PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT PADA HASIL SURVEI TENTANG ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN – CALON WAKIL PRESIDEN TERHADAP PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT SURABAYA DALAM PEMILU PRESIDEN 2014.
PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT PADA HASIL SURVEI TENTANG ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN – CALON WAKIL PRESIDEN
TERHADAP PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT SURABAYA DALAM PEMILU PRESIDEN 2014
Skripsi:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam
Oleh :
DISTA KURNIAWAN NIM: E74211039
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2015
(2)
PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT PADA HASIL SURVEI TENTANG ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN – CALON WAKIL PRESIDEN
TERHADAP PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT SURABAYA DALAM PEMILU PRESIDEN 2014
Skripsi Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Filsafat Politik Islam
Oleh :
DISTA KURNIAWAN NIM: E74211039
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2015
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Hasil Survei
Tentang Elektabilitas Calon Presiden – Calon Wakil Presiden Terhadap Perilaku
Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu Presiden 2014. Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini yang Pertama, Bagaimana persepsi masyarakat pada
hasil survei tentang elektabilitas Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam
Pemilu Presiden 2014. Kedua, Bagaimana perilaku pemilih masyarakat Surabaya
dalam Pemilu Presiden 2014. Ketiga, Seberapa besar pengaruh persepsi masyarakat
pada hasil survei tentang elektabilitas Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden terhadap perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil secara Area sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah angket, dokumentasi, maupun observasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS versi 16.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan tiga hasil, yakni Pertama, Persepsi masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat Surabaya, mempunyai persepsi yang baik pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil angket yang menunjukkan 63 (63%) responden menyatakan percaya pada hasil
survei yang khususnya mengenai elektabilitas Capres – Cawapres dalam Pemilu
Presiden 2014 sedangkan yang menyatakan tidak percaya hanya 37 (37%) responden. Kedua, Perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 didominasi oleh jenis pemilih yang kritis. Hal ini bisa dibuktikan dengan jumlah responden yang termasuk pada pemilih kritis berjumlah 46 (46%) responden, rasional sebanyak 28 (28%), tradisional 16 (16%), dan skeptis hanya 10 (10%) responden. Ketiga, Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres terhadap perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 mempunyai tingkat pengaruh yang “Rendah” yaitu sebesar 0,291. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,085 yang artinya bahwa 8,5% variabel perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 dipengaruhi oleh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres dan sisanya 91,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
(4)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang MasalahIndonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta
demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak
tahun 2004 dan selanjutnya tahun 2009 bangsa ini telah melaksanakan Pemilu
secara langsung yang terbilang sukses dengan menempatkan para wakil rakyat
maupun Presiden untuk memimpin Indonesia dalam masa bakti 5 tahun.
Selanjutnya, pada tahun 2014, negeri ini menggelar Pemilu lagi yang dimulai
Pemilu Legislatif pada bulan April 2014 dan Pemilu Presiden pada bulan Juli
2014.
Di sisi lain, seiring berjalannya pelaksanaan Pemilu juga tak bisa dilepaskan
dari berbagai fenomena politik yang muncul. Salah satu fenomena politik yang
semakin mendapat perhatian berbagai kalangan saat ini adalah keberadaan
lembaga survei politik. Tak bisa dipungkiri, di era teknologi saat ini masyarakat
membutuhkan informasi yang cepat dan tepat tak terkecuali saat pelaksanaan
Pemilu. Maka, tak heran keberadaan lembaga survei politik menjadi bagian
penting dalam penyelenggaraan Pemilu.
