CHAPTER 1 The Price Of Inequality Latar

EKONOMI ISLAM SEBAGAI JAWABAN KEGAGALAN EKONOMI KAPITALIS
Chapter 1
“ The Price of Inequality ”
(Latar Belakang Buruknya Ekonomi Kapitalisme & Ekonomi Islam sebagai Solusi)
Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA
The Price of Inequality merupakan sebuah karya ilmiah dimana telah dibukukan dan ditulis oleh
Joseph E. Stiglitz peraih Nobel Prize dalam bidang Ekonomi tahun 2001. Joseph E. Stiglitz
mengambil konteks latar belakang dimana dunia merasa telah lelah dengan hal- hal salah yang
dibiaskan dan dianggap benar. Pada dasarnya, terdapat sebuah anggapan bersama bahwa
Amerika Serikat merupakan suatu tempat dimana semua impian dapat terwujudkan.
Berkebalikan dengan itu, di Amerika Serikat sendiri justru sedang dilanda protes yang
menyerukan occupy wall street yang dilatar belakangi oleh permasalahan keburukan sistem
pasar, ekonomi dan politik di Amerika Serikat.
Keserakahan akan kekuasaan yang mulai tak terkendali digambarkan sebagai ego yang
menuliskan batu nisan bagi impian kejayaan Amerika Seriakat. Terjadinya kegagalan pasar di
Amerika Serikat membawa pada sistem ekonomi yang buruk karena cenderung terperangkap
uang. Nilai- nilai demokrasi mulai runtuh dan terjadi degradasi nilai- nilai moral yang
disebabkan oleh masyarakat dan sistem. Kegagalan sistem politik dan pemerintah diperlihatkan
pada tidak berhasilnya pemerintah menangkap apa yang diinginkan oleh para kritikus.

Ketidakadilan yang disebabkan oleh pasar sendiri kemudian dapat dilihat pada terciptanya kelaskelas sosial di Amerika Serikat, Keberadaan 1% penduduk yang memiliki tempat tinggal terbaik,
pendidikan terbaik, dokter terbaik dan gaya hidup terbaik sama sekali berkebalikan dengan
kondisi 99 % penduduk Amerika Serikat lainnya.
Ketimpangan yang terjadi memaparkan secara jelas bahwa saat ini keberlangsungan hidup 1%
penduduk Amerika Serikat sesungguhnya sangat bergantung kepada 99 % lainnya. Stiglitz
menyingkap sumber ketidaksetaraan tersebut dan mengidentifikasi tiga tema utama, yaitu
bagaimana pasar tidak bekerja dengan secara efisien dan stabil, bagaimana sistem politik gagal
untuk memperbaiki kekurangan dari pasar dan bagaimana sistem ekonomi dan politik saat ini
pada dasarnya tidak adil. Stiglitz juga menjelaskan bagaimana factor- factor penyebab
ketidaksetaraan saling terkait erat dan lebih dari itu, memberikan kontribusi ketidakstabilan bagi
sistem ekonomi di Amerika Serikat.
Stiglitz menjelaskan tentang kondisi Amerika Serikat dimana pertumbuhan ekonominya hanya
mengerucut pada 1% penduduknya saja dan menciptakan ketidaksetaraan. Stiglitz kemudian

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

menjelaskan bagaimana ketidaksetaraan tersebut dapat terbentuk dan menyimpulkan bahwa
golongan 1% penduduk AS merupakan yang bertanggung jawab. Kemudian Stiglitz menjelaskan

juga dampak-dampak ketidaksetaraan bagi Amerika Serikat sendiri dari segi ekonomi, politik,
dan sosial. Lalu Stiglitz juga menjelaskan solusinya untuk mengatasi permasalahan
ketidaksetaraan dan mencegahnya agar tidak terjadi lagi.

