KARYA ILMIAH MEWUJUDKAN SOSOK GURU HARAP

KARYA ILMIAH

MEWUJUDKAN SOSOK GURU
HARAPAN BANGSA

Oleh
Dewi Ratnawati, S.Pd.
NIP. 19760503 199903 2 004

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA ( PGRI )
CABANG KALIBAGOR
TAHUN 2011

MEWUJUDKAN SOSOK GURU HARAPAN BANGSA
Mewujudkan sosok guru yang menjadi harapan bangsa adalah sebuah
perjalanan panjang dan kompleks yang penuh tantangan. Melihat fenomena mutu
pendidikan di Indonesia yang kini mengalami kemerosotan, tentu sangat
memprihatinkan bagi pelaku-pelaku pendidikan. Gurulah yang seharusnya ada di
barisan terdepan untuk dapat mengurai benang kusut di dunia pendidikan
sehingga dapat menjembatani peserta didik berkembang menjadi manusia
seutuhnya dan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional.

Seandainya guru menyadari dan memiliki rasa kepedulian terhadap masa
depan bangsa, tentu guru tidak akan tinggal diam. Setidaknya guru bisa menjadi
bagian dari solusi untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Akan tetapi
sering kali guru merasa bingung bagaimana harus memulai, kapan dan dari mana
memulainya?
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa
guru diharapkan menguasai dan melaksanakan empat kompetensi guru. Adapun
empat kompetensi yang dimaksud yakni: kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Di sana diatur bagaimana hubungan guru dengan siswa,
dengan rekan sejawat, dengan pimpinan, keluarga, dan dengan lingkungan
masyarakat terkait dengan tugasnya sebagai guru maupun sebagai bagian dari
masyarakat.
Masing-masing kompetensi terdiri dari sub-sub kompetensi. Kompetensi
pedagogik meliputi tujuh sub kompetensi yaitu :
1.

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.


2.

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3.

Mengembangkan kurikulum

4.

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5.

Pengembangan potensi peserta didik.

6.

Komunikasi dengan peserta didik.


2

7.

Penilaian dan evaluasi.
Adapun kompetensi kepribadian meliputi tiga sub kompetensi yakni :

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social dan kebudayaan
nasional.
2. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan.
3. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.
Kompetensi sosial terdiri dari dua sub kompetensi yaitu :
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif.
2. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua,
Terakhir, kompetensi profesional meliputi dua sub kompetensi berikut :
1. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
Guru yang memiliki keempat kompetensi tersebut memiliki fungsi dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional di bidang

pendidikan. Selaras dengan hal tersebut, lantas sosok guru seperti apakah yang
diharapkan oleh bangsa Indonesia? Berikut beberapa kriterianya:
1.

Mandiri
Guru sebagai tenaga profesional hendaklah memiliki kemandirian
dalam melaksanakan tugas. Artinya guru harus berusaha keras dapat
melakukan semua tugas yang menjadi kewajibannya seperti kegiatan
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan baik
dengan penuh kesadaran. Hal ini dilakukan sekalipun tanpa pengawasan dari
atasan. Kuncinya adalah keikhlasan dalam bekerja, bersemangat, giat berusaha
dan tidak mudah menyerah. Jika setiap guru memiliki keempat hal tersebut, dia
akan bekerja dengan baik, kapanpun, dimanapun, dengan diawasi atau tidak
diawasi oleh pihak lain.
Guru juga diharapkan dapat belajar mandiri untuk mengembangkan
wawasan keilmuannya. Ada banyak sumber belajar yang dapat membantu,

3


seperti: buku-buku referensi maupun internet. Ada pula wadah perkumpulan
guru seperti

Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) yang bisa dimanfaatkan untuk bertukar pengalaman dan
mencari solusi dari kesulitan-kesulitan dalam menjalankan tugas sebagai guru
dengan cara sharing dengan teman sejawat . Kegiatan belajar mandiri melalui
wadah KKG/ MGMP dapat membantu para guru untuk:
a. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
b. Meningkatkan penguasaan dan pengembangan keilmuan.
c. Meningkatkan kemampuan untuk mengomunikasikan masalah akademis.
Dengan demikian guru mandiri adalah guru yang memiliki kemauan
untuk mengembangkan wawasan keilmuannya sendiri dengan berbagai cara
serta melaksanakan kewajibannya dengan baik dengan atau tanpa diawasi oleh
pihak lain.
2.

