bipan chandra kolonialisme tahap tahap kolonialisme dan negara kolonial

Kolonialisme, TahapTahap Kolonialisme dan
Negara Kolonial*
Bi pan Chandr a 1

I. Kolonialisme sebagai Formasi Sosial

(A) Kerapkali ket erbelakangan dan hambat an-hambat an unt uk
perkembangan ekonomi dihasilkan oleh periode kolonial yang
dapat t erlihat dari cerminan-cerminan ekonomi pra-kapit alis at au
ket erbelakangan t radisional at au set idaknya sisa-sisa masa lalu
pr a-kol oni al . Bahkan ket i ka ket er bel akangan di l i hat dal am
‘ perspekt if hist orik, ’ yang mana peranan kolonialisme dipandang
sebagai upaya modernisasi yang t idak berhasil. Misalnya, India
mengalami kegagalan karena beban ket erbelakangan masa lalunya,
dan yang mana mengarah menj adi dua masyarakat , sebagian modern dan sebagian t radisional. Dalam beberapa dekade t erakhir,
selama abad ke-19, ini adalah pandangan dominan di ant ara para
penul is met ropol it an, hanya mereka yang dapat meyakinkan
modernisasi yang paling unggul. Beberapa penulis pada abad ke20 j uga memandang kolonialisme sebagai masyarakat t ransisi,
t et api mereka t idak mempert anyakan: t ransisi ke arah mana?
Dapat kah koloni berkembang, meskipun, lambat at au bert ahap,
ke dalam masyarakat modern at au masyarakat kapit alis indust ri,

yakni, serupa dengan met ropolis, ‘ t ent unya’ j ika kolonialisme
melanj ut kan perkembangannya dalam sat u periode yang cukup
l ama, apakah hal i t u dapat ber j al an t anpa penghancur an
*
1

Dimuat dalam Journal Contemporary Asia, vol. 8, no. 2, 1978.

Sejarawan, saat ini mengajar di Pusat Studi Sejarah UniversitasJawaharlal Nehru, New
Delhi.

kolonialisme?
Dalam kenyat aannya koloni-koloni menj alankan t ransf ormasi yang
mendasar di bawah kolonialisme. Koloni-koloni secara bert ahap
diint egrasikan ke dalam dunia kapit alisme modern. Koloni-koloni
dan bekas koloni dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan
polit ik yang t erbelakang, set elah merdeka dengan kondisi-kondisi
awal mereka mulai melakukan proses pembangunan, namun t idak
semua masa lalu pra-kolonial mereka; mereka t ercipt a dalam
periode kolonial, era yang mana t erj adi dalam “ dorongan gencar

modernisasi dari luar. ” 2 Sej auh sisi t radisional masih ada, berart i
kondisi-kondisi t ersebut , mengevolusi masyarakat -masyarakat
t radisional pra-kolonial ke dalam masyarakat kolonial. Dengan
demikian, misalnya, India di bawah Inggris t idak secara mendasar
serupa dengan India Mughal; maupun masyarakat pra-kolonial
dengan masyarakat kapit alisme indust ri akibat nya t erasa j auh
berbeda. Pada kenyat aannya, kolonialisme India yang beriringan
dengan kapit alisme indust rial Inggris adalah f enomena sej arah
modern; dua perkembangan yang berj alan bersama-sama. 3 Dan
cukup menarik, int egrasi mendasar India, sebagaimana j uga kolonikoloni lainnya, dengan ekonomi kapit alis dunia dan t ransf ormasi
kapit alisme ke dalam koloni klasik t erj adi selama abad ke-19
yang disesuaikan dengan bendera modernisasi, pembangunan
ekonomi, dan pencangkokan kapit alisme. Pola modernisasi kolonial
seper t i i ni t i dak t er el akkan m engar ah ke “ pem bangunan
ket erbelakangan,” sesuai dengan ungkapan yang dipergunakan oleh
Andre Gunder Frank. Proses sosial, polit ik, ekonomi yang serupa
yang mana menghasilkan perkembangan sosial yang dihasilkan oleh
met ropolis dan dit egakkannya ket idakmaj uan dan ket erbelakangan
di kol oni. Dua negeri yang secara organik berhubungan dan
berpart isipasi selama beberapa dekade dan berabad-abad pada

umumnya, t erint egrasi ke dalam sist em ekonomi dunia, bahkan
dengan konsekuensi yang bert ent angan. Sehingga pada saat yang
2

Myrdal, Gunnar, Asian Drama, Penguin Edition, Vol. I, 1968, hal. 704.

3

Sebagaimana J.S. Furnivall katakan: “India modern tumbuh berdampingan dengan
Eropa modern,” Colonial Policy and Practise, 1956, hal. 537-8.

| 2|

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

sama koloni dimodernisasi dan dit erbelakangkan. 4
Saya nampaknya mendekat i bagian ini dengan kut ipan panj ang
dari apa yang saya t ulis pada t ahun 1971:
. . . st udi kolonialisme dapat dibant u bila st udi t ersebut
dapat melihat t ahapan hist oris yang berbeda at au periode

per kem bangan sej ar ah m oder n di Indi a yang m ana
mencampurkan ant ara t radisional, masyarakat pra-Inggris,
ekonomi pr a-kapi t al i s dengan kapi t al i s moder n, at au
ekonomi sosialis dan masyarakat sosialis. Ini semua t idak
semat a-mat a beradapt asi at au menyimpang t erhadap yang
l ama, masyar akat di moder ni sasi t i dak secar a par si al ,
maupun negara masyarakat dalam peralihan. It u semua j uga
t idak t epat dan ciri-ciri negat if dan posit if dari dua hal
yang dicampur-adukkan j uga t idak sesuai. Ini ‘ semua’
merupakan st rukt ur yang kokoh, f ormasi sosial (sist em)
yang berbeda at au sub-formasi (sub-sist em) yang didasarkan
pengawasan ekonomi dan masyarakat di t angan-t angan
kapit alis asing yang berf ungsi di koloni (at au semi koloni)
melalui ket ergant ungan dan kepat uhan ekonomi, sosial,
pol i t i k dan i nt el ekt ual , semua bent uk st r ukt ur dapat
d i se su ai k an d e n gan k o n d i si - k o n d i si p e r u b ah an
perkembangan hist oris kapit alisme sebagai sist em seluruh
dunia.
Di sini saya hendak mengulangi pernyat aan saya, bahwa
penguasa Inggris menghancurkan basis ekonomi dan polit ik

masyarakat lama. Terj adinya pembubaran cara produksi
pra-kapit alis lama; t et api sist em kapit alis yang baru t idak
berlangsung; meskipun cara produksi kolonial yang baru
t elah masuk ke dalam. Misalnya, set elah diperkenalkan
sist em sewa t anah pada t ahun 1793, secara sempurna
4

Salah satu alasan mengapa tradisi model modernitas adalah alat yang menyesatkan
untuk menganalisa pasca-kolonial. Tentunya setelah koloni-koloni mengalami
modernisasi.

