ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Nina Dian Nita

H 0306081

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI

yang dipersiapkan dan disusun oleh Nina Dian Nita

H 0306081

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 23 Juli 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19711109 199703 2 004 NIP. 19730129 200604 2 001

Wiwit Rahayu, SP. MP

Umi Barokah, SP, MP

NIP. 19650626 199003 2 001

Surakarta, Juli 2010 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada Penyusun.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Suwarno dan Ibu Suwarni terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan, semangat, doa, dan kesempatan yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan saran, masukan dan arahan..

6. Alm. Ir. Ropingi, M.Si, selaku Pembimbing Akademik semoga amal dan ibadahnya diterima disisi Allah SWT.

7. Wiwit Rahayu, SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi Penulis.

8. Umi Barokah, SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan, serta semangat dalam penulisan skripsi ini.

9. Mbak Ira, Bapak Syamsuri dan Bapak Mandimin selaku staff administrasi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis yang telah membantu dalam perijinan selama penulisan skripsi ini.

10. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin penelitian.

11. Bappeda, Badan Pusat Statistik, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan izin penelitian serta informasi dan data-data yang diperlukan Penulis dalam skripsi ini

12. Seluruh Perangkat Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Pracimantoro dan Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.

13. Seluruh responden produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penulis.

14. Seluruh keluarga besarku yang berada di Solo dan Wonogiri, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

15. Arif Budi Jatmika yang telah memberikan motivasi, pengertian, kesabaran dan perhatiannya selama ini.

16. Sahabat seperjuanganku, Ipung dan Melinda terima kasih atas dukungan, canda tawa dan kebersamaan selama ini.

17. Teman-teman terbaik selama kuliah: Caca, Uus, Atix, Cikyul, Rome, Hartatik, Inggar, Retna, Yuan terimakasih atas dukungan selama ini.

18. Seluruh teman-teman Agrobisnis 2006 Zero Six Community. Terima kasih atas persahabatan, kebersamaan kita selama ini, dan kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan.

19. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juli 2010 Penulis

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 82

A. Kesimpulan ...................................................................................... 82

B. Saran................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

1. Cara Pembuatan Keripik Tempe ..........................................................

2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Industri Industri Rumah Tangga Keripik Tempe ..............................................

21

64

3. Proses Produksi Pembuatan Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri..

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

1. Identitas Responden Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

2. Produksi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

3. Sistem Pemasaran Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

4. Biaya Penyusutan Peralatan dan Bunga Modal Investasi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

5. Biaya Bahan Baku Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

6. Biaya Bahan Penolong Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

7. Biaya Bahan Bakar Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

8. Biaya Pengemasan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

9. Biaya Transportasi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

10. Biaya Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

11. Biaya Tetap Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

12. Biaya Variabel Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

13. Biaya Total Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

14. Penerimaan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

15. Keuntungan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

16. Profitabilitas, Efisiensi, dan Risiko Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

17. Peta Kabupaten Wonogiri

18. Surat Rekomendasi Penelitian/Research

19. Daftar Pertanyaan (Questionnaire)

20. Dokumentasi Foto Penelitian

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI NINA DIAN NITA H0306081 RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Wuryorejo dan Desa Purworejo Kecamatan Wonogiri, Desa Suci Kecamatan Pracimantoro dan Desa Balepanjang dan Desa Pathuk Kecamatan Baturetno. Responden adalah produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri yang berskala rumah tangga yang membuat mulai dari tempe kedelai tipis sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan. Adapun jumlah responden sebanyak 30 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, analisis efisiensi usaha serta analisis risiko usaha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan (Maret, 2010) sebesar Rp 5.164.900,00. Penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap produsen adalah Rp 5.807.300,00 per bulan dan keuntungan rata- rata yang diperoleh sebesar Rp 642.400,00 per bulan. Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 12,44%.

Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari 1 yaitu sebesar 1,12 yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar 1,12 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 1,21 dan nilai batas bawah keuntungan adalah minus Rp 918.600,00. Hal ini dapat diartikan bahwa industri keripik tempe yang dijalankan di Kabupaten Wonogiri memiliki risiko usaha. Dari penelitian ini dapat disarankan bagi produsen keripik tempe sebaiknya melakukan inovasi terkait dengan rasa misalkan rasa pedas dan membentuk suatu organisasi yang beranggotakan produsen keripik tempe. Bagi pemerintah, sebaiknya memberikan bantuan berupa modal atau peralatan produksi untuk meningkatkan usahanya.

