KEWIBAWAAN KEKUASAAN TANGGUNG JAWAB DALA

Tugasa Maklah

KEWIBAWAAN, KEKUASAAN, TANGGUNG
JAWAB, DALAM MANAJEMNEN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
AMIRUDDIN
NIM. 8156114002
Dosen Pengampu: Dr. Sukarman Purba, M.Pd
Mata Kuliah: Teori-Teori Manajemen

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR (S3)
UNIVERSITS NEGERI MEDAN
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Saat ini penting bagi kita untuk mengetahui lebih jauh kewibawaan,
kekuasaan, dan tanggung jawab. Hal ini disebabkan dalam suatu organisasi
(manajemen) kita diharuskan untuk beradaptasi dan menghadapi berbagai macam
watak dan tingkah laku seseorang. Untuk itu, pemahaman dalam masalah di atas
diperlukan untuk menjalin kerjasama dalam menjalankan suatu organisasi secara
efektif dan efisien.Terkadang banyak orang salah mengartikan posisi atau jabatannya
dalam suatu organisasi yang tentunya dapat merugikan orang lain dan dirinya. Hal ini
dapat menimbulkan masalah antar individu/kelompok ataupun antar organisasi.
Tentunya hal tersebut tidak diinginkan oleh kita dan organisasi, sehingga kita dapat
mengetahui batasan-batasan yang tidak dapat dilanggar serta cara berkomunikasi
dengan baik. Sehingga penyusun menyuguhkan berbagai macam hal dalam
berinteraksi dengan orang-orang di dalam suatu organisasi, serta hal-hal seputar
kewibawaan, kekuasaan, dan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap orang atau
pemimpin yang tentunya berbeda-beda cakupan luasnya.
Berbicara kewibawaan, kekuasaan, dan tanggung jawab memang sangat

menarik, karena secara alami manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan
untuk diakui ekstensinya sekecil apapun dalam suatu komunitasnya, dan salah satu
faktor yang mendukung keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan
dan kekuasaan serta tanggung jawab.
Dalam kewibawaan, kekuasaan, dan tanggung jawan untuk mencapai tujuan,
tetapi power tidak selalu diikuti oleh authority dan responsibility. Jadi aothorutylah
yang paling menjamin tercapainya tujuan, sebab authority mencipataka power dan
right.

Konsep kewibawaan, kekuasaan, dan tanggung jawan telah melahirkan suatu
minat yang hidup, diskusi, dan kadang-kadang menimbulkan kekaburan sepanjang
perkembangan pemikiran manajemen. Konsep kekuasaan erat sekali hubungannya
dengan konsep kepemimpinan. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk
mempengaruhi prilaku para pengikutnya dengan memberikan hubungan menyeluruh
antara kepemimpinan dan kekuasaan.

Penggunaan kewibawaan, kekuasaan,

tanggung jawan dan kewajiban secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi
efektevitas organisasi. Peranan pokok kewibawaan, kekuasaan, tanggung jawan dan

dalam fungsi kewibawaan, kekuasaan, tanggung jawan dan kewajiban sebagai metoda
formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun
organisasi. Kewibawaan, kekuasaan, dan tanggung jawan formal tersebut harus di
dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu
menggunakan lebih dari kewibawaan, kekuasaan, tanggung jawab dan resminya
untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada
kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.

BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Kewibawaan
1. Definisi Kewibawaan
Kewibawaan merupakan salah satu unsur kepribadian pada
diri seseorang baik sebagai pribadi maupun sebagai pemegang
otoritas

tertentu.

Secara


umum

kewibawaan

dapat

diartikan

sebagai suatu kualitas “daya pribadi” pada diri seorang idividu yang
sedemikian rupa membuat pihak lain menjadi tertarik, bersikap
mempercayai, menghormati, dan menghargai secara intrinsik
(sadar, ikhlas), sehingga secara intrinsik pula akan mengikutinya.
Kewibawaan seseorang banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik formal maupun informal, baik dari dalam maupun dari
luar, baik yang bersifat material maupun non-material, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak, baik yang bersifat semu
maupun yang asli. Kewibawaan dapat dipengaruhi oleh simbolsimbol materi yang dimiliki seseorang seperti kekayaan, rumah,
kendaraan, dan sebagainya. Dapat pula dipengaruhi oleh atributatribut


tertentu

seperti

pangkat,

gelar,

pakaian

seragam,

kendaraan, tanda-tanda kebesaran, dan sebagainya.
Kewibawaan bersifat relatif dan situasional artinya sangat
ditentukan oleh sifatnya, kondisi lingkungan, waktu dan tempat.
Ada seseorang yang berwibawa dalam suatu lingkungan tertentu,
tetapi tidak dalam lingkungan lain. Ada yang berwibawa pada suatu
masa tetapi tidak dalam masa lainnya. Ada yang berwibawa untuk
aspek tertentu tetapi tidak pada aspek lainnya. Jadi, kewibawaan itu


tidak akan berlaku secara permanen dalam segala lingkungan dan
situasi.
Kewibawaan berasal dari kata wibawa berasal dari arti kata “gezag” asal kata
“zeggen” artinya “berkata”. Brang siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan
mengikat terhadap orang lain berarti mempunyai “kewibawaan” atau gezag (Russen,
1982: 64).
Kewibawaan atau “gezag” adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat
pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan
suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki
kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan

penuh

kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik
kewibawaan itu
Gezag atau kewibawaan“ itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang
tua. Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu)
itu adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas dari tuhan untuk mendidik
anak-anaknya. Orang tua atau keluarga mendapat hak untuk mendidik anak-anaknya,
suatu hak yang tidak dapat dicabut karena terikat dengan kewajiban.

