TANGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG (STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)

(1)

Indah Puspitarani

ABSTRAK

TANGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

(STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)

Oleh Indah Puspitarani

Kondisi geografis wilayah nusantara menunjukkan betapa pentingnya peranan transportasi udara terhadap kelancaran arus lalu lintas barang dari dan ke suatu daerah tertentu. PT Tiki JNE merupakan suatu bentuk usaha pengiriman barang yang bertindak sebagai wakil dari pengirim untuk mengirimkan barang dengan tepat waktu dan selamat sampai kepada penerima. Dalam dokumen perjanjian PT Tiki JNE mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan apabila terjadi wanprestasi, untuk itu PT Tiki JNE berkewajiban menciptakan suatu usaha yang profesional sehingga barang yang dikirim sampai di tempat tujuan selamat dan tepat pada waktunya. Permasalahannya adalah bagaimana prosedur pelaksanaan pengiriman barang, dan bagaimana tanggung jawab PT Tiki JNE terhadap wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis sosiologis dengan menelaah berbagai peraturan kemudian dikaji keberlakukannya secara nyata. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara, yang kemudian diolah melalui seleksi data, klasifikasi data dan sistematika data, kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pengiriman barang pada PT Tiki JNE terjadi melalui 3(tiga) tahapan, yaitu tahapan transaksi, tahapan pengemasan dan penyimpanan sementara dan tahapan operasional. Perjanjian ekspedisi yang terjadi antara PT Tiki JNE dengan pengirim barang terjadi secara lisan dan dibuktikan dengan dokumen tanda bukti pengiriman barang yang dibuat secara baku oleh PT Tiki JNE serta di dalamnya memuat hak dan kewajiban para pihak yang harus dipenuhi. Tanggung jawab PT Tiki JNE dipenuhi apabila terdapat kelalaian atau kesalahan yang timbul dari pihak nya. PT Tiki JNE bertanggung jawab atas keterlambatan dengan memberikan garansi terhadap service tertentu.


(2)

Indah Puspitarani

PT Tiki JNE bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan barang dengan mengganti kerugian sebesar 10 (sepuluh) kali ongkos kirim. PT Tiki JNE bertanggung jawab mengganti sejumlah barang yang dikirim atau mengganti sejumlah harga penerbitan barang berupa dokumen apabila barang kiriman diasuransikan.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi ... 10

B. Pihak-pihak Terkait dalam Pengiriman Barang ... 16

1. Pengirim ... 16

2. Ekspeditur (PT JNE Cabang Bandar Lampung) ... 17

3. Pengangkut ... 18


(4)

C. Objek Pengiriman Barang ... 19

1. Barang Muatan ... 20

2. Biaya Pengiriman ... 20

3. Dokumen Pengiriman Barang ... 22

D. Tanggung Jawab JNE ... 23

E. Kerangka Fikir ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tipe Penelitian ... 28

C. Pendekatan Masalah ... 29

D. Data dan Sumber Data ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 30

F. Pengolahan Data ... 31

G. Analisis Data ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengiriman Barang PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung ... 33

1 .Tahapan Transaksi ... 33

2. Tahapan Pengemasan dan Penyimpanan Sementara ... 37

3. Tahapan Operasional... 38

B.Tanggung Jawab PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung Terhadap Wanprestasi atas Perjanjian Pengiriman Barang ... 41

1.Penyelenggaraan Perjanjian Ekspedisi... 41

2. Kewajiban JNE dalamPerjanjian Ekspedisi ... 44

3. Tanggung Jawab JNE terhadap Wanprestasi ... 45

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 55


(5)

Judul Skripsi : TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG (STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)

Nama Mahasiswa : Indah Puspitarani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011165

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1.Komisi Pembimbing

Yennie Agustin MR, S.H., M.H. Siti Nurhasanah, S.H., M.H.

NIP. 197108251997202001 NIP. 197102111998022001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji :

Ketua : Yennie Agustin MR, S.H., M.H. ...

Sekretaris : Siti Nurhasanah, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Hj Ratna Syamsiar, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr.Heryandi, S.H., M.S.

NIP. 196211091987031003


(7)

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

(STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)

Oleh Indah Puspitarani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(8)

MOTTO

Tiap- tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)

memajukannya.

(Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 43)

Ilmu itu lebih dari harta. Ilmu akan menjagamu sedang harta yang harus kau jaga. Ilmu akan berambah jika diberikan kepada orang lain, sedangkan harta akan

berkurang lantaran itu. (Ali Bin Abi Thalib)


(9)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur atas Ridho ALLAH SWT, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, serta perjuangan dan jerih payahku, aku persembahkan

karya kecil ini kepada:

Ayah (Poniran, S.T., M.T.) dan Ibu (Suparni, S.E.) atas segala pengorbanan perhatian, kasih sayang, dan jerih payahnya, yang dalam setiap sujudnya selalu mendoakan kesuksessan dan kebahagiaanku di dunia dan di akhirat


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 16 Februari 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Poniran, S.T., M.T. dan Ibu Suparni, S.E. Sebagai anak kedua, penulis mempunyai seorang kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki.

Riwayat Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Raudhatul Athfal Tunas Harapan diselesaikan pada tahun 1997. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 06 Kelapa Tujuh di selesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 07 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2006. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 03 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2009

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis juga tercatat sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa (HIMA) PERDATA masa bhakti 2012-2013 sebagai sekretaris bidang dana dan usaha. Pada Tahun 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung dengan tema “Posdaya”.


(11)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah meridhai dan melimpahkan rahmat serta karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara Atas Perjanjian Pengiriman Barang (Studi pada PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung), ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr.Heryandi, S.H., M.S. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Yennie Agustin MR, S.H., M.H. Pembimbing I terimakasih atas waktu yang telah diluangkan, saran, masukan, bimbingan, dan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini;


(12)

4. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H. Pembimbing II terimakasih atas waktu yang telah diluangkan, saran, masukan, bimbingan, dan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H. Pembahas I terimakasih atas waktu, masukan, saran, evaluasi, dalam seminar I dan II guna kesempurnaan skripsi ini;

6. Bapak A.Zazili, S.H., M.H. Pembahas II terimakasih atas waktu, masukan, saran, evaluasi,dalam seminar I dan II guna kesempurnaan skripsi ini;

7. Bapak Muhtadi, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi nasihat-nasihat serta membantu proses akademik selama kuliah;

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan, sungguh Bapak/Ibu adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”;

9. Kepada seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung Mba Siti, Pak Tarno, dll yang telah membantu;

10.Pimpinan dan seluruh karyawan PT.JNE Cabang Bandar Lampung;

