Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran ips menggunakan metode pembelajaran quantum teaching learning kelas IV SD Negeri Jaten.
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING KELAS IV SD NEGERI JATEN
(Skripsi).Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Novan Krisna Jati Nugroho Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Jaten. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar IPS menggunakan metode pembelajaran Quantum teaching learning; (2) apakah penggunaan metode pembelajaran Quantum teaching learning dapat meningkatkan motivasi dalam mata pelajaran IPS secara keseluruhan pada siswa kelas IV A SD Negeri Jaten tahun pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jaten tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar pengamatan motivasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS menggunakan metode pembelajaran Quantum Teaching Learning dapat terlaksana dengan rancangan pembelajaran Quantum Teaching Learning yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan; (2) penerapan metode pembelajaran Quantum Teaching Learning dapat meningkatkan motivasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal nilai motivasi siswa sebesar 52,55 (sangat kurang) jumlah siswa yang memiliki motivasi minimal baik berjumlah 3 siswa dengan persentase 12%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 78,11 (baik) kemudian dengan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 87,15 (sangat baik) jumlah siswa yang memiliki motivasi minimal baik berjumlah 25 siswa dengan persentase 100%; sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode belajar Quantum teaching learning dapat meningkatkan motivasi belajar pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Jaten.
(2)
INCREASING STUDENT LEARNING MOTIVATION IN LEARNING SOCIAL STUDY USING QUANTUM TEACHING
LEARNING CLASS IV JATEN ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC.
Yogyakarta.The Faculty of Education, Primary School Teacher Education, University of Sanata Dharma.
Novan Krisna Jati Nugroho Sanata Dharma University
2016
This research was motivated by the low motivation to learn Elementary School fourth grade students Jaten. The study aims to determine (1) how efforts to increase motivation to learn social studies used methods for teaching Quantum learning; (2) whether the learning method
Quantum Learning teaching can improve motivation in the overall social studies in grade IV A primary school Jaten academic year 2015/2016.
This type of research is the Classroom Action Research. The subjects were fourth grade students of Jaten elementary school academic 2015/2016 school year totaling 25 students. The object of this study is to increase students' motivation in social studies. The instrument used in this study were questionnaires, observation sheets motivation. Data analysis technique used is descriptive analysis of quantitative and qualitative.
The results showed that : (1) efforts to increase motivation and achievement of social studies teaching methods Quantum Teaching Learning could be accomplished by learning design
Quantum Teaching Learning that grow , natural , frontage , demonstrate , repeat , celebrate ; (2) the application of learning method Quantum Teaching Learning can increase motivation . It was apparent from the beginning of student motivation value of 52.55 (very approximately) the number of students who have a minimum of a good motivation consists of 3 students with a percentage of 12 % . After the action in the first cycle increased to 78.11 (good) and then to the action on the second cycle increased to 87.15 (very good) the number of students who have a good motivation minimal amount to 25 students with a percentage of 100 %; so it can be concluded that the use of teaching learning method Quantum Learning can increase learning motivation in learning social studies in fourth grade elementary school Jaten.
(3)
i
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
LEARNING KELAS IV SD NEGERI JATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Novan Krisna Jati Nugroho NIM: 111134094
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
ii
SKRIPSI
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
LEARNING KELAS IV SD NEGERI JATEN
Oleh:
Novan Krisna Jati Nugroho NIM :111134094
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
(Drs. Paulus Wahana, M.Hum.) Tanggal, 22 Juli 2016
Pembimbing II
(5)
iii
SKRIPSI
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
LEARNING KELAS IV SD NEGERI JATEN
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Novan Krisna Jati Nugroho
NIM: 111134094
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 22 Juli 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama lengkap Tanda Tangan Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ... Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ... Anggota I : Drs. Paulus Wahana, M.Hum. ... Anggota II : Eny Winarti, Ph.D. ... Anggota III : Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi. ...
Yogyakata, 22 Juli 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus sumber kekuatan dan keselamatan yang senantiasa menjaga dan melindungi setiap helaan nafas hidupku
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku yang selalu menjadi semangat hidupku Bapak Sokeh Mustofa dan Ibu Tri Endang dan juga Ibu Sri Susilah beserta seluruh keluarga besar terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Teman-teman seperjuangan, seluruh warga SD Negeri Jaten terima kasih atas bantuan, dan perhatian yang diberikan.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma
(7)
v
MOTTO
Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta (Albert Einstein)
Pengetahuan sejati memberi kedudukan moral dan kekuatan moral. (Mahatma Gandhi)
Keluarlah dari zona nyamanmu maka kau akan mendapat imbalan yang layak. (Walt Disney)
Kebahagiaan adalah api suci yang membuat kita hangat dan kecerdasan kita tetap bersinar.
(Helen Keller)
Ketika dirimu merasa bahwa kamu bisa melakukan hal besar maka lakukanlah itu Tanpa kamu sadari bahwa didalam dirimu ada kekuatan yaitu keberanian Hidup tanpa ilmu seperti berjalan di dalam kegelapan tanpa tahu arah dan tujuan
(8)
(9)
(10)
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING LEARNING KELAS IV SD NEGERI JATEN (Skripsi).Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Novan Krisna Jati Nugroho
Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Jaten. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar IPS menggunakan metode pembelajaran Quantum teaching learning; (2) apakah penggunaan metode pembelajaran Quantum teaching learning dapat meningkatkan motivasi dalam mata pelajaran IPS secara keseluruhan pada siswa kelas IV A SD Negeri Jaten tahun pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jaten tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar pengamatan motivasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS menggunakan metode pembelajaran Quantum Teaching Learning dapat terlaksana dengan rancangan pembelajaran Quantum Teaching Learning yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan; (2) penerapan metode pembelajaran Quantum Teaching Learning dapat meningkatkan motivasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal nilai motivasi siswa sebesar 52,55 (sangat kurang) jumlah siswa yang memiliki motivasi minimal baik berjumlah 3 siswa dengan persentase 12%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 78,11 (baik) kemudian dengan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 87,15 (sangat baik) jumlah siswa yang memiliki motivasi minimal baik berjumlah 25 siswa dengan persentase 100%; sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode belajar Quantum teaching learning
dapat meningkatkan motivasi belajar pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Jaten.
(11)
ix
ABSTRACT
INCREASING STUDENT LEARNING MOTIVATION IN LEARNING
SOCIAL STUDY USING QUANTUM TEACHING
LEARNING CLASS IV JATEN ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC. Yogyakarta.The Faculty of Education, Primary School Teacher Education,
University of Sanata Dharma. Novan Krisna Jati Nugroho
Sanata Dharma University 2016
This research was motivated by the low motivation to learn Elementary School fourth grade students Jaten. The study aims to determine (1) how efforts to increase motivation to learn social studies used methods for teaching Quantum learning; (2) whether the learning method Quantum Learning teaching can improve motivation in the overall social studies in grade IV A primary school Jaten academic year 2015/2016.
This type of research is the Classroom Action Research. The subjects were fourth grade students of Jaten elementary school academic 2015/2016 school year totaling 25 students. The object of this study is to increase students' motivation in social studies. The instrument used in this study were questionnaires, observation sheets motivation. Data analysis technique used is descriptive analysis of quantitative and qualitative.
