analisis rasio keuangan bab 4 IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
Pada Dekade 1980-an Perseroan didirikan dengan nama PT Maskapai
IISM, pada tahun 1979 yang berdomisili di Bandung, dengan bisnis yang
berbasiskan kepercayaan dari PT Perkebunan I - XXIX. Pada periode ini
operasional Perseroan didukung oleh jaringan 5 kantor cabang dan 1 kantor
perwakilan. Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha, sejak tahun 1987
domisili Perseroan dipindahkan dari Bandung ke Jakarta.
Pada Dekade 1990-an dengan semakin meningkatnya kepercayaan dari PT
Perkebunan I-XXXII dan berkembangnya industri asuransi, perseroan mulai
mengembangkan bisnisnya disektor perbankan, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik swasta. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan, perseroan memperluas jaringan dengan menambah 2 kantor cabang
dan 1 kantor perwakilan.
Pada Dekade 2000-an dengan melihat peluang pasar yang ada, Perseroan
memfokuskan segmentasi usaha di sektor korporasi dan ritel, dengan pendekatan
pengembangan manajemen resiko dan pusat pelayanan pelanggan yang
berorientasi "customer care". Untuk membentuk corporate image, perseroan
melakukan perubahan seiring dengan diluncurkannya produk unggulan, yaitu JT
OTO, JT CARE dan JT GRIYA. Untuk lebih dekat dengan pelanggan, Perseroan,
menambah jaringan distribusi menjadi 10 kantor cabang, 1 kantor pemasaran dan
beberapa outlet.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2010 PT IISM, Tbk pusat membuka
salah satu cabangnya yang bertempat di Banda Aceh dengan menyewa sebuah
ruko di Jalan Hasan Dek No. 4 Jambo Tape, Banda Aceh. Keinginan membuka
cabangnya di Banda Aceh disebabkan karena adanya persaingan pasar yang
sangat minim. Faktor persaingan inilah yang membuat perusahaan yakin bahwa
dengan mendirikan salah satu cabang di Banda Aceh, perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang sangat menjanjikan.
32
Politeknik Aceh
33
4.1.2 Visi dan Misi
Visi PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh
Menjadi mitra usaha utama yang terpercaya di dalam memberikan jaminan
dan perlindungan dini dengan mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan
di era ekonomi digital.
Misi PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh
Memberikan layanan terpadu mudah, cepat, menyenangkan dan proaktif
dalam mengembangkan manajemen resiko serta menciptakan produk-produk
berkualitas. Menjadikan perusahaan tempat sehat serta membanggakan untuk
berkarya, berkehidupan dan tempat untuk mengembangkan profesionalitas bagi
karyawan. Berupaya meraih dan menghasilkan laba atau keuntungan dengan cara
efisien serta menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan sehingga dapat
menunjang misi pemegang saham dan ikut berperan serta dalam Pembangunan
Nasional.
4.1.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh, yang
beralamat di Jln. Hasan Dek No. 4 Jambo Tape, Banda Aceh.
4.1.4 Struktur Organisasi
Setiap perusahaan harus memiliki struktur organisasi. Hal ini penting untuk
menjalankan kegiatan operasional perusahaan dengan baik dan lancar, dengan
cara mendayagunakan masing-masing fungsi, peran dan tanggung jawab individuindividu, kelompok, ataupun unit kerja yang ada dalam suatu organisasi/
perusahaan tersebut untuk mencapai satu tujuan. Adapun struktur organisasi pada
PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh adalah sebagai berikut:
Politeknik Aceh
34
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber : PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
4.1.5 Tugas dan Wewenang
Berikut ini merupakan uraian tugas dan wewenang dari masing-masing
bagian yang tertera pada struktur organisasi diatas, yaitu:
1. Kepala Kantor Perusahaan, bertugas sebagai:
a. Menjaga, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.
b. Bersama direktur lainnya, memutuskan kebijakan-kebijakan pedoman kerja
bagi kantor pusat dan kantor cabang/ kantor pemasaran.
c. Menyusun dan menyelenggarakan visi dan misi kedepan/waktu yang akan
datang dengan tetap mempertahankan misi dari perusahaan
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menetapkan dan memutuskan hal-hal yang dipandang perlu atas semua
bidang kegiatan operasional perusahaan hal tersebut tidak bertentangan
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan ataupun
ketentuan lainnya.
Politeknik Aceh
35
b. Mengatur, mengangkat, dan memberhentikan pegawai perusahaan dengan
mekanisme yang telah diatur didalam peraturan perusahaan.
c. Menandatangani perjanjian-perjanjian kerjasama.
2. Marketing, bertugas sebagai:
a. Membantu Direktur merumuskan suatu bentuk perancanaan program kerja
atau garis-garis besar kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan Divisi
Marketing.
b. Menyusun dan membuat Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Perusahaan
c. Melakukan koordinasi dengan seluruh divisi, Bagian, kantor cabang, dalam
menajalankan tugas-tugasnya terutama yang berkaitan dengan bidang
marketing.
d. Bertanggung jawab atas kerahasiaan dokumen, data dan informasi
perusahaan.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menerbitkan
atau
mengeluarkan
instruksi,
memorandum,
edaran
pengumuman dan semacamnya dalam rangka pelaksanaan atau menjabarkan
kebijaksanaan perusahaan yang ditetapkan atau digariskan dalam Divisi
Marketing.
b. Mengambil keputusan atas penutupan langsung dan indirect bisnis dan
penempatan reasuransinya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menetapkan hal-hal yang dipandang perlu atas semua kegiatan di Bagian
Underwritting dan Bagian Klaim sesuai dengan batas kewenangannya.
3. Underwriting, bertugas sebagai:
a. Melaksanakan kebijakan Kepala Kantor dan Manajer Umum terkait dengan
kegiatan operasional dalam rangka pencapaian target atau sasaran
perusahaan.
b. Menetapkan sasaran tugas bawahan dan memberikan ”umpan balik” agar
dapat meningkatkan hasil kerja bawahan secara optimal yang sejalan dengan
program kerja bagian Underwriting Motor dan Reinsurance.
c. Mengevaluasi segala kendala operasional dengan bagian yang terkait, agar
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan segera.
Politeknik Aceh
36
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai bidang dan
batas kewenangannya.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Berwenang menandatangani dokumen yang ditujukan untuk eksternal dan
internal dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang underwriting sebatas
kewenangan yang diberikan oleh Kepala Kantor.
b. Mengevaluasi prestasi bawahan dalam rangka penilaian bawahannya,
memberikan laporan kepada Kepala Kantor.