11.Kakak dan Adikku Dony Amindo Wijaya, S.H., M.H. dan Hafizh Adjie Pangestu yang selalu memberiku semangat dan motivasi untuk terus maju dan berdiri tegak;

12.Teman-teman seperjuangan Chandra Evita, S.H., Maria Hadivta, S.H, Vika Trisanti, S.H., Trie Zaskia CP, S.H., Helda Novriliana, S.H. Terimakasih atas semangat yang diberikan;


(13)

13.Teman teman “chacha” Lely Myu Tiara, M. Hafis Alfarizi, Noverdi Puja Saputra, Ardian Jufar Agung, Prayogi Arief. Terimakasih untuk semua canda tawa, dukungan dan kebersamaan selama ini;

14.Teman- Teman HIMA PERDATA 2012-2013, Galuh, Amri, Vina, Novia, Clara, Rintar, Ratu, Nuy, Wanda, Handi, Jasmine, Rini, Lia, Tyas, Suntan, Feni, Ais, Handi, Dafson, Wandi, Sandika, Juliana. Terimakasih atas kerjasama dan perjuangan dalam suka maupun duka selama ini;

15.Teman-Teman FH 09, Hotang, Hendra, Hari, Wawan, Acil, Icha, Elsa, Meria, Irma, Nisa, Danar, Lilis;

16.Orang-orang yang telah memberikan pelajaran, mendoakan dan membantu penulis selama ini terimakasih atas segala jasa yang kalian berikan. Semoga menjadi pahala bagi kita semua, Amin.

Semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari ALLAH SWT. Amin.

Wassamu’alaikum. Wr.Wb. Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(14)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya sangat dirasakan oleh penduduk dunia saat ini. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu ciri globalisasi yang senantiasa menuntut perubahan dalam segala bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang penyediaan pelayanan yang berhubungan dengan data, informasi, serta barang dan/atau jasa. Perkembangan informasi dan teknologi dalam bidang penyediaan jasa menuntut tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat modern saat ini, terutama kebutuhan akan kecepatan pelayanan, pengiriman maupun penerimaan layanan jasa, informasi, serta barang, dan/atau dokumen.

Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya meliputi ribuan pulau.1 Kondisi geografis wilayah nusantara menunjukkan betapa pentingnya peranan transportasi terhadap kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan ke suatu daerah tertentu. Terjalinnya hubungan antar daerah yang sangat luas di Indonesia membutuhkan sarana transportasi baik melalui darat, laut,

1


(15)

2

maupun udara. Transportasi adalah merupakan bagian hukum lalu-lintas

(communication atau verker) dan angkutan, termasuk bidang pelayanan jasa ekonomis, sesuai dengan sifat usaha memindahkan barang dari tempat asal ke tempat lain.2 Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa pengangkutan bagi mobilitas orang serta barang. Banyak sekali perusahaan pengangkutan baik milik negara maupun perusahaan swasta.3 Pengangkutan dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu pengangkutan darat dengan menggunakan alat angkut mobil dan kereta api, pengangkutan laut dengan menggunakan alat angkut kapal, dan pengangkutan udara dengan menggunakan alat angkut pesawat udara.

Pengangkutan udara dengan menggunakan pesawat sangat memungkinkan untuk diandalkan bagi perhubungan antar daerah di Indonesia. Hal ini juga ditunjang bahwa pengangkutan udara akan memberikan keuntungan dibandingkan dengan alat angkut lain, misalnya mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi canggih, manajemen yang andal, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pada pengangkutan dengan pesawat udara, tempat pemuatan dan penurunan penumpang/pembongkaran barang disebut bandar udara, selanjutnya disingkat bandara.

2

Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, (Rineka Cipta : Jakarta, 1995) hal 3.

3

Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan dalam tiga jeneis yaitu: a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ada yang berbentuk perseorangan (persero), contohnya PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Garuda Indonesia Airlines (Persero), dan PT Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero), tetapi ada juga yang berbentuk perusahaan umum (perum), contohnya Perum Damri. b. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) Umumnya berbentuk badan hukum perseroan terbatas, contohnya PT Lintas Sumatera, PT Samudera Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi contohnya Taksi Kopti Jaya. Akan tetapi ada juga yang berbentuk persekutuan bukan badan hukum CV. c. Badan Usaha milik Perseorangan contohnya PO Putra Remaja. Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga,


(16)

3

Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu pengangkutan sebagai usaha (business); pengangkutan sebagai perjanjian (agreement); dan pengangkutan sebagai proses penerapan (applying process).4 Pengangkutan sebagai perjanjian

(agreement) selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim.5 Hubungan pengangkutan lahir dari dokumen perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang atau pengirimnya. Namun demikian perjanjian pengangkutan tidak semata-mata hanya mengikat kepada pengirim dan pengangkut tetapi juga pada pengantar.

Pengantar adalah perusahaan jasa ekspedisi muatan pesawat udara pengiriman barang (ekspeditur) merupakan suatu bentuk perantaraan yang digunakan dalam kegiatan pengiriman barang. Dalam proses pengiriman barang, pengirim menggunakan jasa ekspeditur untuk mengirimkan barang yang selanjutnya diserahkan kepada pengangkut. Maka ekspeditur yang akan bertanggung jawab kepada pengirim tentang pengiriman barangnya.6

Ekspeditur memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pengiriman barang, karena ekspeditur bertindak sebagai perantara dalam memberikan jasa di bidang usaha ekspedisi muatan barang. Dengan menggunakan jasa ekspeditur, maka pengirim tidak perlu menghubungi langsung pihak pengangkut. Pihak pengirim barang hanya menyerahkan barang yang akan dikirim

4

Ibid, hal 1.

5

Ibid, hal 2.

6


(17)

4

kepada ekspeditur supaya diurus angkutannya, sedangkan pihak ekspeditur akan menghubungi pihak pengangkut untuk mengirimkan barang.

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang saat ini yang akrab dikenal masyarakat antara lain PT POS, PT Tiki, PT Pahala dan PT Tiki Jasa Nugraha Ekakurir (JNE). Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang dari tempat yang jauh membuat jasa ini menjadi sangat penting.

Salah satu perusahaan ekspedisi muatan pesawat udara adalah PT Tiki Jasa Nugraha Ekakurir selajutnya disingkat JNE. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1990 yang menyediakan beberapa jenis produk pengiriman barang. Pengirim dapat memilih jenis produk7 pengiriman barang yang ada pada perusahaan jasa ini. JNE menyediakan beberapa jenis paket pengiriman barang didasarkan pada lamanya paket barang yang akan kita kirimkan misalnya Paket Sangat Segera (Super Speed ) dengan jangka waktu kirim 1 (hari) kurang dari 24 jam selanjutnya disingkat SS, Paket Yakin Esok Sampai selanjutnya disingkat YES dengan jangka waktu kirim 1 (satu) hari maksimal 24 jam, atau Paket Regular selanjutnya disingkat REG dengan jangka waktu pengiriman antara 3-7 hari.