Berwibawa

Guru yang berwibawa memancarkan kesan keprofesionalan. Guru akan
dengan sendirinya berwibawa jika benar-benar memahami tugasnya dan selalu
memperbaiki kinerjanya, memiliki karakter dan perilaku yang baik, sehingga
dapat menghasilkan anak didik yang berkarakter, santun dan bermoral. Guru
yang berwibawa haruslah guru yang senantiasa menjadi teladan bagi siswa dan
masyarakat di sekitarnya.
Guru yang berwibawa di hadapan siswa, tentunya guru yang
penjelasannya mudah dimengerti dan dipahami, akrab dan ramah dengan
siswa, objektif dalam penilaian, memiliki kasih sayang dan semangat mengajar,
berwawasan luas dan memiliki banyak pengalaman. Diperlukan kemampuan
guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran yang baik melibatkan kegiatan
mengalokasikan penggunaan waktu, memilih metode pengajaran yang tepat,
menciptakan minat siswa, dan membangun lingkungan belajar yang produktif
(Arends,2008: 96). Meskipun kegiatan merencanakan dan mengambil

4

keputusan tentang pengajaran menuntut pemahaman dan keterampilan yang

cukup canggih, guru tidak perlu merasa keberatan karenanya. Guru akan dapat
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik jika menguasai
kurikulum, metode mengajar, pemberian latihan-latihan serta macam-macam
bentuk penilaian.
Kegiatan selanjutnya adalah proses belajar mengajar yang merupakan
kegiatan memutuskan isi kurikulum yang penting untuk dipelajari siswa dan
cara penerapannya di dalam lingkup (setting) kelas melalui berbagai kegiatan
belajar. Guru harus menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang
bervariasi dalam hal apa yang akan dipelajari.
Sebagian siswa dapat mengumpulkan banyak informasi dari teks,
sementara ada sebagian lain yang mengumpulkan informasi dengan cara
mendengarkan penjelasan guru. Sebagian siswa senang untuk menangani ideide abstrak, sementara sebagian lainnya lebih sukses bila mereka menangani
bahan-bahan yang dapat dipegang (konkret). Ada lagi siswa yang lebih dapat
mengambil pelajaran selama membicarakan ide-ide mereka dengan orang lain.
Guru yang efektif akan membuat variasi pada strategi pembelajaran
yang akan digunakan serta memberikan berbagai pilihan kegiatan belajar
kepada siswa yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang sama.
Oleh karenanya sekarang ini dalam kegiatan pembelajaran disyaratkan ada
proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Eksplorasi merupakan


serangkaian

kegiatan

pembelajaran

yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencaritemukan berbagai
informasi, pemecahan masalah, dan inovasi.
Sedangkan elaborasi merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan dan mengaktualisasikan
diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna.
Selanjutnya proses konfirmasi berisi kegiatan penyimpulan hasil
pembelajaran dan umpan balik dari guru atas hasil kerja peserta didik.

5

Aspek yang juga penting dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan

evaluasi. Keluhan yang sering muncul dari siswa adalah bahwa materi yang
dicakup dalam tes/ulangan/ujian belum pernah dibahas di kelas. Mereka
merasa telah dinilai secara tidak adil. Oleh karena itu Grondlund dalam Arends
(2008), memberikan prinsip-prinsip evaluasi yaitu mengakses seluruh tujuan
pembelajaran. Guru semestinya mengonstruksikan tesnya sedemikian rupa
sehingga

dapat

mengukur

dengan

jelas

tujuan

belajar

yang


telah

dikomunikasikan kepada siswa dan materi yang telah dibahas. Ada banyak
jenis evaluasi yang dapat diselenggarakan guru dengan teknik tes maupun non
tes. Hal terpenting dalam evaluasi adalah konstuksi alat evaluasi harus tepat
untuk mengukur tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa guru yang berwibawa idealnya adalah guru
yang memiliki keahlian menjalankan tugas, memiliki semangat untuk
membangun diri serta menambah wawasan dengan selalu belajar. Belajar dari
guru yang terus belajar untuk memperbaiki kegiatan mengajarnya tentu tidak
membosankan.
3.

Peduli
Sikap peduli berarti memerhatikan, menghiraukan, dan memprihatinkan
suatu keadaan yang terjadi di sekitar kita. Seorang guru yang sehari-harinya
bergaul dengan peserta didik tentunya merupakan sosok yang paling dekat
dengan mereka. Para guru seyogyanya dapat memahami karakteristik setiap
peserta didik agar dapat membantu mengembangkan potensi masing-masing

siswanya dengan optimal dan mengatasi kekurangan dari mereka dengan tepat.
Dengan memahami karakteristik peserta didik, nantinya guru dapat
mengatur kelas sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan belajar yang
sama pada semua peserta didik dengan keadaan fisik dan kemampuan belajar
yang berbeda. Guru harus memberikan kesempatan yang sama pada semua
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, bersifat
adil dan tidak diskriminatif.
Jika ada beberapa peserta didik yang memiliki penyimpangan perilaku,
guru harus berusaha mengetahui penyebabnya, sehingga dapat mencegah agar

