Pemberantasan Korupsi di pengadilan Singapura

PEMBERANTASAN KORUPSI DI SINGAPURA

Amela Erliana Crhistine
NPM 134060018014

ABSTRAK
Korupsi merupakan sebuah kejahatan luar biasa, dampak yang ditimbulkan bersifat
sistemis di segala aspek kehidupan. Efek domino yang ditimbulkan tindakan korupsi dapat
membahayakan stabilitas suatu negara. Oleh karena itu, gerakan pemberantasan korupsi telah
menjadi agenda utama di berbagai negara di dunia, termasuk salah satunya: Singapura.
Semangat antikorupsi di Singapura sendiri telah muncul sejak zaman pendudukan
Britania pada masa pemerintahan Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Semangat ini terus
dipelihara dan direalisasikan ke dalam berbagai aksi pemberantasan korupsi, baik di sektor
publik publik maupun sektor privat. Upaya-upaya tersebut dibuktikan dengan pendirian
lembaga antikorupsi yang indipenden. Saat ini Singapura telah berhasil menjadi sebagai salah
satu negara dengan indeks persepsi korupsi yang terbaik di Asia Tenggara dan salah satu negara
paling bersih dari korupsi di dunia.
Indonesia dapat belajar dari Singapura dalam hal pemberantasan korupsi. Oleh karena
itu, artikel ini akan membahas sejarah, proses, dan hasil pemberantasan korupsi yang
dilaksanakan di Singapura.
Kata Kunci: singapura, pemberantasan korupsi, lembaga antikorupsi

________________________________
PENDAHULUAN
Republik Singapura, atau yang biasa kita sebut dengan Singapura, merupakan sebuah
Negara pulau yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya, berbatasan laut dengan
Johor (Malaysia) dan Kepulauan Riau (Indonesia). Lokasinya yang strategis membuat Singapura
menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara. Hal ini membuat Britania tertarik
menjadikan Singapura sebagai salah satu wilayah koloninya.
Sejak tahun 1819, Singapura menjadi bagian wilayah kekuasaan Britania. Singapura
juga sempat berada di bawah pendudukan Jepang akibat dari kekalahan Britania dari Jepang
pada 1942. Tahun 1945, Britania berhasil merebut kembali Singapura dari tangan Jepang.
1

Britania kemudian mengizinkan Singapura melaksanakan pemilihan umum pertamanya pada
tahun 1955, dan menjalankan pemerintahan sendiri sejak tahun 1959 di dalam persemakmuran
hingga akhirnya mengumumkan kemerdekaannya pada 31 Agustus 1963.
Setelah merdeka dari Britania, Singapura sempat bergabung dengan Federasi Malaysia
sampai akhirnya dikeluarkan dari federasi karena adanya konflik ideologi antara pemerintah
PAP Singapura dengan pemerintah federal di Kuala Lumpur. Singapura secara resmi
memperoleh kedaulatan pada 9 Agustus 1965. Yusof bin Ishak disumpah sebagai presiden, dan
Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Republik Singapura.

Meskipun hanya memiliki luas wilayah 710,2 km2 dan penduduk 5.076.700 jiwa (sensus
2010), Singapura berhasil mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa. Ekonomi Singapura
dianggap sebagai salah satu yang paling terbuka, kompetitif, dan inovatif di dunia.
Pemberantasan korupsi di Singapura telah dimulai sejak tahun 1959, ketika masih
menjadi negara persemakmuran Britania dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Lee Kuan
Yew untuk menciptakan pemerintah dan masyarakat yang taat hukum sebagai dasar untuk
menuju kemakmuran. Keseriusan Singapura dalam pemberantasan praktik korupsi dibuktikan
dengan beberapa kali dinobatkannya Singapura sebagai salah satu negara dengan tingkat
korupsi terendah di dunia oleh Transparency International.

