RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENG

RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENGATASI REWEL PADA ANAK SD USIA 7
TAHUN

Laporan Individual
Disusun sebagai UTS dan UAS Semester Ganjil Angkatan 2015
Mata Kuliah Psikologi Belajar

Disusun Oleh :
NAMA : KANIA KARTIKA
NIM: 1504918

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

BAB I
ILUSTRASI KASUS
Subjek yang di intervensi pada kali ini merupakan siswa SD berusia 7 tahun, Subjek sering
kali rewel dan terkadang tantrum dalam segala aktivitas kesehariannya. Berdasarkan hasil
observasi subjek berperilaku seperti itu semenjak ibunya meninggal dunia. Subjek sering kali

bertempramen tinggi dan kerap kali melawan atau menolak jika diperintahkan belajar, mandi
ataupun makan. Subjek sering menangis tanpa alasan yang jelas dan berakhir dengan kemarahan
subjek pada orang di sekitarnya.

1

BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. TEORI BELAJAR B.F SKINNER (OPPERANT CONDITIONING)
Teori belajar BF Skiner termasuk pada paradigma behaviorisme, yang menjelaskan
bahwa suatu pembelajaran akan menghasilkan perubahan tingkah laku. Skinner menolak
istilah seperti dorongan, motivasi dan tujuan. Karena menurutnya itu termasuk pada
pengalaman mental pribadi dan menyebabkan psikologi menjadi non ilmiah. Menurut
skinner, hubungan antara stimulus dan respon di lingkungan yang menghasilkan
perubahan

perilaku.

Stimulus


yang

diberikan

akan

memengaruhi

respon

yang

menghasilkan konsekuensi yang mempengaruhi munculnya perilaku (Hergenhahn dan
Olson, 2008).
Menurut Skinner pembelajaran menjadi berjalan sesuai yang di inginkan jika
terdapat imbalan, imbalan tersebut diberikan setelah subjek melakukan perilaku yang
diharapkan, bila terjadi respons dan diperkuat, kemungkinan akan terjadi lagi dengan
adanya rangsangan serupa meningkat. Oleh karena itu belajar terjadi ketika perubahan
perilaku telah terjadi (Tayo, 2001). Skinner mengemukakan dua jenis pengkondisian yaitu
pengkondisian tipe S atau responden conditioning yang menekankan pada stimulus dalam

memunculkan respon yang diinginkan. Selain itu, terdapat tipe R atau operant conditioning
yang menekankan pada pentingnya suatu respon. Terdapat dua prinsip dalam
pengkondisian tipe R ini : (1) respon yang diikuti stimulus yang menguatkan akan
cenderung diulang dan (2) stimulus yang menguatkan akan memperbesar rata-rata
terjadinya respons operan (Hergenhahn dan Olson, 2008).
Penguatan dalam suatu pembelajaran dapat dikategorikan menjadi penguatan
positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang memperkuat
organisme untuk mempertahankan perilakunya, sedangkan penguatan positif adalah
sesuatu yang dianggap membahayakan atau suasana yang membuat tidak nyaman agar
organisme mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (Hergenhahn dan Olson, 2008).
Selain penguatan, Skinner juga mengemukakan adanya hukuman dalam proses belajar,
hukuman merupakan penyajian stimulus yang kuat yang menurunkan frekuensi respons
tertentu. Hukuman efektif dalam menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dengan
cepat (Zhou & Brown, 2014)
B. TEORI ALBERT BANDURA (SOCIAL LEARNING)
Teori belajar sosial dikemukakan oleh Albert Bandura, menurutnya belajar terjadi
atas dasar interaksi kita dengan orang lain dalam konteks sosial, belajar adalah bagaimana
seseorang melakukan observasi. Terdapat tiga komponen penting dalam belajar menurut
Bandura, yaitu observasi, imitasi, dan perilaku (Smith & Berge, 2009).