The results showed that : (1) efforts to increase motivation and achievement of social studies teaching methods Quantum Teaching Learning
could be accomplished by learning design Quantum Teaching Learning that grow , natural , frontage , demonstrate , repeat , celebrate ; (2) the application of learning method Quantum Teaching Learning can increase motivation . It was apparent from the beginning of student motivation value of 52.55 (very approximately) the number of students who have a minimum of a good motivation consists of 3 students with a percentage of 12 % . After the action in the first cycle increased to 78.11 (good) and then to the action on the second cycle increased to 87.15 (very good) the number of students who have a good motivation minimal amount to 25 students with a percentage of 100 %; so it can be concluded that the use of teaching learning method Quantum Learning can increase learning motivation in learning social studies in fourth grade elementary school Jaten.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat, kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING KELAS IV SD NEGERI JATEN”
dengan lancar. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menganggap bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sekaligus ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnyakepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Eny Winarty, Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Drs. Sobari selaku Kepala SD Negeri Jaten yang telah memberikan ijin melakukan penelitian kepada penulis.
7. Estu Dwi Rahayu, S.Pd. selaku guru kelasIV SD Negeri Jaten yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.
(13)
xi
8. Para guru SD Negeri Jaten yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Siswa/siswi kelas IV SD Negeri Jaten tahun pelajaran 2015/2016 yang telah bekerja sama selama penelitian.
10. Natalia Desy Cahyaningtyas S.Pd. yang memberi dorongan motivasi bagi saya.
11. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang ikhlas dalam memberikan pengetahuan agar menjadi guru yang baik.
12. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas D, yang berjuang dalam suka dan duka di PGSD.
13. Keluargaku, Bapak Sokheh Mustofa, Ibu Tri Endang, dan Ibu Sri Susilah sebagai wali orang tua yang telah mencurahkan segala daya dan upaya supaya saya dapat melanjutkan tingkat pendidikan saya.
14. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan atas kelancaran penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat lebih baik dalam menyusun karya selanjutnya. Semoga karya peneliti ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
(14)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional... 6
1. Motivasi Belajar ... 6
2. Quantum Teaching Learning ... 7
3. Pembelajaran IPS ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 8
1. Pengertian Belajar ... 8
(15)
xiii
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar ... 10
4. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 11
5. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 13
6. Tujuan IPS Dalam Pendidikan ... 14
7. Pembelajaran IPS ... 15
B. Motivasi Belajar ... 16
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 16
2. Fungsi Motivasi ... 17
3. Jenis-jenis Motivasi ... 17
4. Unsur-unsur yang memperngaruhi motivasi belajar ... 18
C. Quantum Teaching Learning ... 19
1. Pengertian Quantum Teaching Learning ... 19
2. Asas Quantum Teaching Learning ... 20
3. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching Learning ... 21
4. Kerangka rancangan Quantum Teaching Learning ... 22
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 23
E. Peta Literatur ... 25
F. Kerangka Berpikir ... 26
G. Hipotesis Tindakan... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Variabel Penelitian ... 31
1. Variabel independen... 32
2. Variabel independen... 32
C. Setting Penelitian ... 32
1. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 32
2. Waktu Penelitian ... 32
D. Rencana Tindakan ... 33
1. Persiapan ... 33
2. Rencana Tindakan Tiap Siklus... 34
(16)
xiv
4. Refleksi ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
1. Observasi ... 45
2. Wawancara ... 45
3. Instrumen Penelitian Motivasi Belajar ... 46
F. Uji validitas Dan Reliabilitas Instrumen ... 50
1. Validitas ... 51
2. Reliabilitas ... 55
G. Analisis Data ... 56
1. Perhitungan Kuesioner Motivasi Belajar ... 57
H. Kriteria Keberhasilan ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Hasil Penelitian ... 59
1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 60
2. Peningkatan Motivasi ... 70
B. Pembahasan ... 75
1. Penerapan Metode Quantum Teaching learning... 75
2. Peningkatan Motivasi Siswa ... 77
BAB V PENUTUP ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Keterbatasan Penelitian ... 84
C. Saran ... 85
DAFTAR REFERENSI ... 86
LAMPIRAN ... 90
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 33
Tabel 3.2 Variabel Instrumen Penelitian Motivasi ... 46
Tabel 3.3 Pernyataan Instrumen Kuesioner Motivasi ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Siswa ... 47
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kuesioner Motivasi ... 48
Tabel 3.6 Kriteria Skor Kuesioner ... 49
Tabel 3.7 Rubrik Pengamatan Motivasi Siswa ... 49
Tabel 3.8 Kriteria Skor Lembar Pengamatan ... 50
Tabel 3.9 Kriteria Validasi Lembar Observasi ... 51
Tabel 3.10 Skor Hasil Perhitungan Validasi Lembar Observasi ... 51
Tabel 3.11Kriteria Validasi Lembar kuesioner... 52
Tabel 3.12 Nilai Hasil Validasi lembar Kuesioner ... 52
Tabel 3.13 Krieria Nilai Validasi Silabus ... 53
Tabel 3.14 Kriteria Nilai Validasi RPP ... 53
Tabel 3.15 Kriteria Validasi Bahan Ajar ... 54
Tabel 3.16 Hasil Rata-rata Validasi Perangkat Pembelajaran ... 54
Tabel 3.17 Kriteria Reliabilitas ... 56
Tabel 3.18 Target Kriteria Keberhasilan... 58
Tabel 4.1Kondisi Awal Data Kuesioner ... 70
Tabel 4.2 Kondisi Awal Hasil Rata-rata Motivasi Siswa... 71
Tabel 4.3 Data Observasi Siklus I ... 72
(18)
xvi
Tabel 4.5 Hasil Rata-rata Motivasi Siswa Siklus I ... 73
Tabel 4.6 Data Observasi Siklus II ... 73
Tabel4.7 Data Kuesioner Siklus II ... 74
Tabel 4.8 Hasil Nilai Rata-rata Motivasi Siswa Siklus II ... 75
Tabel 4.9 Data Persentase Jumlah Siswa Siklus I ... 78
Tabel 4.10 Data Persentase Jumlah Siswa Siklus II ... 79
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Literatur Penelitian yang Relevan ... 25
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 29
Gambar4.1 Prosentase Peningkatan Motivasi Siswa Siklus I ... 78
Gambar 4.2 Persentase Peningkatan Motivasi Siswa SiklusII ... 79
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Validasi Instrumen ... 90
LAMPIRAN 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 97
LAMPIRAN 3 Data Kuesioner dan Observasi Kondisi Awal ... 109
LAMPIRAN 4 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 115
LAMPIRAN 5 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 141
LAMPIRAN 6 Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 167
LAMPIRAN 7 Hasil Lembar Kuesioner Siklus I ... 178
LAMPIRAN 8 Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 184
LAMPIRAN 9 Hasil Lembar Kuesioner Siklus II ... 195
LAMPIRAN 10 Foto-foto Kegiatan ... 201
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan penelitian, manfaat penelitian;
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Indonesia seperti kurangnya tenaga pengajar dan fasilitas. Dalam menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan handal dalam menghadapi perkembangan jaman. Salah satu tempat membangun generasi penerus bangsa yang berkualitas dan handal adalah sekolah. Para pendidik diharapkan mampu mengedepankan visi pendidikan manusia yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu learning how to think, learning how to do, learning how to be, learning how to learn, dan learning how to live together yang artinya belajar bagaimana berpikir, belajar dengan melakukan, belajar menjadi diri sendiri, belajar untuk hidup, dan belajar hidup bersama (Marno & Idris, 2008:49).
Dalam rangka mencapai visi tersebut Pemerintah Indonesia sendiri sudah berupaya memperbaiki sistem pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya memperbaiki kurikulum, yaitu dengan mengganti kurikulum 2006 dengan kurikulum 2013 yang diharapkan mampu membawa perubahan dalam sistem pendidikan di Indonesia, namun dalam realitasnya belum menunjukan perubahan yang signifikan dalm sistem pendidikan hal ini terkait dengan berbagai faktor yang mempengaruhi berjalannya kurikulum yang baru. Berdasarkan penelitian yang daiadakan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) (2013) yang dilakukan terhadap guru di 17 kabupaten/kota di 10 tentang
(22)
2
implementasi kurikulum 2013 menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah yang berpotensi akan menghambat implementasi kurikulum 2013 diantaranya kurangnya kompetensi guru pada kurikulum 2013. Dinas pendidikan pun berupaya untuk memperbaiki hal tersebut dengan berbagai seminar mengenai kurikulum 2013. Karena dirasa masih belum siap maka pemerintah mengambil keputusan untuk menunda penerapan kurikulum 2013 dan tahun 2015 kembali menggunakan kurikulum KTSP.