A. Ketidaksetaraan dan Bagaimana itu Terjadi
Amerika Serikat yang dulunya adalah land of opportunity sudah tidak lagi demikian adanya.
Sebutan land of opportunity dianggap hanya sebuah mitos belaka. Pertumbuhan ekonomi
Amerika yang amat tinggi ternyata mengerucut pada 1 % penduduknya saja dan menciptakan
ketidaksetaraan. Selama sekitar 30 tahun setelah perang dunia kedua, 1% dari penduduk Amerika
Serikat memiliki porsi terbesar pada pendapatan Amerika Serikat. Pda tahun 2007, terhitung
bahwa 1% penduduk ini telah menyita lebih dari 65% keuntungan pendapatan nasional Amerika
Serikat. Pada tahun 2010, saham mereka meningkat menjadi sejumlah 93%.
Secara jelas tergambarkan bahwa kekayaan lebih tidak terdistribusi secara merata ketimbang
pendapatan. Dengan 1 % terkaya menguasai lebih dari sepertiga kekayaan negara. Data
ketidaksetaraan pendapatan hanya menawarkan sebuah potret dari perekonomian pada satu
waktu. Inilah yang menjadi sebab mengapa data pada ketidaksetaraan kekayaan begitu
bermasalah dimana ketidaksetaraan kekayaan melampaui variasi yang terlihat pada penghasilan
dari tahun ke tahun.
Kekayaan yang hanya berputar pada 1 % kelompok penduduk di Amerika Serikat membuat
masyarakat kelas menengah lambat laun menyadari bahwa mereka telah lama menderita akibat

pendapatan yang terus menerus dialihkan, bahkan sejak saat sebelum terjadinya krisis di
Amerika Serikat. Kebangkitan ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 90-an ternyata
merupakan sebuah kebangkitan yang tidak berhasil mengangkat ekonomi pada seluruh lapisan
masyarakat. Ketidaksetaraan yang terjadi di Amerika telah dimulai sejak tahun 90-an dan
menempati peringkat yang terparah di antara negara- negara maju lainnya.
Pada periode ini dimana ketidaksetaraan semakin berkembang di Amerika Serikat, maka
pertumbuhan kualitas masyarakat pun kian melambat. Para pemuda usia 25 tahun hingga 34
tahun yang kurang berpendidikan akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan penghasilan
yang memadai. Bahkan seorang sarjana pun masih akan mengalami setidaknya permasalahan
yang serupa karena sistem gaji yang sebenarnya memang dirancang untuk tidak cukup memadai.
Semacam terdapat poverty trap yang mengikat keberadaan orang- orang yang memang sudah di
dalamnya.

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

Trauma terhadap The Great Recession sedikit banyak membuat masyarakat mulai waspada
bahwa akan terjadi kembali resesi besar- besaran yang berakibat pada terusirnya ratusan keluarga
dari rumahnya dan ribuan orang kehilangan mata pencaharian. Protes occupy wall street

merupakan salah satu tanda yang menunjukan bahwa masyarakat kini tidak lagi bisa tenang
melihat kondisi ketidaksetaraan yang bisa membawa Amerika Serikat pada krisis dan resesi yang
lebih besar. Akan tetapi pada kenyataannya dengan distribusi pendapatan yang tidak merata,
maka jelas ketidaksetaraan terus berkembang di Amerika Serikat secara absolute.
Keberadaan sistem ekonomi dan pasar yang memburuk dikatakan Siglitz ialah sebagai hasil dari
kebijakan public yang dirumuskan oleh para elit penguasa, dengan mendistorsi perdebatan
politik. Pemerintah tidak melakukan tindakan yang memperbaiki sistem tersebut tetapi justru
malah turut andil. Mereka menekan masyarakat melalui pemotongan pajak untuk mendukung
yang kaya dan menyesuaikan kebijakan moneter untuk mendukung bank. Sehingga kemudian
banyak orang kaya baru yang muncul bukan sebagai entrepreneur tetapi rent- seeker yang
menggunakan monopoli untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini tidak membantu terciptanya
kemakmuran yang lebih besar bagi semua. Sebaliknya, banyak keuntungan ini sifatnya adalah
rent seeking, tidak menciptakan kekayaan baru tapi mengambil dari orang lain.
Rent-seeking merupakan konsep dimana orang- orang menggunakan power untuk melindungi
diri dari kekuatan kompetitif dengan menguasai pengaturan pajak. Pemerintah melindungi pasar
dan bank dengan menyalahgunakan prinsip invisible hand yang dikemukakan Adam Smith. Pada
akhirnya peluang terhadap terjadinya monopoli sangat terbuka lebar, apalagi jika hukum tidak
diterapkan. Di sisi lain, pemerintah justru tidak memperbaiki situasi tetapi malah membantu
terciptanya ketidaksetaraan. Dengan kata lain, Inequality atau ketidaksetaraan yang terjadi di
Amerika Serikat bukanlah efek samping dari kapitalisme melainkan dibuat oleh orang- orang