2

Observasional learning melibatkan proses kognitif yang melibatkan sejumlah atribut
seperti bahasa, moralitas, pemikiran dan pengaturan diri dari perilaku seseorang, sehingga
individu tidak sekedar meniru secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi
lingkungan namun individu akan memproses secara kognitif dengan menggunakan
pertimbangan pengalaman sebelumnya, seperti

dari segi moral, cara pandang atau

pemikirannya (Suroso, 2004).
C. PERKEMBANGAN EMOSI PADA ANAK
Menurut Hurlock (1978) emosi berperan penting dalam kehidupan, termasuk pada
anak. Emosi dapat berdampak pada penyesuaian pribadi dan sosial anak. Pola
perkembangan emosi sudah terjadi sejak bayi baru lahir dapat dilihat dari rangsangan
umum terhadap stimulasi yang kuat. Selain itu Hurlock juga mengemukakan mengena
pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak, yaitu :
1. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari
2. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
3. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik

4. Emosi merupakan bentuk komunikasi
5. Emosi mengganggu aktivitas mental
6. Emosi menjadi sumber penilaian diri dan sosial
7. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
8. Emosi memengaruhi interaksi sosial
9. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
10. Emosi memengaruhi suasana psikologis
11. Reaksi emosional yang diulang-ulang akan berkembang menjad kebiasaan
Selain itu terdapat ha-hal yang memengaruhi perkembangan emosi anak, yaitu
peran pematangan dan peran belajar. Perkembangan intelektual dan juga kelenjar
endoktrin pada anak penting untuk mematangkan emosional. Sedangkan kegiatan belajar
juga berperan dalam perkembangan emosi anak, berikut merupakan metode belajar yang
dapat menunjang perkembangan emosi.
1. Trial anda error learning
2. Learning by imitation
3. Learning by identification
4. Conditioning
5. Training
Yusuf (2011) mengelompokan emosi dalam dua bagian, yaitu bagian sensoris
berupa emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar yang berdampak pada fisik

seperti rasa dingin, lelah, sakit, dan lain sebagainya. Lalu terdapat bagian emosi psikis
yaitu emosi yang disebabkan oleh alasan kejiwaan, jenis emosi psikis ini dapat berupa
3

perasaan intelektual, perasaan sosial, perasaan susila, perasaan keindahan dan perasaan
ketuhanan.
Menurut Yusuf (2011) pada usia sekolah, anak mulai menyadari bagaimana harus
mengungkapkan emosi, anak memahami jika emosi kasar tidak akan diterima di
masyarakat. Kemampuan anak dalam mengontrol emosi diperoleh dari lingkungan
keluarga. Jika anak dibesarkan dalam keluarga yang emosinya stabil maka ia akan
memiliki emosi yang stabil juga, namun jika lingkungan keluarga merupakan keliarga yang
emosinya tidak stabil, anak cenderung memiliki emosi yang tidak stabil, ini disebabkan
karena anak meniru bagaimana perilaku orang dewasa.

4

BAB III
DESKRIPSI RANCANGAN INTERVENSI PERILAKU UNTUK MENGATASI REWEL PADA
ANAK SD USIA 7 TAHUN
A. TUJUAN

Tujuan dari intervensi perilaku ini adalah mengurangi sikap rewel dan mengubah
perilaku subjek intervensi menjadi penurut dan tidak tantrum.
B. SASARAN
Sasaran dari intervensi ini dilakukan pada :
Nama/panggilan

: Saskia Zahra Adelia / Kiki

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 7 tahun

C. METODE INTERVENSI
Metode intervensi yang digunakan bersumber dari teori operant conditioning yang
menjelaskan bahwa pembelajaran adalah ketika adanya perubahan perilaku, perubahan
perilaku ini dapat menguat ketika adanya imbalan. Selain itu intervensi ini juga

