Buku Panduan Mahasiswa Reproductive Syst

Kurikulum FK USU 2013

-1-

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-2-

PRAKTIKUM ANATOMI 1 (RS1-Pr1)
ALAT REPRODUKSI PRIA
Dinding Pelvis :
Perhatikan permukaan pinggir pelvis, dinding pelvis dan dasar
pelvis (region perinea).
Osteologi :
Tulang-tulang yang membentuk pelvis, carilah os sacrum dan
kedua os coxae kiri kanan (os illii, os ischii, os pubis).
Pinggiran atas pelvis mayor dibentuk oleh basis ossis sacri, crista
iliaca, spina iliaca anterior superior, eminentia iliopectinea, crista

pubicum, tuberculum pubicum dan pinggar atas symphisis pubis.
Apa yang dimaksud dengan pelvis mayor?
Pelvis minor dimulai dari aperture pelvis minor superior (pelvis
inlet) hingga aperture pelvis minor inferior (pelvis outlet).
Carilah bagian-bagian promontorium, linea arcuata, crista pubicum,
tuberculum pubicum dan symphisis pubis bagian atas. Apertura
inferior pelvis minor bentuk gabungan dua buah segitiga. Carilah
bagian-bagian angulus pubicum (sudut depan), spina ischiadica
(sudut lateral) dan ujung os coccygeus(sudut belakang).
Jaringan otot dan dinding pelvis :
Tulang-tulang pelvis dilapisi oleh sejumlah otot-otot serta jaringan
ikat lainnya. Carilah :
Ligamentum sacroiliaca, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum
spinasacralis, syndesmosis symphisis pubis dan membrane
obturatoria.
Carilah otot-otot dan perhatikan arah serabut-serabutnya : gugusan
M. Gluteus, M. Gemelli, M. Quadratus femoris, M. Pyriformis, M.
Iliacus, M. Psoas mayor dan M. Psoas minor.
Perhatikanlah fascia yang melapisi otot-otot pelvis bagian dalam,
fascia pelvis,serta lanjutannya.

Perhatikan jalannya saraf dan pembuluh darah yang berada di
bawah facia pelvis, seperti : Plexus lumbalis, Plexus sacralis.
- Nervus genitofemoralis, N. Femoralis, N. Cutaneus Femoralis
Lateralis, N. Obturatorius, bagian dari plexus lumbosacralis dan
plexus sacrococcygeus.
- Aorta abdominalis, V.Cava Inferior, A-V Iliaca Communis, AV Testicularis/Ovarica, A-V Iliaca Externa, A-V Iliaca Interna
(S. Hypogastrica), A-V Obturatoria, A-V Glutealia Superior, AV Glutealia Inferior, A-V Sacralis Media, A-V Vesicales, A-V
Deferentiales, A-V Pudenda Interna.
Carilah kelenjar-kelenjar limfe serta saluran limfe dalam pelvis :
gugusan limfe iliaca externa, gugusan iliaca interna dan gugusan
sacralis.
Ketiga-tiganya akan bersatu menjadi Truncus Lumbalis menuju
Cysterna Chyli.
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-3-


Otot-otot dasar pelvis :
Otot-otot dasar pelvis terutama menutupi aperture pelvis inferior.
Dasar pelvis ini terbagi menjadi dua bagian segitiga yaitu di depan
Trigonum Urogenital dan di belakang Trigonum Anale. Permukaan
luar dasar pelvis ini disebut region perinea.
Carilah otot-otot dasar pelvis dan pelajari arah serabut-serabut otot
dasar pelvis yang terbesar :
- M. Levator ani dan M. Anococcygeus
- Perineal Body
Cari dan pelajari :
- Fascia pelvis di daerah ini
- Pelajarilah arah serabut otot ini yang berhubungan dengan
serabut-serabut otot-otot rectum dan sphincter ani dan yang
mengelilingi otot-otot dinding vagina.
- Cari dan pelajarilah membrane urogenitalia serta M.
Transversus Perinei Profundus dan superficialis.
- Perhatikan dan pelajari fascia colles pada trigonum urogenitalia
serta perlekatannya di belakang M. Transversus Perinei.
- Pelajari fascia perinea yang melapisi bagian subcutis dan
trigonum analis.

Fossa Ischio Rectalis :
Carilah fossa ini di sebelah lateral rectum, isinya fatty tissue, N.
Pudendus dan A-V Pudendus Inetrna (Alcock).
Pelajarilah atapnya, batas depan, dan lanjutannya ke belakang
fossa.
Penis ( Clitoris pada wanita) :
Bagian-bagian penis, Pars Fixum, Pars Mobile, Preputium, Glan
Penis.
Cari otot-otot pada penis : M. Ishio Cavernosus dan M. Bulbo
Cavernosus (berorigo dari trigonum urogenitalia).
Pelajari proses yang membuat penis dapat ereksi, adanya corpus
cavernosus dan corpus spongiosum (pada glans).
Pelajari arteri dan vena pada penis, A. Dorsalis Penis, A. Penis
Profunda, A. helicinae dan vena Dorsalis penis
Urethra pada pria bentuk S : pars prostatica, pars membranacea dan
pars spongiosa (2,5 cm + 2,5 cm + 15 cm).
Prostat ;
Hanya terdapat pada laki-laki.
Carilah prostate, palpasi dari rectal, menempati puncak bawah dari
vesica urinaria di atas dari trigonum urogenitalia, mengelilingi

pangkal urethra.
Perhatikan kapsul prostate, carilah arteri dan vena untuk prostate.
Testis dan salurannya :
Cobalah palpasi, apakah ada cryptorchismus.
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-4-

Pelajari bagian-bagian dan selaput testis : Tunica Vaginalis,,
Tunica Albuginea.
Polus superior, polus inferior, margo anterior (convex), margo
posterior (concave=hillus).
Ukuran 5 x 2,5 x 3 cm.
Epidydymis jadi vas deferens (penyalur sperma) :
- Lanjutan dari cauda epidydymis.
- Berjalan dalam Funiculus Spermaticus
- Disertai oleh A. testicularis dan Plexus Pampiniformis.