yang memiliki kekuatan.
Peran rent seeking dalam menciptakan inequality secara lebih spesifik dapat dijelaskan melalui
prinsip Supply & Demand. Jika persediaan pekerja banyak tetapi permintaan turun, maka gaji
akan berkurang. Pergeseran sektoral pada pekerjaan dan biaya pendidikan yang semakin tinggi
memicu terjadinya perubahan demand pekerja yang berakibat pada naik- turunnya gaji pekerja.
Pemerintah sebagai pihak yang mengatur rule of the game & distribution justru gagal
memainkan peranannya. Sedangkan keberadaan globalisasi kemudian menjadi bagian yang
penting dari masalah globalisasi perdagangan dan globalisasi pasar.
Salah satu kelompok yang dapat diidentifikasikan dalam kalangan orang- orang yang paling kaya
ialah CEO. Para CEO di Amerika Serikat tidak menjadi kaya secara tiba- tiba, tetapi mereka
menggunakan kemampuan mereka untuk mengambil lebih banyak dari perusahaan yang
semestinya mereka layani. Selain CEO, pengacara juga termasuk dalam kalangan mereka yang
memiliki kekayaan tinggi dengan jalan rent seeking. Dengan biaya hukum yang mahal,
pengacara bisa meraih kekayaanya dengan membantu pengerjaan kesepakatan yang rumit terkait

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

masalah pajak, sehingga kemudian klien mereka tidak perlu membayar pajak. Pengacara

membantu terjadinya perancangan pasar yang cenderung kompleks dan tidak transparan.
Ketidaksetaraan semakin bertahan dengan adanya pembenaran dan monopoli bahwa mereka
yang kaya ialah mereka yang bekerja. Dengan demikian orang beranggapan bahwa mereka harus
terus bekerja keras agar bisa meredamkan ketidaksetaraan padahal ketidaksetaraan tersebut
merupakan hasil dari sistem. Gaji yang membengkak diperlukan untuk mempertahankan prestasi
produktivitas yang tinggi. Stiglitz menunjukkan, hasilnya lebih sering untuk kegagalan.
Kesenjangan menjadi jurang dan orang-orang miskin di Amerika Serikat akan tetap miskin.
Meskipun demikian hampir tujuh dari sepuluh orang Amerika masih percaya bahwa tangga
kesempatan pasti ada.
Stiglitz dalam bukunya mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang berkontribusi terhadap
peningkatan monopolisasi pasar. Pertama, terdapat sebuah peperangan ide mengenai peran
pemerintah yang harus mengambil posisi dalam memastikan kompetisi. Kedua, terdapat
perubahan dalam ekonomi Amerika Serikat yang mengarah pada standardisasi industri. Ketiga,
pada kompetisi yang terbatas maka harga kemungkinan akan jauh melebihi tingkat kompetitif.
Sehingga kemudian sejalan dengan berkembangnya ketiga hal tersebut di atas, maka monopoli
pun semakin menguat di pasar Amerika Serikat dan menyebabkan tingkat ketidaksetaraan
semakin tinggi.
Menurut Stiglitz, ketidaksetaraan harus menjadi isu utama yang mesti diperhatikan oleh Amerika
serikat. Ketidaksetaraan memang bisa memberi motivasi, namun jika dibiarkan tanpa ada
pengawasan, ketidaksetaraan dapat mengakibatkan kesempatan orang- orang kelas bawah untuk

