TANGGUNG JAWAB PT. ASKES (Persero) DALAM PERJANJIAN PELAYANAN KESEHATAN

(1)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PT. ASKES (Persero) DALAM PERJANJIAN PELAYANAN KESEHATAN

Oleh

HERNIYANTI FITRI

PT. Askes (Persero) menjalin kerja sama dengan pemberi pelayanan kesehatan lainnya yaitu rumah sakit, optik, dokter keluarga dan PMI. Kemitraan PT. Askes (Persero) dan pemberi pelayanan kesehatan mempunyai tujuan memberikan kemudahan pelayanan kesehatan masyarakat. Selain mendapatkan akses kesehatan di rumah sakit, masyarakat juga mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan lainnya yang diberikan oleh para pihak pemberi pelayanan kesehatan, namun pelayanan kesehatan tersebut hanya dapat digunakan bagi masyarakat yang terdaftar sebagai peserta askes. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta askes harus sesuai dengan kesepakatan bersama antara pihak Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Pemberi Pelayanan Kesehatan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam perjanjian pelayanan kesehatan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif dengan pendekatan masalah normatif terapan. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan wawancara. Data diolah dengan cara seleksi data, editing, klasifikasi data, sistematika data. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat yang teratur, disusun secara jelas, terperinci, sistematis dan sesuai pokok bahasan sehingga memudahkan penarikan kesimpulan diakhir pembahasan.

Hasil penelitian dan pembahasan, bahwa hubungan hukum dalam perjanjian pelayanan kesehatan dilaksanakan berdasarkan perjanjian pelayanan kesehatan. Isi perjanjian kerjasama tersebut didalamnya terdapat hak dan kewajiban para pihak yang telah disepakati bersama. Hubungan hukum yang terjalin dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Dokter Keluarga, Optik dan Pelayan Transfusi Darah (PMI). Tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam perjanjian pelayanan kesehatan adalah berupa jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pihak pemberi pelayanan kesehatan. Tanggung jawab PT. Askes (Persero) di Rumah Sakit berupa jenis pelayanan yang diberikan kepada peserta Askes yaitu DPHO, rawat inap dan rawat jalan. Tanggung jawab PT. Askes (Persero) di Dokter Keluarga berupa pelayanan kesehatan penunjang, pelayanan rujuk balik dan penunjang


(2)

diagnosgsis. Tanggung jawab PT. Askes (Persero) di Optik berupa pemberian pelayanan kacamata berdasarkan ketentuan dalam perjanjian. Sedangkan tanggung jawab PT. Askes (Persero) di PMI berupa kebutuhan darah yang diberikan kepada peserta Askes.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara seperti dalam bidang kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian terpenting dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa ”Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal”.

Pemerintah sangat berperan penting dalam pembangunan kesehatan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 7 yang menyatakan bahwa ”Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata terjangkau oleh masyarakat”. Pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada setiap warga negaranya untuk menjamin kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dan keringanan biaya pemeliharaan kesehatan.

Pembangunan nasional dalam perkembangan hidup masyarakat telah banyak perubahan yang mendasar khususnya pembangunan kesehatan bagi kehidupan masyarakat baik dalam hal pemberdayaan masyarakat, upaya kesehatan, maupun


(4)

lingkungan strategis kesehatan. Pembangunan nasional tersebut salah satunya adalah Pelayanan Jaminan Kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat miskin yang sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk itu pemerintah bekerja sama dengan para pihak untuk dapat menjalankan penyelenggaraan pembangunan kesehatan masyarakat dengan baik dan terlaksana sebagaimana mestinya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT. Askes (Persero) dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin bahwa Pemerintah telah menunjuk PT. Askes (Persero) untuk mendistribusikan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan PT. Askes (Persero) maka masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan dengan baik.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (yang selanjutnya disebut Jamkesmas). Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan secara nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Jaminan yang diberikan adalah sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi jaminan kesehatan.


(5)

Selain program jaminan kesehatan masyarakat miskin PT. Askes (Persero) memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lain khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis kemerdekaan lainnya. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2003 dinyatakan bahwa ”dalam rangka penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun, Pemerintah wajib memberikan subsidi dan iuran”. Melalui kerja sama antara PT. Askes (Persero) dan pemerintah, maka para PNS dan penerima pensiun mempunyai hak untuk mendapatkan asuransi kesehatan.

PT. Askes (Persero) menjalin kerja sama dengan pemberi pelayanan kesehatan lainnya yaitu rumah sakit, optik, dokter keluarga dan PMI. Kemitraan PT. Askes (Persero) dan pemberi pelayanan kesehatan yang mempunyai tujuan untuk memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Selain mendapatkan akses kesehatan di rumah sakit masyarakat mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan lainnya yang diberikan oleh para pihak pemberi pelayanan kesehatan, namun pelayanan kesehatan tersebut hanya dapat digunakan bagi masyarakat yang terdaftar sebagai peserta askes. Perserta askes adalah pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran dan perintis kemerdekaan beserta keluarganya.

Salah satu upaya yang dikembangkan PT. Askes (Persero) adalah memperluas pelayanan kesehatan bagi peserta askes ke Dokter Keluarga. Dokter Keluarga merupakan pemberi pelayanan kesehatan askes yang diharapkan dapat memberikan jaminan berobat dan pelayanan pertama bagi peserta askes dalam sistem pelayanan kesehatan. Aktifitas Dokter Keluarga dalam melayani pelayanan


(6)

kesehatan dengan terbuka, 24 jam dan bisa pertelepon, dengan demikian akan benefit yang diperoleh peserta.

Peserta askes pun mendapatkan pelayanan kesehatan di Pelayanan Unit Tarnsfusi Darah yang telah bekerja sama dengan PT. Askes (Persero) untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Peserta askes dapat menggunakan haknya dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PT. Akses (Persero) terhadap peserta askes.

Pelayanan kesehatan terdapat di berbagai optik-optik yang telah menjalin kerjasama dengan PT. Askes (Persero) bahwa peserta askes mendapatkan jaminan kesehatan jika berobat ke optik, pelayanan yang didapatkan adalah peserta askes mendapatkan keringanan dalam jangkauan biaya dan kemudahan dalam pelayanan kesehatan.

Badan Penyelenggara PT. Askes (Persero) senantiasa memperhatikan berbagai aspek mengenai hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, evaluasi kinerja serta mutu dari dokter keluarga itu sendiri. Apabila pelayanan kesehatan tidak diberikan kepada peserta pengguna askes maka kemitraan yang dilakukan oleh pihak pemberi pelayanan kesehatan terhadap pengguna askes kurang terlaksana dengan baik. Oleh karena itu atas kesepakatan bersama antara pemberi pelayanan kesehatan dan PT. Askes (Persero) dapat terjalin dengan baik maka para pihak pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban memberi pelayanan yang baik bagi peserta Askes demi menjaga mutu pelayanan kesehatan.


(7)

Berdasarkan uraian di atas, serta mengingat pentingnya kesehatan PT. Askes (Persero) sebagai Badan Penyelenggara dalam pelayanan kesehatan peserta Askes, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ”Tanggung Jawab PT. Askes (Persero) dalam Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan ”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana Tanggung Jawab PT. Askes (Persero) dalam Pelaksanaan Perjanjian Pelayanan Kesehatan?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi pokok bahasan adalah : 1. Hubungan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan.

2. Tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan.

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk ruang lingkup bidang hukum keperdataan, mengenai Hukum Asuransi dan Hukum Perjanjian. Adapun bidang kajian dalam penulisan ini hanya terbatas pada tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Peraturan yang berlaku.


(8)

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok bahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi lengkap, rinci, dan sistematis tentang :

1. Hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan.

2. Tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang diuraikan, maka kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah :

a. Kegunaan teoritis, secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai upaya pengembangan ilmu hukum khususnya di bidang Asuransi dan Perjanjian. b. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menambah informasi dan

menyumbangkan pemikiran kepada semua pihak tentang bagaimana tanggung jawab PT. Askes (Persero). Dan sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi S1 pada program Studi Ilmu Hukum Universitas Lampung.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab

1. Pengertian Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum. Hubungan hukum yang diatur oleh hukum itu adalah hak dan kewajiban warga, pribadi yang satu terhadap warga, pribadi yang lain dalam hidup bermasyarakat. Jadi, hubungan hukum adalah hak dan kewajiban hukum setiap warga atau pribadi dalam hidup bermasyarakat. Hak dan kewajiban tersebut apabila tidak terpenuhi dapat dikenakan sanksi menurut hukum (Abdulkadir Muhammad, 2000:2).

Hubungan hukum adalah perikatan yang lahir akibat peristiwa hukum. Peristiwa hukum terjadi karena undang-undang dan perjanjian. Dalam hubungan hukum pelayanan kesehatan hubungan hukum telah diatur dalam berbagai aturan hukum kesehatan berupa undang-undang dan peraturan pelaksanannya serta diatur berdasarkan perjanjian pelayanan kesehatan antara Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Pemberi Pelayanan Kesehatan. Isi hubungan hukum adalah hak dan kewajiban secara timbal balik. Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut seseuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain itu wajib memenuhi tuntutan itu, dan sebaliknya.


