Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo

ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Hendy Adiemas Setyawan H0305018

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal: 28 Desember 2012 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Januari 2013 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 19801 1 001

Ketua

Ir. Rhina Uchyani F.,MS NIP 19570111 198503 2 001

Anggota I

Erlyna Wida Riptanti, SP.MP NIP 19780708 200312 2 002

Anggota II

Wiwit Rahayu SP.MP NIP 19711109 199703 2 004

commit to user iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat dan hidayah Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian dengan judul “Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo”, merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan laporan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala yang telah diberikan kepada Penyusun. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian UNS yang telah memberikan kesempatan kepada Penyusun untuk menimba ilmu di Fakultas Pertanian dan terima kasih atas semua fasilitasnya.

3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani ,MP selaku Komisi SarjanaJurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih,MS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik, terima kasih atas semua waktu yang telah diberikan, nasehat, kritikan, saran dan bimbingan dalam penelitian.

6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP.MP. selaku Dosen Pembimbing Pendamping,yang dengan sabar memberikan nasehat, saran, kritikan dan masukan-masukan, serta bimbingannya.

7. Ibu Wiwit Rahayu, SP.MP selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan saran, masukan dan arahan bagi penyusun.

commit to user v

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas ilmu yang telah diberikan.

9. Bapak dan Ibu staff Administrasi Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi/Agrobisnis yang telah membantu dalam perizinan berkaitan dengan studi dan penyusunan skripsi ini.

10. Ketua BPS Kabupaten Sukoharjo beserta Staf, terima kasih atas data-data pendukungnya.

11. Bapak Camat Kecamatan Polokarto, Kecamatan Bulu beserta staf. 12. Seluruh Responden pengusaha tape di Kabupaten Sukoharjo yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun.

13. Buat kedua orang tua, Bapak Mulyono BSC dan Ibu Endang Suardini, terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Adikku Siska Adieningtyas Putri ,terima kasih atas semua perhatian, doa dan dukungannya.

15. Sahabatku Surya, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa dan bantuannya.

16. Buat teman-teman seperjuangan, terima kasih atas semua kisah indahnya. Penyusun menyadari bahwa di dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangan. Penyusun berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan tambahan referensi dalam penulisan penelitian dimasa yang akan datang. Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

Penyusun

commit to user

vii

B. Keadaan Penduduk .......................................................................... 40 C. Keadaan Sarana Perekonomian ....................................................... 47 D. Keadaan Usaha Pembuatan Tape .................................................... 48 E. Keadaan Perindustrian .................................................................... 50 F. Keadaan Sarana Perhubungan ......................................................... 51

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 53 A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri .............................. 53 B. Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga ....................... 63 C. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga ........... 70 D. Analisis Nilai Tambah .................................................................... 73 E. Kendala .......................................................................................... 74

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 77 A. Kesimpulan ..................................................................................... 77 B. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..80

LAMPIRAN

commit to user viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Unit Usaha Industri Besar, Menengah, dan Kecil di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 3

2. Kandungan Zat Gizi 100 gram Ubi Kayu ............................................. 4 3. Komposisi Gizi Tape Singkong (dalam 100 gram bahan) .................... 5

4. Kelompok Sentra Industri Kecil dan Jumlah Unit Usaha Industri Pengolahan Hasil Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................................... 6

5. Jumlah Responden Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................ 32

6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................ 40

7. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo ................. 41

8. Komposisi Penduduk Menururt Jenis Kelamin, Sex Ratio di Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu Tahun 2010 ................................................................................... 42

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .................................................................... 44

10. Keadaan Penduduk Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .................. 45

11. Keadaan Penduduk Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .................................... 45

12. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 .......................................................................... 46

13. Sarana Perekonomian Di Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ............................................... 48

14. Luas Panen dan Rata-rata Produksi Ketela Pohon Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo .................................................... 49

commit to user ix

15. Nilai Investasi Industri Besar, Menengah dan Kecil di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................ 50

16. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Status Jalan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 (Km) ..................................... 51

17. Karakteristik Responden Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo .............................................................. 53

18. Status Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo .............................................................................................. 55

19. Alasan Mengusahakan Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 56

20. Sumber Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 57

21. Jalur Pemasaran Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 63

22. Rata-rata Biaya Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Untuk Satu Kali Produksi .................................. 64

23. Rata-rata Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo Selama Satu Bulan Produksi ............................. 66

24. Rata-rata Penerimaan Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 68

25. Rata-rata Pendapatan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 68

26. Efisiensi Usaha Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 69

27. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 70

28. Nilai Tambah Per Bahan Baku Singkong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo......................................... 73

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Analisis Usaha Industri Tape Skala

Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo............................................................................

