LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIBITAN TANAMAN PAD

PEMBIBITAN TANAMAN PADI

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 3
1. Misbahul Hasan Zainudin

(141510501178)

2. Zahela Siti Asyiyah

(141510501004)

3. Dentin Queentiara M.

(141510501062)

4. Angga Frastyo

(141510501140)


5. Noviantari Cahya P.

(141510501019)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris di Asia tenggara yang terletak pada garis
khatulistiwa dan berada di antara dua benua yaitu benua asia dan australia luas
daratan yang cukup luas yaitu 1.922.570 km2, daratan di Indonesia di bagi
menjadi dua golongan yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. Indonesia yang
berada di daerah khatulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki curah hujan, suhu
dan kelembaban tinggi serta panas merata sepanjang tahun yang menyebabkan
kegiatan pertanian berlangsung sepanjang tahun. Di Indonesia terdapat berbagai
keragaman organisme yang ada, salah satunya adalah tanaman. Tanaman

merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam suatu kehidupan.
Mayoritas penduduk Indonesia memanfaatkan tanaman untuk di jadikan usaha di
bidang pertanian yang berarti sebagian besar penduduknya sebagai petani,
sehingga sektor pertanian memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat
Indonesia baik sebagai lapangan pekerjaan maupun sebagai sektor penting dalam
penyadia pangan nasional.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia menimbulkan tantangan
baru yang harus dihadapi dari sektor pertanian terutama dalam hal pemenuhan
kebutuhan pangan di dalam negri. Besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung
dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Peningkatan jumlah penduduk tersebut
memiliki kemungkinan akan berdampak pada peningkatan jumlah permintaan
pangan khususnya tanaman padi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Indonesia

belum

mamapu

memenuhi


permintaan

beras

secara

keseluruhan.hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya pengetahuan petani
Indonesia mengenai cara budidaya padi sawah yang baik. Bertanam padi
merupakan kegiatan turun-temurun yang sudah dilakukan dari masa nenek
moyang bangsa Indonesia. Namun seharusnya petani bisa menerapkan sistem
budidaya yang lebih efisien and produktif sehingga kebutuhan pangan dapat

tercukupi dari produksi dalam negeri dan mampu meningkatkan kesejahteraan
petani.
Sistem pertanian di Indonesia dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu
pertanian lahan basah atau sawah dan pertanian lahan kering. Pembangunan
pertanian di Indonesia difokuskan pada peningkatan produksi tanaman pangan,
terutama beras. Pada saat ini sebagian besar dana dialokasikan untuk program
intensifikasi, pembangunan dan perbaikan jaringan-jaringan pengairan atau irigasi
sawah.

Lahan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama
untuk pertanaman padi merupakan lahan pertanaman sawah. Tingkat peningkatan
produktivitas padi sawah cenderung menurun. Sistem intensifikasi padi sawah
belum mampu untuk meningkatkan tingkat produktivitas tanaman padi sementara
keperluan input yang tinggi sudah tidak berbanding lurus terhadap peningkatan
produktivitas padi. Pengelolaan sistem penanaman padi yang tidak padu
menyebabkan peningkatan produktivitas padi berkurang. Pengaruh lain seperti
degradasi lahan menyebabkan penurunan tingkat kemampuan atau daya dukung
lingkungan.
Padi merupakan jenis tanaman pangan yang di tanam menggunakan bahan
tanam berupa bibit. Sebelum penyemaian benih dilakukan bemih harus diuji
dahulu agar mencapai sasaran mutu benih yang diharapkan, baik untuk benih yang
diproduksi sindiri maupun benih yang dibeli dari pasaran. Benih dapat disebar
maupun disemai pada lahan yang sudah diolah dan di buat bedengan-bedengan
untuk penyemaian bibit padi. Bibit padi pada saat penyemaian benih harus
ditutupi dengan jerami agar tidak terkena benturan air hujan yang dapat merusak
tebaran benih yang akan menjadi menggerombol, untuk menjaga kelembapan
penyemaian padi dan menjaga benih dari burung emprit yang dikhawatirkan akan
memakan benih padi yang disemai. Dalam penyemaian bibit padi Terdapat 2 cara
pembibitan padi yaitu pembibitan padi basah dan pembibitan kering. Pembibitan

basah ini dilakukan pada lahan yang banyak mengandung air, sedangkan
pembibitan kering dialakukan pada lahan yang kandungan airnya sedikit atau
dapat kapasitas air tanah dalam kondisi kapasitas lapang, dan biasanya pembibitan

dilakukan di nampan. Petani yang ada di indonesia kususnya jawa mayoritas
menggunakan pembibitan basah. Bibit

padi yang akan disemai seharusnya

merupakan bibit padi yang sehat agar produk yang dihasilkan lebih banyak dan
berkwalitas. Penanaman bibit padi yang tidak sehat dapat menyebabkan padi
mudah terserang penyakit sehingga produktifitasnya kecil dan kwalitasnya rendah.
Bibit merupakan hal yang sangat penting dalam proses budidaya padi yang
harus disiapkan dengan baik. Persemaian harus dilakukan dengan baik karena
persemaian akan menentukan kualitas padi yang nantinya akan ditanam di sawah.
Rangkaian pertumbuhan bibit padi merupakan fase pertumbuhan penting dalam
budidaya padi yang harus di perhatikan. Kesalahan dalam penggunaan bibit akan
membawa implikasi berupa pertumbuhan tanaman yang tidak seragam.
Pertumbuhan tanaman yang tidak seragam


