PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA MAKANAN TRADISIONAL POTHIL DI KARANGANYAR, KRASAK, SALAMAN, KABUPATEN MAGELANG.
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh; SITI NURIMAH
035724015
PENDIDIKAN TEKNIK BOGA BUSANA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2007
(2)
iii
Pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupaten Magelang” telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 23 Oktober 2007 dan dinyatakan LULUS.
DEWAN PENGUJI
Nama Fitri Rahmawati, M.P Kokom Komariah, M.Pd Purwati Tjahyaningsih, M.Pd.
Jabatan Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji
Tanda Tangan ... ... ...
Tanggal ... ... ...
Yogyakarta, November 2007 Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Wardan Suyanto, Ed.D NIP. 130 683 449
(3)
iv Nama : Siti Nurimah
NIM : 035724015
Jurusan : Pendidikan Teknik Boga Busana Program Studi : Pendidikan Teknik Boga
Fakultas : Teknik Judul Skripsi :
PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA MAKANAN TRADISIONAL POTHIL DI KARANGANYAR, KRASAK, SALAMAN,
KABUPATEN MAGELANG
Menyatakan bahwa laporan skripsi ini hasil pekerjaan saya yang tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau digunakan sebagai persyaratan bagi penyelesaian studi di perguruan tinggi lain, kecuali dalam bagian–bagian tertentu saya ambil sebagai acuan.
Apabila pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, November 2007 Penulis
(4)
v MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh – sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” ( Alam Nasyrah 6-8) “Where there is a will there is a way”( anonym) “Kalau memang rezeki nggak kemana” (pribadi)
PERSEMBAHAN Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah karena Engkau skripsi ini dapat tersusun
• Mak dan Bapak, terima kasih yang tak terkira buat semuanya
• Kakak-kakakku
• Budhe, terima kasih atas bantuan dan dorongannya
• Spesial thanks*)
(5)
vi Oleh: SITI NURIMAH
035724015 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupaten Magelang dari 1) Aspek sumber daya manusia 2) Aspek produksi 3) Aspek Pemasaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah 14 unit produksi pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupaten Magelang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket dan wawancara. Analisa data menggunakan analisa diskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identitas pengusaha pothil sebagai responden berumur antara 30 hingga lebih dari 60 tahun, dan berjenis kelamin wanita. Lama usaha yang telah dijalankan berkisar 1 hingga lebih dari 20 tahun. Dari aspek 1) Sumber daya manusia: pendidikan yang pernah ditempuh pengusaha pothil rata-rata SD dan seluruh responden belum pernah mengikuti pelatihan. Seluruh responden juga tidak memiliki pengalaman kerja di luar bidang memproduksi pothil. Tenaga kerja dan pengorganisasian usaha dilakukan sendiri oleh keluarga. 2) Aspek produksi: modal usaha bersumber dari modal sendiri yaitu berkisar antara Rp. 40.000,--Rp 89.000,-/hari. Bahan baku berupa ketela dan bahan penolong berupa wijen, garam, bawang putih, minyak goreng dan pewarna makanan kuning muda. Peralatan yang digunakan masih tradisonal. Kegiatan produksi dilakukan setiap hari di rumah masing-masing. Pothil memiliki karakteristik bentuk berupa bulatan-bulatan kecil yang bergandeng membentuk lingkaran, cekung di tengah dan memiliki diameter ±15 cm dan ±25 cm, berwarna kuning, renyah, rasa gurih dan di tengahnya terdapat wijen. 3) Aspek pemasaran: kemasan pothil berupa plastik bening dan belum memiliki merk dagang. Harga jual Rp. 1500,- untuk ukuran kecil dan Rp. 2000,- untuk ukuran besar. Omzet rata-rata Rp. 60.000 hingga lebih dari Rp. 100.000/hari. Lokasi penjualan di pasar tradisional sekitar Krasak dan Salaman.
(6)
vii
dan karunia Nya, sehingga Skripsi yang berjudul PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA MAKANAN TRADISIONAL POTHIL DI KARANGANYAR, KRASAK, SALAMAN, KABUPATEN MAGELANG ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa selesainya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Wardan Suyanto, Ed.D Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.
2. Kokom Komariah, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, atas izin yang diberikan dalam penelitian ini.
3. Fitri Rahmawati. M.P. Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah membimbing, memotivasi dan banyak meluangkan waktu dalam penelitian ini.
4. Marwanti, M.Pd Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan banyak motivasi.
5. Seluruh pengusaha pothildi Karanganyar, Krasak Salaman, Magelang yang telah bersedia meluangkan waktu dalam pengambilan data penelitian ini. 6. Teman–teman Boga 2003, atas motivasinya.
(7)
viii kemajuan di masa yang akan datang.
Yogyakarta, November 2007
(8)
ix
Halaman Judul... i
Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Pernyataan... iv
Motto dan Persembahan ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran Gambar ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... . 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah ... . 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori ... 8
1. Industri Rumah Tangga Makanan TradisionalPothil.... 8
(9)
x 5. Profil Industri Rumah Tangga
Makanan TradisionalPothil... 23
B. Kerangka Berfikir... 28
C. Pertanyaan Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 31
B. Definisi Operasional... 32
C. Populasi dan Sampel ... 33
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
1. Identitas Responden ... 38
2. Profil Industri Rumah Tangga Makanan TradisionalPothil... 40
B. Pembahasan... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 67
B. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA
(10)
xi
Tabel 1. Kandungan gizi singkong ... 16
Tabel 2. Komposisi Biji Wijen... 20
Tabel 3. Formula pembuatanpothil... 21
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Pengambilan Data ... 35
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Usia ... 38
Tabel 6. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 39
Tabel 7. Identitas Responden Menurut Lama Usaha ... 39
Grafik 1. Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal... 40
Tabel 8. Modal Usaha ... 43
Tabel 9. Peralatan ProduksiPothil... 45
Tabel 10. KarakteristikPothil... 48
Tabel 11. KemasanPothil... 49
Tabel 12. Harga JualPothil... 49
Tabel 13. Omzet rata-rata per hari ... 50
Tabel 14. Lokasi Penjualan ... 50
Tabel 15. Cara Penjualan ... 51
Tabel 16. Alat Angkut... 52
Tabel 17. Wilayah Penjualan ... 53
Tabel 18. Waktu Penjualan ... 53
(11)
xii Gambar 1. Ketela Kupas
Gambar 2. Parut Obelan Gambar 3. Air Perasan Ketela
Gambar 4. Ampas Ketela yang Sudah Dikukus Gambar 5. Adonan, Pati dan Wijen
Gambar 6. Adonan yang Sudah Mulai Dibentuk Gambar 7. NgglenderiAdonan
Gambar 8 NgglenderiAdonan
Gambar 9 Adonan yang Sudah Diglenderi Gambar 10. Membentuk Adonan
Gambar 11. Pothilyang Siap Digoreng Gambar 12. MenyusunPothildalam Wajan
Gambar 13 MenggorengPothildalam Minyak Sedikit Gambar 14 MenggorengPothildalam Minyak Banyak Gambar 15 Pothilyang Sudah Digoreng
Gambar 16 PothilSebelum Dikemas Gambar 17 Pothilyang Sudah Dikemas Gambar 18 Pothilyang Siap Dipasarkan
(12)
xiii
TRADISIONAL POTHIL DI KARANGANYAR, KRASAK, SALAMAN,
KABUPATEN MAGELANG “ ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
diujikan.
Yogyakarta, Oktober 2007 Pembimbing
Fitri Rahmawati, MP NIP. 132 296 048
(13)
xiv pada-Mu. Aaamiin
♣ Mba’ Chymel dan Mz Singgih, terima kasih buat semuanya selama ini dan semoga tetap mewangi………….
♣ Ari Desy, thanks for all. Thanks juga buat komputernya………
♣ Uyung, terima kasih dan maaf untuk setia aku repoti………….
♣ Mba’ Inung, thanks banget buat kebersamaannya (critanya: berjuang ngejar impian di bulan Desember 07)
♣ Pytex, Paikul, Ruli, Dian, Chacha, thanks buat semuanya ………..
♣ Teman-teman Boga S1 Reguler 2003(Ila, Via, Dita, Amin, Ria, Eka, Gogon, Desti, Zulis, Handra, Ani, Nur V3, Vina, Mei, Tara, Titik, Lela, Asna), tetep semangat and thanks buat semuanya + angkatan 02 PKS (mb Chym, mb Feb, mb Lia, mb Sul, mb Asiah, mb J’ken) yang kuliah bareng…..
♣ Anis, Erma, Ismi, semoga apa yang telah kita miliki tetap indah untuk dikenang
♣ Mba’ Phino (thanks buat waktunya sampai k Smrg), Fariel, Trie, Siti, Ipuk, Ipit, buat semangat dan dorongannya selama ini.
♣ Budhe Isti matur nuwun sampai Semarangnya………….
(14)
Siti Nurimah 035724015 ABSTRACT
The purpose of the research is to know the profile of traditional food home industry of Pothil in Karanganyar, Krasak, Salaman, Magelang 1) Human resources aspect 2) Production aspect 3) Marketing aspect
This research is survey research. Population and sample of this research is 14 units production pothil in Karanganyarn Krasak, Salaman, Magelang. The technique to collect the data by using questioner method and interviewing. The data analyze by using descriptive analyze.
The result of this research show that the identity of pothil’s producer as respondents 30 until 60 years old and they are female. This industry have done for 1 until 20 years. 1) The human resource we can see from that the level producers pothileducation is elementary school. And all of the respondents have not yet followed the training. All the respondents also have no working experience except producing thepothil. The workers and the organization industry is done by their own family 2) Production aspect: the capital of the industry is come from their own capital at about Rp. 40.000,- until Rp. 89.000,-/day. The materials of pothil are cassava , sesame, salt, onion, vegetable oils, and food coloring. The utensils which is used are very traditional. The production activity is done everyday in their own house.Pothil has ring small shape that connected with another and has diameter ± 15 cm and ± 25 cm, yellow color, crispy, delicious, and the center there are sesames. 3) Marketing aspect: pothil package is made from plastic, and has no brand, the pothil’s price is at about Rp. 1500,- for small shape and Rp 2500,- for big shape. The income at about Rp. 60.000 until Rp.100.000,-/day. The pothil marketing is located in traditional market around Krasak and Salaman.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri dewasa ini semakin pesat. Berbagai jenis industri mulai bermunculan. Hal ini seiring dengan perkembangan di bidang teknologi yang mempengaruhi pola pikir masyarakat. Salah satunya adalah pola pikir masyarakat terhadap olahan produk makanan.