- Melalui canalis inguinalis masuk ke dalam rongga abdomen
dan rongga pelvis.
- Menembus bagian belakang prostate bersama vesicular
seminalis, sebagai ductus ejaculatorius.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-5-

PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI 1 (RS1-Pr2)
MALE REPRODUCTIVE SYSTEM
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur testis, ductus epididymidis, ductus
deferens, dan kelenjar prostat.

Sediaan jaringan :
No
.

1.
2.
3.
4.
5.

Nama Organ

Kode Sediaan

Testis
Ductus epididymidis
Ductus deferens
Prostate gland
Penis

MRS – 1
MRS – 2
MRS – 3
MRS – 4

MRS – 5
Gambar 1
Testis (MRS-1)

10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. ______________________________
4. _________________________
2. ______________________________
5. _________________________
3. ______________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 1
No.
Perihal
1.
Jenis epitel

tubulus seminiferus
2.
Jenis sel pada epitel
tubulus seminiferus
3.
Struktur sel Sertoli
4.

Struktur tunica propria

5.

Struktur jaringan interstisial

6.

Struktur sel Leydig

Deskripsi
1.

2.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-6-

(sel interstisial)
Gambar 2
Ductus Epididymidis (MRS-2)
10 x 10
10 x 40

Keterangan Gambar
1. ______________________________
4. _________________________
2. ______________________________
5. _________________________

3. ______________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 2
No.
Perihal
1.
Jenis epitel mukosa
2.
Stereosilia
3.
Ketebalan otot polos
4.
Struktur connective tissue

Deskripsi
Ada / Tidak Ada
Tebal / Tipis

Gambar 3
Ductus Deferens (MRS-3)
10 x 10
10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________
4. _________________________
2. _____________________________
5. _________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-7-

3. _____________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 3
No.
Perihal
Deskripsi
1.
Struktur mukosa
2.
Stereosilia
Ada / Tidak Ada
3.
Struktur lamina propria
4.
Ketebalan otot polos
Tebal / Tipis
Gambar 4
Prostate Gland (MRS-4)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________
4. _________________________
2. _____________________________
5. _________________________
3. _____________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 4
No.
Perihal
1.
Jenis kelenjar
2.
Jenis epitel
pada kelenjar
3.
Struktur stroma
4.

Deskripsi

Konkremen prostat

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-8-

Gambar 5
Penis (MRS-5)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________
4. _________________________
2. _____________________________
5. _________________________
3. _____________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 4
No.
1.
2.
3.

Perihal
Struktur
tunica albuginea
Struktur
corpus cavernosum
Struktur
corpus spongiosum

Deskripsi

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

-9-

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 10 -

PRAKTIKUM ANATOMI 2 (RS1-Pr3)
ALAT REPRODUKSI WANITA
Kelenjar Mammae :
1. Pelajari parenchyma kelenjar mammae, system duktus
laktiferus, sinus laktiferus ductus laktiferus, lobus mammae,
corpus mammae.
2. Pelajari vaskularisasi dan aliran limfe kelenjar mamae.
Ovarium :
Penghasil ovarium secara periodic.
Dimana tempatnya (batas-batasnya) : pada pinggir lateral aperture
pelvis superior minor dengan ligamentum suspensorium ovarica,
ligamentum ovarium propii.
Perhatikan besarnya (4 x 2 x 0,4 cm).
Selaput peritoneum dengan mesovarium tempat lewat arteri untuk
ovarium.
Margo libra tempat pelepasan ovum (berdekatan dengan Fimbria
Tubarius).
Uterus :
-

Perhatikan besar dan letaknya : di belakang vesica urinaria, di
depan rectum.
Perhatikan peritoneum yang melapisisnya ( ¾ bagian depan,
fundus dan seluruh bagian belakang), bagian samping selebar
garis bebas peritoneum.
Perhatikan ukurannya 7,5 x 4 x 2,5 cm
Perhatiakn lekukan antefleksi uteri ( retrofleksi ).
Perhatikan alat-alat fixasi uterus yang besar-besar :
Ligamentum teres uteri, Ligamentum uterosacralis, ligamentum
uterovesicalis.
Apa yang dimaksud dengan Prolapsus Uteri ?
Perhatikan cavum uteri : corpus, fundus, cervix.

Tuba Uterina :
Perhatikan letaknya, arahnya, besarnya.
Mulai dari titik lateral fundus, berbelok ke lateral.
Panjang 12,5 cm.
Perhatikan letaknya dekat ligamentum ovarium propii dan
ligamentum teres uteri.
Dilapisi oleh peritoneum.
Perhatikan bentuk bagian-bagiannya : pars infundibulum, pars
ampularis, pars isthmus.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 11 -

Vagina :
Perhatikan bagian-bagian vagina di luar : vestibulum vaginalis
dikelilingi labia mayora et minora, perineal body, orifium urethra
externa, introitus vaginalis dengan hymen ( kalau ada ), vagina (8
cm).
Perhatikan : letak dinding vagina, bentuk Hdan merapat.
Perhatikan:
- Vagina ke depan berdekatan dengan ureter.
- Ke belakang dengan cavum dauglassi dan rectum.
- Pelebaran vagina dapat mencapai tip os coccygeus (waktu
persalinan); ke atas bersambung dengan lapisan cervix uteri
disebut portio vaginalis.
- Carilah fornix anterior/fornix posterior (agak tinggi).
- Carilah sampai dimana dinding vagina belakang dilapisi
peritoneum

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 12 -

PRAKTIKUM HISTOLOGI 2 (RS1-Pr4)
FEMALE REPRODUCTIVE SYSTEM
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur organ reproduksi wanita.
Sediaan jaringan :
No
.
1.
Ovary
2.
Uterine Tube
3.
Uterus
4.
Mammary Glands

Nama Organ

Kode Sediaan
FRS – 1
FRS – 2
FRS – 3
MRS – 5

Gambar 1
Ovary (FRS-1)

10 x 10

10 x 40

1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan Gambar
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________

Deskripsi gambar 1
No.
1.
2.