berdampak terhadap penurunan

kualitas dan hasil panen yang diperoleh.
Pemeliharaan dalam pembibitan, harus diperhatikan keadaan ketersedian air,
karena selama pembibitan kecukupan air dalam tempat pembibitan harus tersedia
dalama jumlah yang cukup agar pembibitan berjalan dengan baik dan terjadinya
kerusakan bibit terutama oleh gangguan hama dan penyakit dapat dicegah. Dalam
pembibitan, organisme yang paling banyak menyerang dan mengganggu
pembibitan berasal dari golongan hama. Hal ini perlu diwaspadai agar pembibitan
padi akan menghasilkan hasil yang maksimal.
Pencabutan bibit pada media semai untuk dipindah juga diusaahakan agar
bibit tidak terlalu muda agar bibit tidak rentan mengalami kematian, begitu juga
jika terlalu tua berdampak pada jumlah anakan yang sedikit. Pada sistem SRI,
bibit akan dipindahkan saat berumur 11-15 hari sehingga bisa bibit dapat tumbuh
dengan baik, bibit dalam kondisi yang sesuai dimana bibit tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua. Kegiatan praktikum pembibitan tanaman yang dilakukan pada
praktikum kali ini diharapkan akan memberikan informasi dan tata cara
pembibitan padi basah yang benar kepada mahasisiwa yang nantinya bisa
dikembangkan.


1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasarkan konsentrasi
larutan uji.
2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode
pembibitan basah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang
telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia,
padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Kendala
dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional
adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan
pertanian untuk kegiatan non pertanian menyebabkan produksi pertanian semakin
sempit. Dalam hal ini, sektor pertanian menghadapi tantangan untuk
meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan.
Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman
melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan
persemaian. Pengaturan sistem tanam dan umur bibit yang tepat, serta penggunaan
varietas unggul padi selain efektif dalam pertumbuhan tanaman juga efisien dalam

waktu dan mendapatkan produktivitas yang optimal (Jamilah, 2013).
Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang di tanam
menggunakan bahan tanam berupa bibit yang diperoleh dari persemaian benih di
media semai. Benih yang di gunakan sebagai bibit harus benih dengan varietas
unggul dan di barengi dengan teknologi yang tepat. karena sebagian besar
masalah peningkatan produksi padi di Indonesia adalah tidak tepatnya penerapan
komponen teknologi pada varietas padi yang ditanam pada kondisi lingkungan
tertentu Untuk pencapaian hasil maksimal diperlukan ketepatan pemilihan
komponen teknologi pada suatu kondisi iklim (tempat dan musim), varietas
dengan sifat genetik yang memiliki potensi hasil tertentu, yang disebut dengan
potensi hasil G x E. Pengelolaan tanaman meliputi pemilihan varietas yang sesuai
dengan kondisi setempat, seperti umur, tipe tajuk, ketahanan terhadap hama dan
penyakit endemik setempat, dan suhu udara (Ikhwani, 2014).
Benih unggul adalah benih yang memliki potensi keberhasilan tumbuh yang
tinggi. Kemampuan tumbuh dipengaruhi kebernasan suatu benih. Kebernasan
suatu benih dapat diketahui melalui uji massa benih. Benih yang tenggelam dalam

air berarti memiliki kebernasan dan memiliki potensi tumbuh yang besar.
Sebaliknya benih yang terapung berarti tidak memiliki kebernasan dan lebih
cenderung untuk busuk atau tidak tumbuh karena tidak ada aktivitas didalam

benih itu sendiri (Hatta, 2012). Mutu dari suatu benih dipengaruhi beberapa
faktor. Pertama faktor genetik yaitu faktor bawaan yang berkaitan dengan
komposisi genetis dari benih itu sendiri. Kedua, faktor lingkungan yaitu berkaitan
dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat
pemasaran benih. Faktor lingkungan meliputi lokasi dan waktu tanam, teknik
budidaya yang dilakukan, waktu dan cara panen, serta penanganan hasil. Ketiga
adalah kondisi fisik dan fisiologi benih yang meliputi tingkat kemasakan,
keusangan, dan tingkat kesehatan dari benih itu sendiri (wahyuni, 2011).
Benih bermutu tinggi mencakup mutu genetis, mutu fisik, dan mutu
fisiologis memerlukan penanganan yang terencana dengan baik sejak di lapangan,
pengolahan, penyimpanan, dan distribusi. Dalam produksi benih penyimpanan
merupakan tahap kegiatan yang tidak bisa dihilangkan. Benih yang telah selesai
dibersihkan dan dikemas selalu memerlukan penyimpanan dari mulai beberapa
hari sampai beberapa bulan, sebelum akhirnya benih tersebut sampai ke tangan
petani. Benih bersifat higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha
mencapai kondisi equilibrium dengan lingkungannya. Apabila ruangan tempat
penyimpanan benih mempunyai kadar air yang lebih tinggi daripada kadar air
benih, maka benih akan menyerap air dari udara sehingga kadar air benih juga
meningkat Benih yang berkualitas harus terus dilakukan dengan penelitian guna
mencapai peningkatkan mutu yang lebih baik lagi. Upaya untuk terus menemukan

