LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA PERCOBAAN KE (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA

PERCOBAAN KE 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata )

Nama

: Meta Yusti Rahmawati

NIM

: 1606067032

Kelompok

: 1 B / 4A

Hari, TanggalPraktikum

: Senin, 07 Mei 2018


DosenPembimbing

: Ibu Dian Ratna Rianti M.Sc.,Apt

LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASIINDONESIAYOGYAKARTA
2018

HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Praktikum Fitokimia Percobaan Ke 3 dengan Judul Isolasi Flavonoid dari Temu
Kunci (Boesenbergia pandurata) adalah benar sesuai dengan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri berdasarkan data hasil praktikum yang telah
dilakukan.

DosenPembimbing,

Yogyakarta,07 Mei 2018
Mahasiswa,


.............................................
Ibu Dian Ratna Rianti M.Sc.,Apt

………………………………….
Meta Yusti Rahmawati

Data Laporan (DiisidandiparafolehDosen/Laboran/Asisten)
Hari, TanggalPraktikum
Hari, TanggalPengumpulanLaporan
Senin, 28 mei 2018
Senin, 07 mei 2018

NilaiLaporan (DiisiolehDosen)

No.
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

AspekPenilaian
Ketepatanwaktupengumpulan (10)
Kesesuaianlaporandengan format (5)
Kelengkapandasar teori (15)
Skematis Kerja (10)
Penyajian hasil (15)
Pembahasan (20)
Kesimpulan (10)
Penulisan daftar pustaka (5)
Upload data via blog/wordpress/scribd/academia.edu
(10)
TOTAL

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA


Nilai

PERCOBAAN 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI
( Boesenbergia pandurata )

I.

TUJUAN
Mahasiswa mengetahui langkah – langkah isolasi, mampu melakukan isolasi
pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.

II.

DASAR TEORI
Temu kunci adalah sejenis rempah – rempah yang banyak digunakan dalam
bumbu berbagai masakan. Dari hasil penelitian, temu kunci diketahui mengandung
banyak minyak atsiri antara lain : sineol, camfel, d-borneol, d-pinen seskuiterpene,
zingiberen, kurkumin, zedoarin. Rimpang temu kunci merupakan tanaman yang kaya

akan senyawa flaunoid dan fenolik selain minyak atsiri (syamsuhidayat dan hutapea,
1991;Nihiati dkk.2008) . Temu kunci berkhasiat sebagai antitumor, antijamur, anti
inflamasi (purwoko,dkk-2010), antivirus, antioksidan (chayadi dkk,2014).
Pinostrobin merupakan senyawa flauonoid yang terdapat pada tanaman temu
kunci ( Hyun dkk. 2006.). Pinostrobin merupakan flauonoid utama dalam temu kunci
(Anonim, 2010). Dengan banyaknya manfaat dan kegunaan pinostrobin, maka perlu
dilakukan ekstraksi untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar pinostrobin yang
nantinya, digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi. Identifikasi
pinostrobindilakukan

dengan

maserasi

menggunakan

pelarut

washbensin


dan

direkristalisasi menggunakan metanol dingin. Lalu dimurnikan menggunakan KLT,
pengukuran jarak lebur dan HPLC. (Karyantini,2008)
Maserasi merupakan metode yang paling sederhana dalam isolasi flauonoid yang
berarti merendam. Dalam maserasi tidak ada batas pelarut. Catatan jika menggunakan
metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak dikhawatirkan akan ada
simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi dilakukan secara berulang dengan
memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau diperas,
selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama
dengan warna pelarut.
KLT preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam jumlah gram,
namun sebagian besar pemakaian

hanya dalam jumlah miligram (karyantini, 2008)

seperti halnya KLT secara umum, KLT preparatif juga melibatkan fase diam dan fase
gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi.
Untuk jumlah sampel 10 - 100 mg, dapat dipisahkan dengan menggunakan KLT
preparatif dengan adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20 x 20 tebal

1 mm, adsorben yang paling umum digunakan pada KLT preparatif adalah silika gel
(kristanti, 2008)
Kelebihan dari penggunaan KLT preparatif adalah biaya yang digunakan murah
dan memakai peralatan paling dasar. Kekurangannya adanya kemungkinan senyawa yang
diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan dalam proses

pemisahan cukup panjang, adanya pencemar setelah proses ekstraksi-ekstraksi senyawa
dari adsorben dan biasanya rendemen yang diperoleh berkurang dari 40% - 50% dari
bahan awal (kristanti, 2008)
Fenomena yang terjadi pada kromatografi lapis tipis (KLT) adalah berdasarkan
pada prinsip adsorpsi. Setelah sampel ditotolkan diatas fasa diam, senyawa-senyawa
dalam sampel akan terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat
senyawa-senyawa tersebut(kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan larut
dalam fasa gerak), sifat fasa diam (kekuatan elektrostatis yang menarik senyawa diatas
fasa diam) dan sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan senyawa). Pada KLT, secara
umum senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat
daripada senyawa-senyawa polar karena senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan
silikan yang mengandung silanol (SiOH2) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang
kuat terhadap senyawa polar (Kristanti dkk,2008).