THE ANALISIS OF HOME INDUSTRY TEMPE CHIP IN WONOGIRI REGENCY NINA DIAN NITA H0306081 SUMMARY

The aim of this research is to know the cost, profil, revenue, profitability, efficiency and risk of home industry tempe chip in Wonogiri Regency. The basic method of this research is descriptive analysis method. The research is conducted in Wonogiri Regency. The sample area is chosen on purpose (purposive sampling), that is Wuryorejo Village and Purworejo Village in Wonogiri, Suci Village in Pracimantoro and Balepanjang Village and Pathuk Village in Baturetno. The respondent is the producer of tempe chip in Wonogiri Regency which is home industry making from thick soya tempe until tempe chips packaged and marketed. The amount of respondent is 30 people. The data used is primary data and secondary data. The method of collecting data is observation, interview, and noting. The data analysis used is the cost analysis, revenue, profit, profitability, business efficiency analysis and business risk analysis.

The result of the research shows that the average total cost used by tempe chip producer in Wonogiri Regency in one month (March 2010) is Rp 5.164.900,00. the average revenue accepted every producer is Rp 5.807.300,00 every month and the average profit is Rp 642.400,00 every month. The tempe chips home industry in Wonogiri Regency is profitable which the profitability mark is 12,44%.

The tempe chips home industry conducted until now has been efficient. It is shown with R/C ratio more than 1, that is 1,12. It means each Rp 1,00 the cost used will give revenue1,12 multiply from the cost used. The coefficient mark variation 1,21 and the low limit mark of the profit is minus Rp 918.600,00. it’s means that the tempe chip industry conducted in Wonogiri Regency has bussines risk. From this research can be suggested for producer of tempe chip should innovation related to the taste for example the spicy taste and build an organization which has member tempe chip producer. For the government, they should give support in the form of capital or production equipment to increase their bussines.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani dan sektor pertanian menduduki posisi strategis yang dikaitkan dengan fungsinya untuk mencapai beberapa tujuan antara lain untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan sumber devisa negara dan menaikkan pendapatan petani yang merupakan lapisan terbesar masyarakat. Pengembangan sektor pertanian dalam mendukung industrialisasi pangan didasarkan pada pendekatan agribisnis, termasuk agroindustri yang dapat memperkuat kaitan mata rantai produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran untuk meningkatkan nilai tambah hasil-hasil pertanian.

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).

Indonesia banyak terdapat industri pengolahan hasil pertanian, salah satunya adalah industri pengolahan kedelai. Kedelai mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, ini dapat dilihat dari adanya kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari bahan makanan yang berbahan baku kedelai. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.

Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Komposisi Gizi Kedelai per 100 gram Bahan

9,4% Vitamin B 12 3,9-5%

Sumber : Radiyati, 1990. Salah satu bahan makanan berbahan baku kedelai adalah keripik tempe.

Keripik tempe merupakan tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk, teksturnya kering dan keras. Tempe yang digunakan dapat berasal dari tempe yang sudah dibuat berukuran tipis dan ada juga tempe yang diiris terlebih dahulu. Apabila disimpan di tempat kering dan bersih, keripik tempe dapat bertahan sampai beberapa minggu. Misalnya dipak dalam kantong plastik atau kaleng yang tertutup rapat dan tidak terkena pengaruh udara lembab.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memproduksi keripik tempe. Keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berasal dari tempe yang sudah dibuat tipis tanpa diiris terlebih dahulu. Ukuran keripik tempe yang diproduksi di Kabupaten Wonogiri bervariasi. Ada yang memproduksi dengan ukuran kira-kira panjangnya 7-9 cm dan lebarnya 6-8 cm dengan tebal 1-1,5 mm. Pengemasan keripik tempe dengan menggunakan plastik putih yang di eratkan dengan staples. Jumlah keripik tempe dalam setiap kemasan untuk masing-masing produsen berbeda dan berpatokan pada keseragaman jumlah biji tiap kemasannya. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri menjual Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memproduksi keripik tempe. Keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berasal dari tempe yang sudah dibuat tipis tanpa diiris terlebih dahulu. Ukuran keripik tempe yang diproduksi di Kabupaten Wonogiri bervariasi. Ada yang memproduksi dengan ukuran kira-kira panjangnya 7-9 cm dan lebarnya 6-8 cm dengan tebal 1-1,5 mm. Pengemasan keripik tempe dengan menggunakan plastik putih yang di eratkan dengan staples. Jumlah keripik tempe dalam setiap kemasan untuk masing-masing produsen berbeda dan berpatokan pada keseragaman jumlah biji tiap kemasannya. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri menjual

Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri umumnya merupakan industri rumah tangga yang sebagian besar tenaga kerjanya berasal dari dalam keluarga dan menggunakan modal sendiri. Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri sudah ada secara turun temurun dan proses pembuatannya masih dilakukan secara tradisional. Walaupun usaha ini merupakan usaha yang menggunakan modalnya sendiri dan masih bersifat tradisional dalam proses pembuatan akan tetapi industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri masih bisa bertahan sampai saat ini ditengah persaingan dengan industri keripik tempe dari daerah lain. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis usaha industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

B. Perumusan Masalah

Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dianggap sebagai usaha yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, mengingat usaha ini mudah untuk dijalankan. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dalam usaha untuk memperoleh keuntungan akan menghadapi permasalahan selama proses produksi sampai pemasaran. Munculnya permasalahan tersebut dapat mempengaruhi besarnya biaya produksi yang akhirnya akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang diperoleh produsen rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Namun keuntungan yang besar belum tentu mengartikan bahwa industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan sudah efisien karena terdapat kemungkinan bahwa produsen keripik tempe mengeluarkan biaya yang besar dalam memperoleh keuntungan yang besar tersebut. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dalam menjalankan usahanya kemungkinan akan menghadapi berbagai risiko.

Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri memiliki permasalahan umum terkait dengan modal usaha serta adanya risiko harga Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri memiliki permasalahan umum terkait dengan modal usaha serta adanya risiko harga

Tabel 2. Daftar Harga Kedelai, Minyak Goreng, Bawang Putih, dan Tepung Beras Bulan Desember 2009 - Bulan Maret 2010 di Jawa Tengah

Harga / Kg Uraian

7.500,00 Sumber: Anonim, 2010.

Tabel 2. menunjukkan perubahan harga kedelai, minyak goreng, bawang putih, dan tepung beras dari Bulan Desember 2009 sampai Bulan Januari 2010 mengalami fluktuasi harga sehingga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh produsen rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Fluktuasi harga bahan baku dan bahan penolong dapat mempengaruhi biaya produksi yang Tabel 2. menunjukkan perubahan harga kedelai, minyak goreng, bawang putih, dan tepung beras dari Bulan Desember 2009 sampai Bulan Januari 2010 mengalami fluktuasi harga sehingga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh produsen rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Fluktuasi harga bahan baku dan bahan penolong dapat mempengaruhi biaya produksi yang

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas yang diperoleh dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri?

2. Apakah industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri sudah efisien?

3. Apakah industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri memiliki risiko?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

2. Menganalisis efisiensi dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

3. Menganalisis risiko dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai industri rumah tangga keripik tempe dan merupakan syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen keripik tempe, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan bagi produsen untuk peningkatan usaha

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terutama dalam pengembangan industri rumah tangga.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis

II. LANDASAN TEORI

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian Usnun (2004) yang berjudul Analisis Industri Pembuatan Krupuk Rendeng Puyur di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang , menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya total rata-ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Profitabilitas dari industri krupuk rendeng puyur sebesar 15,2%. Koefisien Variasi dari industri ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Industri krupuk rendeng puyur sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1 Rupiah biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari biaya yang dikeluarkan.

Penelitian Irawan (2007) yang berjudul Analisis Keuntungan dan Daya Saing Keripik Pisang Studi Kasus pada ‘PT Andalas Mekar Sentosa’, di Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung menunjukkan bahwa pada tahun 2007 penjualan aktual kripik pisang rasa asin sebesar Rp 95.000.000; rasa manis sebesar Rp 155.000.000,00 rasa coklat sebesar Rp. 230.000.000,00 dan juga rasa keju sebesar Rp 135.000.000,00. Nilai Impas (BEP) yang diperoleh Perindustrian Kripik Pisang Cap Aroma untuk rasa asin sebesar Rp 36.403.448,00 (1.820 kg), rasa manis adalah sebesar Rp 40.553.435,00 (2.027 kg), rasa coklat Rp. 43.367.346 (2.168 kg), dan rasa keju Rp 36.594.911,00 (1.829 kg). Daya Saing (Ds) kegiatan produksi Kripik Pisang Cap Aroma adalah untuk rasa asin sebesar 2,49; rasa manis sebesar 2,41; rasa coklat sebesar 2,42; dan rasa keju sebesar 2,42. Hal ini berarti bahwa kripik pisang Cap Aroma memiliki nilai daya saing yang kuat di pasaran (Ds > 1).