dan mengembangkan varietas yang lebih unggul dalam segi kualitas dan kuantitas,
termasuk aromatik serta mempunyai daya adaptasi yang lebih baik terhadap
lingkungan tumbuh tertentu merupakan salah satu terobosan yang tepat untuk
pengembangan usahatani padi yang produktif, efektif dan efisien di masa yang
akan datang. Berdasar hal tersebut peran ketersediaan bibit unggul dari
penggunaan-penggunan varietas baru diperlukan untuk lingkungan tumbuh yang
sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan. Varietas unggul
baru merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil dan mengantisipasi

kegagalan usahatani padi sawah di tingkat petani, dimana varietas unggul yang
beredar sekarang pada suatu saat hasilnya akan menurun dan ketahanannya
terhadap hama dan penyakit tertentu akan berkurang. (Indaryani dkk., 2012).
Pembibitan adalah kegiatan menyediakan bibit yang tepat varietasnya dan
sehat. Untuk mendapatkan tingkat produksi yang optimal, bibit merupakan salah
satu komponen teknologi yang sangat berpengaruh. Salah satu upaya untuk
mencapai sasaran tersebut adalah melalui program intensifikasi dengan
menerapkan teknologi produksi yang tepat serta penggunaan sarana produksi yang
efisien dan menguntungkan, diantaranya adalah teknologi pemakaian jumlah bibit
per rumpun. Dengan teknologi ini pemakaian bibit lebih efesian dan tidak
terbuang dengan sia-sia (Misran, 2013)

Umur bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan
kemampuan pertumbuhan bibit setelah dipindahkan ke lapangan. Keuntungan
menggunakan bibit muda adalah kemampuannya untuk tumbuh dan membentuk
anakan masih tinggi dibandingkan dengan bibit tua. Sebaliknya, bibit yang
terlambat dipindahkan kemungkinan mengalami stagnasi pertumbuhan sehingga
memperpanjang

waktu

pemasakan

dan

menurunkan

hasil.

Selain

itu

keterlambatan memindahkan bibit juga menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan
generatif tidak seragam, sehingga pemasakan dan panen tidak merata yang
akibatnya umur tanaman dari benih mulai disebar hingga panen makin panjang
dan mengurangi kesempatan tumbuhnya anakan. Pupuk nitrogen sebagai masukan
produksi utama pada budidaya padi sawah sering kali diberikan secara berlebihan.
Pemupukan nitrogen yang berlebihan juga berdampak pada peningkatan kepekaan
tanaman terhadap hama dan penyakit (Faozi, dkk 2010). Usia bibit yang siap
pindah tanam pada umumnya adalah bibit yang sudahberusia 3-4 minggu dan
minimal memiliki 4 daun (Purwono, 2007)
Inovasi teknologi dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas padi,
diantaranya dengan penggunaan varietas padi unggul (VUB). Benih yang bermutu
dan berlabel, penanaman bibit diusia muda, dan peningkatan populasi merupakan
suatu keharusan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasokan padi. Penggunaan
bibit unggul menjamin suatu keberhasilan dalam bubidaya pertanian karena bibit

unggul telah melalui sertifikasi mutu dan kualitas. Benih unggul tersertifikasi
terbebas dari patogen-patogen yang berpotensi melakukan penyerangan dini
ataupun pada umur tertentu sehingga mengurangi resiko kegagalan. Benih unngul
dirancang khusus guna memenuhi kebutuhan petani dilapangan karena memiliki
daya adaptasi dan interaksi lingkunan yang baik. Benih unggul menghasilkan
jumlah anakan perrumpun yang optimal sehingga menaikkan pendapatan petani
( Aribawa, 2012).
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting
dalam peningkatan hasil padi sawah. Maka dari itu pemilihan varietas mempunyai
peran penting dalam peningkatan produktivitas tanaman padi. Untuk memberikan
alternatif pilihan varietas maka uji beberapa varietas di suatu tempat perlu
dilakukan. Hal ini sangat berkaitan dengan potensi suatu varietas akan
memberikan hasil yang berbeda pada keragaman tempat dan iklim yang berbeda.
Ada enam komponen teknologi dasar yang merupakan suatu keharusan diterapkan
dalam pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, yaitu: (1) Penggunaan varietas
unggul sesuai anjuran (hibrida atau inbrida), (2) Penggunaan benih bermutu dan
bibit sehat, (3) Penambahan bahan organik (pengembalian jerami ke sawah atau
kompos/pupuk kandang), (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum (jajar
legowo, dan lain-lain), (5) Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan
tanaman dan status hara tanah (menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), dan (6) Pengendalian hama terpadu (PHT)
sesuai organisme pengganggu tanaman (OPT) sasaran (Chairuman, 2013).
Tanah yang akan digunkanak untuk persemaian harus di olah terlebih dahulu
untuk mendapakan komposisi dan kesesuaian. pengolahan tanah tanah
menerapkan teknik yang sesuai akan menyebabkan kerusakan tanah, dapat
diartikan bahwa hancurkan sebagian terbesar agregat adalah akibat daya rusak
alat-alat pengolahan tanah. Setiap bentuk perlakuan pada tanah akan
menyebabkan kerusakan atau kehancuran agresi, akan tetapi dengan penerapan
teknik yang sesuai menurut keharusan yang perlu dilakukan kerusakan akan dapat
dikurangi. Pada tanah yang dikelolah secara intensif atau yang di tanami secara

