11. presentasi RPP Gambut APHI basuki
Tinjauan draft RPP. Perlindungan
dan pengelolaan Ekosistem
Gambut dari presektif Ilmu Tanah
Oleh
Basuki Sumawinata
Hotel Century Atlet, Jakarta 22 Juli 2014
RPP : PPEG
Perencanaan
Ps4-19. PPEG:
Inventarisasi,
penetapan fungsi EG
dan penyusunan dan
pengelolaan RPPEG
Pemanfaatan Pengendalian
Ps.20-21:
Pemanfaatan EG
dgn fungsi
lindung dan
budidaya sesuai
dgn RPPEG
Ps.22:
bagaimana
pengendalian
PPEG dilakukan
Ps.23:
Pencegahan
kerusakan EG:
dimana
kerusakan dapat
terjadi, kriteria
EG rusak baik
pada lindung dan
Ps.24:
budidaya
Perkecualian bila
gambut dgn
ketebalan 3m, Plasma nutfah dilindungi,
sesuai RTRW, Hutan lindung dan kawasan
konservasi) dari KHG ditetapkan sbg lindung.
Bagaimana dgn ijin ? Menurut ps peralihan memang
sampai ijin habis tapi
• jika muka air tanah (< 40 cm ) maka masuk kriteria
gambut rusak. Lahan berpirit dan berpasir kuarsa
termasuk gambut rusak.
• Padahal Saat ini dengan kemajuan teknologi, lahan
berpiritpun sudah banyak yang menjadi lahan
berproduksi baik padi maupun HTI.
• Mengingat definisi kerusakan lahan adalah terjadinya penurunan kualitas
lahan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menjalankan sesuai fungsinya.
• Saya melihat RPP ini tidak mengakomodir kemajuan teknologi untuk
perbaikan, pemanfaatan sehingga cenderung mengunakan prinsip kehatihatian saja. Jadi setiap ada potensi kerusakan solusinya konservasi atau
biarkan
• Mengingat tidak mengikuti kemajuan teknologi masing masing sektor, Maka
tidak seharusnya pp mengatur sektor demikian detail. Telah ada UU tersendiri
untuk hal itu. Misal Menhut memiliki UU, PP dan permenhutnya demikian juga
perkebunan juga sudah diatur menurut UU, PP dan permen tersendiri.
• Sebaiknya Kriteria kerusakan lahan ditetapkan oleh kementrian masing
masing.
• Seharusnya yang dipantau pada lahan budidaya yang berijin adalah
outputnya, bagaimana produktivitasnya, bagaimana pencemarannya,
berapa emision factor nya selalu dipantau dan di lakukan tindakan
pencegahan melalui pengembangan ilmu dan teknologi yg berkembang
terus menerus
Sumber: pusat sumberdaya geologi, presentasi jakarta 2007
180.000
185.000
190.000
01°37'30" LU
2° 00" LU
175.000
BK . 17
6.35 m
B
M A L A K A
1° 00" LU
S E L A T
PROV
IN SI
BK . 18
1.25 m
9
1
2 3
Y
S
IA
SEDINGINAN
BENGKALIS
P. PADANG
BALAIPUNGUT
KOTATENGAH
P. RANGSANG
MINAS
SIAKSRIINDRAPURA
S
U
M
BA
P.KENDUR
SUNGAIAPIT
GADING
P. PENYELER
UJUNGBATU
ROKAN
V
P.KARIMUN
TANJUNG BALAI KARIMUN
SELATPANJANG
PASIRPANGARAIAN
KOTALAMA
PEKANBARU
BANG KINANG
PANGKALANBUNUT
RANTAU
LANGGAN
R
KUALAKAMPAR
TELUKMERANTI
LIPATKAIN
100° 00" BT
KUALANAPUH
102° 00" BT
101° 00" BT
MANDAH
103° 00" BT
PETA LOKASI DAERAH UJI PETIK
BK .8
9.15 m
BK . 7
9.35 m
8
6
A
BATUPANJANG
DURI
175.000
4 5
L
UJUNGTANJUNG
DUMAI
BK . 10
4.50 m
BK . 9
8.00 m
A
BAGANSIAPIAPI
DALUDALU
PR
O
BK . 16
3.00 m
M
SUMA
TERA
UTAR
A
170.000
0° 00"
9