|3|

menghancurkan relasi-relasi agraris yang lama. St rukt ur
agr ar i s yang bar u di kembangkan di sesuai kan dengan
kebut uhan-kebut uhan kolonialisme dan niscaya dengan
akibat t erlepasnya kekuat an-kekuat an ekonomi dari st rukt ur
lama semi-f eodal, t et api st rukt ur yang lama dengan begit u
menampilkan st rukt ur yang baru; st rukt ur yang baru t idak
dihidupkan dari yang lama. Kenyat aannya, seluruh st rukt ur

sosial India, relasi-relasi yang baru dan klas-klas yang baru
- – st r u k t u r k l as i n t e r n al y an g b ar u - – d i m an a
p e n ge m b an gan n y a d i p r o d u k , d an d i i n t e gr asi k an
sepenuhnya dengan, kolonialisme. Sebagian kekacauan
muncul dari sit uasi kesej arahan yang rumit . Kapit alisme
duni a adal ah si st em yang t unggal dan kol oni al i sme
merupakan landasan dari sist em kapit alisme. Meskipun
kolonialisme mempunyai karakt erist ik yang berbeda dengan
kapit alisme. Oleh karena it u, kit a mempunyai, pandangan
yang sama t erhadap sist em imperial isme-kol onial isme
dalam dua bent uk kesat uan yang t erpisah, sat u di koloni
dan yang lainnya di met ropolis. 5
(B) Secara t radisional, kolonialisme dilihat sebagai hasil ideologi
at au personalit i at au kebij akan yang dengan sendirinya sangat
berpedoman dari yang pert ama dan yang kedua. Sehingga j ika
m em bedakan adm i ni st r at or - adm i ni st r at or kol oni al dapat
diperlihat kan perbedaan mot if -mot if personal, gagasan-gagasan
dan kebij akan-kebij akan, kesimpulan dari semua it u nampaknya
kolonialisme t idak mempunyai pengert ian yang lengkap, kecuali
sebagai penguasa polit ik asing. Demikian pula, dewasa ini banyak

ekonom yang berhubungan dengan t eori pembangunan yang
mengkrit ik peranan kapit alisme, t et api kolonialisme dilihat semat amat a dalam aspek dominasi polit ik asing.
Sebagaimana penj elasan di muka, kecenderungan dewasa ini
5

Chandra, Bipan, “Colonialism and Modernization,” Proceedings of Indian History
Congress, Jabalpur Session, hal. 22-23, 1971. Selanjutnya sumbangan tema ini
dikembangkan oleh Jairus Banaji dan Hamza Alavi.

| 4|

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

melihat kolonialisme sebagai st rukt ur. Masih belum ada sumbersumber int elekt ual unt uk memahami st rukt ur kolonialisme secara
lengkap dan mencakup bermacam ragam j aringan dan ket erkait an
–- lapisan dan lalu-lint as -– yang mana melalui art ikulasi st rukt ur
kolonialisme. Tet api kit a dapat menent ukan penegasan bahwa
kolonialisme lebih banyak merupakan pengawasan polit ik at au
kebij aksanaan kolonial. “ Negara kolonial niscaya bagian dari sist em
kolonial: negara kolonial adalah inst rumen melalui sist em yang

sangat diperkuat ; dan kebij akan-kebij akan kolonial membant u
mengembangkan dan menegakkan st rukt ur kolonial. Namun negara
kolonial dan kebij akan-kebij akan kolonial bukan merupakan esensi
kolonialisme. Kolonialisme adalah penyempurnaan dari int egrasi
yang kompleks dan melibat kan ekonomi India dan masyarakat
India dibawa masuk ke dalam kapit alisme dunia dengan t ahapt ahap melalui hampir dua abad pengabdian. 6
Sehingga ket ika kit a mengat akan kolonialisme dilihat sebagai
sebuah st r ukt ur, ki t a mengar t i kan kepent i ngan-kepent i ngan
kol onial , kebij akan-kebij akan, negara dan l embaga-l embaga
kolonial, kebudayaan dan masyarakat kolonial, gagasan-gagasan
sert a ideologi-ideologi, dan personalit as-personalit as kolonial
dilihat sebagai f ungsi di dalam karakt erist ik st rukt ur kolonial,
yang mana kol oni al i sme sendi r i dapat di bat asi ol eh sal i ng
ket erkait annya secara keseluruhan.
(C) Bent uran awal st rukt ur kolonialisme ant ara met ropolis kapit alis
dengan ekonomi dan masyarakat koloni diawali melalui subordinasi
met ropolis, sehingga pola-pola perubahan subordinasi dij alankan
dalam j angka wakt u yang lama. Konsekuensinya, kolonialisme dari
awalnya menj alankan ket erbelakangan. Pandangan ini t idak hanya
bert ent angan dengan pandangan kapit alis-kolonial yang t radisional

bahwa pembangunan kolonialisme dan modernisasi kolonial -– at au
sedikit nya dicoba dilakukan –- namun j uga pandangan marxis
t radisional, bahwa kolonialisme berangkat melalui dua t ahap, sat u
posit if dan yang lainnya negat if , yang posit if berkait an dengan
6

Chandra, Bipan, “Colinialism and Modernization,” op.cit ., hal. 21.

|5|

periode yang pert ama dan yang negat if berhubungan dengan yang
kedua, karakt er t ahapan pert ama sel ama pra-imperial is dan
dampak t erhadap kolonialisme secara keseluruhan posit if meskipun
banyak kej ahat an, banyak penindasan, sedangkan giliran t ahap
kedua yang negat if , zaman imperialisme modern (imperialisme
f inans) t ermasuk t ahap ant ara 1870 hingga 1914.
Pada kenyat aannya, aspek-aspek dan dampak-dampak kolonialisme
dij alankan secara serempak. Yang disebut aspek posit if adalah
bagian int egral, dan aspek negat if dari kolonialisme adalah, yang
secara ef ekt if memperbesar st rukt ur. Tahap-t ahap kolonialisme

yang posit if dan negat if agaknya merupakan t ahap-t ahap dalam
kognisi dan pemahaman f enomena kolonial dengan penipuanp eni p uannya. Sehi ngga b anyak i nt el ek t ual k ol oni al d an
m et r opol i t an, t er m asuk Mar x sebel um 1859, gagal unt uk
memahami ciri-ciri ut ama masyarakat kolonial dalam t ahun-t ahun
awal pembent ukan st rukt ur kolonial dan menghadirkan ket ent uan
cit ra kolonialisme yang posit if . Lambat -laun, sebagai kenyat aan
d i p er m uk aan, m er ek a m am p u m el i hat ci r i - ci r i esensi al
kolonialisme yang negat if . Meskipun int elekt ual melihat aspekaspek perubahan dan sej arah polit ik berhubungan dengan t ahapt ahap awal kolonialisme, mereka berasumsi bahwa kenyat aan
koloni mengalami kekalahan yang drast is. Tulisan-t ulisan Hobson
dan Lenin, at au membaca t ulisan-t ulisan Lenin dengan sepenggalsepenggal, menganggap t ahap imperialisme yang baru pada paruh
akhir abad ke-19 akan menambah ket idakpahaman t erhadap
kolonialisme.
(D) Dasar dari kol onial isme adal ah ekspl oit asi ekonomi at au
pengedukan surplus sosial dari koloni. Bent uk-bent uk pengedukan
surplus at au yang mana pola-pola ekonomi dan masyarakat koloni
disubordinasi dan menyerahkan j asa ke met ropolis, perubahanperubahan dij alankan dalam wakt u yang lama. Dan kebij akan
kolonial, negara dan lembaga-lembaga kolonial, budaya, gagasangagasan dan i deol ogi - i deol ogi m er upakan bent uk- bent uk
perubahan yang dilakukan.