(10)

2. Pengertian Tanggung Jawab

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, kalau ada suatu hal boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Tanggung Jawab kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran dan kewajibannya. (Joko Tri Prasetya, 2004:154).

Tanggung jawab menyangkut hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam sekitar, ataupun hubungan manusia dengan tuhan. Isi dari tanggung jawab tersebut adanya kewajiban dan hak yang harus dipenuhi. Tanggung jawab muncul berkenaan dengan pemenuhan kewajiban, jadi tanggung jawab adalah :

1) Memenuhi segala kewajiban, memikul segala beban, menanggung segala akibat yang timbul dari perbuatan sendiri ataupun perbuatan orang lain, sesuai dengan norma kehidupan;

2) Rela mengabdi dan berkorban karena sayang senang, belas kasihan pada alam lingkungan, sehingga kelestariannya dapat dipelihara sesuai dengan norma kehidupan;

3) Pasrah mengabdi, menyembah, dan memuja kepada tuhan sesuai dengan norma kehidupan beragama.

(Abdulkadir Muhammad, 2005: 157)

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia berbudaya (beradab) bahwa setiap manusia pasti dibebani tanggung


(11)

jawab. Apabila tidak mau bertanggung jawab, ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Tanggung jawab dapat dilihat dari 2 (dua) sisi yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi pihak yang berbuat, dia harus menyadari akibat dari perbuatannya, sehingga dia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila pihak yang berbuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain akan memulihkan, baik secara individual maupun kemasyarakatan.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab. Manusia merasa dirinya bertanggung jawab karena dia menyadari akibat perbuatannya itu benar atau salah, baik atau buruk, patut atai tidak patut, dan bermanfaat atau merugikan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Manusia menyadari pula bahwa pengabdian dan pengorbanan kepada pihak lain juga diperlukan agar tercipta rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan kesimpatian. Agar kesadaran bertanggungjawab dapat tumbuh dan tingkatkan, perlu ditempuh upaya pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan ketakwaan kepada Tuhan. (Abdulkadir Muhammad, 2005: 159) B. Pengertian Perjanjian Asuransi

1. Pengertian Perjanjian pada Umumnya

Menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Sedangkan Pasal 1320 ayat (1) menentukan perjanjian atau, kontrak tidak sah apabila dibuat tanpa adanya konsensus atau sepakat dari para pihak yang membuatnya. Ketentuan tersebut mengandung pengertian bahwa kebebasan suatu


(12)

pihak untuk menentukan isi perjanjian dibatasi oleh sepakat pihak lainnya. Maka asas kebebasan berkontrak dibatasi oleh kesepakatan para pihak. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian harus memenuhi 4 syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya (Guse Prayudi, 2007:3). Hal tersebut adalah:

a. kesepakatan para pihak;

b. kecakapan untuk membuat perikatan (misalnya: cukup umur, tidak dibawah pengampuan dll);

c. menyangkut hal tertentu; d. adanya causa yang halal.

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPdt, perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, artinya perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi kepastian hukum kepada pihak-pihak yang membuatnya. Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak, artinya jika akan dibatalkan maka harus disetujui kedua belah pihak. Pelaksanaan dengan itikad baik, artinya pelaksanaan perjanjian itu mengindahkan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan sebgai nilai yang patut, pantas, sesuai, cocok, sopan, dan beradab (Abdulkadir Muhammad,2000. 233-236).


(13)

2. Perjanjian Asuransi

Asuransi atau pertanggungan dalam pengertian hukum mengandung arti yaitu sebagai suatu jenis perjanjian. Meskipun demikian perjanjian asuransi itu mempunyai tujuan yang spesifik dan mempunyai manfaat ekonomi bagi tertanggung dan penanggung yang mengadakan perjanjian. Secara umum pengertian perjanjian yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Hubungan kedua pihak tersebut merupakan hubungan hukum, atas dasar mana pihak yang satu berhak untuk suatu prestasi dari yang lain dan berkewajiban melaksanakan serta bertanggung jawab atas suatu prestasi (Sri Rejeki Hartono, 2008 : 02).

Perjanjian asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD. Karena merupakan suatu perjanjian, maka pengaturan mengenai syarat sahnya suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPdt juga berlaku bagi perjanjian asuransi, kecuali ditentukan lain dalam KUHD. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian konsesual karena terjadi setelah adanya kesepakatan diantara pihak penanggung dan tertanggung (Pasal 257 KUHD). Kesepakatan itu mengenai objek asuransi, risiko yang ditanggung, pembayaran premi, evenemen dang anti kerugian serta syarat-syarat khusus yang dibuat dalam suatu akta perjanjian tertulis. Perjanjian asuransi dapat ddilakukan secara langsung ataupun tidak langsung melalui perantara (Pasal 260 KUHD).

Kesepakatan para pihak dalam perjanjian asuransi harus dibuat secara bebas, tidak berada dibawah pengaruh, tekanan atau paksaan dari pihak manapun (Pasal 6 angka (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992). Para pihak yang terikat dalam


(14)

perjanjian tersebut harus pihak yang wenang untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang diakui undang-undang. Objek yang diasuransikan dalam perjanjian tersebut dapat berupa harta kekayaan, jiwa atau raga manusia serta kepentingan tertentu yang melekat pada objek asuransi tersebut.

Perjanjian asuransi tersebut harus memuat tentang klausa yang halal (legal house) yang menjadi isi perjanjian tersebut sehingga tidak bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan undang-undang-undang-undang ketertiban umum. Karena perjanjian asuransi merupakan perjanjian pengalihan risiko yang mengandung unsur peristiwa yang belum pasti terjadi, maka adanya klausa yang halal tersebut, dimaksudkan untuk mencegah spekulasi yang mungkin dilakukan dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kepentingan. Hal inilah yang membedakan asuransi dengan perjanjian untung-untungan atau pertaruhan (Suparman Sastrawidjaja, 1997 : 19).

Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian timbal balik antara dua belah pihak, yaitu pihak penanggung dan pihak tertanggung yang memiliki hak – hak dan kewajiban yang saling berhadapan. Hak dan kewajiban para pihak tersebut adalah dalam hal pembayaran premi asuransi dan pemberian ganti kerugian, jika terjadi evenemen. Pihak tertanggung memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi (Pasal 251 KUHD).


(15)

C. Pengertian Asuransi Kesehatan

1. Asuransi Kesehatan

Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-(in-patient treatment). Asuransi adalah sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya. Badan yang menyalurkan risiko disebut “tertanggung”, dan badan yang menerima resiko disebut “penanggung”. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh “tetanggung” kepada “penanggung” untuk risiko yang ditanggung disebut “premi”. Ini biasanya ditentukan oleh “penanggung” untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan.

Asuransi kesehatan adalah salah satu jenis asuransi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menjadi peserta, baik peserta tetap maupun peserta sukarela yang mana hal ini adalah upaya pemerintah untuk menjamin para peserta program Asuransi kesehatan ini dari kemungkinan terjadinya kerugian yang di derita peserta akibat dari tertanggungnya kesehatan (Ahasyim : 1996 : 23). Perjanjian asuransi kesehatan adalah perjanjian dengan nama pihak penanggung untuk melindungi tertanggung terhadap beban dan ongkos-ongkos pengobatan dan


(16)

perawatan rumah sakit dan kerugian pendapatan karena kecelakaan atau sakit (A. Hasyim :1996 : 3)

Asuransi kesehatan sosial adalah asuransi yang wajib diikuti oleh seluruh atau sebagian penduduk (misalnya pegawai), premi atau iurannya bukan nilai nominal tetapi prosentase upah yang wajib dibayarkan, dan manfaat asuransi ditetapkan peraturan perundangan dan sama untuk semua peserta.

2. Pihak-Pihak dalam Asuransi Kesehatan

Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991, peserta adalah Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan yang membayar iuran jaminan pemeliharaan kesehatan. Selain itu, menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991, Pegawai dan Penerima Pensiun Badan Usaha dan Badan lainnya dapat menjadi peserta penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelengara. Yang dimaksud dengan Badan Usaha dan Badan lainnya antara lain adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Swasta dan Rumah Sakit Swasta.

Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dalam peraturan pemerintah ini dilakukan oleh pemerintah dan didelegasikan kepada Badan Penyelenggara yang diserahi tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991). Badan Penyelenggara yang diserahi tugas tersebut adalah PT. Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero) atau yang selanjutnya disebut PT. Askes (Persero).


(17)

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan di atas, dapat dipahami bahwa hubungan hukum yang terjadi antara peserta dan Badan Penyelenggara ada dua macam, yaitu :

a. Bersifat wajib karena diwajibkan oleh perundang-undangan, ini meliputi hubungan hukum antara Badan Penyelenggara dan peserta Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan.

b. Bersifat sukarela karena diperjanjikan, ini meliputi hubungan hukum antara Badan Penyelenggara dan peserta dari Badan Usaha dan badan lainnya.