Proses pengolahan produk makanan dewasa ini cenderung menggunakan alat-alat berbasis teknologi. Sehingga orang jarang mengenal bahkan merasa asing dengan proses olahan produk makanan yang bersifat tradisional. Untuk itu, keberadaan olahan produk makanan tradisional perlu dilestarikan.
Makanan tradisional adalah jenis makanan olahan asli Indonesia yang dikenal dan lazim dikonsumsi oleh masyarakat di daerah. Menurut Suparno (1991:19) Indonesia memiliki beragam makanan dengan kekhasan-kekhasan sesuai dengan daerah dimana makanan itu berasal. Makanan khas itu dikenal juga dengan makanan tradisional. Makanan tradisional disini sebagai keberadaan kultur berupa temuan resep dan teknologi suatu daerah, sejak dari nenek moyang hingga sekarang.
Makanan tradisional sebagai makanan khas daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Masing-masing daerah mempunyai jenis makanan disertai variasi, fungsi dan cara pembuatannya. Makanan sangat erat kaitannya dengan bahan
(16)
pembuatannya. Karena itu bahan-bahan mentah, untuk suatu masyarakat/ suku bangsa dipengaruhi oleh potensi alam dimana mereka bermukim. Selain itu juga terkait adat istiadat dan ini membuktikan bahwa makanan telah menimbulkan ciri khas pada masing–masing daerah dan suku bangsa. (Sri Saadah Soepono dkk, 2004)
Makanan tradisional merupakan salah satu asset budaya bangsa yang perlu dilestarikan, supaya keberadaannya tetap langgeng /tidak punah karena peradaban dan kemajuan teknologi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan makanan tradisional adalah dengan penggalian jenis-jenis makanan kecil tradisional yang ada, bahkan dilakukan pengembangan dari jenis makanan tersebut agar lebih menarik dan diminati tanpa mengurangi keaslian dari makanan kecil tradisional. Penggalian jenis makanan tradisional dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan pada generasi muda tentang berbagai cara /teknik olah dari masing-masing makanan kecil tradisional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan untuk pengembangan produk makanan kecil tradisional Indonesia disesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini (Tri Sutanto, 1997 : 36).
Salah satu bentuk olahan makanan tradisional adalah pothil. Pothil adalah jenis makanan tradisional yang terbuat dari singkong dan hampir sama dengan alen-alen hanya saja warna dan bentuknya yang berbeda. Pothil berwarna kuning dengan bentuk bulat seperti cincin yang saling menyatu sehingga membentuk bulatan besar dengan diameter kurang lebih 25 cm, diatasnya terdapat sejumlah wijen. Pothil berkembang di daerah
(17)
Salaman, Magelang. Salaman selain merupakan salah satu daerah industri di Kabupaten Magelang, juga merupakan salah satu daerah yang mengandalkan sektor pertanian, sehingga sangat mungkin bagi daerah ini untuk terus melestarikan makanan tradisional pothil. Hal ini didukung dengan banyaknya bahan baku pembuatanpothil.
Selain memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai asset budaya bangsa, saat ini pothil telah diproduksi oleh industri skala rumah tangga yang dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan keluarga bahkan ada yang memproduksi pothil sebagai mata pencaharian atau sumber pendapatan utama.
Industri kecil dan industri rumah tangga menawarkan kesempatan kerja terutama bagi wanita karena pada umumnya teknologi yang digunakan pada industri ini masih sederhana dan bersifat padat karya, terbukti dari kemampuan industri kecil yang menyerap tenaga kerja 86,6% dari keseluruhan tenaga kerja di sektor industri. (Suratiyah, 1994).
Kabupaten Magelang sebagai daerah yang mengandalkan pariwisata, mempunyai peluang mengembangkan makanan tradisional seperti pothil, karena makanan ini mempunyai daya simpan yang cukup lama. Sehingga makanan tersebut memiliki potensi sebagai oleh-oleh (cindera rasa) yang dapat menunjang sektor pariwisata di daerah ini.
Industri pothil di Salaman merupakan industri rumah tangga yang dilakukan oleh penduduk di dusun Karanganyar Krasak Salaman Magelang. Sesuai data yang diperoleh dari Depperindag Kabupaten Magelang, di
(18)
Karanganyar ini terdapat 24 unit usaha dengan komoditas utama dari ketela, dan 14 diantaranya adalah unit usaha pothil. Unit usaha ini memiliki kapasitas 7500 kg/tahun dengan nilai produksi 22.500.000/tahun dan daerah pemasarannya hanya di Salaman.
Upaya untuk dapat mengangkat dan mengembangkan industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Salaman serta produknya, perlu diketahui permasalahan yang ada dan dihadapi oleh industri saat ini. Dari permasalahan tersebut, diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih maju dan berkembang. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Salaman, sebab saat ini produk pothil belum begitu dikenal di luar daerah Salaman. Padahal makanan ini potensial sekali untuk dilestarikan dan dikembangkan. Dari pihak pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Magelang belum memberikan gambaran secara jelas tentang keberadaan industri tersebut beserta produknya. Penggambaran yang dimaksud adalah profil industri rumah tangga makanan tradisionalpothildi Dusun Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupatan Magelang.
B. Identifikasi masalah
Upaya mengangkat dan mengembangkan industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Salaman beserta produknya yaitu pothil menemui berbagai permasalahan yaitu pertama, sebagai makanan tradisional
(19)
diperlukan sejarah dan filosofi yang terkait dengan pothil. Kedua industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Salaman sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Bagaimana peran Diperindag dalam memajukan dan mengembangkan. Ketiga, pothil memiliki potensi untuk menunjang pariwisata kabupaten Magelang Bagaimana upaya Disparbud Kabupaten Magelang dalam mempromosikan dan memasarkan produkpothil.
Usaha memproduksi dan menjual pothil ditemui banyak permasalahan terkait dengan faktor produksi yaitu aspek tenaga kerja sebagai pelaku produksi yaitu usia, jenis kelamin, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan produksi, tingkat pendidikan dan pengalaman yang berpengaruh pada pengorganisasian usaha. Untuk perancanaan produksi yaitu modal usaha, pengadaan bahan baku, penggunaan peralatan produksi. Kemudian pelaksanaan produksi yaitu tempat, cara produksi, hasil produksi, lama produksi. Hal yang tidak kalah penting yaitu pemasaran bagaimana cara penyaluran hasil produk agar sampai ke konsumen yang meliputi harga, distribusi, dan promosi.
C. Batasan Masalah
Penyajian profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil yang mempunyai cakupan luas tersebut, peneliti membatasi permasalahan yang diangkat dalam latar belakang dan identifikasi masalah yaitu yang menyangkut aspek sumber daya manusia yang meliputi pemilik usaha pothil, aspek produksi dan aspek pemasaran.
(20)
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dari aspek sumber daya manusia?
2. Bagaimana profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dari aspek produksi?
3. Bagaimana profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dari aspek pemasaran?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dari aspek sumber daya manusia.
2. Mengetahui profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dari aspek produksi.
3. Mengetahui profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dari aspek pemasaran.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang makanan tradisional pothil yang selama ini belum cukup dikenal di kalangan mahasiswa Boga.
2. Bagi industri
(21)
3. Bagi pemerintah
Sebagai gambaran bahwa makanan tradisional pothil perlu dikembangkan dan dilestarikan untuk menunjang pariwisata daerah.
(22)
BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori
1. Industri rumah tangga makanan tradisional pothil a. Pengertian Industri
Industri secara umum diartikan sebagai usaha manusia untuk mengolah bahan dasar menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi sehingga mendatangkan manfaat bagi manusia. Industri adalah sebagai kegiatan ekonomis yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Dipperend, 1984 :3)
Biro Pusat Statistik menyebutkan dalam keterangannya bahwa pengertian industri adalah :
“Tempat mengolah bahan dasar menjadi barang jadi/barang yang kurang berarti dari segi nilainya dengan maksud untuk dijual guna mendukung kelancaran suatu industri memerlukan berbagai factor seperti bahan baku/ bahan mentah, tenaga kerja, modal, manajemen, dan pemasaran hasil produksi. Faktor-faktor ini harus dipenuhi dalam proses produksi” (BPS, 1995)
Selain itu, BPS juga memberikan klasifikasi industri ditinjau dari perbedaan penggunaan tenaga kerja yaitu:
1) Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
(23)
2) Industri sedang adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja 20– 99 orang.
3) Industri kecil adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja 5–19 orang.
4) Industri rumah tangga adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja 1–4 orang (http//www.magelangkab.go.id)
Renner sebagaimana dikutip oleh Irfan Hadjam (1977) mendefinisikan industri adalah kegiatan manusia yang produktif atau tiap usaha yang merupakan suatu unit yang membuat suatu barang dan jasa oleh masyarakat dan didirikan di suatu industri adalah bahan baku (raw material), labour (management, skill labour, dan unskill labour), capital.
Menurut pengertian dan klasifikasi di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud industri rumah tangga adalah suatu usaha mengolah bahan baku menjadi barang jadi/barang setengah jadi dilakukan dalam skala rumah tangga dengan tenaga kerja kurang dari 4 orang.
Industri kecil dan industri rumah tangga menawarkan kesempatan kerja terutama bagi wanita karena pada umumnya teknologi yang digunakan pada industri ini masih sederhana dan bersifat padat karya, terbukti dari kemampuan industri kecil yang menyerap tenaga kerja 86,6% dari keseluruhan tenaga kerja di sektor industri. (Suratiyah, 1994)
(24)
Selain tenaga kerja seperti yang sudah disebutkan bahwa faktor-faktor industri yang lain yaitu bahan baku yang cukup untuk terjadinya proses produksi, tenaga kerja, modal juga diimbangi dengan kegiatan pemasaran yang baik untuk mendukung tetapnya kegiatan produksi.
b. Pengertian Makanan Tradisional
Makanan dalam kamus Bahasa Indonesia adalah suatu benda yang berupa nasi (roti, kue dll) yang dicari manusia untuk dimakan (Badudu, 1996). Menurut Heriyati (1996) makanan adalah sesuatu benda dengan diambil menggunakan tangan kemudian dimasukkan ke dalam mulut kemudian dikunyah dan ditelan. Sedangkan makanan menurut Koentjaraningrat (1985, 46) adalah suatu konsep kebudayaan yang merupakan bahan-bahan yang telah diterima dan diolah sesuai kebiasaan dan kepercayaan untuk dimakan sesudah melalui proses penyiapan dan penyuguhan dan juga sesuai kebiasaan dan kepercayaan supaya hidup dan berada pada kondisi yang baik.