Kewibawaan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang
guru. Guru yang mempunyai kewibawaan berarti mempunyai kesungguhan, suatu
kekuatan, sesuatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh pada siswanya.
Di dalam proses manajemen, kewibawaan (gezag) adalah syarat yang harus
ada pada seseorang dan karena kewibawaan itu digunakan oleh pendidik untuk
mempengaruhi peserta didik agar mengikuti perkataan gurunya, yang dimaksud
dengan kewibawaan dalam pendidikan di sini ialah, pengakuan dan penerimaan
secara sukarela terhadap pengaruh atau anjuran yang datang dari orang lain. Jadi
pengakuan dan penerimaan pengaruh atau anjuran itu atas dasar keikhlasan, atas
kepercayaan yang penuh, bukan didasarkan atas rasa terpaksa, rasa takut akan
sesuatu, dan sebagainya

Menurut George R. Terry memandang otoritas (authority) sama dengan power
atau right. Selanjutnya, ia menyebutkan. “ authority is the official and legal right to
command action by others and to enforce compliance… implied in authoroty is the
power making dicision and seeing that they are carried out”.
Ada sebagian orang yang menganggap otoritas dan power itu tidak sama.
Otoritas dalam bahasa Indonesia disebut kewenanngan atau kewibawaan, yaitu dari
“gezag” (bahasa Belanda), sedangkan power disebut kekuasaan. James D. Mooney
membedakan antara otoritas dan power. Power yaitu kecakapan membuat sesuatu

adalah tugas, suatu “posseion” sedangkan otoritas adalah hak (right). Dia
mengemukakan contoh apa yang disebut otoritas moral yang berarti kewibawaan.
Power berarti kekuasaan biasanya dalam arti fisik, sedangkan otoritas
merupakan hala yang bergandengan dengan tanggung jawab. Otoritas dapat
menggunakan power untuk mencapai maksudnya, tetapi tidak sama dengan power.
Contohnya kita lihat dalam hukum internasional yang mengenal pemerintah
de jure terpisah dengan de facto. Indonesia pada 1945 merderka secara de facto.
Setelah itu oleh semua negara baru diakui secar de jure, yaitu setelaah pergerakan
kedaulatan 1947. Sedangkan J. Panglaykim membedakan otoritas sebagai
kewibawaan dan power sebagai kekuasaan, dan menggunakan contoh Nabi
Muhammad Saw pada mulanya mempunyai kewibawaan. Pengertian otoritas dalam
kaitan dengan konteks manajemen merupakan suatu kewenangan berupa hak untuk
bertindak, memerintah, mengendalikan, mengadakan pengawasan, termasuk pula
membuat keputusan. Yayat M. Herujito, (2001:169-170).
Sedangkan menurut Kartini Kartono, (2007:183 kewibawaan berasal dari
kata-kata “kawi” dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih kuat,
kelebihan. Sedangkan bhawa berarti: 1) kekuasaan, 2) keutamaan, 3) kelebihan, dan
4) keunggulan. Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa kewibawaan berarti kelebihan,
keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu “ambawani” ; yaitu
mampu mengatur, membawa, memimpin, memerintah, dan mendidik pribadi lain

serta memppengaruhi seseorang atau kelompok dalam sebuah organisasi. Menurut

Karl D. Jackson, (1990:201) memberikan definisi mengenai kewibawaan, adalah
suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan secara perilaku sebagai interaksi
antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok di mana pada saat tertentu pelaku
mengubah dan memengaruhi perilaku orang lain.
Menurut Kartini Kartono di atas kewibawaan melekat pada kekuasaan yang
didapati melalui kelebihan seseorang atau dengan keistimewaan yang ada dalam diri
seseorang. Sedangkan menurut Karl, kewibawaan dianggap tradisional dengan
menggunakan komunikasi antar individu. Artinya, seseorang (komunikator) memberi
pesan kepada orang lain (komunikan), interaksi yang dilakukan keduanya mengubah
perilaku komunikan dan melakukan sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator.
Maka, itu yang dikatakan sebagai kewibawaan. Namun, menurut penulis antara
pendapat keduanya memiliki persamaan, yaitu pada aspek „memengaruhi‟. Karena
kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain dapat dinyatakan kewibawaan
sesuai apa yang telah dinyatakan pada pendapat Kartini Kartono di muka.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1988:1011) wibawa berarti
pembawaan untuk dapat menguasai dan memengaruhi orang lain melalui sikap dan
tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Sedangkan
berwibawa berarti mempunyai wibawa yang disegani dan dipatuhi. Kemudian arti

dari kewibawaan adalah hal yang menyangkut wibawa, yang mempunyai sifat
wibawa yang telah disebutkan di atas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002:1271) diungkapkan pula bahwa
wibawa berarti “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar
biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan kepercayaan dan rasa
kagum dari masyarakat terhadap dirinya, dengan kata lain wibawa berarti atribut
kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu”.

Penulis

mengutip dari sumber yang sama tentang istilah yang sama pada masa yang berbeda
ini agar mengetahui pergeseran makna yang dilalui beberapa tahun sebelumnya.
Sehingga, menjadi penambahan pengetahuan bagi penulis untuk mengidentifikasi
makna wibawa secara mendalam.