Dalam hukum asuransi, pihak yang membayar premi disebut tertanggung, sedankan pihak penerima premi disebut penanggung. Dalam Askes, peserta adalah pihak yang membayar iuran kepada Badan Penyelenggara, dengan demikian peserta adalah tertanggung dalam Askes, sedangkan Badan Penyelenggara adalah penanggung dalam Askes.

3. Premi Asuransi Kesehatan

Dalam hukum asuransi, premi adalah sejumlah uang yang dibayar tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan risiko yang ditanggungnya. Dalam Askes yang bersifat wajib, yang berstatus sebagai tertanggung adalah peserta Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan. Sedangkan dalam Askes yang bersifat sukarela, yang berstatus sebagai tertanggung adalah peserta Pegawai dan Penerima Pensiun Badan Usaha dan Badan lainnya. Peserta sebagai tertanggung, menurut Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991 wajib membayar iuran setiap bulan. Dengan demikian premi dalam askes adalah


(18)

iuran setiap bulan yang wajib dibayar oleh peserta, dengan ketentuan iuran untuk Veteran dan Perintis Kemerdekaan ditanggung oleh Pemerintah atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

4. Evenemen Asuransi Kesehatan

Evenem atau peristiwa tidak pasti adalah peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi, saat terjadinya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi, jika terjadi juga mengakibatkan kerugian. Evenemen yang terjadi itu adalah di luar kekuasaan dan kemampuan manusia, artinya tidak seorang manusia normal yang dapat mencegah atau menghalangi terjadinya peristiwa itu. (Abdulkadir Muhammad. 2006 : 120). Dalam hukum asuransi, evenem adalah risiko yang menjadi beban penanggung. Dalam Askes yang dimaksud dengan risiko adalah keadan sakit yang mengancam kesehatan peserta.

Apabila keadaan ini terjadi dalam asuransi kesehatan maka akan mengakibatkan hilang atau berkurangnya penghasilan karena pengeluaran biaya perawatan dan pengobatan. Risiko atas keadaan inilah yang menjadi beban jaminan Badan Penyelenggara sebagai penanggung. Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2003 Pasal 2 menjelaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun, Pemerintah wajib memberikan subsidi dan iuran.


(19)

5. Berakhirnya Perjanjian Asuransi Kesehatan

Perjanjian asuransi diadakan dengan tujuan untuk memberikan proteksi atau perlindungan terhadap suatu risiko, dalam jangka waktu tertentu. Bila jangka waktu berlakunya perjanjian asuransi telah habis, maka asuransi tersebut dinyatakan berakhir. Jangka waktu tersebut ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pihak penanggung dan pihak tertanggung yang dicantumkan dalam kesepakatan bersama antara penanggung dan tertanggung, sebab di dalam KUHD tidak diatur secara tegas mengenai jangka waktu asuransi atau masa asuransi (Abdulkadir Muhammad, 1999 : 175). Dalam asuransi kesehatan tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi.

Apabila jangka waktu berlaku asuransi kesehatan itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa dijelaskan dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991, sejak dimulainya menjadi peserta pemeliharaan kesehatan yaitu sejak bersangkutan membayar iuran dan seorang peserta tidak lagi peserta pemeliharaan kesehatan apabila yang bersangkutan berhenti membayar iuran.

D. Konsep Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan hal terpenting didalam upaya kesehatan, pelayanan tersebut dapat diwujudkan melalui sarana dan prasarana yang terjangkau, adil dan merata terhadap seluruh lapisan masyarakat baik dipusat


(20)

maupun di daerah-daerah. Pemerataan pelayanan kesehatan sasarannya adalah kebijakan sosial. Kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Skema pelayanan kesehatan publik biasanya erat kaitannya dengan system jaminan sosial, terutama asuransi sosial karena sebagian pelayanannya menyangkut atau membentuk asuransi kesehatan (Edi Suharto, 2007 : 17).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan, kelompok atau masyarakat (Azrul Azwar, 1996 : 35). Pelayanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai pemberian perhatian kepada masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan berupa sarana dan prasarana kesehatan termasuk tenaga kesehatan agar masyarakat merasa aman dan terjamin dalam memeriksakana kesehatannya.

Pelayanan kesehatan merupakan sarana untuk mewujudkan reaksi sosial yang terorganisasi terhadap kondisi masyarakat. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh berbagai sarana kesehatan antara lain Puskemas dan rumah sakit. Melalui puskesmas pemerintah daerah dapat mengjangkau masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di daerah-daerah. Meskipun sarana dan prasarana puskesmas memang kurang memadai jika dibandingkan dengan rumah sakit. Dimana dalam pelayanan kesehatan rumah sakit terdapat kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih lengkap berupa pelayanan rawat jalan. Pelayanan rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.

Pelayanan kesehatan (health care services) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan,


(21)

maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Menurut Alexandria I. Dewi ”bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya baik yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perseorangan, kelompok atau masyarakat”.

Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diperlukan wewenang kesehatan yang berhubungan dengan pendekatan kesehatan dan penyelenggaraan kesehatan. Pendekatan kesehatan masa sekarang berorientasi pada hasil kongres kesehatan dunia, yang meliputi penyelenggaraan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan pelayanan kesehatan atau pengobatan bagi masyarakat yang semakin maju ternyata menumbuhkan kebutuhan hukum dalam berbagai urusan kesehatan.

Pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hubungan antara pasien atau keluarganya dan dokter/tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Masyarakat menganggap pelayanan kesehatan pada khususnya pengobatan merupakan suatu “therapeutic miracle (mujizat), namun harus diingat bahwa tindakan medis itu mengandung suatu ”therapeutic risk”. Ajaran tentang resiko ini dimungkinkan menjadi resiko pasien, atau resiko dokter/rumah sakit atau kedua belah pihak menanggung resiko.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang telah di ganti dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(22)

adalah merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mewujudkan suatu pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat akan tetapi hal demikian belumlah kesemuanya diatur secara terinci dalam undang-undang tersebut dampak dari pelayanan kesehatan disamping itu kedua undang-undang tersebut masih membahas seputar tentang persyaratan-persyaratan secara administrasi saja. Sehubungan dengan penengakan hukum yang bersifat khusus tersebut diperlukan pengembangan peradilan profesi medis sesuai dengan semakin berkembangnya upaya pelayanan kesehatan dalam rangka sistem kesehatan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Perangkat hukum dan palayanan hukum jika harus sedemikian rupa sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi hukum, agar tidak menghambat sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu diperluas jaminan atau perlindungan bagi profesi kesehatan beserta sarana kesehatannya agar tidak menimbulkan permasahan yang dapat merugikan masyarakat dari akibat kelemahan hukum yang kurang memadai terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Dari permasalahan yang maka timbul program pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan Badan Penyelenggara Pemeliharaan Kesehatan bekerja sama dengan pemberi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kurang mampu atau gelandangan dan pelayanan kesehatan juga diberikan untuk peserta askes.


(23)

2. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Menurut Alexandra Irianti Dewi (2008:383) Rumah sakit adalah salah satu dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan atau lebih tepat disebut sebagai sarana kesehatan. Menurut Permenkes No.159b/Men.Kes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit disebutkan sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehtaan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat indonesia. Tugasnya adalah melaksanakan upaya kesehatan yang mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Peran dan fungsi Rumah Sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan kesehatan yang profesional akan erat kaitannnya dengan 3 unsur, yaitu :

a. Unsur mutu yang dijamin kualitasnya

b. Unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan, dan c. Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan/atau

medik khususnya (Hermien Hadiati K, 2002 :118).

Pelayanan Kesehatan Lanjutan yang ada di Rumah Sakit adalah :

a. Rumah Sakit, peserta datang ke Askes Center di Rumah Sakit dengan menunjukkan kartu peserta dan mnyerahkan surat rujukan/surat perintah


(24)

kontrol yang berlaku dan peserta menerima surat jaminan pelayanan untuk mendapatkan pelayanan lanjutan.

b. Rumah Sakit Khusus, peserta datang ke Askes Center di Rumah Sakit dengan menunjukkan kartu peserta dan menyerahkan surat rujukan dari rumah sakit, peserta menerima surat jaminan pelayanan untuk mendapatkan pelayanan lanjutan.

c. Pelayanan Gawat Darurat (Emergenncy), dalam keadaan gawat darurat tidak diperlukan surat rujukan, peserta dapat langsung ke unit gawat darurat rumah sakit dengan menunjukkan kartu peserta. Apabila pserta mendapatkan pelayanan gawat darurat di Rumah Sakit yang tidak bekerjasama dengan PT. Askes (Persero) maka peserta membayar terlebih dahulu, kemudian biaya dapat diajukan ke PT. Askes (Persero) dengan nilai ganti mengacu pada tarif yang berlaku.

Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.

