Penyakit Penting pada Tanaman Cabai
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA
Nama : Kiki Audiva W.
Tanggal : 05 Februari 2016
NIM : 05071281320028
Asisten
: 1. Dede Darmadi
Kelas : A
2. Debora H.P Manalu
Judul : Penyakit Penting pada Tanaman
3. Kokos Muchriandi
Cabai
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu komoditas primadona sayuran yang banyak
diusahakan oleh petani dalam berbagai skala usahatani di lahan kering baik
dataran tinggi maupun dataran rendah.. Cabai sebagian besar digunakan untuk
konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor alam bentuk kering, saus,
tepung dan lainnya, menjadikan tanaman cabai (Capsicum annum) menjadi
tanaman penting di Indonesia. Selain dijadikan sayuran atau bumbu masak,
tanaman ini berpotensi menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku
industri. Bahan utama sambal ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
hidangan masakan nusantara. Tidak dapat dipungkiri kenaikan harga cabai sering
menjadi keluhan masyarakat atau konsumen. Hal ini diakibatkan oleh permintaan
cabai yang sangat tinggi namun ketersediaannya yang terbatas.
Melihat nilai penting dan nilai ekonomis dari cabai di Indonesia tentu
budidaya tanaman ini sangat diperlukan dalam memenuhi permintaan konsumen.
Hanya saja seperti yang diketahui budidaya tanaman cabai memiliki risiko yang
tinggi. Gangguan hama dan penyakit sering menyebabkan petani tanaman cabai
mengalami penurunan hasil produksi sehingga merugikan para petani cabai.
Dalam hal ini, pengetahuan tentang bagaimana cara pengendalian hama dan
penyakit tersebut dengan benar sangat diperlukan sehingga diperoleh hasil
produksi semaksimal mungkin.
Universitas Sriwijaya
1
2
Serangan penyakit pada tanaman cabai dapat menurunkan hasil produksi,
jika serangan parah dapat mengakibatkan gagal panen sehingga menimbulkan
kerugian total bagi para petani cabai. Patogen yang sering menyerang tanaman
adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran spora yang tersebar
melalui media udara, air serta tanah. Penyakit yang timbul juga dapat disebabkan
oleh bakteri, virus dan protozoa.
Hama dan penyakit dalam penyerangannya akan menimbulkan ciri gejala
yang berbeda-beda. Dari ciri gejala tersebut akan dapat diketahui jenis-jenis hama
dan bagaimana cara pengendalian yang benar. Dalam makalah ini membahas lebih
detail mengenai hama penting dan penyakit penting yang menyerang tanaman
cabai.
1.2.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penyakit
penting pada tanaman cabai serta cara pengendaliannya.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Indralaya. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 05
Februari 2016 mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu : 1). Alat tulis, 2).
Bunsen, 3). Cover glass, 4). Kaca Preparat, dan 5). Mikroskop.
Bahan yang digunakan dalam ini, antara lain: 1). Aquadest, dan 2).
Cabai sakit.
2.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :
1.
Diamati gejala pada tanaman cabai yang terserang antraknosa.
2.
Disiapkan mikroskop, gelas objek dan penutup kaca preparat.
3.
Diambil konidia atau spora dan diletakkan di diatas gelas objek,kemudian
diberi air sedikit.
4.
Gelas objek yang terisi spora atau konidia ditutup dengan kaca preparat.
5.
Diamati konidia pada gelas objek di bawah mikroskop.
Universitas Sriwijaya
3
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Colletotrichum sp.
Sumber : Koleksi Pribadi
3.2. Pembahasan
Pada praktikum pertama ini, dilakukan pengamatan pada Cabai
(Capsicum annum) yang terserang antraknosa. Diduga serangan ini
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici. Penyakit Antraknosa
lebih dikenal dengan istilah “Pathek” adalah penyakit yang masih ditakuti
petani cabai hingga saat ini. Penyakit antraknosa disebabkan oleh
cendawan Colletotrichum
capsici Sydow
dan Colletotrichum
gloeosporioides Pens. Gejala serangan yang ditimbulkan dapat dilihat
pada buah cabai yaitu terdapat bintik-bintik cekung kehitaman. Hal ini
sesuai dengan yang dijelaskan oleh Syukur et al (2007), gejala serangan
yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yang terdapat pada
Universitas Sriwijaya
4
5
tanaman cabai (Capsicum annum) yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik
kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau
yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar
dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap.