Ja‟cuba Karepesina, (1988:16) memberi definisi kewibawaan sebagai
kekuatan yang memancar dari diri seseorang karena kelebihan yang dimilikinya
sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa wibawa adalah ciri khas yang asli melekat pada diri seseorang kemudian
disahkan melalui jabatan yang didudukinya sehingga ia memiliki kekuasaan atau

kemampuan untuk memegang peranan dan fungsinya dalam suatu organisasi. Dan
perlu diketahui bahwa banyak juga yang menyebutkan wibawa dengan istilah lain
seperti kharisma, pengaruh, dan otoritas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wibawa adalah ciri khas yang asli melekat
pada diri seseorang/pemimpin kemudian disahkan melalui jabatan yang didudukinya
sehingga ia memiliki kekuasaan/mempengaruhi atau kemampuan untuk memegang
peranan dan fungsinya dalam suatu organisasi. Dan perlu diketahui bahwa banyak
juga yang menyebutkan wibawa dengan istilah lain seperti kharisma, pengaruh, dan
otoritas.
2. Asal-usul Kewibawaan
Menurut sosiolog Jerman yang bernama Max dalam Yayat M. Herujito,
(2001:170) dalam susunan masyarakat kewibawaan itu ada tiga macam:
1. Kewibawaan yang legal
Sifatnya percaya pada sahnya peraturan secra hukum. Contohnya
perkantoran (birokrasi)
2. Kewibawaan yang serba tradisi
Yang percaya pada sucinya atau agungnya tradisi dan adat istiadat
sehingga mensahkan kewibawaan itu. Contohnya orang yang tertua dalam
keluarga tertentu
3. Kewibawaan yang karismatis
Percaya pada sucinya orang yang berwibawa, misalnya orang yang diakui
mandat rahmat dan hidaya dari Tuhan. Hal ini sering berdasarkan agama
atau kepercayaan.
3. Macam-macam Kewibawaan

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, (2007:159-160) membagi
kewibawaan menjadi dua macam, yaitu:
1. Kewibawaan pemimpin
Seperti kewibawaan pemimpin organisasi, baik organisasi politik atau
organisasi massa, kewibawaan kepala kantor atau kepala sekolah dan
sebagainya. Kewibawaan tersebut adalah karena jabatan dan kekuasaan. 2.
2. Kewibawaan keistimewaan.
Seperti kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau
keunggulan di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat
menimbulkan kewibawaan seseorang ialah: 1) Kelebihan di bidang ilmu
pengetahuan, baik umum maupun agama; 2) Kelebihan di bidang
pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pekerjaan; 3) Kelebihan di
bidang kepribadian, baik di bidang akhlak maupun sosial; 4) Kelebihan di
bidang harta baik harta tetap maupun harta berpindah-pindah; dan 5)
Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma leluhurnya.
Berbeda dengan pendapat M. Ngalim Purwanto, (2009:58) yang membagi
kewibawaan menjadi dua macam, yakni:
1. Kewibawaan pendidikan
Kewibawaan yang didapat karena jabatan atau berkenaan dengan jabatan
sebagai pendidik, diserahkan sebagian tugas orang tua kepada kepala
sekolah dan guru untuk mendidik anak-anaknya.
2. Kewibawaan memerintah
Kepala sekolah dan guru memiliki kekuasaan yang diperoleh dari
pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Sehingga kepala
sekolah dan guru mempunyai kewenangan dalam memerintah dan
kewibawaan yang dimiliki untuk memerintah peserta didik untuk
mencapai pendewasaan.
Adapun menurut Jhon R.P French dan Bertram Raven dalam Wahjosumijdo,
(2010:20-21) macam-macam kewibawaan yaitu sebagai berikut :
1. Kewibawaan formal

Bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk
meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban menuruti atau
mematuhinya. Dapat diartikan bahwa seorang pemimpin dipilih secara
formal dan resmi sehingga ia memiliki kekuasaan untuk memerintah,
sehingga bawahan pun mempunyai kewajiban untuk menuruti, disebabkan
adanya surat keputusan yang memberikan kewenangan atas jabatan yang
diberikan kepada pemimpin.
2. Kewibawaan berdasarkan Hadiah
Bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang miliki
oleh pemimpin. Penghargaan yang ditawarkan dapat berupa kenaikan
pangkat, pemberian uang, atau hanya sekedar ucapan terima kasih sebagai
tanda penghargaan yang telah dicapai bawahan.
3. Kewibawaan yang dipaksakan
Bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang
dimiliki oleh pemimpin. Seorang pemimpin harus menjadi pengendali
dalam organisasinya, dalam hal ini pemimpin dapat pula memberlakukan
hukuman, ancaman, pemecatan, dan mutasi kepada bawahannya agar
menuruti peraturan yang telah ada dalam organisasi.
4. Kewibawaan berdasarkan keahlian
Bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa pemimpin
memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang
diperlukan. Seorang pemimpin memiliki keahlian dalam bidang tertentu
melalui pendidikan dan pengalaman. Karena dengan pengalaman yang
luas memberikan tanggapan bahwa pemimpin tersebut mempunyai
keistimewaan yang lebih dari pada yang lainnya. Sehingga bawahan akan
mematuhi instruksi yang diberikan oleh pemimpin tersebut.
5. Kewibawaan teladan
Bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap
pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima
restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti pemimpin.

4. Unsur Kewibawaan
Ada

bebera

faktor

yang

mempengaruhi

kewibawaan

seseorang. Secara umum, sekurang-kurangnya ada empat unsur
yang ikut menentukan kewibawaan seseorang.
1.
2.
3.
4.

Memiliki keunggulan
Memiliki rasa percaya diri
Ketepatan dalam pengambilan keputusan
Tanggung jawab atas keputusan yang telah diambilnya.