7
7
8
5
6
3
4
U
2 1
Selat Baru
BK . 14
1.50 m
BK . 6
9.00 m
170.000
BK . 15
7.50 m
BK . 5
8.00 m
BK . 13
4.50 m
Skala 1 : 100.000
BK . 4
6.30 m
0
5 Km
0
5 Cm
BK . 2
4.70 m
BK . 1
1.60 m
BK . 3
1.00 m
A
BK . 2 A
5.15 m
KETERANGAN:
BK . 12
6.40 m
3
Isopach Endapan Gambut
2 1
165.000
6
BK . 1 A
Bengkalis
3.55 m
BK . 5
8.00 m
5
2
3
Sungai
4
Jalan
1
S
E
L
A
Kota
T
B
160.000
E
BK . 11
N
G
01°25'00" LU
K
A
L
BK . 6
DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL
KODE PROYEK : 07.1.01440222.20.06.002.T.A.2004
10
BK . 4
BK . 2
BK . 7
BK . 1
BK . 3
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
12
BK . 5
10
Sea Level 0
P A N J A N G
14
12
4
Penampang A - B
102°15'00" BT
PENAMPANG GAMBUT A - B
2
B
A
I S
14
6
Kampung / Desa
1.50 m
S E L A T
8
Titik Bor
Ketebalan
BK . 8
BK . 9
BK . 10
GAMBUT
8
PETA ISOPACH GAMBUT
6
DAERAH UJI PETIK DI P. BENGKALIS BARAT
KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
4
Disusun
Ir. J. A. Eko Tjahjono DESS
2
Digambar
Wawang, S. P
0 Sea Level
Diperiksa
Ka.Sub.Dit. Batubara
DR.Ir. Hadiyanto, MSc
-2
-2
Pemimpin Proyek
Disetujui / Disahkan
-4
A
Ir. Bambang Pardiarto
-4
B
Peta Top Lembar
Lampiran
0917 - 41 SELAT BARU
PETA 2
Agustus, 2004
Peat dome : 9 m
Lokasi P Bengkalis
102°00'00" BT
ELEVASI ( M )
Kubah gambut
sebagai reservoir
Tata ruang yang dibuat tidak
berdasarkan sifat fisik lahan dan
menunjukkan kajian yang tidak
komprehensif
Sumber: peta indikatif penundaan penggunaan
hutan dan gambut Rev 2
R e la tiv e s H e ig h t ( c m )
surface level variation
R e la t iv e s H e ig h t ( c m )
900
10 m
BBHA Plot R3701
1100
900
10 m
BBHA Plot R0743
1100
900
BBHA Plot R0744
1100
10 m
BBHA Plot R3702
1100
900
R e la t iv e s H e ig h t ( c m )
1100
R e la tive s H e ig h t (c m )
BBHA Plot R0742
Relatives Height (cm)
R e la tive s H e ig h t (c m )
Microrelief of plots on Acacia Plantation in Bukit Batu, Riau
10 m
BBHA Plot R3703
1100
900
10 m
900
10 m
Kebakaran lahan Vs tinggi muka air gambut
• Perencanaan yang baik harus
senantiasa memperhatikan
keseimbangan antara
pembangunan , konservasi lahan
PETA INDIKATIF SEBARAN KESATUAN
HIDROLOGIS GAMBUT INDONESIA
Sumber Presentasi Barus 2014
PETA INDIKATIF SEBARAN KESATUAN
HIDROLOGIS GAMBUT SUMATERA
Sumber Presentasi
dan pengelolaan Ekosistem
Gambut dari presektif Ilmu Tanah
Oleh
Basuki Sumawinata
Hotel Century Atlet, Jakarta 22 Juli 2014
RPP : PPEG
Perencanaan
Ps4-19. PPEG:
Inventarisasi,
penetapan fungsi EG
dan penyusunan dan
pengelolaan RPPEG
Pemanfaatan Pengendalian
Ps.20-21:
Pemanfaatan EG
dgn fungsi
lindung dan
budidaya sesuai
dgn RPPEG
Ps.22:
bagaimana
pengendalian
PPEG dilakukan
Ps.23:
Pencegahan
kerusakan EG:
dimana
kerusakan dapat
terjadi, kriteria
EG rusak baik
pada lindung dan
Ps.24:
budidaya
Perkecualian bila
gambut dgn
ketebalan 3m, Plasma nutfah dilindungi,
sesuai RTRW, Hutan lindung dan kawasan
konservasi) dari KHG ditetapkan sbg lindung.
