Gambaran Umum dan Pengantar PSAP Daerah 19012017
1
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PP 71 TAHUN 2010
(2)
2
Agenda
2
Diskusi
1
2
3
Laporan Operasional Latar Perubahan Standar
(3)
3
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2014
PEMERINTAH DAERAH
Sumber: IHPS BPK
Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004)
Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
LKPD WTP % WDP %OPINI TW % TMP % JML
2006 3 1% 327 28% 28 6% 105 23% 463 2007 4 1% 283 59% 59 13% 123 26% 469 2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485 2009 15 3% 330 65% 48 10% 111 22% 522 2010 34 7% 341 65% 26 5% 121 23% 524 2011 67 13% 349 67% 8 1% 100 19% 524 2012 113 27% 267 64% 4 1% 31 8% 415 2013 156 30% 311 59% 11 2% 46 9% 524 2014 251 50% 230 46% 4 1% 19 3% 504
(4)
4
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2014
PEMERINTAH PUSAT
Sumber: IHPS BPK
LKPD OPINI JML
WTP % WDP % TW % TMP %
2008 34 41% 31 37% 0 0% 18 22% 83
2009 44 58% 26 33% 0 0% 8 10% 78
2010 52 63% 29 35% 0 0% 2 2% 83
2011 66 76% 18 21% 0 0% 3 3% 87
2012 68 74% 22 24% 0 0% 2 2% 92
2013 65 74% 19 22% 0 0% 3 3% 87
2014 62 71% 18 20% 0 0% 7 8% 87
Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:
“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance dalam pengelolaan keuangan pemerintah”.
Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:
“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance dalam pengelolaan keuangan pemerintah”.
(5)
5
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
Psl 1 UU17/2003
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
Psl 36 ayat (1) UU 17/2003
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
Psl 70 ayat (2) UU 1/2004
(6)
6
•
SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam
PP 24/2005
dengan mengacu pada International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS)
dan memperhatikan
peraturan perundangan serta kondisi Indonesia.
•
Pertimbangan: SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005
berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah
mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual,
–
Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP
24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
(7)
7
•
Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP,
perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan
•
Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP
sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP
PERUBAHAN PSAP
(8)
8
PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I BASIS AKRUAL PP71/2010 LAMPIRAN I BASIS AKRUAL PP71/2010 LAMPIRAN II BASIS CTA PP24/2005 LAMPIRAN II BASIS CTA PP24/2005
PP 71
2010
• SAP Berbasis Akrual Lampiran I
• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
• SAP Berbasis Akrual Lampiran I
• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
M
en
ja
d
(9)
9
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL
(LAMPIRAN I & II)
PSAP BASIS KAS MENUJU AKRUAL (LAMPIRAN II) BASIS AKRUAL (LAMPIRAN I) PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan PSAP 05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian Laporan Keuangan Konsolidasian PSAP 12 - Laporan Operasional
(10)
10
•
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu padapedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
•
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.PUSAP
(PASAL 6)
PMK No 238/PMK.05/2011 Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
(11)
11
•
Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan
SAP Berbasis Akrual
•
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
•
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri
PENERAPAN BASIS AKRUAL
(12)
12
• Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan.
• Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat
• disajikan secara lengkap hanya Kas
• Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan.
• Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat • disajikan secara lengkap hanya Kas
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi
(13)
13
KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
ANGGARAN
ANGGARAN
AKUNTANSI
AKUNTANSI
BASISAKRUAL BASIS AKRUAL BASIS KAS BASIS KAS
LO Defisit-LOSurplus/ Perubahan Laporan
Ekuitas Ekuitas Neraca LRA SILPA/SIKPA Perubahan SALLaporan
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
(14)
14 Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan
Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset
(15)
15
PP 71/2010 AKRUAL Laporan pendapatan
dan beban akrual PP 71/2010 AKRUAL Laporan pendapatan
dan beban akrual PP 24/2005 CTA
Opsional (Laporan Kinerja Keuangan)
PP 24/2005 CTA Opsional (Laporan Kinerja Keuangan)
KONSEPSI BASIS
Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan pelayanan Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan pelayanan
Operasi keuangan secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi Operasi keuangan secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif
Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional)
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional)
COST COST Performace Performace Estimation Estimation Equity Equity LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan
(16)
16
• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat
digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan
COST untuk setiap program/
kegiatan
Laporan Operasional
Beban pegawai Beban belanja barang
Beban bunga Beban subsidi
Beban hibah Beban bantuan sosial
Beban penyusutan Beban transfer Beban lain-lain
Perhitungan Cost Labor cost
Material cost Overhead cost
(17)
17
LAPORAN OPERASIONAL
Input (cost dari program/ kegiatan) Input (cost dari program/ kegiatan) Output keluaranOutput keluaranefektivitas
efisien
ekonomi
Laporan Operasional Laporan OperasionalKonsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu organisasi telah mencapai benefit
maksimal, dengan mengunakan sumber daya yang ada.
Laporan Kinerja Laporan Kinerja
Evaluasi kinerja
berdasarkan konsep Value for Money
(ekonomi, efisien & efektif)
(18)
18
LAPORAN OPERASIONAL
Manajemen Kinerja
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas terukur
LAPORAN
KEUANGAN EVALUASI KINERJA LAPORANKINERJA
Manajemen Keuangan
Aset &
Kewajiban Pendapatan Beban Cost Kinerja
(19)
19
1. Laporan Realisasi Anggaran
2.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL)
3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5.