meningkatkan kekayaannya menjadi berkurang. Jika pemerintah tidak bisa merespon persoalan
ketidaksetaraan ini dengan baik, maka akan menciptakan bubble yang menyebabkan
ketidaksetaraan tumbuh membesar semakin cepat. Intinya, ketidaksetaraan di Amerika Serikat
akan terus berkembang tanpa henti. Secara lebih mendetail, ketidaksetaraan akan membuat
ekonomi tidak efisien dan tidak produktif. Masyarakat tidak lagi bisa berinvestasi, tidak semua
orang bisa produktif karena pendapatan yang kecil dan ekonomi dimonopoli oleh para rentseeker.
B. Imbas Dari Ketidaksetaraan
Stiglitz memaparkan bahwa terjadinya ketidaksetaraan turut menyebabkan degradasi terhadap
nilai terpenting Amerika Serikat, yakni demokrasi. Indikator yang dapat dicermati ialah proses
politik yang menjadi terganggu dimana bukan lagi one man one vote yang berlaku, melainkan
one dollar one vote. Semua hal yang dilakukan pemerintah dapat dikendalikan oleh orang- orang
kaya untuk kepentingan sendiri. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pun
mulai menurun dan terjadi kesulitan dalam penerapan kebijakan pemerintah. Di sisi lain,
kepercayaan merupakan salah satu factor yang menguatkan sosial kapital. Dengan sosial kapital

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

yang kuat dan lebih tinggi, maka akan terjadi produktifitas yang baik dimana masyarakat

menjadi lebih mudah diajak bekerja sama karena adanya semacam perekat.
Proses politik yang terganggu tersebut juga menimbulkan keberadaan keadilan yang semakin
terasa nihil. Sedangkan seorang individu dalam masyarakat sangat membutuhkan keberadaan
keadilan untuk meyakinkan ia untuk bekerja. Dapat di ibaratkan bahwa ketika seorang individu
hanya mendapati 1 dari 10 sedangkan yang lain mendapati 9, maka pada batas kesabarannya ia
akan lebih baik memilih 0 ketimbang 1. Dengan demikian, ketidakhadiran keadilan menjadi
faktor psikologis yang membuat masyarakat makin enggan bekerja dan menurunkan tingkat
produktivitas pada suatu titik.
Ketidakpercayaan, pengkaburan informasi media dan kekecewaan masyarakat menjadi rentetan
dampak yang muncul sebagai konsekuensi proses politik yang terganggu. Masyarakat tidak
hanya tidak memiliki kepercayaan terhadap oknum pemerintahan tetapi juga terhadap informasi
media. Orang- orang mulai merasa tidak berdaya dan beberapa hak memilih yang sifatnya
menentang penguasa akan dicabut. Nilai sakral demokrasi Amerika Serikat mulai terlihat berada
di ambang bahaya.
Salah satu cara bagi warga Amerika Serikat untuk menghadapi perlakuan tidak adil adalah
melalui jalan hukum. Namun, hukum di Amerika Serikat telah dirancang agar membutuhkan
biaya yang mahal dan bertele- tele. Sehingga kemudian hanya orang- orang kaya lah yang
mampu memanfaatkan hukum secara maksimal. Ketidaksetaraan yang terjadi membuat orangorang yang mampu memanfaatkan hukum semakin sedikit.
Siglitz memaparkan, demokrasi yang seharusnya bisa merefleksikan kepentingan mayoritas
penduduk suatu negara justru di Amerika Serikat hanya mampu merefleksikan kepentingan dari