Di negara dengan demokrasi yang telah maju, selalu ditandai dengan
kehadiran lembaga survei atau polling yang kuat. Hal ini bisa terlihat di negara
Amerika Serikat dengan keberadaan Gallup Poll, Harris Poll, Roper maupun
Crosley Poll. Lembaga-lembaga survei tersebut berguna untuk mengukur apa
(5)
2
yang dipikirkan masyarakat, bagaimana mereka menilai kebijakan pemerintah,
dan apa pendapat atau opini serta harapan mereka terhadap pejabat/politisi
maupun institusi yang ada.1
Di Indonesia, pelaksanaan survei atau jajak pendapat mulai bebas dilakukan
sejak bergulirnya era reformasi. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa
lembaga survei jajak pendapat, antara lain LP3ES, LSI (Lingkaran survei
Indonesia), maupun Lembaga Survei Indonesia. Ketiga lembaga tersebut pernah
melakukan survei atau jajak pendapat menjelang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden 2004 dengan hasil sangat akurat.2
Pada pelaksanaan Pemilu 2014, tercatat telah ada 56 lembaga survey politik
yang mendaftar ke KPU.3 Puluhan lembaga survei yang mendaftar tersebut,
diantaranya Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Pol Tracking Institute, dsn
lain-lain. Dari sekian banyak lembaga survei politik yang mendaftar ke KPU tersebut,
diantaranya telah merilis hasil surveinya menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden
2014 khususnya pada kurun waktu bulan Juni yang membahas mengenai
elektabilitas 2 pasangan Capres dan Cawapres yang telah ditetapkan oleh KPU,
yakni Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
Beberapa lembaga survei yang telah mengeluarkan hasil surveinya adalah
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Pol Tracking Institute. Adapun hasil
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Survei_Indonesia, (Sabtu, 23 Agustus 2014, 20.33)
2
Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 153.
3
(6)
3
perhitungan dari kedua lembaga survei tersebut mengenai elektabilitas
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:4
Tabel 1.1
Hasil Perhitungan Lembaga Survei Tentang Elektabilitas Capres – Cawapres Dalam Pemilu Presiden 2014
NO LEMBAGA SURVEI HASIL PERHITUNGAN SURVEI
PRABOWO-HATTA JOKOWI-JK ABSTAIN
1 38,7% 45,0% 16,3%
2 41,1% 48,05% 10,4%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa kedua lembaga survei mempunyai hasil
penghitungan survei yang sama mengenai elektabilitas kedua pasangan
Capres-Cawapres yang maju dalam Pilpres 2014 yang mengunggulkan elektabilitas
Jokowi-JK.
Hasil survei dari beberapa lembaga tersebut tentunya juga tak bisa dilepaskan
dari perhatian kalangan masyarakat luas. Hal ini tak lepas dari salah satu fungsi
lembaga survei politik yang memberikan referensi ke masyarakat melalui hasil
survei mengenai elektabilitas Capres-Cawapres yang maju dalam Pemilu Presiden
2014. Selain itu, survei atau yang juga bisa disebut dengan jajak pendapat
4
http://surabaya.bisnis.com/read/20140619/94/72381/jokowi-menang-di-7-lembaga-survei-prabowo-2-ini-data-terbarunya, (Sabtu, 23 Agustus 2014, 21.15)
(7)
4
mempunyai pengaruh yang besar dalam kampanye politik. Hal ini terutama
apabila dikaitkan untuk melihat favorit-tidaknya seorang calon.5
Di sisi lain, hasil-hasil survei yang telah dikeluarkan oleh beberapa lembaga
survei diatas juga bisa menarik opini publik yang nantinya dimungkinkan untuk
mempengaruhi perilaku memilih seseorang. Akan tetapi, opini publik tersebut
juga tak lantas langsung mempengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan
pilihan politiknya. Hal ini dikarenakan hasil survei yang dikeluarkan oleh
beberapa lembaga survei mengenai elektabilitas Capres-Cawapres tergantung
pada setiap persepsi yang dimiliki oleh setiap individu. Hal ini juga dikarenakan
penilaian seseorang terhadap hasil survei sangatlah berbeda
Di kota-kota besar seperti Surabaya perhatian masyarakat terhadap hasil-hasil
survei politik terasa jauh lebih terlihat. Hal ini dikarenakan Surabaya yang
menjadi salah satu kota metropolitan, yang masyarakatnya sangat mudah
memperoleh informasi mengenai hasil-hasil survei yang dipublikasikan melalui
berbagai media cetak maupun elektronik. Selain itu, masyarakatnya yang rata-rata
mempunyai latar pendidikan yang tinggi juga lebih kritis dalam menentukan
pilihan politik yang pada akhirnya masyarakat Surabaya tidak langsung menerima
saja hasil survei mengenai elektabilitas Capres-Cawapres melainkan juga
mengkritisinya yang salah satu caranya diawali dari persepsi mereka pada hasil
survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres. Lebih lanjut, pada hasil rekapitulasi
suara Pilpres 2014 tingkat Kota Surabaya akhirnya disahkan perolehan suara
dengan presentase masing-masing calon adalah 35,85 persen untuk pasangan
5
(8)
5
nomor urut 1 (Prabowo-Hatta) dan 64,1 persen untuk pasangan nomor urut 2
(Jokowi-JK).6
Dari pemaparan diatas, terdapat beberapa hal yang menarik untuk diteliti
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemilih yang belum menentukan pilihan politiknya saat menjelang Pemilu
Presiden 2014 sangat rentan sekali terhadap berbagai pengaruh dalam hal
menentukan pilihannya. Pengaruh tersebut salah satunya bisa datang dari
hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres yang maju dalam ajang
Pemilu Presiden 2014. Hal ini dimungkinkan karena hasil survei dapat
diartikan sebagai pembentukan opini publik terhadap pasangan
Capres-Cawapres.
