Untuk menjadi pemimpin yang hebat di dun

FEMALE LEADERSHIP

Oleh :Anindhita fijhri lestari
Prodi : S1-Manajemen
Nim : 041211231266

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
Mengelola bakat dan berkembang generasi berikutnya pemimpin bisnis
menjadi diakui sebagai kunci untuk mencapai keunggulan modal manusia
selama kompetisi dalam global ekonomi pengetahuan. Mengingat bakat defisit
diproyeksikan yang akan mengikuti pensiun jutaan disebut 'Baby Boomer'
manajer dan eksekutif selama 20 tahun berikutnya, perempuan pemimpin
selalu dapat dilihat oleh peningkatan jumlah pengusaha sebagai sumber belum
dimanfaatkan bakat yang dimiliki oleh setiap perempuan didunia, oleh karena
itu perempuan memiliki hak yang sama untuk memiliki kebebasan dalam
memberikan argumennya dan sikap kepemimpinan itu pasti dimiliki oleh setiap
perempuan. Namun peraturan/sekat-sekat yang membatasi mereka

menyebabkan mereka tidak bisa bergerak bebas dilingkungan mereka sendiri.
Dimasa mendatang kepemimpinan perempuan ini mungkin akan berkembang
pesat seiring banyaknya profil-profil pengusaha perempuan yang sukses dan
membuat daya tarik tersendiri bagi kaum hawa.

I.II RUMUSAN MASALAH
1. Nilai lebih pemimpin perempuan
2. Karakteristik unik kepemimpinan perempuan
3. Karakter yang harus dimiliki pemimpin perempuan
4. Sentuhan pemimpin perempuan
5. Peran kepemimpinan perempuan dalam perusahaan

I.III TUJUAN
1. Supaya mahasiswa lebih mengetahui peran perempuan dalam memimpin suatu
perusahaan maupun non perusahaan
2. Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya kita mengetahui kelebihan
dan kekurangan pemimpin perempuan

NILAI LEBIH PEMIMPIN PEREMPUAN
Kompetensi seorang pemimpin bukan pada kekuatan fisik maupun orang kuat

dibaliknya, namun juga kecerdasan pemikiran dan sebuah studi dilansir situs

dailymanagement.com (2009) melaporkan perempuan menjadi punya kesempatan sama
dengan lelaki untuk memimpin sebuah negeri.
Situs itu menjelaskan secara biologis perempuan mahluk mampu mengerjakan banyak hal
(multi tasking) dan seluruhnya bisa dilakukan dengan konsentrasi yang sama. Ini tidak
ditemui pada lelaki yang kurang mampu menghadapi kompleksitas masalah dan cenderung
memperbaikinya satu-satu, sementara perempuan ingin semua bisa cepat selesai dengan baik
serta memahami masalah lebih prioritas agar solusi makin cepat.
Perempuan juga mampu mengontrol emosinya. Dia tidak sembarangan mengucurkan air
mata atau marah berlebihan di depan orang banyak. Kepemimpinan seringkali
membutuhkan figur seperti ini sehingga dalam mengambil keputusan lebih matang terutama
soal kebijakan luar negeri.
Karakter alami, banyak perempuan menyukai keindahan, kedamaian, ketenangan, dan
tentunya kondisi ini bisa menyejukkan hawa panas dunia tengah bergejolak lantaran konflik
di pelbagai belahan bumi.
Namun ini memang tidak bisa dijadikan tolok ukur mengingat banyak pula perempuan
berada di garis depan peperangan. Perempuan Palestina, misalnya. Namun ini pun sebab
tekanan sosial yang luar biasa hingga merubah pandangan dan kepribadian mereka menjadi
berbeda dari karakter alamiah perempuan sesungguhnya.

Pro kontra pemimpin perempuan memang tidak habis menjadi polemik di berbagai belahan
dunia. Namun perlu diakui sentuhan perempuan diperlukan agar pemerintah mempunyai
banyak pertimbangan untuk menentukan kebijakan.