4. Keuangan, bertugas sebagai:
a. Merumuskan perencanaan program kerja atau kebijakan perusahaan.
b. Memastikan dan memonitor bahwa kebijakan-kebijkan perusahaan yang
terkait dengan bidang akuntansi dan pajak, keuangan dan anggaran,
collection telah berjalan sebagaimana mestinya.
c. Bertanggung jawab atas kelancaran arus kas berikut tertib administrasinya.
d. Membuat dan menganalisa laporan-laporan secara periodik dan memberikan
pendapat dan saran atas hasil analisa.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan otorisasi terhadap rencana pengeluaran dan penerimaan sesuai
dengan batas kewenangannya.
b. Memberi laporan persetujuan atas pengeluaran-pengeluaran perusahaan
sesuai dengan batas kewenangannya.
c. Mengatur pelaksanaan pembayaran kepada pihak lain dan melaporkan
kepada Kepala Kantor.
d. Melakukan negosiasi
dengan pihak ketiga dalam rangka menjalankan
kebijakan atau program kerja sesuai dengan kewenangan.
5.
Administrasi, bertugas sebagai:
a.
Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai
(man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan.
b.
Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan pengembangan pegawai.
c.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kantor, serta pengaturan, penataan
dan penggunaan ruang kantor/ruang rapat.
Politeknik Aceh
37
d.
Mengelola persediaan ATK dan cetakan kantor pusat.
e.
Menyediakan perlengkapan dan peralatan kerja yang diperlukan
kantor pusat
dan
atau
perusahaan
(komputer,
kendaraan
dinas,
kendaraan operasional).
f.
Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja/ perjalanan dinas
dan penerimaan tamu perusahaan.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a.
Mengusulkan kepada Kepala Kantor Perwakilan tentang pengesahan
sistem dan kebijakan di bidang kepegawaian.
b.
Menerima
atau
menolak
hasil
penilaian
kinerja
Pegawai
dari
atasannya setelah dilakukan evaluasi.
c.
Menyetujui daftar pembayaran yang menjadi hak pegawai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d.
Memberikan surat teguran kepada pihak ketiga atas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan spesifikasi.
e.
Mengatur penyediaan fasilitas untuk kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja/
perjalanan dinas dan penerimaan tamu perusahaan.
f.
Mengusulkan penjualan/pemusnahan barang-barang yang tidak produktif.
6. Driver, bertugas sebagai:
a.
Bersiap sedia dikantor.
b.
Bertanggung jawab atas kendaraan dan juga Barang titipan.
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Penilaian Kinerja Keuangan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
Selama ini, PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh dalam menilai kinerja
keuangannya hanya menggunakan laporan neraca dan laba rugi yang dilihat pada
tingkat pencapaian laba dan penambahan total aset perusahaan. Secara umum,
kinerja perusahaan pada tahun 2011 mengalami kenaikan, pernyataan ini penulis
kemukakan atas dasar perhitungan laporan keuangan perusahaan yang mengalami
keuntungan sebesar Rp. 3.546.874.970,- (setelah taksiran PPh). Di sisi lain,
penulis juga mengamati bahwa terjadi kenaikan aset perusahaan pada tahun 2011
yaitu sebesar Rp. 22.897.953.973,-, naik sebesar Rp. 5.690.246.736,- atau 33%
dari aset perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp. 17.207.707.237,-.
Politeknik Aceh
38
Penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari tingkat
pencapaian laba dan penambahan aset pada tahun yang bersangkutan belum dapat
dikatakan cukup. Pernyataan ini penulis kemukakan dengan alasan bahwa tingkat
pencapaian laba dan penambahan total aset tidak menggambarkan keadaan
perusahaan keseluruhan pada saat ini, baik berupa risiko, maupun hasil operasi
yang dapat dijadikan pedoman bagi investor dimasa yang akan datang. Di sisi
lain, melalui rasio keuangan perusahaan juga dapat menentukan tingkat
pencapaian laba dan mengurangi risiko keuangan dimasa yang akan datang.
4.3
Pembahasan
4.3.1 Perhitungan dan Interpretasi Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Keuangan Perusahaan
Berdasarkan laporan keuangan pada PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
periode tahun 2010 dan 2011, maka dapat dilakukan perhitungan rasio sebagai
berikut:
4.3.2
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan perhitungan rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
a) Cash Ratio
Perhitungan dengan menggunakan cash ratio digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk menjamin dan melunasi kewajibannya yang akan
jatuh tempo dengan menggunakan kas dan ekuivalen kas yang tersedia dalam
perusahaan. Berikut adalah perhitungan cash ratio PT IISM Tbk Cabang Banda
Aceh pada tahun 2010 dan 2011.
Kas+Bank
Cash Ratio = Kewajiban Lancar
Rp . 5.603.595 .294
Cash Ratio 2010 = Rp . 10.170 .085.910 = 0,55
Rp . 8.876 .579.290
Cash Ratio 2011 = Rp . 12.085 .783.322 = 0,73
Politeknik Aceh
39
b) Current Ratio
Perhitungan current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva
lancar perusahaan dalam menjamin dan melunasi utang perusahaan yang akan
jatuh tempo. Berikut adalah perhitungan current ratio PT IISM Tbk pada tahun
2010 dan 2011.
Aktiva Lancar
Current Ratio = Kewajiban Lancar
Rp .14.781 .531.031
Curent Ratio 2010 = Rp . 10.170 .085.910 = 1,45
Rp . 20.226 .416 .989
Curent Ratio 2011 = Rp .12.085 .783.322 = 1,67
Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas PT IISM di atas, dapatlah disusun
rasio likuiditas PT IISM tersebut seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Rasio Likuiditas
PT IISM, Tbk Cabang
Rasio Likuiditas
Banda Aceh
2010
2011
PT IISM, Tbk Pusat
2010
2011
Politeknik Aceh
40
Cash Ratio
0,55 kali
0,73 kali
1,05 kali
1,03 kali
Current Ratio
1,45 kali
Sumber : Edit Penulis (2014)
1,67 kali
2,13 kali
1,74 kali
1) Interpretasi Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar mampu menutupi
hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar
maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang jangka
pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan current ratio, dapat diketahui pada
tahun 2010 terdapat hasil perhitungan current ratio sebesar 1,45 kali. Artinya,
dengan menggunakan aktiva lancarnya yang ada sekarang ini perusahaan dapat
membayar seluruh utang lancarnya sebanyak 1,45 kali. Dapat disimpulkan juga
bahwa pada tahun 2010 setiap Rp. 1 hutang lancar yang dimiliki oleh PT IISM,
Tbk Cabang Banda Aceh mampu dijamin oleh Rp. 1,45 aktiva lancar. Hal ini
menunjukkan bahwa PT IISM memiliki kelebihan aktiva lancar sebesar Rp. 0,45
untuk menutupi setiap Rp. 1 hutang lancarnya.