2. Surabaya sebagai salah satu kota besar atau metropolitan di Indonesia
tentunya membuat warganya mudah dalam mendapatkan informasi mengenai
hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden
2014. Hal ini akan membantu masyarakat untuk lebih mengetahui tentang
para calon-calon yang akan dipilih nantinya. Sehingga hal tersebut akan
membuat masyarakat lebih kritis dan selektif dalam menentukan pilihannya
nanti.
3. Hasil perhitungan lembaga survei yang dirilis oleh LSI & Poltracking tentang
elektabilitas Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden 2014 menyatakan
bahwa Jokowi-JK unggul dibandingkan dengan pasangan Prabowo-Hatta. Hal
ini memiliki kesamaan dengan hasil Pemilu Presiden 2014 yang dimenangkan
6
http://surabayanews.co.id/2014/07/17/3164/hasil-rekapitulasi-akhir-pilpres-2014-di-surabaya.html, (Sabtu, 23 Agustus 2014, 20.45)
(9)
6
oleh Jokowi-JK. Hal ini semakin memperkuat asumsi bahwa hasil lembaga
survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres berpengaruh terhadap perilaku
pemilih. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membuktikan asumsi
tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden-Calon Wakil Presiden Terhadap Perilaku Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu Presiden 2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka, untuk lebih memfokuskan
kajian masalah pada penelitian ini. Peneliti, menyajikan rumusan masalah dalam
beberapa pertanyaan sebagai berikuit:
1. Bagaimana persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Pemilu Presiden 2014?
2. Bagaimana perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden
2014?
3. Seberapa besar pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang
elektabilitas Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden terhadap perilaku
(10)
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas. Maka, tujuan penelitian yang
hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Pemilu Presiden 2014.
2. Mendeskripsikan perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu
Presiden 2014.
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei
tentang elektabilitas Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden terhadap
perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014.
D. Manfaat penelitian
Berhubungan dengan tujuan penelitian diatas, maka peneliti paparkan
beberapa manfaat dari peneilitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis, penelitian ini termasuk dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan yang khususnya tentang politik. Secara akademis, penelitian ini
diharapkan juga mampu memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya
dan khususnya kepada Prodi Filsafat Politik Islam.
2. Manfaat Praktis
Pada segi praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan landasan
(11)
8
berbagai lembaga survei politik. Selanjutnya, penelitian ini juga bisa dijadikan
pertimbangan oleh berbagai lembaga survei dalam mengeluarkan hasil-hasil
survei politiknya.
Selain itu, bagi pengamat politik atau ahli politik. Penelitian ini diharapkan
bisa digunakan sebagai bahan analisa dan wacana kedepan mengenai pengaruh
persepsi masyarakat pada hasil survei politik terhadap perilaku memilih
masyarakat pada setiap Pemilu, baik ditingkat daerah maupun nasional.