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat
pada tanaman cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk
menginfeksi biji. Pada umumnya jamur ini menginfeksi semai yang
tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini juga menyerang daun dan
batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam
sisa-sisa tanaman sakit.
Kemudian konidium dari jamur ini akan
disebarkan oleh angin (Rusli & Mardinus, 2007).
Pengendalian
Cabai (Capsicum
yang
annum)
dapat
yang
dilakukan
pada
tanaman
terserang jamur Colletotrichum
capsici yaitu memanfaatkan jamur Trichoderma. Pengendalian yang dapat
dilakukan
pada
Tanaman
Cabai (Capsicum
annum)
yang
terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan,
menggunakan
benih
sehat,
pergiliran
tanaman,
memanfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan
meng-gunakan varietas tahan (Wawan, 2009).
Sesuai dengan pendapat Semangun (2004), cendawan ini bisa
menghancurkan panen hingga 20-90% terutama pada saat musim hujan.
Cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang
dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih
dari 80 rH dengan suhu 32˚ C. Semua tahap pertumbuhan bisa terserang
penyakit ini, termasuk tahap pasca panen. Gejala yang tampak terjadi pada
buah yang matang. Buah yang masak ada yang menjadi kecil, terdapat
cekungan melingkar hingga 30 mm. Pusat luka menjadi berwarna coklat,
dengan jaringan di sekitarnya berwarna lebih ringan mengelilingi pusat
luka membentuk cincin konsentris.
Apabila buah yang masih berwarna hijau terinfeksi, maka
gejalanya akan muncul sampai buah tersebut matang. Infeksi ini disebut
dengan istilah laten. Pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah
Universitas Sriwijaya
6
atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah.
Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke
bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk
kering berwarna coklat kehitaman.
Patogen timbul dari semenjak pembibitan dan bertahan pada
tanaman inang yang lain, seperti tomat, kentang, terong, mentimun
ataupun gulma disekitar pertanaman. Patogen akan bertambah jumlahnya
apabila dilakukan penanaman secara terus menerus tanpa berganti jenis
tanaman. Menurut Duriat et all (2007), penyakit muncul dari spora yang
dihasilkan pada buah atau daun tanaman yang sakit. Guyuran air menjadi
faktor pendorong penyebaran spora jamur pada partikel tanah. Suhu
optimum agar terjadi infeksi pada buah yaitu 20-24°C dengan kondisi
kelembaban permukaan buah yang cukup. Semakin lama periode
kelembaban permukaan buah, maka semakin besar keparahan penyakit
antraknosa. Buah yang berada dekat dengan permukaan tanah adalah yang
paling mungkin terkena infeksi melalui kontak tanah akibat guyuran hujan
atau secara langsung.
Universitas Sriwijaya
7
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum ini antara lain
sebagai berikut :
1. Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici Sydow
dan Colletotrichum gloeosporioides Pens.
2. Gejala serangan yang ditimbulkan dapat dilihat pada buah cabai yaitu terdapat
bintik-bintik cekung kehitaman.
3. Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman
cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk menginfeksi biji,
menyerang
daun
dan
batang,
hingga
buah
tanaman
dan dapat
mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit
4. Cara penyebaran konidium dari jamur ini akan disebarkan oleh angin
5. Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman Cabai (Capsicum annum)
yang terserang jamur Colletotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki
pengairan,
menggunakan
benih
sehat,
pergiliran
tanaman,
memanfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan.
4.2. Saran
Melalui praktikum kali ini, dapat disarankan untuk pengorekan
dilakukan sebaik mungkin agar didapatkan penyebab penyakit nya, bukan
hanya jamur yang menumpang hidup
Universitas Sriwijaya
7
DAFTAR PUSTAKA
Wawan, Irawan. 2009. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada agribisnis
cabai. Dalam : Agribisnis Cabai (Ed. Santika). Penebar Swadaya.
Jakarta: 98 – 121.
Duriat, A.S., N. Gunaeni., dan A.W. Wulandari. 2007. Penyakit Penting Pada
Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung. 55 hlm.
Rusli, I., Mardinus, Z., 2007. Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai
di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar
Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Palembang, hlm: 187-190.
Syukur, M., S. Sujiprihati, J. Koswara, Widodo. 2007. Pewarisan ketahanan cabai
(Capsicum annuum L.) terhadap antraknosa yang disebabkan oleh
Colletotrichum acutatum. Bul. Agron, 35(2):112- 117.
Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta
Universitas Sriwijaya
8
PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA
Nama : Kiki Audiva W.