menggabungkan teori operant conditioning dengan social learning, sehingga subjek yang
akan dii intervensi dicoba untuk diperlihatkan dahulu contoh agar subjek dapat mengamati,
mengimitasi dan melakukan perilaku yang diinginkan, jika perilaku yang diinginkan muncul
maka subjek akan diberi penguatan positif.
Metode pembantu lain dalam intervensi kali ini menggunakan metode pengendalian
emosi pada anak, subjek diberikan pemahaman mengenai emosi yang kerap ia keluarkan
dan juga subjek di setting pada kondisi lingkungan yang emosinya stabil.
D. LANGKAH-LANGKAH INTERVENSI
1. Subjek diperintahkan untuk membereskan buku-buku pelajaran
2. Jika subjek melakukan perintah no 1 maka subjek diberi penguatan berupa cokelat
3. Subjek diperintahkan untuk makan dengan mandiri (tidak disuapi)
4. Jika subjek melakukan perintah no 3 maka subjek akan diberi penguatan berupa susu
5. Jika subjek tidak melakukan perintah no 5 subjek tidak akan di izinkan untuk bermain
dengan temannya
6. Subjek di setting dalam suasana lingkungan dengan emosi stabil
7. Subjek diperintahkan untuk mengeluarkan segala emosinya dengan bercerita
mengenai apa yang subjek rasakan selama hari itu
8. Subjek diperintahkan untuk mengamati interventor mewarnai sebuah gambar
9. Subjek diberikan gambar yang perlu ia warnai
10. Jika subjek mewarnai gambar sesuai yang dilakukan interventor maka subjek akan

diberi penguatan berupa permen yupi
5

11. Subjek diperintahkan untuk memperhatikan inventor melipat origami
12. Subjek diperintahkan membuat origami seperti yang telah dicontohkan
13. Jika subjek melakukan perintah maka subjek diberi penguatan berupa pujian saja
14. Subjek diperintahkan untu mewarnai gambar
15. Jika subjek melakukan perintah subjek akan diberi penguatan berupa diajak jalan-jalan
ke rumah paman

6

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Intervensi ini dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan durasi 30-180 menit per
pertemuan
 Hari ke-1 intervensi :
Hari pertama intervensi dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017 dimulai pukul
17.00-20.00. Hari pertama intervensi, subjek sedang dalam keadaan tidak sehat

dan hanya terbaring lemah sehingga interventor mencoba untuk membangun kesan
yang baik terlebih dahulu dengan mengajaknya mengobrol dan bercerita.
Setelah subjek dirasa mulai ada kedekatan dengan interventor, subjek
diajak untuk membuka pelajaran yang kemarin ia pelajari dan subjek mulai
membuka buku-buku pelajarannya, namun ketika akan direkam, subjek merasa
malu dan tidak mau untuk membuka buku pelajarannya. Akhirnya perekaman
dihentikan, dan subjek baru mau membuka buku-buku pelajarannya. Subjek
menunjukan buku matematika dan juga hasil UTS, dalam buku matematika subjek
terdapat PR dan sudah selesai dikerjakan oleh subjek dengan baik, lalu ia
menunjukkan hasil-hasil UTS dengan nilai-nilai yang memuaskan kecuali di
pelajaran PKN. Akhirnya kami membahas soal-soal ujian PKN tersebut bersama,
subjek awalnya acuh tak acuh, namun lama kelamaan subjek mau menjawab
beberapa pertanyaan sederhana yang diajukan.
Setelah kegiatan belajar terserbut, subjek lalu pergi menuju kasurnya dan
meninggalkan buku-bukunya begitu saja tanpa ia bereskan terlebih dahulu, ini
merupakan kebiasaan subjek setelah belajar maupun bermain, subjek tidak mau
membereskannya. Jika kakak subjek memerintahkan subjek untuk membereskan
subjek akan marah-marah dan akhirnya menangis. Maka interventor mencoba
merayu subjek untuk membereskan buku-buku pelajarannya, interventor berjanji
akan memberikan cokelat jika subjek mau membereskan buku-bukunya, akhirnya

subjek mau membereskan bukunya dan interventor memberikannya cokelat.
Pada saat makan malam, seluruh anggota keluarga makan malam bersama,
namun subjek malah menghindar dan mengurung diri di kamarnya. Interventor
mencoba merayu subjek agar mau makan malam bersama, ini juga merupakan
salah satu kebiasaan subjek, jika saatnya makan, subjek kerap kali rewel tidak mau
makan, terkadang subjek ingin makan makanan yang tidak disediakan namun tidak
mengatakan apa yang ingin subjek makan dan berakhir denga tantrum.
Subjek mengurung diri dikamar dan menutup seluruh tubuhnya dengan
selimut. Interventor mencoba untuk merayu dan mengajaknya bercanda agar ia
mau makan, namun hal tersebut tidak berhasil. Subjek di iming-imingi hadiah jika ia
7