E. Batasan Masalah
Peneliti perlu untuk memberikan batasan penelitian tentang Pengaruh
Persepsi Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden dan
Calon Wakil Presiden Terhadap Perilaku Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam
Pemilu Presiden 2014, sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat yang menjadi orientasi pada penelitian ini adalah
mengenai hasil survei tentang elektabilitas kedua pasangan Calon Presiden
dan Calon Wakil Presiden yang sudah ditetapkan KPU untuk mengikuti
Pemilu Presiden 2014, yakni Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
2. Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang menjadi fokus pada penelitian
ini adalah pasangan Capres-Cawapres yang sudah ditetapkan untuk maju
dalam Pemilu Presiden 2014, yakni Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
3. Lembaga survei yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Lingkaran Survei
(12)
9
F. Variabel Penelitian Dan indikator
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yakni variabel independen/bebas (X)
dan variabel dependen/terikat (Y).7 Variable X membahas mengenai persepsi
masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Calon Presiden dan Calon
Wakil Presiden sedangkan variable Y membahas tentang perilaku pemilih
masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014. Adapun indikator dari masing-
masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Variabel Dan Indikator Variabel
VARIABEL X
(Persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden)
VARIABEL Y
(Perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014)
1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden 2014. 2. Pengertian atau
pemahaman pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden 2014. . 3. Penilaian atau evaluasi
pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden 2014.
1. Jenis perilaku pemilih
- Kritis (bergantung pada kinerja partai atau kandidat).
- Rasional (memiliki orientasi tinggi pada “policy problem solving” dan berorientasi rendah untuk faktor ideology. - Tradisional (kedekatan
sosial-budaya, nilai asal usul paham, dan agama) - Skeptis (kurang
mempedulikan program kerja)
2. Teori opini publik.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), 11.
(13)
10
Dua variabel yang sebagaimana diklasifikasikan seperti di atas memiliki asumsi
bahwa ada pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas
calon presiden-calon wakil presiden terhadap perilaku pemilih masyarakat
Surabaya pada Pemlihan Presiden 2014. Asumsi tersebut berawal dari seseorang
dalam mempersepsikan suatu hal butuh melalui beberapa tahapan terlebih dahulu,
yakni penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu, pengertian atau
pemahaman, serta penilaian atau evaluasi. Dalam hal ini, persepsi yang
dimaksudkan tentunya mengenai persepsi pada hasil survei tentang elektabilitas
Capres-Cawapres pada Pemilu Presiden 2014. Lebih lanjut, dari persepsi tersebut
akan mempengaruhi perilaku pemilih yang nantinya bisa digolongkan menjadi
empat jenis perilaku, yakni pemilih rasional, kritis, tradisional, dan skeptis.
G. Definisi Operasional
Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(benda atau orang) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang.8
Persepsi Masyarakat : Proses dimana individu-individu yang
saling berinteraksi untuk menafsirkan
kesan indra mereka terhadap hal-hal yang
menarik dari lingkungannya.9
8
http://kbbi.web.id/pengaruh, (Sabtu, 30 Agustus 2014, 23.00) 9
Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Demokrasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 57.
(14)
11
Hasil Survei : Hasil penghitungan melalui kegiatan
penelitian yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek (populasi) yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu
kepastian informasi dengan menggunakan
angket sebagai alat pengumpul data yang
pokok dalam jangka waktu tertentu.10
Elektabilitas Calon Presiden
dan Calon Wakil Presiden : Elektabilitas merupakan kata yang berasal
dari kosa kata Bahasa Inggris
“Electability” yang mempunyai arti
tingkat keterpilihan. Dalam hal ini, tingkat
keterpilihan yang menjadi sorotan dalam
penelitian ini adalah kedua pasangan
Capres-Cawapres dalam Pilpres 2014,
yakni Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
Perilaku Pemilih : Akivitas pemberian suara oleh individu
yang bekaitan erat dengan kegiatan
pengambilan keputusan untuk memilih
atau tidak.11 Adapun yang dimaksud
10
http://kbbi.web.id/hasil, (Senin, 26 Januari 2015, 07.20). 11
Ramlan Surbakti, Partai, Pemilu dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 170.
(15)
12
dengan perilaku memilih disini adalah
aktivitas pemberian suara oleh masyarakat
Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014.
Perilaku memilih sendiri terbagi menjadi
empat jenis, yakni pemilih rasional,
pemilih skeptis, pemilih tradisional, dan
pemilih kritis.
Masyarakat Surabaya : Masyarakat Surabaya yang berdomisili di
Surabaya dan terdaftar sebagai Daftar
Pemilih Tetap (DPT) untuk mengikuti
Pemilu Presiden 2014.