Perihal
Jenis epitel
Struktur
Folikel de Graaf

3.

Struktur
corpus luteum

Deskripsi

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 13 -

Gambar 2
Uterine Tube (FRS-2)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________
4. _________________________
2. _____________________________
5. _________________________
3. _____________________________
6. _________________________

Deskripsi gambar 2
No.
1.
2.
3.

Perihal
Jenis epitel mukosa
Jenis sel
pada epitel
Struktur mukosa

4.

Struktur muskularis

5.

Struktur serosa

Deskripsi
1.
2.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 14 -

Gambar 3
Uterus (FRS-3)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________
4. _________________________
2. _____________________________
5. _________________________
3. _____________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 3
No.
1.
2.

Perihal
Jenis epitel mukosa
Lapisan pada uterus

3.

Struktur endometrium

4.

Struktur myometrium

5.

Struktur
serosa / adventisia

Deskripsi
1.
2.
3.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 15 -

Gambar 4
Mammary Glands (FRS-5)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. _____________________________
4. _________________________
2. _____________________________
5. _________________________
3. _____________________________
6. _________________________
Deskripsi gambar 4
No.
Perihal
1.
Struktur kelenjar
2.
3.
4.
5.

Deskripsi

Struktur jaringan ikat
di sekitar alveoli
Struktur
sinus laktiferus
Struktur
duktus laktiferus
Struktur
duktus interlobularis

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 16 -

PRAKTIKUM BIOKIMIA (RS1-Pr5)
I. PEMERIKSAAN PROTEIN DALAM URINE
1.1 Reaksi pemanasan
Pada percobaan ini, urine harus jernih dan bersifat asam (diperksa dengan kertas
lakmus). Bila reaksinya alkalis, misalnya bila urine tersebut telah lama disimpan,
maka ditambahkan dengan hati-hati asam cuka encer (+ 6 %) beberapa tetes sampai
reaksinya menjadi sedikit asam.
Ambil 3 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 5 ml urine.
-

Tabung I : dipanaskan sebentar, lalu tambahkan beberapa tetes larutan asam
cuka 6%, kemudian panaskan kembali.

-

Tabung II : tambahkan beberapa tetes larutan asam cuka 30%, jangan
dipanaskan.

-

Tabung III : tidak diberi perlakuan (sebagai kontrol).

Keterangan :
Cairan dalam tabung I dapat menjadi keruh karena terjadi koagulasi protein dan atau
tanpa endapan phospat. Endapan phospat akan melarut kembali bila ditambahkan
asam cuka, sedangkan endapan protein tetap tidak berobah. Bila dalam tabung II
dijumpai endapan maka endapan tersebut merupakan acetoprecitable protein jarang
ditemui. Acetoprecitable protein adalah suatu senyawa dari albumin dengan
chondroitin sulfat, yang dibebaskan dari persenyawaan natrium oleh asam cuka.
Acetoprecitable protein merupakan protein tunggal yang mengendap dlam milieu
dingin.
Dalam tabung I , acetoprecitable protein ini dapat turut berkoagulasi dengan protein
lain.
Interpretasi :
Bila hanya ada endapan pada tabung I sesudah pemanasan kedua, berarti terdapat
protein dalam urine. Bila didalam tabung II juga terdapat endapan, maka tabung II
tersebut harus dipanaskan sebentar dan kemudian dibandingkan kekeruhan yang
terjadi pada tabung I dan tabung II.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 17 -

Sebagai hasilnya dapat terjadi dua kemungkinan, yaitu :
1. Tabung I dan II sama keruhnya, maka hanya dijumpai acetoprecitable protein /
mucine urat yang tidak mempunyai arti klinis yang penting.
2. tabung I lebih keruh dari II, maka ini berarti didalam urine dijumpai protein
yang mempunyai nilai penting dalam klinis.

1.2 Reaksi didih menurut Bang
Reagensia Bang : 56,5 g asam asetat glasial dan 118 g natrium asetat yang
dilarutkan dalam aqua sampai 1 liter.
Cara kerja : pada 5 ml urine yang jernih dan bereaksi asam ditambahkan 0,5 ml
reagensia Bang dan dipanaskan sampai mendidih. Reaksi memberi
hasil positif (+) jika terjadi kekeruhan atau endapan. Bila terjadi
reaksi (+), maka harus dilanjutkan dengan meneteskan 3 tetes asam
cuka 6 % kedalam urine yang mendidih tadi. Dengan penambahan
asam cuka ini, maka zat-zat yang bukan protein tetap sebagai
endapan.
Asam urat mungkin akan mengendap sebagai kristal bila
didinginkan dan akan larut kembali bila dipanaskan.
1.3 Reaksi Bodeker.
Reagensia : Asam cuka 6 %
Larutan K4Fe(CN)6 5 %
Cara kerja : Pada 5 ml urine yang jernih ditambahkan 5 ml asam cuka 6 %. Jika
terjadi kekeruhan (acetoprecitable), maka campuran ini disaring.
Kepada filtratnya yang jernih ditambahkan beberapa tetes larutan
K4Fe(CN)6 5 %. Jika tidak terjadi kekeruhan/endapan, maka protein
selain dari acetoprecitable protein tidak didapati didalam urine
tersebut.
Dengan reaksi ini dapat dipisahkan acetoprecitable protein (terdapat
pada kertas saring) dengan protein lain seperti albumin.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 18 -

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK (RS1-Pr6)
I. PRAKTIKUM ANALISA SPERMA
NILAI NORMAL
2–5
7,0 – 7,7
Putih kekuning-kuningan
Kental segera membeku
Khas
Dalam waktu 20 - 60

