PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KENARAN 2 PRAMBANAN.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang beranggapan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang tinggi, seseorang harus memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi pula. Hal ini menjadikan orang tua berlomba-lomba untukmeningkatkan kemampuan intelektual anaknya tanpa mempedulikan kemampuan lain yang dimilikinya. Kenyataan demikian juga yang terjadisekolah-sekolah konvensional yang lebih menekankan pada kemampuan akademis siswanya. Guru kurang memperhatikan potensi lain yang dimiliki siswa.

Guru hanya mengetahui bahwa anak yang selalu mendapatkan nilai yang baik dikelas dialah anak yang cerdas.Orang tua maupun guru meyakini kecerdasan inilah yang akan membawa kesuksesan bagi anak dikemudian hari.Pada kenyataannya banyak orang yang memiliki kemampuan akademis tinggi di sekolah pada akhirnya kehidupannya hanya biasa-biasa saja, sedangkan orang yang secara akademis biasa-biasa saja justru banyak dari mereka menjadi orang-orang yang sukses. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akademis bukan satu-satunya faktor dalam keberhasilan seseorang.Goleman (2005 : 44), mengatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagikesuksesan, sedangkan 80% adalah


(2)

sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain.Kemampuan bekerjasama dan bersosialisasi sangat menunjang karier seseorang.

Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat (Gardner, 2003:22).Kecerdasan yang dimilikimanusia akan membantu manusia untuk menemukan jalan keluar atau solusi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan dapat pula membantu seseorang untuk bisa menciptakan sesuatu baik berupa jasa maupun benda yang bisa membantu memudahkan manusia untuk menghadapi persoalan dalam kehidupan nyata.

Gardner (2003: 22) menemukan 8 bentuk kecerdasan yang menggambarkan keanekaragaman bentuk kecerdasan manusia yang selanjutnya dikenal dengan Multiple Intelligence (kecerdasan majemuk).Kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematik-logika, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan natural.

Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu bagian dari Multiple Intelligences.Kecerdasan ini berkaitan dengan kehidupan sosial seperti: berteman, bergaul atau bersosialisasi dengan orang lain, dan bekerja atau bermain secara berkelompok.Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial (Safaria, 2005:23).Kecerdasan sosial meliputi kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi,


(3)

membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menguntungkan. Anak-anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi cenderung mudah memahami perasaan orang lain, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis sehingga anak tersebut akan disenangi dan banyak teman. Mereka sering menjadi pemimpin diantara teman-temannya dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada orang lain.

Kecerdasan interpersonal penting karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Banyak kegiatan dalam hidup anak terkait dengan orang lain. Anak-anak yang gagal mengembangkan kecerdasan interpersonal akan mengalami banyak hambatan dalam dunia sosialnya.Anak-anak yang sulit untuk mengembangkan hubungan yang suportif dengan teman sebayanya, digambarkan sebagai anak yang agresif, cenderung tidak peka, tidak peduli, egois ataupun sangat mementingkan egoismenya sendiri, banyak teman sebayanya yang tidak menyukai kehadirannya. Kasus-kasus yang ekstrim mungkin bahkan menunjukkan tingkah laku anti sosial seperti ketidakjujuran, pencurian, penghinaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan bentuk kejahatan lain.Reaksi ini menunjukkan bahwa orang tersebut gagal mengembangkan kecerdasan interpersonalnya atau dengan kata lain memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah.

Pada umumnya, anak-anak yang memperlihatkan tingkat kecerdasan interpersonal yang rendah dikarenakan tidak adanya atau sedikit usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan ini sejak kecil(Lwin,


(4)

2008:198).Anak-anak yang sulit melakukan sosialisasi dimasa awal usianya cenderung akan menetap hingga dewasa (Safaria, 2005:12). Jika tidak ada penanganan yang optimal, maka kesulitan dalam bersosialisasi ini akan banyak mempengaruhi diri anak, sehingga akan menghambat anak untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Hal ini dikarenakan dalam situasi apapun anak akan dituntut untuk berhubungan dengan orang lain, membangun kerjasama serta mampu mempertahankan hubungan tersebut dengan baik. Saat mereka dewasa, mereka tetap membutuhkan keterampilan bersosialisasi ini untuk menunjang karir mereka ditempat mereka bekerja.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kecerdasan interpersonal di SD yaitu banyak orang tua maupun guru yang menganggap kecerdasan interpersonal kurang penting.Orang tua umumnya beranggapan bahwa anak yang pandai secara akademik khususnya yang berhubungan dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, maka anak akan mampu menemukan kecerdasan atau kemampuan yang lain termasuk kecerdasan interpersonal (Lwin, 2008: 200). Kenyataan ini membuat orang tua dan guru lebihfokus pada pengembangan kemampuan akademik dan kurang mengeksplor kemampuan interpersonal maupun kemampuan yang lain.

Kecerdasan interpersonal erat kaitannya dengan IPS. Pada dasarnya IPS merupakan kajian tentang manusia dan sekelilingnya (Djojo Suradisastra, 1992: 4). Kehidupan manusia tidak lepas dari hubungan dengan sesamanya baik dari jarak yang dekat sampai jarak yang jauh. Kecerdasan interpersonal


(5)

merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara harmonis. Dari hubungan dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya manusia harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin akan timbul. Pengajaran IPS memberikan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan manusia untuk mengatasi rintangan maupun gejala-gejala sosial yang akan timbul.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV di SD Negeri Kenaran 2, pembelajaran masih ditekankan pada kemampuan akademis dan bersifat monoton.Pada pembelajaran IPS kelas IV semester I Tahun Ajaran 2012/2013. Guru kesulitan dalam menyampaikan materi IPS, dimana dengan jam pelajaran IPS yang hanya sedikit harus menyampaikan materi yang begitu banyak. Pada akhirnya guru guru harus ngebut untuk menyampaikan materi IPS dengan menggunakan metode pembelajaran seadanya. Proses pembelajaran menjadi terkesan monoton dimana setiap hari siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru, mencatat, membaca, dan menyelesaikan tugas individu tanpa ada kegiatan yang mengaitkan siswa pada peningkatan kecerdasan interpersonal.Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak akan menumbuhkan kerja sama maupun interaksi sosial yang positif antar siswa.

Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2.Peneliti menemukan beberapa tingkah laku siswa yang menyimpang yang menunjukkan kurangnya kecerdasan interpersonal siswa.Pada saat pembelajaran berlangsung beberapa


(6)

siswaterlihat hiperaktif, bermain sendiri ketika pelajaran maupun sibuk mengganggu temannya yang sedang berkonsentrasi dengan cara menyembunyikan kotak pensil maupun buku temannya sehingga berujung pada pertengkaran. Beberapa siswa senang berkata kotor terhadap teman-temannya, ada pula siswa yang pasif hanya duduk diam, ketika disuruh maju tidak mau dan selalu menjadi bahan olokan teman-temannya.Saat guru memberikan pertanyaan hanya siswa itu-itu saja yang menjawab. Tingkah laku seperti ini akanberkembang pada pribadi siswa yang mau menang sendiri, tidak mau bermain dengan teman yang lain selain teman akrabnya, tidak mau bekerja sama dengan yang lain, pendiam, kurang percaya diri, dan bahkan ada yang menarik diri dari pergaulan.Situasi diatas berbeda dengan situasi yang seharusnya terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Idealnya siswa berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, melakukan tanya jawab, duduk dengan rapi, dan aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas.Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam.Siswa kelas IV sebagai kelas tinggi memiliki perkembangan sosial yang sangat cepat. Anak berubah dari self centered, egoistis, senang bertengkar, menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok.Adapun ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional pada anak yang duduk di kelas tinggi sekolah dasar yaitu: (1) mudah dibangkitkan;(2) mulai tumbuh rasa kasih sayang seperti orang dewasa; (3) mengkritik


(7)

tindakan orang dewasa; (4) ingin mengetahui segala sesuatu; (5) merindukan pengakuan dari kelompok; (6) bangga dengan kesuksesan yang diraihnya; (7) menyukai kegiatan kelompok.