|6|


Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

Sehingga, kolonialisme, t idak dilihat sebagai sat u keberlanj ut an
dan st rukt ur yang sama; namun kolonialisme melalui t ahap-t ahap
yang berhubungan dengan bent uk-bent uk pengedukan surplus. 7
Secara hist oris, kolonialisme menj alani t iga t ahap yang berbeda,
set iap t ahap mewakili pola subordinasi ekonomi, masyarakat ,
dan lingkungan polit ik kolonial yang berbeda, dan mengakibat kan
kebij akan-kebij akan kolonial, ideologi-ideologi, dampak sert a
t anggapan rakyat kolonial yang berbeda. Perubahan dari sat u t ahap
ke t ahap lainnya secara parsial mengakibat kan perubahan polapola sosial, ekonomi, sert a perkembangan polit ik di met ropolis,
dan perubahan posisi met ropolis dengan ekonomi dan lingkungan
polit ik dunia.
Tahap-t ahap kolonialisme bagi koloni-koloni yang berbeda t idak
dibat asi oleh wawasan yang sama; namun t ahap-t ahap t ersebut
secara luas mengandung pokok yang sama bagi semua koloni.
Walaupun, t ahap-t ahap t idak berada dalam bent uk-bent uk yang
murni; dalam pengert ian set iap t ahap adalah sebuah abst raksi.
Maupun pemenggalan penaj aman ant ara sat u t ahap dengan t ahap
l ai nnya. Bent uk-bent uk sur pl us yang di per ol eh dan ci r i -ci r i
kol oni al i sm e l ai nnya dar i t ahap aw al ber l anj ut ke t ahap
selanj ut nya. Bagaimanapun, set iap t ahap, mempunyai pemenggalan
yang berbeda, ciri-ciri kualit at if yang dominan yang memisahkan
t ahap pert ama dari t ahap lainnya. Ciri-ciri kualit at if yang dominan
j uga perlu dikemukakan, bent uk baru pengedukan surplus menj adi
t erhent i pert umbuhannya dalam koloni yang khas karena f akt orf akt or hist oris yang berbeda. Jadi t ahap ket iga adalah, t ahap
imperialis f inans yang pert umbuhannya t erhent i di India; kedua,
t ahap perdagangan bebas di Indonesia, dan yang pert ama dan
kedua, t ahap merkant ilis perdagangan bebas di Mesir.

7

Definisi kolonialisme semata-mata dikaburkan oleh aspek utamanya, dominasi
politiknya. Meskipun penaklukkan koloni itu sendiri dalam banyak kasus diciptakan
oleh negara kolonial dan hampir seluruh kasusdibayar oleh rakyat dan negara kolonial.

| 7|

II Garis Besar Tahap-Tahap Kolonialisme

( A) Tahap Per t ama: Per i ode Monopol i Per dagangan dan

Pengedukan Hasil
Selama t ahap pert ama kolonialisme dasar obyekt if kolonialisme
adalah (i) monopoli perdagangan dengan koloni, saudagar-saudagar
Eropa lainnya berhadapan langsung ( vis-a-vis) dengan pedagangpedagang sert a produsen-produsen koloni. Walaupun demikian,
pada suat u ket ika t ukang-t ukang yang t rampil at au produsenprodusen lainnya akan bekerj a unt uk kepent ingan negara kolonial,
perusahaan-perusahaan at au saudagar-saudagar, mereka mengeduk
surplus t idak menggunakan ukuran pola indust ri kapit alis t et api
dengan cara saudagar-pengriba. (ii) Pengat uran pengedukan paj ak
at au surpl us mel al ui kekuat an negara. Negara kol onial at au
perusahaan-perusahaan memerlukan sumber-sumber keuangan yang
besar unt uk memelihara angkat an laut , pelabuhan-pelabuhan,
t ent ara dan pos-pos perdagangan. Pengat uran pengedukan surplus
dari koloni j uga memerlukan anggaran belanj a unt uk produk-produk
kol onial , sej ak kol oni-kol oni t idak mampu unt uk mengimpor
produk-produk dari met ropol it an. Pengedukan surpl us secara
langsung j uga dimanf aat kan sebagai sumber keunt ungan bagi
saudagar-saudagar, perusahaan-perusahaan, dan kas met ropolis.
Sebagian besar orang Eropa dipekerj akan di koloni j uga sebagian
besar surplus secara langsung diperoleh melalui pemerasan dan
korupsi at au gaj i-gaj i yang t inggi.
Perlu dikemukakan dalam t ahap ini (i) elemen perampasan dan
pengedukan surplus melalui perampasan sangat kuat selama t ahap
kol oni al i sme i ni ; dan (i i ) t i dak ada i mpor manuf akt ur yang
signif ikan dari met ropolit an ke koloni.
Ciri ut ama pemerint ahan kolonial selama periode ini adalah t idak
ada perubahan mendasar dalam mengint rodusir administ rasi di
koloni, sist em pengadilan, t ransport asi dan komunikasi, met odemet ode pert anian at au produksi indust ri, bent uk-bent uk urusan
pemasaran, at au organisasi ekonomi (kecuali menghasilkan sist em

|8|

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

dan perkebunan-perkebunan di beberapa koloni) pendidikan at au
l apangan i nt el ekt ual , kebudayaan, dan or gani sasi sosi al .
Perubahan-perubahan dilaksanakan hanya pada organisasi dan
t eknol ogi, yang mana pada saat it u kepal a-kepal a suku yang
merdeka sert a penguasa-penguasa kol oni j uga dicoba diikut sert akan, dan dit empat kan dalam st rukt ur administ rasi t ert inggi
unt uk t urut mengumpulkan paj ak agar penarikan paj ak lebih
ef isien.
Kenapa harus demikian? Karena cara pengedukan surplus kolonial
melalui pembelian produk t ukang-t ukang ahli di kot a koloni dan
perkebunan sert a produksi-produksi lainnya melalui monopoli
pembelian dan melalui pengawasan dalam penarikan paj ak, t idak

di per l ukan per ubahan mendasar dal am sosi o-ekonomi dan
admi ni st r asi di kol oni . Kol oni benar-benar di paksa unt uk
menerima keberadaan ekonomi, sosial , kebudayaan, ideol ogi,
dan st rukt ur polit ik kolonial . Juga kekuasaan kolonial t idak perlu
m el ak uk an p enet r asi p ed esaan l eb i h d al am , l eb i h b ai k
mempergunakan penguasa-penguasa pribumi selama mereka dalam
melakukan pengedukan surplus ekonomi dengan baik.
Tidak diperlukannya perubahan j uga t ercermin dalam ideologii deol ogi penguasa. Di m ana, kar ena, t i dak ada ‘ i deol ogi
pembangunan’ at au gembar-gembor pembangunan. Tidak ada
perubahan ekonomi kolonial t et api keberlangsungan ekonomi
koloni berdasarkan eksploit asi ekonomi. Oleh karena it u j uga t idak
banyak dibut uhkan unt uk mengembangkan peradaban kolonial,
agama, hukum, dan sebagainya, bagi mereka mel akukan hal
semacam it u dilihat sebagai hambat an unt uk melaksanakan caracara pengedukan surplus. Kebut uhan unt uk memahami cara-cara
penarikan surlus sehingga roda-roda administ rasi bergerak lebih
lancar. Krit ik yang dilakukan oleh para misionari j uga dibat asi.
(B) Tahap Kedua: Ekspl oit asi mel al ui Perdagangan
Perkembangan indust ri yang baru dan kepent ingan-kepent ingan
di met r opol i s ser t a i deol ogi -i deol ogi nya l ambat -l aun mul ai

