Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
.
Ahli-ahli jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya.
Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu
dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu
hal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi dan
sebagainya.
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih daya ingat. Seseorang harus melakukan
dengan cara menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing dan sebagainya. Untuk
mempertajam daya berpikir seseorang harus melatihnya dengan memecahkan permasalahan
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan daya fantasi seseorang
harus membiasakan diri merenungkan sesuatu, dengan usaha tersebut maka daya-daya itu
dapat tumbuh dan berimbang dan tidak lagi bersifat laten (tersembunyi) di dalam diri.
Pengaruh teori ini dalam belajar ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalanhafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian.
Walaupun begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata
asing dan sebagainya.
Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar, latihlah
semua daya yang ada dalam diri.
2. Teori behavior

Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan tidak

memperhatikan pada proses berpikir siswa. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai
perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu
proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses
Stimulus-Respon (SR) yaitu dorongan,rangsangan, respon serta penguatan. Ada beberapa
jenis teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Behaviorisme yaitu Teori Pengkondisian
Klasikal dari Pavlov, serta Teori Connectionism dari Thornaike, Teori Operant Conditioning
dari B.F.Skinner, teori Watson, Teori Clark Hull, dan juga Teori Edwin Gutrei.

Teori ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari teori ini adalah teori ini
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa dan teori ini juga membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar sedangkan kelemahan dari teori ini adalah proses pembelajaran berpusat pada
guru dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dan menghapal saja sehingga siswa menjadi
tidak aktif dan tidak dapat berkembang. Teori ini digunakan disetiap jenjang pendidikan
untuk melaksanakan proses pembelajaran dari dulu sampai sekarang.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku


2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek

3. Mementingkan pembentukan kebiasaan

Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti
sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John Locke(1632-1704), salah
satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini
didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan.
Idea dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku
manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory
experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.

Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan
apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai
makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan
menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia tunduk pada prinsip
ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme,
maka itulah yang disebut dengan behaviorisme,bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh
dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk
menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.


Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifatsifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau
dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.
Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai
organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada
dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan
mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah
belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain:
teori Connectionism, Classical Conditioning, Contiguous Conditioning, serta Descriptive
Behaviorisme atau yang lebih dikenal dengan nama Operant Conditioning.

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik,dapat dijelaskan
sebagai berikut.

1.
2. Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)

Teori pelaziman klasik Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi
dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah
pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.

Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di
beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan
tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang
makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan.
Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan
pribadi dihiraukan.

2.Albert Bandura (1925-sekarang)
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan
konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman
dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang
semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna
(pelaziman klasik).Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta
efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan

emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi
tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh
lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat,
produksi motorik, motivasi.Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi.
Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwaperistiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul
sebagai reaksi pada psikologi “mentalistik”.

TEORI BELAJAR KOGNITIF
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Prinsip


umum

teori

Belajar

Kognitif

sebagaimana

dikutip

dari

laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-kognitif.html, antara lain:
a. Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
b. DIsebut model perseptual
c. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
d. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat

sebagai tingkah laku yang nampak
e. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponenkomponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan
makna.
f. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
g. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
h. Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J.
Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki belajar
(Gagne), Webteaching (Norman)
i. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
j. Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks

k.

Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi

keberhasilan siswa belajar.
Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran

konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan
sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti
tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan
akomodasi).
Piaget

dikutip

kognitif.html

a.

dari


laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-

membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:

Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)

Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi
selangkah.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda
bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c.

Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturanaturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.


Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
1)

Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu

perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf
2) Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya
dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yangb berbeda usia akan
berbeda secara kualitatif
3)

Proses adaptasi mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu

akomidasi dan asimilasi
4)

Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur

kognitif. (apabila individu menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi

tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai)
5)

Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami

(apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi
yang diterima).
6) Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan
ekuilibrasi (penyeimbangan)
7) Asimilasi (proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan

antara asimilasi dan

akomodasi)
8)

Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri

pembagianmaka terjadi prses intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan
pembagian (info baru) inilah asimilasi.
9)

Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya

anak sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip pembagian dalam situasi
baru
10) Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya

disebut ekuilibrasi
11) Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya
12) Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11
thn), operasional formal (12-18 thn)
13) Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal
asimilasi dan akomodasi pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran sebagaimana
dikutip dari laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-kognitif.html adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaikbaiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.

6. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Konstruktivistik
konstruktivistik.html

dalam http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-

merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan

kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau
dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek untuk aktif

menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan
bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif
akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh
subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan
tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi
secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari

sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman suatu konsep
secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5.

Lebih

menekankan

pada

proses

belajar

bagaimana

belajar

itu.

(http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-konstruktivistik.html)
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng
mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan
tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit,
aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar
si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar
ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung
pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Teori ini lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif
membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap saja tidak akan berkembang
pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang.
Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang
terus-menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang sangat menentukan perrkembangan
pengetahuannya.

Unsur-unsur penting dalam teori konstruktivistik:
1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa
2. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna
3. Adanya lingkungan social yang kondusif
4. Adanya dorongan agar siswa mandiri
5. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah
Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:
1)

Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2)

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan

keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3)

Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan

konsep ilmiah.
4)

Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi

berjalan lancar.
5)

Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6)

Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.

7)

Mencari dan menilai pendapat siswa.

8)

Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Proses

belajar

konstrutivistik

sebagaimana

dirilis

laman http://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-konstruktivistik.html dapat

dilihat

dalam
dari

berbagai aspek, yaitu:
1. Proses belajar konstruktivistik
Esensi dari teori konstruktivistik adalah siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi
milik mereka sendiri. Sehingga dalam proses belajar, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Peranan siswa
Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa menjadi pusat kegiatan dan guru sebagai
fasiitator. Karena belajar merupakan suatu proses pemaknaan atau pembentukan
pengetahuan dari pengalaman secara konkrit, aktivitas kolaboratif, refleksi serta

interpretasi yang harus dilukukan oleh siswa sendiri.
3. Peranan guru
Guru atau pendidik berperan sebagai fasilitator artinya membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri dan proses pengkonstruksian pengetahuan agar berjalan lancar.
Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang dimilikinya pada siswa tetapi guru dituntut
untuk memahami jalan pikiran atau cara pandang setiap siswa dalam belajar.
4. Sarana belajar
Sarana belajar dibutuhkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh
agar mendapatkan pengetahuan yang maksimal.
5. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar yang menekankan pada ketrampilan proses
baik individu maupun kelompok. Dengan cara ini, maka kita dapat mengetahui seberapa
besar suatu pengetahuan telah dipahami oleh siswa.
Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran :
a.

Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang

sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ideidenya secara lebih bebas.
b. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan
ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut,
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
c.

Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah

kompleks, dimana terjadi bermacam-macam pandangan

tentang kebenaran yang

datangnya dari berbagai interpretasi.
d. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan suatu usaha yang
kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.
Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran :
e.

Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang

sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ideidenya secara lebih bebas.
f.

Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan

ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut,
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
g.

Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah

kompleks, dimana terjadi bermacam-macam pandangan

tentang kebenaran yang

datangnya dari berbagai interpretasi.
h. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan suatu usaha yang
kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.