Istilah makanan tradisional berasal dari bahasa latin tradisio yang berarti kabar atau penerusan. Tradisi dapat diartikan lebih luas sebagai sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan menurut Purwodarminto yang dikutip Marwanti (2000:12), tradisional adalah sesuatu yang sudah turun temurun diwarisi dari nenek moyang sehingga untuk mengubahnya mengalami kesulitan
(25)
seperti halnya makanan yang dikonsumsi dalam keluarga secara turun temurun.
Makanan erat sekali dengan tradisi suatu masyarakat setempat sehingga makanan mempunyai fenomena lokal. Fenomena lokal ini merupakan sesuatu yang melatarbelakangi tumbuh kembangnya jenis makanan tertentu di suatu daerah sehingga erat kaitannya dengan sejarah, adat istiadat, tradisi, kepercayaan dan agama setempat sebagai bagian kehidupan sosial dan spiritual mereka. Jenis makanan yang memiliki fenomena lokal ini disebut makanan tradisional (Winarno, 1995:13)
Makanan tradisional memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkap oleh Sosrodiningrat yang dikutip Marwanti (2000:13) adalah sebagai berikut:
a) Resep makanan yang diperoleh secara turun temurun dari generasi ke generasi.
b) Penggunaan alat tradisional tertentu di dalam pengolahan masakan tersebut.
c) Teknik olah masakan merupakan cara pengolahan yang harus dilakukan untuk mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari suatu masakan.
Dari berbagai pendapat tentang makanan tradisional di atas dapat disimpulkan bahwa makanan tradisional merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat di suatu daerah, dan ada sejak nenek
(26)
moyang mereka yang diturunkan secara turun temurun, diolah dengan peralatan yang sederhana dan bahan baku diperoleh dari daerah setempat.
c. Makanan TradisionalPothil
Pothil adalah makanan tradisional yang banyak ditemukan di daerah Salaman Kabupaten Magelang. Pothil ini hampir sama dengan alen-alen hanya saja warna dan bentuknya yang berbeda. Pothil berwarna kuning dengan bentuk bulat seperti cincin yang saling menyatu sehingga membentuk bulatan besar dengan diameter kurang lebih 25 cm, diatasnya terdapat sejumlah wijen.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menemukan referensi tentang pothil secara khusus. Oleh karena itu kajian pustaka yang digunakan adalah tentang alen-alen.
Dalam golongan makanan tradisional pothil ternasuk dalam golongan kudapan atau amik-amikan atau makanan kecil. Makanan kecil adalah makanan ringan yang praktis dikonsumsi biasanya diantara waktu makan dan dalam keadaan santai. Dalam Serat Centhini, makanan kecil atau kudapan merupakan makanan yang biasa disajikan pagi hari menyertai minuman panas teh atau kopi dengan alat dari peralatan bambu atau tenongan (Marsono dkk, 1998)
Makanan sambilan atau makanan kecil adalah makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok disajikan antara makan
(27)
pagi dan siang atau makan siang dan makan malam, bahkan sesudah makan malam menjelang tidur. Jenis makanan sambilan menurut bahannya terdiri atas:
a. Makanan sambilan bahan dari umbi-umbian b. Makanan sambilan bahan dari buah
c. Makanan sambilan bahan dari beras dan jagung
Sebagai gambaran umum, pothil merupakan makanan kecil atau makanan jajanan karena banyak dijual di pasar tradisional daerah Salaman Kabupaten Magelang, yang terbuat dari ketela pohon dan tepung tapioka yang mempunyai karakteristik tekstur dan rasa sama dengan alen-alen yaitu renyah dan gurih. Namun memiliki warna dan bentuk yang berbeda dengan alen-alen yaitu berwarna kuning dengan bentuk bulat seperti cincin yang saling menyatu hingga membentuk diameter 25 cm.
d. SejarahPothil
Sejarah makanan dan minuman kecil bermanfaat untuk meletakkan dasar untuk upaya-upaya promosi dan periklanan yang efektif pada saat kita mengembangkan industri makanan Indonesia kelak. (Koentjaraningrat, 1995)
Untuk itu penting mengetahui tentang sejarah dari makanan tradisional. Namun saaat ini sulit mendapatkan pustaka kuliner kuno, ataupun dokumen yang memberi penjelasan tentang makanan
(28)
tradisional secara detail, terutama makanan tradisional pothil atau alen-alen. Salah satu pustaka kuno yang menulis tentang alen-alen adalah Serat Centhini (VI. 358:13) dan (XII.708:112)
Tetel jagung jewawut, sabun gado geng sapupu- pupu, gemblong lempeng len-ulen pan abang putih, tetel onggok gadung walur, puli bleng sagempol-gempol (VI. 358:13)
Serat Centhini disebut pula Ensiklopedi Kebudayaan Jawa yang ditulis K.G.P.A.A Hamengku Negoro III dari Surakarta. Serat Centhini berisi cerita atau roman pengembaraan menelusuri pulau Jawa dari timur sampai barat dan menyusuri bagian utara dan selatan dengan tuntas yang berisi perikehidupan orang Jawa lahir, batin, filsafat, kebatinan, agama hingga keTuhanan yang mencakup tradisi, adat-istiadat, kesenian, termasuk makanan yang dikonsumsi oleh orang Jawa pada masa lalu. (Marsono,1998)
2. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan pokok yang harus ada dalam pembuatan atau proses produksi. Bahan baku dalam pembuatan pothil adalah singkong/ketela pohon/ ubi kayu dan tepung tapioka.
a. Ubi Kayu/ singkong
Di Indonesia ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah diantaranya : ketela pohon, singkong, ubi jendral, ubi Inggris, telo
(29)
pohong, bodin, telo jendral, sampeu, huwi dangdeur, kasbek, dan ubi perancis.
Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan ubi kayu sebagai berikut:
Kingdom :Plantae(tumbuh-tumbuhan) Divisi :Spermatophyta(tumbuhan berbiji) Subdivisi :Angiospermae(berbiji tertutup) Kelas :Dicotyledonae(biji berkeping dua) Ordo :Euphorbiales
Famili :Euphorbiaceae Genus :Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz sin M. utilissima Pohl. (R. Rukmana, 1997)
Ubi kayu/singkong merupakan jenis umbi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, selain sebagai variasi bahan pangan, ada beberapa daerah yang memang makanan pokoknya adalah ubi kayu. Ubi kayu/singkong sebagai variasi bahan makanan, sekarang banyak sekali muncul produk olahan ubi kayu/singkong seperti : getuk, combro, tiwul, lemet dan jugapothil.
Singkong mengandung glikosida yang jumlahnya bervariasi. Bila kadar glikosida lebih dari 100 mg/1 kg singkong, jenis ini disebut singkong pahit, sedangkan bila kurang dari 30 mg/1 kg singkong disebut singkong manis. Glikosida ini yang menyebabkan
(30)
rasa pahit dan bila dimakan di dalam perut diubah menjadi asam hidrocycan. Asam ini dapat mempengaruhi pernapasan, sehingga orang dapat mati karena kekurangan oksigen. (c. Soejoeti Tarwotjo, 1998:54)
Table 1. Kandungan gizi singkong
No. Kandungan gizi Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Air Vitamin B 146 kal 1,2 g 0,3 g 34,7 g 33 mg 40 mg 0,8 mg 12 g 0,16 mg Sumber: DKBM, 1967. Direktorat Gizi Dep Kes RI
Penggolongan ubi kayu/singkong dapat dibedakan menjadi dua macam:
1) Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh varietasnya antara lain: gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting, dan kaliki. 2) Jenis ubi kayu pahit, yaitu ubi kayu untuk diolah atau
prosesing. Contoh varietasnya antara lain bogor, SPP, dan adira 2.
Namun, dalam memproduksi pothil tidak ada ketentuan tentang jenis ubi kayu yang harus digunakan, karena biasanya industri makanan tradisional pothil hanya menetapkan ubi kayu yang digunakan sudah tua dan tidak pahit.
(31)
b. Tepung tapioka
Tepung tapioka merupakan granula-granula pati yang banyak dalam sel umbi ketela pohon. Dalam sel selain pati sebagai karbohidrat yang merupakan bagian terbesar juga terdapat protein, lemak, dan komponen lain dalm jumlah yang relative sangat kecil.
Tepung tapioka yang baik memiliki ciri-ciri bila diremas terasa keras, bersuara kemerisik, dan membekas di tangan, berwarna putih bersih (Sumadji, 1985:9). Sifat dari tepung tapioka adalah akan mengendap bila dicampur air dingin, mengempal bila dicampur air hangat dan masak bila dicampur air panas.
Tepung tapioka yang digunakan dalam industri pothil di Salaman ini yaitu tepung tapioka semi basah, yang dihasilkan sendiri dari hasil pemerasan ketela/ubi kayu yang telah diparut. Sehingga, ampas dan pati semi basah digunakan dalam pembuatanpothilini.
(32)
Gambar 1. Diagram alir pembuatan tepung tapioca Sumber: LIPI, 1990
Umbi ketela pohon
Pengupasan
Umbi terkupas
Pemarutan
Parutan umbi
Penyaringan dan pengendapan
Butiran pati
Perendaman dan pengendapan
Endapan granula pati
Pengeringan
Endapan pati kering
Penghancuran
Pengayakan
Tepung tapioka Air
rendaman
Ampas
Dikeringkan
Digiling
Bahan baku makan ternak
(33)
3. Bahan Penolong
Bahan penolong merupakan bahan yang menolong terciptanya suatu barang (Sujadi Prawirosentono, 1997). Dalam pengolahan makanan tradisional pothil, selain menggunakan bahan utama juga menggunakan bahan penolong dan bumbu. Bahan penolong untuk membuatpothil adalah wijen, sedangkan bumbu yang digunakan adalah garam dan bawang putih. Teknik olah yang digunakan adalah menggoreng (deep frying). Sehingga media yang digunakan adalah minyak goreng.
a. Wijen
Tanaman wijen (Sesamum indicum L) termasuk famili Pedaliaceae, varietas Sesamum indicum mempunyai subspecies S. orientale. Wijen dikenal dengan nama til, gengelly, simsim dan ajonjoli (di Amerika Latin).