|9|

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

penyedia bahan-bahan ment ah di dalam perspekt if perluasan
reproduksi.
Sehingga esensi t ahap kedua kolonialisme adalah mengarahkan
kol oni ke dal am subor di nasi par t ner dagang yang dapat
mengekspor bahan-bahan ment ah ser t a i mpor manuf akt ur.
Pengedukan surplus sosial dari koloni melalui perdagangan at as
dasar penj ualan yang murah dan pembelian yang murah. Tahap
kolonialisme ini bahkan mencakup mencegah kebebasan berpolit ik
negeri-negeri koloni.
Masalahnya masih menunggu keput usan mekanisme pengedukan
surplus di koloni di bawah kondisi-kondisi daya beli met ropolis
sert a persaingan harga penj ualan. Aliran dominan ekonom-ekonom
di Eropa, hampir sel ama dua abad, menyangkal ket erl ibat an
eksploit asi dalam ket erkait an yang khas; agaknya, penyangkalan
ekspl oit asi dit egakkan mel al ui t eori perbandingan harga dan
pembagian kerj a int ernasional, kedua sisi ini mengunt ungkan
ket erkait an ekonomi. Banyak krit ik t erhadap t ahap kolonialisme
kedua, yang berpendapat bahwa eksploit asi koloni berlangsung
melalui nilai t ukar t erhadap seluruh gerak yang menent ang produkproduk primer. Hal ini senant iasa t idak benar. Harga ekspor di
met ropolis j at uh merosot ket imbang harga impor. Jat uhnya harga
berkait an dengan cerminan perbaikan t eknologi sert a pembesaran
t eknologi dan t erut ama dimanf aat kannya mesin dengan lebih baik,
yang memungkinkan diperluasnya perdagangan sert a pelebaran
pasar. Meningkat nya harga-harga impor dan j at uhnya harga ekspor
memperluas ekspor j auh lebih memadai unt uk mengarah pada
peningkat an produkt ivit as hasil bahan-bahan ment ah di koloni.
Oleh sebab it u persoalan pokok bagi t ahap kolonialisme kedua,
adalah apa yang t erj adi dengan produkt ivit as di met ropolis sert a
di koloni.
Masal ah m ekani sm e pengedukan sur pl us di t ahap kedua
kol onial isme dal am beber apa t ahun bel akangan ini di t el aah
kembali pada karya Agrghiri Emmanuel dan Samir Amin.

| 11 |

Kol oni t i dak dapat di ekspl oi t i r dal am car a bar u dengan
melangsungkan eksploit asi ekonomi, polit ik, administ rat if , sosial,
budaya, sert a ikat an ideologi; keadaan ini unt uk menghancurkan
sert a ment ransf ormasikan seluruh st rukt ur kolonial.
Tr ansf or m asi i ni secar a akt i f di ker j akan di baw ah sl ogan
pembangunan dan modernisasi. Dalam lapangan ekonomi ini berart i
mengint egrasikan ekonomi kolonial dengan ekonomi dunia kapit alis
dan yang t erpent ing ekonomi met ropolit an. Inst rumen ut ama
t erhadap int egrasi t ersebut adalah perdagangan bebas luar negeri
di koloni t erhadap semua pembat asan dan t arif, t erist imewa sej auh
menyangkut perdagangan luar-negeri dengan met ropolis. Periode
ini merupakan t ahap yang pent ing, lebih j auh koloni t erlibat
d e n gan n e ge r i p e r d agan gan b e b as k e t i m b an g d e n gan
met ropolisnya sendiri. Masuknya kebebasan sekarang diberikan
kepada kapit alis unt uk mengembangkan perkebunan met ropolis,
perdagangan, t ransport asi, t ambang, dan beberapa kasus indust ri
di koloni. Negara kolonial akt if menyumbang keuangan dan lainnya
unt uk membant u kapit alis met ropolit an, bahkan ket ika dokt rin
l aissez f aire kekuasaannya meraj alela di dalam negeri. St rukt ur
agraria koloni diusahakan unt uk dit ransf ormasikan dengan t uj uan
membuat koloni lebih banyak mereproduksi dengan menginisiasi
agrikult ur kapit alis. Demikian pula, usaha ut ama unt uk membuat
perbaikan sist em t ransport asi dan komunikasi.
Per ubahan ut ama ber l angsung dal am bi dang admi ni st r at i f .
Sekarang administ rasi kolonial menj adi lebih t erperinci dan j uga
mengkonprehensif kan perembesan ke bawah seandainya produkrpoduk met ropolit an melakukan penet rasi ke kot a-kot a dan desadesa pedalaman sert a produksi pert anian mereka begit u berlarut larut . St rukt ur legal di koloni harus berhasil sebagai kont rak resmi
( sanct if y) dan esensial penyelenggaraan kont rak yang legal j ika
keperluan t ransaksi j ut aan bagi pengembangan impor sert a ekspor
barang-barang menj adi akt if . Penyel enggaraan ekspor-impor
ber l angsung sel ama t ahap i ni , kapi t al i s Bar at dengan r esmi
memperkenalkan sist em pengadilan di koloni-koloni dan semi-

| 12 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

koloni. Bagaimanapun, perubahan-perubahan, kerapkali hanya
berkait an dengan hukum kriminal, hukum kont rak, dan prosedurprosedur hukum sipil; hukum personal, t ermasuk perkawinan sert a
warisan, sering t idak disent uh.
Sekarang diperkenalkan pendidikan modern, dengan perluasan
lebih besar at au lebih kecil, secara mendasar dengan pandangan
unt uk mencipt akan manusia baru, mesin administ rat if sangat
diperluas, namun j uga sebagai aspek t ransf ormasi masyarakat dan
kebudayaan koloni, yang mana kedua aspek t ersebut , dengan
pandangan unt uk membuat pengembangan reproduksi kolonial dan
unt uk mengembangkan budaya pat uh di ant ara rakyat kolonial.
Banyak i nt el ekt ual d i kol oni j uga m engi b ar kan b end er a
moder ni sasi dan budaya namun dengan al asan-al asan yang
bert ent angan.
Tahap kedua kol oni al i sme membangki t kan i deol ogi pol i t i k
i mper i al i s yang l i ber al di ant ar a bagi an-bagi an per nyat aan
i mper i al i s ser t a par a admi ni st r at or nya membi car akan unt uk
melat ih rakyat kolonial dalam seni demokrasi dan pemerint ahan
sendiri. Para administ rat or imperialis percaya j ika rakyat kolonial
‘ diaj arkan’ hukum-hukum kebaj ikan dan t at a t ert ib, bisnis-bisnis
kont r ak yang r esmi , per dagangan bebas, dan pembangunan
ekonomi, ket erkait an ekonomi dilet akkan pada int i mengekalkan
t ahap kedua kol oni al i sme, sekal i pun kekuat an met r opol i t an
menarik diri dari pengat uran polit ik dan pengawasan administ rasi.
Usaha ment ransf ormasikan st rukt ur sosio-ekonomi koloni syarat
yang t idak t erelakkan, bahwa kelangsungan budaya dan masyarakat
koloni dianggap t idak memadai dan mengalami kemerosot an.
Sekarang mereka mengkrit ik dengan t aj am pengawasan ket at oleh
negara kolonial. Tahap ini j uga membukt ikan melahirkan pengikut
ideologi pembangunan. Karena munculnya ekonomi ‘ pembangunan’
set elah Perang Dunia Kedua dalam periode keberhasilan gerakangerakan pembebasan nasional, hal ini kerapkali dilupakan bahwa
ekonomi kolonisasi, banyak menj adikan koloni di bawah bendera