Tanggal : 05 Februari 2016
NIM : 05071281320028
Asisten
: 1. Dede Darmadi
Kelas : A
2. Debora H.P Manalu
Judul : Penyakit Penting pada Tanaman
3. Kokos Muchriandi
Cabai
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu komoditas primadona sayuran yang banyak
diusahakan oleh petani dalam berbagai skala usahatani di lahan kering baik
dataran tinggi maupun dataran rendah.. Cabai sebagian besar digunakan untuk
konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor alam bentuk kering, saus,
tepung dan lainnya, menjadikan tanaman cabai (Capsicum annum) menjadi
tanaman penting di Indonesia. Selain dijadikan sayuran atau bumbu masak,
tanaman ini berpotensi menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku
industri. Bahan utama sambal ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
hidangan masakan nusantara. Tidak dapat dipungkiri kenaikan harga cabai sering
menjadi keluhan masyarakat atau konsumen. Hal ini diakibatkan oleh permintaan
cabai yang sangat tinggi namun ketersediaannya yang terbatas.
Melihat nilai penting dan nilai ekonomis dari cabai di Indonesia tentu
budidaya tanaman ini sangat diperlukan dalam memenuhi permintaan konsumen.
Hanya saja seperti yang diketahui budidaya tanaman cabai memiliki risiko yang
tinggi. Gangguan hama dan penyakit sering menyebabkan petani tanaman cabai
mengalami penurunan hasil produksi sehingga merugikan para petani cabai.
Dalam hal ini, pengetahuan tentang bagaimana cara pengendalian hama dan
penyakit tersebut dengan benar sangat diperlukan sehingga diperoleh hasil
produksi semaksimal mungkin.
Universitas Sriwijaya
1
2
Serangan penyakit pada tanaman cabai dapat menurunkan hasil produksi,
jika serangan parah dapat mengakibatkan gagal panen sehingga menimbulkan
kerugian total bagi para petani cabai. Patogen yang sering menyerang tanaman
adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran spora yang tersebar
melalui media udara, air serta tanah. Penyakit yang timbul juga dapat disebabkan
oleh bakteri, virus dan protozoa.
Hama dan penyakit dalam penyerangannya akan menimbulkan ciri gejala
yang berbeda-beda. Dari ciri gejala tersebut akan dapat diketahui jenis-jenis hama
dan bagaimana cara pengendalian yang benar. Dalam makalah ini membahas lebih
detail mengenai hama penting dan penyakit penting yang menyerang tanaman
cabai.
1.2.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penyakit
penting pada tanaman cabai serta cara pengendaliannya.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Indralaya. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 05
Februari 2016 mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu : 1). Alat tulis, 2).
Bunsen, 3). Cover glass, 4). Kaca Preparat, dan 5). Mikroskop.
Bahan yang digunakan dalam ini, antara lain: 1). Aquadest, dan 2).
Cabai sakit.
2.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :
1.
Diamati gejala pada tanaman cabai yang terserang antraknosa.
2.
Disiapkan mikroskop, gelas objek dan penutup kaca preparat.
3.
Diambil konidia atau spora dan diletakkan di diatas gelas objek,kemudian
diberi air sedikit.
4.
Gelas objek yang terisi spora atau konidia ditutup dengan kaca preparat.
5.
Diamati konidia pada gelas objek di bawah mikroskop.
Universitas Sriwijaya
3
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Colletotrichum sp.
Sumber : Koleksi Pribadi
3.2. Pembahasan
Pada praktikum pertama ini, dilakukan pengamatan pada Cabai
(Capsicum annum) yang terserang antraknosa. Diduga serangan ini
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici. Penyakit Antraknosa
lebih dikenal dengan istilah “Pathek” adalah penyakit yang masih ditakuti
petani cabai hingga saat ini. Penyakit antraknosa disebabkan oleh
cendawan Colletotrichum
capsici Sydow
dan Colletotrichum
gloeosporioides Pens. Gejala serangan yang ditimbulkan dapat dilihat
pada buah cabai yaitu terdapat bintik-bintik cekung kehitaman. Hal ini
sesuai dengan yang dijelaskan oleh Syukur et al (2007), gejala serangan
yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yang terdapat pada
Universitas Sriwijaya
4
5
tanaman cabai (Capsicum annum) yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik
kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau
yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar
dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap.
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat
pada tanaman cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk
menginfeksi biji. Pada umumnya jamur ini menginfeksi semai yang
tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini juga menyerang daun dan
batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam
sisa-sisa tanaman sakit.