Keempat faktor tersebut merupakan suatu kesatuan yang
utuh dan akan bermuara pada penampilan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Kekurangseimbangan dari
keempat faktor tersebut akan mempengaruhi penampilan dan
kemudian akan mempengaruhi kualitas kewibawaannya. Yang
paling

diharapkan

adalah

munculnya

kewibawaan

yang

sesungguhnya dan bukan kewibawaan semu atau yang dibuat-buat.
Kewibawaan yang semu akan bersifat sementara dan kurang
memberikan

jaminan

dalam

proses

interaksi.

Sebaliknya

kewibawaan yang sesungguhnya dapat lebih memberi makna
dalam proses interaksi. (http://sahabatkonsultasi.blogspot.co.id/2014/02/caramenampilkan-kewibawaan).
5. Bagaimana Mengembangakan Kewibawaan Dalam Manajemen
Ada

beberapa

cara

untuk

mengembangkan

kewibawan

diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan

Yang

Maha

Esa.

Keimanan

dan

ketakwaan

merupakan kendali internal dalam diri seseorang agar lebih
mampu memahami dirinya dan mampu mengarahkan
perwujudan dirinya.
2. Memahami diri dan tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Pemahaman

terhadap

keberadaan

diri

dalam

bentuk

pemahaman di mana, pada saat mana, dalam posisi apa,
untuk apa, akan menentukan penampilan diri secara tepat.
Pada gilirannya akan menentukan perwujudan kewibawaan
diri. Memahami tugas dan tanggung jawab yang berada
dipundaknya akan sangat menentukan dalam perwujudan
pelaksanaannya.
3. Memahami lingkungan tempat diri berada.
Individu akan berada dalam lingkungan yang berbeda dan
menuntut pola-pola perilaku tertentu. Perilaku dirumah
sebagai orang tua sudah tentu berbeda dengan perilaku
ditempat kerja. Interaksi yang tepat dan berwibawa akan
dipengaruhi oleh pemahaman seseorang tempat ia berada.
Di samping memahami lingkungan, kewibawaan dapat
dikembangkan melalui penciptaan situasi lingkungan yang
kondusif.
4. Mengembangkan kompetensi pribadi secara memadai.
Kompetensi atau kemampuan pribadi meliputi kompetensi
fisik,

sosial,

intelektual,

spiritual,

mental,

diri,

dan

sebagainya. Semua kompetensi ini akan tercermin dalam
penampilan

diri

yang

dilandasi

dengan

penguasaan

berbagai pengetahuan dan keterampilan. Misalnya, untuk
menjadi

seorang

ayah

yang

berwibawa

tentu

harus

memiliki penampilan yang dilandasi dengan pengetahuan
dan keterampilan tertentu. Demikian pula dalam situasi
kewibawaan lainnya seperti dalam manajemen, organisasi,
pendidikan, dan sebagainya. Penguasaan kompetensi ini
sangat diperlukan.
5. Penampilan diri secara efektif yang didasari oleh unsurunsur di atas.

Kewibawaan seseorang akan tampak dalam penampilan
diri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara
efektif dan bertanggung jawab. Penampilan ini akan
ditunjukkan dalam pikiran, ucapan, dan tindakan dalam
melaksanakan

tugas

dan

tanggung

jawabnya.

(http://sahabatkonsultasi.blogspot.co.id/2014/02/cara-menampilkankewibawaan).

B. Kekuasaan
1. Definisi Kekuasaan
Dalam Bahasa Ingris ada istilah power yang dalam bahasa Indonesia bererti
kekuatan atau tenaga atau daya yang jika ditambah dengan kata lainnya dapat
mempunyai berbagai pengertian. Kekuasaan merupakan penggerak-pendorong dan
penarik perubahan umat manusia. Menurut Moss Kanter (1979) dalam Wirawan,
(2014:305) mengatakan dalam sebuah artikelnya dalam Harvard Business Review.
Kekuasaan merupakan kata yang paling kotor diseluruh dunia. Kekuasaan yang
menyebabakan orang saling membunuh dalam perang saudara. Kekuasaan juga yang
menciptakan perubahan peradaban dunia.
Kekuasaan
kepemimpinan

sangat

penting

mendefinisikan

bagi

kepemimpinan

kepemimpinan

dalam

sejumlah

pengertian

teoretis

kekuasaan.

Sebagimana MacGregor Burns (1979) dalam Wirawan, (2014:306) dalam bukunya
yang berjudul “Leadership” ia menyatakan sebagai berikut: “To understand the
nature of leadership requires understanding og the essence of power, for leadershop
is special form of power” menurut Burns kepemimpinan merupakan betuk khusus
dari kekuasaan.
Kekuasaan sangat abstrak dan tidak terlihat, tetapi sangat terasa dan sering
dimanifestasikan dalam bentuk lain atau dalam bentuk terselubung. Kekauasan