Laporan Operasional
6.
Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
(20)
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut :
– Saldo Anggaran Lebih awal,
– Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
– Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan, – Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
– Saldo Anggaran Lebih Akhir.
(21)
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
21
NO URAIAN 20X1 20X0
1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX
2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan
(XXX) (XXX)
3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX
7 Lain-lain XXX XXX
(22)
•
LO menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercerminkan dalam
– Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
– Beban dari kegiatan operasional
– Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
– Pos luar biasa, bila ada
– Surplus/defisit-LO
(23)
STRUKTUR DAN ISI LO
– Menyajikan berbagai unsur • pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional, • surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,
– Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar
(24)
PENDAPATAN LO
• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan. • Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
(25)
KOREKSI KESALAHAN
KOREKSI KESALAHAN - PENDAPATAN
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
(26)
AKUNTANSI BEBAN
AKUNTANSI BEBAN
•
Beban diakui pada saat:
–
timbulnya kewajiban;
–
terjadinya konsumsi aset;
–
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa.
•
Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
(27)
AKUNTANSI BEBAN
•
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran
uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari
entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
yang
diwajibkan
oleh
peraturan
perundang-undangan.
•
Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali
beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Dalam hal mengakibatkan penambahan beban
dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas
.(28)
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN
OPERASIONAL
•
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih
lebih antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan.
•
Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih
kurang antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan.
•
Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
(29)
KOMPONEN LAPORAN
OPERASIONAL
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL
• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu
dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional
dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
POS LUAR BIASA
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa.
(30)
TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA
•
Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam
bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai
wajar
barang/jasa
tersebut
pada
tanggal
transaksi.
•
Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan
atas
Laporan
Keuangan
sehingga
dapat
memberikan semua informasi yang relevan
mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.
(31)
LAPORAN OPERASIONAL
• Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan
pelaporan.
• Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja
• Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
(32)
INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi
lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(33)
PEMERINTAH PEMERINTAH PUSAT LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
(34)
PEMERINTAH PEMERINTAH PUSAT LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
(35)
•
LPE merupakan komponen laporan keuangan yang
menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
– ekuitas awal,
– surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
– koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, – ekuitas akhir.
•
Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas
dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.
(36)
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
36
NO URAIAN 20X1 20X0
1 EKUITAS AWAL XXX XXX
2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX
3
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX
5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX
6 LAIN-LAIN XXX XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX XXX
(37)
37
Laporan Finansial
:
•
LO
Laporan Perubahan Ekuitas
Neraca
Laporan Pelaksanaan Anggaran:
•
LRA Laporan Perubahan SAL
(38)
38
KETERKAITAN LAPORAN
Pendapatan 500 Beban (200) Surplus/Defisit Opr 300 Kegiatan non
operasional 60 Surplus/Defisit LO 360
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas Awal 1.000
Surplus/Defisit LO 360 Ekuitas Akhir 1.360
Neraca
Aset 2.000 Kewajiban 640 Ekuitas 1.360
LRA
Pendapatan 450 Belanja (0) Surplus/(defisit) 450 Pembiayaan 1.000
SILPA 1.450
Laporan Perubahan SAL
SAL Awal 100 Penggunaan SAL (30) SILPA 1.450 SAL Akhir 1.520
(39)