UNIT
Ml

Aktif

Lebih besar 50

%

Lemah

Lebih kecil 30

%

Tidak Bergerak

Lebih kecil 20

%

Jumlah Sperma
Jumlah Leukosit
Morfologi

60 – 150
Lebih kecil 100

Juta/ml
/ul

Normal

Lebih besar 60

%

Abnormal

Lebih kecil 30

%

Aglutinasi
Fruktose

Negatif
200 – 400

+/mg/dl

Jumlah
Ph
Warna
Kekentalan
Bau
Pencairan
Pergerakan

menit

PENAMPUNGAN SPERMA
Setelah abstinensi (pantang) minimal 3 hari. Sebaiknya 5 hari spesimen diperoleh
dengan cara masturbasi, yang sedapat-dapatnya dilakukan di laboratorium di tempat
terpisah. Cara ini lebih baik dari pada cara coitus interuptus.
Seluruh spesimen ditampung dalam tempat yang bersih dan sebaiknya diperiksa dalam
waktu kurang dari 1 jam setelah penampungan. Hindarkan ontaminasi dan kenaikan
suhu spesimen melampaui suhu kamar (25ºC-32ºC). Disamping nama, waktu
pengambilan spesimen perlu dicantumkan pada etiket. Hindarkan kontaminasi oleh
diterjen dan lubrikan atau zat spermasid dalam kondom. Apabila menggunakan kondom
harus dicuci.
CARA PENENTUAN
1. Catat warna, konsistensi, bentuk
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 19 -

2. Jumlah semen diukur dengan gelas ukur 10 ml
3. Jumlah

sperma

dihitung

dengan menggunakan

hemositometer

setelah

spesimen diencerkan misalnya 200x dengan NaCl fisiologik
4. Menilai motiliti: setetes semen yang sudah cair diletakkan diatas kaca objek dan
dilihat dibawah mikroskop debgan lensa objek 40x
5. Menilai morfologi sediaan apus diwarnakan (Giemsa atau metilen biru) dan
dilihat dibawah mikroskop
INTERPRETASI
Volume semen lebih besar dari 5 ml sering disertai dengan berkurangnya kesuburan.
Pada keadaan normal semen tidak mengandung darah, pus arau lendir. Semen yang
encer memberi kesan spesimen tidak ”segar” atau komposisinya abnormal.
Apabila bekuan tidak mencair kembali setelah 60 menit maka dapat menyebabkan
gangguan motaliti sperma.
Jumlah sperma lebih kecil 20 juta/ml: kesuburan sangat menurun. Penurunan persentase
dari sperma yang bergerak sering disertai dengan penurunan kesuburan.
Adanya eritrosit dalam semen adalah hasil produksi vesica seminalis. Adanya fruktose
memberi kesan bahwa ejakulatory ducts (saluran ejakulasi) adalah normal walaupun
disertai kelainan sperma, misalnya jumlah menurun. pH yang lebih asam memberi
kesan adanya pencampuran dengan cairan prostat.

BENTUK MORFOLOGI SPERMATOZOA
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 20 -

1 dan 2

Spermatozoa normal

3

Spermatozoa dengan kepala mikro

4

Spermatozoa dengan kepala makro

5 dan 9

Spermatozoa dengan kepala terato dan kelainan leher (bagian tengah)

6,7,8, dan 21

Spermatozoa dengan kepala terato

10 dan 11

Spermatozoa dengan kepala lepto

13

Spermatozoa dengan kepala normal, kelainan leher dan ekor

14

Spermatozoa dengan kepala doble

15

Spermatozoa dengan kepala piri

16

Spermatozoa dengan kepala imatur (ada sitoplasmic droplet)

17

Spermatozoa tanpa ekor

18

Spermatozoa dengan kepala terato dan imatur (ada sitoplasmic droplet)

19

Spermatozoa dengan tanpa kepala

20

Spermatozoa dengan kepala terato dan kelainan ekor

(Dikutip dari Analisis Koentjoro Soehadi dan KM Arsyad,1982)

ANALISA SPERMA
Pengumpulan dan pengambilan sampel:
Abstinensi 48 s/d 7 hari, cara masturbasi, temperature sampel 20-40 celcius.
Pemeriksaan makroskopis: Penampilan, volume, konsistensi,pH
Pemeriksaan mikroskopis: motilitas, jumlah sperma, dan morfologi sperma.
KOMPONEN SPERMA
Testis: Spermatozoa
Vesikula seminalis: fruktosa
Prostat: Asam citrat, enzim proteolitik, asam phosphatase
Epididimis, vasa deferens, kel.bulbouretral, kel.uretral:protein untuk motiliti sperma.
VIABILITAS SPERMA
Pemulasan: eosin
Prinsip

: sel mati dengan membran plasma yang rusak akan dimasuki zat warna.

Reagensia : 0,5% eosin dalam NaCl 0,9%
Jumlah

: 100 sperma
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

Cara

- 21 -

: 1 tetes semen + 1 tetes eosin, baca dengan mikroskop obj.40x amati

yang terwarnai dan tidak terwarnai
ANALISA BIOKIMIA
Beberapa petanda biokimia untuk fungsi kelenjar asesori.
Sekresi prostat : kadar seng, kadar asam citrat, dan fosfatase asam.
Sekresi vesika seminalis: kadar fruktose.
Disgenesis kongenital (azopermia) → kadar fruktosa menurun.
SPERMA ANTI BODI
MAR test (Mixed Agglutination Reaction)
Prinsip test: sperma berikatan dengan partikel latex yang sudah diselaputi oleh Ig dan
anti serum anti-human IgG mono spesifik.
Hasil: Sperma yang bergerak tidak ditutupi oleh latex → negatif.
Sperma ditutupi oleh latex → positif
KRITERIA SEMEN NORMAL
Volume