didefenisikan oleh Harold D. Laswel dan Abra dan Wibawa (1992) dalam Badeni,
(2013:165) kepasitas atau kemampuan yang dimiliki seseorang/kelompok untuk
mempengaruhi orang lain bertindak seperti yang diinginkan oleh pemilik kuasa.
Sejalan dengan pendapat Sthepen P. robbins (1996) dalam Badeni, (2013:165)
mengatakan bahawa kekuasaan adalah suatu kapasitas/potensi yang dimiliki A untuk
mempengaruhi perilaku B sehingga bertindak sesuai dengan keinginan A.
Dari definisi tersebut di atas menyiratkan bahwa aspek-aspek yang paling
penting darai kekekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan suatu fungsi
ketergantungan. Artinya semakin besar ketergantungan B pada A semakin besar
kekuasaan A dan B dalam hubungan itu.
Sementara T. Hani Handoko, (2012:213) menyatakan bahwa kekuasaan sering
dicampur adukan denagan wewenang. Meskipun kekuasaan dan wewenang sering
ditemui bersama, tetapi keduanya berbeda. Bila wewenang adalah hak untuk
melakukan sesuatu, sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukanhak
tersebut. Menurut Amiti Rtzioni dalam T. Hani Handoko, (2012:214) seseorang
pemimpin dapat mempengaruhi perilaku adalah hasil dari kekuasaan posisi
(kedudukan atau jabatan) atau kekuasaan pribadi atau kombinasi dari keduanya.
Lebih lanjut Max Weber, (1946) dalam Wirawan, (2014:315) mendefinisikan
kekuasan sebagi kemampuan seorang aktor untuk memahami keinginannya dalam
aksi sosial, walaupun bertentangan dengan keinginan aktor-aktor sosialnya.
Kekuasaan berhubungan dengan kemampuan untuk memberi komando atau perintah
sumber-sumber dalm konteks khusus.
2. Karakteristik Kekuasaan
Wirawan, (2014:3009) mengatakan bahwa sebagai suatu fenomena saintifik
kepemimpinan, soail, politik, dan budaya, kekuasaan mempunyai pengertian, definisi,
atau karakteristik tertentu. Dengan demikian, dapat dikembangkan dimensi dan
indikator untuk mengukurnya jika kekuasaan akan diteliti sebagai variabel

independen atau dependen. Adapaun yang menjadi karakteristi kekuasaan sebagai
berikut:
1. Kekuasan meruapakan suatu yang abstrak, tidak kelihatan atau illegible.
2. Kekuasaan merupakan milik interaksi sosial, bukan milik individu.
3. Kekuasaan memampukan orang membuat orang tidak mampu
mempengaruhi atau melakukan sesuatu menjadi mampu mempengarruhi
bahkan memaksa orang.
4. Dalam interaksi sosial nilai kekuasaan agen terhadap target nilai
kekuasaan dapat disamakan dengan nilai tukar mata uang asing.
5. Kekuasaan dapat diperoleh, bertambah, berkurang bahkan hilang
Kekuasaan di samping dapat bertambah, dapat juga meredup, berkurang dan
akhirnya hilang dari diri seseorang pemimpin. Dalam sejarah kepmimpinan, banyak
pemimpin yang kehilangan kekuasaan. Ada sejumlah keadaan yang menyebabkan
seorang pemimpin kehilangan kekuasaan sebagi berikut;
1.
2.
3.
4.
5.

Pemegang kekuasaan menyalahgunakan kekuasaan
Terjadi proses penuaan pemimpin
Pemimpin menderita sakit
Pergantian kepemimpinan
Perbutan kekuasaan secara paksa tersebut (Coup d’etat)

3. Sumber Kekuasaan
Menurut Badeni, (2013:165) menyatakan bahwa seseorang mempunyai
kekuasaan karena: 1) memiliki posisi dalam sebuah organisasi (position power); 2)
kepribadian seseorang (personality power); 3) keahlian sesorang ( expert power); 4)
memiliki kesempatan pada sesuatu yang penting (opportunity power); 5) memiliki
kemampuan fisik yang kuat (physical power); 6) memiliki kemampuan ekonomi
(economi power); 7) memilki kemampuan pengetahuan yang lebih dari lain
( knowladge power); 8) memilki idologi yang dikagumi orang (idological power);
dan 9) penampilan kerja yang baik. Hal akn dijelaskan secra terperinci sebagai
berikut:
1. Position power

Seseorang mempunyai pengaruh dan kapisitas untuk mempengaruhi
disebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan dalam organisasi
sehingga dia dapat memaksakan sesuatu pada orang lain.
2. Personality power
Sesorang memiliki pengaruh karena memiliki sifat-sifat tertentu sehingga
ia dihormati dan dituruti.
3. Expert power
Seseorang memilki pengaruh karena keahliannya yang diakui orang lain
sehingga orang lain menjadi bergantung kepadanya.
4. Opportunity power
Seseorang memilki kekuasaan karena memilki kesempatan pada suatu hal
yang penting, misalnya

akses terhadap suatu informasi yang penting atau

memilki akses terhadap sesuatu yang diperlukan oleh orang lain.
5. Physical power
Kemampuan atau pengaruh seseorang atau kelompok karena memilki
kemampuan fisik yang kuat. Misalnya seseorang dengan badan yang besar
dan kuat atau sebuah kelompok dengan pemilikan anggotanya yang
banyak atau peralatan yang banyak.
6. Economi power
Kekuatan yang dimilki seseorang karena memilki sumber-sumber
ekonomi. Misalnya harta kekayaan, kekuatan ini sering disebut juga
dengan reward power yaitu seseorang dapat mengendalikan ganjaran
ekonomi.
7. Knowladge power
Pengetahuan yang dimilki sesaeorang yang mengakibatkan orang tersebut
dapat menguasai informasi (hal yang sama seperti dengan expert power).
8. Idological power
Kekuasan karena memiliki cita-cita atau pandangan-pandangan tertentu
yang dihormaati orang lain.
9. Performance power
Kekuasaan yang dimiliki seseorang karena penampilan kerja yang baik
pada masa lalu atau prestasi kerja yang ditampilkannya mengakibatkan dia
menjadi seseorang yang dibutuhkan.