Kemudian konidium dari jamur ini akan
disebarkan oleh angin (Rusli & Mardinus, 2007).
Pengendalian
Cabai (Capsicum
yang
annum)
dapat
yang
dilakukan
pada
tanaman
terserang jamur Colletotrichum
capsici yaitu memanfaatkan jamur Trichoderma. Pengendalian yang dapat
dilakukan
pada
Tanaman
Cabai (Capsicum
annum)
yang
terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan,
menggunakan
benih
sehat,
pergiliran
tanaman,
memanfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan
meng-gunakan varietas tahan (Wawan, 2009).
Sesuai dengan pendapat Semangun (2004), cendawan ini bisa
menghancurkan panen hingga 20-90% terutama pada saat musim hujan.
Cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang
dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih
dari 80 rH dengan suhu 32˚ C. Semua tahap pertumbuhan bisa terserang
penyakit ini, termasuk tahap pasca panen. Gejala yang tampak terjadi pada
buah yang matang. Buah yang masak ada yang menjadi kecil, terdapat
cekungan melingkar hingga 30 mm. Pusat luka menjadi berwarna coklat,
dengan jaringan di sekitarnya berwarna lebih ringan mengelilingi pusat
luka membentuk cincin konsentris.
Apabila buah yang masih berwarna hijau terinfeksi, maka
gejalanya akan muncul sampai buah tersebut matang. Infeksi ini disebut
dengan istilah laten. Pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah
Universitas Sriwijaya
6
atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah.
Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke
bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk
kering berwarna coklat kehitaman.
Patogen timbul dari semenjak pembibitan dan bertahan pada
tanaman inang yang lain, seperti tomat, kentang, terong, mentimun
ataupun gulma disekitar pertanaman. Patogen akan bertambah jumlahnya
apabila dilakukan penanaman secara terus menerus tanpa berganti jenis
tanaman. Menurut Duriat et all (2007), penyakit muncul dari spora yang
dihasilkan pada buah atau daun tanaman yang sakit. Guyuran air menjadi
faktor pendorong penyebaran spora jamur pada partikel tanah. Suhu
optimum agar terjadi infeksi pada buah yaitu 20-24°C dengan kondisi
kelembaban permukaan buah yang cukup. Semakin lama periode
kelembaban permukaan buah, maka semakin besar keparahan penyakit
antraknosa. Buah yang berada dekat dengan permukaan tanah adalah yang
paling mungkin terkena infeksi melalui kontak tanah akibat guyuran hujan
atau secara langsung.
Universitas Sriwijaya
7
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum ini antara lain
sebagai berikut :
1. Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici Sydow
dan Colletotrichum gloeosporioides Pens.
2. Gejala serangan yang ditimbulkan dapat dilihat pada buah cabai yaitu terdapat
bintik-bintik cekung kehitaman.
3. Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman
cabai (Capsicum annum) yaitu berawal dari buah masuk menginfeksi biji,
menyerang
daun
dan
batang,
hingga
buah
tanaman
dan dapat
mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit
4. Cara penyebaran konidium dari jamur ini akan disebarkan oleh angin
5. Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman Cabai (Capsicum annum)
yang terserang jamur Colletotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki
pengairan,
menggunakan
benih
sehat,
pergiliran
tanaman,
memanfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan.
4.2. Saran
Melalui praktikum kali ini, dapat disarankan untuk pengorekan
dilakukan sebaik mungkin agar didapatkan penyebab penyakit nya, bukan
hanya jamur yang menumpang hidup
Universitas Sriwijaya
7
DAFTAR PUSTAKA
Wawan, Irawan. 2009. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada agribisnis
cabai. Dalam : Agribisnis Cabai (Ed. Santika). Penebar Swadaya.
Jakarta: 98 – 121.
Duriat, A.S., N. Gunaeni., dan A.W. Wulandari. 2007. Penyakit Penting Pada
Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung. 55 hlm.
Rusli, I., Mardinus, Z., 2007. Penyakit Antraknosa Pada Buah Cabai
di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar
Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Palembang, hlm: 187-190.
Syukur, M., S. Sujiprihati, J. Koswara, Widodo. 2007. Pewarisan ketahanan cabai
(Capsicum annuum L.) terhadap antraknosa yang disebabkan oleh
Colletotrichum acutatum. Bul. Agron, 35(2):112- 117.
Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta
Universitas Sriwijaya
8