: 2 ml atau lebih

pH

: 7,2 – 7,8

Jlh sperma

: 20 juta/ml atau lebih

Jlh sperma total: 40 juta/ejakulat
Motilitas

: 50% atau lebih bergerak maju

Morfologi

: 50% atau lebih normal

Viabilitas

: 50% atau lebih hidup

Sel leukosit

: < 1 juta/ml

II. PRAKTIKUM TEST KEHAMILAN
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 22 -

Metode: A Rapid Latex Aglutination Slide Test.
Mereaksikan β HCG dari urine dengan monoklonal antibodi (anti HCG) yang sudah
dilapisi ke latex, yang mana akan memberikan hasil aglutinasi bila dalam urine tersebut
dijumpai β HCG.
Cara pemeriksaan
Bahan : urine segar
Reagen : Reagen latex yang dilapisi antibodi β HCG.
Cara kerja:
1. Letakkan satu tetes urine yang akan diperiksa diatas reaction card atau object
glass.
2. Tambahkan dengan jumlah yang sama reagen latex yang dilapisi antibodi β
HCG.
3. Campur merata dengan pengaduk yang disediakan sampai menutupi seluruh
lapisan reaction card atau merata pada object glass selama 2 menit.
Pembacaan hasil:
Hasil positif bila dijumpai aglitinasi yang bisa dilihat dengan mata atau agar lebih jelas
dapat dilihat dibawah mikroskop.
Hasil negatif jika tidak ada aglutinasi.
Metode B. Rapid Latex Agglutination Inhibition Slide Test
Prinsip pemeriksaan:
Inhibisi reaksi dari β HCG yang diikat latex dengan antibodi anti HCG oleh HCG dalam
urin wanita hamil.
Cara pemeriksaan
Bahan : urine segar
Reagent : Reagent latex yang dilapisi dengan antigen (HCG).
Reagent Antibodi (Anti HCG)

Cara kerja:
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 23 -

1. Letakkan satu tetes urine yang akan diperiksa diatas reaction card atau object
glass.
2. Tambahkan dengan jumlah yang sama reagent antibodi-HCG.
3. Campur merata dengan pengaduk yang disediakan.
4. Kemudian tambahkan dengan jumlah yang sama reagent latex yang sudah
dilapisi HCG dan campur merata selama 2 menit.
Pembacaan hasil:
Hasil dikatakan positif bila tidak dijumpai aglutinasi yang dapat ddilihat dengan mata,
tetapi agar lebih jelas dapat dilihat dibawah mikroskop.
Hasil dikatakan negatif bila dijumpai aglutinasi.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 24 -

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1 (RS2-Pr1)
FARMAKOKINETIK OBAT
Penetapan Sulfonamida di dalam Urine
Disusun oleh :

Penanggung
jawab

: Dr. Datten Bangun, MSc.,
SpFK

Anggota

: Prof. Aznan Lelo, PhD., SpFK
DR. Zulkarnain Rangkuty,
Msi.
Dr. Tri Widyawati

Tujuan

1. menganalisa adanya sulfonamida di dalam urine.
2. membandingkan absorbsi dan ekskresi dari 2 (dua) macam obat

sulfonamida.
Materi praktikum
Bahan kimia : 1. Trichloroacetic acid 4 %
2. Sodium nitrate 0,1 %
3. Amonium sulfamat 0,5 %
4. N-(Inapthyl) Ethylene diamine dihydrochloride 1 %
5. Larutan standard sulfonamide
Alat : 1. Bejana Erlenmeyer
2. Pipet 10 cc
3. Gelas ukur
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
Pelaksanaan

6. Kertas lakmus
Mahasiswa yang bekerja dibagi dalam dua group :
Group I : salah seorang mahasiswa diberikan 4 tablet (2 gr)
Phtalyl sulfatiazol.
Group II : salah seorang mahasiswa diberikan 4 tablet (2 gr)
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 25 -

Sulfadimidin.
Mahasiswa yang bekerja dibagi dalam dua group :
 Sewaktu memakan kedua macam obat tersebut, perut (lambung)
harus

dalam

keadaan

kosong (sekurang-kurangnya 2 jam

sebelum percobaan, tidak boleh makan).
 Kosongkan kandung kencing (urineren) pada waktu permulaan
percobaan dengan menampungnya.
26
 Makanlah obat tersebut (masing-masing group I & II) dengan
meminum 300 ml air.
 Sewaktu meminumnya, mulut harus dibersihkan sehingga tidak
ada bagian – bagian obat yang tak tertelan.
 Kemudian kosongkan kandung kencing setiap 20 menit, ukurlah
volumenya dan tentukan konsentrasi sulfonamide yang terdapat
di dalamnya dengan larutan standard.
 Lakukanlah terus pengukuran ini sampai ekskresi yang terbanyak
berlalu (± 2 Jam).
 Campurlah di dalam sebuah tabung 5 cc urine dengan 5 cc
larutan trichlor Acetic Acid 4 %.
 Tambahkan 1 cc larutan Sodium Nitrit 0,1 % dan dibiarkan
tabung itu selama 3 menit.
 Kemudian tambahkan 1 cc larutan amonium sulfamat kocok dan
biarkan selama 2 menit.
 Akhirnya
Pengamatan

tambahkan

1 cc

larutan

N-(Inaphtyl) Ethylene

dihydrochloride 1 %.
Perhatikan perobahan warna yang terjadi. Lalu bandingkan dengan warna
larutan standard yang telah disediakan. Tentukan dan hitunglah
konsentrasi sulfonamida di dalam urine tadi. Jika warna yang terjadi
sangat kuat , ulangilah penetapan itu sekali, dengan mengencerkan urine

Pelaporan

terlebih dahulu.
Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap
pengamatan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan kelarutan
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 26 -

untuk tiap pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba, seperti
aturan pembuatan makalah (lihat tata tertib praktikum).
Buatlah grafik kadar Sulfonamida pada axis vertikal dan satuan waktu
pada axis horizontal.

PANDANGAN KLINIK
Obat-obat yang diberikan peroral (melalui saluran pencernaan), sebagian dapat
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 27 -

diserap (diabsorbsi) melalui dinding saluran pencernaan masuk ke dalam sirkulasi
darah, kemudian melalui ginjal diekskresikan (dikeluarkan) bersama-sama dengan
urine.
Sedangkan obat lain yang diberikan peroral dan tidak diabsorbsi akan dikeluarkan
bersama-sama dengan faeces (tinja).
Pada infeksi, maka obat-obat yang diabsorbsi (diserap) mampu
mengobati infeksi melalui sirkulasi darah, sedangkan obat yang
tidak diabsorbsi (diserap) biasanya digunakan untuk yang bekerja
lokal misalnya infeksi saluran pencernaan.