PEMBAHASAN
2.1. Sejarah dan Latar Belakang Pemberantasan Korupsi di Singapura
2.1.1. Praktik Korupsi di Singapura
Perekonomian Singapura sangat tergantung dengan kegiatan perdagangannya,
terutama perdagangan ekspor-impor. Lalu-lintas perdagangan yang sibuk menyebabkan
penyelundupan barang-barang ilegal merupakan ancaman terbesar bagi stabilitas perdagangan
Singapura. Bea ukai e jadi laha
asah ya g sa gat rawa aka terjadi ya ti daka
korupsi. Jika korupsi terus dibiarkan, maka tentu saja akan membahayakan kondisi
perekonomian Singapura. Oleh karena itu, pemerintah Singapura menjadikan pemberantasan

korupsi sebagai salah satu prioritas utamanya.
2.1.2. Pembentukan Corrupt Practice Investigation Bureau (CPIB)
Pada awalnya pemberantasaan korupsi dilakukan di lingkaran birokrasi. Para pejabat
hingga pegawai rendahan tak asing dengan praktik-praktik korupsi dalam segala bentuknya,
termasuk suap-menyuap. Singapura membentuk badan khusus di kepolisian untuk menangani
pemberantasan korupsi. Namun badan tersebut dipandang belum cukup untuk memberantas
2

korupsi yang terjadi di Singapura. Keraguan tersebut semakin kuat ketika salah satu pejabat
senior kepolisian terbukti menerima suap dari pedagang opium. Hal ini mendorong Singapura
untuk mendirikan lembaga antikorupsi yang indipenden dan terpisah dari kepolisian.
Untuk membuktikan kesungguhannya dalam pemberantasan korupsi, Singapura
mengesahkan Undang-Undang Pencegahan Korupsi (The Prevention of Corruption Act/ PCA)
yang diperbaharui pada tahun 1989 dengan nama The Corruption (Confiscation of Benefit) Act.
Undang-Undang tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pendirian Corrupt Practice
Investigation Bureau (CPIB) sebagai lembaga antikorupsi yang indipenden pada tahun 1952.
2.2. Pemberantasan Korupsi di Singapura
CPIB merupakan lembaga mandiri yang menangani kasus korupsi di Singapura dan
berhak untuk melakukan investigasi dan penangkapan para koruptor. Lembaga ini diberi
kekuasaan untuk menggunakan semua otoritas dalam memberantas korupsi. Tugas CPIB tidak

hanya terbatas pada pemberantasan korupsi di sektor pemerintah, tetapi juga sektor swasta.
Kepolisian Singapura tetap memiliki kewenangan sebagai lembaga penegak hukum,
tapi apabila penyelidikan dan/atau penyidikan yang dilakukan mengarah pada korupsi,
kepolisian Singapura harus menyerahkan kasus tersebut pada CPIB. Hal ini dikarenakan CPIB
merupakan satu-satunya lembaga yang diberi kewenangan dalam pemberantasan korupsi
sesuai amanat Undang-Undang Pencegahan Korupsi.
2.2.1 Wewenang CPIB
Dalam menjalankan tugasnya, CPIB diberi kewenangan sebagai berikut:
1. Memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi, tidak hanya terhadap tersangka
kasus korupsi, tetapi juga keluarga dan orang dekat tersangka. Kewenangan ini juga
meliputi pemeriksaan terhadap keuangan mereka (tersangka dan keluarganya) dan
catatan lainnya. CPIB juga diberi kewenangan untuk memanggil saksi demi kepentingan
penyidikan serta menyelidiki tindak pidana lain yang diungkapkan dalam proses
penyelidikan korupsi;
2. Memiliki kewenangan untuk melakukan penggeledahan apabila dipandang perlu dan
tersedia cukup alasan untuk mempercayai bahwa di suatu tempat terdapat dokumen
atau bukti lainnya yang berkaitan dengan suatu tindakan korupsi ataupun
persekongkolan/ percobaan untuk melakukan tindak korupsi;
3. Memiliki kewenangan untuk menangkap atau menahan setiap orang yang melakukan
delik menurut Prevention of Corruption Act atau mereka yang diadukan atau telah


3

diterima informasi yang dapat dipercaya dengan dugaan telah melakukan perbuatan
tindak pidana korupsi;
4. Memiliki kewenangan untuk melakukan penuntutan terhadap tersangka kasus korupsi;
2.2.2. Langkah-Langkah Pencegahan Korupsi
Selain melakukan pemberantasan korupsi, CPIB juga memiliki tugas untuk melakukan
pencegahan korupsi. Berdasarkan penelitian Klitgaard, langkah-langkah strategis dalam
pencegahan korupsi yang dilakukan CPIB antara lain:
1. Mengubah konsep imbalan dan hukuman
Di Singapura, pemberian imbalan dalam bentuk surat pujian serta masa depan kenaikan
pangkat dan gaji yang baik diberikan kepada mereka yang menolak suap. Sedangkan
bentuk hukuman yang diberikan adalah dalam sanksi administrative yang depat
mempengaruhi masa depan dan karir.
2. Mengumpulkan informasi
CPIB senantiasa mengumpulkan informasi yang mendukung sebelum melakukan
investigasi terhadap aparat yang terduga korup.
3. Menyusun kembali hubungan atasan-pegawai-klien
Dalam waktu tertentu diadakan restrukturisasi dalam departemen atau organisasi, yaitu