| 13 |

ideologi pembangunan. Selain it u, seringkali dua t eori ekonomi
pem bangunan m em i l i ki kem i r i pan, m eski pun sam a sekal i
dipisahkan oleh pergeseran zaman. Pada awalnya t eori ekonomi
pembangunan menegaskan (i) hukum dan t at a t ert ib, (ii) pemilikan
p r i b ad i at as t anah, ( i i i ) p enanam an m od al asi ng unt uk
menggant ikan kekurangan modal di koloni dan unt uk memberikan
cont oh kepada pengusaha domest ik, (iv) pembangunan alat -alat
t ransport asi, (v) mengembangkan perdagangan luar-negeri, (vi)
pendidikan modern yang dapat memungkinkan rakyat kolonial
unt uk memahami t eori-t eori pembangunan, dan (vii) kebudayaan
moder n yang dapat mengembangkan kebi asaan menghemat
(menabung) dan keberanian berusaha.
Diperlukan sat u pet unj uk unt uk menegaskan hubungan ini: Ot orit as
kol oni al t i dak sengaj a mel et akkan ket er bel akangan kol oni .
Sebaliknya, mereka berusaha sepenuhnya unt uk membangun koloni
sehingga koloni dapat disempurnakan, meskipun dalam posisi
su b o r d i n asi , m asy ar ak at d an e k o n o m i m e t r o p o l i t an .

Ket erbel akangan bukan keinginan t et api konsekuensi yang t ak
t erel akkan t erhadap kerj a perdagangan kol onial isme yang t idak
dapat di t awar-t awar dan kont r adi ksi -kont r adi ksi di dal am
perdagangan kolonialisme. Unt uk alasan yang sama, di sana t idak
ada t eor i i mper i al i sme ket er bel akangan -– ket er bel akangan
adal ah hasil prakt ek t eori-t eori pembangunan yang khas.
Bent uk-bent uk awal pengedukan surplus dilanj ut kan selama t ahap
ini dan menj adi t ak hent i-hent inya at as kerj a penuh kolonialisme.
Dit ambah, sej ak it u koloni j uga membayar ongkos t ransf ormasi
pembangunan, beban at as pet ani kolonial semakin meningkat .
Dal am banyak sekt or upaya dal am prakt ek t ransf ormasional
dibat asi dan yang t erpent ing dalam sekt or agrikult ural karena
kont radiksi-kont radiksi di dalam t ubuh kolonialisme. Cont ohnya,
kolonialisme selama t ahap ini, banyak koloni memperoleh apa
yang dikenal sebagai ciri-ciri ‘ semi-feodal’ pada agrikult ur mereka.

| 14 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

(C) Tahap Ket iga: Era Penanaman Modal Asing dan Kompet isi
Int ernasional unt uk Memperebut kan Kol oni-Kol oni .
Tahap baru kolonialisme menunj ukkan hasil beberapa perubahan
ut ama dalam ekonomi dunia; laj unya indust rialisasi unt uk beberapa
neger i di Er opa, Amer i ka Ut ar a, dan Jepang; i nt ensi f i kasi
indust rialisasi sebagai hasil penerapan penget ahuan ilmiah bagi
indust ri; selanj ut nya penggabungan pasar dunia yang berkait an
dengan revolusi dalam alat -alat t ransport asi int ernasional. Di mana
sekarang t erj adi perj uangan yang kuat bagi pasar-pasar eksklusif
yang baru, dan t erj amin sert a perj uangan unt uk memperoleh
sumber-sumber bahan ment ah mineral dan pert anian dan bahan
makanan. Selain it u, diperluasnya reproduksi di dalam negeri dan
mempert aj am eksploit asi koloni-koloni sert a semi-koloni unt uk
menghasilkan akumulasi kapit al yang besar bagi negeri-negeri
kapit alis maj u. Berlangsungnya konsent rasi kapit al secara serempak
dan penggabungan kapit al bank dengan kapit al indust ri di beberapa
negeri. Hal ini mengarah kepada ekspor kapit al skala besar sert a
mencari lapangan-lapangan monopoli dan wilayah-wilayah yang
dapat dit anamkan kapit al. Seluruhnya t erdiri dari t iga aspek, yakni
pasar, sumber-sumber bahan ment ah, dan kapit al ekspor, ket iganya
saling berkait an, dan t idak sat upun di ant ara ket iganya dapat
menaikkan ongkos produksi sat u sama lain secara berlebihan.
Cont ohnya, luasnya penanaman modal dapat menopang laj unya
laba di dalam negeri, bant uan produksi bahan-bahan ment ah,
dan secara langsung at au t idak langsung mencipt akan pasar bagi
produk indust ri dalam negeri. Perj uangan bagi pembagian dan
pembagian kembali dunia di ant ara negeri-negeri imperialis sangat
diperkuat , penyegaran digunakan unt uk menemukan koloni-koloni
yang lama. Penarikan surplus sosial dan t enaga-kerj a yang mereka
lakukan digunakan unt uk menanggapi perj uangan ini. Kolonialisme
pada t ahap ini j uga membawa kepent ingan polit ik dan t uj uant uj uan ideologi di met ropolis. Nasionalisme at au Cauvinisme,
pet ualang, pemuj aan empire dapat digunakan unt uk memperlambat
p er t um b uhan p em b agi an k er j a d i d al am neger i d engan
menekankan kepent ingan-kepent ingan umum di empire. Lebih
i st i mew a, empi r e dan pemuj aan t er sebut di gunakan unt uk

| 15 |

m e n an ggap i p e r t u m b u h an d e m o k r asi r ak y at d an se r t a
mengi nt r oduksi hak suar a or ang dew asa, si kap yang dapat
m em bahayakan dom i nasi pol i t i k kl as kapi t al i s dan dapat
meningkat kan pent ingnya inst rumen-inst rumen hegemoni ideologi
at as masyarakat . Gagasan hegemoni ideologi empire memainkan
peranan yang semakin pent ing.
Met ropolit an berusaha dengan giat membuat pengawasan yang
t erkonsolidasi t erhadap koloni-koloni yang diperoleh dalam t ahap
awal. Sekarang kebij akan-kebij akan imperialis reaksioner digant i
dengan kebij akan-kebij akan imperialis liberal. Unt uk mengawet kan
kelangsungan kekuasaan kolonial at as basis permanen, secara
esensial sekarang didasarkan at as seluruh perhit ungan, namun
t erist imewa unt uk menarik kapit al met ropolit an ke koloni dan
m e n y e d i ak an j am i n an k e am an an k ap i t al m e t r op ol i t an .
Bagaimanapun hal ini harus dikemukakan berkenaan dengan
peranan pent ing kelangsungan koloni-koloni agar lebih dapat
diharapkan at au memot ivasi hal yang pot ensial ket imbang hal
yang akt ual . Bagai manapun, pot ensi al , sama dengan mot i f
pengawasan met ropolit an t erhadap koloni sangat kuat dan pent ing.
Dalam kenyat aannya, pada t ahap pert ama dan kedua, banyak
koloni dan semi-koloni gagal unt uk menyedot kuant it as kapit al
met ropol it an mengekspor surpl us-surpl us sosial l ebih banyak
ket imbang impor kapit al ke dalam met ropolit an. Bahkan, kerapkali
perluasan penanaman modal asing dibat asi di met ropolit an, sebab
sebagian kecil pengedukan surplus sosial dilakukan oleh met ropolis.