Wijen tumbuh baik di Negara tropis dan subtropis. Wijen biasanya ditanam di tegalan sebagai tanaman sela di antara tanaman jagung, ketela pohon, dan padi gogo. Wijen merupakan tanaman semusim, berbatang tegak dengan tinggi antara 3-4,5 feet sampai 7 feet,dan mempunyai toleransi yang baik dalam jangka waktu pendek di daerah kurang hujan, suhu tinggi dan juga dapat tumbuh pada tanah gersang.
Biji wijen dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu berwarna putih dan berwarna gelap. Bentuk biji kecil dengan panjang
(34)
antara 2,5-3 mm, tebal 1,5 mm, serta berat biji berkisar antara 2-3,5 gram / 1000 biji.
Biji wijen merupakan sumber kalori yang cukup tinggi yaitu sebesar 568 kalori/100 gram biji.
Table 2. Komposisi Biji Wijen/100 gramss
No. Komponen Jumlah (gr)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Air Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin B1 Vitamin C 6 19,3 57,1 18,1 0,0012 0,614 0,0095 0,00093 0,0058
Sumber : Poerwo Sudarmo dan Djeni Sediaoetomo dalam S. Ketaren, 2005
b. Garam
Garam disebut juga dengan nama Sodium Chlorida yang berguna untuk menstabilkan cairan di dalam tubuh dan mencegah kekeraman dalam otot. Terdiri dari 40% sodium dan 60% chloride (Siti Hamidah, 1996: 58).
Garam memiliki fungsi utama dalam makanan sebagai pemberi rasa asin / gurih dan penguat rasa dari suatu makanan. Selain sebagai bumbu makanan, garam juga sebagai pengawet. c. Minyak goreng
Minyak goreng sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan
(35)
pangan (S. Ketaren 2005: 139). Dalam pembuatan pothil, minyak goreng sebagai media mematangkanpothilyang sudah dibentuk.
Jenis lemak yang baik untuk digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawitr, kacang tanah, lemak babi, oleo stearin atau lemak nabati dihidrogenasi dengan titik cair 35-40 C. Minyak yang termasuk golongan setengah mengering atau minyak mengering misalnya minyak biji kapas, minyak kedelai, dan minyak jagung. Minyak biji matahari tidak dapat digunakan sebagai minyak goreng . hal ini karena minyak tersebut jika kontak dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat teroksidasi sehingga berbau tengik. Pemanasan minyak secara berulang-ulang pada suhu tinggi dan dalam waktu yang cukup lama, akan menghasilkan senyawa polimer yang berbentuk padat dalam minyak. Minyak yang telah rusak tidak hanya mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur dan flavour dari bahan pangan yang digoreng, (S. Ketaren, 2005: 139)
4. Pembuatan Pothil
1) Formula pembuatanpothiladalah: Table 3. Formula Pembuatan Pothil
No. Bahan Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ketela pohon/ubi kayu Tepung tapioka Garam Wijen Pewarna kuning Minyak goreng 1 kg ¼ kg 3 sdm Secukupnya Secukupnya Secukupnya
(36)
Cara Membuat:
a. Ketela dikupas, dicuci kemudian diparut. b. Peras ketela, dan sisihkan airnya.
c. Kukus dan tambahkan garam pada ampas ketela yang sudah diambil airnya.
d. Setelah matang, angkat dan dinginkan.
e. Campur ampas ketela yang sudah matang dengan tepung tapioka, hingga bisa dibentuk, tambahkan juga pewarna kuning. Campur hingga rata.
f. Ambil sedikit adonan, gulungkan hingga seukuran kelingking di tambir yang sudah ditaburi wijen. Bulatkan seperti cincin. g. Masukkan bentukan-bentukan pothil dalam wajan cekung
dengan minyak panas. Goreng dengan api kecil hingga matang dan renyah.
h. Angkat dan tiriskan. 2) Teknik olah yang digunakan
Pengolahan makanan tradisional pothil menggunakan teknik tradisional yaitu secara manual dan pembentukan dengan tangan. Menurut nara sumber, teknik olah yang digunakan dalam pembuatan pothil yaitu pengukusan(steaming)dan penggorengan(deep frying).
a. Pengukusan
Mengukus yaitu teknik olah dengan media uap panas. Benda yang dikukus diletakkan dalam alat yang berlubang-lubang yang
(37)
dibawahnya terdapat air mendidih. Kemudian dipanasi hingga benda tersebut matang.
b. Penggorengan
Menggoreng adalah memasak makanan dengan menggunakan minyak panas. (Kokom Komariah, 1990:13). Selama penggorengan akan terjadi beberapa perubahan seperti terbentuknya aroma, warna, dan penurunan kadar air. Sedangkan factor yang mempengaruhi warna dihasilkan adalah frekuensi penggunaan minyak, suhu, dan lama penggorengan, serta Janis minyak yang digunakan. (Winarno, 1999:17)
5. Profil Industri Rumah Tangga Makanan Tradisonal Pothil
Istilah profil dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pandangan dari samping, raut muka, tampang. Dalam kamus ilmu social, profil sebagai gambaran grafis dari tingkat-tingkat yang berhubungan dengan serangkaian cirri tertentu.(Sumadji, 1993)
Dari berbagai pendapat tentang definisi profil diatas memberi penjelasan bahwa profil adalah penggambaran tentang suatu obyek secara jelas dilihat dari berbagai segi yang menjadi karakteristik obyek tersebut. Yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu industri rumah tangga makanan tradisional pothil dan segi industri yang diteliti meliputi aspek tenaga kerja (SDM), aspek produksi dan pemasaran.
(38)
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang merupakan tenaga kerja perusahaan. Manusia berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. (H. Malayu,2006). Begitu juga dengan industri rumah tangga makanan tradisional pothil, pengembangan industri membutuhkan selain modal kerja dan bahan baku industri juga dituntut tersedianya SDM yang dapat mendukung efisiensi, efektifitas, dan produktivitas dalam proses produksi. Unsur-unsur dari manajemen SDM dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan produksi, tingkat pendidikan dan pengalaman yang berpengaruh pada pengorganisasian usaha.
2. Aspek produksi
Manajemen produksi menurut Pontas M. Pardede (2005) adalah: Segala bentuk dan jenis pengambilan putusan mulai dari penentuan jenis barang atau jasa yang akan dihasilkan, sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan, cara pengolahannya, teknik operasi dan produksi yang akan digunakan, sampai barang atau jasa tersebut berada di tangan pemakai atau pengguna.
Aspek produksi dalam penelitian ini meliputi perencanaan dan pelaksanaan produksi.
1) Perencanaan Produksi
Dalam suatu kegiatan usaha perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen. Perencanaan dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang
(39)
diinginkan dan juga untuk menekan inefisiensi diantaranya pemborosan bahan dan penyimpangan fungsi bahan. Perencanaan meliputi seluruh kegiatan mulai dari penentuan jenis barang yang akan dibuat, perencanaan pengadaan dan penanganan sumberdaya-sumberdaya yang akan diolah, penentuan jumlah dan jenis tata letak peralatan yang akan digunakan, penentuan cara dan teknik pengolahan yanag akan digunakan, penenetuan ciri dan sifat yang harus dimiliki produk, serta penetapan waktu kapan produk harus siap untuk dipasarkan. (Pontas M. Pardede, 2005)
2) Pelaksanaan Produksi
Pelaksanaan kegiatan produksi adalah penggunaan tenaga kerja manusia dan alat untuk mengolah bahan baku dan bahan pembantu yang tersedia untuk membuat barang atau jasa. Kegiatan pengolahan dilaksanakan sesuai dengan teknologi yang digunakan dalam pengolahan tersebut. Jenis teknologi yang digunakan akan menentukan cara pengolahan bahan dan jenis alat yang digunakan. Jenis teknologi juga menentukan daya kerja perusahaan yaitu jumlah barang yang dapat dibuat dengan menggunakan sejumlah tertentu bahan baku dan tenaga kerja serta dengan sejumlah jam kerja tertentu. (Pontas M. Pardede, 2005)
(40)
3. Aspek pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan dan kemajuan melalui proses pertukaran. ( Kotler, Philip, 1994). Indriyo Gitosumarmo (1994) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkan dapat diterima dan disenangi pasar.
Jadi pemasaran merupakan kegiatan yang mengusahakan agar produk diterima konsumen untuk pemenuhan dan pemuas kebutuhan. Dalam pemasaran terjadi perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen. Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui hingga barang atau jasa sampai ke tangan konsumen. Dalam industri kecil/runah tangga berbagai tahap kegiatan dalam pemasaran seperti analisa konsumen, analisa lingkungan persaingan, rencana pemasaran, promosi dan distribusi tidak semua dilalui. Dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu faktor-faktor dari marketing mix (bauran pemasaran) yaitu product, price, promotion dan place.
Product menyangkut pemilihan barang atau jasa yang ditawarkan secara tepat.Pricemenyangkut harga jual barang yang sesuai dengan kualitas dan jangkauan konsumen. Promotion menyangkut kebijaksanaan promosi yang tepat dan place menyangkut cara pendistribusian produk hingga ke tangan konsumen.(Mursid, 1997).
(41)
Marketing mix dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan eksistensi di pasar karena adanya banyak persaingan. Salah satu penyebab adanya persaingan adalah banyaknya unit usaha yang membuat dan memasarkan produk yang sejenis. Untuk itu masing-masing unit usaha harus mampu menampilkan produk unggulan yang dipasarkan. Berikut unsure persaingan yang berperan dalam pemasaran menurut Pontas M. Pardede (2005):
• Harga yang rendah pada umumnya akan merangsang permintaan yang tinggi.
• Kemenarikan rancangan. Rancangan ini dapat berupa manfaat, kekuatan, daya tahan, bentuk, ukuran, campuran bahan, jenis bahan dan kemasan.
• Ketaat-azasan mutu. Berarti mutu produk yang benar-benar sesuai dengan yang direncanakan dan tingkat mutu dipertahankan dari waktu ke waktu.