Peraturan mengenai pengangkutan Udara diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Kemudian diatur lebih lanjut pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab

7

Produk pengiriman barang yang sering digunakan antara lain Diplomat Service : digunakan untuk barang/dokumen yang sangat berharga dan rahasia sehingga tidak boleh diketahui oleh orang lain, maka penanganan diplomat service secara spesial; Super Speed/Sangat Segera (SS) : Layanan hari ini kirim, hari ini sampai artinya kiriman akan sampai ke penerima hari ini sebelum pukul 24.00; Yakin Esok Sampai (YES) : Layanan hari ini kirim besok sampai dengan waktu pengantaran maksimal 24.00; Reguler : Layanan ke seluruh kota/kabupaten/kecamatan di Indonesia; Ekonomis : Layanan ke seluruh kota/kabupaten/kecamatan di Indonesia dengan harga ekonomis. PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung, Agent Handbook cetakan ke 1, 2012, hal 5.


(18)

5

Pengangkut Angkutan Udara. Sebagai sumber pertama yang menjadi dasar hukum kegiatan ekspedisi diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang selanjutnya disingkat KUHD, yaitu Buku I Bab V mulai Pasal 86 sampai Pasal 99, dan Kitab Undang Undang Hukum Perdata selanjutnya disingkat KUHPdt Pasal 1320 yang mengatur tentang tentang perjanjian.

Terjadinya perjanjian antara pengangkut dan penghantar, penghantar dengan pengirim maupun dengan penerima maka lahirlah hak dan kewajiban8 diantara para pihak terkait. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan selamat. Kewajiban penghantar adalah mengirimkan barang dari pengirim melalui pengangkutan udara untuk diserahkan kepada penerima. Kewajiban pengirim adalah membayar biaya angkutan. Hak penerima adalah menerima barang yang telah dikirim oleh pengangkut dalam keadaaan baik dan layak dengan tepat waktu.

Kewajiban–kewajiban itu timbul karena adanya perjanjian. Perjanjian Ekspedisi yaitu perjanjian yang disepakati oleh pengirim dan ekspeditur, dan Perjanjian Pengangkutan yaitu perjanjian yang disepakati oleh ekspeditur dengan perusahaan pengangkutan. Dilihat dari perjanjiannya dengan pengirim, Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara adalah pihak dalam perjanjian pemberian kuasa (keagenan) yang mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut bagi

8

Hak dan kewajiban ini dapat timbul dalam hukum publik dan dapat pula dalam bidang hukum perdata. Hak dan kewajiban dalam bidang hukum perdata misalnya : 1. Jika dalam perjanjian tidak ditentukan tempat pembayaran, debitur wajib membayar di tempat tinggal kreditur. Jadi, hak kreditur dipenuhi di tempat tinggalnya ( Pasal 1393 ayat 2 KUHPdt). 2. Debitur wajib membayar wesel/cek kepada pemegangnya (kreditur) di tempat tinggal/ alamat debitur (Pasal 137 KUHD). Ini berarti kreditur (pemegang wesel/cek) harus datang ke kantor debitur (bank) untuk memperoleh pembayaran. Debitur (bank) hanya akan membayar di kantornya, bukan di tempat lain. 3. Debitur berhak menerima kredit dari kreditur (bank) di kantor kreditur (bank), demikian juga kewajiban membayar kredit dilakukan di kantor kreditur (bank). Abdulkadir Muhammad,


(19)

6

kepentingan pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar provisi (imbalan jasa) kepada Perusahaan Ekspedisi Muatan atas jasanya itu.9

Masalah yang timbul dan menjadi kendala dalam proses pengiriman barang terjadi karena adanya wanprestasi terhadap perjanjian pengiriman barang antara pengirim dengan ekspeditur. Salah satu contohnya adalah Bapak Chandra berdomisili di Bandar Lampung mengirimkan paket ke Jakarta akan tetapi selang beberapa waktu ternyata kiriman paket Bapak Chandra terlambat. Pengirim dan/atau penerima merasa dirugikan atas keterlambatan yang terjadi. Selain keterlambatan JNE juga sering tidak teliti dalam pengiriman barang yang mengakibatkan hilangnya paket barang, salah satunya adalah CV Mitra Teknik yang berdomisili di Bandar Lampung mengirimkan paket berupa dokumen ke Surabaya namun teryata paket dokumen hilang. Pihak JNE berjanji akan mengganti kerugian yang dialami baik terhadap keterlambatan maupun kehilangan.10

Pengirim dan/atau penerima merasa dirugikan atas keterlambatan atau kehilangan yang terjadi, karena itu dalam pelaksanaan perjanjian pengiriman barang, tidak selamanya berjalan secara lancar, adakalanya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannnya. Keterlambatan maupun kehilangan barang yang dikirim merupakan salah satu contoh dari bentuk wanprestasi terhadap perjanjian pengiriman barang sehingga pengirim dan atau penerima seringkali mengalami kerugian. Apabila kerugian–kerugian tersebut bersumber pada kesalahan dan/atau

9

Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal 80.

10

Sumber: Monthly Problems Shipments PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung tanggal 3 November 2012 dan 17 November 2012


(20)

7

kelalaian dari JNE maka kerugian itu merupakan tanggung jawab dari JNE yang harus dipenuhi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan mengggunakan judul Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara Atas Perjanjian Pengiriman Barang ( Studi Pada PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung).

B. Permasalahan dan Lingkup Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung ?

2. Bagaimanakah tanggung jawab JNE Cabang Bandar Lampung terhadap wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang ?

Ruang lingkup ini dibatasi pada ruang lingkup kajian dan ruang lingkup bidang ilmu.

1. Ruang lingkup kajian berkaitan dengan:

a. Prosedur pelaksanaan pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung;

b. Tanggung jawab JNE Cabang Bandar Lampung terhadap wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang.