Al asan ut ama kenapa kapit al met ropol it an t idak dit anam di
kol oni-kol oni, karena t ingkat kerusakan ekonomi kol oni semakin
si gni f i kan at au ket er bel akangan sel ama t ahap kedua
kol onial isme. Jika kapit al asing diinvest asikan di koloni-koloni,
produk-produk met ropolit an t erut ama harus dij ual di koloni –namun kegagalan mereka mereproduksi koloni-koloni selama t ahap
kedua, sekarang sedikit banyak mereka membuka koloni unt uk
kepent i ngan modal asi ng. Di t ambah pul a dengan keadaan
kapit alisme di dalam negeri, Keadaan kapit alisme di koloni-koloni
dal am t ahap yang sekarat ! Konsekuensinya, bahkan penanaman

| 16 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

modal asing dibat asi hanya di bidang pengusahaan pert anian at au
indust ri yang mana produknya siap dipasarkan di luar koloni at au
menyediakan inf rast rukt ur bagi keperluan ekspor. Pasar kolonial
kurang bermanfaat unt uk kapit alis asing, kebanyakan kasus set elah
pasar koloni dit emukan, pasar mengalami himpit an dan kerusakan
berat . Bagaimanapun, keadaan pasar koloni sepert i ini, t et ap
mengharuskan t ekanan pada dilanj ut kannya penyerapan pot ensial
kapit al asing ke koloni-koloni bagi keberlangsungan kekuat an El
Doradoes (surga yang dihayalkan) yang dipengaruhi oleh kebij akan
kolonial.
Bent uk-bent uk awal pengedukan surplus sekali lagi dilanj ut kan
dalam t ahap ini. Kenyat aannya, beberapa koloni, t erut ama India,
awal bent uk kedua pengedukan sur pl us t et ap l ebi h pent i ng
ket imbang t ahap ket iga at au pert ama.
Secara polit ik dan administ rat if t ahap ket iga kolonialisme berart i
pembaruan dari t ahap sebelumnya sert a pengawasan lebih int ensif
at as koloni. Selain it u, yang lebih pent ing t ahap ket iga sekarang,
bahwa administ rasi kolonial dapat merembes ke set iap pori-pori
masyarakat kolonial dan set iap pelabuhan, kot a kecil, pedesaan
berkait an dengan ekonomi dunia. Sekarang administ rasi j uga
menj adi lebih birokrat ik, t erperinci dan ef isien.
Sekarang perubahan ut ama t erj adi dalam ideologi kolonialisme.
Pembicaraan t ent ang mel at ih rakyat kol onial unt uk merdeka
dimat ikan dan hanya menghidupkan kembali t ekanan di bawah
ger akan- ger akan ant i - i m per i al i sm e. Mal ahan m el ahi r kan
perbincangan despot isme yang penuh kebaj ikan, keberadaan
rakyat kolonial secara permanen belum dewasa at au rakyat yang
masih ‘ kanak-kanak’ at as kegelisahannya diperlukan perwalian
yang permanen. Geograf i, ‘ ras, ’ iklim, sej arah, organisasi sosial,
budaya, agama rakyat kolonial dit unj uk sebagai f akt or-f akt or yang
m e m b u at m e r e k a se c ar a p e r m an e n t i d ak l ay ak u n t u k
pemerint ahan-sendiri. Tahap ini sangat t aj am bedanya dengan
t ahap kedua yang mana rakyat kolonial dipercayai mampu unt uk

| 17 |

dididik dan dilat ih menj adi t iruan rakyat Eropa yang maj u dan
oleh karena it u berhak mendirikan bangsa-bangsa yang memerint ah
diri sendiri.
Upaya-upaya t ransf ormasi ekonomi, masyarakat , dan budaya
koloni dilanj ut kan selama t ahap ini j uga sekali lagi melalui hasilhasi l yang t el ah di per bai ki . Bagai manapun, kecender ungan
dikembangkannya pemut usan sosial dan modernisasi budaya,
khususnya sebagai kekuat an-kekuat an ant i-imperialis merupakan
t ugas yang baru dimulai. Administ rasi kolonial semakin dianggap
mempunyai sikap net ral t erhadap masalah-masalah sosial dan
budaya dan kemudian mulai mendukung reaksi sosial dan budaya
at as nama pengawet an lembaga-lembaga pribumi.
III. Negara Kolonial

Bagian t erakhir dari t ulisan ini, saya ingin menyusun beberapa
cat at an pendahuluan dan ciri-ciri sement ara mengenai negara
kolonial, sedangkan menyesuaikan dengan f akt a st udi sej arah yang
serius mengenai sif at negara kolonial sert a hubungannya dengan
masyarakat kolonial masih dalam penggarapan. Perbedaan ut ama
ant ara negara kolonial dengan negara kapit alis adalah kekhususan
kesej arahannya; sebaliknya kerangka t eorit is kit a serupa sepert i
yang disusun dalam st udi negara kapit alis oleh Marx, Engels, dan
Lenin dan selanj ut nya dikembangkan oleh Ant onio Gramsci, Ralph
Milliband, Nicolas Poulanzas dan lain-lainya. Usaha kit a t erut ama
menguraikan apa yang menj adi keist imewaan kolonial di sekit ar
negara kolonial.
(A) Apa yang dikat akan Marx t ent ang keberadaan negara “ semat amat a alat dari klas yang berkuasa unt uk menindas klas lainnya“
digunakan unt uk negara kolonial t et api dengan landasan yang
berbeda: negara kolonial adalah alat unt uk menindas sel uruh
masyarakat . Sebenarnya asumsi ini menj adi t idak dapat disangkal
namun yang menj adi perl u dit egaskan di sini hampir semua
sej ar awan dan i l muwan sosi al yang mempel aj ar i i mper i al i s

| 18 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

mengabaikan at au mengaburkan aspek ini.
Negara kolonial memainkan peranan yang sangat besar, baik secara
kuant it at if maupun kualit at if , barangkali di dalam sist em kolonial
ada f ormasi sosial lainnya. Pert ama-t ama, kolonialisme adalah
st rukt ur dari negara kolonial. 8 Tidak sepert i di sist em kapit alis,
di mana negara t erut ama berperan unt uk secara legal menyediakan
lembaga inf rast rukt ur bagi relasi-relasi produksi kapit alis dan di
mana negara kerapkali t idak memaksakan t urut dalam proses
produksi hingga abad ke-20 dan sist em dipelihara oleh proses
pr oduksi i t u sendi r i , negar a kol oni al t i dak memancangkan
superst rukt ur at as basis ekonomi kolonial; negara kolonial elemen
yang int egral dan t urut campur t angan dalam menst rukt urkan dan
memfungsikan ekonomi kolonial. Sedangkan “ ‘ klas penguasa’ dalam
masyarakat kapit al is yang memil iki dan mengawasi al at -al at
produksi dan mempunyai wewenang, didasarkan at as kekuat an
ekonomi sehi ngga dapat ber undi ng dengan negar a, negar a
di manf aat kan sebagai al at kekuasaan kl as kapi t al i s unt uk
mendominasi masyarakat , “ 9 di bawah kolonialisme merupakan
kasus yang sebaliknya. Karena di bawah kolonialisme pengawasan
koloni melalui negara kolonial, maka kapit alisme met ropolit an
m am p u u n t u k m e n su b or d i n asi k an p e n gaw asan n y a, d an
mengeksploit asi masyarakat . Sebenarnya kurun ini sama dengan
periode l aissez f aire.
Jaminan hukum negara kolonial dan t at a t ert ib keamanan yang
dimilikinya j uga mengandung bahaya baik dari int ernal maupun
ekst ernal. Juga berbahaya, secara langsung at au t idak langsung,
mel al ui t i ndakan-t i ndakan kel al ai an at au komi si , menekan
k ek uat an- k ek uat an ek onom i p r i b um i d an p r oses- p r oses
peperangan bagi kepent ingan kolonial. Kepent ingan ini secara
langsung dij alankan bagi pengedukan surplus, t erut ama selama
t ahap pert ama t et api j uga selama t ahap lainnya. Hal ini t erut ama
8