1% penduduknya saja, padahal Amerika Serikatlah yang selama ini membangga- banggakan
demokrasinya ke seluruh dunia. Namun jika melihat bagaimana ketidaksetaraan terjadi, maka
jelas akan membuat orang- orang ragu terhadap Amerika Serikat. Keraguan ini akan berdampak
pada berkurangnya kepercayaan masyarakat internasional terhadap kekuatan Amerika Serikat.
Sehingga pada akhirnya, pengaruh Amerika Serikat di dunia internasional akan berkurang. Ini
merupakan salah satu ketakutan terbesar yang patut diperhatikan terutama jika ketidaksetaraan
terus berkembang.
Stiglitz berargumen bahwa persepsi memberikan peran penting bagi terciptanya ketidaksetaraan.
Dalam permasalahan ketidaksetaraan ini, persepsi memberikan perannya dalam membentuk
kebijakan serta pasar. Sebab pasar merupakan tempat berinteraksinya manusia yang dalam
menentukan tindakannya sangat dipengaruhi oleh persepsinya terhadap sesuatu. Stiglitz
mengungkapkan bahwa 1 % populasi Amerika serikat yang memiliki kekuatan telah berhasil
membentuk persepsi public tentang apa yang adil dan efisien, tentang kelemahan pemerintah dan
kekuatan pasar, serta persepsi bahwa ketidaksetaraan tidak terjadi di Amerika Serikat, melalui
media propaganda. Mereka bahkan membentuk persepsi bahwa krisis yang terjadi pada tahun

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA


2008 merupakan kesalahan pemerintah yang terlalu banyak ikut campur dalam urusan pasar.
Dengan begitu, masyarakat menjadi tidak awas terhadap terjadinya ketidaksetaraan dan tetap
mengikuti keinginan golongan 1%.
Stiglitz selanjutnya memaparkan bagaimana pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan
kebijakan yang salah dalam menghadapi resesi 2008. Kebijakan tersebut nyatanya malah
meningkatkan ketidaksetaraan yang sudah ada. Seharusnya jika menghadapi resesi, pemerintah
berupaya meningkatkan spending (fiscal) untuk menghidupi masyarakat, tetapi pemerintah
Amerika Serikat pada waktu itu justru melakukan pengetatan dengan meningkatkan pajak buruh
dan mengurangi pajak pengusaha.
Program austerity kemudian malah memperkuat swasta dan tidak berpihak pada buruh. Padahal
dalam keadaan krisis, pemerintah seharusnya dapat meningkatkan demand, bukan supply.
Kebijakan pemerintah dibuat seolah-olah menyalahkan para pekerja yang sebenarnya merupakan
korban dari krisis. Pada akhirnya pekerjaan hilang, pengangguran meningkat, dan perekonomian
tidak berjalan. Sayangnya, golongan 1% tetap menang karena kebijakan pemerintah telah
memulihkan sebagian kerugian mereka.
Siglitz menilai bahwa kebijakan makroekonomi berhutang tanggung jawab terhadap persoalan
meningkatnya ketidaksetaraan karena dianggap tidak memikirkan isu pendistribusian
pendapatan. Sehingga sebagai akibatnya terjadi sentralisasi pendapatan pada 1% penduduk
Amerika Serikat. Dua kebijakan makroekonomi Amerika Serikat yang berakibat meningkatnya
ketidaksetaraan ialah deregulasi dan demokratisasi bank sentral. Bank sentral independen

dianggap gagal karena ia telah dibajak oleh sector penjual sehingga dapat menguntungkan
kelompok 1%.
C. The Way Forward
Menurut Stiglitz jika ditilik dari penjelasan di atas, maka Amerika Serikat telah menempuh jalan
yang salah dalam mengambil kebijakan dan perbaikan harus dilakukan. Reformasi ekonomi dan
politik menjadi solusi yang ditawarkan oleh Stiglitz. Yaitu dengan jalan memangkas rentseeking, perbaikan sistem hukum dan keuangan, perbaikan pajak, peningkatan kualitas
pendidikan; kesehatan dan perlindungan sosial serta pengurangan dampak globalisasi. Berikut
agenda reformasi yang ditawarkan oleh Stiglitz.
Pertama, reformasi ekonomi harus dimulai dari sektor finansial. Pemerintah harus mengurangi
kesempatan orang-orang finansial untuk melakukan rent-seeking. Bank harus dibuat lebih
transparan dan pengawasan harus diperketat untuk melakukan derivative. Pembayar pajak juga
harus dilibatkan jika Bank mengeluarkan kebijakan berisiko, seperti sub-prime mortgage.
Terakhir, Bank-Bank dan perusahaan kartu kredit harus dibuat lebih kompetitif agar mereka
tidak melakukan monopoli untuk memeras nasabah.