(21)

8

2. Ruang lingkup bidang ilmu, penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup hukum perdata ekonomi (perusahaan) khususnya mengenai pengangkutan niaga.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan secara jelas mengenai :

1. Prosedur pelaksanaan pengiriman barang yang dilakukan oleh JNE Cabang Bandar Lampung;

2. Tanggung jawab JNE apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian pengiriman barang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian dan penulisan ini mempunyai dua aspek kegunaan, yakni kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pemikiran dalam upaya perkembangan secara teoritis disiplin ilmu, khususnya hukum ekonomi dan untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum yang berkenaan dengan pengangkutan niaga;

b. Hasil penulisan dan penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi awal guna untuk mengetahui lebih lanjut ketaatan penyelenggara jasa pengiriman barang pada JNE dalam memenuhi kewajiban mereka memberikan layanan kepada pelanggan.


(22)

9

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan peneliti di bidang ilmu hukum khususnya hukum pengangkutan niaga; b. Sebagai bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan


(23)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Ekspedisi

Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar sejumlah provisi kepada ekspeditur.1

Berdasarkan perjanjian ekspedisi yang telah dikemukakan di atas, unsur- unsur dari suatu perjanjian ekspedisi yaitu :

1. Ada pihak– pihak

Pihak-pihak dalam perjanjian ekspedisi adalah ekspeditur sebagai pihak yang mencarikan pengangkut dan pengirim sebagai pemilik barang;

2. Ada persetujuan dari pihak–pihak itu

Persetujuan dalam perjanjian ekspedisi adalah persetujuan untuk mencarikan pengangkut dalam rangka pengiriman barang;

3. Ada tujuan yang akan dicapai

Tujuan perjanjian ekspedisi bagi pengirim adalah barang yang dikirim selamat sampai tujuan. Sedangkan bagi ekspeditur adalah memperoleh keuntungan yang dibayar oleh pengirim agar perusahaannya dikenal oleh masyarakat luas;

4. Ada prestasi yang dilaksanakan

1


(24)

2

Kewajiban ekspeditur adalah mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim dan melaksanakan segala urusan pengiriman barang. Sedangkan Hak ekspeditur adalah menerima provisi dari pengirim. Kewajiban pengirim adalah membayar provisi kepada ekspeditur dan berhak mendapatkan angkutan yang baik untuk barang-barangnya. Sehingga pengiriman tersebut berjalan lancar;

5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan

Perjanjian ekspedisi tidak mengharuskan dilaksanakan tertulis, jadi dapat juga dilaksanakan secara lisan maupun tulisan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak.

Perjanjian ekspedisi yang dibuat oleh ekspeditur dengan pengirim barang harus tertuang dalam bentuk lisan maupun tulisan dan ada syarat–syarat tertentu sebagai isi pelaksanaan perjanjian. Isi perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan undang–undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Pasal 1320 KUHPdt menentukan bahwa perjanjian dianggap sah apabila memenuhi empat syarat, yaitu :2

a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua

2


(25)

3

syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.

Oleh karena itu dalam suatu perjanjian harus memenuhi keempat dari syarat tersebut, baik subjektif maupun objektif. Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Namun apabila syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.

Unsur pertama sahnya perjanjian adalah kesepakatan para pihak. Kesepakatan merupakan pangkal dari diadakannya perjanjian atau persetujuan. Perjanjian ekspedisi antara JNE dengan pengirim barang didasarkan atas kesepakatan atau persetujuan kehendak pihak-pihak, baik mengenai objek perjanjian maupun syarat-syarat perjanjian.

Sesuai dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam mengadakan suatu perjanjian, maka pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian bebas untuk menentukan syarat-syarat dan ketentuan sebagai isi perjanjian sejauh tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPdt). Demikian halnya dengan perjanjian ekspedisi, pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian mempunyai kemampuan yang bebas tersebut untuk mengadakan suatu perjanjian ekspedisi.

Adanya kesepakatan para pihak sebagai syarat pertama untuk syahnya perjanjian dianggap tidak sah jika perjanjian tersebut terjadi karena adanya paksaan atau


(26)

4

pemerasan (dwang), kehilafan atau kekeliruan (dwaling) dan penipuan (bedrug).3 Akibat hukum dari perbuatan itu adalah perjanjian tersebut dapat dimintai pembatalan oleh hakim. Jika pembatalan tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan, sepanjang tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan, perjanjian itu tetap berlaku bagi pihak-pihak.

Syarat kedua untuk sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPdt adalah kecakapan pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam hal ini berarti masing-masing pihak yang terkait dalam perjanjian harus menguasai pengetahuan dal hal-hal yang akan diatur dalam perjanjian.

Dalam hal ini pihak yang terlibat yaitu JNE sebagai ekspeditur yang merupakan sebuah perusahaan berbadan hukum dan pengirim barang (baik perorangan maupun badan hukum) harus cakap dan telah sesuai dengan syarat kedua yaitu cakap hukum untuk mengadakan suatu perjanjian.

Akibat hukum dari ketidakcakapan atau ketidak wenangan pihak dalam membuat perjanjian yang telah dibuat, maka dapat dimintakan pembatalan oleh hakim. Artinya bahwa perjanjian tersebut tetap berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya apabila pembatalan tersebut tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan.

Untuk syarat ketiga sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPdt yaitu suatu hal tertentu, Artinya dalam suatu perjanjian terdapat hal-hal yang diperjanjikan atau hal yang biasa disebut sebagai objek perjanjian. Objek tersebut

3


(27)

5

dapat berupa benda maupun suatu prestasi tertentu atau setidaknya dapat ditentukan, untuk menetapkan kewajiban dan hak kedua belah pihak apabila timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Apabila syarat ini tidak dipenuhi dalam perjanjian maka akibat hukumnya adalah perjanjian tersebut batal demi hukum.

Syarat keempat untuk syahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPdt adalah suatu sebab yang halal. Suatu perjanjian haruslah mengenai hal-hal yang baik atau halal apabila dilaksanakan tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan kesusilaan.4 Maka dengan kata lain, hal-hal yang diperjanjikan dalam perjanjian tersebut, baik isi maupun maksud dari tujuan perjanjian itu tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.

Perjanjian ekspedisi yang telah disepakati oleh JNE dengan pengirim barang, ditentukan juga bahwa barang muatan yang berbahaya, barang yang dilarang, barang-barang yang menurut peraturan dikenakan pembatasan, barang yang dapat menggangu stabilitas keamanan serta barang-barang yang bertentangan dengan kesusilaaan tidak akan diangkut.

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang menimbulkan suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya.5 Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak

4

Pasal 1337 KUHPdt.

5


(28)

6

melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.6 Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.7 Hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia mengenal beberapa asas, diantaranya adalah asas kebebasan berkontrak. Asas tersebut menjelaskan bahwa setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam, dan isi perjanjian sepanjang masih memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPdt, dan juga tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, serta kesusilaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 (1) KUHPdt. Ketentuan Pasal 1338 (1) KUHPdt ini menggambarkan bahwa Buku III KUHPdt bersifat terbuka.