Pemilu Presiden 2014 : Pemilu Presiden adalah Pemilihan Umum
secara langsung guna memilih Presiden
dan Wakil Presiden dalam masa bakti 5
tahun. Dalam undang-Undang No. 42
Tahun 2008 Pasal 9 diatur mengenai
pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden harus diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik
peserta pemilu yang memnuhi persyaratan
(16)
13
jumlah kursi DPR.12 Dalam Pemilu
Presiden 2014 terdapat dua pasangan
Capres dan Cawapres, yakni
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
Jadi, berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan Pengaruh Persepsi
Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Capres-Cawapres Terhadap
Perilaku Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu Presiden 2014 adalah
keterkaitan atau pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei mengenai
elektabilitas Capres dan Cawapres yang maju dalam pelaksanaan Pemilu Presiden
2014 (Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK) terhadap perilaku pemilih masyarakat
Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014.
H. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah,
Variabel dan Indikator Variabel, Definisi Operasional, dan Sistematika
Pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan membahas mengenai
Teori Persepsi Masyarakat, Pengertian Hasil Survei, Teori Perilaku Pemilih, Teori
Opini Publik, Penelitian Terdahulu, Kerangka Konseptual, dan Hipotesis.
12
(17)
14
BAB III : METODE PENELITIAN. Pada BAB ini terdiri dari Pendekatan
dan Jenis Penelitian, Obyek Penelitian (Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel),
Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder), Metode Pengumpulan Data
(Observasi, Angket, dan Dokumentasi, serta Teknik Analisis Data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN. Pada BAB ini akan membahas mengenai
Deskripsi Lokasi Penelitian, Karakteristik Responden, dan Analisis Data dan
Pengujian Hipotesis.
BAB V : PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada
BAB ini nantinya akan menganalisis tentang Persepsi Masyarakat Pada Hasil
Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014, Perilaku
Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu Presiden 2014, dan Pengaruh
Persepsi Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden dan
Wakil Presiden Terhadap Perilaku Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu
Presiden 2014.
BAB VI : PENUTUP. Pada BAB ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
(18)
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi MasyarakatPersepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Pada saat menafsirkan pesan informasi inderawi tidak hanya melibatkan
sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori.1 Di sisi lain, dalam
proses persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:2
1. Seleksi adalah penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas
dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan sehingga mempunyai arti bagi
seseorang.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi.
Selanjutnya, ada tiga tahapan yang mempengaruhi persepsi yang kesemua
tahapan tersebut bersifat kontinu satu dengan lainnya. Tahapan tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut:3
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 51. 2
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Persepsi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003), 54.
3
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi umum, (Yogyakarta: Andi, CV. Andi Offset, 2003), 54-55.
(19)
16
1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.
Rangsang atau objek dalam hal ini diserap atau diterima oleh berbagai panca
indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan
oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau
kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal atau jamak, tergantung
objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran
atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas atau
tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya rangsangan,
normalitas alat indera dan waktu yang baru saja atau sudah lama.
2. Pengertian atau pemahaman.
Proses yang telah menjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam
otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi),
dibandingkan, diinterpretasikan, sehingga terbentuk pengertian atau
pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat
unik dan cepat. Penegertian yang terbentuk tergantung juga pada
gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).
3. Penilaian atau evaluasi.
Apabila sudah mengerti dan memahami, terjadilah penilaian dari individu.
Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh
tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif.
Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu
(20)
17
Selanjutnya, apabila berbicara mengenai persepsi masyarakat terdapat banyak
pengertiannya, dianataranya adalah:
1. Persepsi masyarakat merupakan sebagai proses dimana individu-individu
menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna kepada tindakan
mereka.4
2. Persepsi masyarakat adalah tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari
kumpulan individu-individu yang saling bergaul dan berinteraksi.5
Dari dua pengertian persepsi masyarakat di atas, dapat disimpulkan bahwa
persepsi masyarakat adalah proses dimana individu-individu yang saling
berinteraksi untuk menafsirkan kesan indra mereka terhadap hal-hal yang menarik
dari lingkungannya.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini yang membahas mengenai pengaruh
persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres
terhadap perilaku pemilih dalam Pemilu Presiden 2014 dapat dimaknai bahwa
dengan pandangan atau tanggapan masyarakat dalam menanggapi hasil survei
tentang elektabilitas Capres-Cawapres yang nantinya akan membentuk persepsi
dari setiap individu. Persepsi tersebut kemudian akan mempengaruhi perilaku
memilih mereka dalam Pemilu Presiden 2014. Persepsi tersebut, dibangun atas
tiga indikator, yakni penyerapan, pengertian, dan evaluasi terdapap hasil survei
4
Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Demokrasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 57.