28

Gambar 2. Skema Pembuatan Tape Pada Industri Tape Skala Rumah

Tangga Di Kabupaten Sukoharjo........................................

62

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Karakteristik Responden Pengusaha Tapae Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................... 82

2. Biaya Bahan Baku pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 84

3. Biaya Penolong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 85

4. Biaya Bahan Bakar pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 86

5. Biaya Pengemasan pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 87

6. Biaya Transportasi pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 88

7. Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................................. 89

8. Penerimaan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 91

9. Pendapatan dan Efisiensi Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................... 92

10. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 93

11. Perhitungan Risiko Usaha .................................................................... 94

12. Nilai Tambah Per Bahan Baku pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo .................................................. 95

13. Kuesioner ............................................................................................. 96

14. Foto Penelitian ...................................................................................... 110

15. Peta Kabupaten Sukoharjo .................................................................... 113

commit to user xii

16. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 114

commit to user xiii

RINGKASAN

Hendy Adiemas Setyawan. H0305018. 2013. Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, di bawah bimbingan Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih, MS dan Erlyna Wida Riptanti, SP.MP

Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras dan jagung, dengan kandungan karbohidrat adalah 34,7%. Namun pada kenyataannya singkong kurang begitu dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya pemanfaatan singkong agar menjadi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Salah satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain menghasilkan produk pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi , usaha pembuatan tape ini diharapkan nantinya mampu menghasilkan tape singkong yang dapat dijadikan sebagai produk makanan khas kabupaten sukoharjo. Dalam menjalankan usahanya, industri tape di Kabupaten Sukoharjo menghadapi berbagai kendala. Diantaranya adalah penurunan permintaan saat musim penghujan, jumlah modal yang terbatas, rendahnya harga jual dan risiko usaha yang ditanggung oleh pengusaha tape tersebut. Di tengah ketatnya persaingan dalam industri pangan, industri tape di Kabupaten Sukoharjo tetap dapat bertahan dan telah diusahakan selama puluhan tahun secara turun temurun. Hal inilah yang mendorong peneliiti untuk mengetahui lebih mendalam mengenai industri tape di Kabupaten Sukoharjo .

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, pendapatan usaha yang diterima, tingkat efisiensi usaha, risiko usaha yang dihadapi dan nilai tambah yang dihasilkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di sentra industri tape skala rumah tangga di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.164.974,57 per bulan. Besarnya penerimaan total rata-rata per bulan Rp 2.445.065,22 sehingga pendapatan yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp1.280.090,65. Efisiensi usaha yang dijalankan sebesar 2,1 yang berarti usaha yang dijalankan sudah efisien. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri tape memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

Besarnya nilai koefisien variasi (CV) adalah 0,36 sedangkan besarnya nilai batas bawah pendapatan Rp 360.125,39. Hal ini dapat diartikan bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berisiko kecil. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.

commit to user xiv

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan bagi pengusaha tape sebaiknya membentuk semacam kelompok usaha bersama untuk mewadahi masing-masing pengusaha dalam memasarkan produk tape yang dihasilkan dan perluasan pasar yang lebih optimal serta perlunya inovasi

pengemasan yaitu dengan menggunakan besek atau bambu yang di dalamnya

dibungkus dengan menggunakan daun pisang sehingga akan memberikan aroma yang menggugah selera, daya tahan yang lebih lama. Bagi pemerintah hendaknya memberikan bantuan berupa modal, penyuluhan atau pembinaan kepada responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

commit to user xv

SUMMARY

Hendy Adiemas Setyawan. H0305018. 2013. The Analysis Of Home Industry Of Tape In Sukoharjo Sub-Province. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University In Surakarta under guidance of Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih., MS and Erlyna Wida Riptanti SP.MP