Guru hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan hasil belajar yang akan dicapai, bervariasi, tepat guna, serta tidak lepas dari peran aktif siswa dengan mengubah paradigma pembelajaran. Metode pembelajaran seyogyanya disesuaikan dengan dunia anak, mampu memacu keberanian dan emosi anak untuk berani berbicara dan melakukan suatu interaksi antar individu maupun dengan kelompok.Pembelajaran hendaknya memberi kesempatan pada anak untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.Pembelajaran perlu di desain melibatkan aktivitas kelompok sesuai dengan karakteristik anak SD kelas tinggi.

Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu dilakukan perubahan dalam metode pembelajaran.Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan metode diskusi kelompok.Alasan penggunaan metode diskusi kelompok dalam penelitian ini adalah metode diskusi sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan suka berkelompok.Metode diskusi juga memiliki keunggulan yaitu: dapat memperluas wawasan peserta didik, dapat merangsang kreativitas peserta didik dalam memunculkan ide dalam memecahkan suatu masalah, dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, dan dapat menumbuhkan partisipasi peserta didik menjadi lebih aktif.Keunggulan


(8)

metode diskusi dalam perkembangannyaakan menunjukkan kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain, mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, menyukai bekerja secara kelompok.Perkembangan ini mengarah pada pembentukan kecerdasan interpersonal yang tinggi.

Penulis mengetahui keunggulan dari metode diskusi kelompok dan melihat kenyataan bahwa pengembangan kecerdasan interpersonal di sekolah dasar masih sangat minim.Maka dalam penyusunan penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti penggunaan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Beberapa siswa memiliki sifat pemalu, pendiam, dan mau menang sendiri, yang menunjukkan kecerdasan interpersonal siswa rendah.

2. Penekanan kecerdasan hanya pada aspek akademik. 3. Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

4. Kurangnya kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dan mengutarakan pendapat yang menjadikan kecerdasan interpersonal siswa tidak berkembang.


(9)

5. Proses pembelajaran belum melibatkan keaktifan siswa, dimana siswa hanya duduk, mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan guru.

C. Pembatasan Masalah

Dikarenakan luasnya masalah yang sudah penulis identifikasikan, maka penelitian ini dibatasi pada kurangnya kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dan mengutarakan pendapat yang menjadikan kecerdasan interpersonal siswa tidak berkembang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana penggunaan metode diskusi kelompokmeningkatkan kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal dalam pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: a. Bagi guru SD

Penelitian inibermanfaatsebagai masukan guru dalam pemilihan

metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan seluruh kemampuan anak.


(10)

Hasil penelitianakan dapat meningkatkan kecerdasan

interpersonalnya karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

c. Bagi orang tua

Diharapkan agar tidak lagi menekankan kecerdasan dari aspek akademis saja, tetapi aspek nonakademis juga sangat penting.

d. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman langsung dalam peningkatan kecerdasan interpersonal.

G. Definisi Operasional

1. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain. Hubungan yang harmonis akan tercipta jika manusia mampu mengatasi rintangan-rintangan yang timbul dalam hubungannya dengan orang lain.

2. Metode diskusi kelompok merupakan salah satu metode yang melibatkan interaksi dan partisipasi aktif siswa. Di dalam diskusi siswa akan berlatih mengutarakan pendapatnya, berbicara di depan umum, menghargai pendapat orang lain, dan menahan egoismenya. Interaksi-interaksi ini yang nantinya akan menjadi bekal siswa dalam kehidupan bermasyarakat.

3. IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang manusia dan sekelilingnya. Di dalamnya memuat keterampilan-keterampilan yang


(11)

dibutuhkan manusia untuk hidup dengan sesamanya maupun berhubungan dengan sesamanya dan sekelilingnya.


(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kecerdasan Interpersonal

a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Gardner (Agus Efendi, 2005: 81), kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai budaya. Berdasarkan konsep ini Gardner menemukan bahwa kecerdasan manusia tidak tunggal tapi ganda bahkan tak terbatas. Gardner menemukan 8 kecerdasan yang dimiliki manusia, yang disebutnya dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan interpersonal.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain (Amstrong, 2002: 4). Kecerdasan ini menuntut kemampuan untuk menyerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Kecerdasan interpersonal akan menunjukkan kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal yang tinggi membuat orang bisa bekerjasama dengan orang lain dan melakukan sinergi untuk membuahkan hasil-hasil positif (Anita Lie, 2003: 8). Anak yang


(13)

memiliki kecerdasan interpersonal tinggi akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, menyukai bekerja secara kelompok. Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menguntungkan (Safaria, 2005: 23). Kata sosial maupun interpersonal hanya penyebutannya saja yang berbeda, tetapi keduanya menjelaskan maksud dan inti yang sama. Lwin (2008: 197) menjelaskan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak.

Dari beberapa pengertian di atas, maka kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami maksud dan perasaan orang lain sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal penting dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya manusia tidak bisa menyendiri. Banyak kegiatan dalam hidup manusia terkait dengan orang lain, begitu juga seorang anak yang membutuhkan dukungan orang-orang disekitarnya. Keterampilan sosial anak terjalin melalui hubungan dengan teman sebayanya.


(14)

b. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal

Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan interpersonal menurut Muhammad Yaumi (2012: 147) adalah:

1) Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang membangun interaksi antara satu dengan yang lainnya.

2) Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia.

3) Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif.

4) Ketika menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang dilakukan dengan chatting atau teleconference.

5) Merasa senang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sosial keagamaan dan polotik.

6) Sangat senang mengikuti acara talk show di tv dan radio.

7) Ketika bermain atau berolahraga, sangat pandai bermain secara tim (double atau kelompok) daripada bermain sendirian (single).

8) Selalu merasa bosan dan tidak bergairah ketika bekerja sendiri. 9) Selalu melibatkan diri dalam club-club dan berbagai aktivitas

ekstrakurikuler.

10) Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah dan isu-isu sosial.

Secara umum, kecerdasan interpersonal dapat diamati dari perilaku seseorang. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat cenderung mampu berdaptasi dengan lingkungan, senang bersama-sama dengan orang lain, dan mampu menghargai orang lain serta memiliki banyak teman.

Safaria (2005: 25), juga menyebutkan karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi, yaitu :

1) Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif.

2) Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total.

3) Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah diamakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/ mendalam/ penuh makna.


(15)

4) Mampu menyadari komunikasi verbal maupun nonverbal yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya.

5) Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya. 6) Memiliki kemampuan komunikasi yang mencakup keterampilan

mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif. Dari beberapa pendapat diatas dapat diuraikan bahwa anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Dapat membangun dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Anak dapat menempatkan dirinya dalam situasi apapun dengan baik dalam hubungannya dengan orang lain sehingga membuat orang lain merasa nyaman berada didekatnya. 2) Mampu berempati dengan orang lain, maksudnya adalah anak

mampu memahami dan mengerti perasaan orang lain. Anak akan ikut merasakan ketika orang lain merasa sedih ataupun senang. 3) Mampu menjaga dan mempertahankan persahabatan dengan

rekan/teman, dan menjauhi permusuhan. Anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi akan memiliki banyak teman, karena ia dapat menjaga hubungan pertemanannya dengan baik.

4) Memahami norma-norma sosial yang berlaku sehingga anak mampu beradaptasi dan berperilaku santun dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

5) Mampu mencari solusi yang baik atas permasalahan yang terjadi. 6) Memiliki kemauan tinggi untuk berbagi dan membantu orang lain.


(16)

7) Menyukai kegiatan-kegiatan yang melibatkan aktivitas kelompok. 8) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan orang lain. c. Strategi Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal pada diri seseorang bisa berubah dan dapat ditingkatkan. Anita Lie (2003: 4) menyatakan bahwa kecerdasan manusia bisa berkembang sejalan dengan interaksi manusia dengan alamnya. Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

Hal-hal berikut ini yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak menurut Anita Lie (2003: 123) yaitu: 1. Ungkapkan perasaan kasih dan sayang secara eksplisit.

Anak membutuhkan kasih sayang baik dari keluarga, teman maupun orang-orang di sekitarnya. Rasa cinta dan kasih sayang yang selalu diperolehnya akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi dengan kecerdasan interpersonal yang mantap.