KARAKTERISTIK UNIK KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Bicara tentang kepemimpinan, apakah gender mempunyai pengaruh? Apakah ada perbedaan
antara pemimpin perempuan dan pria?Jika ya, apakah kualitas unik kepemimpinan wanita
yang efektif dan dimiliki dan apakah mereka wanita yang unik?
Pada tahun 2005, dalam penelitian panjang bertahun-tahun oleh Caliper, firma konsultan
manajemen yang berbasis di Princenton , New Jersey dan Aurora, organisasi perkembangan
perempuan berbasis di London, mengidentifikasikan karateristik yang membedakan
kepemimpinan perempuan dengan pria berdasarkam kualitasnya: pemimpin perempuan
lebih tegas dan persuasif, mempunyai keinginan kuat untuk menyelesaikan tugas secepatnya
dan lebih berani mengambil resiko dari pemimpin pria. Pemimpin perempuan juga dinilai
lebih mempunyai rasa empati dan fleksibel, dan sama kuatnya dalam interpersonal skill.
Mampu memahami atau membaca situasi dengan akurat dan mengambil informasi dari
dalam maupun dari luar sisi. Para pemimpin perempuan ini bisa menuntun yang lain untuk
mampu mengambil sudut pandang lain, karena mereka benar-benar mengerti dan peduli
pada latar belakang lainnya, jadi orang yang dia pimpin lebih merasa mengerti , terdukung
dan merasa dihargai.

Penelitian Caliper menemukan beberapa poin penting ke dalam empat statetement tentang
kualitas kepemimpinan perempuan: pemimpin perempuan dinilai lebih persuasif
dibandingkan dengan pemimpin pria, ketika merasakan penolakan yang keras,
pemimpin perempuan bisa belajar dari kesulitan tersebut dan melanjutkan dengan
sikap “akan kubuktikan padamu”, pemimpin wanita memperlihatkan kepemimpinan
yang inklusif, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dengan gaya
kepemimpinan pembangunan tim, pemimpin wanita lebih bisa melanggar aturan dan
mengambil resiko.
Dalam bukunya Why the Best Man for the Job is a Woman: The Unique Female Qualities of
Leadership, penulis Esther Wachs dalam bukunya meneliti karir 14 eksekutif wanita terbaik,
diantaranya Meg Whitman, Presiden dan CEO dari eBay, untuk mempelajari langkah apa
saja yang membuat mereka sukses. Apa yang ia temukan menggema dan mempengaruhi
penelitian Caliper, poin pentingya adalah keinginan untuk menemukan kembali aturan,
kemampuan untuk menjual visi mereka, kebulatan tekad untuk mengubah tentangan menjadi
kesempatan, dan fokus pada pendekatan yang canggih dalam dunia bisnis yang berteknologi
tinggi.
Bukti ini, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan wanita tidak sesederhana dan seunik itu,
tapi mempunyai perbedaan yang besar dengan kepemimpinan pria: Apakah kualitas ini
bernilai di lapangan?Apakah tipe kepemimpinan seperti ini yang diinginkan oleh masyarakat
dan sektor swasta?

Dr. Musimbi Kanyoro, Sekertaris Jendral the World YWCA, berkata bahwa sikap pada
pemimpin telah berubah dan apa yang ditawarkan oleh pemimpin wanita sangatlah penting:

Dominasi dalam gaya kepemimpinan menjadi semakin sedikit dan lebih menurun
kepopulerannya. Ada apresiasi yang baru berkembang ..memperlakukan wanita yang
menjaga agar keluarga tetap bersama dan mengorganisasi sukarelawan untuk bersatu dan
membuat perubahan dalam kehidupan komunitas bersama. Ini adalah kualitas baru yang
mengagumkan dari kepemimpinan bersama; pengasuhan dan melakukan sesuatu yang baik
bagi orang lain tidak hanya dicari, tapi juga untuk membuat perubahan pada dunia. Sebuah
cara yang feminin untuk memimpin, membantu dunia untuk mengerti dan berprinsip tentang
nilai-nilai yang benar-benar penting. Dan banyak wanita telah membuktikan bahwa
kemampuan kepemimpinan wanita bisa diperhitungkan.

Untuk menjadi pemimpin yang hebat di dunia kerja, inilah karakter
yang wajib dimiliki oleh seorang wanita :
Genderless mind
Wanita yang sukses meraih posisi puncak di karier atau bisnis, sudah bebas dari isu gender.
Mereka sangat profesional dan bersedia mengerahkan segenap pikiran dan energinya sesuai
tuntutan perusahaan. Mereka tidak mengharapkan adanya perlakuan khusus karena mereka
adalah wanita.