Cassava represent the commodity of agricultural produce which is many planted in Indonesia and represent the source of important carbohydrate after rice and maize, obstetrically is carbohydrate is 34,7%. Althought practically cassava less is so exploited. for that need the existence of cassava exploiting in order to become the food owning value nutrition which high enough. one of the cassava exploiting form conducted by tape entrepreneur residing in Sukoharjo Sub- Province. Besides yielding food product owning high value nutrition , effort this tape making is expected later can yield the cassava tape able to be made by as typical food product of Sukoharjo Sub-Province. In running its effort, tape industry in Sukoharjo Sub-Province face various constraint. Among others is degradation of request of moment of rain season, amount of limited capital, lower the price sell and effort risk which is accounted by the tape entrepreneur. In the middle of tightening emulation in food industry, industrial of tape in Sukoharjo Sub-Province remain to can stay and have been laboured by during tens of year hereditaryly. This matter push the researcher to know more circumstantial regarding the tape industry in Sukoharjo Sub-Province.

This research aims at analyzing of the amount scale of cost, income, degree of efficiency, risk, and other additional values produced from the industry of tape in Sukoharjo.

The research is descriptive analysis. The object observation was chosen randomly (purposive), that is home industry of tape in Bulu and Polokarto regency. The researcher uses primary and secondary data. The techniques of collecting data are interview, observation, and admistering. The result of the research shows that the average of total cost of home industry is Rp. 1.164.974,57/month. Total income is Rp. 2.445.065,22 so the net income is Rp. 1.280.090,65. The efficiency of home industry is 2,1. It means that the home industry runs efficiency, every one rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 2,1 times from the spending cost.

The amount of coefficient variant (CV) is 0,36 with low limit income is Rp. 360.125,39. It can be concluded that home industry of tape in Sukoharjo is low risk. The scale of home industry in Sukoharjo produces Rp. 1.240,21 as additional value for each row of cassava used.

Pursuant to research which have been conducted by hence can be suggested to tape entrepreneur better form a kind of group of this effort with to place the each entrepreneur in marketing tape product yielded and more optimal market extension and also the importance of packaging innovation that is by using bamboo bucket or bamboo which’s in it wrapped by using banana leaf so that will give the smell of good which inspire the appetite, longer endurance. To

commit to user xvi

government shall give the aid in the form of capital, counselling or construction to industrial responder of tape of household scale in Sukoharjo Sub-Province.

commit to user

ix

ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Hendy Adiemas S 1) , Rhina Uchyani F 2) , Erlyna Wida R 2)

RINGKASAN

Naskah publikasi ini disusun berdasarkan skripsi, yang bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, tingkat efisiensi, risiko serta nilai tambah yang dihasilkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Sukoharjo karena terdapat sentra industri tape skala rumah tangga di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.164.974,57 per bulan. Besarnya penerimaan total rata-rata per bulan Rp 2.445.065,22 sehingga pendapatan yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp1.280.090,65. Efisiensi usaha yang dijalankan sebesar 2,1 yang berarti usaha yang dijalankan sudah efisien. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri tape memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

Besarnya nilai koefisien variasi (CV) adalah 0,36 sedangkan besarnya nilai batas bawah pendapatan Rp 360.125,39. Hal ini dapat diartikan bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berisiko kecil. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.

Kata kunci : tape,Kabupaten Sukoharjo, pendapatan, risiko usaha, nilai tambah

1) Mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi Pertanian 2) Dosen jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian bangsa Indonesia. Hampir semua sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sektor pertanian. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menjadi negara yang subur dengan beraneka ragam flora dan fauna yang dapat tumbuh dan berkembang. Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu perlu adanya pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus lebih ditingkatkan agar dapat terwujud pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu dengan adanya pengolahan hasil pertanian. Produk pertanian mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga perlu adanya suatu proses pengolahan agar dapat memberikan nilai tambah produk.