Kemudian dapat dilihat juga pada tahun 2011 yaitu meningkatnya nilai
current ratio sebesar 0,22 kali. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kinerja manajemen yang membuat perusahaan mampu membayar hutang jangka
pendeknya. Perbandingan rata-rata industri pada tahun 2010 dan tahun 2011
menggambarkan bahwa perusahaan masih cukup likuid. Perusahaan dikatakan
cukup likuid pada tahun 2010 dan 2011 karena aset lancar yang dapat dicairkan
menjadi uang dalam waktu yang cepat masih dapat menutupi kewajiban jangka
pendeknya yang akan jatuh tempo.
b. Cash Ratio
Perhitungan cash ratio dihitung dengan cara akun Kas ditambah akun
Ekuivalen Kas dibagi dengan jumlah Kewajiban Lancarnya. Berdasarkan hasil
perhitungan cash ratio dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat hasil
Politeknik Aceh
41
perhitungan cash ratio sebesar 0,55 kali. Hasil cash ratio sebesar 0,55 kali
menunjukkan bahwa perusahaan hanya mampu menutupi 55% dari total utang
lancarnya yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Di sisi lain, dari hasil perhitungan juga dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan nilai cash ratio pada tahun 2011 sebesar 0,73 kali. Walaupun
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun
meningkatnya nilai tersebut masih dinilai kurang bagi perusahaan. Pernyataan ini
dikemukakan karena cash ratio sebesar Rp. 0,73 masih belum mampu untuk
menutupi Rp. 1 dari total kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo.
Pada tahun 2011 perusahaan dikatakan tidak likuid karena kenaikan kas
lebih kecil dari kenaikan hutang jangka pendek perusahaan. Hal yang
menyebabkan tingginya kenaikan kewajiban lancar pada tahun 2011 adalah
karena kenaikan premi yang belum merupakan pendapatan, bertambahnya hutang
komisi dari pihak hubungan istimewa dan pihak ketiga, serta bertambahnya biaya
yang masih harus dibayar oleh perusahaan.
4.3.3 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan perhitungan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang yang disediakan oleh
kreditur.
a. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat modal yang tersedia
dalam menjamin utang yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun perhitungan debt
to equity ratio perusahaan pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Total Kewajiban
Debt to Equity Ratio = Modal Sendiri x 100%
Rp . 10.170 .085.910
DER 2010 = Rp . 6.565 .994 .501 x 100% = 154%
Rp. 12.085 .783.322
DER 2011 = Rp . 10.151.693 .067 x 100% = 119%
Politeknik Aceh
42
b. Debt to Total Assets Ratio
Perhitungan debt to total assets ratio dilakukan dengan tujuan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Perhitungan debt to
total assets ratio pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Debt to Total Assets Ratio =
Total Kewajiban
Total Assets x 100%
Rp. 10.170 .085.910
DTA 2010 = Rp . 17.207 .707 .237 x 100% = 59%
Rp. 12.085 .783.322
DTA 2011 = Rp . 22.897 .953.973 x 100% = 52,8%
Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Rasio Solvabilitas
PT IISM, Tbk Cabang
Rasio Solvabilitas
DER
Banda Aceh
2010
2011
PT IISM, Tbk Pusat
2010
2011
154%
119%
73%
103%
DTA
59%
Sumber : Edit Penulis (2014)
52,8%
42%
51%
1) Interpretasi rasio solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2010 PT IISM memiliki nilai total debt to equity ratio sebesar 154%.
Persentase tersebut menyatakan bahwa pada tahun 2010 untuk setiap lembar
Politeknik Aceh
43
ekuitas pemegang saham, perusahaan memiliki kewajiban sebesar Rp. 1,54,-.
Nilai persentase yang berada di atas 100% juga menunjukkan risiko perusahan
yang tinggi, karena dalam menjalankan operasinya lebih banyak dibelanjai oleh
hutang dari pada modal sendiri.
Pada tahun berikutnya nilai debt to equity ratio perusahaan menurun
menjadi Rp. 1,19,- atau sebesar 119%, dimana setiap lembar ekuitas pemegang
saham, perusahaan memiliki kewajiban sebesar Rp. 1,19,-. Dapat disimpulkan
juga bahwa
perusahaan harus dapat menutupi setiap Rp. 1,19,- dari seluruh
kewajibannya dengan menggunakan Rp. 1,- dari modal sendiri yang dimilikinya.
Penurunan tingkat debt to equity ratio dari tahun 2010 sebesar 154%
menjadi 119% pada tahun 2011, menunjukkan bahwa solvabilitas perusahaan
pada tahun 2011 cenderung membaik karena perusahaan mampu menurunkan
tingkat solvabilitasnya sehingga bisa menutupi hutang-hutangnya yang mungkin
timbul dari penutupan risiko dengan menggunakan modal yang dimilikinya.
Penurunan tingkat solvabilitas perusahaan juga menandakan bahwa perusahaan
telah lama mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertumbuhan premi yang
tinggi.
b. Debt to Total Assets
Perhitungan rasio ini menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan seluruh aktivanya untuk menjamin dan melunasi kewajiban
yang akan jatuh tempo. Perhitungan debt to total assets ratio pada tahun 2010
menunjukkan hasil sebesar 59%. Persentase tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa seluruh aktiva tetap perusahaan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh didanai
oleh utang sebesar 59%.
Kemudian pada tahun 2011 nilai rasio perusahaan mengalami penurunan
menjadi 53%, ini menunjukkan bahwa PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh mampu
memanfaatkan setiap aktiva yang dimilikinya untuk menjamin dan melunasi
hutang yang telah jatuh tempo. Namun jika dilihat pada laporan keuangan
perusahaan (lampiran 1) dapat dicermati bahwa terjadi kenaikan pada akun
piutang yang menunjukkan bahwa manajeman perusahaan belum mampu untuk
menagih dan mengelola piutang yang telah jatuh tempo.
Politeknik Aceh
44
Persentase debt to total assets ratio yang besar mencerminkan bahwa
perusahaan telah banyak dibantu oleh pihak kreditur, yang menyebabkan
perusahaan harus melakukan pembayaran bunga bahkan pada saat perusahaan
tidak memperoleh laba yang cukup untuk membayar bunga pada tahun yang
bersangkutan. Nilai rasio yang berada di atas 50% menunjukkan bahwa kreditur
telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan kepada perusahaan dalam
beroperasi. Di sisi lain, nilai rasio di atas 50% juga akan membuat kreditur enggan
untuk meminjamkan tambahan dana kepada perusahaan, dan manajemen mungkin
akan menghadapi risiko kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio utang
dengan meminjam tambahan dana.
4.3.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan perhitungan rasio keuangan yang
menunjukkan
tingkat
efektivitas
manajemen
suatu
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari sejumlah dana dan aktiva yang diinvestasikan oleh
perusahaan.
a) Return On Assets
Rasio return on assets dihitung dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan
seluruh total aset yang dimilikinya. Adapun perhitugan return on assets ratio
perusahaan pada tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut :
Return On Assets Ratio=¿
Laba Bersih
Total Aset x 100%
b) Return On Equity
Rp. 1.631 .020.404
ROA 2010 = Rp . 17.207 .707 .237 x 100% = 9,5%
Rp . 3.546 .874 .970
ROA 2011 = Rp . 22.897 .953.973 x 100% = 15,5%
Return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham.