Namun pada kenyataan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak pemberi pelayanan kesehatan belumlah sesuai dengan apa yang telah diprogramkan oleh Badan Penyelenggara Pemeliharaan Kesehatan dengan Pemberi pelayanan kesehatan. Banyak kendala yang dialami oleh pihak pemberi pelayanan kesehatan bahwa peserta tidaklah merasa puas dengan apa yang


(25)

diberikan oleh pelayanan Rawat Jalan Pertama ini dikarenakan tidak tersedianya berbagai sarana kesehatan lainnya sehingga peserta askes merujuk ke Rumah Sakit. Maka masalah yang timbul di Rumah Sakit tidak maksimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan untuk masyarakat akibat banyaknya kunjungan pasien ke Rumah Sakit. Hal ini yang menimbulkan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan tidak sepenuhnya kepada masyarakat khususnya peserta askes. 3. Pelayanan Kesehatan di Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter dengan praktek umum perorangan atau berkelompok atau klinik 24 jam dan atau Puskesmas khusus maupun BP instansi yang ditunjuk oleh PT. Askes untuk melayani peserta Askes sesuai dengan konsep pelayanan Dokter Keluarga.

Dokter Keluarga menjadi salah satu pilihan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dibandingkan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan Dokter Keluarga lebih efesien. Ini disebabkan karena pelayanan Dokter Keluarga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Bagi peserta, Dokter Keluarga memberikan pilihan yang lebih luas, jam praktik yang lebih panjang, serta layanan yang bersifat pribadi lainnya. Sebagian besar Dokter Keluarga juga melakukan kunjungan rumah (home visit) kepada peserta dalam program promosi serta pencegahan penyakit.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dokter Keluarga. Salah satunya adalah pemahaman Dokter


(26)

Keluarga yang belum dimengerti oleh peserta. Peserta masih merasa lebih meudah mengakses pelayanan di Puskemas karena domisilinya lebih dekat dengan Puskesmas. Peserta juga masih banyak yang belum memahami konsep Dokter Keluarga, sehingga peserta yang terdaftar di Dokter Keluarga masih ada yang minta rujukan dan minta dilayani di Puskemas. Selain dari aspek peserta, faktor lain seperti masih sedikit yang berminat menjadi Dokter Keluarga, aturan bahwa dokter tidak boleh melayani obat secara langsung (dispensing), dan jaringan Dokter Keluarga yang belum luas seperti Puskemas.

Dalam asuransi kesehatan tanggung jawab yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Pemeliharaan Kesehatan adalah memberikan sarana pelayanan kesehatan tersebut harus memenuhi syarat-syarat kemampuan di tingkat pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Pelaksana pelayanan kesehatan wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis peserta. Badan Penyelegaraan Pelayanan Kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

4. Pelayanan Kesehatan di Optik

Optik adalah Perusahaan yang bergerak di bidang usaha pokonya penyediaan dan pelayanan kacamata. Optik merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang menjalin kerjasama dengan PT. Askes (Persero). Peserta Askes dan anggota keluarganya memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara melalui prosedur pelayanan. Peserta Askes yang memperoleh pelayanan kacamata harus mendapatkan resep kacamata yang dibuat oleh dokter ahli mata untuk


(27)

mendapatkan pemeriksaan mata oleh dokter spesialis mata dan pemberian resep kacamata sesuai hasil pemeriksaannya. Apabila peserta Askes sudah mendapatkan resep kacamata yang telah dilegalisasi selanjutnya dibawa ke optik untuk mendapatkan pelayanan kacamata sesuai ketentuan yang berlaku.

Adapun pelayanan kacamata yang diberikan oleh Optik, sebagai berikut :

1. Kacamata yang diberikan adalah kacamata berukuran standard dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Frame terbuat dari logam

b. Lensa terbuat dari kaca atau plastik

2. Syarat minimal bagi peserta untuk mendapatkan pelayanan kacamata diberikan maksimal 1 kali dalam 2 tahun, dengan ukuran lensa sebagai berikut:

a. Lensa spheris minimal 0,5 D b. Lensa cylindris minimal 0,25 D

c. Ukuran tersebut harus jelas tertulis dalam resep dokter spesialis mata

Berdasarkan uraian diatas pemberian pelayanan kacamata terhadap peserta Askes sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh para Pihak. Pelaksanaan pelayanan kacamata yang diselenggarakan PT. Askes (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan kepada peserta Askes dilaksanakan memenuhi prosedur pelayanan kesehatan, yang dimaksud prosedur pelayanan adalah tata cara peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Apabila peserta Askes tidak mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pihak Pemberi Pelayanan Kesehatan, maka peserta Askes tidak


(28)

menggunakan haknya dalam Asuransi Kesehatan yang wajib diberikan terhadap peserta Askes.

5. Pelayanan Kesehatan di Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan.

Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

Tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah.


(29)

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan bagan di atas dapat dikemukakan bahwa Penyelengaraan pemeliharaan kesehatan dilakukan oleh Badan Penyelenggara yang diserahi tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangn yang berlaku. Badan penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk khusus untuk menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan keluarganya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan Penyelenggara Pelaksanaan Kesehatan yang diberi tugas adalah PT. Askes (Persero). Demi

Perjanjian Kerjasama Pelayanan Kesehatan

PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung

Pemberi Pelayanan Kesehatan : 1. Rumah Sakit

2. Dokter Keluarga 3. Optik

4. PMI

Pelayanan Kesehatan

Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab Pelaksanaan pelayanan


(30)

mewujudkan penyelengaraan pemeliharaan kesehatan, Badan Penyelenggara mengadakan kerja sama dengan pemberi pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung, Dokter Keluarga, Optik, Rumah Sakit Jiwa Bandar Lampung dan Palang Merah Indonesia Bandar Lampung. Setelah adanya kerjasama maka timbullah perjanjian kerjasama yang isinya terdiri dari hak dan kewajiban, pelaksanaan pelayanan, dan hubungan hukum yang terjadi meliputi isi dari Perjanjian kerjasama tersebut, serta Pihak Pertama sebagai Badan Penyelenggara mempunyai tanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan tersebut harus memenuhi syarat-syarat kemampuan di tingkat pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Pelaksana pelayanan kesehatan wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis peserta Askes.

Pelaksana pelayanan kesehatan adalah semua sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau yang mengadakan ikatan kerja sama dengan Badan Penyelenggara. Setelah terjadinya perjanjian kerjasama secara tertulis yang telah disepakati maka dapat dilaksanakan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dan pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan.


(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan lingkup penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif adalah hukum positif tertulis yang bersumber dari kodifikasi atau undang-undang, termasuk juga kontrak yang dibuat oleh pihak-pihak, yang mengikatkan berdasarkan Pasal 1338 BW (Abdulkadir Muhammad, 2004:131).

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah tipe deskriptif. Tipe penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masayarakat (Abdulkadir Muhammad, 2004 ; 50). Penelitian ini mendeskripsikan secara terperinci tentang tanggung jawab PT. Askes (Persero) pelaksanaan kesehatan berdasarkan peraturan yang berlaku.


(32)

B. Pendekatan Masalah

Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif terapan yang menggunakan pendekatan terapan yaitu, dengan mempelajari dan menganalisa bahan-bahan kepustakaan baik yang ada dari literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, maupun peraturan lainnya, khususnya peraturan yang berkaitan dengan tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam pelaksanaan kesehatan berdasarkan peraturan yang berlaku, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan akurat mengenai hal-hal yang menjadi pembahasan pada penelitian ini.

C. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, yaitu data sekunder dan kepustakaan dari perusahaan PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Bandar Lampung, berupa peraturan perundang-undangan dan peraturan tertulis lainnya, serta buku-buku ilmu pengetahuan hukum yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

Adapun data yang digunakan adalah :

1. Data Sekunder adalah data yang dipergunakan dari bahan-bahan kepustakaan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan teori-teori yang ada dalam literatur yang berhubungan dengan tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam pelaksanaan kesehatan berdasarkan peraturan yang berlaku,

Data sekunder dalam penelitian ini juga didukung dengan : a) bahan hukum primer KUHPerdata;

b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;


(33)

d) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1992 Tentang Kesehatan;

e) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

f) Dokumen Perjanjian Kerjasama

g) Bahan hukum sekunder antara lain tulisan-tulisan ilmiah dari para pakar yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti atau yang berkaitan dengan bahan hukum primer yakni meliputi literature-literatur, makalah, dan hasil penelitian;

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mencatat, menelaah dengan membuat alasan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini;

2. Studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu. E. Pengolahan Data

Apabila data yang diperlukan dalam penelitian ini telah terkumpul, maka data tersebut akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Seleksi data, yaitu mengidentifikasi data yang telah terkumpul. Apakah data lengkap, benar dan sesuai dengan permasalahan;


(34)

2. Pengeditan data, yaitu dengan memasukan data-data yang telah diseleksi lalu diedit yang seluruhnya tidak diambil;

3. Klasifikasi data, yaitu penempatan data ditetapkan sesuai dengan bidang atau pokok bahasan sehingga diperoleh data yang objektif dan mudah dalam mengnalisanya;

4. Sistematika data, yaitu penelusuran data berdasarkan urutan data yang telah ditentukan sesuai dengan ruang lingkup pokok bahasan secara sistematis. F. Analisis Data

Setelah semua data dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian dianalisis secraa kualitatif, yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat yang teratur, disusun secara jelas, terperinci, sistematis dan logis mengenai pokok bahasan sehingga memudahkan penarikan kesimpulan diakhir pembahasan. Peneliti menerangkan suatu keadaan sesuai dengan pokok bahasan, teori dan konsep dengan kalimat yang teratur sehingga mudah dimengerti dan dipahami


(35)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PT. Asuransi Kesehatan Indonesia atau juga dikenal dengan nama PT. Askes Indonesia (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya.