mau keluar dari selimutnya dan makan, subjek juga dijanjikan jika nanti makan akan
disuapi namun saat itu subjek tetap saja menolak hingga akhirnya interventor
menyimpan susu kesukaannya di dekat subjek dan meninggalkan subjek karena
subjek tidak mau lagi diajak bicara dan direkam.
Beberapa menit setelah subjek ditinggalkan sendiri di kamarnya akhirnya
subjek keluar kamar dan mau makan dengan mandiri tanpa disuruh, namun dengan
sikap seperti terpaksa dan terlihat masih ada sedikit tangisan.
Intervensi ketika makan tidak sesuai dengan rancangan, karena pada
awalnya penguatan berupa susu akan diberikan jika subjek melakukan perilaku
yang diinginkan, namun interventor malah memberikan penguatan di awal, namun
hal itu berhasil membuat subjek melakukan perilaku yang diinginkan.
 Hari ke-2 intervensi :
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2017 dari pukul 18.0019.00. Pada pertemuan ke-2 subjek sedang libur sekolah dan hanya melakukan
kegiatan berupa main games dan menonton televisi. Subjek saat itu ingin menonton
anime di laptop kakaknya, namun laptop kakaknya sedang dipakai untuk
mengerjakan tugas kuliah, ia akhirnya mengalami tantrum dan melemparkan
beberapa mainannya dan menangis di kamarnya.
Interventor mencoba untuk merayunya agar mau menonton anime di laptop
yang lain, namun subjek tidak mau. Lalu interventor menjelaskan pada subjek agar
tidak berperilaku seperti itu pada kakaknya yang sedang melaksanakan tugas
kuliah. Subjek tetap tantrum di kamarnya dan menangis, lalu interventor
meninggalkannya sendirian di kamar selama beberapa menit, lalu interventor
kembali ke kamarnya dan subjek masih tetap menangis, lalu interventor memeluk
subjek dan menenangkannya, tangisnya sedikit mereda saat itu. Lalu subjek
ditanya mengenai apa yang ia rasakan, awalnya subjek tidak mau menjawab dan
hanya terdiam lalu menangis lagi.
Lalu interventor menceritakan suatu kisah pribadi interventor pada subjek,
dan subjek mulai mendengarkan, selain itu interventor mencoba memberikan
pemahaman mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh subjek lakukan, subjek
mendengarkan dengan seksama, selanjutnya ia menceritakan hal yang ia rasakan.
Setelah bercerita, tantrumnya mereda dan ia bisa beraktivitas seperti biasa
lagi dan tidak mengganggu pekerjaan kakaknya dan mulai bermain dengan
bonekanya. (percakapan subjek terlampir dalam verbatim).
 Hari ke-3 :
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2017 pukul 09.00-10.30.
pada pertemuan ke-3 subjek dikondisikan untuk memperhatikan interventor yang
8

mewarnai gambar hello kitty. Saat itu subjek sedang bermain dengan sepupunya,
mereka merupakan teman sebaya.
Setelah itu, subjek dan temannya diberikan gambar yang sama dan belum
diwarnai, subjek diperintahkan untu mewarnainya. Lalu subjek mewarnai bersama
dengan tenang dan tidak merengek terlebih dahulu seperti biasanya, subjek terlihat
lebih tenang dan mampu mewarnai dengan baik. Setelah selesai mewarnai, subjek
diberikan penguatan berupa permen yupi.
Lalu selanjutnya subjek diperintahkan mewarnai lagi dengan gambar yang
berbeda, yaitu gambar ayam. Subjek melakukannya dengan baik, namun kali ini
subjek diberikan penguatan hanya berupa pujian. Setelah selesai mewarnai, subjek
dikondisikan kembali untuk memperhatikan interventor untuk membuat origami ikan
paus dan origami lainnya.
Subjek lalu mengikuti lipatan demi lipatan yang dicontohkan hingga
membentuk origami yang sama. Subjek awalnya kebingungan namun akhirnya bisa
mengikuti dengan baik, dan kali ini terdapat sedikit rengekan ketika ia tidak bisa
mengikuti dan meminta bantuan pada interventor. Setelah selesai melipat origami,
subjek diberikan penguatan berupa cokelat.
Intervensi selesai, namun ternyata setelah itu subjek dengan mandiri
membuat origami dengan temannya, mereka membuat origami yang sama seperti
yang tadi telah dicontohkan. Lalu subjek juga mengikuti origami yang di buat oleh
temannya.
B. PEMBAHASAN
Seluruh rangkaian intervensi yang dilakukan pada subjek, secara keseluruhan
sudah mengikuti teori yang dipakai dan sesuai dengan rancangan intervensi meski ada
langkah yang tidak sesuai. Intervensi berupa perintah membereskan buku pelajaran dan
mainan pada tempatnya merupakan intervensi yang berdasarkan pada teori B.F Skinner
mengenai operant conditioning. Subjek diminta untuk melakukan perilaku yang diinginkan
terlebih dahulu baru diberikan penguatan berupa makanan. Sama halnya ketika
memerintahkan