3939
KOMPARASI LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2015
No Laporan Keuangan Komparasi Keterangan
1 Laporan Realisasi Anggaran Ya,, 2015 dan 2014 Basis CTA ada 2 Laporan Perubahan SAL Tidak Basis CTA tidak ada
3 Laporan Operasional Tidak Basis CTA tidak ada
4 Laporan Perubahan Ekuitas Tidak Basis CTA tidak ada
5 Neraca Ya, 2015 dan 2014
1 Jan 2015 ekuitas disatukan.
Basis CTA ada 6 Laporan Arus Kas Ya, 2015 dan 2014 Basis CTA ada 7 Catatan Atas Laporan
(40)
TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL
TRANSAKSI AKRUAL
•
Pendapatan masih harus diterima
•
Pendapatan diterima dimuka
•
Beban yang masih harus dibayar
•
Beban dibayar dimuka
•
Beban Penyusutan
TRANSAKSI AKRUAL
•
Pendapatan masih harus diterima
•
Pendapatan diterima dimuka
•
Beban yang masih harus dibayar
•
Beban dibayar dimuka
•
Beban Penyusutan
•
TRANSAKSI KAS
PELAKSANAAN ANGGARAN
(41)
PENYESUAIAN KAS - AKRUAL
LRA Pendapatan-LO Sekaligus Pendapatan-LRAPendapatan LRA dan Pendapatan LO Belanj a Sekali gus Beban Belanja dan Beban
Pend. Diterima Dimuka Piutang Pendapatan Pendapatan LO sudah diterima Kas-nya Belanja Dibayar Dimuka Utang atas Belanja (YMHD) Beban sudah dikeluarkan Kas-nya/ Dibayar
(42)
TRANSAKSI KAS
•
Transaksi Kas dicatat sebagai pendapatan LRA dan Belanja
LRA
•
Beberapa transaksi kas sebenarnya juga mencerminkan akrual
sehingga sama dengan Pendapatan atau Beban dalam LO
• Pembayaran gaji pada periode anggaran atas seorang yang telah bekerja
• Pembayaran beban sewa selama satu periode anggaran • Penerimaan pendapatan untuk periode tersebut retribusi
•
Beberapa transaksi kas tidak mencerminkan akrual
• Pembiayaan • Belanja modal
• Pembayaran belanja untuk dimanfaatkan jangka panjang • Penerimaan pendapatan untuk jasa di masa datang
(43)
43
TERIMA KASIH
Profesi untuk
Mengabdi pada
Negeri
Dwi Martani 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
Dwi Martani 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
(44)
(45)
APLIKASI AKRUAL DI DAERAH
• Tujuan pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual. • Ruang lingkup kebijakan akuntansi
pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS. • Permendagri dilengkapi dengan :
• Lampiran I : Panduan penyusunan kebijakan akuntansi pemerintah daerah
• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD
• Lampiran III : Bagan Akun Standar • Lampiran IV : Format konversi
penyajian LRA
• Tujuan pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual. • Ruang lingkup kebijakan akuntansi
pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS. • Permendagri dilengkapi dengan :
• Lampiran I : Panduan penyusunan kebijakan akuntansi pemerintah daerah
• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD
• Lampiran III : Bagan Akun Standar • Lampiran IV : Format konversi
penyajian LRA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH
• Ketentuan Umum
• Tujuan
• Ruang Lingkup
• Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
• Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
• Bagan Akun Standar
(46)
SUBSTANSI PERATURAN
SUBSTANSI
PERMENDAGRI
64 TAHUN 2013
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Bagan Akun Standar (BAS)
Bagan Akun Standar (BAS)
Konversi Penyajian LRA
Konversi Penyajian LRA
Penyajian kembali (Restatement)
Penyajian kembali (Restatement)
(47)
LAPORAN KEUANGAN PEMDA
PP 71/2010
PP
71/2010 Pendapatan-LOPendapatan-LO
Beban Beban Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA Belanja Belanja
Aset Tetap & Penyusutan Aset Tetap &
Penyusutan Aset Lainnya Aset Lainnya Kas & Setara Kas Kas & Setara Kas
Piutang Piutang Persediaan Persediaan Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang Kewajiban Kewajiban Koreksi Kesalahan Koreksi Kesalahan Pembiayaan Pembiayaan Dana Cadangan Dana Cadangan Konsolidasi Konsolidasi ReStatement Laporan Keuangan ReStatement Laporan Keuangan LRA
LRA SALSAL
LO
LO LPELPE
Neraca Neraca LAK LAK C A L K **) C A L K **) 1 1 2 2 3 3 5 5 4 4 6 6 7 7 *) **) Transaksi Transitoris Transaksi Transitoris ***) Transfer Transfer Kebijakan Akt & SAPD Kebijakan Akt & SAPD Permen dagri 64/2013 Permen dagri 64/2013
(48)
LAPORAN KEUANGAN SKPD
PP 71/2010
PP
71/2010 Permendagri 64/2013
Permendagri 64/2013 Pendapatan-LO Pendapatan-LO Beban Beban Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA Belanja Belanja
Aset Tetap & Penyusutan Aset Tetap &
Penyusutan Aset Lainnya Aset Lainnya Kas & Setara Kas Kas & Setara Kas
Piutang Piutang Persediaan Persediaan Kewajiban Kewajiban Koreksi Kesalahan Koreksi Kesalahan Konsolidasi Laporan Pemda Konsolidasi Laporan Pemda LRA LRA LO
LO LPELPE
Neraca Neraca C A L K C A L K 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5
(49)
LANGKAH PELAKSANAAN
Rumuskan Kebijakan Akuntansi
Rumuskan Kebijakan Akuntansi
Susun Sistem Akuntansi
Susun Sistem Akuntansi
Aplikasikan Sistem Akuntansi
• Ketentuan pencatatan transaksi akrual • Setu up BAS
Aplikasikan Sistem Akuntansi
• Ketentuan pencatatan transaksi akrual • Setu up BAS
Penyajian kembali Neraca 31 Des 2014 dengan basis Akrual
Penyajian kembali Neraca 31 Des 2014 dengan basis Akrual
Penerapan basis Akrual
(50)
POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL
Penyiapan sistem aplikasi akuntansi terlambat
Kapasitas SDM pengembang dan pelaksana terbatas Ketersediaan Infrastruktur TI belum memadai