• Kecepatan penyerahan. Adalah jarak waktu antara penerimaan pesanan dengan penyerahan produk.
• Ketepatan waktu penyerahan. Penyerahan produk pada titik yang dijanjikan kepada pemesan.
• Kemudahan mengubah produk. Kemampuan unit usaha untuk membuata produk yang beda dalam waktu singkat.
(42)
• Kemudahan mengubahn tingkat produksi. Kemampuan mengubah tingkat produksi dengan cepat untuk memenuhi permintaan yang berubah-ubah.
B. Kerangka Berfikir
Perkembangan industri dewasa ini semakin pesat. Berbagai jenis industri mulai bermunculan. Hal ini seiring dengan perkembangan di bidang teknologi yang mempengaruhi pola pikir masyarakat. Salah satunya adalah pola pikir masyarakat terhadap olahan produk makanan.
Proses pengolahan produk makanan dewasa ini cenderung menggunakan alat-alat berbasis teknologi. Sehingga orang jarang mengenal bahkan merasa asing dengan proses olahan produk makanan yang bersifat tradisional. Untuk itu, keberadaan olahan produk makanan tradisional perlu dilestarikan.
Salah satu bentuk olahan makanan tradisional adalah pothil. Pothil adalah jenis makanan tradisional yang terbuat dari singkong dan tepung tapioka, yang berkembang di daerah Salaman, Magelang. Salaman selain merupakan salah satu daerah industri di Kabupaten Magelang, juga merupakan salah satu daerah yang mengandalkan sektor pertanian, sehingga sangat mungkin bagi daerah ini untuk terus melestarikan makanan tradisional pothil. Hal ini didukung dengan banyaknya bahan baku pembuatanpothil.
(43)
Selain memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai asset budaya bangsa, saat ini pothil telah diproduksi oleh industri skala rumah tangga yang dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan keluarga bahkan ada yang memproduksipothilsebagai mata pencaharian atau sumber pendapatan utama.
Sebagai industri, untuk memproduksi pothil diperlukan beberapa faktor yaitu tenaga kerja, produksi dan pemasaran yang harus dipadukan dengan baik agar tujuan tercapai.
Setelah tujuan industri tercapai, untuk dapat mengangkat dan mengembangkan industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Salaman serta produk dari pothil, perlu diketahui permasalahan yang ada dan dihadapi oleh industri saat ini. Dari permasalahan tersebut, diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih maju dan berkembang. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Salaman, sebab saat ini produk pothil belum begitu dikenal di luar daerah Salaman. Padahal makanan ini potensial sekali untuk dilestarikan dan dikembangkan. Dari pihak pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Magelang belum memberikan gambaran secara jelas tentang keberadaan industri tersebut beserta produknya. Penggambaran yang dimaksud adalah profil industri rumah tangga makanan tradisional pothildi Dusun Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupatan Magelang.
(44)
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupaten Magelang dari aspek tenaga kerja, produksi dan pemasaran?
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh kebenaran ilmiah. Untuk memperoleh kebenaran tersebut diperlukan adanya suatu pendekatan penelitian. Pendekatan penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian survey. Menurut Kerlinger yang dikutip Sugiyono (1994:3) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar dan kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Lebih lanjut David Kline yang dikutip Sugiyono (1994:3) mengatakan bahwa penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok control, namun generalisasi yang dihasilkan bisa akurat bila digunakan sampel yangrepresentative.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan data yang diperoleh atau memberi gambaran dari data yang berhasil dikumpulkan sehingga penelitian ini merupakan penelitian survey diskriptif, dimana peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. (Masri S dan Sofian E, 1995)
(46)
2. Tempat dan waktu Penelitian
a. Tempat penelitian : dusun Karanganyar, desa Krasak, kecamatan Salaman, kabupaten Magelang.
b. Waktu penelitian : Juli–September 2007
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Masri S dan Sofian E, 1995:46) Variabel adalah suatu karakteristik, ciri, sifat, watak, milik atau keadaan yang melekat pada beberapa subyek orang atau barang yang dapat berbeda-beda intensitasnya, banyaknya, atau kategorinya.(Soehardi Sigit, 1999:23) Variabel menurut Masri Singarimbun (1995:48) yaitu konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Variabel yang akan diteliti perlu didefinisikan secara operasional, yang menggambarkan cara mengukur variabel.
Variabel dalam penelitian tentang profil industri makanan tradisional pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Magelang adalah aspek tenaga kerja, produksi dan pemasaran. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran dari berbagai istilah, maka perlu untuk didefinisikan sebagai berikut:
Aspek tenaga kerja sebagai SDM merupakan hal-hal yang dimiliki oleh pengusaha yang meliputi jumlah tenaga kerja, usia, jenis kelamin, pendidikan formal dan non formal serta pengalaman kerja.
(47)
Aspek produksi meliputi perencanaan produksi yaitu modal usaha, pengadaan bahan baku, penggunaan peralatan produksi. Kemudian pelaksanaan produksi yaitu tempat, cara produksi, hasil produksi, lama produksi.
Aspek pemasaran bagaimana cara penyaluran hasil produk agar sampai ke konsumen yang meliputi harga, distribusi, dan promosi.
C. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Encyclopedia of Educational Evaluation yang dikutip Suharsimi Arikunto (1985) adalah a set (or collection) of all elements possessing one or more attributes of interest.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004)
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pemilik industri pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Magelang yang berjumlah 14 unit usaha. Menurut Suharsimi, (1998:120) apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Karena penelitian ini termasuk penelitian populasi, maka sampel total dari penelitian ini yaitu 14 unit produksi pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Magelang.
(48)
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data a. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini digunakan sebagai alat ukur untuk mendapatkan atau mengunpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian tentang profil industri makanan tradisional pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman ini menggunakan instrument penelitian berupa angket untuk variable aspek tenaga kerja, produksi dan pemasaran. Sedangkan untuk mengetahui sejarah, dan cara pembuatan pothil dengan menggunakan metode wawancara.
(49)
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Pengambilan Data
Variabel Indikator Sub Indikator No Item Keterangan
Aspek tenaga kerja Aspek Produksi Aspek Pemasaran Tingkat pendidikan Pengalaman kerja Pengorganisasian Rekruitmen Perencanaan produksi Pelaksanaan produksi Produk Harga Distribusi Promosi
• Pendidikan formal
• Pendidikan non formal
• Pengalaman kerja
• Struktur organisasi
• Syarat karyawan
• Keterlibatan keluarga
• Status karyawan
• Upah karyawan
• Modal usaha
• Bahan baku
• Peralatan
• Cara membuat
• Teknik olah
• Tempat produksi
• Penetapan waktu kapan produk harus siap
• Lama produksi
• Daya suplai produk
• Karakteristik
• Bentuk
• Ukuran
• Merk
• Harga jual
• Omzet
• Lokasi penjualan
• Cara penjualan
• Pengangkutan
• Jangkauan penjualan
• Waktu penjualan
• Sasaran penjualan
• Pesanan produk
• Promosi penjualan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10,11,12 13,14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Angket dan wawancara
(50)
b. Teknik Pengunpulan Data a) Angket
Adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan angket orang dapat diketahui tentang keadaan /data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Dalam penelitian ini digunakan jenis angket terbuka yaitu angket yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
b) Wawancara
Adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. (Gulö, W, 2003)
E. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu cara mendiskripsikan data yang diperoleh dari lapangan secara obyektif kemudian disusun secara teratur dan sistematis, sehingga data yang diperoleh dari lapangan menjadi lebih mudah dimengerti. Langkah-langkah analisa data:
(51)
1. Pengorganisasian data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode angket dan wawancara.
2. Penyajian data
Penyajian hasil analisis deskriptif biasanya berupa frekuensi dan prosentase, tabulasi silang, serta berbagai grafik dan chart. (Sumanto, 1990). Dalam penelitian ini beberapa hasil disajikan dalam bentuk prosentase.
3. Penafsiran data
Setelah disajikan maka langkah berikutnya melakukan penafsiran data. Dalam penafsiran data, peneliti mendasarkan pada kebermaknaan data yang berlaku. Kebermaknaan data yang dimaksud adalah data-data yang berhubungan dengan informasi yang digali untuk dapat dikembangkan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.
4. Penyimpulan data
Setelah data-data tersebut bermakna, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan data. Kesimpulan data yang dihasilakan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan obyek penelitian.
(52)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang “Profil Industri Rumah Tangga Makanan Tradisional Pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Kabupaten Magelang” dengan jumlah responden sebanyak 14 orang. Pembahasan pada penelitian ini meliputi aspek tenaga kerja, aspek produksi, dan aspek pemasaran.
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Responden
Identitas responden dikelompokkan menurut usia, jenis kelamin dan lama usaha.
a. Identitas responden menurut usia
Responden dikelompokkan menurut usia yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Identitas responden menurut usia
No. Usia Jumlah Prosentase
1. 30-39 tahun 4 28,57%
2. 40-49 tahun 5 35,71%
3. 50-59 tahun 4 28,57%
4. 60 tahun keatas 1 7,14%
Jumlah 14 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pengusahapothil adalah usia-usia produktif, karena dalam memproduksi pothil dibutuhkan tenaga yang cukup kuat, terutama pada saat menguli/ngglenderi adonan. Meskipun masih ada 1 responden yang berusia di atas 60 tahun, namun dalam prakteknya usaha responden
(53)
ini dalam memproduksi pothil dibantu oleh menantunya yang usianya masih tergolong muda.
b. Identitas responden menurut jenis kelamin
Menurut jenis kelamin, identitas responden dapat diketahui dari tabel berikut:
Tabel 6. Identitas responden menurut jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1. Pria 0 0%
2. Wanita 14 100%
Jumlah 14 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebanyak 14 orang adalah wanita, sehingga dapat disimpulkan bahwa 100% dari pengusaha pothil adalah wanita karena, dalam pengolahannya memerlukan ketlatenan dan bisa dilakukan di rumah serta tidak jauh dari dunia masak memasak.
c. Identitas responden menurut lama usaha
Berikut pengelompokkan lama usaha responden, berdasarkan hasil pengambilan data yang telah dilakukan:
Tabel 7. Identitas responden menurut lama usaha
No. Lama Usaha Jumlah Prosentase
1. 1-5 tahun 2 14,28%
2. 6-10 tahun 3 21,42%
3. 11-15 tahun 1 7,14%
4. 16-20 tahun 3 21,42%
5. Diatas 20 tahun 5 35,7%
Jumlah 14 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa usaha pembuatan makanan tradisional ini sudah berlangsung lama. Walaupun tanpa pelatihan,
(54)
hampir seluruh penduduk dusun Karanganyar, Krasak, Salaman memiliki usaha pembutan pothil. Walaupun membuat pothil bukan pekerjaan yang ringan, tetap meraka terus memproduksi, karena mereka memperoleh pendapatan bagi keluarga. Dua industri yang memiliki usaha kurang dari 5 tahun mengaku tertarik usaha ini agar di rumah memiliki kegiatan daripada menganggur.