subjek

untuk

bergabung

makan

bersama,

intervensi

dirancang

berdasarkan teori B.F Skinner mengenai operant conditioning. Subjek diminta untuk
melakukan perilaku yang diinginkan terlebih dahulu baru diberikan penguatan berupa
makanan, namun di lapangan, interventor salah melakukan langkah, interventor
memberikan penguatan terlebih dahulu lalu perilaku yang di inginkan muncul, namun hal ini
berhasil membuat subjek melakukan perilaku yang diinginkan.
Intervensi mengenai emosi pada subjek dilakukan berdasarkan penjelasan Yusuf
(2011) mengenai emosi anak dipengaruhi pula oleh lingkungan tinggalnya terutama
keluarga. Subjek di kondisikan dalam lingkungan dengan emosi yang stabil dan diajak
untuk bercerita sebagai sarana mengeluarkan segala emosi yang ia rasakan. Di lapangan,
9

lingkungan subjek termasuk pada lingkungan dengan emosi yang stabil, namun lingkungan
subjek tidak mendukung subjek untuk mengeluarkan seluruh emosi dengan baik, karena
anggota keluarga cukup sibuk, subjek jarang bercerita pada anggota keluarga. Biasanya
subjek bercerita pada ibunya, namun semenjak ibu subjek meninggal dunia, emosi subjek
menjadi tidak stabil dan sering tantrum.
Intervensi ini juga menggunakan dasar dari teori social learning Albert Bandura
yang menjelaskan bahwa anak akan belajar dari lingkungan dengan cara mengobservasi,
mengimitasi dan berperilaku. Pada intervensi ini, subjek mengobservasi interventor yang
sedang mewarnai gambar lalu ketika ia diberikan gambar untuk diwarnai ia mengikuti
ewarnai seperti cara interventor mewarnai. Selain itu, pada kegiatan origami subjek juga
belajar secara sosial dengan mengamati lalu mengimitasi interventor dalam melipat
origami. Ketika teman sebayanya melipat kertas sendiri tanpa perintah, subjek juga
memperhatikan lalu mengikuti temannya untuk melipat origami.

10

BAB V
SIMPULAN
Intervensi yang dilakukan pada subjek secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil, kini
subjek tidak rewel jika diperintahkan belajar ataupun membereskan barang-barangnya, subjek
mampu makan secara mandiri meski kadang sedikit rewel karena makanan yang disajikan tidak
sesuai dengan keinginannya. Perilaku tantrum subjek secara signifikan berkurang ketika dilakukan
intervensi, namun ketika ditanyakan kembali pada anggota keluarga, tantrum subjek mulai kembali
seperti biasa, hal ini diperkirakan disebabkan oleh kondisi lingkungan subjek yang tidak memberi
perhatian lebih pada subjek, sehingga subjek mengalami tantrum lagi dan emosinya tidak stabil.

11

DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn, B.R, & Olson H.M. 2008. Theories Of Learning (Teori Belajar) (7th ed.). Jakarta:
Kencana.
Hurlock, Elizabeth B. 1988. Perkembangan anak, jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Smith, M., & Berge, Z. L 2009. Social Learning Theory in Second Life, 5(2), 439–445.
Suroso. 2004. Teori belajar observasi menuju belajar mempertajam rasa. Buletin Psikologi. 12 (1).
16-32.
Tayo, S.A 2001. B. F. Skinner's Theory And Education: A Christian Critique. Babcock University.
Nigeria
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zhou, M & Brown, D 2014. Educational Learning Theories. Dalton State College. Georgia.