Kompetensi dan prestasi yang konsisten
Seorang CEO wajib memiliki kemampuan yang sangat baik dalam hal: problem solving &
decision making, helicopter view (melihat masalah secara menyeluruh), influence
(kemampuan komunikasi yang berdampak kuat bagi kelompoknya), dan leadership.
Mampu menentukan prioritas dan tahan banting
Perempuan sangat jago multitasking. Mereka lebih mampu mengelola waktu dan berbagai
urusan dengan baik. Jika ada seorang ibu yang sukses menjadi CEO, biasanya karena ia
mampu menentukan prioritas hidup dan straight dengan pilihannya itu. Ketika menghadapi
berbagai persoalan, perempuan sukses lebih tahan banting.
Fleksibel
Kompetensi khas yang membuat wanita lebih unggul daripada pria adalah keluwesannya
dalam menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk fleksibel menerima pendapat orang
lain yang berbeda maupun bertentangan dengan pendapat pribadinya. Keluwesan ini juga
ditunjang dengan kemampuannya berkomunikasi dan mempresentasikan ide secara lisan
maupun tulisan.
Berani atau suka tantangan
Meski wanita identik dengan kelembutan, namun ada kalanya mereka harus berani
melakukan inovasi atau mengambil keputusan yang tidak populer. Keberanian di sini
termasuk siap menghadapi tantangan dari berbagai pihak.
Memiliki kualitas androgini

Pemimpin wanita yang sukses biasanya juga mampu mengawinkan sisi maskulin
danfemininnya dengan baik. Selain mau berinovasi, ia bisa bertindak sebagai pemimpin,
sebagai teman,dan menjalankan multiperannya dengan baik.

Work or Life Balance
Salah satu tantangan terberat para ibu bekerja adalah dapat menyeimbangkan antara

kepentingan pekerjaan dan kehidupan pribadi, termasuk keluarga. Keseimbangan antara dua
kepentingan ini dapat memacu produktivitas dan kepuasan bekerja seseorang.
Enjoy
Segala sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta (passion) biasanya akan terus bertahan lebih
lama dan dapat dinikmati.
Kultur Keluarga dan Perusahaan
Selain faktor individu, keberhasilan seorang wanita juga sangat ditentukan oleh faktor di
luar dirinya, antara lain kultur keluarga dan perusahaan tempatnya bekerja. Sebagai wanita
Timur, keluarga adalah prioritas. Sehingga keputusan perempuan untuk menerima posisi
puncak juga dipengaruhi oleh dukungan penuh dari keluarga maupun keluarga besar.
Karakter pasangan
Faktor eksternal yang tak kalah pentingnya adalah dukungan pasangan. 'Beruntung' bila
memiliki pasangan yang komplementer. Artinya, pria di balik sukses seorang wanita adalah

pria yang sangat percaya diri, toleran, dan punya genderless mind.

 SENTUHAN PEMIMPIN PEREMPUAN

Betapa susahnya menjadi pemimpin perempuan dalam kuasa sistem patriarkhi seperti
Indonesia. Citra pemimpin perempuan senantiasa dinilai dengan bawaan lahirnya sebagai
perempuan. Publik Indonesia masih enggan menilai pemimpin perempuan murni dari
perspektif kapasitas dan kapabilitasnya sebagai pemimpin tanpa atribut keperempuanannya.
Persepsi publik terhadap citra Megawati, sedikit banyak dipengaruhi faktor-faktor di luar
dirinya; seperti citra Bung Karno. Yenny Wahid tidak bisa dipandang publik lepas dari figur
ayahnya, Gus Dur. Begitu juga dengan Meuttia Hatta, citra Bung Hatta melekat dalam setiap
lakuan tindaknya.
Berkaca pada fenomena di atas, maka pembenahan pencitraan terhadap pemimpin
perempuan urgen untuk dilakukan. Tujuannya, agar pemimpin perempuan dapat segera lepas
dari bayang-bayang pencitraan laki-laki. Salah satu piranti yang dapat digunakan untuk
pembenahan tersebut adalah media massa.
Media telah berhasil menunjukkan supremasinya dan menjangkiti anatomi sosial
masyarakat. Demokrasi, liberalisasi, maupun kesetaraan gender menjadi menu sehari-hari,
sehingga publik makin cerdas membangun perspektif. Media bisa menjadi cermin
pembelajaran dalam membangun pencitraan pemimpin perempuan. Sebaliknya, media juga