LAPORAN PERCOBAAN PENETAPAN SULFONAMIDA DALAM
URINE
Tanggal :
Meja :
Kelompok :

Nama Objek I :
Nama Objek II :

dengan :
dengan :

Objek I

Volume urine :

: jam :
Memakan obat, jam :

Waktu
20’
40’
60’
80’
100’
120’

pH

cc

Volume urine

Kadar sulfonamida

Tanda tangan Instruktur,
(

Objek II

: jam :
Memakan obat, jam :

Volume urine :

)

cc
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

Waktu
20’
40’
60’
80’
100’
120’

- 28 -

pH

Volume urine

Kadar sulfonamida

Tanda tangan Instruktur,
(

)

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI 1 (RS2-Pr2)
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 29 -

PRAKTIKUM – 1 / ILMU PATOLOGI ANATOMI
FEMALE REPRODUCTIVE SYSTEM
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa memahami kelainan dan jenis penyakit pada organ female reproductive
system.secara makroskopik dan mikroskopik.
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa memahami kelainan dan penyakit pada organ ovarium.
2. Mahasiswa memahami kelainan dan penyakit pada organ uterus.
3. Mahasiswa memahami kelainan dan penyakit pada servik.

Tata Laksana Praktikum
1. Deskripsikan pada tempat yang telah disediakan pada halaman dibawah kelainan
yang ditemukan pada sediaan makroskopik dan mikroskopik.
2. Jawablah pertanyaan yang telah disediakan untuk mencari hubungan antara
gangguan organic yang ditemukan dengan timbulnya gejala klinik.
3. Bagaimana perjalanan penyakit / prognosisnya bila kelainan ini tidak
ditanggulangi ?
Pendahuluan
Alat kelamin wanita terdiri atas ovarium – tuba falopii – uterus – vagina – vulva –
labium minus dan mayus. Melihat deretan organ tersebut, letak serta sifat masing –
masing organ , kelainan patologik akat kelamin wanita akan memberi keluhan / gejala
klinik yang sangat bervariasi.
Beberapa contoh :
- perdarahan pervaginam dapat merupakan haid normal, keluhan hormonal,
ancaman abortus atau bahkan radang , infeksi atau akibat proses malignansi.
- Pembesaran perut bagian bawah dapat pula sebagai akibat kehamilan normal /
abnormal ( mola ), tumor – tumor kistik padat yang bersifat jinak / ganas dari
uterus dan ovarium.
1.Leiomioma Uterus
Jaringan adalah dari leiomioma yang besar. Tumor jinal ini berbatas tegas,
padat, berwarna putih. Tampak gambaran pusar ( “whorl”) dalam tumor.
Berdasarkan letak tumor pada otot uterus dikenal 3 jenis yaitu submukosa,
intramural dan sub serosa. Kepastian diagnosa memerlukan pemeriksaan
mikroskopik.

Makroskopik

Mikroskopik
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 30 -

Diskusi :

2.Kistadenoma Ovarium Musinosa
Tampak kista yang multi lokular ( berkamar banyak ) dengan sekat yang tipis.
Isi kista berupa lendir, cairan jernih dan kadang – kadang cairan merah karena
perdarahan dalam kista. Pemeriksaan mikroskopik harus dilakukan, disamping
menentukan jenis epitel, juga untuk mencari keganasan epitel.
Makroskopik

Mikroskopik
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 31 -

Diskusi :

Radang menahun pada serviks ( terutama ensoserviks ) dapat menyebabkan jaringan
tumbuh papilar / bertonjol – tonjol. Tonjolan ini kadang – kadang cukup besar dan
keluar dari ostium uterus eksternum ( o.u.e). Ini dapat menyebabkan gejala flour albus
( keputihan) atau perdarahan. Tampak jaringan berupa tonjolan yang permukaannya
dilapisi oleh epitel endoserviks. Stroma dibawahnya terdiri atas jaringan yang sembab,
kaya akan kapiler dan besebukan sel – sel radang menahun. Kelenjar dalam stroma
berproliferasi dan sebagian melebar. Disini juga ditemukan proses metaplasia
skuamosa, karena adanya radang menahun . iritasi menahun.
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

Makroskopik

- 32 -

Mikroskopik

Diskusi

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 2 (RS2-Pr3)
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 33 -

Interaksi Obat Pada Resep Polifarmasi

Disusun oleh :

Penanggung
jawab

: Prof. Aznan Lelo, PhD., SpFK

Anggota

: Dr. Zulkarnain Rangkuty, MSi
Dr. Tri Widyawati
Dr. Sake Juli Martina

Tujuan
Materi praktikum
Pelaksanaan
Pengamatan
Pelaporan
Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon tertentu
dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan
terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang
masuk dari lingkungan atau dengan obat lain.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem
reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 34 -

5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi, metabolisme
atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua akan meningkat atau
menurun.
Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik diantaranya :
1. Interaksi dalam absorbsi di saluran cerna
2. Interaksi dalam distribusi
3. Interaksi dalam metabolisme
4. Interaksi dalam ekskresi
No

Nama

Nama

Bentuk sediaan

Jumlah

S

CPO

1
2
3

Dagang
Ciprofloxacin
Becom C
Pondex

Generik
Cipro
Becom-C
Asam

tablet
tablet
tablet

10
5
5

3x1
3x1
3x1

oral
oral
oral

mefenamat

Cipr

X

Becom

I

As.

II
Cipr

X
II
Becom

X
As.