Disamping klasifikasi di atas masih ada sumber kekuasaan sebagaiman
dijelaskan di bawah ini:
1. Coerciver power
Kekeuasaan seseorang untuk memaksa orang lain yang didasarkan pada
ancaman dan ketakutan.
2. Reward power
Kekuasaan seseorang karena memiliki sumber-sumber yang dapat
memberikan ganjaran.
3. Legitimate power
Kekuasan yang bersumber dari pengakuan yang diberikan oleh orang lain,
masyarkat, atau organisasi.
4. Referent power
Kekuasan yang bersumber dari keinginan orang lain untuk menyamakan
diri dengan pemegang kekuasaan yang sangat dikagumi dan dihormati.
5. Connecting power
Kekuasaan yang dimiliki seseorang disebabkan memilki hubungan dekat
dengn pemegang pusat kekuasaan.
6. Information power
Kekuasaan yang dimiliki seseorang akibat orang tersebut memiliki akses
atau memiliki informasi yang sangat penting.
Dari papran di atas dapat kita simpulkan bahwa sumber-sumber kekuasaan
tersebut mengimplikasikan bahwa sumber kekuasaan itu sangat heterogen dan juga
situasional. Selain itu, dinamikanya juga sangat bisa kompleks.
Sementara menurut Sarwono ,( 2001:45) Sumber kekuasaan ditinjau dari
hubungan anggota (target) dan pemimpin (agent), sebagai berikut:
Kekuasaan ganjaran
Kekuasaan koersif (pemaksaan)
Kekuasaan resmi (legitimate)

Kekuasaan keahlian (expert)

Target taat agar ia mendapat ganjaran yang
diyakininya, dikuasai, atau dikendalikan oleh
Agent.
Target taan agar ia terhindar dari hukuman
yang diyakininya diatur oleh Agent.
Target taat karena ia yakin bahwa Agent
mempunyai hak untuk membuat keputusan
atau peraturan. Bahwa Target mempunyai
kewajiban untuk taat.
Target taat karena ia yakin atau percaya

bahwa Agent mempunyai pengetahuan khusus
tentang cara yang terbaik untuk melakukan
sesuatu.
Target taat karena ia memuja Agent atau
mengidentifikasikan dirinya dengan Agent
dan mengharapkan persetujuan Agent

Kekuasaan rujukan

Lebih lanjut David McClelland dalam T. Hani Handoko, (2012:2016)
mengemukakan bahwa ada dua muka dari kekuasaan yakni:
1. Sisi negatif
Memiliki kekuasaan berarti menguasai orang lain yang lebih lemah.
Kepemimpinan

yang

didasarkan

atas

sisi

negatif

kekuasaan

memperlakukan orang sebagai tidak lebih dari “bidak” yang digunakan
atau dikorbankan bila perlu. Hal ini jelas merugikan, karena orang-orang
yang

merasa

hanya

sebgai

“bidak”

akan

cendrung

menentang

kepemimpinan atau menjadi pasif.
2. Sisi positif
Kekuasaan ditandai dengan perhatian pada pencapaian tujuan kelompok.
Ini meliputi penggunaan pengaruh atas nama, dan bukan kekuasaan di atas
orang lain. Manajer yang mengguankan kekuasaan positif mendorong
anggota kelompok untuk mengembangkan kekuatan dan kecakapan yang
mereka butuhkan untuk meraih sukses sebagai perseorangan atau anggota
suatu organsasi.
4. Taktik dan Strategi Kekuasaan
Kekuasaan sering kali dikonotasikan dengan hal yang negatif. Hal ini
disebabkan pelaksanaan kekuasaan sering kali terselubung, tidak jelas, atau tidak
terbuka sehingga sulit untuk mengatakan apakah suatu perilaku termasuk perilaku
yang melibatkan kekuasaan atau tidak. Seesorang dapat berbuat macam cara agar
orang lain melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu sesuai dengan apay yang
diharapkannya. Ini disebut dengan teknik atau strategi kekeuasaan.

Sebagaiman diungkapan oleh Badeni, (2013:168) mengatakan bahwa strategi
kekuasaan didefinisikan sebagi usaha atau upaya yang dilakukan seseorang untuk
mencapai tujuan dengan cara meningkatkan ketergantungan terhadapnya. Seperti
seseorang ingin menjadi dekan atau rektor, ia membujuk bebrapa orang untuk
mendukung dirinya dalam meraih jabatan tersebut dengan mengatakan kalau saya
jadi dekan atau rektor anda nanti yang menjadi pembantu dekan atau rektor. Dengan
paparan tersebut oleh para ahli ini menyatakan strategi dengan disebut strategy
coalition yaitu mencoba mendapat dukungan orang lain dalam organsiasi untuk
mencapai tujuannya. Di samping itu, terdapat beberapa stategi yang lain yang
digunakan oelh penguasa untuk mencapai tujuannya, yaitu:
1. Reason
Suatu usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan alasan
yang masuk akal dari suatu tindakan yang akan dilakukan
2. Friendliness
Usaha yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi orang lain melalui
bujukan atau persuasi.
3. Bargaining
Usaha yang dilakukan seesorang untuk mempengaruhi orang lain melalui
penentuan berbagai keuntungan yang akan didapat oleh masing-masing
pihak.
4. Assertiveness
Usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain melalui paksaan
5. Higher authority
Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempengaruhi pihak lain dengan
mengushakan dukungan pemilik otoritas yang lebih tinggi.
Dengan meleihat penjelasan di atas apa yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dalam upaya mempengaruhi atau memaksa orang lain sangat bergantung
pada pemilikan kekeuasaan dan hubungan kekuasaan yang ada di lingkungan sekitar
kita.
5. Kekuasaan Dalam Manajemen
Struktur yang ada dalam organisasi dapat mengakibatkan perbedaan
kekuasaan di anatar setiap orang atau kelompok dalam organsiasi. Kemungkinan-