terus menerus sepanjang tahun akan menurunkan banyaknya agregat yang
berukuran besar (Suswadi, 2011).
Pemakaian pupuk anorganik yang tidak terkontrol dapat menurunkan
produktivitas serta kualitas lingkungan. Lahan sawah mempunyai kesuburan tanah
yang rendah karena ketersediaan terutama unsur hara makro (N, P, dan K) di
dalam tanah rendah. Oleh karena itu harus dilakukan perbaikan tanah dengancara
pemupukan yang terkontrol karena tanaman padi sangat respons terhadap
pemupukan N, penambahan dosis pupuk N yang tinggi tidak meningkatkan hasil
yang nyata justru menurunkan efisiensi penggunaan pupuk N. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah menambahan sekam dan pupuk kandang sapi untuk
meningkatkan porositas tanah dan water holding capacity (WHC), C-organik,
kadar N, P, K, Ca, Mg, dan KTK tanah (Kaya, 2013).
Ada dua sistem persemaian padi yaitu persemaian basah dan persemain
kering. Persemaian basah umumnya dilakukan di tanah sawah, tanah sawah
adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi sawah, baik terus-menerus
sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Tanah dapat
dikelompokkan ke dalam tanah sawah apabila tanah tersebut sudah dipergunkan
selama 40-50 tahun dan akan terbentuk lapisan tapak bajak(plog pan), lapisan ini
biasanya dijumpai pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah dan tebalnya
antara 2-5 cm (Patti, 2013).
Penanaman varietas unggul padi yang kurang sesuai dengan musim
tanamnya dapat menyebabkan kerugian hasil antara 0,5-1,0 t/ha GKG. Hal ini
menunjukkan produktivitas padi di suatu lokasi dapat ditingkatkan dengan
memilih varietas unggul yang paling sesuai untuk masing-masing musim tanam.
pemilihan varietas yang sesuai untuk tanam musim hujan dan musim kemarau
kemungkinan dapat mengoptimalkan produktivitas padi. varietas unggul padi
yang sesuai untuk tanam musim kemarau adalah varietas yang mampu
membentuk 12 anakan produktif/rumpun, 150 butir gabah/malai, 270-330 malai/m
2 dan menghasilkan sekitar 22 t/ha total biomas, dengan indeks panen 0,55.
Varietas unggul dengan besaran peubah tersebut diharapkan mampu menghasilkan
10 t/ha gabah kering (Pratiwi, 2014).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar Teknologi Pertanian acara “ Pembibitan
Tanaman Padi ” dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 07.00 –
10.00. Praktikum ini dilaksanakan di Agroteknopark Jubung

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih padi
2. Pupuk ZA
3. Air
4. Jerami
3.2.2 Alat
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat tulis

3.3 Cara Kerja
1. Menentukan Mutu Benih
a. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air
dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang
akan diuji.
b. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji kedalam lautan sambil
diaduk secara merata.

c. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian menimbang dan
mencatatnya.
d. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi
yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.
e. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian merendam
benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.
f. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan menaburkan benih padi ke
persemaian.
2. Pembibitan Padi Secara Basah
a. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan buku
teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm dan
lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.
b. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai
yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan ada hujan maka
menutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu
lapisan.
c. Menjaga kondisi air selama berlangsung kegiatan pembibitan dan melakukan
kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan.
d. Mencabut benih setelah berumur 21 hari dan mengikat setiap kumpulan bibit
sampai bibit siap diangkut dan ditanam diareal tanam.

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Uraian

Hasil Pengamatan

Berat benih yang

0,39 gram

mengapung
Berat benih yang

6,07 gram

tenggelam
Presentase benih baik

6.07
x 100
0,39+ 6,07

= 0,94

Pembibitan Tanaman Padi
Uraian

Hasil Pengamatan

Varietas

Sintanur (Label Ungu)