III.

ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Seperangkat alat maserasi
2. Seperangkat alat KLT
3. Beaker glass
4. Stirer
5. Rotavapour
6. Cawan porselin
Bahan
1.
2.
3.
4.

IV.

Simplisia temukunci
Etanol, etil asetat

Heksan
Standar pinostrobin

Cara kerja
Rimpang Temu Kunci 100 gr yang telah dihluskan
200 ml etanol
Masukkan dalam beker glass 500 ml
Aduk 1 jam menggunakan stirer
(proses pelarutan menggunakn pelarut)

Disaring

Dikumpulkan ,di uapkan dengan rotavapour hingga volume +- 10 ml

Dikumpulkan (cawan porselin)
b. Isolasi dengan KLT Preparatif
Ekstrak (yang sudah kental)
1.ditotolkan pada plat silika GF 254 (panjang 5 x 10 cm) 10 tts
penjenuhan chumber dgn eluen (fase gerak)
dikembangkan(


etil asetat : hexsan 4;1)

deteksi dgn lampu UV 366nm
bercak dengan pita ditanda

dikerok ,dilarutkan dgn etanol
diuapkan
c. idenifikasi
padatan

larutkan dengan etanol

larutan (analisi kualitatif dengan KLT)

a. Fase diam silika gel 254
b. Fase gerak etil asetat ; heksane = 1;4
c. Cuplikan larutan dgn pembanding pinostrobin dalam
etanol
d. Deteksi UV 366

Bandingan dengan harga RF standar pinostrobin

Hasil RF

LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
Jl Veteran Gg Jambu Kebrokan Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta, telp
(0274)370458
Website : www.afi.ac.id Email :info@afi.ac.id /afijogya@yahoo.com

VII.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
P. 3 ISOLASI FLAVONOID PADA TEMU KUNCI (boesenbergia pandurata)

NAMA

: meta yusti rahma wati

NIM

:1606067032

KELOMPOK

:b1 /a5

DOSEN PEMBIMBING

:Ibu Dian Ratna Rianti M.Sc.,Apt

HARI ,TANGGAL

: senin, 07 mei 2018

Nama simplisia

: Temu kunci

Metode ekstraksi

: maserasi, sokletasi

Jumlah Pelarut yang diperlukan :200 ml etanol
Jumlah siklus

:ekstraksi , isolasi, idenifikasi KLT

Rendemen Ekstrak

:

Pemerian ekstrak
Aroma

: Bau khas , aromatik

Warna

: coklat, kekuningan

Bentuk / Tekstur

:serbuk

Hasil pengamatan dengan kromatografi
Fase diam

: silika GF 254

Fase gerak

:etil asetat heksan 1 : 4 x 2

Pembanding

:lar sampel + pembanding pinostrobin dalam etanol

Deteksi
Sinar tampak

UV 254

UV366

Rf :

Rf :

Rf :

RF : RF = jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Jarak yang ditempuh pelarut
4.7
8
= 0.5875

Yogyakarta, 07 mei 2018
Dosen Pembimbing

Laboran

Mahasiswa

Ibu Dian Ratna Rianti M.Sc.,Apt

V.

(................................)

Meta yusti rahmawati

PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, praktikan mempelajari mengenai isolasi
flauonoid dari temu kunci ( boesenbergia pandurata).
Klasifikasi temu kunci :
Nama Tumbuhan
Nama ilmiah : boesenbergia pandurata
Divisi
: magnoliophita
Kelas
: liliopsida
Ordo
: zingiherales
Familia
: zingiberaceae
Tanaman ini diperbanyak dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (
tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas ) dan penanaman dilakukan pada jarak
tanam 3000 cm. Manfaat tanaman ini adalah peluruh dahak, peluruh kentut, bumbu
masak, pemacu ASI.
Dalam proses praktikum dilakukan pemisahan senyawa dengan cara isolasi.
Isolasi memiliki arti memisahkan sebuah senyawa yang telah tercampur agar bisa
menghasilkan senyawa yang tunggal. Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif
terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponenkomponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap
adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan
kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Proses ekstraksi dalam tanaman (zat
aktif) yaitu pelarut organik menembus membran atas dinding sel dan masuk ke dalam inti
atau rongga sel kemudian larut dengan zat aktif dan berdifusi dan memiliki konsentrasi di
luar dan di dalam sel .
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini didasarkan
pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prosesnya
adalah sebagai berikut : pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terelarut sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel (Sudjadi, 1986).
Proses ekstraksi berlangsung dengan menerapkan prinsip sokhletasi. Terjadinya
proses sokhletasi diawali dengan pemanasan pelarut etanol dalam labu bundar sehingga
menguap dan didinginkan menggunakan kondensor sehingga jatuh menjadi cairan ke
temu kunci untuk mearutkan zat aktif di dalam lada tersebut. Apabila cairan telah
mencapai permukaan sifon maka seluruh cairan pelarut etanol yang membawa zat aktif di