PT. Askes (Persero) mempunyai dasar penyelenggaraan sebagai Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan yang mengacu pada:

a. UUD 1945

b. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan

c. UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005,

Selain itu pula PT. Askes (Persero) mempunyai prinsip penyelenggaraan dalam pelayanan kesehatan yang mengacu pada :

a. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong royong sehingga terjadi subsidi silang.


(36)

b. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.

c. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

d. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.

e. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta. f. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan

prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.

PT. Askes (Asuransi Kesehatan) mempunyai tujuan adalah Turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang asuransi sosial melalui penyelenggaraan asuransi/jaminan kesehatan bagi pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarganya, dan masyarakat lainnya, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, guna meningkatkan nilai manfaat bagi peserta dan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan asuransi kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis Kemerdekanaan beserta Keluarganya.


(37)

2. Menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi Pegawai dan Penerima Pensiun Badan Usaha dan Badan lainnya.

3. Menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi masyarakat yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional.

4. Melakukan kegiatan investasi dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. Hubungan Hukum dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Hubungan hukum adalah perikatan yang lahir akibat peristiwa hukum. Peristiwa hukum terjadi karena undang-undang dan perjanjian. Hubungan hukum pelayanan kesehatan diatur dalam berbagai aturan hukum kesehatan berupa undang-undang dan peraturan pelaksanaannya serta diatur berdasarkan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara pihak pemberi pelayanan kesehatan dan Badan Penyelenggara pelayanan kesehatan. Isi hubungan hukum yang dimaksud dalam perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan adalah hak dan kewajiban yang dibuat oleh para pihak, yang selanjutnya disebut Pihak Pertama dan Pihak Kedua. Hak adalah kewenangan yang ada pada seseorang untuk berbuat atas sesuatu yang menjadi obyek dari haknya itu terhadap orang lain. Sedangkan kewajiban adalah keharusan untuk mengerjakan sesuatu berdasarkan hukum.

Pihak Pertama dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagai Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan adalah PT. Askes (Persero) dan Pihak Kedua


(38)

sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan antara lain adalah Rumah Sakit, Dokter Keluarga, Optik, dan Pelayanan Unit Transfusi Darah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan wajib dilaksanakan sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati antara pihak pertama sebagai PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dan pihak kedua sebagai pemberi pelayanan kesehatan berdasarkan hukum yang berlaku, adapun hal tersebut adalah :

1. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 138/MENKES /PB/II/2009 Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Daerah.

2. Perjanjian Kerja Sama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung Tentang Pelayanan Obat Bagi Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero) Nomor : 095/PKS/08.01/0510.

3. Perjanjian Kerja Sama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan BP Klinik Dokter Keluarga Pasar Tugu Tentang Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama Bagi Peserta PT. Askes (Persero).

4. Kesepakatan Bersama Antara PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan Optik Modern Bandar Lampung Tentang Pelayanan Kacamata Bagi Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero).


(39)

5. Perjanjian Kerja Sama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan Pelayanan Unit Transfusi Darah (PUTD) PMI Cabang Bandar Lampung Tentang Pelayanan Darah Bagi Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero). 6. Kesepakatan Bersama Antara PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung

dengan Rumah Sakit Jiwa Daerah Bandar Lampung tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero).

1. Hubungan Hukum Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung

Rumah Sakit Daerah adalah Rumah Sakit milik Daerah, yang berlokasi di Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk atau menjalin kerjasam dengan PT. Askes (Persero), yaitu Rumah Sakit Umum Kelas A, Kelas B, Kelas C dan Kelas D, serta Rumah Sakit Khusus Kelas A dan Kelas B.

Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung salah satu Rumah Sakit Daerah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta Askes dan anggota keluarganya. Menurut ketentuan Pasal 1 Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia bahwa yang disebutkan Peserta Askes dan Anggota Keluarganya adalah Istri atau suami dari peserta dan anak yang sah atau anak angkat dari peserta yang berhak menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan kesehatan adalah Pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan oleh PPK terhadap Peserta Askes yang berkaitan dengan medis. Pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan setelah prosedur perjanjian terpenuhi dan kedua pihak sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama secara


(40)

tertulis maka perjanjian tersebut dapat dilaksanakan dalam perjanjian kerja sama pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak pemberi pelayanan kesehatan terhadap peserta askes harus sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama antara pihak pemberi pelayanan kesehatan dengan PT. Askes (Persero).

Menurut ketentuan Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek Propinsi Lampung, Pasal 3 bahwa ruang lingkup penyediaan dan pelayanan obat bagi peserta yang wajib dilaksanakan dan dipenuhi oleh Pihak Kedua dalam perjanjian ini adalah meliputi Penyediaan dan Pelayanan Obat bagi peserta yang memiliki kartu askes yang masih berlaku, sesuai dengan kebutuhan medis dan berpedoman pada Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan Daftar dan Plafon Harga Obat Tambahan (DPHOT) yang berlaku.

Menurut ketentuan Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan Rumah Sakit Daerah Umum H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung, Pasal 1 angka (1c dan d) bahwa Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) adalah daftar obat dengan nama generik dan atau nama lain yang diberikan bagi peserta Askes Sosial yang ditetapkan oleh Keputusan Direksi PT. Askes (Persero) dan Daftar dan Plafon Harga Obat Tambahan adalah Daftar dan plafon harga obat tambahan bagi peserta Askes Sosial yang ditetapkan oleh Keputusan Direksi PT. Askes (Persero).

Menurut Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 138/MENKES /PB/II/2009 Nomor 12


(41)

Tahun 2009 Tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Daerah, Pasal 2 angka (1) bahwa Jenis pelayanan kesehatan bagi peserta PT. Askes (Persero) dan anggota keluarganya meliputi :

1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama; 2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan; 3) Pelayanan Persalinan;

4) Pelayanan ESWL, CT Scan, MRI, Transplantasi Organ, dan Pelayanan Darah; 5) Pelayanan Jantung;

6) Pelayanan kedokteran Forensik dan 7) Pelayanan Suplemen.

Pelayanan kesehatan Rumah Sakit Daerah termasuk Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan, dalam Keputusan Bersama dijelaskan bahwa Rumah Sakit Daerah diwajibkan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada peserta Askes yang meliputi :

1) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

a) Paket Pemeriksaan (Paket I), mencakup pemeriksaan medis spesialistik/sub spesialistik, pemberian konsulatsi medis dan penyuluhan kesehatan;

b) Paket Penunjang Diagnostik (Paket II) dan Penunjang Diagnostik Luar Paket;

c) Tindakan medis : Paket Tindakan Medis (Paket III) dan Tindakan Medis Non Operatif;


(42)

d) Pemberian obat standar serta bahan dan alat kesehatan habis pakai selama masa perawatan;

e) Pelayanan obat yaitu obat yang sesuai dengan Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO);

f) Pemberian surat rujukan; g) Konsultasi psikologi.

2). Paket Pelayanan Satu Hari (One Day Care)

Paket Pelayanan Satu Hari (One Day Care) termasuk jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Daerah, yang terdiri dari :

a) Perawatan dan akomodasi setelah 6 (enam) jam sampai 24 (dua puluh empat) jam tanpa menginap;

b) Observasi; c) Konsulatsi.

Apabila berdasarkan indikasi medis diperlukan pelayanan lain, dapat diberikan pelayanan kesehatan lainnya, yang termasuk pelayanannya adalah :

a) Paket Penunjang Diagnostik (PaketII) dan Penunjang Diagnostik Luar Paket; b) Paket Tindakan Medis (Paket III);

c) Pemberian obat standar serta bahan dan alat kesehatan habis pakai selama masa perawatan;

d) Pelayanan obat yaitu obat yang sesuai dengan Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO).

3) Rawat Inap Tingkat Lanjutan di Ruang Perawatan Biasa yang terdiri dari : a) Pelayanan Paket Rawat Inap;


(43)

b) Penunjang diagnostik, Paket pemeriksaan radiodiagnostik (paket IIB), paket pemeriksaan elektromedik (paket IIc) dan penunjang diagnostik luar paket;

c) Tindakan Medis : Paket tindakan medis, tindakan medis operatif dan non operatif;

d) Pelayanan Obat yaitu obat yang sesuai dengan Daftar dan Plafon harga Obat (DPHO);

e) Pemberian surat rujukan.