Tanggal Sebar
Tanggal Tanam

14 Maret 2015
4 April 2015

Keterangan
Varietas yang pakai yaitu
varietas unggul

PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI
Penyiapan Benih
1
Tahap Pekerjaan
a. Membuat lauran pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam
setiap liater air dalam timba, volume larutan sampai mencapai dua
kali lipan volume benih yang akan diuji.
b. Memasukkan benih yang akan diuji secara hatai-hati dengan
diaduk-aduk secara merata.
c. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan
catat hasilnya.
d. Membuan larutan secara hati-hati sehingga yang tersisah hanya
tingga benih yang tenggelam. Kemudian menimbangya dan
2

mencatat hasilnya.
Pengamatan Hasil

Benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk ditabur
3

pada persemaian.
Keterangan
Penggunaan benih dapat dengan membeli benih ditoko atau membuat

benih sendiri.
Pembuatan Bedengan Pembibitan
1
Tahap Pekerjaan
a. Mengolah lahan yang akan dibuat untuk bedengan terlebih dahulu.
b. setelah lahan diolah dan menjadi halus atau lumpur kemudian
membuat bedengan pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm panjang
1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.
2

c. Mengairi lahan agak jemek-jemak
Pengamatan Hasil
Terdapat bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 cm lebar 120
cm panjang 1000 cm

3

Keterangan
Bedengan tersebut digunakan untuk persemaian benig-benih yang

akan tumbuh menjadi bibit.
Penyebaran Benih
1
Tahap Pekerjaan
a. Memasukkan benih yang sudah diseleksi kedalam timba
b. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada
media semai yang basah tetapi tidak menggenag, Bila dikawatirkan
hujan tutup permukan dengan jerami setebal satu lapis.
2

c. Penaburan disarankan tidak terlalu rapat atau terlalu lebar.
Pengamatan Hasil
Bibit tersebar merata pada bedengan-bedengan yang telah dibuat,

3

dengan jarak yang tidak terlalu rapat dan terlalu lebar.
Keterangan
Dalam penyebaran harus diperhatikan jaraknya yang tidak boleh

terlalau rapat atau terlalu lebar.
Pemeliharaan
1
Tahap Pekerjaan

a. Menjaga kondisi air selama berlangsungnya kegiatan pembibitan
dan melakukan pelemiharaan lainnya sesuai baku teknis yang telah
diterapkan.
2

b. Menjaga terjadinya kerusakan bibit akibat serangan OPT.
Pengamatan Hasil
Pemeliharaan bibit dperlu dilakukan agar bibit yang dipersemaian

3

dalam kondisi baik.
Keterangan
Dalam penggenangan harap diperhatikan agar benih yang sudah

ditabur tidak tercecer.
Pencabutan dan Pemindahan Bibit
1
Tahap Pekerjaan
a. Bibit padi yang siap dicabut berusia 20 hari
b. Pencabutan dilakukan pada pagi hari
c. Pencabutan dilakukan dengan mencabut darai akarnya.
d. Bibit yang sudah dicabut dikumpulkan dan di ikat daunnya
2

e. Bibit siap dipindah pada usia 20 hari
Pengamatan Hasil
Bibit yang sudah dicabut dikumpulkan dan di ikat daunnya supaya
memudahkan dalam pemindahan. bagian daun yang panjang di

3

potong.
Keterangan
Benih yang digunakan merupakan varietas ciherang, sehingga pada
usia ke 20 hari dapat dipindah kelahan tanam.

4.2 Pembahasan
Dilakukan pengambilan 200 sampel benih padi dalam kegiatan ini. Benih
padi yang telah dipisahkan tadi dimasukkan kedalam larutan. Kemudian benih
yang mengapung akan dipisahkan dengan benih yang tenggelam dan kemudian
dikeringkan. Kedua benih yang mengapung dan benih yang tenggelam kemudian
di bawa ke lab dan di timbang untuk mengetahui berat benih yang tenggelam dan
berat benih yang mengapung. Benih yang tenggelam menunjukkan kualitas benih

yang baik. benih yang mengapung artinya benih tersebut kualitasnya rendah dan
tidak layak untuk ditanam. Ini berdasarkan kebernasan benih yang dapat diketahui saat
dilakukan uji larutan. Benih yang bernas tenggelam dalam larutan sedangankan benih
yang mengapung berarti tidak memiliki kebernasan. Penggunaan benih yang bernas akan
menjamin keberhasilan dari suatu benih untuk dapat tumbuh dan beradaptasi dengan
lingkungan dan membentuk bibit.

Berdasarkan pada data yang kami dapat dapat kami ketahui bahwa jumlah
benih yang tenggelam lebih banyak dari pada benih yang mengapung. Hal ini
menunjukkan bahwa dari 200 benih yang diuji jumlah benih yang bagus lebih
banyak daripada benih yang jelek. Data menunjukkan berat benih yang
mengapung hanya 0,39 g sedangkan berat benih yang tenggalam memiliki berat
hingga 6,07 g. Dengan demikian jumlah benih yang baik berjumlah 0,94% dari
jumlah benih total. Menurut Indaryani dkk., (2012) Benih bermutu tinggi
mencakup mutu genetis, mutu fisik, dan mutu fisiologis memerlukan penanganan
yang terencana dengan baik sejak di lapangan, pengolahan, penyimpanan, dan
distribusi, supaya hasil produksi dapat dimanfaatkan dengan maksimal
Lahan atau tempat penyemaian padi harus di pilih tanah yang subur dan
menyesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanam.Teknis penyiapan lahan
untuk usaha pembibitan padi yaitu dengan membuat media semai yaitu dimulai
pekerjaan 3-7 hari sebelum penyebaran benih tersebut dimulai. Pembuatan media
semai dapat dilakukan dengan dua cara, akan tetapi harus dipilih salah satu cara
sesuai dengan keadaan lahan yang akan ditempati. Pengairan dilakukan pada
wilayah lahan yang akan dibuat sebagai media semai. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan tanah akan menjadi lunak, rerumputan yang ada menjadi mati, serta
memusnahkan berbagai serangga yang kemungkinan dapat merusak bibit padi
nantinya. Rumput dan jerami yang masih tertinggal dibersihakan terlebih dahulu
kemudian dicangkul, dibajak dan digaru kurang lebih dua kali setelah selesai
dapat memebuat bedengan dengan tinggi antara 15-20cm, lebar 120 cm, panjang
500-600 cm, atau disesuaikan dengan kondisi lahan dan kebiasaan-kebiasaan para
petani. Selain ukuran, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran dasar luas
pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari areal sawah yang akan