Menurut kurikulum KTSP mata pelajaran IPS termasuk ke dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Pembelajaran IPS sangat menyenangkan jika dilakukan dengan metode yang benar dengan suasana kelas yang menarik terutama jika IPS menggunakan metode konstektual dengan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga siswa merasa belajar IPS merupakan kebutuhan yang penting dan siswa menjadi sangat termotivasi untuk belajar. Namun, Pembelajaran IPS di Indonesia memiliki beberapa kekurangan. Menurut beberapa penelitian Hasan, Dkk. (Agustiana Permatasari,2013) mengindikasikan bahwa kekurangan pembelajaran IPS di Indonesia lebih disebabkan guru menggunakan metode tradisional dari pada pembelajaran saintifik,konsep yang diberikan kering, suasana kelas cenderung membosankan sehingga siswa menjadi kurang memiliki motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran terutama siswa mudah teralih perhatiannya akibat bosan dalam mengikuti pelajaran. Umumnya guru yang mengharapkan siswa duduk, diam dengar, catat dan hafal, dan pembelajaran cenderung teacher centered
(somantri :2001). Sedangkan menurut Arends (Trianto, 2008 : 6) dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran
(23)
3
tentang bagaimana siswa belajar. Guru juga hanya mengejar ketercapaian kurikulum dan menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, namun guru jarang mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah. Hal ini menjadi salah satu sebab siswa menjadi bosan dan malas dalam pembelajaran IPS dan kurang memiliki motivasi dalam belajar.
Menurut Slameto tahun (2003:2) motivasi sendiri memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pembelajaran. Hal ini terkait dengan bahan pelajaran atau metode yang digunakan oleh guru untuk menarik perhatian dari siswa. Dari hasil pengamatan awal rendahnya motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Jaten mendorong peneliti melakukan penelitian di SD tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Di samping itu, peneliti ingin meningkatkan kinerja guru agar dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Maka dari itu peneliti menggunakan sebuah metode pembelajaran yaitu Quantum Teaching Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan membuat kelas lebih menarik dan menyenangkan karena
Quantum Teaching Learning dapat memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berinteraksi sama lain.
Demi memudahkan guru dalam menumbuhkan motivasi belajar agar tidak bosan dan konsentrasi siswa tetap terjaga, maka dari itu diperlukan suatu perubahan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan salah satunya dengan bermain dan bernyanyi. Suasana belajar yang membuat siswa senang akan memudahkan siswa dalam belajar. Salah satu metode pembelajaran yang menarik adalah menerapkan Quantum Teaching Learning untuk sebagai metode pembelajaran alternatif bagi guru.
(24)
4
Menurut Asmoro Reni (2009) Quantum Teaching Learning memberikan gambaran tentang sebuah pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Misalnya anak diajak bermain dan bernyanyi lagu-lagu daerah sesuai dengan keragaman suku bangsa dan budaya. Model pembelajaran ini akan lebih disukai oleh siswa daripada duduk mendengarkan ceramah guru. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan kecenderungan bahwa guru belum mampu menerapkan atau terbiasa metode pembelajaran Quantum Teaching Learnig.
Selanjutnya, Asmoro Reni (2009) mengungkapkan. Keterbatasan guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan akan semakin membuat siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar. Namun setidaknya guru perlu berupaya menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Oleh karena itu guru dituntut mengembangkan keterlibatan siswa dan diharapkan dapat dikenalkan dengan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran IPS diperlukan suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan motivasi belajar serta melibatkan siswa dengan mengikuti suatu proses, mengamati, dan menganalisis sendiri. Metode pembelajaran tersebut adalah
Quantum Teaching Learning. Pada akhirnya peneliti memilih judul “Peningkatan
Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Pembelajaran Quantum Teaching Learning Kelas IV SD Negeri Jaten”
B. Rumusan Masalah
(25)
5
1. bagaimana penggunaan metode Quantum Teaching Learning agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Jaten?
2. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS setelah menggunakan metode Quantum Teaching Learning kelas IV di SD Negeri Jaten?
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang diatas maka peneliti melakukan pembatasan masalah pada siswa kelas IV SD Negeri Jaten khususnya menyangkut penggunaan metode
Quantum Teaching Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS menyangkut kompetensi dasar 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menggambarkan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan metode Quantum Teaching Learning
2. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan implementasi metode Quantum Teaching Learning
E. Manfaat Penelitian
(26)
6
Dari hasil penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji pembelajaran dengan metode Quantum Teaching Learning dalam pembelajaran IPS, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan bagi penelitian ini dapat memberi sumbangan signifikan terhadap pendidikan di sekolah.
2. Manfaat praktis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari hasil penelitian selama berada di lingkungan sekolah untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran kelak ketika menjadi guru. Dan dari hasil penelitian ini juga dapat digunakan guru untuk memberikan alternatif pembelajaran yang menarik dan menyenangkan kepada siswa. Terutama dalam pembelajaran IPS melalui penerapan Quantum teaching Learning selain itu Siswa sebagai subjek penelitian, diharapkan memperoleh pengalaman pembelajran yang menarik, menyenangkan, aktif, dan kreatif melalui kegiatan pembelajaran Quantum teaching Learning.
F. Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Motivasi belajar
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri sendiri untuk mencpai suatu tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini motivasi dapat diartikan sebagai rangsangan yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Dalam hal ini peneliti menggunakan bebeapa indikator dalam melakukan penelitian.
(27)
7
Quantum teaching adalah suatu model pembelajaran yang meriah dan menyenangkan dengan segala nuansanya. Quantum teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
Menurut DePorter (2005: 5), Quantum teaching learning adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan manusia dalam lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan sosial dalam kehidupan manusia dengan kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.menurut Ischak (2004 : 136) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis tentang kehidupan manusia. IPS dipandang sebagai ilmu sosial yang secara keilmuan sangat dekat dengan kehidupan manusia. IPS sangat didukung dengan teori-teori perkembangan peradaban manusia di bumi sehingga ilmu ini sangat membantu dalam kehidupan manusia
(28)
8
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab II ini memuat tentang kajian teori, penelitian yang relevan, desain diagram penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Berikut ini adalah uraian dari bab kajian pustaka:
A. Pembelajaran di Sekolah Dasar 1. Pengertian Belajar
Belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan bagi perkembangan makhluk hidup. Bagi manusia belajar merupakan sesuatu yang dapat menuntun seseorang kepada tujuan yang ingin dicapai. Dengan belajar terus menerus maka manusia akan semakin terlatih dalam mengembangkan dirinya.
Menurut Cronbach (dalam Sardiman 2003:20) belajar adalah perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pengalaman hidupnya yaitu membaca, menulis dll. Sedangkan menurut Cronbach dan Skinner (Muhibbin, 2003) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Saat seseorang belajar maka dia akan lebih responsif terhadap apa yang ada di sekitarnya. Namun, apabila seseorang tidak belajar maka kemungkinan responnya akan berkurang. Informasi ini dapat diolah di dalam pikiran manusia yang terus berkembang.
Berdasarkan pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri anak lahir melalui praktek dan latihan dan dapat diamati sehingga pengalaman yang diperoleh anak anak membentuk karakter dari anak.