Bagaimana dgn ijin ? Menurut ps peralihan memang
sampai ijin habis tapi
• jika muka air tanah (< 40 cm ) maka masuk kriteria
gambut rusak. Lahan berpirit dan berpasir kuarsa
termasuk gambut rusak.
• Padahal Saat ini dengan kemajuan teknologi, lahan
berpiritpun sudah banyak yang menjadi lahan
berproduksi baik padi maupun HTI.
• Mengingat definisi kerusakan lahan adalah terjadinya penurunan kualitas
lahan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menjalankan sesuai fungsinya.
• Saya melihat RPP ini tidak mengakomodir kemajuan teknologi untuk
perbaikan, pemanfaatan sehingga cenderung mengunakan prinsip kehatihatian saja. Jadi setiap ada potensi kerusakan solusinya konservasi atau
biarkan
• Mengingat tidak mengikuti kemajuan teknologi masing masing sektor, Maka
tidak seharusnya pp mengatur sektor demikian detail. Telah ada UU tersendiri
untuk hal itu. Misal Menhut memiliki UU, PP dan permenhutnya demikian juga
perkebunan juga sudah diatur menurut UU, PP dan permen tersendiri.
• Sebaiknya Kriteria kerusakan lahan ditetapkan oleh kementrian masing
masing.
• Seharusnya yang dipantau pada lahan budidaya yang berijin adalah
outputnya, bagaimana produktivitasnya, bagaimana pencemarannya,
berapa emision factor nya selalu dipantau dan di lakukan tindakan
pencegahan melalui pengembangan ilmu dan teknologi yg berkembang
terus menerus
Sumber: pusat sumberdaya geologi, presentasi jakarta 2007
180.000
185.000
190.000
01°37'30" LU
2° 00" LU
175.000
BK . 17
6.35 m
B
M A L A K A
1° 00" LU
S E L A T
PROV
IN SI
BK . 18
1.25 m
9
1
2 3
Y
S
IA
SEDINGINAN
BENGKALIS
P. PADANG
BALAIPUNGUT
KOTATENGAH
P. RANGSANG
MINAS
SIAKSRIINDRAPURA
S
U
M
BA
P.KENDUR
SUNGAIAPIT
GADING
P. PENYELER
UJUNGBATU
ROKAN
V
P.KARIMUN
TANJUNG BALAI KARIMUN
SELATPANJANG
PASIRPANGARAIAN
KOTALAMA
PEKANBARU
BANG KINANG
PANGKALANBUNUT
RANTAU
LANGGAN
R
KUALAKAMPAR
TELUKMERANTI
LIPATKAIN
100° 00" BT
KUALANAPUH
102° 00" BT
101° 00" BT
MANDAH
103° 00" BT
PETA LOKASI DAERAH UJI PETIK
BK .8
9.15 m
BK . 7
9.35 m
8
6
A
BATUPANJANG
DURI
175.000
4 5
L
UJUNGTANJUNG
DUMAI
BK . 10
4.50 m
BK . 9
8.00 m
A
BAGANSIAPIAPI
DALUDALU
PR
O
BK . 16
3.00 m
M
SUMA
TERA
UTAR
A
170.000
0° 00"
9
7
7
8
5
6
3
4
U
2 1
Selat Baru
BK . 14