2. Berikan penghargaan atas setiap pemberian atau ungkapan kasih sayang anak

Anak-anak tidak segan untuk mengungkapkan kasih sayangnya kepada orang disekitarnya terutama orang tua. Pelukan, ciuman, gurauan, tingkah laku manja adalah cerminan kebutuhan pengungkapan rasa kasih sayang anak. Respon yang positif terhadap ungkapan kasih sayang anak akan membuat anak merasa


(17)

dihargai, diperhatikan dan dicintai. Hal ini akan berpengaruh pada pengenalan diri anak dan peningkatan kecerdasan interpersonal. 3. Ajari anak untuk mengenali perasaan orang lain melalui

sinyal-sinyal non verbal

Mengenali ekspresi dan gerakan tubuh orang lain sangat penting bagi anak. Anak akan belajar mengesampingkan keinginan-keinginannya dengan melihat kebutuhan orang lain.

4. Beri kesempatan anak untuk berhadapan dengan orang lain

Kemampuan berinteraksi dengan orang lain harus ditanamkan sejak dini dan secara bertahap. Orang tua maupun guru perlu membimbing dan menuntunnya antara lain dengan cara memberikan kesempatan untuk bertanya, berbicara, maupun melakukan interaksi dengan orang banyak.

5. Pahami kebutuhan anak akan persahabatan dengan teman sebaya dan dukung kegiatan-kegiatan positif bersama teman.

Anak membutuhkan persahabatan dengan teman sebayanya. Hal-hal yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan orang tuanya, anak dapat melakukan dengan temannya. Bersama teman-temannya anak dapat memenuhi kebutuhan untuk bermain, didukung, dipercaya dan diterima sebagai individu.

Sejalan dengan hal-hal di atas, Anderson dalam Safaria (2005: 24) menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama yaitu social sensitivity, social insight, dan social communication.


(18)

Ketiga dimensi ini merupakan satu kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama lain.

1) Social Sensitivity atau sensivitas sosial, adalah kemampuan anak untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Sosial sensitivity ini meliputi sikap empati dan sikap prososial. Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Sedangkan sikap prososial adalah sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.

2) Social Insight, merupakan kemampuan dalam memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial. Social insight meliputi pemahaman situasi dan etika sosial, keterampilan pemecahan masalah dan kesadaran diri yang merupakan pondasi dasar dari social insight.

3) Social Communication atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Inti dari social communication adalah komunikasi yang efektif dan mendengarkan secara efektif.


(19)

Terkait dengan ketiga dimensi kecerdasan interpersonal di atas, berikut ini keterampilan-keterampilan dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal:

1) Mengembangkan sikap empati 2) Mengembangkan sikap prososial 3) Mengembangkan kesadaran diri anak

4) Mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial 5) Mengajarkan pemecahan masalah efektif pada anak 6) Mengajarkan berkomunikasi dengan santun pada anak 7) Mengajarkan cara mendengarkan efektif

Untuk mengembangkan keterampilan kecerdasan interpersonal di atas, orang tua dan lingkungan berperan penting sebagai model yang akan ditiru oleh anak. Keterampilan-keterampilan kecerdasan interpersonal menurut Safaria (2005: 26) di atas akan dibahas satu persatu di bawah ini:

1) Mengembangkan Sikap Empati Pada Anak

Kemampuan memahami perasaan orang lain (empati) diungkapkan anak ketika mereka melihat orang lain terluka atau sedih. Metode disiplin dan pola asuh orang tua memberikan pengaruh penting dalam pembentukan kemampuan berempati anak. 2) Mengembangkan Sikap Prososial Pada Anak

Safaria (2005: 117), perilaku prososial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu


(20)

seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut anak untuk mengontrol diri sendiri dalam menahan diri dari egoismenya. Perkembangan perilaku prososial dipengaruhi terutama oleh lingkungan keluaga karena orang tua menjadi model bagi anak dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengembangkan perilaku prososial dalam kegiatan sehari-hari, hal yang dapat dilakukan adalah :

a) Memberi contoh nyata tentang pentingnya perilaku prososial dengan melakukan kegiatan membantu, berbagi, dan memberi kepada orang lain

b) Bertindak dengan adil dalam memberi perhatian dan kasih sayang pada semua anak anda.

c) Mengajak anak dalam kegiatan-kegiatan amal sosial seperti mengunjungi panti asuhan, kerja bakti atau menyumbangkan uang untuk pengemis jalanan.

d) Jelaskan pada anak anda dengan bahasa yang mudah dipahami anak tentang keuntungan dari berperilaku prososial.

e) Bertindak tegas jika melihat anak berperilaku mementingkan dirinya sendiri, tidak mau bekerjasama dengan orang lain atau tidak mau membantu orang lain ketika sebenarnya anak mampu membantunya.


(21)

f) Memuji anak ketika dia berhasil menunjukkan tindakan membantu temannya, mau berbagi dengan saudaranya dan mau bertindak kooperatif dengan sebayanya.

g) Membimbing anak untuk mampu memilih teman-teman yang baik.

3) Mengembangkan Kesadaran Diri Anak

Weisinger (2006: 10), kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang dalam menginsafi totalitas keberadaannya sejauh mungkin. Anak mampu memproses kepekaan, perasaan, penilaian dan maksud dalam diri anak sehingga dapat menanggapi, bersikap, berkomunikasi dan bertindak dalam situasi yang berbeda.

Beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran diri menurut Weisinger (2006: 11) adalah (1) menyelidiki cara membuat penilaian, (2) menyelaraskan diri dengan indra, (3) mengenali perasaan, (4) mempelajari segala intens, dan (5) memperhatikan tindakan.

a) Menyelidiki cara membuat penilaian

Penilaian berupa kumpulan kesan, penafsiran, evaluasi dan harapan yang dimiliki seseorang terhadap diri sendrir, orang lain maupun lingkungan. Penilaian ini akan membantu belajar bagaimana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi perasaan, tindakan dan reaksinya agar dapat diubah dan disesuaikan.


(22)

b) Menyelaraskan diri dengan indra.

Pancaindra merupakan sumber data tentang dunia. Melalui pancaindera kita dapat melihat, mendengar, mencium dan merasakan apa yang ada disekitar kita, walaupun tidak selalu sesuai kebenarannya apa yang kita tangkap melalui pancaindra dengan kejadian yang sebenarnya. Kemampuan menyelaraskan pancaindera sangat penting agar kita dapat memeriksa, mengklarifikasi, dan mengubah penilaian jika diperlukan. c) Mengenali perasaan

Perasaan berhubungan dengan respon emosional yang spontan terhadap penafsiran dan harapan seseorang. Perasaan negatif biasanya lebih menyakitkan hati, dan membuat kita merasa lebih buruk jika kita tidak berusaha menyadarinya. Perasaan seperti itu harus kita pahami agar kita dapat mengubah dan mengontrolnya.

d) Mempelajari segala intensi

Intensi merujuk pada hasrat jangka panjang dan jangka pendek dalam hidup seseorang. Hal-hal yang ingin kita lakukan hari ini, minggu depan, akhir tahun atau bahkan sepanjang hidup kita. Kita harus mengetahui apa yang menjadi intensi kita sehingga dapat membuat strategi yang baik untuk bertindak.


(23)

e) Memperhatikan tindakan

Tindakan bersifat fisik dan dapat diamati. Kita harus berhati-hati dalam mengambil tindakan. Kita dapat memilih untuk melakukannya atau tidak melakukannya dengan memikirkan dampak yang akan terjadi dari pilihan tersebut.

4) Mengajarkan Pemahaman Situasi Sosial dan Etika Sosial Pada Anak

Etiket menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 381) adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Aturan ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etiket dalam bertamu, berteman, makan, minum, bermain, meminjam, meminta tolong, berbicara, mendengarkan, berpakaian dan sebagainya. Semua itu harus dipahami anak dengan baik agar anak mampu menyesuaikan perilakunya dalam setiap situasi sosial.

5) Mengajarkan Pemecahan Masalah Efektif Pada Anak

Setiap anak membutuhkan keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif agar dapat menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki keterampilan memecahkan konflik antar pribadi yang efektif dibandingkan dengan anak yang kecerdasan interpersonalnya rendah.


(24)

6) Mengajarkan Berkomunikasi Dengan Santun Pada Anak

Ada empat keterampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih pada anak yaitu memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain, yang terakhir adalah menerima diri dan orang lain. Jika anak mampu menguasai keempatnya, anak akan berhasil mengembangkan kecerdasan interpersonal yang matang sehingga anak mampu membangun dan mampertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain.

a) Berlatih memberikan umpan balik

Umpan balik yang baik adalah umpan balik yang diarahkan pada perilaku, bukan pribadinya. Keterampilan ini harus dikuasai anak agar pemberian umpan balik tidak malah menimbulkan salah persepsi yang berakibat pada konflik antar pribadi.

b) Berlatih mengungkapkan perasaan

Ada dua cara dalam mengungkapkan perasaan yaitu: pengungkapan secara verbal dan pengungkapan secara non-verbal. Pengungkapan secara verbal dilakukan melalui media kata-kata dengan mendeskripsikannya, sedangkan pengungkapan secara non-verbal menggunakan sorot mata yang tajam, senyuman, kepalan tinju, atau raut wajah.