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

Kedua, pemerintah harus melakukan reformasi di bidang pajak. Pemerintah harus membuat
pajak yang lebih berat ke perusahaan. Hal ini penting, sebab pajak harus disesuaikan dengan
pendapatan setiap orang. Terakhir, pemerintah harus memastikan bahwa semua orang membayar
pajak sesuai ketentuannya.
Ketiga, pemerintah harus memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat Amerika Serikat. Solusi
sebelumnya hanya dapat mengurangi ruang gerak golongan 1%, namun belum membantu
golongan 99% penduduk AS. Agar ketidaksetaraan dapat berkurang, golongan 99% perlu
mendapatkan insentif agar mereka termotivasi untuk bekerja dan meningkatkan tingkat
kehidupannya sendiri. Untuk itu, pemerintah perlu memperbaiki akses ke pendidikan. Kampanye
untuk menabung harus ditingkatkan. Pelayanan kesehatan harus diberikan bagi semua dengan
kualitas yang sama. Terakhir, pemerintah harus memperkuat program proteksi sosial lainnya
yang sudah berjalan, seperti earned-income tax credit, Medicaid, dan Food Stamps.
Keempat, pemerintah harus melakukan reformasi politik yang memungkinkan ketiga agenda di
atas dapat dilaksanakan. Stiglitz mengungkapkan bahwa pembentukan institusi alternatif sangat
memungkinkan, namun dapat mengarahkan pada arah yang salah lagi. Setidaknya, aturan
kampanye harus diubah dengan semakin sedikit melibatkan uang dalam pelaksanaannya.
Pada bagian akhir, Stiglitz menyampaikan bahwa semua agenda tersebut akan mengurangi
kekuatan golongan 1% dan mengarahkan AS pada era baru. Namun untuk melakukannya,
golongan 99% harus menyadari bahwa mereka telah dipermainkan oleh golongan 1% dan berniat
untuk melakukan reformasi secara serius. Selama ini golongan 1% telah meyakinkan golongan
99% bahwa tidak ada jalan lain selain Kapitalisme, bahwa Sosialisme tidak akan memberikan
kesempatan bagi semua orang. Stiglitz mengimbau agar golongan 99% menyadari bahwa semua
itu hanyalah mitos belaka.
Selain itu, melihat perkembangan kasus yang terjadi di Arab, dimana masyarakat bersatu padu
melawan golongan minoritas yang selalu menekan mereka, golongan 1% AS seharusnya
menyadari bahwa itu dapat terjadi pada mereka juga. Golongan 1% juga harus menyadari bahwa
apa yang terjadi selama ini sangat bertentangan dengan nilai dasar yang selalu dianut oleh AS,
nilai tentang kebebasan.
Melalui dua cara itulah, AS dapat melangkah menuju era baru. Era dimana tidak ada lagi
ketidaksetaraan dan semua orang dapat sama-sama bekerja dengan maksimal. Stiglitz
mengatakan bahwa ia percaya bahwa masih belum terlambat bagi AS untuk berubah.
Kesimpulan