5
Moh. Yuditrinurcahyo, Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Umum Tata Ruang Kota Kendal, (Tesis: Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Program PascaSarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2005), 28.
(21)
18
yang khususnya tentang elektabilitas Capres-Cawapres dalam Pemilu Presiden
2014.
B. Hasil Survei
Selama ini tidak ada yang menyebutkan secara langsung mengenai definisi
hasil lembaga survei. Oleh karena itu, penulis akan mengklasifikasikannya
menjadi 2 bagian, yakni pengertian hasil dan survei. Hasil menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh adanya
suatu usaha.6 Survei adalah kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek (populasi) yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kepastian
informasi dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data yang poko
dalam jangka waktu tertentu.7
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil survei mempunyai pengertian
penghitungan melalui kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek (populasi) yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kepastian informasi
dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data yang pokok dalam
jangka waktu tertentu. Adapun kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penghitungan mengenai elektabilitas Capres dan Cawapres pada Pemilu
Presiden 2014.
6
http://kbbi.web.id/hasil, (Senin, 26 Januari 2015, 07.20). 7
(22)
19
C. Perilaku Pemilih
Perilaku memilih/pemilih terdiri dari dua kosa kata, yakni perilaku dan
pemilih. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), perilaku mempunyai
pengertian tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan lingkungan sosial,
dengan demikian, perilaku tidak mungkin ada jika tidak ada rangsangan dari
lingkungan sosial yang hal tersebut merupakan sebuah naluri kehidupan manusia.8
Selanjutnya menurut Second dan Becman dalam Azwar, perilaku didefinisikan
sebagai keturunan tertentu dalam hal afeksi (perasaan), kognisi (pemikiran), dan
predisposing tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan
sekitar.9 Jadi, perasaan seseorang disebabkan oleh rangsangan dari lingkungan
sekitar, pemikiran juga sering dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang dilahirkan
oleh berbagai sensitifitas ucapan seseorang, sehingga tindakan juga demikian
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Selanjutnya, setelah mengetahui arti perilaku, akan dibahas mengenai
pengertian dari pemilih. Pemilih secara etimologi berasal dari kata milih yang
berarti mempertimbangkan sesuatu yang disesuikan dengan kebutuhannya. Oleh
karena itu, kalau dikorelasikan terhadap Konstituen maka pemilih harus
melakukan selektifitas terhadap para kandidatnya. Menurut Joko J. Prihatmoko
berkenaan dengan pemilih merupakan semua pihak yang menjadi tujuan utama
para kandidat untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan
8
http://kbbi.web.id/perilaku, (Senin, 26 Januari 2015, 07.44) 9
Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), 5.
(23)
20
kemudian memberikan suaranya terhadap para kontestan.10 Kontestan dapat
berupa konstituen, karena konstituen merupakan kelompok masyarakat yang
merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu kemudian termanifestasi dalam
bentuk institusi politik yang berupa partai politik.
Di sisi lain, dalam Undang-Undang No. 10 tahun 2008 menguraikan tentang
pemilih, pemilih diartikan sebagai warga negara Indonesia yang telah berumur 17
Tahun, atau sudah pernah kawin.11 Pada peraturan Komisi Pemilihan Umum
(KPU), No. 35 tahun 2008 tentang pemungutan dan perhitungan suara, untuk
dapat menggunakan hak pilihnya harus mendaftar diri ke TPS yang baru, paling
lambat 3 hari sebelum pemungutan suara. Jadi kalau dalam UU yang menguraikan
tentang pemilih merupakan kualifikasi umur tentang siapa saja yang berhak
menjadi pemilih atau tidak, namun dalam peraturan KPU bukan mengenai
kualifikasi melainkan berkenaan dengan prosedur-prosedur yang haru dilewati
oleh konstituen berkenaan dengan hak untuk menentukan pemilihannya.