ditanami padi.. Teknik diatas merupakan persiapan lahan dengan pengolahan
lahan basah jika dengan lahan persemaian kering dapat dilakukan sama dengan
diatas hanya saja air diberi dengan kuliatas lapang dan pembuatan bedengan
dengan tinggi 20cm, lebar 120cm, dan penjang menyesuaikan dengan keadaan
lahan
Dalam budidaya tanaman padi hal utama yang harus diperhatikan adalah
ketersediaan bibit. Untuk itu perlu adanya proses penyemaian terlebih dahulu. Hal
ini dikarenakan tanaman padi yang akan ditanam dilahan harus dalam bentuk bibit
yang siap tanam, dan bukan dalam bentuk benih yang akan ditanam. Penyemaian
benih juga dilakukan dengan tujuan agar benih padi dapat tumbuh dengan baik.
Artinya benih padi yang baru tumbuh diharapkan dapat menyesuaikan pada
kondisi yang baru. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya proses
penyemaian benih yang ditujukan untuk nenperoleh bibit-bibit padi yang
pertumbuhannya baik dan seragam, mengetahui persentase benih yang tumbuh,
mempermudah pemeliharaan bibit pada lahan yang akan ditanami padi serta dapat
ditanam pada lahan sawah yang dibutuhkan.
Setelah media semai selesai dibuat, maka perlu adanya teknik dalam
penyebaran atau penaburan benih-benih padi. Teknik tersebut ditujukan agar
dalam fase pertumbuhannya benih terjadi secara seragam dan tumbuh dengan
baik. Ketidak teraturan dalam penyebaran benih dapat mengakibatkan tidak
ratanya kerapatan bibit pada bedengan. Sehingga pertumbuhan bibit menjadi tidak
seragam. Ketika pertumbuhan bibit sudah tidak seragam, maka akan memberikan
dampak terhadap ketidak seragaman pertumbuhan tanaman di lahan yang akan
memberikan dampak kurang baik dengan menurunnya hasil dan mutu gabah yang
diperoleh. Teknik penyebaran benih agar benih rata penyebaran dilakukan dengan
menuangkan benih yang akan ditabur pada ember. Kemudian ember tersebut
dibawa seperti layaknya tas yang ditaruh pada lengan tangan. Kemudian diambil
secara pergenggaman tangan serta benih ditaburkan secara merata pada lahan
media semai sambil berjalan sepanjang jalan pemisah antara bedengan. Sementara
jika penyemaian pada musim hujan, benih yang sudah ditabur pada permukaan
bedengan sebaiknya ditaburi dengan potongan-potongan jerami. Hal tersebut

ditujukan agar menghindari benturan air hujang yang berlebuhan. Dimana benihbenih yang terkena benturan dari air hujan secara langsung akan menjadi
berserakan dan megakibatkan benih bergerombol. Potongan-potangan jerami yang
digunakan sebaiknya jerami yang sudah masak dengan ukuran panjang kurang
lebih 15-20 cm. Tebal lapisan jerami pada lahan pesemaian harus dibuat cukup
satu lapis saja, karena lapisan yang terlalu tebal justru dapat mengganggu proses
pertumbuhan kecambah menjadi bibit padi
Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembibitan tanaman padi
adalah mutu bibit, media semai, teknik penyebaran, perawatan dan Perlakuan
pencabutan bibit sebelum pundah lahan. Mutu benih merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembibitan tanaman padi. Dimana benih
yang berkualitas tentunya akan dapat tumbuh dengan baik saat fase penyemaian.
Dengan demikian untuk memperoleh keseragaman pertumbuhan tanaman maupun
jumlah serta mutu hasil, sebaiknya menggunakan benih yang unggul. Ketika benih
yang dipilih adalah benih unggul, maka pertumbuhan benih pada media semai
akan menghasilkan bibit yang baik dan maksimal sehingga keberhasilan
pembibitan dapat terjamin. Benih yang unggul dapat diketahui dalam sertifikat
benih atau warna label benih pada kemasan.
Media semai yang baik tentunya juga berpengaruh dalam keberhasilan
pembibitan tanaman padi. Pembuatan media semai disesuaikan dengan keadaan
lahan dan teknik penyemaian yang akan dipakai. Hal tersebut merupakan tujuan
untuk menyediakan tempat yang sesuai dengan keadaan lahan yang sebenarnya
agar benih dapat tumbuh dengan baik. Jadi teknik pembibitan juga harus tepat
baik menggunakan metode lahan basah ataupun lahan kering. Selain itu media
semai yang baik harus bebas dari sisa-sisa jerami atau rerumputan yang dapat
mengganggu pertumbuhan benih. Pembibitan pada lahan sawah setelah disebar
benih ditutupi dengan jerami untuk menjaga kelembapan, dan tidak termakan oleh
burung sehingga pembibitan menjadi efektif.
Teknik penaburan atau penyebaran benih juga mempengaruhi keberhasilan
dalam pertumbuhan bibit pada media semai. Penaburan dilakukan dengan cara
manual, sehingga menuntut pekerjanya untuk dapat menabur benih secara merata.