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia belum setinggi seperti yang diharapkan, namun kualitas pertumbuhan itu sendiri sudah semakin baik. Selain makin mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, peranan kreatifitas diseluruh daerah semakin besar dalam pembangunan. Banyaknya usaha-usaha kecil menengah dan usaha mikro yang tumbuh pesat di setiap daerah setelah krisis, mencerminkan bahwa peran kreatifitas masyarakat sudah mulai besar dalam pembangunan. Perekonomian yang dihela kreatifitas masyarakat inilah yang perlu dikembangkan kedepan sesuai dengan amanah reformasi. Pembangunan yang dihela oleh kreatifitas akan

commit to user

mampu mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan pembangunan secara sekaligus ( Saragih, 2004 ).

Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah, bahkan justru perusahaan besar dan konglomerat yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro dan Abimanyu, 1995).

Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan. Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan, dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dengan demikian, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter (Kuncoro dan Widjajanto, 2001).

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten yang memprioritaskan perkembangan sektor industri dalam pembangunan

commit to user

ekonominya setelah sektor pertanian sebagai sektor utama. Terdapat beraneka ragam industri yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten tersebut mulai dari industri kecil , menengah maupun industri besar yang dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Industri Besar, Menengah dan Kecil di

Kabupaten Sukoharjo

Kelompok Industri

Jumlah IAHH ITA IKLME

2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010

1. Besar

35 40 13 17 10 18 58 75 2. Menengah 105 113 31 41 51 56 187 210 3. Kecil

6766 6806 4240 4259 5290 5312 16296 16377

Jumlah 6906 6959 4284 4317 5351 5386 16541 16662

Sumber : Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo Keterangan :

IAHH = Industri Agro dan Hasil Hutan ITA = Industri Tekstil dan Aneka IKLME = Industri Kimia, Logam, Mesin dan Elektro.

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok usaha industri agro dan hasil hutan (IAHH) merupakan industri dengan unit usaha paling banyak dibandingkan dengan kelompok industri ITA (industri tekstil dan aneka) dan IKLME (industri kimia, logam, mesin dan elektro).

Terdapat sekitar 36 persen UMKM di Kabupaten Sukoharjo berskala mikro, 31 persen berskala kecil dan 33 persen berskala menengah. Dilihat dari aspek usia usaha, usia usaha rata-rata UMKM di Kabupaten Sukoharjo adalah 19 tahun. Sementara jika dilihat dari dimensi sektor usaha, terdapat sekitar 71 persen UMKM di Kabupaten Sukoharjo bergerak di sektor industri pengolahan, selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 13 persen; sektor perdagangan sebesar 10 persen; sektor jasa sebesar 4 persen; serta sektor pertambangan dan sektor pengangkutan, masing-masing sebesar 1 persen.

Di Kabupaten Sukoharjo terdapat beraneka ragam industri pengolahan yang termasuk dalam kelompok industri agro dan hasil hutan, salah satunya

commit to user

adalah industri pembuatan tape. Industri pembuatan tape merupakan industri pengolahan yang menggunakan singkong sebagai bahan baku utamanya.

Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di Indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras, dengan kandungan karbohidrat adalah 34,7%. Namun pada kenyataannya singkong kurang begitu dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya pemanfaatan singkong agar menjadi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Singkong dapat disajikan sebagai makanan pokok pengganti nasi (Jawa=tiwul), gatot, roti, biskuit, tape, pati dan berbagai macam makanan lainnya (Soetanto, 2001). Tape singkong merupakan salah satu usaha diversivikasi singkong yang dapat memberikan nilai tambah.

Singkong merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat. Semua bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut tape. Tape merupakan salah satu jenis makanan hasil fermentasi yang mengandung cukup gizi diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1 dan air. Nutrien yang terdapat di dalam setiap 100 gram ubi kayu ada dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kandungan Zat Gizi 100 gram Ubi Kayu

Nutrisi Kadar

Kalori 146,00 kal Air 62,50 gram Phospor 40,00 mg Karbohidrat 34,00 gram Kalsium 33,00 mg Vitamin C

30 mg

Protein 1,20 gram Besi 0,70 mg Lemak 0,30 mg Vitamin B1

0,06 mg

Berat dapat dimakan

75,00

Sumber : www.asiamaya.com

Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi

commit to user

lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme (Wikipedia,2010).