(25)

c) Berlatih Mendukung dan Menanggapi

Kecocokan dalam memberikan tanggapan adalah hal yang penting. Jika salah dalam menanggapi perasaan orang lain, maka hubungan akan menjadi terhambat. Orang akan merasa tidak dimengerti dan dihargai. Jika tanggapan yang diberikan anak sesuai dengan yang dirasakan orang lain, maka orang lain akan semakin percaya kepada anak.

d) Berlatih Menerima Diri dan Orang lain

Sebelum anak mampu menerima orang lain, dia harus mampu menerima dirinya sendiri apa adanya. Seringkali penerimaan diri yang matang akan mendorong anak menerima orang lain secara utuh.

7) Mengajarkan Cara Mendengarkan Efektif Pada Anak

Keterampilan mendengarkan akan menunjang proses komunikasi anak dengan orang lain, sebab orang akan merasa dihargai dan diperhatikan ketika mereka merasa didengarkan. Sebuah hubungan komunikasi tidak akan berlangsung baik jika salah satu pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkannya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing keterampilan memiliki fungsi penting dalam pengembangan kecerdasan interpersonal anak. Dalam pelaksanaannya keterampilan-keterampilan tersebut berkaitan satu sama lain. Agar kecerdasan interpersonal dapat


(26)

berkembang dengan baik, diharapkan orang tua, guru maupun masyarakat saling bekerjasama dan memberikan bimbingan yang maksimal.

2. Diskusi Kelompok

a. Pengertian Diskusi Kelompok

Tukiran Taniredja (2011: 23), mendefinisikan diskusi sebagai suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 269), memaparkan diskusi sebagai pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai masalah. Haryanto (2003: 39) menjelaskan metode diskusi sebagai cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah, mengemukakan pendapat, menyusun kesimpulan atau menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah. Tiap orang diharapkan memberikan sumbangan dalam diskusi sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama (Nana Sudjana, 2002: 79).

Dari beberapa pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa diskusi kelompok adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dimana terdapat dua atau lebih individu dapat berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka untuk memecahkan suatu masalah sehingga mencapai kesepahaman.


(27)

Moedjiono dan Dimyati (1991: 54) menjelaskan ada tiga macam diskusi kelompok yaitu kelompok dadakan (buzz group), kelompok sindikat (syndicate group) dan sumbang pendapat (brainstorming).

1) Kelompok Dadakan (Buzz Group)

Kelompok dadakan adalah suatu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang, yang bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumnya telah dibicarakan secara klasikal.

Diskusi ini efektif karena tidak memerlukan waktu yang lama seperti diskusi pada umumnya. Diskusi ini dapat dilaksanakan di tengah-tengah jam atau akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran, memperjelas isi pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Diskusi ini berjalan dengan lancar jika pengelompokan siswa dilakukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini dapat mendorong individu yang malu-malu atau sungkan untuk memberikan pendapat, menciptakan suasana yang menyenangkan, menghemat waktu, serta membagi tugas kepemimpinan dan kegiatan belajar yang lebih bervariasi.

2) Kelompok Sindikat (Syndicate Group)

Kelompok sindikat merupakan salah satu jenis diskusi kelompok kecil (3-6 orang), dimana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda. Setiap kelompok akan melaporkan hasil


(28)

pekerjaannya di depan kelas dalam suatu diskusi pleno atau diskusi kelas.

Guru dalam kelompok sindikat berperan sebagai orang yang menjelaskan garis besar permasalahan kepada seluruh siswa. Guru menggambarkan aspek-aspek permasalahan, kemudian tiap-tiap sindikat (kelompok) diberi tugas untuk mempelajari aspek tertentu. 3) Sumbang Pendapat (Brainstorming)

Pada sumbang pendapat terjadi kegiatan pencurahan gagasan secara spontan yang berhubungan dengan bidang minat atau kebutuhan kelompok untuk mencapai keputusan. Sumbang pendapat ini biasanya dilakukan dalam waktu 5-15 menit, dimana gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh siswa dikumpulkan oleh guru dan dicatat di papan tulis.

b. Tujuan Pemakaian Metode Diskusi

Tujuan pemakaian metode diskusi menurut Moedjiono & Dimyati (1991: 51) adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan pada diri siswa.

2) Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif.

4) Mengkaitkan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat. 5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

Tujuan diskusi di atas menekankan pada pengembangan keterampilan-keterampilan siswa sebagai subyek belajar sehingga siswa akan merasakan manfaat dari penggunaan metode diskusi.


(29)

Berbeda dengan pendapat Slameto (1991: 101) yang menguraikan kenapa diskusi kelompok digunakan dan untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

1) Pada waktu saling mengemukakan pendapat. 2) Untuk membuat problema itu menarik.

3) Untuk membantu peserta mengemukakan pendapatnya. 4) Untuk mengenal dan mengelola problema.

5) Untuk menciptakan suasana yang formil.

6) Untuk memperoleh pendapat siswa yang tidak suka berbicara. Guru membantu dan memfasilitasi agar diskusi dapat berjalan dengan baik, seperti tempat, suasana, maupun motivasi kepada anak untuk berani mengemukakan pendapatnya. Pemilihan topik diskusi juga harus diperhatikan sehingga dapat menarik siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.

Di sisi lain, Roestiyah (2008: 6) menjelaskan tujuan penggunaan diskusi sebagai berikut.

1) Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain.

2) Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokatis.

3) Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.

Kegiatan diskusi memberikan manfaat dan tujuan yang positif bagi siswa. Tercapai tidaknya tujuan dari diskusi tergantung pada guru dan siswa itu sendiri sebagai pelaksana diskusi.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk mengembangkan pikiran kritis,


(30)

sikap demokratis, sikap positif, keterampilan komunikasi, dan mengembangkan kreativitas anak.

c. Keunggulan Metode Diskusi

Berikut beberapa keunggulan metode diskusi menurut beberapa ahli:

Slameto (1991: 101) memberikan pendapatnya mengenai keunggulan metode diskusi sebagai berikut:

a) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat. b) Merupakan pendekatan yang demokratis.

c) Mendorong rasa kesatuan. d) Memperluas pandangan. e) Menghayati kepemimpinan.

f) Membantu megembangkan kepemimpinan

Diskusi memberikan dampak yang positif bagi siswa. Siswa dapat belajar mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain, menambah wawasan, serta melatih jiwa kepemimpinannya melalui diskusi.

Pendapat lain mengenai kelebihan metode diskusi diutarakan oleh Suryosubroto (2002: 185) yaitu:

a) Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar

b) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing

c) Metode diskusi dapat mengembangkan dan menumbuhkan cara berfikir dan sikap ilmiah

d) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam sebuah forum diskusi diharapkan siswa akan memperoleh kepercayaan diri

e) Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.


(31)

Diskusi dapat membentuk keterampilan-keterampilan yang seyogyanya dimiliki siwa. Melalui diskusi diharapkan terjadi perubahan sikap pada para siswa baik itu sikap sosial, kepercayaan diri maupun cara berfikir.

Moedjiono dan Dimyati (1991: 52) mengemukakan bahwa kelebihan metode diskusi adalah:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, social-emosional, dan mental para siswa dalam proses belajar.

b) Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode-metode yang lain.

c) Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan

d) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok

e) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima, sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga negara yang demokratis f) Metode ini menguntungkan siswa yang lemah dalam pemecahan

masalah. Hal ini dimungkinkan karena pemecahan masalah oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada pemecahan perorangan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode diskusi yaitu menimbulkan kreativitas siswa dalam ide dan partisipasi yang demokratis serta mendorong persatuan dan kerjasama untuk mencapai tujuan. Jika dilihat dari hasil yang didapatkan, hal terpenting adalah membantu anak untuk berani mengemukakan pendapatnya dihadapan orang banyak. Anak


(32)

akan menjadi lebih berani dalam berfikir dan berani untuk mengelola emosi untuk menerima pendapat orang lain dan memberikan pendapat. d. Langkah-langkah Diskusi

Roestiyah (2008: 19) menyebutkan bahwa ada enam langkah agar diskusi kelompok dapat lebih berhasil, yaitu:

a. Menjelaskan tugas kepada siswa

b. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok

d. Setiap kelompok memilih seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut.

e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran

f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.