Selain itu penaklukkan koloni sendiri dalam banyak kasus dilakukan oleh negara
kolonial dan hampir semua kasus dibayar oleh negara kolonial dan rakyat kolonial.
9

Milliband, R., The State in Capitalist Society , 1969, hal. 22.

| 19 |

menunj ukkan kebiasaan dari negara kapit alis. Peranan lain negara
kolonial mencegah kesat uan di ant ara rakyat kolonial. Sebaliknya
negara kapit alis berupaya unt uk mencegah bersat unya klas pekerj a
t et api ber usaha akt i f unt uk mengembangkan kesat uan dan
keharmonisan di ant ara klas pemilik dan klas yang t idak bermilik,
negara kolonial mencoba menghancurkan munculnya kesat uan
nasional di kol oni, mengembangkan pembel ahan masyarakat
kolonial ke dalam berbagai bent uk kelompok sosial, t ermasuk
klas-klas sosial, dan melet akkan mereka dalam perselisihan sat u
sama lain. Secara serempak, masyarakat kolonial diarahkan ke
dal am t eori bahwa masyarakat kol onial dapat t ercerai-berai
(disint egrasi) t anpa adanya kolonialisme dan kesat uan masyarakat
kolonial hanya dimungkinkan di bawah negara kolonial. Sehingga,
perj uangan masyarakat kolonial t erhadap ant i-imperialisme dicoba
dibelokkan ke dalam perj uangan kast a t erhadap kast a, ‘ komunit as’
t er hadap ‘ komuni t as, ’ ‘ suku’ t er hadap ‘ suku’ dan bahkan
kadangkala klas t erhadap klas. 10
Lebih nyat a, negara kolonial t idak hanya menegakkan kondisikondisi yang mengunt ungkan bagi berlanj ut nya pengedukan surplus
kolonial, namun secara akt if dan secara l angsung memproduk
dan mer epr oduksi kondi si - kondi si t er sebut , t e r m asu k
memproduksi barang-barang dan j asa-j asa, unt uk lebih diperluas
ket imbang yang dil akukan ol eh negara kapit al is. Dan negara
kol onial secara akt if membant u pengusaha-pengusaha asing.
Terut ama secara langsung memberikan bant uan ekonomi, sosial,
budaya, polit ik, dan t ransf ormasi legal ke koloni agar reproduksi
surplus kolonial skalanya dapat diperluas.
Bagaimanapun, negara kolonial, t idak mampu menanggung beban
ber at sel am a f ungsi - f ungsi kat al ogusnya m asi h ber per an.
Muncul nya kont r adi ksi ut ama di dal am kol oni al i sme bobot
relat if nya dit andai dengan kebij akan kolonial dan f ungsi-f ungsi
10
Analisa historisataupun politik ilmuwan sosial imperialis, fenomena tersebut dijelaskan
sebagai refleksi ketika perjuangan anti-imperialisoleh masyarakat kolonial merupakan
perjuangan ‘ideologi’ versus ‘kelompok kepentingan’ di dalam masyarakat kolonial.

| 20 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

pendanaan secara langsung pada sat u pihak dan pada pihak lain
memf ungsikan ‘ t ransf ormasi’ at au ‘ pembangunan’ masyarakat
kolonial. Kont radiksi ini t ercermin dalam krisis yang t erus-menerus
pada anggaran belanj a kolonial, paj ak yang t inggi t erhadap rakyat
k ol oni al , d an m enghent i k an p er t um b uhan f ungsi - f ungsi
‘ pembangunan.’
Dalam masyarakat kolonial, ket erkait an ant ara dengan st rukt ur
ekonom i yang m endasar i adal ah l angsung dan ekspl i si t .
Konsekuensinya, kekuat an-kekuat an ant i-kolonial dengan mudah
mampu unt uk dipenet rasi dan karakt er negara kolonial t erungkap
sebagai inst rumen st rukt ur ekonomi kolonial. Sekali lagi ekonomi
kolonialisme dapat dianalisa dan dipahami, dengan mudah dan
dengan cepat dipahami berdasarkan karakt er negara kolonial dan
t anpa t erkecuali gerakan-gerakan perj uangan ant i-kolonial melalui
r encana negar a dan t i ngkat pol i t i sasi semaki n ber t ambah.
Sebaliknya di bawah kapit alisme perj uangan ant ara klas pekerj a
dengan kapit alisme t erj adi pada serikat buruh dan perencanaanper encanaan ekonomi ser t a t ugas-t ugas kapi t al i sme unt uk
mengangkat rencana polit ik, t erist imewa menampat kan perj uangan
bagi kekuat an negara, t et ap serius, kompleks, dan persoalan yang
t ak habis-habisnya, kekuat an ant i-kolonial di bawah kolonialisme,
hampir diawal i, bahkan mereka dimul ai dengan t ahap-t ahap
moderat , t unt ut annya diarahkan sebagai bagian dari kekuasaan
negara, dan kemudian gerak laj u ke dalam polit ik ant i-kolonial
dibelenggu. Ini merupakan salah sat u alasan mengapa perj uangan
pembebasan nasional lebih mudah diorganisir ket imbang gerakangerakan (klas) sosial dalam kapit alis at aupun masyarakat pasca
kapit alis di mana hubungan ant ara negara dengan st rukt ur ekonomi
yang domi nan yang kompl eks dan sul i t unt uk di pahami dan
dij elaskan.
(C) Dengan cara yang sama, mekanisme pengawasan kolonial
dil et akkan pada kul it l uar nya, hal t er sebut , hampir sel ur uh
kebi j akan kol oni al dapat di j el askan mel al ui pr oses-pr oses
inst rument al , yang mana l ebih mudah unt uk memahami dan

| 21 |

menyingkapnya. Kepent ingan-kepent ingan yang bagaimana yang
dij alankan oleh negara kolonial? Dari awal j awabnya t idak begit u
j elas dan ant i-imperialis j awaban yang sederhana. Ket erkait an
ant ar a kebi j akan- kebi j akan admi ni st r at i f kol oni al dengan
kepent ingan-kepent ingan met ropolit an lebih mudah dit egakkan.
Mengapa kepent ingan-kepent ingan met ropolit an lebih diut amakan?
Tak pelak lagi, karena nampaknya pengawasan met ropolit an sangat
luas, bagaimana hal ini dapat dibukt ikan bahwa negara kolonial
menj alankan kepent ingan-kepent ingan asing: Merupakan analisis
inst rument al yang sederhana. Sebaliknya di bawah kapit alisme,
kebij akan-kebij akan yang kompleks dan aparat -aparat negara t idak
memadai menj elaskan pengert ian manipulasi mereka oleh klasklas yang memerint ah, di bawah kolonialisme t ugas semacam ini
t idak sulit . Rakyat kolonial bukan bagian dalam pengambilan
kebij akan sert a pengawasan aparat -aparat negara dan prosesprosesnya. Dit ambah pula milik-milik negara kolonial, karena dasar
karakt er negara kol onial , kurang mampu unt uk mengadakan
p e r b ai k an d an t i n d ak an - t i n d ak an k e se j ah t e r aan se r t a
mengembangkan keharmonisan ant ara penguasa dengan yang
dikuasai.
Dengan kat a lain, negara kolonial buram, negara kolonial kerangka
yang t idak j elas, dan mudah dipenet rasi. Legit imasi negara kolonial
mudah di hancur kan. Pembukt i an empi r i s kedudukan ant i imper ial is mudah dihimpun dan dikembangkan. Sej ar ah dan
kehidupan saat ini penuh dengan kej adian-kej adian dan cont ohcont oh yang mencolok. Dua aspek ini konsekuensi pent ing unt uk
masyarakat -masyarakat pasca kolonial. Pemimpin-pemimpin yang
paling ant i-imperialis dij alankan melalui perj uangan kebebasan
dengan anal i sa- anal i sa i nst r um ent al i s dan di per l uas dan,
konsekuensinya, gagal unt uk berupaya menghancurkan st rukt ur
kolonialisme secara t ot al set elah kemerdekaan polit ik. Mereka
dat ang dengan kepercayaan bahwa set elah mekanisme polit ik di
bawah pengawasan pribumi, koloni berhasil dikolonisasi. Secara
serent ak, mereka kehilangan peranan ideologi dan budaya kolonial
dan aparat -aparat idolognya kerapkali melanj ut kan keberadaan