(29)
9
2. Jenis Jenis Belajar
Belajar memiliki beberapa jenis yang tidak sama karena tidaklah harus selalu terpaku kepada satu jenis belajar. Menurut Slameto (2003), jenis-jenis belajar dibedakan menjadi sebelas jenis yaitu:
a. Belajar bagian yaitu individu belajar dengan memecahkan suatu masalah satu dengan yang lain berdiri sendiri.
b. Belajar dengan wawasan menurut G.A Miller dalam Slameto yaitu berupa belajar menggunakan kreasi untuk mengontrol pola tingkah laku yang ada.
c. Belajar diskriminatif adalah memilih beberapa sifat untuk dijadikan referensi bertingkah laku.
d. Belajar keseluruhan yaitu mempelajari secara menyeluruh sampai menguasainya.
e. Belajar incidental yaitu belajar tanpa instruksi atau petunjuk untuk mempelajari materi
f. Belajar instrumental yaitu belajar reaksi individu yang diperlihatkan apakah ia mendapat hukuman, hadiah, berhasil, atau gagal.
g. Belajar intensional yaitu lawan dari belajar incidental.
h. Belajar laten yaitu belajar perubahan tingkah laku individu secara tidak spontan
i. Belajar mental yaitu perubahan mental yang tidak terlihat
j. Belajar produktif yaitu mampu mentransfer prinsip utuk memecahkan masalah
(30)
10
k. Belajar verbal yaitu belajar yang diungkapkan secara verbal.
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar
Prinsip-prinsip belajar dapat mempengaruhi kondisi kelas saat ada kegiatan belajar mengajar. Dalam belajar prinsip-prinsip ini harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Menurut Depdikbud (Asy’ari, 2006: 44) prinsip-prinsip pembelajaran di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi ada yang berasal dari dalam dan ada yang timbul akibat adanya rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
b. Prinsip Latar
Pada dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Untuk itu, guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.
c. Prinsip Menemukan
Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar mereka merasa senang dan tidak bosan.
d. Prinsip Belajar Sambil Melakukan
Pengalaman yang diperoleh siswa melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah untuk dilupakan. Oleh karena itu, dalam
(31)
11
proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan atau “Learning by doing”.
e. Prinsip Belajar Sambil Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif.
f. Prinsip Hubungan Sosial
Kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok, siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.
4. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Karakteristik siswa menurut Piaget (Sri Esti, 2002:72) perkembangan kognitif anak dapat dibedakan antara beberapa tahap sejalan dengan usianya, yaitu :
a. Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, sperti melihat, meraba, menjamah, dan mendengar. Anak belum memiliki bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada didekatnya.
(32)
12
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Dalam tahap ini, anak menunjukkan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Pemikiran anak cenderung egoisentris atau memikirkan dirinya sendiri.
c. Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
Anak kelas IV Sekolah Dasar berada pada tahap ini, di mana anak mampu berpikir logis untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
d. Tahap formal (>11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mulai maju dalam memahami konsep proporsi dengan baik. Anak mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah tersebut.
Pada umumnya, anak mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di Sekolah Dasar selam 6 tahun, maka usia anak Sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun. Ini berarti bahwa anak usia Sekolah Dasar masuk pada tahap akhir praoperasional sampai awal opersional formal. Pada tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat :
(33)
13 2) Senang bermain.
3) Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.
4) Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi.
5) Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada.
6) Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya (Asy’ari, 2006:38).
5. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian IPS
IPS merupakan suatu ilmu yang mengkaji kehidupan sosial yang semuanya diintegrasikan ke dalam bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora (Sumaatmaja, 2003 :19). beberapa bidang ilmu sosial mencakup beberapa aspek langsung kepada kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Ischak (2004 : 136) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis tentang kehidupan manusia. IPS dipandang sebagai ilmu sosial yang secara keilmuan sangat dekat dengan kehidupan manusia. IPS sangat didukung dengan teori-teori perkembangan peradapan manusia di bumi sehingga ilmu ini sangat membantu dalam kehidupan manusia.
Menurut Jarolimek (2014: 9) ilmu sosial bersifat praktis, yaitu IPS dipandang sebagai penguatan secara fisik dan sosial agar anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Maka dari itu IPs dapat menjadi penghubung antara anak dan dunia siswa.
(34)
14
Pembelajaran IPS di SD perlu melakukan inovasi agar pembelajaran yang diberikan dapat sesuai dengan realita yang sebenarnya. Selain itu, IPS sebagai ilmu sosial yang berkaitan dengan kehidupan manusia haruslah sangat teliti dalam menelaah dan mengkaji kehidupan anak di lingkungan sosialnya.
6. Tujuan IPS dalam pendidikan
Tujuan IPS Menurut Badan Nasional Pendidikan (2006: 175) Tujuan IPS sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP (2006 : 375) adalah :
a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah
c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.
Dengan demikian dengan mempelajari IPS siswa dapat menjadi manusia yang lebih mengenal bahwa kita adalah makhluk sosial. Di samping itu, dengan mempelajari IPS kita menjadi yakin akan kehidupan manusia di dunia ini selalu terkait dengan kehidupan sosial.
(35)
15
7. Pembelajaran IPS
Menurut komalasari (2010: 3) Pembelajaran adalah suatu sistem yang dirancang dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi dengan interaksi pembelajaran. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
Menurut Bruner (Sapriya, 2007: 38) terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di SD, yaitu
Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan, sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Pembelajaran harus terstruktur, sehingga siswa belajar dari hal-hal mudah kepada hal yang sulit, dan
Pembelajaran harus disusun sedemikian rupa, sehingga memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Berdasaarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS merupakan suatu sistem yang dilakukan untuk memperoleh hasil atau tujuan yang telah ditetapkan dalam IPS.
(36)
16
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi belajar
Motif berasal dari akar kata bahasa latin “movere” yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi, motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis dalam bukunya Psychology (1996: 337), yaitu motif adalah suatu sel yang menjadikan individu ingin atau memiliki dorongan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian lain dikemukakan oleh Mc Donald (Sardiman 2003: 73) yakni terjadinya “feeling” yang membuat seseoran berperilaku seusai dengan apa yang dia kehendaki untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut Riduwan (2006: 210) mengatakan motivasi merupakan suatu daya yang timbul dalam diri seseorang untuk menggapai tujuan yang diinginkannya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu keinginan atau dorongan dari dalam diri seseorang dengan maksud atau tujuan tertentu.
2. Fungsi motivasi
Fungsi motivasi dalam diri seseorang dapat dibagi menjadi 3 fungsi. Masing-masing fungsi motivasi tersebut antara lain:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, sehingga seseorang akan merasa tergerakkan untuk berbuat sesuatu.
(37)
17
b. Menentukan arah perbuatan, mengarahkan seseorang pada satu tujuan yang ingin dicapai.
c. Menyelesaikan perbuatan, menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan.
3. Jenis-jenis motivasi
Menurut sifatnya, motivasi dibedakan atas tiga macam (Sukmadinata, 2003: 63), yaitu:
a. Motivasi Takut (fear motivation)
Motivasi takut dapat diartikan individu melakukan kegiatan karena takut akan sesuatu yang membuat dia seakan tertekan oleh keadaan yang harus dia lakukan sehingga seseorang akan melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ada.
b. Motivasi insentif (incentive motivation)
Individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif (hadiah, penghargaan, penghargaan, tanda jasa, kenaikan pangkat, dan sebagainya).
c. Sikap (attitude motivation atau self motivation)
Motivasi ini lebih bersifat intrinsik, muncul dari dalam individu. Seseorang yang memiliki sifat yang positif terhadap sesuatu akan menunjukan motivasi yang besar terhadap hal tersebut. Motivasi ini dating dari dirinya sendiri karena adanya rasa senang atau suka serta faktor-faktor subyektif lainnya.