bisa melemahkan pencitraan pemimpin perempuan. Ada dictum yang mengatakan media
menciptakan, tetapi bisa juga menghancurkan citra.
Harapan menjadikan media sebagai piranti pembenahan berhadapan dengan kondisi bahwa
akses pencitraan pemimpin perempuan di media bergantung pada kemapanan sistem budaya
patriarkhi. Padahal, pembenahan citra pemimpin perempuan ke ruang publik berarti
mempercepat perluasan partisipasi politik yang lebih berkualitas. Semakin terbukanya ruang
publik menjadi tanggung jawab media karena partisipasi yang berkualitas dilandaskan pada
kelapangan dada menerima keberagaman. Namun, aspirasi semacam ini harus berbenturan
dengan kepentingan-kepentingan ekonomi yang pragmatis.
 Perspektif Ekonomi Media
Perspektif ekonomi menjadi perspektif tunggal yang dominan, menggusur perspektif agama,
sosio-kultur, bahkan kebangsaan. Masyarakat menilai dirinya sendiri juga dari perspektif
ekonomi, sehingga menempatkan asas kebermanfaatan sebagai nilai tertinggi. Perspektif
ekonomi yang materialisme dalam akselerasinya menuntut kreatifitas dan inovasi. Tuntutan
ini menciptakan sistematika pola yang tidak labil. Mobilitas manusia dalam perspektif ini
bergerak menyesuaikan diri dengan standar perubahan terus-menerus, dari trend ke trend.
Masyarakat yang nyaman dalam orientasi ekonomi adalah masyarakat yang bertahan hidup
dalam pola hubungan kompetitif. Masyarakat kompetitor seperti ini bertarung tanpa jeda dan
memarjinalkan norma hukum maupun agama. Iklim arena seperti ini mempengaruhi
perkembangan media dan progresivitas perempuan dalam membangun citra kepemimpinan

yang positif dan alternatif. Tekanan-tekanan dalam persaingan mengabaikan prinsip etika
komunikasi. Sekali waktu, etika utilitarian masih mampu untuk meramu celah etika.
Kesempatan akan dibuka dengan prioritas untuk mereka yang memberi manfaat atau
kegunaan (menguntungkan bagi media). Secara sederhana, ulasan tentang pempimpin

perempuan atau wacana-wacana penunjang akan mendapat kolom atau jam tayang dengan
rating tinggi apabila secara nyata mengundang ketertarikan publik (yang berakhir dengan
oplah, iklan, dan rating).
Dewasa ini, iklim investasi cenderung mengarah ke investasi ”kapital yang tak sabar”, yang
menginginkan uang segera kembali dengan keuntungan besar, tentu saja mengubah semua
institusi agar menyesuaikan diri untuk bisa menarik pemodal (Sennett, 2006:40).
Kapitalisme pasar uang menggagalkan visi jangka panjang negara demi performance jangka
pendek, demi sirkulasi cepat kapital di tingkat global dan transaksi ekonomi yang kian cepat
(Lipovetsky, 2004:88). Institusi media juga dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan logika waktu pendek ini. Logika waktu pendek menuntut pilar-pilar institusi
kapitalis menyesuaikan diri memperpendek kerangka waktu organisasi, menekankan tugastugas jangka pendek dan segera (Sennet, 2006:49). Pembagian kerja lebih menekankan taskoriented dari pada kerja dengan peran-peran yang sudah ditentukan. Media logika waktu
pendek menghasilkan paradigma konsumerisme dan mengikuti model atau trend rayuan
informasi (Charles, 2004:58).
Paradigma ini melahirkan konstruksi massa mengambang yang tidak lagi terikat dengan
norma-norma, aturan main, ideologi kelompok, AD/ART, ataupun yel-yel khas kelompok.