Penelitian Sudarti (2008) yang berjudul Analisis keuntungan dan Efisiensi Agroindustri Emping Melinjo di Desa Bakung dan Desa Besuki

Kabupaten Sumberarto menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat oleh agroindustri skala rumah tangga sebesar Rp 19.690,54 dan skala kecil sebesar Rp 47.449,55. Nilai R/C rasio yang didapat oleh industri skala rumah tangga sebesar 1,10 dan skala kecil sebesar 1,15. Dengan demikian maka industri emping melinjo skala kecil lebih efisien dan lebih menguntungkan untuk diindustrikan dibanding skala rumah tangga.

Penelitian Wardani (2008), yang berjudul Analisis Industri Pembuatan Tempe Kedelai di Kabupaten Purworejo menunjukkan hasil penelitian bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen tempe di Kabupaten Purworejo adalah Rp 2.014.185,59. Rata-rata jumlah tempe yang dihasilkan sebanyak 12,05 bungkus dengan harga rata-rata Rp 182,00 tiap bungkus, sehingga penerimaan rata-rata yang diperoleh tiap produsen tempe adalah Rp 2.163.005,00 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh adalah Rp 148.819,41. Profitabilitas dari industri pembuatan tempe kedelai sebesar 12,8%. Industri pembuatan tempe kedelai di Kabupaten Purworejo tersebut termasuk menguntungkan. Industri pembuatan tempe kedelai di Kabupaten Purworejo berisiko besar dengan kemungkinan kerugian adalah sebesar Rp 251.945,09 tiap bulan. Disamping itu, industri tersebut memiliki nilai efisiensi sebesar 1,07 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1.07 kali dari biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan usaha tersebut dapat menghasilkan keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Hal ini akan menunjukkan tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut. Keempat usaha tersebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian meskipun menghasilkan keuntungan sehingga dengan kata lain usaha yang dijalankan tetap mengandung risiko.

F. Tinjauan Pustaka

1.

Tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales Family : Leguminosae Subfamily : Papilionoideae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merrill (Siregar, 2009).

Kedelai dapat diolah menjadi tempe, keripik tampe, tahu, kecap, susu, dan lain-lain. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan (Cahyadi, 2007).

Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam perdagangan pasar internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati, pakan ternak. Kedelai juga mempunyai peran yang sangat penting bagi dalam pola konsumsi bahan pangan sebagai proses sumber protein nabati

(Rukmana dan Yuyun,1996).

2. Tempe

Tempe merupakan produk olahan kedelai hasil fermentasi jamur Rhizopus sp yang bernilai gizi tinggi dan disukai cita rasanya. Cita rasa langu yang terdapat pada biji kedelai dapat dieliminasi selama proses pengolahan tempe. Sejauh ini, bahan baku tempe sebagian besar masih menggunakan kedelai impor yang dianggap memiliki kualitas fisik lebih baik dibanding kedelai lokal (Widowati dkk, 2009).

Ragi (inokulum) tempe atau laru merupakan kumpulan spora kapang tempe yang digunakan untuk bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Tanpa laru sebagai benih kapangnya, kedelai yang difermentasi akan menjadi busuk. Laru adalah suatu benda yang mengandung benih kapang tempe dalam pembuatan tempe, laru dicampurkan pada kedelai yang telah dimasak, ditiriskan dan kemudian didinginkan. Penggunaan laru yang baik sangat penting untuk menghasilkan tempe yang bermutu baik

(Sarwono, 2007). Tempe yang digunakan untuk membuat keripik tempe adalah tempe

kedelai yang dibungkus lebar dengan daun pisang, daun jati, atau kertas bekas berukuran lebar sekitar 15 cm dan panjang sekitar 20 cm. Alat pembungkus dibentangkan ditempat yang rata, misalnya meja kayu. Diatas pembungkus diletakkan diatas lembaran daun kecil sebagai pelapis tempe. Bahan tempe sebanyak dua sendok makan diletakkan diatas lembaran daun kecil lalu diratakan sehingga panjangnya 10-12 cm dan lebarnya 7-10 cm

(Sarwono, 2007).

3. Keripik tempe

Keripik tempe adalah tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk. Teksturnya kering dan keras. Apabila disimpan ditempat kering dan bersih, keripik tempe dapat tahan disimpan sampai beberapa minggu. Misalnya dipak dalam kantong plastik, kaleng, atau stoples yang tertutup rapat dan tidak terkena pengaruh udara lembab (Sarwono, 2007).