Parlemen masih lebih concern pada kas daripada akrual Komitmen pimpinan entitas masih focus pada opini BPK Sistem penganggaran masih menggunakan basis kas
(51)
POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL DAERAH
◊ Perbedaan akun anggaran dengan akun pertanggungjawaban
◊ Perbedaan akun anggaran dengan akun pertanggungjawaban
◊ Belum adanya pengaturan tentang penyusutan aset baik penyusutan pertama
kali maupun penyusutan berkala
◊ Belum adanya pengaturan tentang penyusutan aset baik penyusutan pertama kali maupun penyusutan berkala
◊ Penyajian neraca pada saat penerapan akuntansi akrual
◊ Penyajian neraca pada saat penerapan akuntansi akrual
◊ Capaian opini WTP atas LKPD masih rendah (data sementara Kemendagri:
Opini LKPD 2013 WTP 15 Provinsi dan 125 Kabupaten/Kota) ;
◊ Capaian opini WTP atas LKPD masih rendah (data sementara Kemendagri: Opini LKPD 2013 WTP 15 Provinsi dan 125 Kabupaten/Kota) ;
◊ Lemahnya sistem pengendalian intern
◊ Lemahnya sistem pengendalian intern
◊ Masih belum optimalnya penatausahaan aset Barang Milik Daerah (BMD)
◊ Masih belum optimalnya penatausahaan aset Barang Milik Daerah (BMD)
◊ Keterbatasan SDM Akuntansi pada SKPD/PPKD;
◊ Keterbatasan SDM Akuntansi pada SKPD/PPKD;
◊ Belum sepenuhnya SKPD/PPKD memanfaatkan aplikasi akuntansi berbasis
teknologi informasi;
◊ Belum sepenuhnya SKPD/PPKD memanfaatkan aplikasi akuntansi berbasis
(52)
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH:
• PP 71 Tahun 2010: Standar Akuntansi Pemerintah (lampiran I) • Bultek PSAP:
– Bultek 15: Aset Tetap Akrual – Bultek 16: Piutang Akrual
– Bultek 17: Aset tak Berwujud Akrual – Bultek 18: Penyusutan Akrual
Akan terbit:
– PSAP Badan Layanan Umum
– Bultek Pendapatan Non Perpajakan – Bultek Pendapatan Perpajakan
KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT:
• PMK No.219/PMK.05/2013: Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
52
Peraturan – Pemerintah Pusat
Peraturan – Pemerintah Pusat
(53)
• Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) PMK 213 Tahun 2013
• Bagan Akun Standar PMK 214 Tahun 2013
• Jurnal Akuntansi Pemerintah PMK 215 Tahun 2013
• Jurnal Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat PMK 219 Tahun 2013
• Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat PMK 270 Tahun 2014
• Pedoman Penyusunan LKKLt Perdirjen 42 Tahun 2014
Peraturan Menteri Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan
(54)
ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP)
ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP)
KPPN/PKN
MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA
BUN
Sistem Akuntansi BUN
Satker
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG
Satker BLU
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Wilayah/ Provinsi KONSOLIDASI Utang & Hibah Investasi Pemerintah Penerusan Pinjaman Transfer ke Daerah Transaksi Khusus Badan Lainnya
Eselon 1 K/L
LO LPE Neraca LRA CaLK LKKL
Kanwil DJPB APK-DJPB
Lap. Arus Kas LRA LPE LPSAL Neraca CaLK LKBUN LKPP: 1. LRA 2. LO 3. LPE 4. Neraca 5. LAK 6. LP SAL 7. CaLK Presiden BPK DPR BS/BL KPPN/PKN Utang & Hibah Investasi Pemerint ah Penerus an Pinjama n Transfer ke Daerah Transaks i Khusus Kanwil DJPB APK-DJPB
(55)
Proses Bisnis
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Ditjen Perbendaharaan
(56)
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan SAL
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan SAL
Laporan Pelaksanaan Anggaran
Laporan Pelaksanaan Anggaran
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
Laporan Finansial Laporan Finansial
• Meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas
• Meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan
UNSUR LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL
Gambaran Umum Pelaporan Keuangan
Berbasis Akrual
Gambaran Umum Pelaporan Keuangan
Berbasis Akrual
(57)
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sebagai Subsistem dari Sistem
Akuntansi dan Pelaporan keuangan Pemerintah Pusat (SAPP)
•
Diselenggarakan oleh Kementerian Negara/Lembaga
dengan menggunakan Sistem Aplikasi Terintegrasi (SAKTI)
•
Untuk masa transisi di 2015 digunakan Sistem Akuntansi
Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)
SAI
SAI
Akuntansi dan
Pelaporan
Keuangan
Akuntansi dan
Pelaporan
Keuangan
Akuntansi dan
Pelaporan
Barang Milik Negara
Akuntansi dan
Pelaporan
Barang Milik Negara
KELUARAN
(58)
Gambaran Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat
√
mengatur prinsip2 akuntansi dan
pertanggungjawaban pemerintah melalui SAPP
untuk digunakan sbg
pedoman
penyelenggara akuntansi, serta pengguna laporan keuangan.
Basis akuntansi yang digunakan adalah
basis akrual.
Namun, basis kas masih digunakan untuk LRA
sepanjang anggaran disusun berdasarkan basis kas.
√
√
1. Kebijakan Akuntansi digunakan sebagai penetapan pilihan atau penjelasan rinci atas prinsip atau metode akuntansi yang diatur dalam SAP.
2. Pengaturan mengenai pilihan metode akuntansi atau petunjuk teknis pencatatan yang belum diatur atau PMK KABA diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan lainnya
3. Kementerian Negara/Lembaga dapat menetapkan petunjuk teknis akuntansi di Lingkungan Kementerian Negara/Lembaga dengan melalui pertimbangan dari Menteri Keuangan cq. Ditjen Perbendaharaan
(59)
PROSES BISNIS SAIBA
1.
GAMBARAN PROSES BISNIS SAIBA
2.