Tape singkong mempunyai cita rasa dan tampilan yang sedikit berbeda dibandingkan dengan tape ketan. Selain memberikan cita rasa khas, singkong juga banyak mengandung komponen kaya manfaat bagi pengkonsumsi. Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan vitamin B1 (tiamina) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Komposisi gizi yang terdapat dalam tape singkong dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Komposisi Gizi Tape Singkong (dalam 100 gram bahan)

Zat gizi

Kadar

Energi 173 kkal Protein 0,5 g Lemak 0,1 g Karbohidrat 42,5 g Kalsium 30 mg Fosfor 30 mg Besi 0 mg Vitamin B1

0,07 mg

Air 56,1 g Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI

Adapun kelompok-kelompok sentra industri pengolahan hasil pertanian yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

commit to user

Tabel 4. Kelompok Sentra Industri Kecil dan Jumlah Unit Usaha Industri

Pengolahan Hasil Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Bidang Usaha

Kapasitas Produksi (Kg)

1. Industri tempe 500

1.422

3.496.500

2. Industri tahu 297

831

8.589.700

3. Industri emping mlinjo

4. Industri kerupuk

5. Industri pengolahan kacang tanah

60 240

900.000

6. Industri jenang

61 219

475.000

7. Industri tape 88 167

400.000

8. Industri rengginan

16 40 22.000

9. Industri marrneng jagung

10 45 150.000 Sumber : Disperindag Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Tabel 4 diatas yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 dapat diketahui bahwa Kabupaten Sukoharjo cukup potensial dalam industri pengolahan hasil pertanian, khususnya industri pangan. Salah satunya adalah industri tape. Di Kabupaten Sukoharjo terdapat industri tape dengan jumlah unit sebanyak 88 unit usaha dengan 167 tenaga kerja dan kapasitas produksi 400.000 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa industri tape skala rumah tangga cukup banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo sehingga dapat membantu pemerintah daerah dalam mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Sukoharjo.

Industri tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri rumah tangga yang sudah bertahun-tahun dijalankan secara turun temurun yang mana lemah permodalan dan lemah manajemen seperti industri-industri rumah tangga lain pada umumnya. Nilai kapasitas produksi dan daya serap akan tenaga kerja seperti yang terlihat pada Tabel 4, mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Tape adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan. Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya

commit to user

dinamakan tapai singkong. Umumnya, tape diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut. Selain sebagai makanan yang dapat dikonsumsi langsung, tape juga biasa digunakan sebagai bahan campuran dalam aneka minuman.

Industri tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri yang sudah cukup lama diusahakan secara turun temurun. Industri usaha pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo adalah industri berskala rumah tangga dengan penggunaan teknologi sederhana. Tape produksi Kabupaten Sukoharjo ini merupakan produk makanan yang bebas bahan pengawet sehingga makanan tradisional ini adalah makanan yang aman untuk dikonsumsi. Proses pembuatan tape hingga menjadi tape siap konsumsi membutuhkan waktu 36 jam dengan tenaga kerja minimal sebanyak 3 orang. Tape ini kemudian dijual seharga Rp 3.000,00 – Rp 5.000,00 per kg. Pemasaran produk masih bersifat lokal, yaitu masih terbatas pada pasar-pasar tradisional Sukoharjo.

Dalam proses produksi, tentu tidak lepas dari adanya unsur biaya yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam proses produksi dinamakan biaya total. Penelitian ini menggunakan konsep pendapatan dengan tujuan agar dapat mengetahui kondisi riil usaha yang sedang dijalankan. Selisih rupiah yang diterima antara penerimaan dengan biaya total dinamakan pendapatan. Apabila margin antara penerimaan dengan biaya total semakin besar maka pendapatan yang diterima pelaku usaha akan semakin besar. Disinilah dituntut adanya efisiensi produksi untuk menekan biaya-biaya yang dikeluarkan atau dengan masukan sejumlah input yang sama dapat menghasilkan output lebih besar sehingga dapat memperbesar penerimaan.