4) Rawat Inap Tingkat Lanjutan di Ruang Khusus yang terdiri dari :

a) Pelayanan Paket Rawat Inap perawatan ICU/NICU/PICU/ICCU/dan HCU; b) Paket Pemeriksaan Radiodiagnostik (Paket IIB), Paket Pemeriksaan

Elektromedik (Paket IIc) dan Penunjang Diagnostik Luar Paket; c) Tindakan medis operatif dan non operatif;

d) Pelayanan obat yaitu obat yang sesuai dengan daftar plafon dan harga obat (DPHO);

e) Pemberian surat rujukan. 5) Pelayanan Penunjang Diagnostik

Pelayanan ini dapat diberikan pada Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan, Paket Pelayanan Satu Hari (One Day Care), Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan, yang terdiri dari Pelayanan Paket Pemeriksaan Laboratorium (Paket IIA, Paket Pemeriksaan Radiodiagnostik (Paket IIB) dan Paket Pemeriksaan Elektromedik (Paket IIC) dan Pelayanan konsultasi. Selain itu juga pihak


(44)

pemberi pelayanan kesehatan Rumah Sakit memberikan pelayanan Penunjang Diagnostik Luar Paket.

6) Tindakan Medis

Jenis pelayanan yang diberikan dalam tindakan medis (P III) dapat dilakukan pada Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan, Paket Pelayanan Satu Hari (One Day Care), Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan yang terdiri dari Paket IIIA, Paket IIIB, dan Paket IIIC yang dilakukan dengan tindakan anesthesia lokal diruang perawatan biasa dan unti gawat darurat. sedangkan Tindakan Medis Operatif dilakukan di Kamar Operasi pada Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan dan dilakukan dengan anestesi umum atau lumbal. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan di atas, maka Rumah Sakit Daerah mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

1) Melaksanakan pola tarip pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan terhadap peserta asuransi kesehatan dengan sebaik-baiknya.

2) Memberikan pelayanan kepada peserta Askes baik berupa pemeriksaan, pengobatan, rujukan dan pelayanan adminstrasi maupun pemberian fasilitas berupa obat-obatan.

3) Setiap bulan Kepala Rumah Sakit Daerah wajib menyampaikan laporan realisasi pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama Kepada Direksi PT. Askes (Persero).

4) Rumah Sakit pada akhir semester wajib mengajukan usulan anggaran kepada Kepala Kantor Cabang PT. Askes (Persero).


(45)

Dengan adanya kewajiban-kewajiban diatas, maka Rumah Sakit Daerah mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya tersebut. Dengan ditetapkannya tarif untuk pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama tersebut menjadi jelas bagi pelaksanaan pelayanan maupun peserta Askes akan besarnya dana yang dikeluarkan oleh PT. Askes untuk melayani kesehatan peserta dan anggota keluarganya.

Hak dan kewajiban para pihak tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 5, Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek Propinsi Lampung, adapun hal tersebut adalah :

1). Hak dan kewajiban Pihak Pertama

a). Tanpa mengesampingkan hak Pihak Pertama sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dalam Perjanjian ini, maka Pihak Pertama berhak untuk :

1). Melakukan Pemantauan atas ketersediaan obat DPHO dan DPHOT pada Pihak Kedua

2). Meminjam dan melihat resep asli Peserta, apabila diperlukan.

3). Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada Pihak Kedua dalam Pihak Pertama menemukan terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan kewajiban Pihak Kedua dalam perjanjian ini.

b). Tanpa mengesampingkan kewajiban Pihak Pertama sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dari Perjanjian ini, maka Pihak pertama berkewajiban untuk : 1). Menyediakan dan memberikan kepada Pihak Kedua, buku DPHO

2). Menginstal program komputer, pelayanan obat yang berlaku di PT. Askes (Persero), pada komputer Pihak Kedua.


(46)

3). Membayar tagihan atas pelayanan obat yang telah diberikan oleh Pihak Kedua kepada peserta, sesuai dengan tagihan yang diajukan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama, sepanjang memenuhi ketentuan dan produser yang telah disepakati para pihak sebagaimana diatur dalam perjanjian ini.

2). Hak dan Kewajiban Pihak Kedua

a). Tanpa mengesampingkan hak Pihak Kedua sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lai dalam perjanjian ini, maka Pihak Kedua berhak untuk :

1). Menerima pembayaran Pihak Pertama atas pelayanaan obat yang telah diperoleh diberikan oleh Pihak Kedua kepada peserta;

2). Memperoleh buku DPHO dan DPHOT yang berlaku dari Pihak Pertama; b). Tanpa mengesampingkan kewajiban Pihak Kedua sebagaimana diatur dalam

pasal-pasal lain dari perjanjian ini, maka Pihak Kedua berkewajiban untuk 1). Menjamin ketersediaan dan kecukupan obat DPHO, kecuali dalam keadaan

kosong yang dinyatakan secara tertulis oleh PBF/Distributor dan tidak dibenarkan memberikan bon gantung, menyuruh pasien untuk membeli obat diluar Apotik yang ditunjuk atau menyampaikan kepada pasien bahwa obat kosong.

2). Apabila obat DPHO terjadi kekosongan, agar dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a). Pihak Kedua wajib menyediakan/mengganti obat tersebut dengan obat lain/generik yang sama dengan obat yang tertulis oleh Dokter dan mengkonsumsikan terlebih dahulu penggantian tersebut dengan pasien/dokter.


(47)

b). Pihak Kedua segera melaporkan kekosongan obat tersebut ke Pihak Pertama

c). Sehubungan dengan butir 1). di atas agar kedua belah pihak mengkonsumsikan baik formal/informal dengan Dokter tentang kekosongan obat tersebut.

3). Melayani peserta dengan baik sesuai dengan standar dan produser penyediaan dan pelayanan obat bagi peserta yang ditetapkan oleh PT. Askes (Persero) dan standar pelayaanan instansi farmasi RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan yang berlaku bagi instalansi farmasi.

4). Memberikan obat-obatan kepada peserta berdasarkan resep obat yang diterima dengan tetap berpedoman kepada DPHO dan DPHOT yang berlaku.

5). Menyediakan komputer yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Pihak Pertama untuk kebutuhan penginstalan program komputer penyediaan dan pelayananan obat bagi peserta yang berlaku di PT. Askes (Persero).

Perjanjian kerja sama yang dilakukan PT. Askes (Persero) dan Pemberi Pelayanan Kesehatan telah mencantumkan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang wajib diberikan terhadap peserta Askes. Apabila yang disepakati bersama tidak melakukan kewajibannya atau melanggar ketentuan mengenai perjanjian tertulis ini dan tetap tidak menerima teguran baik lisan maupun tertulis sebanyak 3 (tiga ) kali dengan tenggang waktu minimal (10) sepulu hari, secara seketika pada tanggal surat pemberitahuan pengakhiran perjanjian ini dari Pihak yang dirugikan.


(48)

Setiap perselisihan yang timbul sehubungan dengan perjanjian ini akan diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah oleh Para Pihak. Apabila musyawarah tidak berhasil mencapai mufakat, maka Para Pihak dapat melakukan meyelesaian perselisihan tersebut melalui Pengadilan.

2. Hubungan Hukum Pelayanan Kesehatan di BP Klinik Dokter Keluarga Pasar Tugu

Menurut Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dengan BP Dokter Keluarga dalam Pasal 1 bahwa pengertian, “Dokter Keluarga adalah dokter dengan praktek umum perorangan atau berkelompok atau Klinik 24 jam dan atau Puskesmas khusus maupun BP instansi yang ditunjuk oleh PT. Askes untuk melayani peserta Askes sesuai dengan konsep pelayanan Dokter Keluarga”. Dokter Keluarga yang ditunjuk PT. Askes dalam pelayanan kesehatan adalah salah satunya BP Dokter Keluarga Pasar Tugu.

Adapun dalam Perjanjian kerjasama yang telah disepakati ruang lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dokter Keluarga adalah :

a. Penyuluhan Kesehatan

b. Pemeriksaan dan Pengobatan

c. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan anak d. Imunisasi dasar bagi bayi sesuai program pemerintah e. Tindakan medis ringan dan hasil

f. Pengobatan

g. Memberikan rujukan poliklinik spesialis rumah sakit Pemerintah berdasarkan indikasi medis


(49)

h. Menerima rujukan balik dari Dokter Spesialis Rumah Sakit Pemerintah dan melanjutkan pengobatan atas dasar diagnosa dan anjuran dari dokter spesialis. Peserta Askes akan mendapat pelayanan kesehatan dari Dokter Keluarga yang lebih ditekankan kepada pelayanan promotif dan preventif, selain pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya. Untuk penyakit kronis Peserta dapat dirujuk ke Rumah Sakit dengan meminta rujuk balik dari Rumah sakit yang untuk pengobatan selanjutnya dapat dieruskan di Dokter Keluarga dengan mengacu obat sesuai rujuk balik, dan pengambilan obat di klinik keluarga tersebut.