kemungkinan yang terjadi adaalah seseorang/kelompok memiliki sumber kekuasaan
yang lebih besar daripada sumber kekuasaan yang lain atau hampir sama.
Sebagaimana diungkapkan oleh Badeni, (2013:165) ada bebrapa faktor yang
menyebabkan seesorang atau kelompok mempunyai kekuasaan yang lebih besar
daripada yang lain Pertama, organsasi selalu memilki strukturt. Struktur
mengakibatkan terdapat berbagai kedudukan/wewenang dalam organsasi. Wewenang
didefinisikan sebagi hak untuk bertindak atau memerintah orang lain untuk bertindak
ke arah pencapaian tujuan organisasi. (Stphen P. Robbin 1994) dalam Badeni,
(2013:171). Denagn pegertian bahwa kekuasaan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain dilihat pada kedudukan seseorang dalam organsasi
menentukan kekuasaan seseorang, baik dilihat dari hak ataupun dilihat dari
ketregantungan orang lain terhadapnya.
Seseorang yang memilki wewenang dalam organisasi tidak senantiasa
memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki
wewenang. Bisa saja terjadi orang yang tidak memiliki wewenang dapatmemiliki
kekuasaan yang lebih besar dibandingkan orang yang memilki wewenang. Namun,
sesuatu yang difahami bersama bahwa dalam organisasi formal, kedudukan
merupakan suatu hal yang sangat penting karena ini menentukan kedekatan seseorang
dalam organisasi semakin dekat seseorang kepada inti kekuasaan. Walaupun
demikian, hal ini bukan suatu keharusan bahwa untuk dapat dekat dengan inti
kekuasaan harus melalui kedudukan dalam struktur organisasi, tetapi juga dapat
melalui sektor lain. Sektor tersbut adalah:
1. Peran strategis yang dimiliki seesorang dalam suatu jaringan kerja.
Peranan ini dapat muncul akibat masalah-masalah yang dihadapi organsasi
atau strategi yang dijalankan yang menjadikan seeseorang atau kelompok
menjadi dekat dengan inti kekuasaan.
2. Diamping itu dapat juga terjadi seseorang dekat kepada inti kekuasaan
karena hubungan lain seperti keluarga atau lainnya. Seseorang anggota
yang berada pada posisi rendah tetapi mempunyai hubungan keluarga

dengan pemimpin organsasi mengakibatkan dia menjadi dekat dengan inti
kekuasaan.
Untuk menjawab pertanyaan siapa yang memilki kekuasaan dalam organisasi
agar sukar ditemukan jawaban karena hal ini sangat bergantung pada hubunganhubungan yang terjadi dalam organsasi dan organsasi apa yang sedang dibicarakan.
Namun, dalam menganalisis lokasi kekuasaan dalam organisasi, khususnya organsasi
formal kedudukan seseorang dalam struktur kelihatannya dapat dijadikan landasan
atau titik tolak.
C. Tanggung Jawab (Responsibility)
1. Definisi Responsibilit
Menurut T. Hani Handoko, (2012:217-218) menyatakan bahwa tangung jawab
adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan
menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan tugas atau fungsi tertentu.
Istilah lain yang sering digunakan adalah akuntabilitas yang berkenaan dengan
kenyataan bahwa bawahan akan selalu diminta pertanggungjawabannya atas
pemenuhan tangung jawab yang dilimpahkan kepadanya.
Tidak seperti tangung jawab, akuntabilitas adalah faktor di luar individu dan
perasaan pribadinya. Pemegang akuntabilitas berarti bahwa seseorang atasan dapat
memberlakukan hukuman atau balas jasa kepadanya tergantung dia sebagai bawahan
telah menjalankan tanggung jawabnya.
2. Tanggung Jawab Dalam Manajemen
Menurut Yayat M. Herujito, (2001:172-173).Tanggung jawab mempunyai tiga
aspek yakni:
1. Tanggung jawab sebagi kewajiban uyang harus dilaksanakan
2. Tanggung jawab sebagai penentuan kewajiban
3. Tanggung jawab sebagi kewibawaan
Semua anggota dalam sebuah organisasi harus menerima tugas yang harus
dilaksankan sesuai dengan kecakapan dan kesediaannya dengan sebaik-baiknya.

Eksistensi dari tanggung jawab adalah apa yang kita sebut “ duty” atau kewajiban.
Untuk melaksanakan kewajiban (duty) atau tugas (task) harus selalu sejalan dengan
pemberian tugas.
Action

Centred

Leadership

model

yang

digambarkan

oleh

Adair

(kearifan.blogspot.co.id/2009/05/tanggungjawab-seorang-manager.) dengan diagram
‘tiga lingkaran’, megilustrasikan 3 inti tanggung jawab manajemen, yakni:
Menyelesaikan ugas, Mengelola Team atau Kelompok, dan Mengelola Individu.
1. Tanggung Jawan Menyelesaikan Tugas


Menentukan tujuan dan visi dari kelompok, menentukan maksud dan
arahan, serta identifikasi aktivitas (Tugas)



identifikasi sumberdaya, manusia, proses, sistem dan peralatan
(termasuk finasial, komunikasi, IT)



Membuat rencana untuk menyelesaikan tugas, termasuk pengiriman,
pengukuran, jadwal waktu, strategi dan tatik.



Menetapkan tanggungjawab, saaran, akuntabilitas, dan delegasi
wewenang.



Menetapkan standar, kualitas, parameter laporan dan waktunya.



Mengawasi dan menjaga aktivitas sesuai parameter yang ditetapkan.



Memonitor dan menjaga kinerja secara keseluruhan sesuai rencana.



Melaporkan perkembangan pencapaian kelompok.