2. Profil Industri Makanan Tradisional Pothil 1) Aspek Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang meliputi pemilik usaha pada industri rumah tangga makanan tradisionalpothiladalah sebagai berikut: a. Tingkat Pendidikan
a) Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berjenjang mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan dikategorikan rendah bila sampai SLTP/sederajat. Kategori sedang hingga sampai SLTA/sederajat, dan kategori tinggi bila sampai perguruan tinggi dan sederajat.
0 2 4 6 8 10 12
jumlah
Tidak lulus SD Lulus SD SMP SMA PT
(55)
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pengusaha pothil adalah 2 responden (14,29%) tidak lulus SD dan sebanyak 12 responden (85,71%) pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD, sehingga dapat diketahui bahwa dalam industri rumah tangga pothil tidak diharuskan jenjang pendidikan yang tinggi.
b) Pendidikan non formal
Seluruh responden dalam penelitian ini belum pernah mengikuti pelatihan maupun kegiatan kursus, terutama dalam pembuatan makanan tradisonal pothil. Mereka dapat membuat pothil karena diajarkan secara turun temurun oleh generasi sebelumnya/nenek moyang. Mereka juga mengaku belum pernah mengikuti kegiatan latihan/ penyuluhan yang ditujukan untuk pengembangan usaha.
b. Pengalaman kerja
Responden sebanyak 14 orang mengaku tidak memiliki pengalaman kerja selain membuat dan menjual pothil. Responden ini adalah sebagai ibu rumah tangga yang sekaligus sebagai pelaku usaha pembuatanpothil.
c. Struktur organisasi
Sebagai jenis usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja yang hanya berasal dari keluarga sendiri, tidak ada yang memiliki strukur organisasi.
(56)
d. Rekruitmen tenaga kerja
Dari 14 unit usaha, tenaga kerjanya mengambil dari anggota keluarga yaitu suami, istri, dan anak kandung yang berada dalam satu rumah. Berarti cara mendapatkan karyawan semua industri (100%) secara kekeluargaan, sehingga industri tradisional pothil tidak mengajukan persyaratan bagi tenaga kerja.
e. Keterlibatan keluarga
Keempat belas unit usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini, tenaga kerjanya mengambil dari anggota keluarga, sehingga keluarga terlibat dalam usaha ini.
f. Status karyawan
Status karyawan tidak dimiliki oleh responden. Mereka menganggap bahwa hasil penjualan tidak mencukupi untuk mengupah tenaga kerja, sehingga mereka tidak memiliki tenaga kerja dari luar dan hanya mengandalkan tenaga kerja dari keluarga. g. Pengupahan
Keempat belas responden dimana tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, sehingga tidak ada sistem pengupahan bagi anggota karena pemberian uang yang dilakukan merupakan nafkah keluarga.
(57)
a. Modal usaha
Modal usaha yang digunakan bersumber dari modal sendiri atau dari orang tua karena hanya meneruskan usaha.
Berikut besar modal awal usaha di luar tanah dan bangunan dalam hitungan rupiah
Tabel 10. Modal Usaha rata-rata per Hari
No. Besar Modal (Rp) Jumlah Industri Prosentase 1. 2. 3. 4. 5. 40.000-49.000 50.000-59.000 60.000-69.000 70.000-79.000 80.000-89.000 2 6 5 0 1 14,28% 18,37% 35,71% 0% 7,14%
Jumlah 14 100%
Modal yang terangkum di atas adalah modal usaha rata-rata harian yang digunakan tiap industri dalam sekali produksi. Sekali produksi membutuhkan waktu 3-4 hari baru dapat menjual produk, maka pengusaha pothil di Karanganyar memiliki modal rangkap 3 untuk bisa terus melakukan kegiatan produksi setiap harinya.
b. Bahan Baku 1. Pengadaan
Meskipun di Salaman banyak dihasilkan tanaman ketela, namun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pothil tiap hari tidaklah mencukupi. Pengadaan bahan utama yaitu ketela, dengan mendatangkan pemasok (dari Kaliangkrik dan Wonosobo). Pengadaan bahan baku yang dari luar daerah ini diorganisir oleh salah satu pengusaha pothil, yaitu mulai dari
(58)
pemesanan ke pemasok (via telepon), kemudian penerimaan ketika ketela datang, pembayaran, sampai pendistribusian pada pengusahapothilyang lain. Sedangkan untuk bahan lain seperti bumbu, minyak goreng, wijen, garam, pewarna dibeli di pasar tradisional di sekitarnya dan dilakukan oleh masing-masing industri.
2. Bahan baku yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pothil adalah: ketela pohon. Namun, dalam memproduksi makanan ini tidak ada ketentuan tentang jenis ubi kayu yang harus digunakan, karena biasanya industri makanan tradisional pothilhanya menetapkan ubi kayu yang digunakan adalah ubi kayu yang sudah tua dan tidak pahit.
3. Bahan Penolong
Dalam pembuatan pothilini juga digunakan bahan lain sebagai bahan penolong bahan baku yaitu wijen (untuk topping), bumbu seperti garam, bawang putih, minyak goreng dan pewarna makanan kuning muda.
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam memproduksi pothil adalah peralatan sederhana yang masih tradisional. Peralatan produksi yang digunakan oleh industripothiladalah sebagai berikut:
(59)
Tabel 11. Peralatan ProduksiPothil
No. Nama Alat Spesifikasi dan fungsi
1. Pisau Pisau dapur, digunakan untuk mengupas dan memotong ketela.
2. Parut obelan Bagiannya terbuat dari kayu, parut terbuat dari seng. Digunakan untuk memarut ketela
3. Parut dynamo Parut dengan tenaga dinamo
4. Kain Jenis kain katun/mori. Untuk memudahkan dalam memeras air ketela. 5. Ember Ember plastik besar, digunakan untuk
tempat air perasan ketela selama pendiaman.
6. Dandang Panci pengukus yang digunakan untuk mengukus ketela.
7. Kukusan Saringan dengan lubang agak besar, terbuat dari anyaman bambu bentuk kerucut, digunakan ketika mengukus ketela. Penggunaannya dengan dimasukkan pada dandang.
8. Tambir Tempat yang terbuat dari anyaman bambu, yang digunakan ketika meletakkan ketela yang sudah dikukus dan pada saatngglenderiadonan.
9. Wajan Wajan alumunium diameter 60 cm, dengan permukaan bawah cekung. Digunakan untuk menggoreng
10. Solet Terbuat dari alumunium/stainless, digunakan untuk membalik atau mengangkatpothildari wajan.
11. Irik Tempat dari anyaman bambu seperti tambir tetapi memiliki lubang agak besar seperti kukusan, digunakan ketika meniriskan pothilsetelah digoreng. 12. Tungku tanah liat Perapian yang terbuat dari tanah liat,
dengan bahan bakar kayu dan memiliki lubang sebanyak 2-3, digunakan ketika mengukus dan menggorengpothil.
d. Cara membuat Hari 1:
(60)
Parutan ketela diperas (diambil airnya)
Ampas ketela dan air perasan didiamkan semalam. Hari 2:
Ampas ketela dibumbui garam, bawang putih kemudian dikukus 30-45 menit (sampai matang), kemudian didiamkan semalam.
Air (perasan) dipisahkan dari patinya. Diamkan pati selama semalam.
Hari 3:
Ampas ketela matang ditambahi pewarna kuning dan pati yang sudah setengah kering. Bentuk menjadi bulatan-bulatan dengan diameter sebesar telunjuk. Seperlima bagian adonan diberi wijen untuk topping. Goreng dengan minyak panas
Cara menggoreng:
Wajan (cekung) I minyak panas (tidak penuh): susun bulatan-bulatan adonan sesuai bentuk wajan hingga permukaan minyak, bagian atas adonan yang terdapat wijen. Goreng hingga setengah kering dan adonan sudah menyatu/bergandeng. Kemudian pindahkan ke wajan II yang berisi minyak panas banyak, goreng hingga kering.
e. Teknik olah
Pada pembuatanpothil teknik olah yang digunakan yaitu kukus dan goreng. Teknik kukus digunakan untuk ketela yang sudah diambil airnya (ampas), sebelum didiamkan semalam untuk dibuat pothil.
(61)
Sedangkan teknik olah goreng digunakan untuk pothil yang sudah dibentuk.
f. Tempat memproduksi
Pengusaha pothil di Karanganyar Krasak Salaman memproduksi pothil di dapur rumah masing-masing, dan biasanya ketika membentuk bulatan pothil mereka juga memanfaatkan ruang keluarga untuk bekerja sambil melihat televisi bersama suami dan anak-anak mereka
g. Kapan produk harus siap
Proses pembuatanpothil satu kali produksi membutuhkan waktu 3-4 hari, mulai dari pengupasan ketela sampai pothil dikemas. Namun, masing-masing dari pengusaha pothil selalu mengupayakan bahwa setiap hari mereka harus memiliki produk yang siap jual. Dari tabel jadwal produksi pothil dalam 1 bulan dapat dilihat bahwa hampir seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan pothil penanggung jawabnya adalah kaum ibu, sehingga masih dibutuhkannya pembagian tugas agar lebih ringan dalam setiap operasi pembuatan. (jadwal produksi terlampir)
h. Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi pothil satu kali produksi yaitu 3-4 hari.