Industri tape, dalam menjalankan usahanya tentu menghadapi berbagai macam risiko. Risiko-risiko tersebut misalnya adalah risiko produksi, risiko harga dan risiko pasar. Dengan demikian, pelaku usaha dituntut untuk mengetahui risiko-risiko apa yang akan dihadapi. Pelaku usaha yang mampu mengelola risiko dengan baik akan dapat menghindarkan usaha dari derita kerugian sehingga usaha tetap dapat berjalan dengan baik. Fluktuasi harga

commit to user

bahan baku seperti harga singkong sebagai bahan baku utama merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Disamping itu, terdapat kendala lain yaitu menurunnya permintaan pasar dan lemahnya kemampuan manajerial pelaku usaha. Menurunnya permintaan disebabkan karena adanya penurunan minat beli masyarakat atau perubahan selera konsumsi masyarakat yang disebabkan semakin ketatnya persaingan industri makanan, sehingga produk-produk makanan yang ada di pasaran sangat beragam.

Industri pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu usaha diversifikasi produk dari hasil pertanian yaitu singkong. Dengan adanya proses pengolahan bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dan manfaat dari bahan baku singkong.

Dari uraian diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Berapa besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo? 2. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo? 3. Berapa besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo? 4. Berapa besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

3. Menganalisis besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

commit to user

4. Menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan, pengetahuan dan pengalaman selain untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pelaku usaha, diharapkan penelitian ini bisa menjadi masukan dalam menjalankan usahanya sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan pelaku usaha.

3. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan di sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan agroindustri.

4. Bagi pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian sejenis.

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Janani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Usaha Jenang Ketan Pada Sentra Industri Rumah Tangga di Kabupaten Ponorogo” menunjukkan bahwa total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo selama satu bulan produksi adala sebesar Rp 6.283.371,71. Penerimaan rata-rata yang diperoleh produsen jenang ketan seesar Rp 11.345.000,00 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 5.061.628,29 per bulan. Usaha jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,81 yang berarti setiap satu rupiah biaya akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,81 kali dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 0,32 dan nilai batas bawah keuntungan adalah Rp 1.838.28,6. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha jenang ketan tingkat rumah tangga yang dijalankan di Kabupaten Ponorogo mempunyai risiko rendah.

Hidayat (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Usaha Dodol Pisang Di Kabupaten Purworejo” dimana menganalisis tentang keuntungan, risiko usaha serta tingkat efisiensi usaha menunjukkan bahwa selama satu bulan produsen dodol pisang di Kabupaten Purworejo memperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 1.783.142,86 dengan biaya total Rp 1.468.478,89 per bulan, sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh pengusaha dodol pisang di Kabupaten Purworejo adalah sebesar Rp 314.663,97 per bulan. Nilai efisiensi dari usaha dodol pisang di Kabupaten Purworejo ini adalah sebesar 1,23. Besarnya nilai koefisien variasi / CV adalah 0,6 dan nilai batas bawah keuntungan / L adalah –Rp 63.64,81.

Sedangkan dalam penelitian Widati (2007) yang berjudul ”Analisis Usaha Kerupuk Ubi Kayu Patilo Pada Kelompok Usaha Bersama Ngudi Lestari di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul”

10

commit to user

dimana menganalisis tentang biaya, penerimaan, pendapatan serta kontribusi pendapatan rata-rata anggota dari memproduksi kerupuk patilo terhadap total pendapatan rumah tangga menunjukkan bahwa selama satu bulan total biaya yang dikeluarkan KUB Ngudi Lestari untuk memproduksi kerupuk patilo sebesar Rp 3.991.050 sedangkan penerimaan total KUB Ngudi Lestari sebesar Rp 9.339.700. kontribusi pendapatan rata-rata anggota dari memproduksi kerupuk patilo terhadap total pendapatan rumah tangga adalah sebesar 31,52% dan pembuatan kerupuk patilo ini memberikan nilai tambah sebesar Rp 2.471,74 per kilogram ubi kayu segar yang digunakan.