Memperhatikan hal-hal di atas, guru turut berperan penting dalam keberhasilan diskusi. Guru membimbing jalannya diskusi agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, begitupun siswa harus bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam diskusi tersebut.

Tahap-tahap pemakaian metode diskusi menurut Moedjiono dan Dimyati (1991: 59) adalah sebagai berikut:

1) Tahap sebelum pertemuan a) Pemilihan topik diskusi

b) Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan c) Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan

d) Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas dengan jenis diskusinya.

e) Menyiapkan kerangka diskusi secara terperinci. 2) Tahap selama pertemuan

a) Guru menjelaskan tentang tujuan diskusi, topik diskusi, dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan

b) Siswa melaksanakan kegiatan diskusi sesuai dengan jenis yang digunakan


(33)

c) Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru

d) Pencatatan hasil diskusi oleh siswa 3) Tahap setelah pertemuan

a) Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama diskusi. b) Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan

evaluasi dari para siswa serta lembaran komentar.

Tahap-tahap diskusi yang telah dilakukan diakhiri dengan evaluasi dan kesimpulan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pelaksanaan diskusi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi selama diskusi berlangsung dapat diminimalisir dalam pelaksanaan diskusi selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Guru dan siswa menentukan topik diskusi.

b) Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok c) Guru menyampaikan aturan dalam diskusi.

2) Pelaksanaan

a) Guru menjelaskan tentang tujuan dan topik diskusi. b) Guru menyampaikan permasalahan.

c) Siswa melakukan diskusi sesuai dengan topik yang disediakan.

d) Secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.


(34)

e) Kelompok yang lain memberikan sanggahan, saran, atau pertanyaan kepada kelompok penyaji.

3) Penutup

a) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

b) Siswa dan guru mengevaluasi jalannya diskusi. 3. Pembelajaran IPS dan Anak Sekolah Dasar

a. Pembelajaran IPS 1) Pengertian

Djojo Suradisastra (1992: 4), IPS merupakan kajian tentang manusia dan sekelilingnya. Peranan pengajaran IPS begitu unik karena harus mendidik dan mempersiapkan para murid agar dapat hidup di dunianya dan memahami dunianya. Adanya pembelajaran IPS di SD, siswa akan berusaha untuk diterima sebagai bagian dari komunitas seluruh mastarakat sosial. Bukan hal mudah bagi seseorang untuk bisa tumbuh dan berkembang dalam kehidupannya tanpa bekal pengetahuan yang diperlukan.

2) Tujuan Pembelajaran IPS SD

Pada kurikulum sekolah dasar tahun 2006, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


(35)

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

3) Rasional Mempelajari IPS

Rasional mempelajari IPS menurut Hidayati, dkk (2008: 12) adalah:

a) Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.

b) Mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

c) Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

4) Hakikat IPS

Barr, dkk dalam Djojo Suradisastra (1992: 6) menunjukkan bahwa ada tiga telaah dalam IPS yang mereka sebut sebagai tradisi dalam IPS, yaitu:


(36)

a) Tradisi pertama ialah pewarisan budaya (citizhenship Transmission) yang berarti kemampuan bertindak sebagai warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai dasar yang telah disepakati dan dianggap baik.

b) Tradisi kedua ialah tradisi ilmu sosial (social science tradition) yang merujuk pada pengertian bahwa IPS sebenarnya dapat diturunkan dari salah satu ilmu sosial.

c) Tradisi ketiga disebut inkuiri reflektif (reflective inquiry), kewargaan tercermin dari kemampuan memecahkan masalah dalam suasana lingkungan yang sarat nilai.

5) Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi pelajaran IPS SD secara garis besar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, tempat dan lingkungan b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan c) Sistem sosial dan budaya

d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu materi pelajaran IPS kelas IV semester 2.

- Standar Kompetensi:

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.


(37)

- Kompetensi Dasar:

2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. b. Karakteristik Anak Kelas IV SD

Perkembangan dan pertumbuhan individu secara kodrati berbeda-beda, sesuai dengan irama perkembangan dan pertumbuhan masing-masing. Hal ini menyebabkan setiap individu memiliki perbedaan-perbedaan. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa, kepribadian dan perkembangan fisik.

Mengingat karakteristik tersebut, hendaknya seorang guru memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang berhubungan dengan: prinsip motivasi, latar belakang, pemusatan perhatian, keterpaduan, pemecahan masalah, menemukan, prinsip belajar sambil bermain, belajar sambil bekerja, perbedaan individu dan prinsip hubungan sosial.

Siswa kelas IV berada pada rentang umur 7-11 tahun. Pada usia ini ditinjau dari perkembangan kognitifnya siswa berada pada tahapan operasi konkret. Pada tahapan ini menurut teori Piaget (Anita Lie, 2003: 5), anak bisa berpikir dan berimajinasi dengan situasi-situasi konkret. Pada masa ini, anak bisa mengungkapkan pendapatnya sendiri, jika diberi kesempatan anak bisa beradu argumentasi secara


(38)

sederhana. Anak juga dapat menyadari adanya peraturan, misalnya dalam permainan atau dalam masyarakat.

Melihat dari karakteristik dan tahapan perkembangan siswa kelas IV SD, metode diskusi kelompok sesuai untuk pembelajaran kelas tinggi. Melalui diskusi kelompok siswa dituntut untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga akan mengesampingkan perbedaan individu dan melatih berhubungan dengan orang lain serta mengeluarkan pendapat. Dalam diskusi siswa juga dituntut untuk berpikir berdasarkan situasi yang ada.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. “Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas VI SD Negeri Cimanggu II, oleh Lia Sriwahyuni”. Penelitian ini betujuan untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa kelas VI SD Negeri Cimanggu melalui metode diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa kelas VI SD Negeri Cimanggu.

2. “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Pemanfaatan media Grafis Bagan/ Chart Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Bumisari Purbalingga Tahun Ajaran 2009/2010, oleh Rachmawati Dwi Ardia Ningrum”. Penelitian ini bertujuan untuk


(39)

meningkatkan kecerdasan visual-spasial dengan pemanfaatan media grafis bagan/chart pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Bumisari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kecerdasan visual-spasial siswa pada pembelajaran IPS setelah dimanfaatkannya media grafis bagan/chart.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok dapat meningkatkan keterampilan kerjasama serta teori kecerdasan dapat diterapkan pada anak usia sekolah dasar dalam pembelajaran. Dengan pemberian perlakuan model pembelajaran tertentu akan dapat meningkatkan kemampuan anak, walaupun disini kemampuan yang diinginkan berbeda. C. Kerangka Pikir

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain secara harmonis. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi cenderung disukai oleh orang-orang disekitarnya. Ia mudah bergaul, mampu berempati secara baik, mampu memahami suasana hati orang lain, dan mampu menjalin komunikasi dengan baik.

Diskusi kelompok sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Melalui diskusi kelompok, siswa dituntut untuk berani mengeluarkan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dengan anggota kelompoknya, dan aktif bertanya kepada guru maupun temannya.


(40)

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji tentang manusia dan sekelilingnya. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. Siswa kelas IV SD berada pada rentang usia 7-11 tahun. Anak usia 7-11 tahun menurut Piaget dalam Anita Lie (2003: 4) berada dalam tahap perkembangan operasional konkret. Mereka mempedulikan hal-hal yang nyata dimasa sekarang (konkret) dan belum memahami tentang masa depan (abstrak). Padahal bahan pembelajaran IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak yang harus diajarkan kepada siswa SD.