| 22 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

dan mengf ungsikan secara penuh dan secara bebas dalam sit uasi
pasca-kolonial. Kedua, mencakup dengan kesulit an dan t ugas
kompleks perj uangan organisasi sosial di dalam masyarakat pascakol onial , kel ompok-kel ompok sayap kiri berhubungan dengan
keprihat inan unt uk mengorganisir gerakan ant i-kolonial dan dengan
daya t arik unt uk membenahi sit uasi kolonial dan t ugas-t ugas dalam
pembebasan nasional di masyarakat mereka.
(D) Bagaimanapun, dalam pengert ian yang besar, j angkauan analisis
st rukt ural bahkan lebih besar dalam negara kolonial ket imbang
dalam negara kapit alis. Kenyat annya, aspek inst rument al dan aspek
st rukt ural dilebih-lebihkan dalam masyarakat kolonial. Jelasnya,
negara kolonial bukan birokrasi dan inst rumen-inst rumen negara
kolonial yang mana fungsi-fungsinya dit ent ukan oleh negara kolonial
dan memasukkan kebij akan-kebij akan kolonial. 11 Unt uk it u kit a
harus mempelaj ari st rukt ur kolonialisme, dan yang t erpent ing
st rukt ur ekonomi kolonialnya. Hal ini t erut ama yang paling pent ing,
sebagaimana kit a j abarkan dalam Bagian II, karena st rukt ur kolonial
dan konsekuensinya perubahan-perubahan dasar pada kebij akan
kolonial dalam t ahap-t ahap perbedaan kolonialisme bahkan melalui
inst rumen-inst rumen negara lebih kurang dilanj ut kan pada hal yang
sama. Kolonialisme awalnya dimulai dengan kont radiksi-kont radiksi
di dal am . Kebi j akan- kebi j akan kol oni al di t ent ukan ol eh
kont r adi ksi - kont r adi ksi t er sebut dan upaya- upaya unt uk
memut uskan mereka pada set iap t ahap kolonialisme.
(E) Negara kolonial lebih banyak bersandar pada dominasi dan
pol i t i k, t ekanan apar at - apar at nya dan l ebi h kur ang pada
‘ kepemimpinan’ at au ‘ pengerahan’ didasarkan at as perwakilan
ket imbang negara kapit alis. Di bawah kolonialisme, perwakilan
menguasai pada masyarakat yang paling pasif . Masyarakat kolonial
lebih kurang sebuah masyarakat sipil. Kerangka ini, yang mana
11

Hal ini jelasnya nampak pada setiap administrator tingkat kolonial dan pernyataan,
bagaimanapun mereka nampak ”mengkisahkan” sebagai individu-individu, juga batas
tertentu dengan struktur kolonial, bahkan mereka tidak dapat berfikir untuk melampaui
kondisi kolonial.

| 23 |

kerapkali dibahas oleh kolonialisme secara pot ensial menj adi
pert ent angan di dalam dirinya sendiri, lebih kurang menj adi sosok
yang hampa. Hal ini mempunyai dua konsekuensi: (i) negara
kolonial sangat cepat masuk ke dalam krisis negara; dan (ii) ruang
hampa dengan cepat diduduki ol eh kekuat an-kekuat an ant iimperial is yang mana t erut ama bert ugas menj adi kekuat ankekuat an mobi l i sasi pol i t i k unt uk mel awan domi nasi negar a
kolonial. Ini, kenyat aan, alasan lainnya kenapa masyarakat kolonial
pada aw al nya l ebi h mudah unt uk mengor gani sasi ger akan
kemerdekaan nasional ket imbang gerakan sosial.
Dalam kerangka yang t erbat as ini, kolonialisme merupakan elemen
i deol ogi yang mempesona yang t er di r i dar i dua aspek yang
berbeda: Pert ama mempercayai sist em birokrasi kolonial, dan
l ai nnya penet r asi i deol ogi dan m engaw asi yang di kuasai .
Pembahasan semacam ini t idak mengunt ungkan, maupun unt uk
mempelaj ari st rukt ur masyarakat kolonial secara akurat . Dalam
mempel aj ar i st r ukt ur kol oni al i sme per l u unt uk menganal i sa
ideologi kolonialisme dalam t ahap-t ahap masyarakat kolonial yang
berbeda, baik secara t eorit is maupun secara polit ik. Umpamanya,
dalam t ahap kedua kolonialisme, rakyat kolonial dibuj uk dengan
j anj i modernisasi secara keseluruhan t ermasuk pembangunan
ekonomi, budaya modern, dan diperkenalkan polit ik modern dan
gagasan-gagasan pol i t i k t er masuk pemer i nt ahan-sendi r i dan
demokrasi. Dalam t ahap ket iga, pada sat u pihak, penekanan pada
t indakan kebaj ikan dan depolit isasi. Ket idak-mampuan permanen
rakyat kolonial yang ‘ kekanak-kanakan’ unt uk mengat ur diri mereka
sendiri at au unt uk ket egasan prakt ek demokrasi. ‘ Rakyat yang
kekanak-kanakan’ j uga t idak mampu unt uk berpolit ik, mereka
hanya dapat menj adi penerima kebaj ikan yang pasif .
Sehi ngga, secar a akt i f ot or i t as kol oni al ber l awanan dengan
polit isasi rakyat dan mengaj arkan ideologi yang t idak polit is.
Sepanj ang periode ini mereka menyebarkan polit ik-polit ik yang
t idak l oyal t et api dal am pol it ik yang non-part isipasi. Mereka
mengambil j alan lain bagi polit ik-polit ik yang loyalis dan polit ik

| 24 |

Kolonialisme, Tahap- Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

memecah belah komunal, kast a, at au ‘ suku’ hanya set elah upayaupaya pencegahan polit isasi ant i-imperialis mengalami kegagalan.
(F) Apakah ket erkait an ant ara negara kolonial dan asing sert a
kl as-kl as pr i bumi yang di ekspl oi t asi ? Negar a kol oni al secar a
sempurna disubordinasikan oleh burj uis negara met ropolis dan
burj uis met ropolit an secara keseluruhan. Oleh sebab it u negara
kolonial kurang mempunyai karakt erist ik ot onomi relat if negara
kapi t al i s. Wal aupun demi ki an, negar a kol oni al , mempunyai
ot onomi yang salin