Dari penelitian Janani tentang Analisis Usaha Jenang Ketan di Kabupaten Ponorogo menyatakan bahwa usaha pembuatan jenang tersebut merupakan usaha yang menguntungkan dan efisien dengan risiko rendah. Sedangkan pada penelitian Hidayat menjelaskan bahwa usaha yang dijalankan meski sudah berjalan efisien dan memberikan keuntungan bagi pengusaha, tapi mempunyai risiko usaha lebih besar. Keuntungan yang diperoleh pun lebih kecil. Sedangkan pada penelitian Widati menyebutkan bahwa pengolahan ubi kayu memberikan nilai tambah sebesar Rp 2.471,74 per kilogram ubi kayu segar yang digunakan. Alasan dari pengambilan penelitian- penelitian tersebut diatas sebagai referensi atau landasan dari penelitian ini adalah karena adanya kesamaan metode analisis yang digunakan dalam menganalisis besarnya tingkat pendapatan usaha, risiko usaha dan efisiensi usaha. Studi kelayakan merupakan kajian analisis usaha yang lebih detail, mendalam dan kompleks.

B. Tinjauan Pustaka

1. Singkong

Singkong atau ubi kayu atau ketela pohon termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaanya mudah dan produktif. Ubi

commit to user

kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah.

Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon dalam bahasa inggris bernama cassava adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphoibiaceae. Umumnya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam amino sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Adapun klasifikasi tanaman ketela pohon dalam tata nama taksonomi tumbuh-tumbuhan sebagai berikut :

: Manihot utilisima

(Purwati, 2006).

2. Tape Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan vitamin B1 (tiamina) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai

commit to user

dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tapai dan tapai ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta per mililiter atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari tapai adalah kemampuannya tapai mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi tapai dalam batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin tersebut. Di beberapa negara tropis yang mengkonsumsi singkong sebagai karbohidrat utama, penduduknya rentan menderita anemia. Hal ini dikarenakan singkong mengandung sianida yang bersifat toksik dalam tubuh manusia. Konsumsi tapai dapat mencegah terjadinya anemia karena mikroorganisme yang berperan dalam fermentasinya mampu

menghasilkan vitamin B 12 (Wikipedia, 2010).

3. Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.

Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.

Fermentasi ada tiga, yaitu :

commit to user

A. Fermentasi alkohol

Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras. Reaksi Kimia: C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan :

118 kJ per mol)

Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa atau sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbondioksida + Energi (ATP)

B. Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat

Di dalam sel otot asam laktat dapat menyebabkan gejala kram dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat

menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat.

C. Fermentasi asam cuka

Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob. (Wikipedia, 2012).

Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada

commit to user

pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran. Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni. Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi dengan sifat-dan karaktersitik yang diketahui dengan pasti sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas. Dalam proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal adalah Lactobacillus casei pada fermentasi susu sedang contoh campuran kultur murni adalah pada fermentasi kecap, yang menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi garam digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii. ( Hidayat, 2009 ).

4. Industri rumah tangga

Industri merupakan suatu unit usaha yang melakukan kegiatan yang bersifat ekonomi yang merubah barang atau jasa yang pada akhirnya dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih bernilai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen. Berdasarkan jumlah mesin dan tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan industri maka industri dapat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :

a. Industri besar yakni perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja sama dengan atau lebih besar dari seratus orang apabila tidak menggunakan mesin atau suatu perusahaan industri yang

commit to user

menggunakan mesin dengan tenaga kerja sama dengan lima puluh orang atau lebih.

b. Industri sedang yakni industri yang menggunakan tenaga kerja dua puluh sampai dengan sembilan puluh sembilan orang tanpa menggunakan mesin atau menggunakan mesin dengan jumlah tenaga kerja sebanyak empat puluh sembilan dan sedikitnya sepuluh orang.

c. Industri kecil yakni perusahaan yang menggunakan tenaga kerja lima sampai dengan sembilan orang.

d. Industri rumah tangga yakni perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja maksimal empat orang

(Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, 2003).

Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis di mana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir, dan konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri dapat didefinisikan kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positif dan tinggi.

Menurut undang-undang usaha mikro, kecil dan menengah (UU UMKM) Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 definisi UMKM adalah sebagai berikut :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU ini.