Perhitungan return on equity pada perusahaan PT IISM Tbk Cabang Banda Aceh
pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Politeknik Aceh
45
Return On Equity Ratio=
Laba Bersih
Ekuitas Pemegang Sa h am x 100%
Rp . 1.631.020 .404
ROE 2010 = Rp . 6.565 .994 .501 = 0,248 atau 25%
Rp . 3.546.874 .970
ROE 2011 = Rp . 10.151.693 .067 = 0,349 atau 35%
Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Rasio Profitabilitas
Rasio
PT Jasa Tania, Tbk Cabang
Banda Aceh
2010
2011
ROA
9,5%
15,5%
ROE
25%
35%
Sumber : Edit Penulis (2014)
Profitabilitas
PT Jasa Tania, Tbk
Pusat
2010
7%
11%
2011
7%
15%
1) Interpretasi rasio profitabilitas
a. Return On Assets Ratio
Perhitungan return on assets ratio adalah laba bersih dibagi dengan aset
rata-rata. Return on assets ratio berguna untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva
perusahaan untuk operasionalnya. Semakin tinggi persentase rasio ini semakin
menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.
Data pada tabel di atas menunjukkan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
pada tahun 2010 memiliki nilai return on assets ratio sebesar 9,5%. Tingkat
persentase return on assets ratio tersebut menjelaskan untuk setiap Rp. 1 aset
yang digunakan hanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,095.
Pada tahun 2011 return on assets ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
mengalami peningkatan menjadi 15,5%. Dapat diinterpretasikan juga bahwa pada
Politeknik Aceh
46
tahun 2011 untuk setiap Rp. 1 Aset yang digunakan, PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,15. Peningkatan nilai
return on assets ratio tersebut menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam
memanfaatkan
aktivanya
untuk
menghasilkan
keuntungan
telah
bagus
dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Kenaikan persentase di tahun 2011 menunjukkan bahwa pada tahun 2011
manajemen perusahaan mampu mengelola ketersediaan kas dan aset yang
menganggur secara optimal dibandingkan tahun 2010. Di sisi lain, tingkat
perputaran piutang yang cepat juga merupakan alasan meningkatnya persentase
return on assets ratio pada tahun yang bersangkutan.
b. Return On Equity
Perhitungan return on equity ratio adalah dengan cara membandingkan
antara Laba Bersih yang dihasilkan pada suatu periode dengan saldo rata-rata
Ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak
laba bersih dalam rupiah yang diperoleh dari setiap rupiah yang diinvestasikan
oleh para pemegang saham.
Tahun 2010 tingkat return on equity ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh adalah sebesar 25%. Dapat diinterpretasikan juga setiap Rp. 1 yang
diinvestasikan, perusahaan hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp.
0,25. Pemegang saham memperoleh tambahan nilai ekuitas sebesar Rp. 0,25 dari
setiap Rp. 1 yang diinvestasikan.
Pada tahun 2011 persentase return on equity ratio PT IISM, Tbk Cabang
Banda Aceh lebih tinggi 10% dari tahun 2010 yaitu sebesar 35% dan dapat
diinterpretasikan juga bahwa dari setiap Rp. 1 yang diinvestasikan, perusahaan
hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,35 sehingga pemegang
saham memperoleh tambahan nilai ekuitas sebesar Rp. 0,35.
4.3.5 Rasio Solvency Margin
Rasio solvency margin merupakan perhitungan rasio keuangan yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan keuangan
perusahaan dalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul akibat dari
penutupan risiko yang telah dilakukan.
Politeknik Aceh
47
Solvency Margin Ratio =
Modal disetor +Cadangan Dana+ Laba
x 100%
Pendapatan Premi
Solvency Margin 2010
Rp . 1.500 .000.000+ Rp . 471.626 .826+ Rp .1.631 .020 .404
=
x 100% = 34%
Rp. 10.638 .397 .474
Solvency Margin 2011
Rp . 500.000 .000+ Rp. 660.477 .585+ Rp .3.546 .874 .970
=
x 100% = 35%
Rp .13.469 .024 .535
Berdasarkan perhitungan solvency margin ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Solvency Margin Ratio
Solvency
Margin Ratio
PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh
PT IISM, Tbk Pusat
2010
2011
2010
2011
34%
Ratio
Sumber : Edit Penulis (2014)
35%
137%
97%
Solvency Margin
1) Interpretasi solvency margin ratio
Perhitungan rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menanggung resiko yang ditutup. Resiko yang ditutup akan menimbulkan
beberapa kewajiban yang harus dilunasi oleh perusahaan. Pada tahun 2010,
perhitungan solvency margin ratio memiliki persentase sebesar 34%. Dapat
dikatakan juga bahwa setiap Rp. 1 kewajiban yang timbul dari penerimaan premi
akan dijamin oleh Rp. 0,34 dari modal, cadangan dana serta laba yang diperoleh
perusahaan.
Pada tahun 2011, persentase solvency margin ratio perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 35%. Pada tahun tersebut, setiap Rp. 1 dari kewajiban yang
Politeknik Aceh
48
timbul dari penerimaan premi akan dijamin oleh Rp. 0,35 dari modal, cadangan
dana serta laba yang diperoleh perusahaan.
4.3.6
Rasio Underwriting
Rasio underwriting merupakan salah satu perhitungan rasio keuangan
perusahaan yang menunjukkan tingkat keuntungan murni yang diperoleh
perusahaan setelah dikurangi beban klaim, beban komisi dan beban underwriting
yang harus ditanggung perusahaan.
HasilUnderwriting
Underwriting Ratio = Pendapatan Premi x 100%
Rp. 5.618 .958 .156
Underwriting 2010 = Rp . 10.638 .397.474 x 100% = 53%
Rp. 7.757 .742.210
Underwriting 2011 = Rp . 13.469 .024 .535 x 100% = 58%
Berdasarkan perhitungan underwriting ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Rasio Underwriting
Rasio
Underwriting
PT IISM, Tbk Cabang Banda
2010
Underwriting
53%
Sumber : Edit Penulis (2014)
Aceh
2011
58%
PT IISM, Tbk Pusat
2010
32%
2011
35%
Perhitungan underwriting ratio pada PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
tahun 2010 menunjukkan hasil sebesar 53%. Persentase tersebut dapat diartikan
bahwa setiap Rp. 1 dari pendapatan premi, perusahaan akan memperoleh
keuntungan sebesar 0,53. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan underwriting ratio
Politeknik Aceh
49
sebesar 58%. Pada tahun tersebut setiap Rp. 1 dari total pendapatan premi,
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp. 0,58.
Persentase yang berada diatas 50% pada kedua tahun tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini dikarenakan karena
hasil underwriting perusahaan merupakan keuntungan murni perusahaan setelah
dikurangi beban klaim, beban komisi serta beban underwriting yang harus
ditanggung perusahaan.
Pada tahun 2010 setiap Rp. 1 dari total premi bruto menghasilkan
keuntungan Rp. 0,53 dan terdapat beban-beban yang harus ditanggung oleh
perusahaan sebesar Rp. 0,47. Sedangkan ditahun 2011, setiap Rp. 1 dari total
premi bruto menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,58 dan terdapat beban-beban
yang harus ditanggung perusahaan sebesar Rp. 0,42.