BUKU BESAR KAS DAN BUKU BESAR AKRUAL
3.
MIGRASI SALDO AWAL;
4.
TRANSAKSI ANGGARAN:
a) DIPA;
b) SETORAN PENDAPATAN; c) BELANJA (SPM/SP2D); d) UANG PERSEDIAAN; e) PENGEMBALIAN
5.
MAPPING AKUN DAN TAMPILAN LO
6.
PENYESUAIAN
7.
REKLASIFIKASI
8.
KOMPLEKSITAS TRANSAKSI
(60)
Proses Bisnis SAIBA
Standar, Kebijakan, dan Sistem Akuntansi
Dokumen
Sumber
Transaksi
Proses
Akuntansi
- Analisa
Transaksi
- Jurnal /
Entries
- Posting
-LRA -LO - Neraca - LAK - CaLK-
Relevan
-
Andal
-
Dpt
dibandingka
n
-
Dpt
dipahami
Inpu
t
Proce
ss
Outp
ut
Saldo Awal
Transaksi
Akrual
Transaksi
Anggaran
Transaksi
Lainnya
Transaksi
Berjalan
(61)
Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual
No
Buku Besar kas
Buku Besar Akrual
1. Mencatat transaksi realisasianggaran seperti:
• Est. Pendapatan yg dialokasikan • Alotmen Belanja
• Realisasi Pendapatan LRA • Realisasi Belanja
• Pengembalian Pendapatan LRA • Pengembalian Belanja
Mencatat transaksi akrual seperti: • Realisasi Pendapatan-LO
• Realisasi Beban
• Kas di Bendahara Pengeluaran • Kas di Bendahara Penerimaan • Penyusutan dan Amortisasi • Penyesuaian Lainnya
2. Menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) Menghasilkan Laporan Operasional (LO),Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Neraca
(62)
Migrasi Saldo Awal
1. Saldo Akhir Neraca basis CTA menjadi Saldo Awal Neraca Basis Kas
2. Neraca pada basis akrual menganut konsep ekuitas tunggal,Akun ekuitas yang akan tersaji pada neraca hanya satu. Neraca pada basis kas menuju akrual yang menggunakan konsep berpasangan, yang artinya setiap akun aset akan memiliki akun pasangan pada kewajiban atau ekuitas.
3. Diperlukan migrasi pada awal pertama kali SAP berbasis akrual diterapkan dengan penyatuan struktur ekuitas pada basis CTA menjadi ekuitas tunggal.
(63)
Migrasi Saldo Awal
No Akun CTA Mapping Akun Akrual
1. Aset Aset
2. Kewajiban
(kecuali akun Pendapatan Ditangguhkan) Kewajiban 3. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Lainnya
(64)
Sistem Jurnal Anggaran pada Buku Besar KAS
Transaksi KAS ACCRUAL
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Pencatatan Anggaran Pendapatan
Estimasi Pendapatan
XXX yang Dialokasikan X
Utang Kepada KUN X
Pencatatan Anggaran Belanja/ Beban
Piutang dari KUN X Allotment Belanja
Pegawai
Allotment Belanja Barang
Allotment Belanja Modal
X X X
(65)
Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke
Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan
Transaksi Buku Besar Kas Buku Besar Akrual
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Pendapatan Utang kepada KUN X Diterima DEL X
Pendapatan Pajak Pendapatan PNBP Pendapatan Hibah
X X X
Pendapatan Pajak Pendapatan PNBP Pendapatan Hibah
X X X
(66)
Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke
Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan
Transaksi Buku Besar Kas Buku Besar Akrual
Belanja/
Beban Belanja PegawaiBelanja Barang
Belanja Bunga Utang Belanja Subsidi Bantuan Sosial Belanja Hibah Belanja lain-Lain X X X X X X X Beban Pegawai Beban Persediaan Beban Jasa Beban Pemeliharaan Beban Perjalanan
Beban Brg. Diserahkan Kepada Masyarakat Beban Bunga Utang Beban Subsidi Bantuan Sosial Beban Hibah Beban lain-Lain X X X X X X X X X X X
(67)
Belanja Modal Belanja Modal XXX X Aset Tetap Sbl Diregister Aset Lainnya Sbl
Diregister
X X
Piutang dari KUN X Ditagihkan KEL X Penyediaan
Uang
Persediaan (UP/TUP)
Kas di Bendahara
Pengeluaran X
Uang Muka dari KPPN X Pengembalian
Uang
Persediaan (UP/TUP)
Uang Muka dari KPPN X Kas di Bendahara
Pengeluaran X Pengembalian
Pendapatan Pendapatan PNBPUtang Kepada KUN Pendapatan PNBPDiterima DEL X X Pengembalian
Belanja Piutang dari KUNBelanja Ditagihkan KELBeban X X
Transaksi Buku Besar Kas Buk
u Bes
ar Akr ual
Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke
Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan
(68)
FORMULA DAN TAMPILAN LO
Surplus/Defisit LO pada LO diperoleh dari perhitungan realisasi
pendapatan dan beban, sementara itu pos Surplus/Defisit LO pada LPE diperoleh dari perhitungan jurnal tutupan akun-akun pendapatan dan beban, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu mekanisme check
and balance pada masing-masing laporan;
Beban Barang dikonversi ke dalam Beban Persediaan, Beban Jasa, Beban Pemeliharaan, Beban Perjalanan dan Beban Lainnya sesuai peruntukannya.
