui adanya

kondisi ODHA bahkan diharapkan peningkatan penerimaan diri pada subjek.

dapat memberikan dukungan terhadap Secara perasaan, subjek penelitian merasa

ODHA.

lebih tenang, dapat menumbuhkan harapan

c. Bagi LSM yang terkait

baru untuk hidupnya, dan optimis Dengan keberhasilan yang menghadapi masa depannya. Secara

dicapai dalam penelitian ini, perilaku, subjek penelitian mulai untuk

diharapkan LSM yang terkait perlu membuka diri dan bersosialisasi dengan

mengawasi atau mendamping para lingkungan sekitar, menghadapi

ODHA untuk terus melakukan terapi permasalahan yang muncul dengan berpikir