Perjanjian yang dibuat antara JNE dengan pengirim barang disebut dengan perjanjian ekspedisi, sedangkan perjanjian antara JNE (ekspeditur) atas nama pengirim barang dengan pihak pengangkut disebut perjanjian pengangkutan. Ekspeditur mengikatkan diri melalui perjanjian untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim barang, dan pengirim barang mengikatkan dirinya untuk membayar sejumlah provisi kepada JNE.

B. Pihak Pihak Terkait dalam Pengiriman Barang 1. Pengirim

KUHD maupun KUHPdt tidak mengatur definisi pengirim secara umum. Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya

6

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Sumur Bandung : Jakarta, 1960), hal 9.

7


(29)

7

pengangkutan barang dan atas dasar itu berhak memperoleh pelayanan pengangkutan dari pengangkut.8 Pengirim adalah orang yang mengirim; orang yang menyampaikan9.

Pengirim dapat berstatus sebagai pemilik barang sendiri atau orang lain yang bertindak atas nama pemilik barang. Selain itu pengirim dapat juga berstatus sebagai penjual dalam perjanjian jual beli yang berkewajiban menyerahkan barang melalui jasa pengangkutan. Pengirim dapat juga berstatus sebagai manusia pribadi, perusahaan perseorangan atau sebagai perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum.

Berdasarkan uraian di atas, pengirim adalah pemilik barang yang memberikan kuasa kepada ekspeditur untuk menyelenggarakan urusan pengiriman barang dan bertindak sebagai pemegang dokumen angkutan serta membayar biaya pengiriman kepada ekspeditur.

2. Ekspeditur (PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung)

Ekspeditur adalah pengusaha yang menjalankan perusahaan persekutuan badan hukum dalam bidang usaha ekspedisi muatan barang.10 Sebagai perwakilan dari

8

Abdulkadir Muhammad, op. cit, hal 76.

9

http://kamusbahasaindonesia.org/pengirim diunduh Tanggal 27 Februari 2013, Pukul 09.22 WIB.

10


(30)

8

pengirim atau penerima barang, ekspeditur mengurus berbagai macam dokumen yang diperlukan guna memasukkan atau mengeluarkan barang.

Ekspeditur adalah seorang perantara yang bersedia untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi seorang pengirim.11 Ekspeditur adalah mereka yang berusaha menyelenggarakan angkutan orang lain atas nama sendiri atau tidak atas nama sendiri, bertanggung jawab atas pengiriman yang harus dilaksanakan sebaik mungkin dan segera dan atas mereka yang disuruhnya.12

JNE adalah sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang pengiriman barang yang didirikan pada tahun 1990. Apabila melihat kebelakang mengenai perkembangan usaha JNE, ternyata JNE sudah berusia puluhan tahun. Sejalan dengan perkembangan zaman, JNE juga ikut berkembang. Pada tahun 1993 JNE membangun jaringan domestik, dan mulai membuka cash counter di beberapa kota di Indonesia Pada tahun 1994. Perkembangan JNE Cabang Bandar Lampung sendiri berdiri pada tahun 2000 berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi, kemudian pada tahun 2003 berpindah lokasi di Jalan MS Batubara No.7, kemudian seiring berkembangnya operasional dan penjualan, pada tahun 2010 kantor berpindah ke Jalan Diponegoro No. 77 D.

3. Pengangkut

Pengangkut adalah Badan Usaha Angkutan Udara, pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga

11

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia / Hukum Pengangkutan,

(Djambatan : Jakarta, 1991) hal 12.

12

Tirtodiningrat, Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, (PT Pembangunan : Jakarta, 1984) hal 33.


(31)

9

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Tentang Penerbangan, dan/atau badan usaha selain Badan Usaha Angkutan Udara yang memuat kontrak perjanjian angkutan udara niaga.13

Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk meyelenggarakan pengangkutan orang atau barang.14 Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk mengangkut barang dan menerima bayaran dari pengirim. Pengangkut dapat melakukan pengiriman barang sendiri atau menunjuk pihak lain untuk mengangkut barang milik pengirim. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengangkut adalah perusahaan penerbangan yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengangkut barang.

4. Penerima Barang

Penerima barang adalah pihak yang dituju oleh pengirim barang, dapat berbentuk perusahaan maupun perorangan yang telah mengadakan perjanjian jual beli atau kepentingan lainnya.

Dalam KUHD tidak terdapat definisi secara umum mengenai penerima barang. Dilihat dari perjanjian ekspedisi, penerima barang adalah pihak yang tidak mengikatkan diri pada pengangkut, tetapi dapat saja telah mengadakan perjanjian dengan pengirim barang.

13

Pasal 1 Angka (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

14


(32)

10

Penerima adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :15

1. Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang; 2. Dibuktikan dengan penguasaan dokumen angkutan ;

3. Membayar atau tanpa membayar biaya angkutan.

Penerima adalah pihak yang dapat diketahui dari dokumen perjanjian. Selain itu dari dokumen pengangkut juga dapat diketahui bahwa penerima adalah sebagai pihak ketiga yang berkepentingan, penerima juga adalah pihak yang memperoleh kuasa (hak) untuk menerima barang yang dikirimkan kepadanya.

C. Objek Pengiriman Barang

Objek adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujan.16 Objek hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan objek pengiriman dan pengangkutan barang adalah barang muatan, alat pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak – pihak terkait.

1. Barang Muatan

Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh undang–undang. Barang muatan pada JNE dibedakan atas 4 (empat) jenis berdasarkan sifat dan karakteristiknya :

15

Abdulkadir Muhammad, op.cit. hal 77.

16

Ibid hal 59.


(33)

11

a. Barang/Kiriman biasa;

b. Barang/ kiriman HVS (Hight Value Shipment)17 tapi tidak mudah rusak, contoh : dokumen berharga, STNK, pakaian yang harganya mahal, dsb; c. Barang/ Kiriman bukan HVS (Hight Value Shipment) tapi mudah rusak,

contoh : gelas, piring,cairan bernilai rendah;

d. Barang/ kiriman HVS (Hight Value Shipment) dan mudah rusak, contoh : elektronik mahal;

Pemuatan barang HVS atau High Value Shipment selanjutnya disingkat menjadi HVS perlu dilakukan dengan teliti, hati-hati dan tidak dicampur dengan barang- barang biasa. Pengiriman barang HVS harus diberitahukan dengan rinci kepada ekspeditur, sebab ekspeditur dan pengangkut tidak bertanggungjawab atas kerugian yang timbul akibat kelalaian pengirim.