Hubungan hukum yang terjadi dalam pelayanan kesehatan adanya hak dan kewajiban yang timbul dalam perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama telah disepakati dalam Pasal 4 dan 5 terdapat Hak dan Kewajiban Para Pihak, bahwa : a. Hak dan kewajiban Pihak Pertama

1). Tanpa mengesampingkan hak Pihak Pertama sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dari perjanjian ini,maka Pihak Pertama berhak untuk :

a). Melakukan penilaian atas pelayanan kesehatana yang diberikan Pihak Kedua, mendapat data dan informasi antara lain tentang fasilitas Pihak Kedua, kunjungan peserta dan tingkat kepuasan peserta;

b). Memelihara kartu status dan bukti pelayanan beserta, apabila diperlukan; c). Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada Pihak Kedua

dalam hal Pihak Pertama menemuka terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan kewajiban Pihak Kedua dalam perjanjian ini;


(50)

d). Meninjau kembali Perjanjian ini apabila teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali tidak mendapat tanggapan dari Pihak Kedua, sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat 1.c perjanjian ini;

e). Memotong dan menyetor Pajak Penghasilan (PPH) sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku, dari biaya kapitasi yang dibayarkan kepada Pihak Kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal 6 perjanjian ini. 2). Tanpa mengesampingkan kewajiban Pihak Pertama sebagaimana diatur dalam

pasal- pasal lain dari perjanjian ini, maka Pihak Pertama berkewajiban untuk : a). Memberikan daftar nama peserta setiap terjadi perubahan

b). Membayar biaya pelayanan atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pihak Kedua atas peserta yang terdaftar pada Pihak Kedua yang pembayarannya berdasarkkan kapitasi;

c). Menyediakan dan memberikana kepada Pihak Kedua, DPHO dan buku panduan/leaflet/petunjuk tata cara peserta untuk memperoleh hak atas pelayanan kesehatan dari Dokter Keluarga.

b. Hak dan Kewajiban Pihak Kedua

1). Tanpa mengesampingkan hak Pihak Kedua sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dari perjanjian ini, maka Pihak Kedua berhak untuk :

a). Menerima daftar nama peserta setiap terjadi perubahan

b). Menerima pembayaran biaya dari Pihak Pertama atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pihak Kedua atas peserta yang terdaftar pada Pihak Kedua yang pembayarannya berdasarkan kapitasi;


(51)

c). Memperoleh DPHO dan ketentuan lain yang berlaku, buku panduan/leaflet/petunjuk tata acara peserta untuk memperoleh hak atas pelayanan kesehatan dari Dokter Keluarga;

2). Tanpa mengesampingkan kewajiban Pihak Kedua sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dari perjanjian ini, maka Pihak Kedua berkewajiban untuk : a). Melayani peserta dengan baik sesuai dengan standar dan prosedur

pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Pihak Pertana atau PT. Askes serta sesuaidengan kode etik kedokteran;

b). Menunjuk pengganti dan memberitahukan kepada Pihak Pertama apabila Pihak Kedua berhalangan praktek;

c). Membuat dan menyampaikan kepada Pihak Pertama laporan bulanan yang mencakup pencatatan atas sejumlah kunjungan peserta dan rujukan yang diberikkan kepada peserta;

d). Menjamin penulisan resep bagi peserta berpedoman pada DPHO dan ketentuan lain yang berlaku;

e). Memberitahukan kepada Pihak Pertama dalam hal terjadi perubahan tempat praktek atau terhenti praktek;

f). Menunjuk kartu status dan buku pelayanan peserta kepada Pihak Pertama, apabila diperlukan.

Berdasarkan hak dan kewajiban di atas maka para pihak mempunyai masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap peserta Askes dalam pelayanan kesehatan. Apabila dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan salah satu pihak melakukan wanprestasi. Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pihak Kedua terbukti secara nyata melakukan hal-hal yang tidak


(52)

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka Pihak Pertama berhak untuk menangguhkan pembayaran atas tagihan biaya pelayanan kesheatan yang telah diajukan oleh Pihak Kedua, sampai adanya penyelesaian yang dapat diterima oleh para pihak.

3. Hubungan Hukum Pelayanan Kesehatan di Optik Modern Bandar Lampung

Optik adalah Suatu pelayanan kesehatan yang berbentuk perusahaan yang bergerak di bidang usaha pokoknya penyediaan dan pelayanan kacamata. Salah satu pelayanan kacamata yang bekerjasama dengan PT. Askes (Persero) adalah Optik Modern Bandar Lampung. Perjanjian kerjasama ini telah disepakati oleh masing-masing kedua belah pihak yang bersangkutan. Ruang lingkup perjanjian ini meliputi pengadaan, penyediaan dan pelayanan kacamata kepada peserta Askes yang diselenggarakan oleh PT. Askes dengan memenuhi prosedur yang telah ditetapkan bahwa “Peserta yang memperoleh pelayanan kacamata sebagaimana yang dimaksud dalam perjanjian ini yakni peserta yang dirujuk oleh PPK Tingkat Pertama/Puskesmas ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdoel Moeloek untuk mendapatkan pemeriksaan mata oleh dokter spesialis mata dan pemberian resep kacamata sesuai hasil pemeriksaannya”.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) dan (4) dalam Perjanjian Kerjasama bahwa pelayanan kacamata yang diberikan adalah kacamata berukuran standard dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Frame terbuat dari logam


(53)

Sedangkan syarat minimal bagi peserta untuk mendapatkan hak pelayanan kacamata adalah

a. Untuk Lensa Spheris minimal + 0,5 D b. Untuk Lensa cylindris minimal + 0,25 D

c. Ukuran tersebut harus jelas tertulis dalam resep dokter spesialis mata

Hubungan hukum yang terjalin mengenai pelayanan kesehatan antara PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dan Optik Modern Bandar Lampung karena adanya Hak dan Kewajiban antara kedua belah pihak yang menganut pada perjanjian yang telah dibuat secara bersama dan telah disepakati

Menurut Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) Cabang Bandar Lampung dan Optik Modern Bandar Lampung, bahwa Pasal 4 tentang Hak dan Kewajiban Para Pihak, adapun hal tersebut adalah :

a. Hak dan Kewajiban Pihak Pertama

1. Pihak Pertama berhak rasa puas atas pelayanan yang baik terhadap peserta 2. Pihak Pertama berhak melakukan pengendalian serta turut mengawasi

pelaksanaan pelayanan yang diberikan oleh Pihak Kedua Kepada peserta khususnya dalam hal mutu pelayanan kacamata.

3. Pihak Pertama berhak Menegur Pihak Keuda yang dilandasi dengan itikad baik dalam hal yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian ini.

4. Pihak Pertama berkewajiban membayar biaya/sejumlah dana berdasarkan klaim/tagihan yang diajukan oleh Pihak Kedua yang telah memenuhi syarat untuk dibayar.


(54)

b. Hak dan Kewajiban Pihak Kedua

1. Pihak Kedua berhak memperoleh pembayaran atas tagihan sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam perjanjian ini.

2. Pihak Kedua berkewajiban menyediakan kacamata untuk kebutuhan peserta Askes.

3. Pihak Kedua berkewajian menyediakan dan sanggup menempatkan kacamata standard sesuai nilai ganti kacamata oleh Pihak Pertama.

4. Pihak Kedua berkewajiban melayani peserta yang telah memenuhi prosedur dan kesepakatan harga yang telah ditetapkan.

5. Pihak kedua berkewajiban mentaati prosedur yang telah ditetapkan dan berlaku di PT. Askes.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan Optik terhadap peserta Askes atas dasar resep kacamata yang dibuat dan dikeluarkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan yang mempunyai Dokter Spesialis mata pada Rumah Sakit Daerah Bandar Lampung.

Apabila terjadinya perselisihan akibat penyelenggara perjanjian ini, maka kedua belah pihak sepakat melakukan sacara musyawarah untuk mufakat, namun apabila penyelesaian secara musyawarah tidak berhasil, maka Para Pihak sepakat memilih proses Arbitrase melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) keputusan BANI merupakan keputusan final yang harus dipenuhi oleh para pihak.


(55)

4. Hubungan Hukum Pelayanan Kesehatan di Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI

PT. Askes (Persero) sebagai Pihak Pertama menjalin kerjasama dengan Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI sebagai Pihak Kedua. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI berdasarkan perjanjian kerjasama yang didalamnya terdapat hubungan hukum yang timbul adanya hak dan kewajiban para pihak. Menurut Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) dan Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI Cabang Bandar Lampung dalam Pasal 2 tentang kewajiban pelayanan dinyatakan bahwa ”Pihak kedua berkewajiban untuk melayani kebutuhan darah bagi peserta Askes dirawat di Rumah Sakit Pemerintah dalam Wilayah Bandar Lampung dan Rumah Sakit Swasta yang ditunjuk dengan menyediakan darah yang cukup dan lengkap sesuai daftar harga yang telah ditetapkan bersama ”.