Politeknik Aceh
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
Pada Dekade 1980-an Perseroan didirikan dengan nama PT Maskapai
IISM, pada tahun 1979 yang berdomisili di Bandung, dengan bisnis yang
berbasiskan kepercayaan dari PT Perkebunan I - XXIX. Pada periode ini
operasional Perseroan didukung oleh jaringan 5 kantor cabang dan 1 kantor
perwakilan. Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha, sejak tahun 1987
domisili Perseroan dipindahkan dari Bandung ke Jakarta.
Pada Dekade 1990-an dengan semakin meningkatnya kepercayaan dari PT
Perkebunan I-XXXII dan berkembangnya industri asuransi, perseroan mulai
mengembangkan bisnisnya disektor perbankan, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik swasta. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan, perseroan memperluas jaringan dengan menambah 2 kantor cabang
dan 1 kantor perwakilan.
Pada Dekade 2000-an dengan melihat peluang pasar yang ada, Perseroan
memfokuskan segmentasi usaha di sektor korporasi dan ritel, dengan pendekatan
pengembangan manajemen resiko dan pusat pelayanan pelanggan yang
berorientasi "customer care". Untuk membentuk corporate image, perseroan
melakukan perubahan seiring dengan diluncurkannya produk unggulan, yaitu JT
OTO, JT CARE dan JT GRIYA. Untuk lebih dekat dengan pelanggan, Perseroan,
menambah jaringan distribusi menjadi 10 kantor cabang, 1 kantor pemasaran dan
beberapa outlet.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2010 PT IISM, Tbk pusat membuka
salah satu cabangnya yang bertempat di Banda Aceh dengan menyewa sebuah
ruko di Jalan Hasan Dek No. 4 Jambo Tape, Banda Aceh. Keinginan membuka
cabangnya di Banda Aceh disebabkan karena adanya persaingan pasar yang
sangat minim. Faktor persaingan inilah yang membuat perusahaan yakin bahwa
dengan mendirikan salah satu cabang di Banda Aceh, perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang sangat menjanjikan.
32
Politeknik Aceh
33
4.1.2 Visi dan Misi
Visi PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh
Menjadi mitra usaha utama yang terpercaya di dalam memberikan jaminan
dan perlindungan dini dengan mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan
di era ekonomi digital.
Misi PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh
Memberikan layanan terpadu mudah, cepat, menyenangkan dan proaktif
dalam mengembangkan manajemen resiko serta menciptakan produk-produk
berkualitas. Menjadikan perusahaan tempat sehat serta membanggakan untuk
berkarya, berkehidupan dan tempat untuk mengembangkan profesionalitas bagi
karyawan. Berupaya meraih dan menghasilkan laba atau keuntungan dengan cara
efisien serta menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan sehingga dapat
menunjang misi pemegang saham dan ikut berperan serta dalam Pembangunan
Nasional.
4.1.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh, yang
beralamat di Jln. Hasan Dek No. 4 Jambo Tape, Banda Aceh.
4.1.4 Struktur Organisasi
Setiap perusahaan harus memiliki struktur organisasi. Hal ini penting untuk
menjalankan kegiatan operasional perusahaan dengan baik dan lancar, dengan
cara mendayagunakan masing-masing fungsi, peran dan tanggung jawab individuindividu, kelompok, ataupun unit kerja yang ada dalam suatu organisasi/
perusahaan tersebut untuk mencapai satu tujuan. Adapun struktur organisasi pada
PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh adalah sebagai berikut:
Politeknik Aceh
34
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber : PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
4.1.5 Tugas dan Wewenang
Berikut ini merupakan uraian tugas dan wewenang dari masing-masing
bagian yang tertera pada struktur organisasi diatas, yaitu:
1. Kepala Kantor Perusahaan, bertugas sebagai:
a. Menjaga, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.
b. Bersama direktur lainnya, memutuskan kebijakan-kebijakan pedoman kerja
bagi kantor pusat dan kantor cabang/ kantor pemasaran.
c. Menyusun dan menyelenggarakan visi dan misi kedepan/waktu yang akan
datang dengan tetap mempertahankan misi dari perusahaan
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menetapkan dan memutuskan hal-hal yang dipandang perlu atas semua
bidang kegiatan operasional perusahaan hal tersebut tidak bertentangan
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan ataupun
ketentuan lainnya.
Politeknik Aceh
35
b. Mengatur, mengangkat, dan memberhentikan pegawai perusahaan dengan
mekanisme yang telah diatur didalam peraturan perusahaan.
c. Menandatangani perjanjian-perjanjian kerjasama.
2. Marketing, bertugas sebagai:
a. Membantu Direktur merumuskan suatu bentuk perancanaan program kerja
atau garis-garis besar kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan Divisi
Marketing.
b. Menyusun dan membuat Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Perusahaan
c. Melakukan koordinasi dengan seluruh divisi, Bagian, kantor cabang, dalam
menajalankan tugas-tugasnya terutama yang berkaitan dengan bidang
marketing.
d. Bertanggung jawab atas kerahasiaan dokumen, data dan informasi
perusahaan.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menerbitkan
atau
mengeluarkan
instruksi,
memorandum,
edaran
pengumuman dan semacamnya dalam rangka pelaksanaan atau menjabarkan
kebijaksanaan perusahaan yang ditetapkan atau digariskan dalam Divisi
Marketing.
b. Mengambil keputusan atas penutupan langsung dan indirect bisnis dan
penempatan reasuransinya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menetapkan hal-hal yang dipandang perlu atas semua kegiatan di Bagian
Underwritting dan Bagian Klaim sesuai dengan batas kewenangannya.
3. Underwriting, bertugas sebagai:
a. Melaksanakan kebijakan Kepala Kantor dan Manajer Umum terkait dengan
kegiatan operasional dalam rangka pencapaian target atau sasaran
perusahaan.
b. Menetapkan sasaran tugas bawahan dan memberikan ”umpan balik” agar
dapat meningkatkan hasil kerja bawahan secara optimal yang sejalan dengan
program kerja bagian Underwriting Motor dan Reinsurance.
c. Mengevaluasi segala kendala operasional dengan bagian yang terkait, agar
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan segera.
Politeknik Aceh
36
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai bidang dan
batas kewenangannya.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Berwenang menandatangani dokumen yang ditujukan untuk eksternal dan
internal dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang underwriting sebatas
kewenangan yang diberikan oleh Kepala Kantor.
b. Mengevaluasi prestasi bawahan dalam rangka penilaian bawahannya,
memberikan laporan kepada Kepala Kantor.
