Mengatasnamakan Peraturan Sebagai Alasan keluarga

Mengatasnamakan Peraturan Sebagai Alasan Untuk Tidak Melakukan Sesuatu
Ka peratura ya tidak oleh, ke apa ka u lakuka ? ; Biarka saja seperti itu, kita pu ya
peratura tidak oleh elakuka itu kok ; Di peratura tidak ditulis ke apa ka u lakuka ? Mau
ari uka di depa os ya? ; da
asih ada e erapa kali at ya g sejenis yang sering kita dengar
dalam hidup sehari-hari.
Sebuah cerita yang terkadang adalah kenyataan di tempat kita bekerja:
Adalah seorang karyawan baru, sebut saja Budi. Sebagai seorang muda yang baru terjun ke dunia
kerja, Budi dihadapkan pada sebuah dunia yang sama sekali berbeda dengan dunianya saat belajar.
Pada waktu Budi bersekolah, dia dikenal sebagai seorang yang cerdas sehingga teman-temannya
sering bertanya kepadanya mengenai pelajaran-pelajaran yang sulit mereka pahami (biasanya sih
matematika dan sains). Budi dengan senang hati mengajarkan apa yang diketahuinya kepada temantemannya tersebut.
Padahal di peraturan sekolah tidak pernah ditulis bahwa siswa yang pandai wajib mengajarkan
kepada teman-temannya yang belum mengerti, itu kan tugas guru. Budi menyalahi peraturan, tetapi
dia dipuji dan dianggap siswa teladan, disayang oleh guru dan teman. Tidak ada seorangpun yang
mengatakan bahwa Budi bersalah dan merusak tatanan yang ada di sekolah.
Berangkat dari pengalamannya di sekolah, Budi juga melakukan hal yang sama di tempat kerjanya.
Beberapa rekan kerjanya yang senior mengalami kesulitan dalam membuat laporan menggunakan
program yang baru (maklum, sudah berumur dan terbiasa dengan program yang lama). Budi sebagai
orang baru kebetulan tidak sempat menggunakan program yang lama sehingga dia lebih cepat
memahami dibandingkan senior-seniornya.

Singkat cerita, pekerjaan Budi cepat selesai. Melihat Budi cepat selesai, beberapa senior meminta
tolong kepadanya untuk membantu menyelesaikan tugas mereka. Budi dengan senang hati
membantu mereka dengan meminta mereka mengerjakan menggunakan program yang lama, baru
dirubah ke dalam program yang baru. Selesailah pekerjaan para senior tersebut tepat pada
waktunya.
Sayangnya, ada seorang senior yang juga memahami menggunakan program yang baru tersebut
melihat apa yang dilakukan Budi adalah suatu bentuk ancaman bagi dirinya. Dia takut kalau-kalau
bosnya juga meminta dirinya mengajarkan menggunakan program yang baru itu kepada rekanrekannya yang pasti akan menyita waktunya.
Maka sebelum perkiraannya itu menjadi kenyataan, dia terlebih dahulu bereaksi dengan
menyatakan bahwa tindakan Budi itu menyalahi peraturan. Apa yang dilakukan Budi tidak ada di
dalam tugas kerja. Bahkan dengan keras dia mengatakan bahwa Budi bersalah karena mengerjakan
pekerjaan orang lain sehingga pada saat penilaian orang-orang yang tidak bekerja juga mendapatkan
nilai baik karena pekerjaannya sudah diselesaikan oleh Budi. Budi membuat rekan-rekan kerja
menjadi malas.

Budi melanggar peraturan karena mengerjakan pekerjaan orang lain. Benar, kalau dia sendiri tidak
terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Apakah kita harus tetap berpegang pada
peraturan sehingga kita menutup mata terhadap hal-hal yang lain?
Dalam Alkitab, Tuhan Yesus pernah mendapat teguran keras saat menyembuhkan seorang ibu yang
kerasukan setan pada hari Sabat. Pada hukum Taurat tertulis tidak boleh menyembuhkan orang

pada hari Sabat (Lukas 13 : 10-17). Kalau Tuhan Yesus yang melanggar aturan hukum Taurat itu
dikataka huku Taurat ya tidak e ar aka Tuha Yesus data g ke du ia u tuk e’revisi’ ya.
Coba kalau orang lain yang melanggar pasti dihakimi ini dan itu.
Padahal hukum Taurat itu dari Tuhan Allah sendiri, tapi orang kristen berani menyatakan hukum
Tauratnya yang salah karena Yesus yang melanggar. Apalagi peraturan yang dibuat oleh manusia
yang jelas-jelas tidak lebih baik dari Allah.
Peraturan dibuat manusia tidak mungkin bersifat objektif. Pasti banyak unsur-unsur subjektif yang
masuk ke dalamnya, entah itu kepentingan pribadi dari sang pembuat peraturan atau bentuk
ketakutan karena berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.
Yang merepotkan adalah jika peraturan diberlakukan secara kaku. Apalagi jika ada orang-orang yang
memanfaatkan peraturan tersebut untuk kepentingan pribadi. Sangat berbahaya, kaku berarti sama
saja dengan tidak berperasaan. Seorang yang kaku tidak pernah mau mengakui bahwa sebenarnya
dia tidak atau kurang berperasaan. Tembok pertahanannya langsung menebal dan meninggi jika ada
sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya. Dan dia hampir selalu berprinsip pokoknya peraturan itu
yang benar. Kurang menggunakan hati nurani.
Kaku juga dapat berarti tidak mau berubah. Merasa dirinya yang paling benar, apalagi jika ternyata
kekakuannya itu didukung dengan peraturan yang berlaku. Saya sempat terkejut saat saya
mendengar ada seorang yang berkomentar bahwa tindakan saya yang baik kepada seorang sehingga
orang itu juga berlaku baik kepada saya dikatakan sebagai bagian dari KKN dan itu tidak benar.
Ternyata kalimat lanjutannya adalah karena dia tidak bisa berlaku ramah pada orang lain sehingga

orang lainpun agak sulit untuk berlaku baik terhadap dirinya. Setelah itu dikatakan orang tersebut
menyalahi aturan, peraturan dilanggar, dan sebagainya.
Pembenaran diri yang salah kaprah. Iri karena saya mendapat perlakuan baik dari orang itu
sedangkan dia tidak? Dia tidak mau melihat bahwa ada harga yang saya bayar untuk mendapat
perlakuan baik tersebut. Saya berteman dengan orang itu, saya ramah terhadap orang itu, saya
memberikan bantuan pada orang itu. Kuncinya adalah dia merasa nyaman dengan keadaannya dan
juga peraturan mendukung dia.
Jadi, bijaklah dalam menyikapi peraturan yang ada. Gunakan hati, Tuhan Yesus juga menggunakan
hati pada saat Dia menyembuhkan ibu yang kerasukan setan itu.

(Catatan kecil dari Mattias Malanthon)

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Program aplikasi tunjangan keluarga pegawai pada Balai Besar Logam dan Mesin Jl.Sangkuriang No.12 Bandung : laporan hasil praktek kerja lapangan

0 24 55

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17