Penyajian persediaan menggunakan pendekatan beban, sehingga belanja-belanja yang berpotensi menghasilkan persediaan langsung dimapping ke beban persediaan, dan pada akhir periode dilakukan
penyesuaian atas nilai persediaan pelaporan. Selain itu, persediaan yang berasal dari transfer, pengakuan bebannya terdapat pada entitas yang menerima persediaan.
Ditambahkan pos Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi pada LPE untuk menampung transaksi koreksi nilai aset tetap yang tidak berasal dari
kegiatan revaluasi;
Terdapat penambahan beberapa akun baru guna mengakomodasi penyajian pada LO dan LPE.
(69)
Perubahan Tabel Referensi Realisasi
Kolom perksai merupakan kolom existing dan tidak mengalami perubahan. Kolom perksai berfungsi sebagai cash ledger dan nantinya akan digenerate menjadi LRA Kolom perkkor sebelumnya adalah kolom korolari. Pada SAIBA kolom perkkor diisi dengan posting rules akrual, sehingga berfungsi sebagai accrual ledger yang
nantinya digenerate menjadi LO, LPE, dan Neraca.
8. Dilakukan perubahan pada tabel referensi posting rules realisasi dan tabel referensi posting rules neraca.
(70)
Perubahan Tabel Referensi Realisasi
•
Secara umum, jurnal realisasi
pendapatan sebagai berikut:
PENDAPATAN
Cash Ledger
D Utang kepada KUN K Pendapatan XXX
Accrual Ledger D Due From
K Pendapatan XXX
PENDAPATAN BLU
Cash Ledger
D Utang kepada Kas BLU K Pendapatan XXX
Accrual Ledger D Kas BLU
(71)
Perubahan Tabel Referensi Realisasi
•
Secara umum, jurnal realisasi beban
sebagai berikut:
BELANJA
Cash Ledger D Belanja XXX
K Piutang dari KUN
Accrual Ledger D Beban XXX K Due To
BELANJA BLU
Cash Ledger
D Belanja XXX BLU K Piutang dari Kas BLU
Accrual Ledger
D Beban XXX BLU K Kas BLU
BELANJA MODAL
Cash Ledger
D Belanja Modal K Piutang dari KUN
Accrual Ledger
D Aset Tetap Belum Diregister K Due To
BELANJA MODAL BLU
Cash Ledger
D Belanja Modal BLU K Piutang dari Kas BLU
Accrual Ledger
D Aset Tetap Belum Diregister K Kas BLU
(72)
Kelompok Transaksi Akrual/Deferal
Dengan Jurnal Penyesuaian
Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan
Pendapatan yang masih harus diterima/Piutang Pendapatan yang masih harus diterima/Piutang Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima di muka
Belanja dibayar di muka Belanja dibayar di muka Uang muka belanja
Uang muka belanja
Belanja yang masih harus dibayar Belanja yang masih harus dibayar Persediaan
Persediaan
Penyisihan Piutang Penyisihan Piutang
Penyusutan dan Amortisasi Penyusutan dan Amortisasi
(73)
Transaksi JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL
Uraian Dr Cr
Kas di
Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan X
Pendapatan PNBP-LO X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan Satker yang masih ada pada akhir periode pelaporan mengindikasikan masih adanya penerimaan negara yang belum disetor ke Kas Negara. Penerimaan tersebut belum dapat diakui sebagai pendapatan LRA, tetapi sudah harus diakui sebagai pendapatan dalam Laporan Operasional.
(74)
Transaksi JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL
Uraian Dr Cr
Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
Piutang PNBP X
Pendapatan PNBP X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan pajak/atau bukan pajak yang seharusnya sudah dibayarkan oleh wajib bayar namun belum diterima pembayarannya atau belum disetor ke kas negara
(75)
Transaksi JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL
Uraian Dr Cr
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran X
Pendapatan PNBP X
Utang Kepada Pihak III X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Kas lainnya di bendahara pengeluaran merupakan kas selain yang berasal dari Uang persediaan, dapat berupa Bunga jasa giro yang belum disetor kas negara, uang pihak ketiga yang belum diserahkan seperti honorarium pegawai, atau pajak yang belum disetor
(76)
Transaksi ACCRUAL
Uraian Dr Cr
Pendapatan DiterimaDi Muka
Pendapatan Pajak/PNBP X
Pendapatan Pajak/PNBP Diterima Di Muka X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan yang diterima di muka adalah pendapatan pajak/atau bukan pajak yang sudah diterima di rekening kas Negara tetapi belum menjadi hak pemerintah sepenuhnya karena masih melekat kewajiban pemerintah untuk memberikan barang/jasa di kemudian hari kepada pihak ketiga atau adanya kelebihan pembayaran oleh pihak ketiga tetapi belum dikembalikan
(77)
Transaksi ACCRUAL
Uraian Dr Cr
Belanja Dibayar Dimuka