(62)
Masing-masing dari pengusahapothil tidak memiliki target dalam 1 hari mereka harus menjual berapa produk, sehingga yang mereka pasarkan adalah jumlah pothil yang ada di rumah. Ada banyak produk, dijual banyak atau bahkan sebaliknya produk yang ada sedikit, maka ke pasarpun membawa produk sedikit. Namun, ketika lebaran dan liburan panjang mereka mengaku sering kehabisan stok produk, ini berkaitan dengan banyaknya peminat pothil untuk oleh-oleh ke luar daerah.
j. Karakteristikpothil
Tabel 13. KarakteristikPothil
No. Kriteria Karakteristik Pothil 1. Tekstur Renyah, agak keras
2. Warna Kuning
3. Rasa Gurih
4. Topping Wijen
k. Bentuk
Bentukpothil yang dimiliki semua pengusaha pothil adalah bulatan-bulatan kecil yang bergandeng membentuk lingkaran, ditengahnya sedikit cekung.
l. Ukuran
Ukuran yang dimilikipothilsebesar 15 cm dan 25 cm 3) Aspek Pemasaran
a. Kemasan
Selama ini kemasan yang digunakan untuk mengemas pothil adalah sebagai berikut:
(63)
Tabel 14. KemasanPothil
No. Kemasan yang Digunakan Industri Pengguna 1.
2.
Plastik bening 2 kg Plastik bening 4 kg
7 11
Perincian dari data di atas bahwa kemasan plastik bening 2 kg digunakan oleh 3 industri yang membuat pothil dengan ukuran kecil/diameter 15 dan kemasan plastik bening 4 kg digunakan oleh 7 industri yang membuat pothil dengan ukuran kecil/diameter 25. Sedangkan 4 industri yang lain menggunakan kedua ukuran plastik tersebut karena memproduksipothildalam 2 ukuran.
b. Merk, sertifikat dan terdaftar di Depkes
Seluruh industripothildi Karanganyar, Krasak belum memiliki merk, sertifikat atau terdaftar di Depkes.
c. Harga jual
Harga jualpothil adalah sebagai berikut: Tabel 15. Harga JualPothil
No. Harga Jual Jumlah Industri 1. 2. 3. 4. 5. Rp. 1000,-Rp. 2000,-Rp. 2500,-Rp.
3000,-Rp. 1000,- dan 3000,-Rp.
2000,-3 5 1 1 4
Data di atas menunjukkan harga jual pothil langsung dari pembuatnya/harga kulakan. Harga Rp.1000-Rp2000,- memiliki diameter 15 cm, harga Rp.2500-Rp3000,- memiliki diameter 25 cm. Harga yang berbeda-beda, walaupun memiliki diameter yang sama dipengaruhi oleh banyaknya bulatan yang
(64)
menyusun pothil menjadi satu lingkaran utuh, lebih mahal harganya maka bulatan yang menyusun satu lingkaran utuh pothiljuga lebih banyak.
d. Omzet
Omzet rata-rata dari pengusaha pothil setiap hari adalah sebagai berikut:
Tabel 16. Omzet rata-rata per hari penjualpothil No. Besar Omzet (Rp) Jumlah Industri
1. 2. 3. 4. 5. 60.000,- -69.000,-70.000,- -79.000,-80.000,- -89.000,-90.000,- -99.000,-100.000,- < 3 3 2 3 3
Dari data pada tabel 10 dan data di atas diketahui bahwa omzet yang diperoleh dibandingkan dengan modal yang digunakan memiliki selisih sekitar 45,65%. Namun jumlah ini belum sebanding dengan tenaga dan waktu yang mereka keluarkan untuk kegiatan produksi ini.
e. Lokasi penjualan
Pasar tradisional yang menjadi lokasi penjualan industri pothil yaitu:
Tabel 17. Lokasi penjualanpothil
No. Lokasi Penjualan Jumlah Industri Prosentase
1. Krasak 5 35,71%
2. Salaman 4 28,57%
3. Babrik 1 7,14%
4. Kaliangkrik 1 7,14%
5. Mergoyoso/Kaliabu 1 7,14%
(65)
Data di atas menunjukkan bahwa sebanyak 5 produsen pothil memiliki lokasi penjualan di pasar tradisional Krasak yang tidak jauh dari dusun Karanganyar. Lima produsen yang lain juga masih memilih lokasi penjualan di Salaman, sedangkan empat produsen pothil yang lain telah memilih lokasi lain di luar Salaman yaitu Borobudur dan Kaliangkrik. Sedangkan penjualan di Mergoyoso karena telah melalui jasa tengkulak. f. Cara menjual
Berikut disajikan cara pengusahapothildalam menjual produk: Tabel 18. Cara penjualanpothil
No. Cara Penjualan Jumlah Industri Prosentase
1. Diambil tengkulak 2 14,28%
2. Dibeli tengkulak di pasar
10 71,43%
3. Dijual sendiri 2 14,28%
Data di atas menunjukkan bahwa 2 industri memiliki tengkulak yang selalu mengambil pothil di rumah, karena rumah pemilik industri ini paling dekat dengan pasar tradisional Krasak. Sepuluh industri membawa pothil ke pasar tradisional, kemudian di sana akan dibeli oleh tengkulak, hal ini dilakukan agar produk cepat habis, mengingat produk yang dibawa cukup banyak. Dua industri yang lain menjual langsung (tanpa perantara) di pasar tradisional, karena jumlah dagangan yang dibawa tidak terlalu banyak, dan dua orang ini tidak setiap hari ke pasar.
(66)
g. Alat angkut
Sarana pendukung yang digunakan sebagai alat angkut dalam memasarkan produkpothiladalah sebagai berikut:
Tabel 19. Alat angkutpothil
No. Alat Angkut Jumlah Industri
Prosentase 1. Tanpa alat angkut/jalan
kaki
10 71,43%
2. Bis /transportasi umun 4 28,47%
Data di atas menunjukkan bahwa 10 responden membawa produk ke pasar tradisional dengan tanpa alat angkut/jalan kaki sejauh 1,5 km, karena jalan yang ditempuh dari rumah hingga pasar tradisional Krasak tidak terdapat angkutan. Jalan ini merupakan jalan di lereng gunung yang masih berupa tanah dan tatanan bebatuan. Mereka pagi-pagi biasanya membawa pothil dalam wadah besar yang terbuat dari bambu(bakul) kemudian digendong dan dibawa jalan sampai ke pasar Krasak. Empat responden yang tidak berjualan di pasar Krasak melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi umum berupa bis untuk membawa produk sampai ke pasar yang mereka tuju untuk menjual dagangan.
h. Wilayah penjualan
Dari beberapa lokasi penjualan, berikut wilayah penjualan yang dijangkau oleh responden:
(67)
Tabel 20. Wilayah Penjualan pothil No. Wilayah Penjualan Jumlah
Industri
Prosentase 1. Salaman dan sekitar 11 78,57%
2. Kaliangkrik 1 7,14%
3. Borobudur 2 14,28%
Dari data tabel di atas diketahui bahwa daerah yang dijadikan sebagai lokasi penjualan pothil hanya daerah Salaman, ini terbukti sebanyak 78,57% produsen menjual pothil di wilayah Salaman. Sedangkan sisanya berjualan di wilayah yang juga tidak jauh dari Salaman. Artinya, penjualan pothil belum meluas ke luar daerah.
i. Waktu penjualan
Berikut data waktu penjualanpothil: Tabel 21. Waktu penjualanpothil
No. Waktu Penjualan Jumlah Industri Prosentase
1. Tiap hari 10 71,43%
2. Seminggu 2x 1 7,14%
3. 4 hari sekali 1 7,14%
4. 5 hari 2x 2 14,28%
Data di atas menunjukkan bahwa 10 responden memasarkan pothil setiap hari yaitu yang memiliki lokasi penjualan di Krasak, Borobudur, Salaman. Satu responden memasarkan pothil 2x dalam seminggu yaitu yang di pasar Babrik. Satu responden 4 hari sekali yaitu responden yang menjual produk di pasar Kaliangkrik, dan 2 responden 2x dalam 5 hari (sepasar)
(68)
yaitu yang memiliki produk tidak terlalu banyak dan biasanya menjual di Salaman dan Borobudur.
j. Sasaran penjualan
Sasaran penjualan produk pothil ini belum ada segmentasi pasar. Artinya pengusaha pothil memproduksi dan menjual pothilkepada siapa saja/ konsumen mana saja yang berminat. k. Pesanan
Berikut data responden yang menerima pesanan: Tabel 22. industri yang menerima pesanan
No. Pesanan Jumlah Industri Prosentase
1. Terima pesanan 4 28,57%
2. Tidak terima pesanan 10 71,43%
Data di atas menunjukkan bahwa 4 industri pernah menerima pesanan biasanya ketika masa liburan dan lebaran, karena banyak yang membeli untuk oleh-oleh. Sepuluh industri yang lain tidak/belum pernah menerima pesanan pothil, alasannya bahwa mereka kewalahan bila harus memproduk jumlah banyak/melebihi biasanya.
l. Upaya promosi
Sejauh ini 14 unit industri pothil yang menjadi responden penelitian belum pernah melakukan promosi. Dari produk yang dihasilkan, tidak ada spesifikasi dari masing-masing industri. Mereka memiliki produk yang sama, mulai dari bentuk, warna, tektur, rasa, topping/pemberian wijen, bahkan harga. Mereka
(69)
mengaku belum pernah mengubah atau memodifikasi produk pothil. Mereka khawatir justru malah tidak akan laku, padahal biaya bertambah.
Penetapan harga yang dilakukan masih sederhana atau menyesuaikan dengan harga yang dipasaran. Perhitungan biasanya hanya memperhitungkan harga dari penggunaan bahan baku, bahan campuran dan harga plastik. Ketika harga bahan baku naik, mereka tidak bisa menaikkan harga karena khawatir tidak laku, yang mereka lakukan yaitu mengurangi jumlah bulatan-bulatan pothil, tetapi diusahakan ukuran masih tetap sama. Terlebih lagi karena hampir semua penjual pothil berasal dari Karanganyar, mereka menjual produk yang sama dengan harga yang sama pula.
Hampir semua pengusaha pothil belum pernah melakukan promosi, menurut mereka promosi akan menambah biaya, tetapi tidak dapat menaikkan harga. Ketika ada pendatang dan membeli produk untuk oleh-oleh ke luar daerah, itulah salah satu media promosi yang pernah mereka alami.