4. Keuangan, bertugas sebagai:
a. Merumuskan perencanaan program kerja atau kebijakan perusahaan.
b. Memastikan dan memonitor bahwa kebijakan-kebijkan perusahaan yang
terkait dengan bidang akuntansi dan pajak, keuangan dan anggaran,
collection telah berjalan sebagaimana mestinya.
c. Bertanggung jawab atas kelancaran arus kas berikut tertib administrasinya.
d. Membuat dan menganalisa laporan-laporan secara periodik dan memberikan
pendapat dan saran atas hasil analisa.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan otorisasi terhadap rencana pengeluaran dan penerimaan sesuai
dengan batas kewenangannya.
b. Memberi laporan persetujuan atas pengeluaran-pengeluaran perusahaan
sesuai dengan batas kewenangannya.
c. Mengatur pelaksanaan pembayaran kepada pihak lain dan melaporkan
kepada Kepala Kantor.
d. Melakukan negosiasi
dengan pihak ketiga dalam rangka menjalankan
kebijakan atau program kerja sesuai dengan kewenangan.
5.
Administrasi, bertugas sebagai:
a.
Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai
(man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan.
b.
Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan pengembangan pegawai.
c.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kantor, serta pengaturan, penataan
dan penggunaan ruang kantor/ruang rapat.
Politeknik Aceh
37
d.
Mengelola persediaan ATK dan cetakan kantor pusat.
e.
Menyediakan perlengkapan dan peralatan kerja yang diperlukan
kantor pusat
dan
atau
perusahaan
(komputer,
kendaraan
dinas,
kendaraan operasional).
f.
Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja/ perjalanan dinas
dan penerimaan tamu perusahaan.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a.
Mengusulkan kepada Kepala Kantor Perwakilan tentang pengesahan
sistem dan kebijakan di bidang kepegawaian.
b.
Menerima
atau
menolak
hasil
penilaian
kinerja
Pegawai
dari
atasannya setelah dilakukan evaluasi.
c.
Menyetujui daftar pembayaran yang menjadi hak pegawai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d.
Memberikan surat teguran kepada pihak ketiga atas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan spesifikasi.
e.
Mengatur penyediaan fasilitas untuk kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja/
perjalanan dinas dan penerimaan tamu perusahaan.
f.
Mengusulkan penjualan/pemusnahan barang-barang yang tidak produktif.
6. Driver, bertugas sebagai:
a.
Bersiap sedia dikantor.
b.
Bertanggung jawab atas kendaraan dan juga Barang titipan.
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Penilaian Kinerja Keuangan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
Selama ini, PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh dalam menilai kinerja
keuangannya hanya menggunakan laporan neraca dan laba rugi yang dilihat pada
tingkat pencapaian laba dan penambahan total aset perusahaan. Secara umum,
kinerja perusahaan pada tahun 2011 mengalami kenaikan, pernyataan ini penulis
kemukakan atas dasar perhitungan laporan keuangan perusahaan yang mengalami
keuntungan sebesar Rp. 3.546.874.970,- (setelah taksiran PPh). Di sisi lain,
penulis juga mengamati bahwa terjadi kenaikan aset perusahaan pada tahun 2011
yaitu sebesar Rp. 22.897.953.973,-, naik sebesar Rp. 5.690.246.736,- atau 33%
dari aset perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp. 17.207.707.237,-.
Politeknik Aceh
38
Penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari tingkat
pencapaian laba dan penambahan aset pada tahun yang bersangkutan belum dapat
dikatakan cukup. Pernyataan ini penulis kemukakan dengan alasan bahwa tingkat
pencapaian laba dan penambahan total aset tidak menggambarkan keadaan
perusahaan keseluruhan pada saat ini, baik berupa risiko, maupun hasil operasi
yang dapat dijadikan pedoman bagi investor dimasa yang akan datang. Di sisi
lain, melalui rasio keuangan perusahaan juga dapat menentukan tingkat
pencapaian laba dan mengurangi risiko keuangan dimasa yang akan datang.
4.3
Pembahasan
4.3.1 Perhitungan dan Interpretasi Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Keuangan Perusahaan
Berdasarkan laporan keuangan pada PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
periode tahun 2010 dan 2011, maka dapat dilakukan perhitungan rasio sebagai
berikut:
4.3.2
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan perhitungan rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
a) Cash Ratio
Perhitungan dengan menggunakan cash ratio digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk menjamin dan melunasi kewajibannya yang akan
jatuh tempo dengan menggunakan kas dan ekuivalen kas yang tersedia dalam
perusahaan. Berikut adalah perhitungan cash ratio PT IISM Tbk Cabang Banda
Aceh pada tahun 2010 dan 2011.
Kas+Bank
Cash Ratio = Kewajiban Lancar
Rp . 5.603.595 .294
Cash Ratio 2010 = Rp . 10.170 .085.910 = 0,55
Rp . 8.876 .579.290
Cash Ratio 2011 = Rp . 12.085 .783.322 = 0,73
Politeknik Aceh
39
b) Current Ratio
Perhitungan current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva
lancar perusahaan dalam menjamin dan melunasi utang perusahaan yang akan
jatuh tempo. Berikut adalah perhitungan current ratio PT IISM Tbk pada tahun
2010 dan 2011.
Aktiva Lancar
Current Ratio = Kewajiban Lancar
Rp .14.781 .531.031
Curent Ratio 2010 = Rp . 10.170 .085.910 = 1,45
Rp . 20.226 .416 .989
Curent Ratio 2011 = Rp .12.085 .783.322 = 1,67
Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas PT IISM di atas, dapatlah disusun
rasio likuiditas PT IISM tersebut seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Rasio Likuiditas
PT IISM, Tbk Cabang
Rasio Likuiditas
Banda Aceh
2010
2011
PT IISM, Tbk Pusat
2010
2011
Politeknik Aceh
40
Cash Ratio
0,55 kali
0,73 kali
1,05 kali
1,03 kali
Current Ratio
1,45 kali
Sumber : Edit Penulis (2014)
1,67 kali
2,13 kali
1,74 kali
1) Interpretasi Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar mampu menutupi
hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar
maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang jangka
pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan current ratio, dapat diketahui pada
tahun 2010 terdapat hasil perhitungan current ratio sebesar 1,45 kali. Artinya,
dengan menggunakan aktiva lancarnya yang ada sekarang ini perusahaan dapat
membayar seluruh utang lancarnya sebanyak 1,45 kali. Dapat disimpulkan juga
bahwa pada tahun 2010 setiap Rp. 1 hutang lancar yang dimiliki oleh PT IISM,
Tbk Cabang Banda Aceh mampu dijamin oleh Rp. 1,45 aktiva lancar. Hal ini
menunjukkan bahwa PT IISM memiliki kelebihan aktiva lancar sebesar Rp. 0,45
untuk menutupi setiap Rp. 1 hutang lancarnya.