(38)
18
4. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Muhammad Faiq Dzaki (2009), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut :
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita merupakan hal yang sacara langsung dapat mempengaruhi seseorang dari kecil. Seseorang yang sudah memiliki cita-cita dari kecil maka termotivasi dalam belajarnya untuk mencapai tujuannya. b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu disertai dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang dimaksud meliputi kondisi jasmani dan kondisi rohani. Kondisi yang seimbang akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak.
d. Kondisi lingkungan
Jika kondisi lingkungan anak aman, tentram, tertib, dan nyaman maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
(39)
19
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan siswa-siswanya. Guru dapat memilih dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.
C. Quantum Teaching learning
1. Pengertian Quantum Teaching learning
Quantum Teaching Learning adalah suatu metode pembelajaran yang meriah dan menyenangkan dengan segala nuansa kelasnya.
Quantum Teaching Learning juga menyertakan berbagai kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar di kelas.
Menurut DePorter (2005: 5), Quantum Teaching Learning adalah suatu penyatuan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kelas. Banyak unsur-unsur yang menyangkut proses belajar efektif bagi siswa. Unsur-unsur ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi keahlian tersendiri bagi siswa yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum Teaching Learning menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus menarik yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi siswa untuk belajar lebih cepat dan kemudian menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Asas Quantum Teaching learning
DePorter, dkk (2005: 6) menjelaskan bahwa Quantum Teaching Learning bersandar pada asas utama yaitu : Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Asas utama
(40)
20
tersebut memberikan pengertian bahwa langkah awal yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi guru untuk mengenal lebih dalam apa yang diinginkan siswa ketika belajar di kelas. Dalam pembelajaran, guru perlu mengkaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah pikiran, peristiwa atau perasaan siswa di lingkungan rumah mereka. Setelah itu kita dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu.
3. Prinsip-prinsip Quantum Teaching learning
Quantum Teaching Learning berusaha untuk mengubah suasana belajar yang biasa dan cenderung membosankan menjadi lebih meriah dan dan memadukan potensi fisik, psikis dan dan emosi siswa menjadi sesuatu yang integral.
Quantum Teaching Learning berisi prinsip-prinsip sistem yang lebih mudah dalam penyajiannya untuk mendapatkan hasil yang baik dengan waktu yang sedikit (sahaka. http://sahaka.multyply.com).
DePorter (2005: 7) menyebutkan bahwa Quantum Teaching Learning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Beberapa prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Segala berbicara
Segala sesuatu yang berpengaruh dalam proses belajar termasuk cara guru berperilaku, menyapa, tersenyum, dan berpakaian bila siswa
(41)
21
sudah merasa nyaman dengan guru maka akan sangat membantu dalam proses pembelajaran yang menyenangkan.
b. Segala bertujuan
Prinsip ini menggambarkan bahwa segala sesuatu dalam proses belajar memiliki tujuan tertentu.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha
Belajar sebenarnya mengajarkan peserta didik untuk berusaha menggali kemampuan diri. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat apresiasi sehingga siswa merasa nyaman dan percaya diri.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan memberikan penguatan kepada siswa dengan emosi yang positif dengan belajar. Perayaan membangun keinginan sukses. Beberapa perayaan yang bisa digunakan adalah: tepuk tangan, poster umum, pengakuan kekuatan, kejutan.
4. Kerangka Rancangan Quantum Teaching Learning
DePorter (2005: 88) menyajikan rancangan belajar Quantum Teaching Learning sebagai berikut :
(42)
22
Dalam proses belajar mengajar lebih baik siswa diikut sertakan, sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa. Penyertaan jalinan dan kemampuan saling memahami. Misalnya : anak diberi pertanyaan atau cerita yang menarik sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.
b. Alami
Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan susatu konsep.
c. Namai
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan, dan strategi belajar, misalnya menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu, alat tulis, dan poster atau mading.
d. Demonstrasikan
Pembelajaran yang dilakukan guru sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa. Apabila guru mendemonstrasikan materi yang dipelajari dengan menggunakan media maka siswa akan tertarik dengan pembelajaran. Dengan demonstrasi siswa dapat mengaplikasikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Ulangi
Setelah memperagakan materi guru memberi kesempatan untuk mengulangnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan
(43)
23
menumbuhkan rasa ingin tahu dan memudahkan mengingat informasi.
f. Rayakan
Siswa membutuhkan penguatan dalam belajar agar siswa termotivasi untuk mencobanya. Untuk itu, penguatan harus diberikan kepada siswa untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang telah diraih siswa.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil- hasil penelitian yang relevan terhadap metode Quantum Teaching Learning adalah sebagai berikut:
Mardiana (2012) melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Quantum Teaching Untuk meningkatkan Hasil Belajar
IPS Siswa kelas IV SD Negeri 145 Pekanbaru” dalam penelitian ini
peneleti melakukan penelitian secara klasikal. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar pada pembelajaran IPS. Hasil belajar dari kondisi awal 74.83 menjadi 78.88 pada siklus I dan 84.11 pad siklus II. Sehingga terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 6.82 %.
Fajar (2013) melakukan penelitian eksperimen yang berjudul “Model
Quantum Teaching Menggunakan Media Gambar Seri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas V Sd Negeri Kuripan Wonosobo” peneliti melakukan penelitian ini menggunakan teknik eksperimen hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan pada siswa eksperimen sebesar 74.5.
(44)
24
Dewi (2013) yang melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Peningkatan Pembelajaran Ipa Siswa Kelas V SDN 4 Pandansari Tahun Ajaran 2012/2013” menggunkan penelitian tindakan kelas hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dalam pembelajaran ipa menggunakan Quantum Teaching Learning pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan alternatif yang baik.
Isna (2009) yang melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara” dari penelitian tersebut terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 43.33%.selain itu terdapat peningkatan kreatifitas siswa.
Dari beberapa penelitian yang relevan tersebut maka peneliti mngambil judul Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Pembelajaran Quantum Teaching Learning Kelas IV SD Negeri Jaten
(45)
25
E. Peta Literatur
Mardiana (2012) melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan
Model Quantum Teaching Untuk
meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa kelas IV Sd Negeri 145 Pekanbaru”
Dewi (2013) yang melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Peningkatan Pembelajaran Ipa Siswa Kelas V Sdn 4 Pandansari Tahun Ajaran 2012/2013”
Fajar (2013) melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul “Model Quantum
Teaching Menggunakan Media Gambar Seri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas V Sd Negeri Kuripan Wonosobo”
Isna (2009) yang melakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan
Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri
Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamatan
Kabupaten Jepara”
Yang diteliti : Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Pembelajaran Quantum Teaching Learning Kelas IV SD Negeri Jaten
(46)
26
F. Kerangka Pikir
IPS adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji kehidupan sosial manusia di lingkungan sosialnya. IPS bertujuan menumbuhkan sikap berpikir kritis dan logis sekaligus memiliki kemampuan komunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat. Pembelajaran IPS yang diajarkan di dalam kelas saat ini sangat memprihatinkan dikarenakan pembelajaran IPS lebih banyak diisi dengan ceramah guru sehingga interaksi guru dan siswa sangat kurang. Pembelajaran IPS yang seharusnya dapat sangat menyenangkan jika didukung dengan suasana kelas yang menyenangkan dan kondusif. Dengan Metode pengajaran guru yang cenderung menggunakan metode ceramah dan keterbatasan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa sangat rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka metode yang cocok digunakan adalah menggunakan metode Quantum Teaching Learning dalam pembelajaran IPS agar motivasi belajar siswa meningkat. Pembelajaran IPS seharusnya dajarkan melalui pembelajaran yang menyenangkan sekaligus meriah agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Dengan metode
Quantum Teaching Learning yang ditawarkan akan memberikan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus meriah bagi siswa sehingga motivasi belajar siswa meningkat dalam belajar IPS. Quantum teaching learning juga berperan dalam memberikan guru alternatif pembelajaran yang diluar kebiasaan guru dalam mengajar IPS di dalam kelas.