Keripik tempe adalah jenis makanan ringan hasil olahan tempe. Kadar protein keripik tempe cukup tinggi yaitu berkisar antara 23% - 25%. Tempe yang digunakan untuk pembuatan keripik tempe melalui proses yang sedikit berbeda dengan proses pembuatan tempe untuk sayur. Tempe yang akan dijadikan keripik tempe lebih tipis dan langsung dicetak dengan alas daun. Alur proses pembuatan keripik tempe adalah sebagai berikut:

Kedelai

Perebusan I sampai menggelembung

Perendaman sampai berbusa dan mengeluarkan bau asam

Penirisan kemudian dicuci

Pembelahan dan pengupasan biji kedelai dengan kaki atau mesin

Pencucian

Perebusan II

Penirisan dan pendinginan

Inokulasi dengan ragi tempe (laru)

Pengadukan agar ragi merata

Pembungkusan dengan plastik atau daun pisang panjang 10-12 cm, lebar 7-10 cm, dan tebal 1-1,5 mm disimpan

Tempe untuk keripik tempe

Bungkusan tempe dibuka, dimasukkan dalam adonan tepung cair

berbumbu kemudian digoreng sampai setengah kering.

Tempe setengah kering digoreng lagi dalam minyak yang lebih panas

sampai tampak kering kemudian diangkat dan ditiriskan.

Gambar 1. Cara Pembuatan Keripik Tempe

(Radiyati, 1990).

Beras yang akan dibuat tepung, sebelum ditumbuk atau digiling lebih dulu direndam dalam air kapur selama satu jam. Tepung beras yang akan dipakai untuk adonan keripik tempe harus baru dan berasal dari beras padi berumur dalam (padi yang dipanen pada saat umur lebih dari 165 hari dan termasuk varietas lokal). Fungsi tepung adalah untuk memperkuat tempe yang sangat tipis dan untuk melekatkan bumbu. Tepung beras berperan agar tempe keras dan kaku, sedangkan tepung kanji memperkuat tempe yang tipis tadi (Sarwono, 2007).

4. Industri Rumah Tangga

Industri skala rumah tangga dan industri kecil yang mengolah hasil pertanian mempuyai peranan yang penting, antara lain :

a. Meningkatkan nilai tambah dan kualitas hasil

b. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

c. Meningkatkan ketrampilan produsen

d. Meningkatkan pendapatan produsen (Soekartawi, 2001).

Industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dapat dikategorikan menjadi empat kelompok yaitu:

a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga

b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil

c. Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah

d. Jumlah tenaga kerja lebih dari sama dengan 100 orang untuk industri besar.

(Badan Pusat Statistik, 1999). Industri kecil dan rumah tangga mempunyai potensi yang besar

dalam memperkokoh struktur industri di Indonesia terutama berperan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, peningkatan efisiensi industri secara keseluruhan, peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Demikian pula potensi industri kecil dan rumah tangga cukup besar dalam mendukung persebaran industri, mengatasi ketimpangan struktural antara perekonomian perkotaan dan pedesaan dan mendukung strukturisasi perekonomian pedesaan ke arah yang lebih maju (Simatupang dkk, 1994).

5. Biaya

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi sampai menjadi output yang didalamnya termasuk barang yang dibeli dan jasa yang dibayar. Ada dua kategori atau pengelompokan biaya yaitu:

a. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang nilainya tidak akan berubah dari satu proses produksi ke proses produksi berikutnya walaupun volume produksi yang dihasilkan berubah-ubah.

b. Biaya Variabel (Variabel Cost) artinya biaya yang jumlah, nilai dan komposisi biaya variabel ini dapat diubah apabila volume atau komposisi barang yang akan dihasilkan dalam satu proses produksi akan berubah (Kadarsan, 1992).

Biaya total (Total Cost – TC), yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Secara matematis biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC+TVC Keterangan: TC (total cost )

= Biaya total

TFC (Total Fixed Cost)

= Total biaya tetap

TVC (Total Variable Cost) = Total biaya variabel (Firdaus, 2008).

6. Penerimaan

Penerimaan total (Total Revenue - TR) secara langsung ditentukan oleh jumlah produk yang terjual dan yang diterima. Secara matematis penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = P x Q Dimana

TR (Total Revenue) = Penerimaan total P

(Price)

= Harga produk

Q (Quantity)

= Jumlah output

Penerimaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi harga dan kuantitas yang saling mengkaitkan (Lincolin, 1991).

Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang–barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang–barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan industri tapi berhubungan dengan adanya kegiatan industri, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang–barang kebutuhan kegiatan industri, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

7. Keuntungan

Keuntungan didefinisikan sebagai total pendapatan dikurangi total biaya. Dalam definisi keuntungan semua pendapatan dan biaya baik berwujud maupun tidak berwujud harus diperhitungkan. Keuntungan produsen adalah total revenues (TR) dikurangi total cost (TC). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC p = (P x Q) – (TFC+TVC) Keterangan:

= Keuntungan produsen TR (total revenues) = Penerimaan total

TC (total cost)

= Biaya total industri

P (Price)

= Harga produk

Q (Quantity)

= Jumlah output

TFC (Total Fixed Cost) = Total biaya tetap TVC(Total Variable Cost) = Total biaya variabel (Sunaryo, 2001).

Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003).

8. Profitabilitas

Cara untuk mengukur profitabilitas suatu perindustrian bermacam- macam, tergantung pada keuntungan dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Ada keuntungan yang berasal dari operasi atau keuntungan netto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau keuntungan netto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva ”tangible” dan dapat juga dengan memperbandingkan antara keuntungan netto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri

(Riyanto, 2001). Profitability ratio merupakan suatu rasio perbandingan antara selisih

antara keuntungan dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

π Profitabilitas =

x 100%

TC Keterangan :

π = Keuntungan TC (Total Cost) = Biaya total Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah : Profitabilitas > 1 berarti industri yang dijalankan menguntungkan Profitabilitas = 1 berarti industri yang dijalankan mengalami BEP (impas) Profitabilitas < 1 berarti industri yang dijalankan tidak menguntungkan (Ibrahim, 2003).

9. Efisiensi

Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan pendapatan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksud agar memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan tingkat produksi yang telah dicapai atau memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Soekartawi, 2001).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi industri rumah tangga dapat dengan menghitung R/C ratio (Return Cost ratio ). Secara sistematis untuk mengetahui tingkat efisiensi digunakan rumus:

R Efisiensi =

C Dengan ketentuan: R (Revenue) = Penerimaan

C (Cost) = Biaya

Apabila nilai R/C > 1, berarti industri sudah efisien, R/C = 1, berarti industri belum efisien atau industri mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi), R/C < 1, berarti industri tidak efisien (Soekartawi, 1995).

10. Risiko

Setiap aktivitas industri di sektor pertanian atau agribisnis selalu dihadapkan dengan situasi ketidakpastian (uncertainly) dan risiko (risk). Faktor ketidakpastian dan risiko merupakan faktor eksternalitas yaitu faktor yang sulit dikendalikan oleh produsen. Dikatakan risiko (risk) apabila diketahui berapa besarnya peluang terjadi risiko tersebut. Sebaliknya dikatakan ketidakpastian (uncertainly) apabila peluang terjadinya risiko tidak diketahui (Soekartawi, dkk, 1993).

Kendala yang dihadapi dalam agribisnis ternyata tidak di dalam satu aspek saja, tetapi juga muncul tiga aspek yang lazim ditemukan, yaitu aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran. Perubahan sistem produsenan pertanian yang tradisional ke semi tradisional atau ke komersial juga membawa dampak terhadap perilaku produsen dalam mengambil keputusan dalam produsenannya (Soekartawi, dkk, 1993).

Risiko industri dapat dihitung dengan menggunakan rumus: V

CV = E

keterangan : CV (Coefficient of Variation) = Koefisien variasi

V (Variance)

= Simpangan baku

E (Expected Value) = Keuntungan rata-rata (mean) (Hernanto, 1993).

G. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Industri rumah tangga mempunyai peluang untuk berkembang. Salah satunya adalah industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Permasalahan yang dihadapi oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri adalah ketersediaan modal dan harga bahan baku berupa kedelai yang tidak stabil. Selain itu juga disebabkan ketidakstabilan harga bahan penolong berupa minyak goreng, bawang putih dan tepung beras. Kedelai merupakan salah satu bahan baku pembuatan keripik tempe. Keripik tempe dibuat dari tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk dengan tekstur kering dan keras. Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berskala rumah tangga dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Setiap industri tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba dengan cara meminimumkan biaya dan memaksimumkan penjualan.