Apabila penaburan benih dihasilkan secara tidak merata atau menumpuk pada
bagian-bagian tertentu, tentunya pertumbuhan benih menjadi bibit yang baik dan
bagus tidak akan berhasil. Ketidak berhasilan tersebut nantinya dapat dilihat dari
keseragaman tinggi serta kesehatan benih yang tumbuh mada media semai.
Pemeliharan benih sampai menjadi bibit merupakan perawatan atau
perlakuan yang ditujukan agar benih dapat tumbuh menjadi bibit yang sehat dan
bagus. Hal utama yaitu menjaga kecukupan air serta mencegah terjadinya
kerusakan bibit terutama oleh gangguan hama dan penyakit. Ketersediaan air
untuk masa pembibitan disesuaikan dengan model pembibitan yang digunakan.
Untuk sistem pembibitan basah, air umumnya dibiarkan menggenang pada saluran
antar petak pembibitan. Sedangkan pada sistem pembibitan kering, air umumnya
dibuat kapasitas lapang, dan yang penting dijaga sedemikian rupa agar tanah tidak
mengalami kekeringa. Pada sektor lain yaitu perlu adanya pengendalian organism
pengganggu, dimana yang paling dominan pada pembibitan padi adalah kelompok
hama.
Perlakuan

pencabutan

bibit

untuk

ditanam

pada

lahan

tentunya

memperhatikan umur atau kesiapan bibit yang akan ditanam. Secara umum
kesiapan bibit untuk ditanam yaitu berumur 21 hari. Jika bibit terlalu muda
tentunya akan rentan mati saat ditanam dilahan. Begitupun sebaliknya, apabila
bibit terlalu tua tentunya tidak akan tumbuh secara maksimal pada lahan.
Pemeliharaan bibit ditujukan untuk menjaga kondisi bibit dengan cara
menjaga kecukupan air yang berada pada lahan tersebut dan mencegah terjadinya
kerusakan bibit yang disebabakan oleh gangguan hama dan penyakit. Pengairan
sangat ditentukan oleh sistem pembibitan yang digunakan, baik secara pembibitan
basah maupun pembibitan kering. jika pada sistem lahan basah air dibiarkan
menggenang pada sekitar bedengan tetapi jika di lahan kering air dialiri pada
kualiatas lapang. sedangkan untuk organism pengganggu biasanya bersumber dari
kelompok hama. Cara menghindari kerugian akaibat organism tersebut tentunya
perlu pengawasan yang intensif. Sedangkan untuk gangguan gulma dapat divegah
dengan cara pengolahan media semai yang baik, diantaranya dengan proses
pembajakan dan penggaruan serta pembersihan pematang. Penyemaian bibit padi

dengan pola yang rapat dapat menyebabkan pertumbuhan padi yang tidak baik
karena terjadinya persaingan unsur hara, air, CO2, O2, cahaya dan ruang tumbuh.
Maka dari itu sistem penyemaian benih yang direkomendasikan kepada petani
adalah dengan penaburan yang merata dan tidak menumpuk. Pemeliharaan bibit
juga harus diperhatikan pada saat penyemaiannya agar bibit tumbuh maksimal dan
kuat. Sedangkan pupuk nitrogen sebagai masukan produksi utama pada budidaya
padi sawah yang diberikan secara berlebihan berdampak pada peningkatan
kepekaan tanaman terhadap hama dan penyakit (Faozi, dkk 2010).
Fungsi jerami dalam proses penyemaian padi yaitu untuk menutup
permukaan media semai yang sudah ditaburi benih padi. Hal tersebut dilakukan
untuk menghindari kerusakan. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan akabit
serangan binatang seperti burung, dan kerusakan yang di akibatkan oleh faktor
lain. Faktor seperti hujan juga merupakan hal yang dapat memberikan dampak
terhadap keberadaan penyebaran benih di media semai. Jadi secara kusus jerami
digunakan untuk menghindari dari serangan burung yang dapat memakan benih
padi. Serta kerusakan penyebaran benih akibat hujan, dimana air hujan yang jatuh
dapat memindahkan posisi benih menjadi menumpuk di salah satu tempat yang
ada. Dengan demikian jerami memiliki fungsi untuk menghindari hal-hal yang
menyebabkan kerugian tersebut.
Pada persemaian padi Rentan terhadap tekanan dari lingkungan termasuk
OPT. Sering kali ditemukan Penggerek Batang Padi Putih, Wereng Coklat, wereng
hijau (Nephotettix virescens), bibit terserang jamur, bakteri, dan hama
lainnya.Populasi ini sering ditemukan pada persemaian musim hujan sedangkan
untuk Serangan tikus terjadi sejak benih disebar. Perlu diadakan pengamatan
terhadap adanya serangan opt pada pembibitan padi dikarenakan supaya pada
pembibitan dapat menghasilkan bibit padi yang jumlahnya cukup dan sehat untuk
menunjang produktifitas benih tersebut saat ditanam dilahan.
Penggunaan metode kuadran merupakan cara yang dilakukan untuk
pengambilan sampel secara acak didalam suatu tempat yang ditujukan sampel
tersebut mewakili keseluruhan populasi yang ada. kita bisa mengira berapakah
jumlah bibit yang sehat pada satu bedengan tersebut tanpa harus menghitung