1.50 m
BK . 6
9.00 m
170.000
BK . 15
7.50 m
BK . 5
8.00 m
BK . 13
4.50 m
Skala 1 : 100.000
BK . 4
6.30 m
0
5 Km
0
5 Cm
BK . 2
4.70 m
BK . 1
1.60 m
BK . 3
1.00 m
A
BK . 2 A
5.15 m
KETERANGAN:
BK . 12
6.40 m
3
Isopach Endapan Gambut
2 1
165.000
6
BK . 1 A
Bengkalis
3.55 m
BK . 5
8.00 m
5
2
3
Sungai
4
Jalan
1
S
E
L
A
Kota
T
B
160.000
E
BK . 11
N
G
01°25'00" LU
K
A
L
BK . 6
DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL
KODE PROYEK : 07.1.01440222.20.06.002.T.A.2004
10
BK . 4
BK . 2
BK . 7
BK . 1
BK . 3
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
12
BK . 5
10
Sea Level 0
P A N J A N G
14
12
4
Penampang A - B
102°15'00" BT
PENAMPANG GAMBUT A - B
2
B
A
I S
14
6
Kampung / Desa
1.50 m
S E L A T
8
Titik Bor
Ketebalan
BK . 8
BK . 9
BK . 10
GAMBUT
8
PETA ISOPACH GAMBUT
6
DAERAH UJI PETIK DI P. BENGKALIS BARAT
KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
4
Disusun
Ir. J. A. Eko Tjahjono DESS
2
Digambar
Wawang, S. P
0 Sea Level
Diperiksa
Ka.Sub.Dit. Batubara
DR.Ir. Hadiyanto, MSc
-2
-2
Pemimpin Proyek
Disetujui / Disahkan
-4
A
Ir. Bambang Pardiarto
-4
B
Peta Top Lembar
Lampiran
0917 - 41 SELAT BARU
PETA 2
Agustus, 2004
Peat dome : 9 m
Lokasi P Bengkalis
102°00'00" BT
ELEVASI ( M )
Kubah gambut
sebagai reservoir
Tata ruang yang dibuat tidak
berdasarkan sifat fisik lahan dan
menunjukkan kajian yang tidak
komprehensif
Sumber: peta indikatif penundaan penggunaan
hutan dan gambut Rev 2
R e la tiv e s H e ig h t ( c m )
surface level variation
R e la t iv e s H e ig h t ( c m )
900
10 m
BBHA Plot R3701
1100
900
10 m
BBHA Plot R0743
1100
900
BBHA Plot R0744
1100
10 m
BBHA Plot R3702
1100
900
R e la t iv e s H e ig h t ( c m )
1100
R e la tive s H e ig h t (c m )
BBHA Plot R0742
Relatives Height (cm)
R e la tive s H e ig h t (c m )
Microrelief of plots on Acacia Plantation in Bukit Batu, Riau
10 m
BBHA Plot R3703
1100
900
10 m
900
10 m
Kebakaran lahan Vs tinggi muka air gambut
• Perencanaan yang baik harus
senantiasa memperhatikan
keseimbangan antara
pembangunan , konservasi lahan
PETA INDIKATIF SEBARAN KESATUAN
HIDROLOGIS GAMBUT INDONESIA
Sumber Presentasi Barus 2014
PETA INDIKATIF SEBARAN KESATUAN
HIDROLOGIS GAMBUT SUMATERA
Sumber Presentasi