2. Biaya Pengiriman

Dalam perjanjian ekspedisi biaya pengiriman termasuk juga di dalamnya biaya pengangkutan yang harus dibayarkan kepada pengangkut, adalah biaya kontrak prestasi terhadap penyelenggaraan urusan pengiriman barang yang dibayar oleh pengirim kepada ekspeditur.

Perhitungan jumlah biaya angkutan ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut:18

17

Yang dimaksud HVS ( Hight Value Shipment) adalah : 1. Jika nilai/ harganya lebih besar dibandingkan dengan ongkos 10 kali dengan ongkos kirimnya. 2.Dokumen – dokumen yang dianggap berharga. PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung, Agent Handbook cetakan ke 1, 2012, hal 10.

18


(34)

12

1. Jenis angkutan, yaitu angkutan darat, perairan, dan udara. Setiap jenis angkutan tarif biaya angkutan berbeda ;

2. Jenis alat angkut, yaitu kereta api, bus, truck, kapal dan pesawat udara pelayanan dan penikmatanya berbeda sehingga berbeda pula biaya angkutan; 3. Jarak angkutan, jauh dekatnya angkutan menentukan juga tarif biaya

angkutan ;

4. Waktu angkutan, yaitu cepat atau lambat menentukan besar atau kecil biaya angkutan;

Sifat muatan, yaitu berbahaya, mudah rusak, mudah pecah, mudah terbakar, mudah meledak, resiko kerugian lebih besar demikian menentukan besar pula biaya tarif angkutan.

Biaya angkutan telah disepakati dalam perjanjian ekspedisi dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim. Sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar sejumlah prestasi kepada ekspeditur atas jasa pelayanan yang telah dilakukan oleh ekspeditur dalam proses pengiriman barang.

3. Dokumen Pengiriman Barang

Dokumen merupakan suatu identitas dari barang-barang yang dikirim. Dalam proses pengiriman barang dari pengirim sampai ke bandara, diperlukan dokumen-dokumen yang harus diurus oleh JNE. Dokumen-dokumen-dokumen itu adalah:


(35)

13

a.Tanda Terima Pengiriman Barang.

Dokumen ini memuat tentang informasi barang, tujuan serta biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman barang termasuk biaya pengangkutan maupun asuransi. Dokumen ini juga dilengkapi syarat-syarat standar pengiriman barang yang memuat hak dan kewajiban pengirim dan JNE. Dokumen ini menjadi suatu tanda bukti bahwa telah terjadi kesepakatan antara pengirm dengan JNE untuk mengadakan pengiriman barang.

b.Airway bill

Airway bill yaitu dokumen penting untuk pengangkutan barang yang berfungsi sebagai tanda bukti penerimaan barang oleh pengangkut sebagai tanda bukti untuk di angkut, atau sebagai faktur /kwitansi biaya pengangkutan sebagai surat muatan udara.19

D. Tanggung Jawab JNE

Ekspeditur bertanggung jawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan oleh pengirim untuk menyelenggarakan pengiriman selekas-lekasnya dengan rapi pada barang-barang yang telah diterimanya dari pengirim, mengindahkan segala upaya

19

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A Junaidi Kepala Bagian Operasional JNE Cabang Bandar Lampung, Tanggal 24 April 2013, Pukul 14.00 WIB.


(36)

14

untuk menjamin keselamatan barang-barang tersebut.20 Dalam perjanjian ekspedisi, JNE bertanggung jawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan pengirim kepadanya untuk menyelenggarakan pengiriman. Tanggung jawab JNE berhenti pada saat barang-barang dari pengirim telah diterima oleh pihak bandara, dan berlanjut kembali pada saat pihak bandara menyerahkan kembali kepada pihak JNE cabang kota tujuan.

JNE berusaha untuk membatasi tanggung jawabnya sekecil mungkin, yaitu hanya bertanggung jawab terhadap kerusakan-kerusakan dan kerugian sebagai akibat kesalahan-kesalahan atau kurang kehati-hatiannya, sehingga apabila kerusakan atau kerugian itu dilakukan oleh pihak pengangkut, JNE tidak bertanggung jawab.

Dalam hal ini JNE berkewajiban meneliti apakah barang-barang sebelum penyerahan kepada pihak pengangkut semuanya dalam keadaan baik, sehingga apabila terjadi kerusakan barang yang diangkut, maka JNE bebas dari pertanggungjawaban. Terhadap pengangkut yang terbukti melakukan kesalahan dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi, JNE memiliki hak untuk menuntut kompensasi.

Tanggung Jawab adalah kewajiban yang harus dipenuhi sebagai realisasi dari perjanjian yang telah disepakati sebagai prestasi. Untuk mewujudkan prestasi, perlu ada tanggung jawab, disamping terdapat kewajiban berprestai, perlu juga di imbangi dengan rasa tanggung jawab. Tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam perjanjian maka dapat dikatakan wanprestasi. Wanprestasi artinya tidak

20


(37)

15

memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan.21 Wanprestasi dapat berupa 4 (empat) macam yaitu :22

a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c. melakukan apa yang dijanjikamnya tetapi terlambat;

d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Akibat hukum karena wanprestasi adalah sanksi hukuman sebagai berikut :23 a. membayar ganti kerugian;

b. pembatalan perjanjian; c. peralihan resiko;

d. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan pengadilan.

21

Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur yang menyebabkan wanprestasi disebabkan oleh dua hal yaitu: 1. Karena kesalahan debitur, baik sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun karena kelalalaian. 2. Karena keadaan memaksa (overmacht) force majeure, jadi diluar kemampuan debitur.. Abdulkadir Muhammad, op cit. hal 203.

22

Subekti Op.cit, hal 45

23


(38)

16

E. Kerangka Fikir

Berdasarkan bagan di atas, maka dapat diuraikan kerangka pikir sebagai berikut: Berkembang pesatnya transportasi udara di Indonesia yang sedemikian pesat mendorong pemerintah untuk memperbarui peraturan di bidang penerbangan dengan memperbarui Undang Undang Penerbangan dengan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan selanjutnya menjadi dasar dibuatnya peraturan-peraturan lebih khusus mengenai pengangkutan angkutan udara dengan menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Pengangkutan Angkutan Udara

JNE Cabang Bandar Lampung Pengirim

Perjanjian pengiriman barang

Prosedur pelaksanaan pengiriman barang

Terlaksana Tidak Terlaksana

hak-hak pengirim barang (Wanprestasi)


(39)

17

JNE adalah sebuah perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara yang melayani jasa pengiriman barang yang berkewajiban mengirimkan barang dari pengirim melalui pengangkutan udara untuk diserahkan kepada penerima. Kewajiban JNE timbul karena adanya kesepakatan dalam peranjian pengiriman barang dengan pengirim. Sejak disepakati perjanjian Ekspedisi maka para pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. JNE sepakat mengurus dan melaksanakan pekerjaan mengangkut barang dari gudang ekspeditur ke bandara. Pengirim barang sepakat membayar provisi kepada ekspeditur. Apabila para pihak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dengan baik maka perjanjian itu berakhir.