(47)
27
G. Hipotesis Tindakan
1. Meningkatan motivasi belajar siswa dilakukan dengan menerapkan asas dan prinsip-prinsip Quantum Teaching Learning dalam pembelajaran IPS dengan rancangan pembelajaran sebagai berikut:
a. Tumbuhkan b. Alami c. Namai
d. Demonstrasikan e. Ulangi
f. rayakan
2. Dengan penerapan Quantum Teaching Learning, motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Jaten tahun ajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPS dapat meningkat.
(48)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena dalam hal ini peneliti mencoba menemukan sebuah permasalahan dalam kelas dan mencari obat yang manjur dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi siswa. Sedangkan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah dan Dwitagama, 2009: 9). Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas dan lebih berorientasi proses perbaikan yang terjadi tidak sekedar berorientasi pada hasil atau dampak yang ditimbulkan dari tindakan yang diberikan.
Sedangkan menurut Susilo (Andreas, 2015) menjelaskan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2. Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
(49)
29
3. Mendapatkan pengalaman belajar baru yang reflektif bukan hanya untuk mendapatkan ilmu baru.
4. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengatasi permasalahan di kelas
Dari Penjelasan di atas penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang sangat tepat atau relevan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat dilakukan secara kolaboratif, yaitu antara praktisi dan peneliti mulai dari perencanaan ,tindakan, pengamatan sampai refleksi.
3.1 Gambar Bagan Siklus PTK Menurut Arikunto
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus. Menurut Arikunto dan Taniredja (2010: 17-19) Proses penelitian masing-masing meliputi empat tahap yaitu persiapan, tindakan, observasi, dan refleksi.
(50)
30 1. Persiapan
Untuk melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan untuk mengidentifikasi masalah, mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran, mempersiapkan silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun alat dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran.
Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran yang mengalami permasalahan
Penetapan tindakan yang diharapkan mmpu menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.
Mempersiapkan silabus
Silabus disusun dengan mengambil satu kompetensi dasar dari tiga kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas IV semester I yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).RPP dibuat tiap siklus.
2. Tindakan
Jika jenis tindakan sudah tersusun dengan matang, peneliti tinggal melaksanakan sesuai dengan skenario yng sudah disusun untuk mengetahui tindakan sudah sesuai rencana maka peneliti harus melakukan pemantauan.
Pelaksanan pembelajaran dengan Quantum Teaching Lerning agar semua siswa terlibat dalam pembelajaran.Tindakan yang dilkukan adalah anak diajak
(51)
31
bermain sambil menggunakan kartu bergambar dan diminta mengklasifiksikannya.
3. Observasi
Peneliti dibantu observer dalam mengadakan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer sama-sama mengadakan pengamatan secara langsung dengan mengacu pada catatan lapangan dan observasi yang telah dipersiapkan Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang dampak tindakan dalam aspek proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Observasi dilakukan untuk mengamati partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan bagi siklus berikutnya. Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian (Kusumah dan Dwitagama, 2009: 40). Kegiatan refleksi ini akan dilakukan setelah guru selesai melakukan tindakan dan bersama peneliti mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam tahapan ini juga dikaji ulang secara seksama dari catatan lembar observasi,
B. Variabel Penelitian
Menurut Margono (2010:133), variabel dapat diartikan sebagai pengelompokkan yang logis dari dua atribut atau lebih. Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
(52)
32 1. Variabel independen
Variabel independen dapat disebut juga variabel bebas.Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2008:39).Variabel penelitian ini adalah motivasi siswa.
2. Variabel dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Varibel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:39).
C. Setting Penelitian
1) Lokasi Dan Subjek Penelitian
penelitian tindakan kelas ini dilksanakan di SD Negeri Jaten, Bimomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di kelas IV dimana jumlah siswanya 25 anak, jumlah siswa laki-laki 14 dan siswa perempuan 11 anak.
Personil sekolah meliputi 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 2 guru agama, 1 guru penjasorkes, 1 guru bahasa inggris, dan 1 orang penjaga. Dalam penelitin ini, peneliti dibantu oleh seorang guru kelas dan beberapa teman untuk mengamati jalannya pembelajaran.
Keadaan kelas yang digunakan dalam penelitian sudah memenuhi standar kelayakan untuk melakukan aktivitas belajar mengajar.Kelas terlihat rapi, bersih dan ventilasipun sangat baik sehingga dapat melakukan aktivitas pembelajaran
(53)
33
dengan nyaman. Objek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa terhadap kompetensi dasar 1.4 menghargai suku bangsa dan budaya setempat.
2) Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus terdiri dari tiga jam pembelajaran (3 x 35 menit). Proses penelitian masing-masing meliputi empat tahap yaitu persiapan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Persiapan
No Rencana Kegiatan Waktu
Sep okt Nov Des Jan Fe b
1 Penyusunan kerangka V
2 Menyusun proposal V
3 Seminar proposal V V
4 Revisi proposal V V
5 Persiapan penelitian V
6 Pelaksanaan penelitian V V
7 Penulisan laporan V V
(54)
34
Untuk melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan untuk mengidentifikasi masalah, mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran, mempersiapkan silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun alat dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran.
Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran yang mengalami permasalahan
Penetapan tindakan yang diharapkan mmpu menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.
Mempersiapkan silabus
Silabus disusun dengan mengambil satu kompetensi dasar dari tiga kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas IV semester I yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).RPP dibuat tiap siklus.
2. Rencana Tindakan Tiap Siklus
Jika jenis tindakan sudah tersusun dengan matang, peneliti tinggal melaksanakan sesuai dengan skenario yng sudah disusun untuk mengetahui tindakan sudah sesuai rencana maka peneliti harus melakukan pemantauan. Berikut adalah rencana tindakan tiap siklus:
1) Siklus I
(55)
35
Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan 2 jp dengan waktu 35 menit per jp. Dalam pembelajaran siklus I, peneliti terlebih dahulu menyiapkan instrumen penelitian seperti: Silabus, RPP, dan Bahan Ajar yang sesuai dengan penggunaan pembelajaran Quantum teaching and learning yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah itu, peneliti dan guru menentukan keberhasilan motivasi yang akan dicapai oleh siswa. Peneliti kemudian menyiapkan kelas yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian. Mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.
B. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan di dalam setiap pertemuan dilaksanakan 2x35 menit. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Pertemuan I, Siklus I Kegiatan Awal
a) Guru menyampaikan salam pembuka.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama.
c) Guru menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka. d) Guru melakukan presensi.
e) Siswa diberi motivasi untuk memulai pelajaran dengan yel-yel dan bernyanyi.
(56)
36
f) Guru menggali pengetahuan siswa mengenai materi keberagaman suku bangsa dan budaya setempat.
g) Guru menyampaikan indikator pembelajaran.