Analisis biaya berguna bagi produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dalam mengambil keputusan-keputusan. Biaya adalah nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi. Proses produksi disebut sebagai suatu proses berupa input diubah menjadi output. Biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Biaya tetap pada keseluruhan industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berupa biaya penyusutan alat (tungku, panci, dandang, wajan penggorengan, tampah, kreneng , ember kecil, ember besar, lumpang, alu, serok, susuk, entong, staples , cetakan, tenggok, tas keranjang) dan biaya bunga modal investasi. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas produksi. Biaya variabel pada keseluruhan industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berupa biaya bahan baku (kedelai), biaya pembantu atau penolong (ragi, minyak goreng, tepung beras, tepung tapioka dan bumbu-bumbu), biaya pengemasan (daun pisang, kertas, plastik, isi staples ), biaya bahan bakar (kayu, serbuk gergaji), biaya tenaga kerja (tenaga kerja keluarga dan luar keluarga), dan biaya transportasi.

Penjumlahan antara biaya tetap (Total Fixed Cost - TFC) dan biaya variabel (Total Variable Cost - TVC) menghasilkan biaya total. Secara matematis dapat biaya total dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC Keterangan : TC (Total Cost)

=Biaya total industri rumah tangga keripik tempe TFC (Total Fixed Cost ) =Total biaya tetap industri rumah tangga keripik

tempe

TVC(Total Variable Cost)=Total biaya variabel industri rumah tangga keripik

tempe

Produsen keripik tempe dalam melakukan produksi akan senantiasa mengkombinasikan faktor-faktor produksinya untuk memperoleh keuntungan maksimum. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Secara matematis keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

p = TR – TC p = Q x P – (TFC – TVC) keterangan : π (Profit)

= Keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rp)

Penerimaan total industri rumah tangga TR (Total Revenue)

keripik tempe (Rp)

Biaya total industri rumah tangga keripik TC (Total Cost)

tempe (Rp)

Jumlah keripik tempe terjual (Biji) Q (Quantity)

= Harga jual produk per biji (Rp) P (Price)

= Total biaya tetap industri rumah tangga

keripik tempe (Rp)

TFC (Total Fixed Cost)

Total biaya variabel industri rumah tangga

keripik tempe (Rp)

TVC (Total Variable Cost)

Nilai profitabilitas dalam industri rumah tangga keripik tempe merupakan hasil bagi antara keuntungan industri dengan total biaya, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π Profitabilitas =

x 100%

TC Keterangan :

π = Keuntungan industri rumah tangga keripik tempe (Rp) TC (Total Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rp) Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah : Profitabilitas > 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

menguntungkan Profitabilitas = 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

mengalami BEP (impas) Profitabilitas < 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

tidak menguntungkan

Produsen keripik tempe juga memperhatikan efisiensi industri yang telah dijalankannya selama ini. Efisiensi industri dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

R Efisiensi :

C Keterangan : R (Revenue)

= Penerimaan industri rumah tangga keripik tempe (Rp)

C (Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rp) Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi industri adalah sebagai

berikut : R/C>1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan sudah

efisien, R/C=1 berarti industri rumah tangga keripik tempe belum efisien atau industri

mencapai titik impas R/C<1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan tidak

efisien Produsen industri rumah tangga keripik tempe dalam menjalankan

industri untuk mencapai keuntungan, produsen akan menghadapi risiko atas kegiatan industri tersebut. Misalkan risiko harga dan risiko selama proses produksi. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

V CV =

E keterangan : CV (Coefficient of Variation) = Koefisien variasi industri rumah tangga E keterangan : CV (Coefficient of Variation) = Koefisien variasi industri rumah tangga

V (Variance) = Simpangan baku industri rumah tangga

keripik tempe

E (Expected Value) = Keuntungan rata-rata industri rumah

tangga keripik tempe

Sebelumnya, dicari terlebih dahulu keuntungan rata-rata dan simpangan bakunya. Keuntungan rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Ei

i = E= 1

n Keterangan:

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe Ei = Keuntungan industri rumah tangga keripik tempe pada periode i n = Jumlah responden Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe, selanjutnya mencari simpangan baku dengan dengan menggunakan metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu:

V= 2 V

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:

(E 1 - E)

(n - 1) Keterangan :

V 2 = Keragaman Ei

= Keuntungan yang diterima produsen industri rumah tangga keripik tempe

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

= Jumlah responden industri rumah tangga keripik tempe Menghitung batas bawah keuntungan yang merupakan nilai terendah

yang dihasilkan dari industri rumah tangga keripik tempe dengan rumus sebagai berikut :

L = E – 2V Keterangan : L = Batas bawah keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

E = Keuntungan rata-rata

V = Simpangan baku industri rumah tangga keripik tempe Dari rumus di atas dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas bawah

keuntungan dengan nilai koefisien variasi. Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ³ 0 berarti produsen akan terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau nilai L < 0, berarti ada peluang kerugian yang diderita oleh produsen (Hernanto, 1993).