di dalam temu kunci akan keluar melalui pipa kecil menuju labu bundar, sehinggga
terjadilah satu kali sirkulasi. Proses ini terjadi secara kontinyu.
Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih,atau suatu gula,
flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoidcukup larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetil-sulfoksida, dimetilformamida, air.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi
dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak inidikocok dengan
eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena ituwarnanya berubah bila
ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram atau dalam
larutan (Harborne, 1987 : 70).
Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetic
senyawa senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1.

Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.

2.

Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.

Larutan alkoholis yand diperoleh dari isolasi dipekatkan hingga volumenya
tinggal setengahnya, tujuannya untuk mmenguapkan etanol. Selanjutnya larutan direfluks
yang bertujuan untuk menguapkan sisa-sisa etanol dan agar terjadi reaksi degradasi
secara sempurna.Tujuan mendapatkn identitas noda dengan harga RF untuk mencari
pelarut identifikai flavonoid secara kromatografi dan isolasi flavonoid murni skala
kecil.Dari hasil dicari harga RF pada KLT preparatif yaitu
RF = jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Jarak yang ditempuh pelarut
4.7
8
= 0.5875
Pada hasil akhir diperoleh kristal berwarna kuning .Hal ini telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa kristal flavonoid berwarna kuning ,dari hasil warna kuning
yang tampak tidak terlalu terang .Hasil yang diperoleh pada KLT setelah kristalisasi
hanya di dpat sedikit noda setelah diamati dengan UV.Pada saat diamati senyawa polar
akan mudh ter elusi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang bersifat
non polar.Hasil yang diperoleh solute tidak mengalami adsorbsi dan eluen tidak terjadi
elusi ,sehinnga tidak di dapat elusi dan jarak tempuh.Pengunaan pelarut digunakan
alcohol 70 %,setelah pengerokan dan setelah terjadi kristalisasi,digunakan alcohol 70 %
sampai bahan terlarut semua.Pada pelarut 70 % mengandung air sebnyak 0 % sedangkan
etil alcohol 70 %.Alcohol ini bersifat hidrofilik yaitu suka air.Pada alcohol 96%
kandungan air sedikit sehinnga dapat mempermudah menguapnya campuran sehinngga di
dapat larutan yang polar dan mudah ter elusi .Pada alcohol 70% tidak terjadi elusi
dikarenakan senyawa melekat pada silika gel ,maka tidak didapatkan hasil akhir dari
perhitungan RF akhir.

VIII. Kesimpulan
Setelah praktikum percobaan 3 dengan judul percobaan Isolasi Flavonoid dari
Temu Kunci ,praktikan dapat mengetahui langkah langkah isolasi,mampu melakukan
isolasi pinostrobin dari temu kunci dan dapat mengidentifikasi isolat yang
diperoleh,mampu menentukan Rf pada perrcobaan menngunakan KLT.
IX. Daftar Pustaka
http ://repostory.unair.ac.id/10322/&hl.id.id.penetapan parameter standar rimpang
temukunci ekstrak. Diakses 20 mei 2018.
Sudjadi, Drs., 1986, “Metode Pemisahan”, UGM Press, Yogyakarta.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia :Penuntun cara modern menganalisa
tumbuhan. PALMedia creative pro: Bandung diakses 20 mei 2018
Karyantin.v.a.d.w.2008.senyawa penanda analitik ari rimpang temu kunci
.skripsi.university.UGM.Yogyakarta
Anonim.2015 .Temu Kunci ,CRRC,Fakultas

Farmasi

,http//CCTC.farmasi .Ugm .ac.id/ diakses 20 mei 2018

LAMPIRAN
1. Pengdukan menggunakan stirer

2. Setelah Penyaringan

3. Pengambilan ekstrak dengan sokletasi

4. Pengamatan menggunakan UV 366 tampak noda
(KLT Preparatif )

Ugm

Yogyakarta

5. Hasil Pemurnian didapar warna kuning yang tidak terlalu tampak pada
sekeliling warna ungu