Sesuai dengan karakteristik siswa dan IPS SD, metode pembelajaran yang kurang tepat akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menjadikan IPS sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Guru selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa dapat diikutsertakan dalam aktivitas akademik. IPS yang mengkaji tentang bagaimana manusia berhubungan dan hidup dengan sesamanya maupun lingkungan sekitar, didalamnya memuat keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam bermasyarakat seperti kemampuan dalam kecerdasan interpersonal yaitu berempati, menjalin komunikasi yang efektif serta mengembangkan hubungan yang harmonis. Diskusi kelompok sebagai salah satu metode pembelajaran mengajak siswa untuk berpikir kritis dan berperan aktif dalam pembelajaran melalui interaksi


(41)

dengan anggota kelompoknya. Interaksi-interaksi tersebut yang akan berperan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan yaitu dengan penggunaaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan (Zainal Aqib, 2009: 18). Melalui penelitian tindakan kelas, guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung dan nyata dipandu dengan perluasan wawasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoritik praktis pembelajaran. Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif, dimana dalam penelitian ini terdapat kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru kelas.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala yang akan menjadi objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Penggunaan metode diskusi sebagai variabel bebas.

b. Kecerdasan interpersonal siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 sebagai variabel terikat.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013, yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 pada saat kegiatan


(43)

belajar mengajar IPS berlangsung dengan menggunakan metode diskusi kelompok pada pokok bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi.

Lokasi penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kelas IV SD Negeri Kenaran 2. SD tersebut beralamat di Watubalik Sumberharjo Prambanan Sleman Yogyakarta.

D. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas IV di SD Negeri Kenaran 2 Prambanan dengan jumlah 19 anak yang terdiri dari siswa putra 9 anak dan siswa putri 10 anak.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart (dalam Suwarsih Madya, 1994: 25), seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Keterangan Gambar:

Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I Siklus II: 1. Perencanaan II

2. Tindakan II 3. Observasi II 4. Refleksi II


(44)

Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan beberapa siklus. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, tidak ada ketentuan yang jelas mengenai banyaknya siklus yang harus dilakukan. Siklus akan dihentikan jika penelitian tindakan kelas sudah mampu mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Penyusunan rencana merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada di sekolah berdasarkan hasil observasi awal. Peneliti bersama guru merancang pelaksanaan pemecahan masalah, setelah peneliti dan guru mempunyai persamaan persepsi terhadap permasalahan siswa dalam pembelajaran IPS terutama dalam kecerdasan interpersonal siswa.

Melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas, peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan metode diskusi yang diyakini mampu meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Hasil dari perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

b. Peneliti dan guru membuat skenario pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian, mulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


(45)

c. Mempersiapkan media atau alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2. Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran menurut skenario yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu tindakan dipandu oleh perencanaan yang telah disusun secara rasional. Sifat skenario tindakan adalah fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya, dengan kata lain, tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis, serta memerlukan keputusan cepat terhadap sesuatu yang perlu dilakukan.

Skenario pembelajaran dirancang melalui tiga tahap yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

a. Kegiatan Awal

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan awal, yang terdiri dari: presensi siswa, memusatkan perhatian, menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti Pembelajaran

Inti pembelajaran diawali dengan penjelasan materi oleh guru atau peneliti. Siswa melakukan pembelajaran dengan disisipkan diskusi di dalamnya. Pada tahap ini diharapkan masalah siswa yaitu kecerdasan interpersonal yang kurang baik akan berangsur menghilang karena guru dan siswa sama-sama aktif dalam pembelajaran.


(46)

c. Kegiatan Akhir

Pada tahap ini guru menjelaskan tentang hal-hal yang belum dilakukan oleh siswa. Akhir dari kegiatan ini adalah evaluasi.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Observasi ini mengungkapkan berbagai hal menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal dengan metode diskusi.

Hal tersebut, semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan skenario yang telah disusun bersama. Hal ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan, dan juga masalah siswa yang ada dapat berangsur menghilang, yaitu kecerdasan interpersonal siswa yang masih rendah akan berangsur meningkat.

4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi. Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan. Data atau hasil perubahan setelah adanya


(47)

tindakan dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang dianggap perlu untuk dilakukan pada tindakan selanjutnya.

Peneliti dan guru dapat melakukan perubahan rencana tindakan pada siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya, apabila saat tindakan pertama hasil dari penelitian masih belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, Dalam upaya memperbaiki tindakan pada siklus yang berikutnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap catatan-catatan hasil observasi, baik proses maupun produk.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2008: 309) “Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dokumentesi dan gabungan ketiganya”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket.

1. Observasi, meliputi pengamatan langsung terhadap segala aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran IPS berlangsung.

2. Angket, digunakan untuk mengukur kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan.

G. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008: 146), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


(48)

a. Lembar pengamatan/ observasi, digunakan untuk mengumpulkan data dan mencatat kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. b. Penilaian produk berupa skala, digunakan untuk mengukur kecerdasan

interpersonal siswa setelah diberi tindakan yaitu metode diskusi kelompok.

Berikut adalah kisi-kisi penilaian produk untuk mengukur kecerdasan interpersonal siswa.

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Produk Kecerdasan Interpersonal

Variabel Indikator Item Jumlah

Kecerdasan Interpersonal

Social Sensivity Sikap empati 9, 15, 16, 26, 30

5 Sikap prososial 2, 3, 11 3 Social Insight Kesadaran Diri 8, 18, 19 3

Pemahaman situasi sosial dan etika sosial

1, 6,14 3

Keterampilan pemecahan masalah 5,12,13, 17,27 5 Social Communication Komunikasi efektif 4,7,20,21, 28,29 6 Mendengarkan efektif 10,22,23, 24,25 5 Diadospi dari Safaria (2005: 26)

H. Pengujian Instrumen

Untuk menguji validasi instrumen dalam penelitian ini, digunakan pendapat dari ahli (judgement expert). Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Instrumen dalam penelitian ini dinyatakan valid


(49)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sugiyono (2008: 335).

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes kecerdasan interpersonal yang berupa nilai rerata. Nilai rerata tersebut dianalisis dengan cara statistik deskriptif.

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil observasi lapangan dan dokumen tugas siswa.

Langkah-langkah analisis dilakukan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan hasil dari data yang diperoleh pada observasi maupun penilaian produk. 2. Data display/ penyajian data, yaitu menyajikan data yang telah direduksi

ke dalam laporan yang sistematis. 3. Penarikan kesimpulan

Untuk menganalisis skor rerata kecerdasan interpersonal digunakan rumus:

Keterangan :


(50)

∑ X = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya subjek (Sutrisno Hadi, 2000: 40)

Untuk mengukur keberhasilan siswa digunakan skala Likert, dimana variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan sebagai tolok ukur untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Pilihan jawaban yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Untuk item instrumen tanpa tanda bintang: Tidak pernah diberi skor 0

Jarang diberi skor 1 Kadang-kadang diberi skor 2 Sering diberi skor 3 b. Untuk item dengan tanda bintang:

Tidak pernah diberi skor 3 Jarang diberi skor 2 Kadang-kadang diberi skor 1 Sering diberi skor 0

J. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, keberhasilan proses dan produk. Keberhasilan proses dapat dilihat dari perubahan dalam peningkatan keterampilan proses dalam pembelajaran


(51)

dengan metode diskusi, meliputi siswa aktif berpartisipasi dalam mengembangkan kecerdasan interpersonalnya.

Kriteria keberhasilan produk didasarkan atas peningkatan keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa mencapai taraf keberhasilan 70%. Siswa dikatakan berhasil jika memperoleh skor lebih besar sama dengan (≥) 63 dari skor total penilaian produk yang berjumlah 90. Kriteria tersebut didasarkan pada pendapat Safaria (2005: 31) bahwa kecerdasan interpersonal seseorang dikatakan tinggi jika mencapai skor 70-90. Peneliti mengambil nilai 63 dari skor tersebut dikarenakan skor 70 terlalu tinggi untuk standar siswa SD.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kenaran 2 Prambanan yang terletak di Jl. Watubalik, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. SD N Kenaran 2 terdiri dari 26 ruangan yang terdiri dari 12 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab komputer, 4 kamar mandi guru, 4 kamar mandi siswa dan 1 ruangan untuk gudang.

Siswa SD Negeri Kenaran 2 secara keseluruhan berjumlah 280 siswa, sedangkan gurunya berjumlah 20 guru.

2. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2. Siswanya berjumlah 19 anak yang terdiri dari 11 siswa putri dan 8 siswa putra. Wali kelas IV yang melaksanakan pembelajaran IPS dengan metode diskusi kelompok.