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2:

Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

Risiko Harga

Risiko Produksi

Risiko Harga

Output · Bahan baku

Input:

Proses Produksi:

(Keripik Tempe) · Bahan penolong

· Peralatan Produksi

· Bahan Bakar · Tenaga Kerja · Kemasan

Biaya Tetap :

Biaya Variabel :

· Penyusutan peralatan

· Bahan baku

· Bunga modal investasi

· Bahan penolong · Bahan bakar · Tenaga kerja · Pengemasan · Transportasi

Biaya Total Penerimaan

Analisis Usaha : · Keuntungan

· Profitabilitas · Efisiensi ·

Risiko

Gambar 2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

H. Pembatasan Masalah

1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

2. Penelitian ini terbatas pada produksi selama satu bulan (Maret 2010).

I. Asumsi

1. Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya (biaya total) karena mempunyai fungsi ganda (multi use) yaitu sebagai tempat tinggal bagi produsen dan sekaligus tempat berproduksi. Hal ini dikarenakan asset rumah dan bangunan yang digunakan untuk industry nilainya sangat kecil.

2. Faktor produksi tenaga kerja keluarga diasumsikan menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku di daerah penelitian.

3. Teknologi yang digunakan selama penelitian dianggap tetap. J. Hipotesis

1. Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan menguntungkan.

2. Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan sudah efisien.

3. Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan memiliki risiko.

K. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Analisis usaha merupakan analisis terhadap kelangsungan suatu industri dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi, biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi industri serta besarnya risiko.

2. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya antara

1 sampai 4 orang.

3. Keripik tempe adalah tempe kedelai yang sudah dibuat tipis yang digoreng kering seperti kerupuk teksturnya kering dan keras.

4. Responden adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi tentang data penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah produsen keripik tempe berskala rumah tangga yang membuat mulai dari tempe tipis sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan.

5. Biaya total industri keripik tempe adalah semua biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang merupakan biaya keseluruhan mulai dari proses produksi tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan, yang dinyatakan satuan rupiah (Rp) dengan rumus TC = TFC + TVC

6. Biaya tetap industri keripik tempe adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi mulai dari proses produksi tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap meliputi:

a Biaya penyusutan peralatan Biaya penyusutan peralatan berupa tungku, panci alumunium, dandang , wajan penggorengan, tampah, kreneng, ember kecil, ember besar, lumpang, alu, serok, susuk, entong, staples, cetakan, tenggok, tas keranjang. Biaya penyusutan peralatan tersebut pada penelitian ini dapat dihitung dengan metode garis lurus. Metode garis lurus menyebabkan pembebanan biaya penyusutan yang jumlahnya tetap selama umur ekonomis dari suatu aktiva dengan rumus berikut ini:

nilai awal - nilai akhir

Penyusutan per bulan =

umur ekonomis (bulan)

b Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian besarnya modal yang diinvestasikan dengan suku bunga tertentu, dinyatakan dalam satuan rupiah. Bunga modal investasi dapat dihitung menggunakan rumus

êë R 2 N

B=

Keterangan:

B = Bunga modal investasi (Rp) M = Nilai awal (Rp) R = Nilai akhir (Rp) N = Umur ekonomis (bulan) i

= Suku bunga riil (6,5%) t

= Jumlah bulan dalam setahun (12)

7. Biaya variabel industri keripik tempe adalah biaya yang dikeluarkan mulai dari proses produksi tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan yang besarnya selalu berubah tergantung dari besar kecilnya produksi, terdiri dari:

a. Biaya bahan baku berupa kedelai

b. Biaya bahan penolong berupa ragi, tepung beras, tepung tapioka, minyak goreng, dan bumbu-bumbu.

c. Biaya bahan bakar berupa kayu bakar dan serbuk gergaji.

d. Biaya tenaga kerja berupa tenaga kerja keluarga dan tenaga karja luar keluarga.

e. Biaya pengemasan berupa daun pisang, kertas, tali, plastik, label, dan isi staples.

f. Biaya transportasi berupa mobil angkutan umum.