Tanggung jawab JNE harus dipenuhi apabila terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian dan tidak melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ekspedisi sehingga terjadi keterlambatan, kehilangan atau kerusakan barang yang telah diserahkan kepadanya, sehingga mengakibatkan kerugian bagi pengirim dan/atau penerima, maka JNE bertanggungjawab mengganti kerugian yang diderita oleh pengirim dan/ atau penerima barang, kecuali JNE dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut tidak disebabkan karena kesalahan pihaknya.


(40)

1

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem tertentu, metodologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu dan konsistensi berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu.1 Penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penilitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.2

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan fokus kajiannya, penelitian hukum dibagi menjadi 3 (jenis) yaitu penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris (normatif-terapan) penelitian hukum empiris.

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti : Bandung, 2004) hal 2.

.

2


(41)

2

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif–empiris ,yang dilakukan dengan cara meneliti dan mengkaji bahan hukum tertulis dari berbagai aspek bahan pustaka dan peraturan hukum (undang-undang dan perjanjian) secara in action pada peristiwa hukum tertentu yang terjadi di dalam masyarakat. Maka penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan berlandaskan pada peraturan-peraturan tertulis yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, serta Perjanjian Ekspedisi.

B. Tipe penilitian

Tipe penelitian dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu tipe penelitian hukum eksplaratori, tipe penelitian hukum deskriptif, dan tipe penelitian eksplanatori.3 Tipe penelitian eksplaratori bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Tipe penelitian deskriptif bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu. Sedangkan tipe penelitian eksplanatori bersifat penjelasan dan bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada.

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif., maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) yang jelas, rinci, dan sistematis mengenai tanggung jawab perusahaan ekspedisi muatan pesawat udara terhadap wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang JNE Cabang Bandar Lampung.

3


(42)

3

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah adalah suatu proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.4 Pendekatan Masalah yang digunakan untuk menguraikan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis. Dilakukan dengan cara menelaah berbagai peraturan-peraturan yang berkaitan dengan judul yang diambil diantaranya KUHPdt, KUHD, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, Perjanjian Ekspedisi, kemudian dikaji keberlakuannya secara nyata, sehingga dipahami fakta yuridis hasil penerapan tersebut.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan atau objek penelitian. Maka peneliti akan melakukan wawancara langsung untuk mendukung data yang diperoleh;

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data sekunder terdiri dari:

4


(43)

4

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari berbagai peraturan, undang-undang , dan peraturan-peraturan.

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt); 2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD);

3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan ;

4) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

5) Perjanjian Ekspedisi.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu menjabarkan dan menjelaskan lebih lanjut bahan hukum primer yang mencakup hasil penelitian, buku-buku literatur hukum.

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka tata cara pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi pustaka, studi dokumen, dan studi catatan hukum.5 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian, dilakukan dengan cara mempelajari,membaca, mencatat, dan memahami berbagai peraturan yang berkaitan dengan pokok bahasan. Studi kepustakaan juga dilakukan dengan melalui pencarian beberapa sumber data, seperti katalog perpustakaan dan media internet;

5


(44)

5

2. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan mengakaji perjanjian pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung;

3. Wawancara

Wawancara merupakan data pendukung yang diperoleh dari lapangan. Wawancara dilakukan untuk memperjelas data sekunder mengenai tata cara penyelesaian atas kesalahan pihak penyelenggara jasa pengiriman barang. Wawancara dilakukan kepada pihak penyelenggara jasa pengiriman barang yaitu pada PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung diwakili oleh Bapak Syarifudin S,Ag, bagian Marketing dan Bapak Ade Bagian Costumer Service, dan Bapak A. Junaidi bagian operasional. Wawancara selalu diarahkan pada fokus tertentu saja yaitu mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap perjanjian ekspedisi.

Pemilihan wawancara terhadap para narasumber menggunakan pedoman wawancara terstruktur yang terdiri dari beberapa pertanyaan pokok. Pada pelaksanaannya pertanyaan ini kemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

F. Pengolahan Data

Setelah terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut 1. Seleksi data, yaitu mengidentifikasi apakah data yang diperoleh sudah cukup

lengkap, sudah benar, sudah sesuai dengan masalah;

2. Klasifikasi data, dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang dibahas;


(45)

6

3. Sistematika data, yaitu penyusunan data secara sistematis sesuai dengan pokok bahasan sehingga mempermudah dilakukan analisis data.

G. Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, dilakukan analisis data secara kualitatif. Data disusun dalam bentuk kalimat yang jelas secara sistematis. Kemudian dilakukan pembahasan untuk memperoleh suatu kesimpulan yang akurat untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.


(46)

V.PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan perjanjian ekspedisi maka prosedur pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu, tahapan transaksi, tahapan pengepakan dan penyimpanan sementara, dan tahapan operasional. Perjanjian ekspedisi diyatakan secara lisan dan dibuktikan dengan dokumen berupa tanda terima pengiriman barang yang dibuat secara baku oleh JNE. Dalam dokumen tersebut,mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak terkait. Dengan demikian, perjanjian ekspedisi antara JNE dengan pengirim barang adalah sah karena telah memenuhi isi pasal 1320 KUHPdt.