Tetapi, massa mengambang akan menjatuhkan pilihan melalui rayuan, pendekatan
emosional, victim act (me’melas’kan diri untuk menarik simpati), dan kampanye hitam yang
dilakukan pelaku-pelaku dunia politik. Pola masyarakat seperti ini yang sekarang cenderung
mewabah dalam mentalitas konstituen sehingga pemimpin perempuan harus jeli membaca
karakteristik seperti tidak terikat, konsumeris, individualis maupun cenderung apolitis.
Kejelian akan menuntun penemuan teknik pendekatan yang ampuh untuk membenahi
persepsi publik terhadap citra pemimpin perempuan.
Pencitraan pemimpin perempuan sangat dipengaruhi orientasi-konsumsi, yang berpijak pada
pendiktean pola logika mode yang temporer. Logika mode begitu mempesona karena;
pertama, yang baru itu indah; kedua, mode memberikan kemudahan dalam
mendiskualifikasi sejarah; ketiga, mode memungkinkan pengakuan individu sebagai bagian
dari suatu kelas. Implikasinya, bila pencitraan pemimpinan perempuan menginginkan
berdampak langsung pada masyarakat, diperlukan sajian yang sensasional, kebaruan,
menekankan kekhasan dan menyapa publik secara langsung.
 Pencitraan
Membangun dan mempengaruhi opini publik adalah peran yang sedang dimainkan oleh
media. Pencitraan mendiskualifikasi kategori kebenaran sehingga tidak bisa dibedakan lagi
antara realitas, representasi, simulasi, dan hiperrealitas (Baudrillard,1981:17). Ketika
seorang petinggi pemerintahan bersumpah sembari menitikkan air mata dalam sebuah rapat
dengan sendirinya tayangan seberapa detik tersebut telah mempengaruhi opini publik, meski
harus jujur diakui bahwa tayangan tersebut bersifat citraan simulatif semata.
Pandangan terhadap media, tidak bisa dilepaskan dari manuver kapital. Logika waktu
pendek berperan besar dalam fluktuasi permodalan. Dalam tekanan dan kontrol rejim logika

waktu pendek seperti ini, kontrak politik dan koalisi temporer menjadi fenomena yang
kurang menarik perhatian publik. Karena, kegelisahan publik akan kondisi masa depan
bermunculan menggantikan mitos keberhasilan yang didengung-dengungkan. Logika waktu
bagi media menempati singgasana luar biasa, melenyapkan solidaritas karena logika pasar
yang didominasi logika waktu pendek mencoba menghancurkan semua bentuk struktur
kolektif yang diasumsikan menghambat pengejawantahan utopia pasar bebas.
Jean Baudrillard menjelaskan empat fase citra (1981:17): (1) representasi di mana citra
merupakan cermin suatu realitas; (2) ideologi di mana citra menyembunyikan dan memberi
gambar yang salah akan realitas; (3) citra menyembunyikan bahwa tak ada realitas,
kemudian citra berakting menjadi penampakannya; (4) citra tak ada hubungan sama sekali
dengan realitas apa pun, ia hanya menjadi yang menyerupai dirinya.
Model pemberitaan dengan menggunakan fase pertama citra merupakan model pemberitaan
yang ’pantas’ untuk dikembangkan. Melalui pencitraan fase pertama itu bobot dan
efektivitas pemimpin perempuan bukan sekedar tayangan, tetapi mencerminkan realitas.
Publik mengenal citra pemimpin perempuan tidak hanya berhenti pada tataran idealisme,
melainkan pengenalan yang se’ada’nya realitas. Citraan fisik berbau pola logika mode hanya
akan membelenggu pengenalan publik pada citraan pemimpin perempuan secara ideal yang
disertai segudang harapan perbaikan kondisi.
Media perlu diingatkan bahwa pemfokusan operasi kegiatan pada pencitraan model kapital
yang tak sabar, menjadikan informasi hanya menjadi simulasi. Politisi akan kehilangan visi
dan misi, terperosok dalam kekalutan menghindari tuduhan dan perselingkuhan yang minim
nilai-nilai kebenaran. Janji-janji politisi didominasi oleh statemen materialisme, tanpa dasar,
latar belakang, apalagi langkah konkret untuk mewujudkannya. Akibatnya,
menumbuhsuburkan skeptisme masyarakat terhadap politik, termasuk di dalamnya
pemimpin perempuan.
Seandainya Megawati, Meutia Hatta, Yenni Wahid, Rieke Dyah Pitaloka, Nurul Arifin, dll
bisa memahami ini, kursi pemimpin perempuan tidak hanya menjadi wacana kuota
melainkan sebuah kebutuhan untuk menghadirkan sentuhan pemimpin perempuan dalam
ranjang politik Indonesia hari ini dan esok lusa.
Dalam momentum peringatan Hari Ibu inilah kita melakukan refleksi, bahwa pemimpin
perempuan akan menemukan kesejatian posisi dan perannya sebagai ibu apabila secara
cerdas mampu membaca dan mengambil ketegasan sikap dalam membangun pencitraan.
Lepas dari bayang-bayang pencitraan laki-laki dan tidak terjebak dalam logika waktu
pendek media massa yang timbul-tenggelam dari trend ke trend. Semoga.

 PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERUSAHAAN
Mengelola bakat dan berkembang generasi berikutnya pemimpin bisnis menjadi diakui
sebagai kunci untuk mencapai keunggulan modal manusia selama kompetisi dalam global
ekonomi pengetahuan. Mengingat bakat defisit diproyeksikan yang akan mengikuti pensiun
jutaan disebut 'Baby Boomer' manajer dan eksekutif selama 20 tahun berikutnya, perempuan
pemimpin selalu dapat dilihat oleh peningkatan jumlah pengusaha sebagai sumber belum
dimanfaatkan bakat, pengalaman dan senior Manajemen Kepemimpinan.
Perempuan membawa kemampuan akademis yang sama, energi, bunga, dan intelijen untuk
pekerjaan mereka sebagai rekan-rekan pria mereka. Namun faktor mengejutkan sedikit dari
mereka ke dalam suksesi manajemen perusahaan rencana lama kemudian dalam karir
mereka. Perubahan organisasi yang signifikan untuk mengidentifikasi dan membalikkan
dinamika kelembagaan yang menggagalkan, de-memotivasi dan / atau mendevaluasi
kemajuan karir perempuan diperlukan.
Seperti banyak organisasi bergulat dengan mandat untuk merekrut, mengembangkan dan
mempertahankan pemimpin masa depan, ada banyak untuk belajar tentang profil
kepemimpinan perusahaan saat ini. Data berikut ini menempatkan realitas dan tantangan
dalam perspektif:
 Perempuan hanya menduduki 17 persen kursi di dewan Fortune 100 perusahaan dan
hanya 11 persen dari FTSE 100 direktur, menurut Aliansi untuk Keanekaragaman
Dewan dan The Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia Komisi, masing-masing.
 Salah satu lembaga anggota Aliansi, Catalyst, dilaporkan telah menemukan tidak ada
peningkatan pada Wanita pada Fortune 500 papan dalam tiga tahun, namun adalah
juga mendokumentasikan korelasi mencolok positif antara jumlah perempuan di
dewan perusahaan dan jumlah perempuan yang akhirnya menjadi pejabat perusahaan
dari perusahaan yang sama.
 Perusahaan dengan proporsi lebih tinggi dari wanita di manajemen puncak dapat
melakukan lebih baik, menurut sebuah studi McKinsey.
 Meskipun wanita mendapatkan kurang dari rekan-rekan pria mereka, mereka
membuat lebih dari 80% dari keputusan pembelian di rumah Amerika, laporan
BusinessWeek.
 Sebuah undang-undang baru yang mulai berlaku awal tahun ini mengamanatkan
bahwa 40% dari kursi dewan untuk 487 Perusahaan publik harus dipegang oleh
perempuan, menurut Bloomberg.
 Hanya 43% dari profesional perempuan merasa dilengkapi dengan baik untuk
bersaing dalam ekonomi bisnis masa depan, menurut sebuah laporan yang
dikeluarkan oleh Accenture.

 Pada tahun 2007, wanita terdiri hanya 6% dari kompensasi eksekutif terbaik,
menurut penelitian oleh Forum Perempuan Eksekutif (Philadelphia).
Ke depan, sulit untuk membayangkan bahwa perusahaan-perusahaan di tepi terkemuka dari
ekonomi pengetahuan akan mendapatkan sana atau tinggal di sana tanpa memanfaatkan
pengalaman dan bakat pemimpin bisnis perempuan sebagai segmen konsumen mereka terus
mengglobal dan diversifikasi.
Eksekutif perempuan akan memainkan peran yang semakin penting dalam membangun dan
membentuk lembaga marketleading di tahun-tahun yang akan datang. Tantangan bagi
organisasi-organisasi ini, oleh karena itu, adalah untuk memahami tantangan unik bagi
pemimpin perempuan dan bagaimana mengatasi mereka dengan cara yang memperluas
kolam bakat untuk berbagai fungsi bisnis kritis. Praktek eksekutif Astute pencari semakin
menyadari kebutuhan untuk menciptakan kepemimpinan perempuan inisiatif yang bertujuan
meratakan lapangan bermain untuk karir dan kemajuan organisasi.