dengan memindahkan karyawan atau atasan dari satu tempat kerja atau divisi ke
tempat lain.
4. Mengubah sikap terhadap korupsi
CPIB aktif memberikan pesan-pesan moral kepada perusahaan, organisasi, dan
masyarakat umum untuk menghindari tindak korupsi.
2.3. Hasil Pemberantasan Korupsi di Singapura
CPIB sangat disegani karena cara kerja, integritas, dan tekad pengelolanya untuk
memberantas korupsi. Keberhasilan Singapura dalam pemberantasan korupsi tentu tidak dapat
terlepas dari peran Perdana Menteri Lee Kuan Yew yang telah menyerukan tekad melawan
praktik korupsi pada masa pemerintahannya.
Pemberantasan korupsi di Singapura dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan. Selain itu, masyarakat berperan aktif mengamati segala sesuatu yang
mencurigakan, dan kemudian melaporkan jika ada indikasi penyelewengan, termasuk para
4

pejabat negara yang kehidupannya di luar kewajaran. Hal ini berhasil menjadikan Singapura
sebagai salah satu negara yang paling bersih dari korupsi.
Selain adanya struktur yang baik, keberhasilan pemberantasan korupsi di Singapura
juga didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Adanya tekad politik yang tinggi dari pemerintah Singapura untuk memberantas

korupsi;
2. Kuatnya hukum dan peraturan terkait pemberantasan korupsi;
3. Adanya hukuman yang berat bagi koruptor;
4. Adanya pendidikan antikorupsi;
5. Adanya analisis metode kerja;
6. Adanya deklarasi aset dan investasi;
7. Tersedianya akses informasi kekayaan warga Singapura;
8. Ditegakkannya larangan menerima hadiah;
9. Warga dan pemerintah Singapura yang terbiasa tertib dan taat peraturan.
2.4. Anomali: Singapura Sebagai Surga Koruptor Indonesia
Dibalik kesuksesan Singapura dalam pemberantasan korupsinya, terdapat skeptisme di
masyarakat Indonesia sebagai negara tetangga Singapura atas komitmen pemberantasan
korupsi di luar wilayah Singapura. Hal ini didasari oleh terungkapnya beberapa kasus korupsi di
Indonesia di mana para tersangka kasus korupsi tersebut melarikan diri dan bersembunyi di
Singapura. Singapura juga diduga sebagai tempat para koruptor menyimpan kekayaannya yang
diperoleh dari hasil korupsi.
Skeptisme ini semakin berkembang mengingat sulitnya pemerintah Indonesia untuk
menangkap para koruptor yang bersembunyi di Singapura dan atau menyita aset koruptor yang
terdapat di Singapura karena belum adanya perjanjian ekstradisi antara pemerintah Indonesia
dan Singapura. Istilah Singapura sebagai surga bagi para koruptor Indonesia pun akhirnya

menjadi umum digunakan.
Ditemui dalam the 8th Meeting South East Asia Parties Against Corruption (SEA-PAC) di
Yogyakarta, Ketua Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura, Chong Sian Eric Tan
memberikan klarifikasi soal tudingan-tudingan tersebut. Eric mengatakan bahwa Singapura
bukanlah tempat yang aman untuk berlindung bagi buronan dan uang haramnya. Singapura tidak
dapat memulangkan tersangka korupsi yang berada di Singapura karena mereka masuk ke
Singapura secara legal dengan dokumen-dokumen yang sah, sementara Singapura dan Indonesia
5

belum memiliki perjanjian ekstradisi. Sementara untuk aset hasil korupsi yang disembunyikan di
Singapura, Singapura telah bekerjasama dengan KPK untuk menyita dan mengembalikan aset hasil
korupsi.
Menurut Eric, proses pengembalian aset tersebut harus dilakukan melalui prosedur hukum
yang ada. Harus ada putusan final dari pengadilan yang menyatakan, bahwa uang yang
disembunyikan di Singapura merupakan hasil tindak pidana korupsi. Selanjutnya, kata Eric,
pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM maupun Kejaksaan Agung, bisa
mengajukan permohonan penarikan aset tersebut ke pemerintah Singapura.
(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari www.beritasatu.com, diakses 25 Juli 2013)