Kemudian dapat dilihat juga pada tahun 2011 yaitu meningkatnya nilai
current ratio sebesar 0,22 kali. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kinerja manajemen yang membuat perusahaan mampu membayar hutang jangka
pendeknya. Perbandingan rata-rata industri pada tahun 2010 dan tahun 2011
menggambarkan bahwa perusahaan masih cukup likuid. Perusahaan dikatakan
cukup likuid pada tahun 2010 dan 2011 karena aset lancar yang dapat dicairkan
menjadi uang dalam waktu yang cepat masih dapat menutupi kewajiban jangka
pendeknya yang akan jatuh tempo.
b. Cash Ratio
Perhitungan cash ratio dihitung dengan cara akun Kas ditambah akun
Ekuivalen Kas dibagi dengan jumlah Kewajiban Lancarnya. Berdasarkan hasil
perhitungan cash ratio dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat hasil
Politeknik Aceh
41
perhitungan cash ratio sebesar 0,55 kali. Hasil cash ratio sebesar 0,55 kali
menunjukkan bahwa perusahaan hanya mampu menutupi 55% dari total utang
lancarnya yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Di sisi lain, dari hasil perhitungan juga dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan nilai cash ratio pada tahun 2011 sebesar 0,73 kali. Walaupun
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun
meningkatnya nilai tersebut masih dinilai kurang bagi perusahaan. Pernyataan ini
dikemukakan karena cash ratio sebesar Rp. 0,73 masih belum mampu untuk
menutupi Rp. 1 dari total kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo.
Pada tahun 2011 perusahaan dikatakan tidak likuid karena kenaikan kas
lebih kecil dari kenaikan hutang jangka pendek perusahaan. Hal yang
menyebabkan tingginya kenaikan kewajiban lancar pada tahun 2011 adalah
karena kenaikan premi yang belum merupakan pendapatan, bertambahnya hutang
komisi dari pihak hubungan istimewa dan pihak ketiga, serta bertambahnya biaya
yang masih harus dibayar oleh perusahaan.
4.3.3 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan perhitungan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang yang disediakan oleh
kreditur.
a. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat modal yang tersedia
dalam menjamin utang yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun perhitungan debt
to equity ratio perusahaan pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Total Kewajiban
Debt to Equity Ratio = Modal Sendiri x 100%
Rp . 10.170 .085.910
DER 2010 = Rp . 6.565 .994 .501 x 100% = 154%
Rp. 12.085 .783.322
DER 2011 = Rp . 10.151.693 .067 x 100% = 119%
Politeknik Aceh
42
b. Debt to Total Assets Ratio
Perhitungan debt to total assets ratio dilakukan dengan tujuan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Perhitungan debt to
total assets ratio pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Debt to Total Assets Ratio =
Total Kewajiban
Total Assets x 100%
Rp. 10.170 .085.910
DTA 2010 = Rp . 17.207 .707 .237 x 100% = 59%
Rp. 12.085 .783.322
DTA 2011 = Rp . 22.897 .953.973 x 100% = 52,8%
Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Rasio Solvabilitas
PT IISM, Tbk Cabang
Rasio Solvabilitas
DER
Banda Aceh
2010
2011
PT IISM, Tbk Pusat
2010
2011
154%
119%
73%
103%
DTA
59%
Sumber : Edit Penulis (2014)
52,8%
42%
51%
1) Interpretasi rasio solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2010 PT IISM memiliki nilai total debt to equity ratio sebesar 154%.
Persentase tersebut menyatakan bahwa pada tahun 2010 untuk setiap lembar
Politeknik Aceh
43
ekuitas pemegang saham, perusahaan memiliki kewajiban sebesar Rp. 1,54,-.
Nilai persentase yang berada di atas 100% juga menunjukkan risiko perusahan
yang tinggi, karena dalam menjalankan operasinya lebih banyak dibelanjai oleh
hutang dari pada modal sendiri.
Pada tahun berikutnya nilai debt to equity ratio perusahaan menurun
menjadi Rp. 1,19,- atau sebesar 119%, dimana setiap lembar ekuitas pemegang
saham, perusahaan memiliki kewajiban sebesar Rp. 1,19,-. Dapat disimpulkan
juga bahwa
perusahaan harus dapat menutupi setiap Rp. 1,19,- dari seluruh
kewajibannya dengan menggunakan Rp. 1,- dari modal sendiri yang dimilikinya.
Penurunan tingkat debt to equity ratio dari tahun 2010 sebesar 154%
menjadi 119% pada tahun 2011, menunjukkan bahwa solvabilitas perusahaan
pada tahun 2011 cenderung membaik karena perusahaan mampu menurunkan
tingkat solvabilitasnya sehingga bisa menutupi hutang-hutangnya yang mungkin
timbul dari penutupan risiko dengan menggunakan modal yang dimilikinya.
Penurunan tingkat solvabilitas perusahaan juga menandakan bahwa perusahaan
telah lama mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertumbuhan premi yang
tinggi.
b. Debt to Total Assets
Perhitungan rasio ini menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan seluruh aktivanya untuk menjamin dan melunasi kewajiban
yang akan jatuh tempo. Perhitungan debt to total assets ratio pada tahun 2010
menunjukkan hasil sebesar 59%. Persentase tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa seluruh aktiva tetap perusahaan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh didanai
oleh utang sebesar 59%.
Kemudian pada tahun 2011 nilai rasio perusahaan mengalami penurunan
menjadi 53%, ini menunjukkan bahwa PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh mampu
memanfaatkan setiap aktiva yang dimilikinya untuk menjamin dan melunasi
hutang yang telah jatuh tempo. Namun jika dilihat pada laporan keuangan
perusahaan (lampiran 1) dapat dicermati bahwa terjadi kenaikan pada akun
piutang yang menunjukkan bahwa manajeman perusahaan belum mampu untuk
menagih dan mengelola piutang yang telah jatuh tempo.
Politeknik Aceh
44
Persentase debt to total assets ratio yang besar mencerminkan bahwa
perusahaan telah banyak dibantu oleh pihak kreditur, yang menyebabkan
perusahaan harus melakukan pembayaran bunga bahkan pada saat perusahaan
tidak memperoleh laba yang cukup untuk membayar bunga pada tahun yang
bersangkutan. Nilai rasio yang berada di atas 50% menunjukkan bahwa kreditur
telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan kepada perusahaan dalam
beroperasi. Di sisi lain, nilai rasio di atas 50% juga akan membuat kreditur enggan
untuk meminjamkan tambahan dana kepada perusahaan, dan manajemen mungkin
akan menghadapi risiko kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio utang
dengan meminjam tambahan dana.
4.3.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan perhitungan rasio keuangan yang
menunjukkan
tingkat
efektivitas
manajemen
suatu
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari sejumlah dana dan aktiva yang diinvestasikan oleh
perusahaan.
a) Return On Assets
Rasio return on assets dihitung dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan
seluruh total aset yang dimilikinya. Adapun perhitugan return on assets ratio
perusahaan pada tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut :
Return On Assets Ratio=¿
Laba Bersih
Total Aset x 100%
b) Return On Equity
Rp. 1.631 .020.404
ROA 2010 = Rp . 17.207 .707 .237 x 100% = 9,5%
Rp . 3.546 .874 .970
ROA 2011 = Rp . 22.897 .953.973 x 100% = 15,5%
Return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham.