Pembahasan Interaksi Obat
I. BECOM-C x CIPRO
 Interaksi Farmakodinamik
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 35 -

Karena Becom-C mengandung vit. C dan B komplek akan meningkatkan
daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka.
Cipro adalah antibiotik yang berguna sebagai bakterisid dengan
menghambat pembentukan mukopolisakarida sehingga tidak bereplikasi.
Kedua obat berinteraksi sinergisme.
 Interaksi Farmakokinetik
Becom C mempercepat absorbsi obat dalam saluran cerna dan ekskresi obat
melalui urin dan efeknya saling mendukung dengan antibiotik.
60
II. ASAM MEFENAMAT x CIPRO
 Interaksi Farmakodinamik
Asam mefenamat adalah senyawa turunan antranilat yang berkhasiat
analgesik dan anti inflamasi dengan menghambat enzim siklooksigenase.
Cipro menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
mensintesis dinding sel mikroba atau bakterisid.
Interaksi keduanya sinergisme.
 Interaksi Farmakokinetik
Cipro lebih baik diabsorbsi di saluran cerna. Asam mefenamat terutama
diabsorbsi di lambung. Interaksinya sinergisme.
III. ASAM MEFENAMAT x BECOM C
 Interaksi Farmakodinamik
Asam mefenamat berfungsi analgesik, anti inflamasi yang khusus
digunakan untuk arthritis. Sedang Becom C untuk penyembuhan luka juga terapi
anemia. Jadi Becom C menjaga supaya efek samping anemia dari asam
mefenamat tidak terjadi.
 Interaksi Farmakokinetik
Umumnya vit C meningkatkan absorbsi obat lain bila diberikan secara
bersamaan.
No
1
2

Nama Obat Bentuk sediaan
Paracetamol tablet
Kodein
tablet

Jumlah
15
10

S
3x1
2x1

CPO
oral
oral
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

3

diazepam

- 36 -

tablet

10

2x1

oral

I. KODEIN x PARACETAMOL
efek analgesik paracetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang, menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat
lemah. Efek samping yang paling sering adalah induksi tukak lambung atau tukak
peptik disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Efek samping lain
adalah gangguan fungsi tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan waktu
perdarahan.
Kodein merupakan agonis ringan sampai sedang pada analgesik opioid.
Mempunyai kerja antitusif pada dosis yang lebih rendah dari yang diperlukan untuk
efek analgesik. Karena itu dosis 15 mg cukup untuk menghilangkan batuk.
61
Maka interaksi yang terjadi antara kedua obat tersebut adalah peningkatan efek
analgesik karena umumnya obat ini sering diberikan bersama-sama.
II. DIAZEPAM x PARACETAMOL
 Interaksi Farmakodinamik
Diazepam mempunyai aktifitas antispastik, yang bekerja pada semua sinaps
GABA. Obat ini menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai
nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesik, juga tidak
menimbulkan potensi terhadap penggunaan neuromuscular dan efek analgesik
narkotik.
Paracetamol (derivat Para Amino Fenol) menghilangkan /mengurangi nyeri
ringan sampai sedang, menurunkan suhu tubuh dengan efek sentral.
Maka secara farmakodinamik, kedua obat ini tidak menimbulkan interaksi yang
berarti.
 Interaksi Farmakokinetik
Diazepam dimetabolisme menjadi metabolit yang aktif. Masa paruhnya
bertambah panjang dengan meningkatnya usia, pada usia 20 tahun kira-kira 20
jam dan kira-kira 90 jam pada usia 80 tahun. Bersihan plasma hampir konstan
karena itu pemberian Diazepam jangka panjang tidak memerlukan koreksi dosis.
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 37 -

Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma
antara 1-3 jam. Diekskresikan melalui ginjal. Sebagian kecil dalam bentuk
paracetamol dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Maka secara farmakokinetik, pemberian obat ini secara bersamaan dalam dosis
tinggi atau jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kerusakan hati yang
fatal.
III. KODEIN x DIAZEPAM
Kodein sebagai suatu obat penekan batuk mempunyai efek yang sangat baik
guna mempengaruhi refleks batuk sepanjang saluran nafas tanpa gangguan sel-sel
epitel bersilia dan sekresi dari bronki.
Diazepam menyebabkan tidur dan penrurnan kesadaran yang disertai nystagmus
dan bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesik.
Pada pemberian bersamaan antara kodein dan diazepam pada dosis yang
berlebihan dapat memperbesar efek samping yaitu mual serta mengantuk.
PENDAHULUAN
obat yang masuk ke tubuh kita baik melalui oral, sistemik maupun melalui cara
pemberian lainnya akan mengalami interaksi. Interkasi yang terjadi dapat dengan
makanan, zat kimia dari lingkungan maupun dengan obat lainnya. Yang akan dibahas
lebih lanjut adalah interaksi antara obat yang dapat terjadi melalui pemberian obat
sekaligus atau yang sering disebut juga dengan polifarmasi.
Dua obat atau lebih yang diberikan pada waktu bersamaan dapat memberikan
efeknya tanpa saling mempengaruhi atau bisa saling berinteraksi. Interaksi obat yang
terjadi dapat berupa farmakodinamik aaamaupun farmakokinetik. Jelasnya bisa bersifat
sinergisme (saling memperkuat) maupun antagonisme (saling berlawanan).

PEMBAHASAN RESEP
I. AMOKSISILIN TRIHIDRAT x ASAM MEFENAMAT
 Interaksi Farmakodinamik
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 38 -

Amoksisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
sintesis dinding sel mikroba (bakterisid). Obat bergabung dengan penisilin
binding protein. Amoksisilin (sama dengan Ampisilin) yang masuk ke dalam
empedu akan mengalami skulus enterohepatik.
Asam mefenamat merupakan turunan antranilat yang berkhasiat analgetik serta
mempunyai daya inflamasi. Asam mefenamat juga menunjukkan daya
antipiretika.
Maka interaksi farmakodinamika yang terjadi dari kedua obat tersebut adalah
peningkatan efek hepatotoksik apabila kedua obat diberikan secara bersamaan
dalam dosis tinggi atau jangka waktu yang lama.
 Interaksi Farmakokinetik
Amoksisilin dibasorbsi di saluran cerna jauh lebih baik dari Ampisilin. Dengan
dosis oral, amoksisilin didistribusikan di dalam tubuh dan pengikatan dengan
protein plasma 20 %. Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi
tubuli ginjal. Masa paruh eliminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh
beberapa obat termasuk asetosal (aspirin).
Asam mefenamat terikat kuat dalam protein plasma. Asam mefenamat ini
umumnya diabsorbsi sempurna terutama di lambung.
Maka interaksi farmakokinetik yang terjadi dari kedua obat itu adalah
peningkatan jumlah amoksisilin dalam darah oleh karena terjadi peningkatan
masa paruh eliminasi penisilin dalam darah oleh asam mefenamat.
II. AMOKSISILIN TRIHIDRAT x ASAM ASKORBAT
 Interaksi Farmakodinamik
Amoksisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
sintesis dinding sel mikroba (bakterisid). Obat bergabung dengan penisilin
binding protein. Amoksisilin (sama dengan Ampisilin) yang masuk ke dalam
empedu akan mengalami skulus enterohepatik.
Asam askorbat merupakan suatu kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi
dan amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion metalnya harus
berada dalam keadaan tereduksi dan dalam keadaan tertentu bersifat anti
oksidan.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 39 -

Maka secara farmakodinamik yang terjadi dari kedua obat tersebut adalah kedua
obat ini jika diinteraksikan tidak memiliki interaksi yang berarti.
 Interaksi Farmakokinetik
Amoksisilin dibasorbsi di saluran cerna jauh lebih baik dari Ampisilin. Dengan
dosis oral, amoksisilin didistribusikan di dalam tubuh dan pengikatan dengan
protein plasma 20 %. Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi
tubuli ginjal. Masa paruh eliminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh
beberapa obat termasuk asetosal (aspirin).
Asam askorbat atau vitamin C mudah diabsorbsi melalui saluran cerna,
distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan
terendah di dalam otot dan jaringan lemak. Diekskresikan melalui urin.
Maka secara farmakokinetik yang terjadi dari kedua obat tersebut adalah kedua
obat ini jika diinteraksikan tidak memiliki interaksi yang berarti.
III. ASAM MEFENAMAT x ASAM ASKORBAT
 Interaksi Farmakodinamik
Asam mefenamat merupakan turunan antranilat yang berkhasiat analgetik serta
mempunyai daya inflamasi. Asam mefenamat juga menunjukkan daya
antipiretika.
Asam askorbat merupakan suatu kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi
dan amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion metalnya harus
berada dalam keadaan tereduksi dan dalam keadaan tertentu bersifat anti
oksidan.
Maka secara farmakodinamik yang terjadi dari kedua obat tersebut adalah kedua
obat ini dapat mengiritasi lambung, sehingga jika dipakai secara bersamaan
dalam jangka lama akan meningkatkan peristatik dan menyebabkan diare.

 Interaksi Farmakokinetik
Asam mefenamat terikat kuat dalam protein plasma. Asam mefenamat ini
umumnya diabsorbsi sempurna terutama di lambung.

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 40 -

Asam askorbat atau vitamin C mudah diabsorbsi melalui saluran cerna,
distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan
terendah di dalam otot dan jaringan lemak. Diekskresikan melalui urin.
Maka secara farmakokinetik yang terjadi dari kedua obat tersebut adalah akan
mudah diabsorbsi di lambung.

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI 2 (RS2-Pr4)
ILMU PATOLOGI ANATOMI PAYUDARA
Tujuan Instruksional Umum:
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 41 -

Mahasiswa memahami kelainan dan penyakit yang ditemui pada payudara secara
makroskopik dan mikroskopik.
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa memahami hiperplasi kistik pada payudara
2. mahasiswa memahami fibroadenoma pada payudara
3. Mahasiswa memahami karsinoma payudara
Tata Laksana Praktikum
1. Deskripsikan pada tempat yang telah disediakan pada halaman dibawah kelainan
yang ditemukan pada sediaan makroskopik dan mikroskopik.
2. Jawablah pertanyaan yang telah disediakan untuk mencari hubungan antara
gangguan organic yang ditemukan dengan timbulnya gejala klinik.
3. Bagaimana perjalanan penyakit / prognosisnya bila kelainan ini tidak
ditanggulangi ?
Pendahuluan.
Kelainan pada payudara seharusnya tidak boleh berjalan lanjut, karena seluruh jaringan
payudara terletak dipermukaan tubuh, sehingga mudah untuk mendeteksi seluruh
kelainannya dalam tahap dini. Kenyataannya sebagian besar penderita dating berobat
setelah timbul benjolan dengan ukuran beberapa cm s/d sebesar kelapa.
1. Hiperplasi kistik.
Tampak kista – kista besar kecil dan berganda diantara jaringan lemak payudara.
Dinding kista tidak cerah dengan isi cairan yang jernih, agak keruh,
ataunberwarna agak kecoklatan karena fiksasi formalin. Dalam keadaan segar
karena disertai perdarahan yang tercampur dengan cairan kista ini tampak kebiru
– biruan ( disebut “blue dome cyst “)

Makroskopik

Mikroskopik

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 42 -

Diskusi

2. Fibroadenoma
Sediaan telah dibebaskan dari jaringan payudara normal ( pengangkatan intoto =
seluruh masa tumor ). Tumor tampak berbatas tegas bersimpai tripis. Pada
potongan, jaringan tumor tampak uniform ( serba rata ). Perhatikan gambaran
lobulus kelenjar yang proliferatif / bertambah banyak ( berupa bundatran –
bundaran kecil ).
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

Makroskopik

- 43 -

Mikroskopik

Diskusi

3. Karsinoma payudara
Pada sediaan terlihat kulit ditembus dan tumor tumbuh menonjol seperti kembang kol
( eksofitik ).
Makroskopik

Mikroskopik
Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Kurikulum FK USU 2013

- 44 -

Diskusi

Buku Panduan Mahasiswa
Reproductive System

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Sistem Informasi Penjualan Buku Secara Online Pada Toko Buku Bungsu Bandung

4 96 1

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1