Sementara itu perjanjian ekstradisi antara Singapura dan Indonesia belum

ditandatangani karena adanya perbedaan definisi korupsi antara kedua negara tersebut.
Singapura mendefinisikan korupsi sebagai segala tindakan yang terkait dengan suap, sementara
Indonesia mendefinisikan korupsi perbuatan melawan hukum, merugikan keuangan negara,
dan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. Selain itu terdapat beberapa
pertimbangan lain dari pemerintah Indonesia sehingga perjajian ingin belum disepakati.

KESIMPULAN
Sebagai salah satu pusat perdagangan internasional, Singapura memfokuskan program
pemberantasan korupsinya di bidang kepabeanan dan cukai. Untuk mendukung komitmennya
terhadap pemberantasan korupsi Singapura mengesahkan Undang-Undang Pencegahan
Korupsi dan mendirikan Corrupt Practice Investigation Bureau (CPIB) sebagai lembaga
antikorupsi yang indipenden.
Dalam pelaksanaan tugasnya, sesuai amanat Undang-Undang, CPIB memiliki beberapa
kewenangan, diantaranya adalah: wewenang investigasi, penggeledahan, penangkapan, dan
penuntutan. Selain itu CPIB juga melakukan berbagai upaya pencegahan korupsi dengan
mengambil bebeapa langkah strategis, yaitu: mengubah konsep imbalan dan hukuman,
mengumpulkan informasi, menyusun kembali hubungan atasan-pegawai-klien, serta mengubah
sikap terhadap korupsi.
Berbagai kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukan Singapura tersebut berhasil
menjadikan Singapura sebagai salah satu negara yang paling bersih dari korupsi. Akan tetapi,

dibalik keberhasilan tersebut ada anomali yang terjadi, saat ini Singapura dianggap sebagai
negara yang menjadi tujuan utama pelarian koruptor dan penyimpanan aset hasil korupsi dari
Indonesia. Hal ini dikarenakan belum adanya perjanjian ekstradisi antara Singapura dan
Indonesia sehingga Singapura dianggap sebagai tempat yang aman bagi para koruptor.

6

Walaupun begitu, sebenarnya penegak hukum Singapura dan KPK Indonesia telah
menjalin beberapa kerjasama, di antaranya adalah pemulangan Nunun Nurbaeti, tersangka
kasus suap pemilihan dirut BI. Saat ini, Singapura dan Indonesia sedang berusaha untuk
menyusun perjanjian ekstradisi antara kedua negara.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bahri, Samsul et al. 2012. Perbandingan Pemberantasan Korupsi, Singapore, China, dan
Indonesia
http://allaboutadministration.blogspot.com/2012/04/perbandinganpemberantasan-korupsi.html (diakses 25 Juli 2013)
2. Helmanita, Karlina et al. 2011. Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi. Jakarta: Center
for the Study of Religion and Culture.
3. http://acch.kpk.go.id/lembaga-pemberantas-korupsi-di-luar-negeri (diakses 25 Juli 2013)
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Corrupt_Practices_Investigation_Bureau (diakses 25 Juli 2013)

5. http://merdekainfo.com/kajian-utama/item/813-pemerintah-singapura-dukung-berantaskorupsi (diakses 25 Juli 2013)
6. http://www.antikorupsi.org/en/content/ekstradisi-koruptor-singapura-belum-sepakatidefinisi-korupsi (diakses 25 Juli 2013)
7. http://www.beritasatu.com/nasional/71086-ketua-kpk-singapura-kami-tidak-terimakoruptor.html (diakses 25 Juli 2013)
8. Maryam, Siti. 2012. Komisi Pemberantasan Korupsi Singapura (CPIB/Corrupt Practices
Investigation Bureau. http://hukum.kompasiana.com/2012/02/27/komisi-pemberantasankorupsi-singapura-cpibcorrupt-practices-investigation-bureau-438568.html (diakses 25 Juli
2013)
9. RH, Priyambodo. 2013. Soal Ekstradisi Singapura Nantikan Keputusan Indonesia.
http://www.antaranews.com/berita/373256/soal-ekstradisi-singapura-nantikan-keputusanindonesia (diakses 25 Juli 2013)

7