12

LAMPIRAN
A. LAMPIRAN VIDEO
Lampiran ada di dalam cd
B. LAMPIRAN VERBATIM
Kania : Kiki kenapa nangis? Mau nonton mah pake laptop teh ia aja ya ki
Kiki

: gamau kiki mah si kakanya suka gitu ke kiki

Kania : sini di laptop teh ia aja banyak anime mah yuuu, ki kan laptop si kakak lagi dipake
buat ngerjain tugas, kasian ki si kakak kan cape baru pulang kuliah tuh belum
ngerjain tugas. Kiki sayang enggak sama kakak? Kalo kiki sayang sama si kakak
kiki ga boleh kayak gitu yaaa, kiki kan anak pinter, anak pinter mah ga boleh nangis.
Kasian gak tuh kiki liat si kakak, kasian ya si kakaknya ga boleh gitu, si kakak juga
kan sayang sama kiki.
*subjek menangis dan tantrum di kamar*
*subjek ditinggalkan beberapa menit*
Kania : *memeluk subjek dan mengusap kepalanya* kiki mau apa? Sini cerita sama teh ia.
*Hanya menggeleng kepala dan tediam sambil menangis
Kania : Ki, teh ia punya cerita, dulu waktu teh ia kecil mamah teh ia meninggal, teh ia
sedih, teh ia nangis pingin ketemu mamah. Teh ia sedih harus belajar sendirian ga
ada mamah, teh ia suka kangen sama mamah, kalo teh ia kangen teh ia mah suka
liat foto mamah terus berdoa buat mamah. Teh ia juga suka kangen sama mamah
kiki, mamah kiki itu udah kayak mamah teh ia, mamah kiki suka baik sama teh ia.
Kiki

: iya kiki tau cerita teh ia yang itu, waktu itu ibu cerita mamah teh ia maot ciga
mamah kiki.

Kania : iya, kiki suka kangen mamah?
*mengangguk*
Kania

: kalo kiki kangen mamah, kiki berdoa yaaa doain mamah sama dede wisnu di
syurga ya ki. Kiki kalo nangis itu kenapa? Kiki sebel? Kiki bete? Kiki sedih? Sok
ceritain sama teh ia

Kiki

: Kiki kangen sama mamah kiki, tapi si kakak suka gitu ke kiki, si kakak mah teu
sayang ka kiki teh, kiki teh suka disalahkeun wae. Si teteh juga suka nyarekan ke
kiki teh, padahal kan kiki mau main aja

Kania

: Ki, si kakak tuh sayang banget sama kiki, Cuma kalau si kakak marah ke kiki
paling si kakak lagi cape aja ki, kasian kan si kakak cape pulangnya malem wae
belum ngerjain tugas, kan kiki mah anak pinter yaa jangan kesel ke si kakak. Ki,
kalo kiki kesel atau kenapa teh kiki cerita weh, kalo kiki mau apa-apa teh bilang
mau apanya jangan nangis, kan orang teh jadi gatau kalo kiki maunya apa.
Misalnya kiki teh mau makan ayam, kiki bilang mau makan ayam, jangan nangis
tapi ga bilang. Kan kalo kiki bilang mah nanti bisa dicariin ya
13

Kiki

: da kiki gatau ih teh ia

Kania : kiki suka sedih?
Kiki

: iya

Kania : kalo kiki sedih suka cerita engga?
Kiki

: *menggelengkan kepala*

Kania : ki, kalau kiki sedih, seneng atau kesel kiki cerita aja sama siapapun mau sama si
kakak, sama si ema, sama si ibu, sama si teteh. Atau sama teh ia juga boleh, kalo
teh ianya jauh kiki kan udah bisa sms ya, sms aja nanti teh ia bales sms kiki, kita
nanti bisa curhat bareng ya ki
Kiki

: kalau kiki cerita teh da si kakak na tidur wae, si ema oge da kitu ka kikina. Si teteh
mah suka marahin kiki wae

Kania : iya nanti teh ia bilangin ke si teteh jangan marahin kiki wae ya, nanti si kakak
dibilangin biar ga tidur kalo kiki curhat yaa

14