B. Pembahasan
1. Profil industri rumah tangga makanan tradisional pothil dilihat dari aspek tenaga kerja
Industri rumah tangga adalah suatu usaha mengolah bahan baku menjadi barang jadi/barang setengah jadi dilakukan dalam skala rumah
(70)
tangga dengan tenaga kerja kurang dari 4 orang. Soekartawi (2003:8), juga menyebutkan bahwa setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu, sehingga jumlahnya optimal.
Dalam industri makanan tradisional pothildilihat dari aspek tenaga kerja kurang dari empat orang maka disebut industri rumah tangga. Hampir semua unit usaha di Karanganyar tidak memiliki tenaga kerja dari luar rumah mereka, artinya tenaga kerja adalah orang-orang yang merupakan anggota keluarga. Sehingga pemilik industri menangani semua kegiatan produksi sendiri. Rata-rata atau sebagian besar industri ditangani oleh dua orang yaitu suami dan istri. Bila tenaga kerja lebih dari dua orang, mereka adalah anggota keluarga yaitu anak atau menantu yang tinggal serumah.
Berdasarkan jenis kelaminnya, pengusaha industri makanan tradisional pothil di Karanganyar adalah wanita, sedangkan tenaga kerja pria (suami, anak) sekedar membantu saja, karena sebagian dari mereka mempunyai pekerjaan di sawah atau ladang (tani). Namun sebelum bertani, pagi hari biasanya mereka sudah membantu memarut ketela. Sedangkan anak (laki-laki) banyak yang masih duduk di bangku sekolah, jadi membantu membuat pothil bukan kegiatan utama mereka. Biasanya ketika malam hari mereka baru membantu membuatpothil. Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya oleh Eni Prasetyowati (2003) bahwa, pemilik industri makanan tradisional rata-rata adalah wanita. Menurutnya,
(71)
ada anggapan bahwa bidang membuat makanan diasumsikan sebagai bidangnya kaum wanita oleh sebagian besar masyarakat. Marlina (2003) juga menyebutkan bahwa industri rumah tangga makanan banyak dikembangkan wanita karena dalam pengolahannya memerlukan ketlatenan dan bisa dilakukan di rumah serta tidak jauh dari dunia masak memasak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngadiran (2003) bahwa, jenis kelamin sebagai dasar seleksi tenaga kerja memang sering diperhatikan, terlebih untuk jabatan tertentu. Namun, sekarang ini memang terbuka kesempatan tenaga kerja baik pria maupun wanita untuk berbagai jabatan, namun secara khusus perlu adanya penanggung jawab sumber daya manusia dalam masing-masing organisasi yang bersangkutan. Untuk itu masalah jenis kelamin menjadi salah satu dasar dalam proses seleksi
Usia rata-rata pengusaha pothil berkisar antara 30-59 tahun. Ini membuktikan bahwa usia pengusaha pothil adalah usia produktif. Hal ini dikarenakan membuat pothil dirasa berat terutama ketika membentuk adonan (jawa: ngglenderi/sebelum dibentuk). Ada juga responden yang memiliki usia 70 tahun, namun sekarang beliau tidak menangani sendiri, tetapi sudah dibantu menantu. Walaupun memiliki usia yang tidak layak lagi bekerja keras, namun karena membuat pothil adalah sumber pendapatan mereka, bagaimanapun juga mereka tetap memproduksi dan menjual pothil. Hal senada diungkapkan oleh Suwatno dan Rasto (2003), bahwa faktor usia menjadi pertimbangan karena untuk menghindarkan rendahnya produktivitas kerja yang dihasilkan karyawan. Apabila
(72)
penempatan karyawan sesuai usia tercapai, dengan demikian dapat menimbulkan rasa tanggung jawab, rasa puas bekerja karena sesuai dengan kriteria yang dimiliki, sehingga efektivitas kerja yang diharapkan tercapai.
Pendidikan adalah suatu pekerjaan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan, memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan (Suwatno, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi bahan adalah pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang melewati jalur persekolahan, berjenjang, bertingkat dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, dari TK hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal yang dimaksud adalah kegiatan pendidikan yang berlangsung di luar pendidikan formal, kegiatannya berupa pelatihan dan kursus. Pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Pelatihan membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan organisasi dalam usaha mencapai tujuan (Suwatno, 2003).
Dilihat dari latar belakang pendidikan formal pengusaha pothil sebagai pemilik usaha menempuh pendidikan terakhir SD (58,71%) yang merupakan pendidikan rendah, ada juga yang tidal lulus SD. Maka rata-rata pendidikan pengusahapothil adalah SD, sehingga dalam pengetahuan
(1)
memperbaiki tekstur agar lebih empuk, yaitu dengan cara memperkecil ukuran bulatan pothil, dan menambah waktu penggorengan, sehingga pothil yang dihasilkan lebih kering dan renyah. Hal ini sesuai dengan pendapat Indriyo Gitosumarmo (1994) bahwa, pengusaha dapat mempengaruhi konsumen lewat produk yang ditawarkan kepada konsumen, dengan cara membuat produk tersebut sedemikian rupa sehingga produk tersebut dapat menarik perhatian konsumen.
b. Harga
Penetapan harga yang dilakukan masih sederhana atau menyesuaikan dengan harga yang dipasaran. Perhitungan biasanya hanya memperhitungkan harga dari penggunaan bahan baku, bahan campuran dan harga plastik. Ketika harga bahan baku naik, mereka tidak bisa menaikkan harga karena khawatir tidak laku, yang mereka lakukan yaitu mengurangi jumlah bulatan-bulatan pothil, tetapi diusahakan ukuran masih tetap sama. Terlebih lagi karena hampir semua penjual pothil berasal dari Karanganyar, mereka menjual produk yang sama dengan harga yang sama pula. Harga jual murah, karena usaha ini tidak menggunakan tenaga kerja dari luar rumah dan belum digunakannya perhitungan dengan biaya titik impas.
c. Saluran penjualan
Produksi pothil yang walaupun masih secara tradisional, namun produknya begitu banyak. Tetapi ini yang menjadi
(2)
pertanyaan, kenapa usaha ini pemasarannya hanya di wilayah Salaman (kecuali dibawa orang luar daerah sebagai oleh-oleh). Pengusaha pothil hanya menjual produk di pasar tradisional dekat dusun yang berjarak 1,5 km. Mereka hanya menempuhnya dengan jalan kaki, alasannya ketika pothil itu dijual jauh berapa uang yang harus mereka keluarkan untuk transport. Di pasar ini (Krasak) mereka membawa dagangan dan sudah ada tengkulak yang akan membeli dan menjual lagi produk mereka. Dua pengusaha pothil ada yang menjual langsung ke konsumen produk mereka yaitu dijual di pasar Borobudur. Bahkan ada yang tidak pernah membawa ke pasar karena tengkulak langsung datang ke rumah untuk membeli. Hal ini sejalan dengan pendapat Indriyo Gitosumarmo, 1994 bahwa distribusi yang memenuhi kebutuhan konsumen juga dapat diterapkan agar dapat menarik para konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Untuk barang kebutuhan sehari-hari distribusinya dibuat sedekat mungkin dengan konsumen.
d. Promosi
Hampir semua pengusaha pothil belum pernah melakukan promosi, menurut mereka promosi akan menambah biaya, tetapi tidak dapat menaikkan harga. Ketika ada pendatang dan membeli produk untuk oleh-oleh ke luar daerah, itulah salah satu media promosi yang pernah mereka alami.
(3)
Hal ini sesuai dengan pendapat Indriyo Gitosumarmo (1994) bahwa, promosi adalah merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan mereka, kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut.
(4)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Industri makanan tradisional pothil di Karanganyar, Krasak, Salaman, Magelang merupakan industri skala rumah tangga dengan tenaga kerja sebagian besar adalah wanita dan tenaga kerja tersebut dari anggota keluarga sendiri. Tingkat pendidikan rata-rata SD, dan mereka tidak memiliki pengalaman di luar bidang pembuatanpothil.
2. Aspek produksi di industri rumah tangga makanan tradisional pothil ini dari segi perencanaan produksi yaitu bahan baku berupa ketela, bahan penolong seperti minyak goreng, garam, bawang putih, dan wijen. Sedang modal berasal dari kekayaan sendiri. Untuk karakteristik produk, hampir semua industripothildi Karanganyar memiliki produk yang sama. Mereka belum memiliki spesifikasi produk ataupun modifikasi produk. Pembuatan pothilhanya membutuhkan modal sedikit, namun butuh waktu yang cukup lama dalam sekali operasi yaitu sekitar 3-4 hari.
3. Pemasaran yang dilakukan industri rumah tangga makanan tradisional pothil masih sederhana, yaitu tanpa merk, sertifikasi ataupun kemasan khusus. Penjualan yang dilakukan secara langsung atau melalui tengkulak. Selama ini pemasaranpothilhanya di wilayah Salaman saja.
(5)
B. SARAN
1. Aspek Tenaga Kerja
Pekerjaan membuatpothil bukan pekerjaan yang ringan, maka perlunya pembagian kerja, sehingga tidak semua pekerjaan membuat pothil dilakukan kaum ibu.
2. Aspek Produksi
a. Perlunya menambah jumlah alat untuk mengoptimalkan hasil produksi
b. Pengusaha pothil berharap adanya perhatian dan bantuan dalam upaya meningkatkan produk baik dari kualitas maupun kuantitas. Sehingga perlu adanya sentuhan teknologi pada alat untuk meringankan mereka dalam memproduksipothil.
c. Perlunya pengembangan dan variasi produk untuk lebih menarik minat pembeli seperti pemberian bumbu yang beda (rasa keju, barbeque,pothilpedas, dibesta) dan memperbaiki kemasan.
d. Perlunya memperhitungkan harga produk, sehingga imbang dengan modal, tenaga dan waktu yang dikeluarkan.
e. Perlunya pendirian koperasi yang menyediakan bahan kebutuhan dalam memproduksi pothil, sehingga memudahkan dalam produksi.
3. Aspek Pemasaran
a. Perlunya memperluas wilayah penjualan, sehingga produk lebih banyak dikenal konsumen.
(6)
b. Perlunya bantuan dan perhatian dalam upaya meningkatkan manejemen keuangan.
c. Perlunya pembinaan, perhatian dan bantuan dari instansi terkait untuk usaha kecil dan rumah tangga, sehingga mereka dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha.
d. Perlunya menjadi pertimbangan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan jalan di Krasak, Salaman agar kendala kegiatan perekonomian dapat diminimalkan.