Kegiatan Inti
a) Siswa diminta untuk mengamati gambar yang terdapat dalam buku b) Setelah mengamati gambar siswa menuliskan apa yang ada di
dalam gambar tersebut.
c) Siswa mencari informasi mengenai keberagaman suku bangsa dan budaya.
d) Setelah selesai mengumpulkan informasi tentang keberagaman suku dan budaya daerah siswa menuliskan laporannya.
e) Guru lalu membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
f) Setiap kelompok berdiskusi tentang jenis suku bangsa, kebudayaan, dan asal daerah lalu menuliskannya ke dalam tabel
g) Guru berkeliling kedalam kelompok
h) Setelah itu guru memberikan sebuah kata kunci yaitu macam-macam lagu daerah dan alat musik daerah.
i) Siswa diminta untuk menyanyikan lagu daerah yang mereka hafal. j) Guru dan teman sekelas memberikan apresiasi kepada kelompok
siswa yang bernyanyi.
k) Guru memberikan narasi penghubung antar kompetensi macam-macam lagu daerah dengan keberagaman suku bangas dan budaya.
(57)
37
l) Siswa menjawab beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran.
Kegiatan Akhir
a) Siswa bersama guru merangkum pembelajaran yang sudah dilakukan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa, dan memberikan sumber-sumber lain yang dapat dipelajari oleh siswa.
c) Guru memberikan tugas rumah untuk dikerjakan siswa. d) Salam penutup.
Pertemuan II, Siklus I Kegiatan Awal
a) Guru menyampaikan salam pembuka.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama.
c) Guru menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka. d) Guru melakukan presensi.
e) Siswa diberi motivasi untuk memulai pelajaran dengan yel-yel dan bernyanyi.
f) Guru menggali pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disampaikan.
g) Guru menyampaikan indikator pembelajaran.
Kegiatan Inti
(58)
38
b) Siswa mendengarkan kembali penjelaskan guru tentang materi yang disampaikan oleh guru (peneliti).
c) Siswa mengerjakan lembar kegiatan belajar dengan berdiskusi dan berkerjasama dalam kelompok.
d) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompok di depan kelas.
e) Siswa yang lain menanggapi hasil kerja dan diskusi terhadap kelompok yang maju presentasi.
f) Siswa diminta mengerjakan kuesioner motivasi untuk mengetahui motivasi mereka dalam pembelajaran yang berlangsung.
Kegiatan Akhir
a) Siswa bersama guru merangkum pembelajaran yang sudah dilakukan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa, dan memberikan sumber-sumber lain yang dapat dipelajari oleh siswa.
c) Guru memberikan tugas rumah untuk dikerjakan siswa. d) Salam penutup.
C. Pengamatan (Observasi)
Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006: 156). Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran IPS. Pengambilan data dilakukan dengan
(59)
39
melakukan pengamatan menggunakan lembar pengamatan yang dirancang sebelumnya dan melaksanakan tes tertulis dengan soal evaluasi siklus I.
D. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto, 2006:19). Kegiatan refleksi yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada akhir pertemuan I dan pertemuan II pada siklus I.
a) Mengevaluasi pada pelaksanakan siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
b) Melihat dan mengkaji hasil kuesioner dan observasi yang telah dilakukan pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat motivasi yang dimiliki siswa.
c) Sebagai acuan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II agar keberhasilan yang ditetapkan dapat tercapai dengan lebih baik.
2). Siklus II
A. Perencanaan Tindakan Siklus II
Peneliti terlebih dahulu memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan 2 jp dengan waktu 35 menit per jp. Dalam pembelajaran siklus II, peneliti terlebih dahulu menyiapkan instrumen penelitian seperti: RPP, dan Bahan Ajar yang sesuai dengan penggunaan model pembelajaran quantum teaching learning yang
(60)
40
digunakan dalam penelitian. Peneliti kemudian menyiapkan kelas untuk melaksanakan penelitian. Membuat rincian kegiatan pembelajaran untuk guru dan mempersiapkan media-media pembelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.
B. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan di dalam setiap pertemuan dilaksanakan 2x35 menit. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Pertemuan I, Siklus II Kegiatan Awal
a) Guru menyampaikan salam pembuka.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama.
c) Guru menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka. d) Guru melakukan presensi.
e) Siswa diberi motivasi untuk memulai pelajaran dengan yel-yel dan bernyanyi.
f) Guru menggali pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disampaikan.
g) Guru menyampaikan indikator pembelajaran.
Kegiatan Inti
a) Siswa dibagi dalam 5 kelompok dengan anggota kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang homogen berdasar tempat tinggal. b) Guru memberikan penjelasan materi keberagaman suku bangsa dan
(61)
41 budaya setempat.
c) Siswa belajar terlebih dahulu dalam kelompoknya, dan kemudian guru menjelaskan mengenai materi yang dipelajari.
d) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompok di depan kelas.
e) Siswa yang lain menanggapi hasil kerja dan diskusi terhadap kelompok yang maju presentasi.
Kegiatan Akhir
a) Siswa bersama guru merangkum pembelajaran yang sudah dilakukan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa, dan memberikan sumber-sumber lain yang dapat dipelajari oleh siswa.
c) Guru memberikan tugas rumah untuk dikerjakan siswa. d) Salam penutup.
Pertemuan II, Siklus II Kegiatan Awal
a) Guru menyampaikan salam pembuka.
b) Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama.
c) Guru menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka. d) Guru melakukan presensi.
e) Siswa diberi motivasi untuk belajar dengan yel-yel dan bernyanyi. f) Guru menggali pengetahuan siswa mengenai materi yang akan
(62)
42
g) Guru menyampaikan indikator pembelajaran.
Kegiatan Inti
a) Siswa duduk kembali dalam kelompoknya. b) Siswa mendengarkan kembali penjelaskan guru.
c) Siswa kembali duduk dalam kelompoknya masing-masing.
d) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompok di depan kelas.
e) Siswa atau kelompok lain menanggapi hasil kerja dan diskusi terhadap kelompok yang maju presentasi.
f) Siswa mengerjakan soal evaluasi berupa pilihan ganda secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
g) Siswa diminta mengerjakan kuesioner motivasi untuk mengetahui motivasi mereka dalam pembelajaran yang berlangsung.
Kegiatan Akhir
a) Siswa bersama guru merangkum pembelajaran yang sudah dilakukan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa, dan memberikan sumber-sumber lain yang dapat dipelajari oleh siswa.
c) Guru memberikan tugas rumah untuk dikerjakan siswa. d) Salam penutup.
C. Pengamatan (Observasi)
Pada pengamatan (observasi) ini peneliti mengamati kegiatan proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting dalam proses
(63)
43
pembelajaran yang berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk melihat siswa tersebut termotivasi atau tidaknya pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti pengamati dengan menggunakan lembar pengamatan.
D. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada akhir pertemuan I dan pertemuan II pada siklus II.
a) Mengevaluasi berjalannya proses pembelajaran yang berlangsung. b) Menganalisis hasil motivasi siswa dan hasil prestasi belajar siswa
dari data kuesioner dan observasi pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan keberhasilan yang telah ditetapkan.
3. Observasi
Peneliti dibantu observer dalam mengadakan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer sama-sama mengadakan pengamatan secara langsung dengan mengacu pada catatan lapangan dan observasi yang telah dipersiapkan Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang dampak tindakan dalam aspek proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Observasi dilakukan untuk mengamati partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
(64)
44
bagi siklus berikutnya. Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian (Kusumah dan Dwitagama, 2009: 40). Kegiatan refleksi ini akan dilakukan setelah guru selesai melakukan tindakan dan bersama peneliti mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam tahapan ini juga dikaji ulang secara seksama dari catatan lembar observasi,
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:161) Tahap ini merupakan tahapan yang sangat penting karena dengan pengumpulan data, maka peneliti akan mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan empat cara, yaitu: catatan lapangan, observasi, dokumentasi dan tes pencapaian kompetensi.