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

Betapa banyaknya pengetahuan yang dimiliki Stiglitz mengenai sejarah perekonomian. Dari Bab
pertama hingga terakhir, kita disuguhkan mengenai sejarah Amerika Serikat dan bagaimana
perkembangan perekonomiannya hingga akhirnya ketidaksetaraan dapat terbentuk.
Dalam bagian dimana Stiglitz mengungkapkan tentang mitos kesempatan di Amerika Serikat dan
dominasi 1%, terdapat sebuah sisi dimana penjabaran tersebut dilebih-lebihkan. Faktanya bagi
orang-orang Amerika Serikat sendiri, pendapatan mereka memang setimpal dengan apa yang
mereka kerjakan. Kebangkitan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 90- an bukannya tidak
berhasil mengangkat ekonomi pada seluruh lapisan masyarakat, melainkan pola dan tingkat
pengangkatannya terjadi secara berbeda- beda. Dan jika terdapat sumber daya manusia yang sulit
mendapatkan pekerjaan akibat pendidikan yang minim, jelas itu memang bagaimana yang
seharusnya terjadi karena job opportunity saat ini banyak memerlukan tenaga ahli. Sehingga
sebenarnya mitos 1 % dan broken American dreams sebenarnya hanya ada pada mereka yang
tidak bisa mengembangkan kekayaanya saja.
Solusi yang diberikan oleh Stiglitz pun terkesan sangat normatif dan tidak memberikan sesuatu
yang baru. Stiglitz seolah hanya mengungkapkan apa yang menurutnya baik bagi perekonomian
Amerika Serikat tanpa memikirkan kemungkinan untuk melaksanakannya. Bahkan Stiglitz
sendiri mengungkapkan bahwa ia tidak yakin jika agenda reformasinya dapat dilakukan dengan
kondisi politik saat ini. Sementara pada bagian agenda reformasi politik, Stiglitz bahkan tidak
memberikan solusi yang spesifik untuk memperbaiki sistem politik Amerika Serikat.
Namun, Stiglitz telah menjelaskan dengan baik bagaimana peran rent-seeking dapat membentuk
ketidaksetaraan yang sedang terjadi di Amerika Serikat. Dengan penjelasan Stiglitz, orang-orang
akan menjadi paham mengenai bahaya rent-seeking bagi perkembangan perekonomian suatu
negara karena dapat meningkatkan ketidaksetaraan. Terlebih lagi, Stiglitz telah berhasil
menyampaikan dampak-dampak mengerikan terhadap seluruh sendi-sendi ekonomi, politik, dan
sosial Amerika Serikat jika ketidaksetaraan terus berlanjut.
Solusi yang diberikan oleh Stiglitz adalah solusi ideal yang tidak dapat dilakukan dengan sistem
politik yang ada saat ini. Menurut penulis, Buku The Price of Inequalities sangat baik digunakan
bagi para pembuat kebijakan di negara dengan sistem ekonomi kapitalis yang ingin agar
peristiwa sama tidak terjadi di negaranya. Para mahasiswa yang ingin mempelajari tentang
pemikiran strukturalisme juga akan mendapat manfaat karena dengan membaca buku ini mereka
dapat mengerti bagaimana caranya mengkritik sebuah struktur yang sangat besar seperti Amerika
Serikat dan memecahkan mitos-mitos di dalamnya.
Sebagai warga Indonesia, saya pribadi merasa bahwa karya ilmiah ini sangat berharga, sebab
dapat membuka kesadaran masyarakat akan buruknya sistem perekonomian kapitalis Amerika.
Dengan adanya karya ilmiah ini, maka telah muncul salah seorang praktisi perekonomian
kapitalis yang mengkritisi kinerja system perekonomian tersebut. Tidak adanya solusi ideal yang
dapat diterapkan dalam kondisi politik yang sedang terjadi di Amerika dan Dunia saat ini, hal itu

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA

bukan dikarenakan tidak adanya solusi ideal. Akan tetapi sedikitnya para pejuang Ekonomi Islam
yang dapat memberikan konsep perekonomian murni secara pemahaman Al-Qur’an. Padahal, di
dalam Al-Qur’an itu sendiri sudah terdapat system perekonomian yang ideal bagi masyarakat
dan dapat diterima secara Universal.
Berbekal dari kekosongan solusi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat metode
perekonomian Islam murni berdasarkan Al-Qur’an. Penelitian ini akan dituangkan kedalam
Thesis yang dapat digunakan sebagai jawaban atas permasalahan Ekonomi yang dikemukakan
oleh Joseph E. Stiglitz dengan menggunakan konsep Dinul Islam berdasarkan Al-Qur’an.
Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon dukungan dan do’a supaya diberi kemudahan
dalam menyusun Jawaban atas permasalahan perekonomian Dunia. Sudah saatnya Islam untuk
bangkit dan kebangkitan itu tidak dapat terjadi jika tidak kita mulai sejak saat ini.
Insya Allah ..

Andhika Ibrahim (1608.0012)
Magister Economics Shariah
University College of Islamic Economics TAZKIA