6

perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya. Demikian pula jika ada
peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu, diharapkan guru dapat
memerhatikan agar anak tersebut dapat mengikuti aktivitas pembelajaran,
sehingga tidak tersisihkan, diolok-olok, atau minder.
Selain peduli dengan perkembangan potensi intelektual siswa, guru
juga harus peduli terhadap karakter kepribadian siswa. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 3 disebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Demikian

rumusan

kualitas

manusia

Indonesia

yang

harus

dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Pada prinsipnya pengembangan
budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi
terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah.
Oleh karena itu guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus dan RPP (Karnadi,
2010).
Menjadi guru yang peduli mempunyai tanggung jawab sosial,
intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui
kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian dari lingkungan
sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi yang efektif. Tanggung jawab
intelektual diwujudkan melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab moral dan
spiritual diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama
yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan
budaya/karakter bangsa.

7

4.

Profesional
Suatu pekerjaan dikatakan profesional jika pekerjaan yang dilakukan
tersebut menjadi sumber penghasilan, memerlukan keahlian yang memenuhi
standar mutu tertentu dan biasanya memerlukan pendidikan profesi. Sekarang
ini untuk menjadi guru diperlukan kualifikasi akademik yang diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Selain itu diwajibkan
pula memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan profesi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Dalam UU nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa, “Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab”.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang membutuhkan
bakat, minat, panggilan jiwa serta idealisme. Guru harus memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
Diharapkan guru haus akan menimba keterampilan, dan bersikap peka terhadap
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), misalnya mampu
dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model
pembelajaran multimedia.
Tugas guru yang sedemikian berat, akan dirasa ringan jika setiap guru
mencintai pekerjaannya. Guru tidak akan merasa terbebani jika profesi guru
merupakan panggilan jiwa dalam rangka beribadah kepada Tuhan. Jika setiap
tugas dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, maka guru akan dapat menikmati
setiap tugas dan kewajiban itu sebagai suatu bentuk tanggung jawab sebagai
makhluk Tuhan.
Oleh sebab itu, untuk menjadi guru profesional diperlukan kualifikasi
pendidikan dan kompetensi khusus, dan tidak terlepas dari relung hati dan

8

sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan
pertama.
Terpenuhinya keempat kriteria guru harapan bangsa tersebut akan dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai unsur utama dan strategis bagi suksesnya
pendidikan di Indonesia, guru harus mendapatkan perlindungan profesi.
Perlindungan profesi menurut istilah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
harus ditopang oleh pilar-pilar berikut: imbalan jasa yang wajar, rasa aman dalam
menjalankan tugas, lingkungan kerja yang kondusif, kejelasan karir, hubungan
yang harmonis antar sesama pendidik, dan kesempatan untuk senantiasa
mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan. Artinya hal-hal tersebut
yang akan membangun image tingkat kesejahteraan guru.
PGRI sebagai organisasi profesi telah banyak berjuang untuk meningkatkan
martabat anggotanya. Kini eksistensi guru semakin diakui, pemerintah telah
menaikkan tunjangan profesi guru sehingga kehidupan guru semakin baik. Ada
Undang-Undang Guru dan Dosen yang telah dibuat untuk dijadikan payung
hukum yang melindungi para guru.
Sekarang tinggal bagaimana guru mau mensyukuri semua ini dengan
melaksanakan tugas yang merupakan kewajibannya dengan semaksimal mungkin.
Tindakan selalu mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
akan membuat guru terlindungi dari semua ancaman yang dapat menyesatkan
profesi guru, yang berarti pula dapat menyesatkan bangsa ini.
Masa depan bangsa ada di tangan guru. Tugas guru sangatlah mulia,
membentuk manusia potensial yang beriman dan bertakwa. Guru dapat menjadi
jembatan bagi tercapainya cita-cita bangsa. Guru hendaklah mampu berpikir
besar, bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha membangun bangsa. Mari
wujudkan sosok guru yang menjadi tumpuan meningkatnya mutu pendidikan
nasional, yaitu guru yang mandiri, berwibawa, peduli, profesional dan tentunya
yang merasa terlindungi.

9

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I, 2008. Learning To Teach

Belajar untuk Mengajar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://kepeg.auk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/Permendiknas-162007.pdf
Karnadi, 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, 2006. Undang- Undang
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pengurus
Besar PGRI.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003

10

IDENTITAS PENULIS

Nama

: Dewi Ratnawati, S.Pd.

Alamat

: Kalibagor Rt 06 Rw 05 Kec. Kalibagor, Kab.Banyumas

Pekerjaan

: Guru

No.Telp

: 0281 7639276

Email

: ratnawati.dewi05@yahoo.com

Utusan PGRI

: Cabang Kalibagor

11