semuanya dari metode kuadran tersebut dapat mewakili bibit yang terserang
penyakit berapa dan bibit yang sehat berapa dan bibit yang tidak tumbuh berapa
meskipun tidak memghitung semuanya. Sampel kuadran dinilai cukup efektif dan
penerapannya tergolong mudah karena alat yang digunakan hanya membutuhkan
petak persegi kecil yang berukuran 50 x 50 cm. Dari pengamatan yang berada
metode kuadran tentunya akan menghasilkan data yang akurat. Sehingga memiliki
keuntungan selain penggunaannya yang mudah serta efisien, juga memudahkan
didalam menganalisis data. Dimana data tersebut sudah merupakan perwakilan
dari seluruh populasi yang ada atau yang diamati.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Benih bernas dapat dibedakan melalui respon benih saat di masukkan kedalam
larutan uji, dimana benih yang bernas akan tenggelam sedangkan benih yang
tidak bernas akan terapung.
2. Untuk lahan sawah yang memiliki kecukupan air cocok untuk menggunakan pola
penyemaian lahan basah
3. Kesuksesan pembibitan dipengaruhi uleh beberapa aspek, antara lain mutu

benih, media semai, teknik penyebaran, perawatan dan Perlakuan
pencabutan bibit sebelum pindah lahan untuk mendapatkan bibit yang baik
dan tidak rentan terhadap serangan OPT.

5.1 Saran
Pembibitan tanaman padi seharusnya dilakukan dengan memperhatikan mutu

benih, media semai, teknik penyebaran, perawatan dan Perlakuan pencabutan bibit
sebelum pindah lahan untuk mendapatkan bibit yang baik dan tidak rentan
terhadap serangan OPT.

DATAR PUSTAKA
Aribawa, I., B. 2012. Pengaruh sistem Tanam Terhadap Peningkatan Produktifitas
Padi Di Lahan Sawah Dataran Tinggi Beriklim Basah. Seminar Nasional
kedaulatan pangan dan energi.
Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah
Berbasis Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Di Dataran Tinggi
Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Jurnal online Pertanian Tropik.
1 (1): 47-54.
Faozi, K. R., Wijonarko. 2010. Tanggap Tanaman Padi Sawah Dari Berbagai
Umur Bibit Terhadap Pemupukan Nitrogen. Agronomika, 10 (1) : 32-42
Hatta, M,. 2012. Investigating Plant Spacing of Legowo System on Growth and
Yield of Several Rice Varieties in SRI Method. Jurnal Agrista. 16 (2):8793
Indaryani, Suriani, Arman W. 2012. Impact Of Choosen Package And Storage
Period On Several Rice Seed Viability. Jurnal Agrisistem, 8 (2):87-97
Ikhwani. 2014. Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Optimal Varietas Unggul Baru Padi.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 33 (3) : 188-195.
Jamilah, 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma Dan Sistim Tanam Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanamanpadi Sawah (Oryza sativa L). Jurnal
Agrista, 17 ( 1) : 28-35
Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L).
Agrologia, 2 (1) : 43-50.
Misran, 2013. Efficiency of Used The Number of Seedling on Growth an
Production of Lowland Rice. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14 (1):
39-43
Nurmala, T., A. D. Suyono, A. Rozak, T. Suganda, S. Natasamita, T. Simarmata,
E. H. Salim, Y. Yuwariah, T. P. Sendjaja, S. N. Wiyono, dan S. Hasani.
2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Patti, P. S., E. Kaya, dan Ch. Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah
Dalam Kaitannya dengan Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah di Desa
Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia,
2 (1) : 51-58.

Pratiwi, G. R., Sumarno. 2014. Pengaruh Pupuk Kandang dan Kesesuaian
Varietas-Musim Tanam terhadap Hasil Padi Sawah. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan, 33 (3) : 177-187.
Purwono, Purnawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Suswadi. 2011. Pembelajaran Penerapan SRI di Lahan Tadah Hujan. Jakarta :
VECO Indonesia
Wahyuni, S. 2011. Peningkatan Daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi
Hibrida Melalui Invigorasi. PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN
PANGAN. 30 ( 2) : 83-87