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) X
Beban XXXX X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Belanja Dibayar Di Muka
Belanja dibayar dimuka adalah pengeluaran belanja pada tahun berjalan tetapi manfaatnya melampaui tahun anggaran berjalan, sehingga pada tahun berikutnya masih ada manfaat yang akan diterima akibat
pembayaran tersebut. Untuk mengidentifikasi belanja dibayar dimuka perlumelihat dokumen pengadaan barang dan jasa menyangkut masa kontrak atau waktu pelayanan jasa yang akan diberikan khususnya jasa
(78)
Transaksi ACCRUAL
Uraian Dr Cr
Uang Muka Belanja Uang Muka Belanja X
Beban XXXX X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Uang Muka Belanja
Uang Muka Belanja adalah pembayaran dimuka atas belanja yang
diberikan terlebih dahulu sebelum pegawai/rekanan menyerahkan hasil pekerjaan/jasa. Apabila ada pembayaran Uang Muka Belanja sedangkan prestasi pekerjaan belum diselesaikan seluruhnya atau sebagian, atau pembayaran tersebut belum dikembalikan, maka terhadap pengeluaran belanja tersebut pada tanggal pelaporan dicatat sebagai Uang Muka belanja dan mengkredit akun beban yang sesuai
(79)
Transaksi ACCRUAL
Uraian Dr Cr
Belanja Yang Masih harus Dibayar
Beban xxxxxxx X
Belanja xxxxxxx Yang Masih harus Dibayar X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Belanja Yang Masih harus Dibayar
Belanja yang masih harus dibayar adalah tagihan pihak ketiga atau
kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga yang pada tanggal pelaporan keuangan belum dapat dibayarkan
(80)
Transaksi ACCRUAL
Uraian Dr Cr
Penyisihan Piutang tak Tertagih
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih X
Penyisihan Piutang Tak Tertagih X Penyusutan Beban Penyusutan X
Akumulasi Penyusutan X Amortisasi Beban Amortisasi X
Akumulasi Amortisasi X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual –
Penyisihan Piutang, Penyusutan, dan
(81)
Transaksi ACCRUAL
Uraian Dr Cr
Reklasifikasi Bagian
:Lancar
Bagian lancar TP/TGR X
Piutang Jangka Panjang TP/TGR X
Reklasifikasi –
Bagian Lancar Piutang Jangka
Panjang
Pada pos aset apabila terdapat aset non lancar yang kemungkinan dapat dicairkan dalam masa satu periode pelaporan dilakukan reklasifikasi ke dalam bagian lancar aset nonlancar.Termasuk dalam akun yang
memerlukan reklasifikasi ini misalnya Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti rugi dan Tuntutan Perbendaharaan
(82)
Jurnal Neraca : Reklasifikasi dan Jurnal
Aset
Pada pos aset apabila terdapat aset non lancar yang kemungkinan dapat dicairkan dalam masa satu periode pelaporan dilakukan
reklasifikasi ke dalam bagian lancar aset nonlancar
Tanggal Jurnal Akrual Debet Kredit
Des 31 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) XXX
Tagihan Penjualan Angsuran XXX Untuk mencatat reklafifikasi aset Tagihan Penjualan
Angsuran
Bagian Lancar TP/TGR XXX
Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi XXX Untuk mencatat reklafifikasi aset TP/TGR
(83)
Jurnal Aset
•
Saldo awal
•
Pembelian, atau pengadaan langsung
•
Perolehan/Pegembangan Konstruksi Dalam
Pengerjaan
•
Penyelesaian KDP
•
Transfer Keluar
•
Transfer Masuk
•
Penghentian Aset
•
Penggunaan kembali Aset
•
Hibah Masuk
•
Hibah Keluar
(84)
Saldo Awal Aset
Transaksi saldo awal dalam basis akrual diakui sebagai bagian dari koreksi. Pencatatan aset tersebut akan menambah ekuitas pada periode berjalan. Dengan demikian pencatatannya adalah sebagai
berikut:
Tanggal Jurnal Akrual Debet Kredi t
1-31 Aset Tetap XXX
XX 20X1 Koreksi Saldo Awal XXX Untuk mencatat Saldo Awal Aset
(85)
Pembelian dan pengadaan aset tetap:
Pembelian aset tetap yang sudah dicatat dalam SIMAK
BMN (diregistrasi) dan merupakan aset intrakomtabel
maka dalam SAIBA akan dicatat sebagai berikut:
Tanggal Jurnal Akrual Debet Kredit
Aset Tetap XXX
Aset Tetap yang belum diregister
(86)
Jurnal Aset Lainnya
Silakan dilihat
Modul
(87)
KOMPLEKSITAS TRANSAKSI
a)
Pendapatan Penjualan Aset Tetap (Kegiatan Non
Operasional pada LO)
b)
Persediaan dan Beban Persediaan
c)
Pendapatan atas
recovery
Piutang Tak Tertagih
d)
Jurnal Penyesuaian atas Kiriman ADK SIMAK-BMN
dan Persediaan. Contoh:
Transaksi SIMAK-BMN SAK-BA (Buku Besar Akrual)
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Transfer
Masuk Peralatan dan Mesin X Peralatan dan Mesin X
(88)
LAPORAN KEUANGAN
1.
LRA, sama dengan CTA, namun tidak ada lagi Realisasi
Pendapatan dan Belanja Non Kas
(89)
89
KERANGKA KONSEPTUAL
(90)
RUANG LINGKUP KERANGKA KONSPETUAL
1.