3. Data Pratindakan

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas IV dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Sebelum dilaksanakannya tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan pratindakan. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi awal kecerdasan interpersonal siswa. Pratindakan dilakukan dengan


(53)

memberikan tes skala kecerdasan interpersonal yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil skala yang diperoleh dalam pratindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Persentase Hasil Skala Kecerdasan Interpersonal Pratindakan

No Skor Jumlah

Siswa Persentase

Pencapaian Keberhasilan Berhasil Belum

Berhasil

1. 38 1 5.3% √

2. 39 1 5.3% √

3. 40 1 5.3% √

4. 51 1 5.3% √

5. 52 1 5.3% √

6. 55 2 10.5% √

7. 58 2 10.5% √

8. 59 2 10.5% √

9. 60 1 5.3% √

10. 63 2 10.5% √

11. 64 2 10.5% √

12. 65 1 5.3% √

13. 66 1 5.3% √

14. 67 1 5.3% √

Jumlah 1119 19 100% 7 12

Rerata 56.63

Dari hasil penilaian skala kecerdasan interpersonal pada pratindakan, diperoleh skor rerata sebesar 56.63. Jumlah siswa yang mencapai kriteria keberhasilan sebanyak 7 siswa (36.84%), sedangkan sebanyak 12 siswa (63.16%) belum mencapai kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti dan guru bermaksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas IV dengan menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran IPS. Lebih jelasnya hasil angket


(54)

kecerdasan interpersonal siswa pada pratindakan dapat kita lihat dalam histogram di bawah ini.

Gambar 2. Hasil penilaian produk pratindakan

4. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok.

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS materi “Teknologi

Produksi, Komunikasi dan Transportasi” siswa kelas IV SD N Kenaran 2

Prambanan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan berlangsung selama 70 menit. Siklus pertama dimulai tanggal 15 April 2013, sedangkan siklus dua pada tanggal 22 April 2013.

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 1) Perencanaan

Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perencanaan. Peneliti dan guru menyamakan persepsi terhadap permasalahan siswa, yaitu masih rendahnya kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran IPS. Peneliti dan guru selanjutnya merancang

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Belum Berhasil 63,16%


(55)

pelaksanaan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran IPS. Berikut ini hasil dari perencanaan siklus I:

a) Peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

b) Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan diskusi dalam kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4 orang agar pelaksanaan diskusi dapat maksimal dan setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi aktif.

c) Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan setiap hari Senin dan Sabtu sesuai dengan jadwal mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan.

d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang akan digunakan oleh guru sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran di kelas.

e) Menyiapkan media (alat peraga) yang diperlukan dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

f) Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian. 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan. Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran


(56)

yang telah disusun oleh peneliti yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan guru kelas. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran IPS dengan metode diskusi kelompok dalam siklus pertama:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa untuk mengetahui kehadiran siswa. Guru menertibkan siswa dan menyiapkan alat belajar. Guru menjelaskan topik yang akan dipelajari dan menerangkan tentang konsep pembelajaran dengan metode diskusi kelompok. Guru membagikan nomor urut siswa untuk mempermudah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.

b) Kegiatan Inti

(1) Pertemuan pertama siklus I (Senin, 15 April 2013).

Guru menyajikan materi perbandingan Teknologi Produksi yang di dalamnya memuat perkembangan teknologi produksi masa lalu dan masa kini. Pada saat guru menjelaskan masih banyak siswa yang tidak mendengarkan dan asyik bermain sendiri. Guru mengkondisikan siswa.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan urutan absen. Jumlah siswa pada pertemuan pertama adalah 19 siswa. Terbentuk 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, walaupun ada satu


(57)

kelompok yang terdiri dari 3 orang. Siswa terlihat tidak senang kelompoknya dibentuk berdasar urutan absen. Siswa bergabung dengan kelompoknya gengan perasaan malas.

Setiap kelompok mendapatkan satu Lembar Kerja untuk dibahas bersama. Siswa diminta untuk membandingkan teknologi produksi masa lalu dan masa kini. Banyak siswa yang kurang mengerti tentang tugas yang diberikan. Sebagian siswa masih malu-malu untuk berdiskusi dan belum melaksanakan diskusi sesuai penjelasan guru. Siswa juga masih merasa tegang dengan kehadiran peneliti di dalam kelas. Guru berkeliling untuk memberikan arahan agar siswa dapat memahami materi atau soal yang diberikan. Kelompok yang telah selesai mengerjakan tugasnya, diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa masih malu dan berdebat tentang siapa yang akan maju untuk mempresentasikan di depan kelas. Gurupun memotivasi siswa agar tidak malu dan berani berbicara di depan kelas. Pelaksanaan presentasi masih belum melibatkan khalayak (peserta diskusi) secara aktif. Peserta diskusi masih enggan dan malu untuk berpendapat.

(2) Pertemuan kedua siklus I (Sabtu, 20 April 2013).

Pada pertemuan kedua, materi yang disampaikan masih mengenai Teknologi Produksi yaitu tentang alur proses suatu


(58)

produksi. Guru melakukan tanya jawab untuk mengingatkan tentang pembelajaran Teknologi Produksi pada pertemuan yang lalu. Siswa menjawab pertanyaan dari guru walaupun hanya siswa itu-itu saja yang menjawab. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok kali ini dilakukan secara acak. Siswa bebas memilih anggota kelompoknya, satu kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa terlihat senang kelompoknya dibentuk secara acak. Mereka memilih teman akrabnya. Setiap kelompok mendapat tugas untuk membuat alur proses produksi yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Siswa masih bingung tentang proses produksi apa yang ada di daerahnya. Guru berkeliling untuk membimbing dan mengarahkan siswa.

Pelaksanaan diskusi tidak efektif, siswa cenderung ramai dan lambat dalam berdiskusi. Hal ini di karenakan mereka bekerja dengan teman-teman akrabnya, sehingga cenderung asyik bermain dan mengobrol sendiri. Ada kelompok yang mengandalkan satu orang untuk berpikir, sedangkan anggota lainnya hanya mengikuti, namun ada juga kelompok yang sudah mengerti aturan-aturan dalam diskusi sehingga terjadi proses diskusi yang baik. Guru mengkondisikan kelas agar diskusi berjalan sesuai yang diharapkan.


(59)

Masing-masing perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas setelah siswa selesai berdiskusi. Pada presentasi kali ini, siswa sudah sedikit berani untuk berbicara dan berpendapat, walaupun masih ada beberapa siswa yang pasif.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang Teknologi Produksi. Diakhir pertemuan kedua siklus I siswa diberikan angket kecerdasan interpersonal yang telah disiapkan oleh peneliti. Berikut ini hasil skor skala kecerdasan interpersonal siswa pada siklus I:

Tabel 3. Persentase Hasil Skala Kecerdasan Interpersonal Siklus I

No Skor Jumlah Siswa Persentase

Pencapaian Keberhasilan Berhasil Belum

Berhasil

1. 48 1 5.3% √

2 49 1 5.3% √

3 57 1 5.3% √

4 59 1 5.3% √

5 60 1 5.3% √

6 61 1 5.3% √

7 62 2 10.5% √

8 63 1 5.3% √

9 64 1 5.3% √

10 65 3 15.7% √

11 66 1 5.3% √

12 67 1 5.3% √

13 69 3 15.7% √

14 70 1 5.3% √


(60)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui perolehan skor rerata pada siklus I yaitu sebesar 62.63. Jumlah siswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan sebanyak 11 siswa (57,89%), sedangkan sebanyak 8 siswa (42.11%) masih belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan. Lebih jelasnya, berikut histogram pencapaian keberhasilan siswa.

.

Gambar 3. Hasil penilaian produk siklus I 3) Observasi

Tahap ketiga dari penelitian ini adalah observasi atau pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Observasi dilakukan terhadap siswa pada saat pembelajaran dengan metode diskusi kelompok berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Lembar observasi memuat pernyataan-pernyataan yang berjumlah 18 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan dikategorikan dalam 4

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Belum Berhasil 57,89%


(61)

kategori yaitu kategori kurang (diberi skor 1), kategori sedang (diberi skor 2), kategori baik (diberi skor 3) dan kategori baik sekali (diberi skor 4). Observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Hasil observasi pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok pada siklus I pertemuan I dan II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal siswa siklus I

Dari tabel di atas dapat diketahui terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Item kategori kurang awalnya berjumlah 11 berkurang menjadi 1, item kategori sedang awalnya berjumlah 6 meningkat menjadi 12, dan item kategori baik awalnya 1 meningkat menjadi 5, sedangkan untuk item kategori baik sekali masih belum tercapai.