Berdasarkan ketentuan di atas bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan pihak Pemberi Pelayanan Kesehatan wajib memberikan kebutuhan darah yang cukup bagi peserta Askes sesuai dengan perjanjian kerjasama yang disepakati. Menurut Perjanjian Kerjasama ini dalam Pasal 2 ayat (d) kebutuhan darah yang diberikan bagi peserta Askes adalah :

1. Untuk Darah Lengkap (Whole Blood) 125 cc siap pakai sebesar Rp. 120.000,- per kantong darah yang telah siap.

2. Untuk Komponen Darah (Komponen seluler dan non seluler) sebesar Rp. 120.000,- per kantong darah.


(56)

Untuk melaksanakan kewajibannya dalam melayani peserta Askes dalam pelayanan kesehatan, maka peserta Askes harus memenuhi prosedur pelayanan yang telah ditentukan dalam perjanjian kerjasama. Hubungan hukum yang dilaksanakan PT. Askes (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan tersebut telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perjanjian kersama yang telah disepakati. Selanjutnya apabila Pelayanan Unit Tranfusi Darah (PUTD) PMI sebagai Pihak Pemberi Pelayanan Kesehatan tidak melaksanakan kewajibannya maka perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian ini akan diselesaikan secara musywarah dan mufakat oleh kedua belah pihak.

B. Tanggung Jawab PT. Askes (Persero) dalam Pelakasanaan Pelayanan Kesehatan.

1. Tanggung Jawab PT. Askes (Persero) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung

Pelayanan kesehatan memiliki kendala yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bandar Lampung, kendala ini sering terjadi dikarenakan beberapa peserta Askes yang merasa lebih baik langsung berobat ke Rumah Sakit yang merupakan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) dibandingkan ke rawat jalan tingkat pertama (RJTP), maka tingkat kunjungan pasien ke Rumah Sakit cukup tinggi. Oleh karena itu pelayanan kesehatan dilaksanakan sesuai dengan berdasarkan perjanjian kerjasama yang disepakati oleh PT. Askes (Persero) dan pihak Rumah Sakit.


(57)

Bentuk tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam pelaksanaan perjanjian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung adalah dalam bentuk biaya pelayanan kesehatan yang wajib dibayarkan oleh PT. Askes (Persero) kepada pihak rumah sakit. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6, Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) sebagai Pihak Pertama dan Pihak rumah sakit sebagai Pihak Kedua bahwa “biaya pelayanan kesehatan yang wajib dibayarkan oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua atas pelaksanaan kesehatan yang diberikan oleh Pihak Kedua kepada peserta, diberikan dengan sistem pembayaran berdasarkan kapitasi”. Disebutkan pula dalam perjanjian kerjasama tersebut bahwa Pihak Kedua tidak diperkenankan menarik biaya apapun terhadap peserta sepanjang pelayanan kesehatan yang diberikan masih tercakup dalam ruang lingkup serta memenuhi prosedur pelayanan kesehatan. Berdasarkan Pasal 8, Perjanjian Kerjasama PT. Askes (Persero) dan Rumah Sakit Umum Daerah Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung tentang Pelayanan Obat bagi Perserta Askes, menegaskan bahwa :

1. Pembayaran Biaya Pelayanan Obat bagi Peserta oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua, dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal Pihak Pertama telah menerima secara lengkap tagihan yang diajukan oleh Pihak Kedua.

2. Dalam hal Pihak Pertama belum dapat melakukan pembayaran dalam jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat 1 Pasal ini, maka tata cara pembayaran ditentukan sebagai berikut :

a. Sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah tagihan yang diajukan oleh Pihak Kedua wajib dibayar oleh Pihak Pertama sebagai pembayaran


(58)

pendahuluan/uang muka, dalam waktu 30 hari (tiga puluh hari) kalender terhitung sejak tanggal Pihak Pertama telah menerima secara lengkap tagihan yang diajukan oleh Pihak Kedua.

b. Jika sampai dengan akhir bulan Pihak Pertama masih belum bisa menyelesaikan klaim, maka dapat diberikan tambahan uang muka pelayanan kesehatan sebesar 25% dari nilai kalim bulan pelayanan.

c. Persyaratan Pihak Kedua untuk mendapatkan uang muka pelayanan kesehatan adalah telah menyelesaikan pertanggungjawaban uang muka sebelumnya dan masih berlakunya Perjanjian Kerjasama dengan PT. Askes (Persero) sampai dengan pemberian uang muka pelayanan kesehatan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas bahwa Pihak Pertama wajib membayar biaya pelayanan kesehatan terhadap pihak rumah sakit dengan waktu yang telah ditentukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal Pihak Pertama telah menerima secara lengkap tagihan yang diajukan oleh Pihak Kedua. Apabila dalam hal Pihak Pertama melanggar ketentuan mengenai tata cara pembayaran, maka Pihak kedua berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat 1 butir b yang dinyatakan bahwa “Salah satu Pihak tidak memenuhi atau melanggar salah satu atau lebih ketentuan yang diatur dalam Perjanjian ini dan tetap tidak memenuhi atau tidak berusaha untuk memperbaikinya setelah menerima teguran/peringatan baik lisan atau tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing teguran /peringatan minimal 10 (sepuluh) hari kalender. Pengakhiran berlaku efektif secraa seketika


(59)

pada tanggal surat pemberitahuan pengakhiran Perjanjian ini dari Pihak yang dirugikan”.

Dari uraian di atas, berdasarkan Perjanjian Kerjasama tersebut bentuk tanggung jawab PT. Askes (Persero) dalam pelayanan kesehatan berupa semua jenis pelayan yang diberikan PT. Askes (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan dilaksanakan oleh Pemberi pelayanan kesehatan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan berdasarkan perjanjian kerjasama dan biaya pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh PT. Askes (Persero) sebagai Pihak Pertama selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender dan apabila Pihak Pertama belum dapat melakukan pembayaran, maka akan dikenakan sanksi sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah tagihan yang diajukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Hi. Abdoel Moeloek Bandar Lampung sebagai Pihak Kedua. 2. Tanggung Jawab PT. Askes (Persero) di BP Klinik Dokter Keluarga

Pasar Tugu

Dokter Keluarga merupakan pemberi pelayanan kesehatan Askes yang diharapkan dapat memberikan jaminan berobat dan pelayanan pertama bagi peserta Askes dalam sistem pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dokter Keluarga berdasarkan prosedur pelayanan kesehatan perjanjian kerjasama PT. Askes (Persero) dan Dokter Keluarga. PT. Askes (Persero) sebagai Pihak Pertama bertanggungjawab penuh dalam biaya pelayanan kesehatan yang wajib dibayarkan kepada Dokter Keluarga sebagai Pihak Kedua.


(1)

Sulastomo. 2008. Sistem Jaminan Sosial Nasional. Rajawali Pers. Jakarta : Rajawali Pers.

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Undnag-Undang Nomor 28 Tahun 2003 Tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 Pemeliharan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiunan, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya.

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republi Indonesia Nomor 138/Menkes/PB/II/Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya Di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah.


(2)

Judul Skripsi : TANGGUNG JAWAB PT. ASKES (Persero) DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN PELAYANAN KESEHATAN

Nama Mahasiswa : HERNIYANTI FITRI No. Pokok Mahasiswa : 0642011212

Bagian : Hukum Keperdataan Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

LINDATI DWIATIN, S.H., M.Hum. AHMAD ZAZILI, S.H.M.H. NIP 19600421 198603 2001 NIP 197404132005011001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata, S.H., M.H. NIP 19621109.198811.1001


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum …………...

Sekretaris/Anggota : Ahmad Zazili, S.H.,M.H .………….

Penguji

Bukan Pembimbing: Rilda Murniati, S.H, M.Hum. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

H. Adius Semenguk, S.H., M.S. NIP 19560901 198103 1 003


(4)

MOTTO

”Kemarin mungkin ada penyesalan, hari ini adalah kenyataan, dan esok merupakan harapan”

”Sebaik-baik manusia ialah ia yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain” (Muhammad S.A.W)

“Kebahagiaan bagiku bukan saat aku merasa senang namun kebahagiaan bagiku

pada saat aku membuat orang lain senang” (Herniyanti Fitri)


(5)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang akan selalu kucintai kemanapun langkah kakiku pergi dan dimana pun diriku berada.

Papa dan Mama tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, serta membimbing dan menyertaiku dengan kasih sayang dan doa yang tulus yang tak

pernah henti dipanjatkan kepada Allah SWT untuk keberhasilanku.

Kakak-kakakku dan adikku kusayangi yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam keberhasilanku ini.

Seluruh Keluarga Besarku yang telah memberikan doanya.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herniyanti Fitri dilahirkan Pada tanggal 06 Agustus 1988 di Bandar Lampung. Sebagai putri ketiga dari empat bersaudara keluarga Ayahanda M. Thohir M. S.Sos.,M.M dan Ibunda Salamah.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar Al-Azhar Wayhalim Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikkan pada Tahun 2006. Kemudian pada Tahun 2006 melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada Tahun 2009 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan Hukum (PLKH) program magang periode XIV di Kantor Notaris dan PPAT Muhayatsyah Tarmizi, S.H.

Bandar Lampung,