1. Observasi
Menurut Sarwono (2006:224) kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Jenis observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi sistematis. Observasi sistematis/terstruktural adalah observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi sebagai instrument pengamatan (Sugiyono, 2010: 205).Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan untuk
(65)
45
memperoleh data motivasi siswa dalam belajar IPS materi keanekaragaman suku bangsa dan budaya setempat. Hasil pengamatan tersebut dicatat pada lembar pengamatan. Observasi dilakukan di dalam satu kelas yang diyakini memiliki masalah dalam pembelajaran. Observer melakukan observasi untuk menilai seberapa jauh permasalahan yang terjadi di dalam kelas.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Herdiansyah, 2012: 118). Dalam wawancara ini bertujuan untuk mengetahui suatu permasalahan di dalam kelas langsung dari penuturan siswa dan guru untuk mendukung suatu observasi Bentuk dari wawancara ada tiga, yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur dilakukan dengan menanyakan daftar pertanyaan dalam sebuah kuesioner, bahkan biasanya sudah ada pilihan jawabannya (Sarosa, 2012:46).Wawancara terstruktur lebih cocok untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah suatu wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang disediakan memberikan kebebasan
(66)
46
(Masidjo, 1995:75). Menurut Sarosa (2012: 47) pewawancara tidak memerlukan daftar pertanyaan yang menuntun arah wawancara.Meskipun demikian, pewawancara harus memiliki tujuan dan topik wawancara yang jelas sehingga isi wawancara tidak terlalu jauh menyimpang.
c. Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah kombinasi wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Pewawancara menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan.Topik dan panduan wawancara yang telah disiapkan diikuti dengan pertanyaan tambahan untuk menggali lebih jauh jawaban partisipan.
3. Instrument Penelitian Kuesioner Motivasi Belajar
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner untuk pengumpulan data. Metode kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan pemberian pertanyaan yang didalamnya terdapat jawaban, jawaban tersebut sesuai dengan pengalaman yang dialami responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden tentang motivasi belajar.
Tabel 3.2 Variabel dan Instrumen Penelitian Motivasi
Variabel
terikat Indikator
Data Pengumpulan Instrumen
Motivasi Ketertarikan terhadap pembelajaran Dari rata-rata kelas Kuesioner yang diisi oleh siswa Kuesioner oleh siswa Keinginan mengikuti pembelajaran Sikap dalam menghadapi
pembelajaran
Keinginan untuk mendapatkan imbalan
(67)
47 Keinginan untuk berprestsi
Tabel 3.3Pernyataan Instrumen Kuesioner Motivasi
Indikator Pernyataan positif Pernyataan negatif
Ketertarikan terhadap pembelajaran
Materi pembelajaran selalu menarik bagi saya
saya tidak tertarik pada materi pembelajaran
Pembelajaran yang disampaikan guru selalu menyenangkan bagi saya
Pembelajaran yang disampaikan guru tidak menyenangkan bagi saya Keinginan mengikuti
pelajaran
Saya selalu semangat dalam memperhatikan penjelasan guru
Saya tidak bersemangat dalam memperhatikan penjelasan guru Saya selalu menyelesaikan
pembelajaran samapai akhir
Saya selalu ingin pembelajaran cepat selesai
Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru
Saya tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru
Sikap dalam menghadapi pembelajaran
Saya berusaha memahami materi pembelajaran
Saya tidak berusaha memahami materi pembelajaran
Saya berusaha mengerjakan tugas yang sulit
Saya tidak berusaha mengerjakan tugas yang sulit
Saya mengulangi lagi penjelasan guru Saya tidak mengulangi lagi materi yang dijelaskan guru
Keinginan mendapatkan imbalan
Saya belajar demi masa depan saya jika mendapat imbalan merupakan penghargaan dari hasil belajar saya
Saya belajar karena ingin mendapat imbalan
Keinginan untuk berprestasi
Saya selalu belajar agar mendapat prestasi yang baik
Saya tidak belajar karena saya tidak terlalu mementingkan prestasi
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Siswa
Variabel No Indikator Nomor
Soal Favorabel Unfavorabel Jumlah
Motivasi 1
Ketertarikan terhadap pembelajaran
1, 2, 4, 5, 7, 9, 11,
18
1, 2, 7, 18 4, 5, 9, 18 8
2
Keinginan mengikuti pembelajaran
3, 12 3 12 2
3 Sikap menghadapi kesulitan belajar
6, 8, 13,
(68)
48 4
Keinginan mendapatkan imbalan
10, 20 10 20 2
5 Keinginan untuk
berprestasi 19,16 19 16 2
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kuesioner Motivasi
Pilihan Jawaban Favorable (item positif)
Unfavorable (item negatif)
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Dalam skala peilaian seusatu dinilai menurut jenjang (Linkert dalam mardapi 2008 : 17) sebagai sontoh 1,2 , 3, 4 ,5 , 6, 7, 8, 9,10 selain itu, skala linkert memiliki panduan dalam penetuan penilaian sebagai berikut: Nilai skor tertinggi dikalikan dengan 4 jadi skor tertinggi = 16 (100%), skor terendah = 4 (4/16 x 100% = 25%), Range (R) = 100-25= 75%, Interval (I) = 75/2 = 37,5% sehingga kriteria penilaian = 100-37,5% = 62,5% dimana kriteria cukup jika skor >= 62,5% dan kurang < 62,5%. Sedangkan menurut .Arikunto (1993:249) skala penilaian yang digunakan untuk mengambil rata-rata yaitu dengan mentrasfer nilai huruf menjadi nilai angka-angka terlebih dahulu, satu nilai huruf itu mewakili satu rentangan nilai angka. Berkaitan dengan data tersebut peneliti sedikit memodifikasi kriteria penilaian kuesioner agar lebih mudah dalam mengambil penilaian. Penilaian yang diubah
(69)
49
oleh peneliti sebagai acuan penilaian pada kuesioner seperti: kriteria skor kuesioner, kriteria skor lembar pengamatan, kriteria validasi lembar kuesioner, kriteria validasi perangkat pembelajaran, menjadi sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Nilai rata-rata Kuesioner
Rentang Skor Kriteria Nilai Klasifikasi
69-80 86-100 Sangat baik
53-68 66-85 Baik
45-52 56-65 Cukup
37-44 45-55 Kurang
<36 <44 Sangat kurang
Observasi atau pengamatan dari dekat tentang motivasi siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah pada pembelajaran IPS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Rubrik Pengamatan Motivasi Siswa
No. Aspek yang diamati Skor
I. Kesiapan belajar
1. Berdoa sebelum pelajaran dimulai 1 2 3 4
2. Menunjukkan sikap belajar 1 2 3 4
3. Mempersiapkan buku dan alat tulis sesuai dengan mata pelajaran 1 2 3 4
II. Motivasi siswa di dalam kelas
1. Memperhatikan penjelasan guru 1 2 3 4
2. Bertanya jika pelajaran kurang jelas 1 2 3 4
3. Berusaha memahami pembelajaran 1 2 3 4
4. Menunjukkan sikap aktif dalam belajar 1 2 3 4
5. Menunjukkan sikap tanggap terhadap pembelajaran 1 2 3 4
III. Interaksi siswa dengan siswa
1. Menunjukkan sikapmenghargai pendapat teman 1 2 3 4
2. Berdiskusi dengan teman secara aktif 1 2 3 4
IV. Mengerjakan tugas
1. Menyelesaikan tugas tepat waktu 1 2 3 4
(1)
206
(2)
207
(3)
208
(4)
209
(5)
210
(6)
211
CURRICULUM VITAE
Novan Krisna Jati Nugroho lahir di Yogyakarta 6 November 1992. Menamatkan pendidikan SD di SD Negeri Koroulon 1 di Sleman tahun 2005. Setelah itu menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2 Ngemplak dan selesai tahun 2008. Melanjutkan Sekolah DI SMA Negeri 2 Ngaglik kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Sanata Dharma tahun 2011. Di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.