Tujuan Kerangka Konseptual
2.
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
3.
Pengguna dan Kebutuhan Informasi
Para Pengguna
4.
Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
5.
Peranan dan Tujuan Pelaporan
Keuangan serta Komponen Laporan
Keuangan
6.
Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif,
Prinsip-prinsip serta Kendala Informasi
Akuntansi
7.
Unsur Laporan Keuangan, Pengakuan
(91)
TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL
91
Sebagai acuan bagi:
Penyusun standar;
Penyusun laporan keuangan;
Pemeriksa;
(92)
POSISI KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi
Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika
terdapat masalah akuntansi yg belum dinyatakan
dalam SAP
Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual
dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka
konseptual
(93)
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
a.
Ciri utama struktur pemerintahan dan
pelayanan
Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan
kekuasaaan
Sistem pemerintahan otonomi dan transfer
pendapatan antar pemerintahan
adanya pengaruh proses poltik
Hub. Antara pembayar pajak dgn pelayanan
pemerintahan.
b.
Ciri keuangan pemerintah
Anggaran sbg pernyatan publik, target fiskal dan
sebagai alat pengendalian
Investasi aset tidak langsung menghasilkan
pendapatan
(94)
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
Masyarakat;
Wakil rakyat, lembaga pengawas,
dan lembaga pemeriksa;
Pihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman
Pemerintah
(95)
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORAN
NO INDIKATO R
ENTITAS AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN
1
Definisi
Unit pemerintahan
pengguna
anggaran/pengguna
barang dan oleh
karenanya wajib
menyelenggarakan
akuntansi dan
menyusun laporan
keuangan untuk
digabungkan pada
entitas pelaporan
Unit pemerintahan
yang terdiri dari
satu atau lebih
entitas akuntansi
atau entitas
pelaporan yang
menurut ketentuan
peraturan
perundang-undangan wajib
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaba
n berupa laporan
keuangan
95(96)
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORAN
NO INDIKATO R
ENTITAS AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN
2 Komponen 1. KPA-K/L yang
mempunyai dokumen anggaran tersendiri
1. Pemerintah Pusat
2. Bendahara Umum
Daerah (BUD) 2. Pemerintah Daerah
3. Kuasa Pengguna Anggaran di
lingkungan Pemda bila mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah 3. Kementerian Negara/lembaga di lingkungan Pemerintah Pusat
4. Satuan organisasi di lingkungan
pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan 96
(97)
PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
97
• mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam mencapai tujuan
Akuntabilitas
• memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah
Manajemen
• memberikan informasi keuangan yang
terbuka, jujur, menyeluruh kepada
stakeholders
Transparansi
• mengevaluasi kinerja entitas pelaporan,
terutama dalam menggunakan sumber daya ekonomi untuk mencapai kinerja Transparansi
Evaluasi Kinerja
• memberikan informasi mengenai
kecukupan penerimaan pemerintah
untuk membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah generasi y.a.d ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut
Keseimbangan Antargenerasi
(98)
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat
keputusan ekonomi, sosial
maupun politik.
(99)
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN POKOK
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih (Laporan Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK)
(100)
ASUMSI DASAR
Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kesinambungan entitas
Asumsi keterukuran dalam
satuan uang (
monetary
measurement
)
(1)
LAPORAN ARUS KAS
LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas pada BLU menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setarakas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada BLU.
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya, tidak termasuk investasi jangka pendek dan setara kas.
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi pinjaman jangka panjang dan utang jangka panjang.
(2)
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas pada BLU menyajikan
sekurang-kurangnya pos-pos: Ekuitas awal
Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;
perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. Ekuitas akhir.
(3)
PENGGABUNGAN LAP KEU BLU KE DALAM
LAP KEU ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
PENGGABUNGAN LAP KEU BLU KE DALAM
LAP KEU ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan
Laporan Perubahan Ekuitas BLU digabungkan pada laporan keuangan entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLU
dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
Laporan Arus Kas BLU dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan SAL BLU digabungkan dalam Laporan Perubahan
SAL Bendahara Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLU ke dalam laporan
keuangan entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap akun-akun timbal balik (reciprocal accounts) seperti pendapatan, beban, aset, dan kewajiban yang berasal dari entitas
(4)
PENGHENTIAN SATKER BADAN LAYANAN UMUM MENJADI
SATKER BIASA
PENGHENTIAN SATKER BADAN LAYANAN UMUM MENJADI
SATKER BIASA
Dalam hal Satuan Kerja tidak lagi menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU, maka Satuan Kerja tersebut
menyusun laporan keuangan selayaknya entitas akuntansi
pemerintah lainnya, dan Satuan Kerja tersebut harus
menyusun laporan keuangan penutup per tanggal pencabutan
statusnya sebagai BLU.
(5)
TANGGAL EFEKTIF
TANGGAL EFEKTIF
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
berlaku
efektif
untuk
laporan
keuangan
atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Tahun Anggaran
2016.
(6)
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIAN BAPAK IBU SEKALIAN
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Gedung Prijadi Praptosuhardjo III, Lt. 2, Kementerian Keuangan Jl. Budi Utomo No. 6, Jakarta Telepon/Fax (021) 352 4551 website : www.ksap.org Email: webmaster@ksap.org