Perhitungan return on equity pada perusahaan PT IISM Tbk Cabang Banda Aceh
pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Politeknik Aceh
45
Return On Equity Ratio=
Laba Bersih
Ekuitas Pemegang Sa h am x 100%
Rp . 1.631.020 .404
ROE 2010 = Rp . 6.565 .994 .501 = 0,248 atau 25%
Rp . 3.546.874 .970
ROE 2011 = Rp . 10.151.693 .067 = 0,349 atau 35%
Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Rasio Profitabilitas
Rasio
PT Jasa Tania, Tbk Cabang
Banda Aceh
2010
2011
ROA
9,5%
15,5%
ROE
25%
35%
Sumber : Edit Penulis (2014)
Profitabilitas
PT Jasa Tania, Tbk
Pusat
2010
7%
11%
2011
7%
15%
1) Interpretasi rasio profitabilitas
a. Return On Assets Ratio
Perhitungan return on assets ratio adalah laba bersih dibagi dengan aset
rata-rata. Return on assets ratio berguna untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva
perusahaan untuk operasionalnya. Semakin tinggi persentase rasio ini semakin
menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.
Data pada tabel di atas menunjukkan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
pada tahun 2010 memiliki nilai return on assets ratio sebesar 9,5%. Tingkat
persentase return on assets ratio tersebut menjelaskan untuk setiap Rp. 1 aset
yang digunakan hanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,095.
Pada tahun 2011 return on assets ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
mengalami peningkatan menjadi 15,5%. Dapat diinterpretasikan juga bahwa pada
Politeknik Aceh
46
tahun 2011 untuk setiap Rp. 1 Aset yang digunakan, PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,15. Peningkatan nilai
return on assets ratio tersebut menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam
memanfaatkan
aktivanya
untuk
menghasilkan
keuntungan
telah
bagus
dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Kenaikan persentase di tahun 2011 menunjukkan bahwa pada tahun 2011
manajemen perusahaan mampu mengelola ketersediaan kas dan aset yang
menganggur secara optimal dibandingkan tahun 2010. Di sisi lain, tingkat
perputaran piutang yang cepat juga merupakan alasan meningkatnya persentase
return on assets ratio pada tahun yang bersangkutan.
b. Return On Equity
Perhitungan return on equity ratio adalah dengan cara membandingkan
antara Laba Bersih yang dihasilkan pada suatu periode dengan saldo rata-rata
Ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak
laba bersih dalam rupiah yang diperoleh dari setiap rupiah yang diinvestasikan
oleh para pemegang saham.
Tahun 2010 tingkat return on equity ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh adalah sebesar 25%. Dapat diinterpretasikan juga setiap Rp. 1 yang
diinvestasikan, perusahaan hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp.
0,25. Pemegang saham memperoleh tambahan nilai ekuitas sebesar Rp. 0,25 dari
setiap Rp. 1 yang diinvestasikan.
Pada tahun 2011 persentase return on equity ratio PT IISM, Tbk Cabang
Banda Aceh lebih tinggi 10% dari tahun 2010 yaitu sebesar 35% dan dapat
diinterpretasikan juga bahwa dari setiap Rp. 1 yang diinvestasikan, perusahaan
hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,35 sehingga pemegang
saham memperoleh tambahan nilai ekuitas sebesar Rp. 0,35.
4.3.5 Rasio Solvency Margin
Rasio solvency margin merupakan perhitungan rasio keuangan yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan keuangan
perusahaan dalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul akibat dari
penutupan risiko yang telah dilakukan.
Politeknik Aceh
47
Solvency Margin Ratio =
Modal disetor +Cadangan Dana+ Laba
x 100%
Pendapatan Premi
Solvency Margin 2010
Rp . 1.500 .000.000+ Rp . 471.626 .826+ Rp .1.631 .020 .404
=
x 100% = 34%
Rp. 10.638 .397 .474
Solvency Margin 2011
Rp . 500.000 .000+ Rp. 660.477 .585+ Rp .3.546 .874 .970
=
x 100% = 35%
Rp .13.469 .024 .535
Berdasarkan perhitungan solvency margin ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Solvency Margin Ratio
Solvency
Margin Ratio
PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh
PT IISM, Tbk Pusat
2010
2011
2010
2011
34%
Ratio
Sumber : Edit Penulis (2014)
35%
137%
97%
Solvency Margin
1) Interpretasi solvency margin ratio
Perhitungan rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menanggung resiko yang ditutup. Resiko yang ditutup akan menimbulkan
beberapa kewajiban yang harus dilunasi oleh perusahaan. Pada tahun 2010,
perhitungan solvency margin ratio memiliki persentase sebesar 34%. Dapat
dikatakan juga bahwa setiap Rp. 1 kewajiban yang timbul dari penerimaan premi
akan dijamin oleh Rp. 0,34 dari modal, cadangan dana serta laba yang diperoleh
perusahaan.
Pada tahun 2011, persentase solvency margin ratio perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 35%. Pada tahun tersebut, setiap Rp. 1 dari kewajiban yang
Politeknik Aceh
48
timbul dari penerimaan premi akan dijamin oleh Rp. 0,35 dari modal, cadangan
dana serta laba yang diperoleh perusahaan.
4.3.6
Rasio Underwriting
Rasio underwriting merupakan salah satu perhitungan rasio keuangan
perusahaan yang menunjukkan tingkat keuntungan murni yang diperoleh
perusahaan setelah dikurangi beban klaim, beban komisi dan beban underwriting
yang harus ditanggung perusahaan.
HasilUnderwriting
Underwriting Ratio = Pendapatan Premi x 100%
Rp. 5.618 .958 .156
Underwriting 2010 = Rp . 10.638 .397.474 x 100% = 53%
Rp. 7.757 .742.210
Underwriting 2011 = Rp . 13.469 .024 .535 x 100% = 58%
Berdasarkan perhitungan underwriting ratio PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh di atas, dapatlah disusun rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda
Aceh tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Rasio Underwriting
Rasio
Underwriting
PT IISM, Tbk Cabang Banda
2010
Underwriting
53%
Sumber : Edit Penulis (2014)
Aceh
2011
58%
PT IISM, Tbk Pusat
2010
32%
2011
35%
Perhitungan underwriting ratio pada PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
tahun 2010 menunjukkan hasil sebesar 53%. Persentase tersebut dapat diartikan
bahwa setiap Rp. 1 dari pendapatan premi, perusahaan akan memperoleh
keuntungan sebesar 0,53. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan underwriting ratio
Politeknik Aceh
49
sebesar 58%. Pada tahun tersebut setiap Rp. 1 dari total pendapatan premi,
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp. 0,58.
Persentase yang berada diatas 50% pada kedua tahun tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini dikarenakan karena
hasil underwriting perusahaan merupakan keuntungan murni perusahaan setelah
dikurangi beban klaim, beban komisi serta beban underwriting yang harus
ditanggung perusahaan.
Pada tahun 2010 setiap Rp. 1 dari total premi bruto menghasilkan
keuntungan Rp. 0,53 dan terdapat beban-beban yang harus ditanggung oleh
perusahaan sebesar Rp. 0,47. Sedangkan ditahun 2011, setiap Rp. 1 dari total
premi bruto menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,58 dan terdapat beban-beban
yang harus ditanggung perusahaan sebesar Rp. 0,42.
Politeknik Aceh