2. JNE bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas keterlambatan, kerusakan, maupun kehilangan terhadap barang kiriman. Apabila JNE terbukti melakukan kelalaian berdasarkan service yang digunakan, dan nilai barang yang dikirim. Apabila kiriman barang menggunakan service SS, atau YES maka JNE bertanggung jawab untuk mengembalikan ongkos kirim yang digunakan. Apabila barang kiriman masuk dalam kategori HVS tetapi tidak diasuransikan, maka JNE bertanggung jawab untuk mengganti kerugian dengan nilai 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman dari service yang digunakan. Apabila barang kiriman termasuk dalam kategori HVS dan diasuransikan, maka JNE bertanggung jawab untuk menganti kerugian sejumlah harga


(47)

barang tersebut atau sejumlah harga penerbitan kembali apabila barang kiriman berupa dokumen.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya dibuat suatu peraturan khusus dari pemerintah yang mengatur tentang Ekspedisi Muatan Pesawat Udara. Sehingga kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses ekspedisi tertulis secara jelas. 2. Hendaknya pengirim barang memenuhi kewajiban yaitu memberikan

informasi yang benar atas barang yang akan dikirim. Hal ini diperlukan untuk mejamin keamanan barang, karena JNE tidak bertanggung jawab terhadap kiriman yang isinya tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku – Buku

Muhammad. Abdulkadir. 1990. Hukum Perikatan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

____________________. 2000. Hukum Perdata Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

____________________. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

____________________. 2006. Hukum Perusahaan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

____________________. 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Purwositjipto. 1991. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan. Jakarta

Soerjono. Soekanto. 1990. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers. Jakarta. Soemadiningrat. Otje S. 2009. Filsafat Hukum. Refika Aditama. Bandung. Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Intermasa. Jakarta

Tjakranegara. Soegijatna. 1995 Hukum Perngangkutan Barang dan Penumpang,

Rineka Cipta. Jakarta

Tirtodiningrat. 1984. Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang. PT Pembangunan. Jakarta.


(49)

B. Hukum Perundang – Undangan

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Kitab Undang – Undang Hukum Dagang

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Pengangkutan

Angkutan Udara

C. Website

www. kamusbahasaindonesia.org www. wikipedia.org


(1)

5

2. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan mengakaji perjanjian pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung;

3. Wawancara

Wawancara merupakan data pendukung yang diperoleh dari lapangan. Wawancara dilakukan untuk memperjelas data sekunder mengenai tata cara penyelesaian atas kesalahan pihak penyelenggara jasa pengiriman barang. Wawancara dilakukan kepada pihak penyelenggara jasa pengiriman barang yaitu pada PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung diwakili oleh Bapak Syarifudin S,Ag, bagian Marketing dan Bapak Ade Bagian Costumer Service, dan Bapak A. Junaidi bagian operasional. Wawancara selalu diarahkan pada fokus tertentu saja yaitu mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap perjanjian ekspedisi.

Pemilihan wawancara terhadap para narasumber menggunakan pedoman wawancara terstruktur yang terdiri dari beberapa pertanyaan pokok. Pada pelaksanaannya pertanyaan ini kemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

F. Pengolahan Data

Setelah terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut 1. Seleksi data, yaitu mengidentifikasi apakah data yang diperoleh sudah cukup

lengkap, sudah benar, sudah sesuai dengan masalah;

2. Klasifikasi data, dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang dibahas;


(2)

6

3. Sistematika data, yaitu penyusunan data secara sistematis sesuai dengan pokok bahasan sehingga mempermudah dilakukan analisis data.

G. Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, dilakukan analisis data secara kualitatif. Data disusun dalam bentuk kalimat yang jelas secara sistematis. Kemudian dilakukan pembahasan untuk memperoleh suatu kesimpulan yang akurat untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.


(3)

V.PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan perjanjian ekspedisi maka prosedur pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu, tahapan transaksi, tahapan pengepakan dan penyimpanan sementara, dan tahapan operasional. Perjanjian ekspedisi diyatakan secara lisan dan dibuktikan dengan dokumen berupa tanda terima pengiriman barang yang dibuat secara baku oleh JNE. Dalam dokumen tersebut,mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak terkait. Dengan demikian, perjanjian ekspedisi antara JNE dengan pengirim barang adalah sah karena telah memenuhi isi pasal 1320 KUHPdt.

2. JNE bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas keterlambatan, kerusakan, maupun kehilangan terhadap barang kiriman. Apabila JNE terbukti melakukan kelalaian berdasarkan service yang digunakan, dan nilai barang yang dikirim. Apabila kiriman barang menggunakan service SS, atau YES maka JNE bertanggung jawab untuk mengembalikan ongkos kirim yang digunakan. Apabila barang kiriman masuk dalam kategori HVS tetapi tidak diasuransikan, maka JNE bertanggung jawab untuk mengganti kerugian dengan nilai 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman dari service yang digunakan. Apabila barang kiriman termasuk dalam kategori HVS dan diasuransikan, maka JNE bertanggung jawab untuk menganti kerugian sejumlah harga


(4)

barang tersebut atau sejumlah harga penerbitan kembali apabila barang kiriman berupa dokumen.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya dibuat suatu peraturan khusus dari pemerintah yang mengatur tentang Ekspedisi Muatan Pesawat Udara. Sehingga kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses ekspedisi tertulis secara jelas. 2. Hendaknya pengirim barang memenuhi kewajiban yaitu memberikan

informasi yang benar atas barang yang akan dikirim. Hal ini diperlukan untuk mejamin keamanan barang, karena JNE tidak bertanggung jawab terhadap kiriman yang isinya tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku – Buku

Muhammad. Abdulkadir. 1990. Hukum Perikatan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

____________________. 2000. Hukum Perdata Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

____________________. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

____________________. 2006. Hukum Perusahaan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

____________________. 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Purwositjipto. 1991. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan. Jakarta

Soerjono. Soekanto. 1990. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers. Jakarta. Soemadiningrat. Otje S. 2009. Filsafat Hukum. Refika Aditama. Bandung. Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Intermasa. Jakarta

Tjakranegara. Soegijatna. 1995 Hukum Perngangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta. Jakarta

Tirtodiningrat. 1984. Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang. PT Pembangunan. Jakarta.


(6)

B. Hukum Perundang – Undangan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Kitab Undang – Undang Hukum Dagang

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Pengangkutan

Angkutan Udara

C. Website

www. kamusbahasaindonesia.org www. wikipedia.org


Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT Angkasa Pura II (Persero) Medan)

4 62 92

Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian yang Menyebabkan Rusak atau Hilangnya Barang Pengiriman Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus PT. Tiki Cabang Gelugur Medan)

22 172 102

Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Orang Dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

3 143 98

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Tangung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang

8 74 126

Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Barang Terhadap Barang Kiriman Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi Pada Perusahaan Angkutan CV. Sempurna)

0 39 85

Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarder) Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut (Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan)

24 292 106

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Atas Perbuatan Agen Terhadap Klaim Dari Tertanggung (Kajian Khusus Pada Perusahaan Asuransi Jiwa)

0 38 134

TANGGUNG JAWAB PT. TIKI JNE DALAM PENGIRIMAN BARANG TERHADAP KONSUMENNYA (Studi pada PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR Cab. Bandar Lampung)

2 31 69

TANGGUNG JAWAB PT.TIKI JNE DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG YANG TELAH DIBELI SECARA ONLINE SHOP (Studi Di PT.Tiki JNE Cabang Mataram) - Repository UNRAM

0 0 18