Pada pertemuan pertama diperoleh skor total 26 dan pada pertemuan kedua diperoleh skor total sebesar 40 dari skor maksimal yaitu 72. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas siswa pada pertemuan kedua. Peningkatan tersebut telihat pada aktivitas

Kategori Siklus I

Pertemuan I Pertemuan II Jumlah

item

Jumlah skor

Jumlah item

Jumlah skor

Kurang Skor 1 11 11 1 1

Sedang Skor 2 6 12 12 24

Baik Skor 3 1 3 5 15

Baik Sekali Skor 4 0 0 0


(62)

siswa yang sudah mau bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. Berani berbicara di depan kelas walaupun masih malu-malu.

Selain peningkatan tersebut beberapa kekurangan muncul pada saat pelaksanaan tindakan dengan metode diskusi kelompok sehingga tujuan penelitian belum tercapai. Kekurangan tersebut adalah:

a) Pembentukan kelompok pada siklus I kurang efektif. Pada pertemuan pertama siswa tidak mau kelompoknya dibentuk secara urut absen, sehingga suasana kelas menjadi riuh. Pada pertemuan kedua siswa cenderung ramai dan asyik bermain sendiri karena berkelompok dengan teman akrabnya.

b) Siswa masih belum melaksanakan diskusi dengan baik. Masih ada yang siswa mengerjakan secara individu sedangkan yang lainnya hanya mengikuti.

c) Sebagian besar siswa masih malu untuk berpendapat dan berdiskusi dengan kelompoknya.

d) Siswa merasa malu ketika harus melakukan presentasi di depan kelas.

e) Presentasi belum melibatkan peserta diskusi secara aktif dan masih terlihat beberapa siswa yang masih pasif.

4) Refleksi


(63)

IPS yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan interpersonal siswa.

Hasil penilaian angket kecerdasan interpersonal pada siklus I mengalami peningkatan dari hasil penilaian pada pratindakan, namun peningkatan tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.

Selain peningkatan penilaian produk, proses pembelajaran juga mengalami peningkatan. Sebagian siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapatnya, siswa berani berbicara di depan kelas walaupun masih malu-malu. Peningkatan tersebut dirasa belum maksimal dan belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan, oleh karena itu guru dan peneliti sepakat untuk melanjutkan penelitian pada siklus yang kedua dengan melakukan perbaikan-perbaikan.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, guru dan peneliti sepakat untuk melakukan perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Perbaikan tersebut adalah:

a) Melakukan perubahan dalam pembentukan kelompok.

b) Meningkatkan bimbingan dan pengarahan agar seluruh anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik.

c) Menciptakan suasana diskusi yang menyenangkan namun tetap terkontrol.


(64)

d) Memberikan motivasi agar siswa lebih percaya diri untuk berpendapat maupun berbicara di depan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1) Perencanaan

Tahap pertama dalam siklus II adalah perencanaan. Peneliti menyusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu:

a) Kelompok dibentuk secara heterogen dengan memperhatikan siswa yang aktif dan siswa yang pasif. Setiap kelompok terdiri dari siswa aktif dan siswa pasif. Diharapkan siswa aktif dapat membantu siswa yang pasif untuk bekerjasama dalam kelompok. b) Menciptakan suasana diskusi yang menyenangkan namun tetap

terkontrol agar siswa dapat berdiskusi dengan baik. Guru memberikan lelucon disela-sela pembelajaran agar siswa tidak tegang.

c) Meningkatkan bimbingan dan pengarahan agar seluruh anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik.

d) Semakin sering menunjuk siswa yang pemalu atau pasif untuk menjawab pertanyaan maupun berpendapat.

e) Memberikan reward kepada kelompok yang dapat menyelesaikan tugas paling cepat dan baik.

f)Menyusun skenario pembelajaran beserta perlengkapannya, media dan LKS.


(1)

(2)

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal penelitian yang berjudul “PeningkatanKecerdasan Interpersonal

MenggunakanMetodeDiskusiKelompokDalamPembelajaran IPS PadaSiswaKelas

IV SD NegeriNgebelKasihanBantul Yogyakarta” yang disusunoleh:

Nama : PraniAstaga

NIM : 10108247023

Program Studi : S1 PKS PGSD

Jurusan : PendidikanPrasekolahdanSekolahDasar

Telahdiketahuidandisetujuisebagaipersyaratanpengambilan data untukpenelitianskripsiselanjutnya.

Yogyakarta, Februari 2013 PembimbingSkripsi I PembimbingSkripsi II

Mardjuki, M.Si AgungHastomo, M.Pd

NIP. 19540414 198403 1 002 NIP. 19800811 200604 1 002 Mengetahui:


(4)

PERNYATAAN VALIDATOR INSTRUMEN Denganinisaya :

Nama : Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd NIP :132309077

Instansi :FIP UNY

Sebagai validator instrument dalampenelitianyang disusunoleh : Nama : PraniAstaga

NIM : 10108247023

Program Studi : S1 PKS Pendidikan Guru SekolahDasar Fakultas : FakultasIlmuPendidikan

Menyatakanbahwa instrument penelitian yang disusunolehmahasiswatersebut di atas,

sudahdikonsultasikandanlayakdigunakanuntukpenelitiandalamrangkamenyusunsk

ripsi yang berjudul “Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Menggunakan Metode Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan.”Demikianpernyataaninisayabuatdengansebenar -benarnyauntukdigunakansebagaimanamestinya.

Yogyakarta, 06Februari 2013 Dosen


(5)

Hal : PermohonanJudgementInstrumen Yth.

IbuAprilia Tina Lidyasari, S.Pd Di tempat

DenganHormat,

Saya yang bertandatangan di bawahini: Nama : PraniAstaga NIM : 10108247023

Jurusan : PendidikanPradanSekolahDasar Prodi : Pendidikan Guru SekolahDasar DosenPembimbing 1 : Mardjuki, M.Si

DosenPembimbing 2 : AgungHastomo, M.Pd

Mengajukanpermohonankepadaibuuntukbersediamenjadi validator instrument penelitianskripsisaya yang berjudul“ PeningkatanKecerdasan Interpersonal MenggunakanMetodeDiskusiKelompokDalamPembelajaran IPS padaSiswaKelas IV SD NegeriKenaran 2 Prambanan Yogyakarta”. Masukantersebutsangatmembantudalampenelitiansaya.

Demikianpermohonaninisayasampaikan,

atasperhatiandanterkabulnyapermohonaninisayaucapkanterimakasih.

Yogyakarta, 04 Februari 2013 Mengetahui,


(6)

LEMBAR PERMOHONAN VALIDATOR Ditujukankepada :

Nama : Aprilia Tina Lidyasari NIP : 132309077

Instansi : FIP UNY

Kami memintakesediaanIbuuntukmenjadi validator instrument dalampenelitian yang disusunoleh:

Nama : PraniAstaga NIM : 10108247023 ProgranStudi : S1 PGSD Fakultas : FIP

JudulSkripsi :PeningkatanKecerdasan Interpersonal MenggunakanMetodeDiskusiKelompokDalampPembelajaran IPS PadaSiswaKelas IV SD NegeriNgebelKasihanBantul Yogyakarta. Demikianpermohonanini kami buat, ataskesediaannya kami ucapkanterimakasih.

Yogyakarta, 05 Februari 2012 DosenPembimbing 2

AgungHastomo, M.Pd


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS IV SD NEGERI 2 PELITA BANDAR LAMPUNG

0 8 114

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS IV SD NEGERI 2 PELITA BANDAR LAMPUNG

0 7 30

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA Penerapan Strategi Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Karangasem 5 Kec

0 1 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA MATA Penerapan Strategi Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Karangasem

0 1 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Diskusi Kelompok Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN Kalimulyo 01 Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati 2012/

0 0 18

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Metode Diskusi Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bumimulyo 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Tahun 2012/2013

0 1 13

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE DISKUSIDALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Metode Diskusi Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bumimulyo 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Tahun 2012/2013.

0 2 16

Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran ips menggunakan metode pembelajaran quantum teaching learning kelas IV SD Negeri Jaten.

0 0 231

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK (BUZZ-GROUP) PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI 2 KALASAN.

0 4 181

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN TIPE STAD KELAS IV SD

0 0 14