Mereview, evaluasi, menyesuaikan rencana, metoda dan target bila
diperlukan

2. Tanggung Jawab Mengelola Team


Menetapkan, menyetujui dan mengkomunikasikan standar kinerja dan
perilaku.



Menetapkan gaya, pendekatan budya, atau elemen soft skill



Memonitor dan menjaga disiplin, etika, integritas dan fokus pada
tujuan



Mengantisipasi dan menyelesaikan konflik, perdebatan atau ketidakkompakan.



Menkaji dan merubah, bila perlu, keseimbangan dan komposisi
kelomok.



Membangun team kerja, kerjasama, moral dan semangat team.



Mengembangkan kapabilitas dan maturitas klektif kelompok, yang
secara progresif meningkatkan kebebasan dan otoritas kelompok.



Merangsang team menuju sasaran dan tujuan, atau memotivasi
kelompokserta mewadahi sadar akan tujuan secara bersama.



Identikasi, mengembangkan dan menyetujui peran team serta peran
pimpinan proyek dalam kelompok.



Memampukan, mefasiltasi, dan menjamin komunikasi efektif baik
internal maupun eksternal kelopok.



Identifikasi, dan memenuhi kebutuhan trainig kelompok.



Memberi umpan balik (feedback) kepada kelompok tentang kemajua
secara keseluruhan, berkonsultasi dan mencari masukan dari kelompok.

3. Tanggung Jawab Mengelola Individu









Memahami anggota team sebagi sebuah individu – kepribadian,
keterampilan, kekuatan, tujuan, dan kekuatiran mereka.
Membantu dan menduukng idividu – rencana, masalah, tantangan, naik
dan turunnya kinerja merka.
Identifikasi dan menyetujui tujuan dan tanggungjawab individu
sepantasnya.
Memberikan pengakuan dan memuji individu – menghargai usaha dan
kerja yang baik.
Jika memungkinkan, beri imbalan dengan tanggungjawab yang lebih besar
atau kenaikan status.
Identifikasi, mengembangkan dan menggunakan kekuatan dan kapabilitas
anak buah.
Latih dan kembangkan individu anggota kelompok.
Mengembangkan otoritas dan kebebasan anak buah.
BAB III

KESIMPULAN

Kewibawaan atau “gezag” adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat
pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan
suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki
kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan

penuh

kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik
kewibawaan

itu.

Ada

beberapa

cara

untuk

mengembangkan

kewibawan diantaranya: 1) Meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Memahami diri dan
tanggung jawab yang harus dipikulnya; 3) Memahami lingkungan
tempat diri berada; 3) Mengembangkan kompetensi pribadi secara
memadai;

4)

Kompetensi

atau

kemampuan

pribadi

meliputi

kompetensi fisik, sosial, intelektual, spiritual, mental, diri, dan
sebagainya; dan 5) Penampilan diri secara efektif yang didasari oleh
unsur-unsur di atas.
Kekuasan sebagi kemampuan seorang aktor untuk memahami keinginannya
dalam aksi sosial, walaupun bertentangan dengan keinginan aktor-aktor sosialnya.
Kekuasaan berhubungan dengan kemampuan untuk memberi komando atau perintah
sumber-sumber dalm konteks khusus. Adapaun yang menjadi karakteristi kekuasaan
sebagai berikut: 1) Kekuasan meruapakan suatu yang abstrak, tidak kelihatan atau
illegible; 2) Kekuasaan merupakan milik interaksi sosial, bukan milik individu; 3)
Kekuasaan memampukan orang membuat orang tidak mampu mempengaruhi atau
melakukan sesuatu menjadi mampu mempengarruhi bahkan memaksa orang; 4)
Dalam interaksi sosial nilai kekuasaan agen terhadap target nilai kekuasaan dapat
disamakan dengan nilai tukar mata uang asing; 5) Kekuasaan dapat diperoleh,
bertambah, berkurang bahkan hilang.

Tangung jawab adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila
seorang bawahan menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan tugas atau
fungsi tertentu. Istilah lain yang sering digunakan adalah akuntabilitas yang
berkenaan

dengan

kenyataan

pertanggungjawabannya atas

bahwa

bawahan

akan

selalu

diminta

pemenuhan tangung jawab yang dilimpahkan

kepadanya. Ada tiga lingkaran megilustrasikan 3 inti yang menjadi tanggung jawab
manajemen, yakni: 1) Menyelesaikan ugas; 2) Mengelola Team atau Kelompok; dan
3) Mengelola Individu.

DAFTAR PUSTAKA

Adair (kearifan.blogspot.co.id/2009/05/tanggungjawab-seorang-manager.) Tanggal
diakses 14 September 2015 Jam. 15.00 Wib.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Cet
Ke- 2.
Badeni, 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organsasi. Bandung: Alfabeta
M. Herujito Yayat, 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo
Handoko Hani. T, 2012. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Ja‟cuba Karesipena. 1988. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. Jakarta:
Pustaka Grafika Kita.
Karesipena, Ja’cuba. 1988. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. Jakarta:
Pustaka Grafika Kita.
Wirawan. S. Sarwono, 2001. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai pustaka
Wirawan, 2014. Kepemimpinan (Teori, Psikologi, Perilaku Organsasi, Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http://sahabatkonsultasi.blogspot.co.id/2014/02/cara-menampilkan-kewibawaan.
Tanggal Akses 14 September 2015. Jam 17.30 Wib.
Purwanto, M. Ngalim,2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosydakarya. Cet. Ke-19.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. cet ke-1.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007. Departemen Pendidikan
Nasional. Cet Ke-4.
Wahjosimidjo.2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan
Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet ke-7.

Teoritik

Wahjosumijdo.1986. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

dan