Menurut Ramlan Surbakti, Perilaku memilih/pemilih mempunyai pengertian
keikutsertaan dalam pemilihan umum, serangkaian membuat keputusan, dan
serangkaian membuat keputusan merupakan bagian dari pada perilaku memilih.12
Adapun maksud dari deskripsi Ramlan Surbakti diatas mengindikasikan terhadap
adanya upaya mengaktualisasikan keputusan bersama, baik dalam kaitannya
dengan pemerintahan dan juga dengan masyarakat selaku aktor dalam
10
Joko J. Prihatmoko, Pilkada Secara Langsung, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 46 11
Undang-Undang No 10 Tahun 2008 tentang Pemilih. 12
Ramlan Surbakti, Partai, Pemilu dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 170.
(24)
21
mempengaruhi pemerintahan yang mempunyai fungsi mengaktualisasikan
kebijakan, sehingga dalam sistem demokrasi, masyarakat yang ikut berperan aktif
dalam pengikutsertaan terhadap pemilihan umum dapat dikategorikan sebagai
perilaku memilih/pemilih.
Di sisi lain, dalam perilaku memilih juga terdapat tipologi untuk mengetehui
alasan perilaku memilih seseorang terhadap perilaku politiknya. Adapun tipologi
perilaku memilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu :13
1) Pendekatan Sosiologis
Pendekatan Sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial
dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang.
2) Pendekatan Psikologis
Pendekatan Psikologis menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi
terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku
memilih.Variabel- variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku
memilih kalau ada proses sosialisasi.
3) Pendekatan Rasional
Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku pemilih oleh
ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi.Mereka melihat
adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih (politik).
13
Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku Memilih 1955- 2004, (Bandung: Pustaka Eureka, 2006), 137- 144.
(25)
22
Selain itu, dalam perilaku memilih juga dapat dibedakan berdasarkan jenis
pemilih, yakni:14
1. Pemilih Rasional
Jenis pemilih rasional memiliik orientasi tinggi pada pada “policy problem
solving”, dan berorinetasi rendah untuk faktor ideology. Selain itu, pemilih
dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon
kontestan dalam program kerjanya. Program kerja tersebut dapat dilihat
dalam dua hal, yakni kinerja di masa lampau dan tawaran program untuk
menyelesaikan permasalahan nasional yang ada. Di sisi lain, pemilih rasional
memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan faktor ideologi kepada
suatu partai politik atau kandidat tertentu. Hal yang terpenting dalam
menentukan pilihannya pada pemilih rational adalah apa yang bisa dilakukan
oleh partai atau kandidat, daripada paham atau nilai partai dan kandidat
tertentu.
2. Pemilih Kritis
Pemilih kritis merupakan jenis pemilih yang memadukan antara tingginya
orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam
menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan
hal-hal yang bersifat ideologis. Proses untuk menjadi jenis pemilih ini, bisa
terjadi melalui dua mekanisme. Petama, jenis pemilih ini menjadikan nilai
ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik atau
kandidat mana yang mereka pihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi
14
Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman Dan Realitas, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), 87.
(26)
23
kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi
sebaliknya, yakni pemilih akan tertarik dulu dengan program kerja yang
ditawarkan sebuah partai atau kontestan yang kemudian mencoba memahami
nilai-nilai dan paham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan..
dalam menentukan pilihan politiknya bergantung pada kinerja partai atau
kandidat.
3. Pemilih Tradisional
Pemilih tradisional memiliki orientasi ideology yang tinggi dan tidak terlalu
melihat hasil kebijakan yang telah dibuat oleh partai atau kandidat dalam
menentukan pilihan politiknya. Pemilih tradisional sangat mengutamakan
kedekatan sosial-budaya, nilai asal-usul, paham, dan agama dalam
menentukan pilihan politiknya. Selain itu, pemilih jenis ini lebih
mengutamakan figure dan kepribadian pemimpin, mitos dan nilai historis
sebuah partai politik atau seorang kandidat.
4. Pemilih Skeptis
Pemilih skeptis adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi ideology cukup
tinggi dengan sebuah partai politik atau kandidat tertentu. Di sisi lain, mereka juga kurang mempedulikan program kerja atau “platform” dan kebijakan partai politik.
Disisi lain, dalam memilih pilihan politiknya seorang pemilih tentunya
mempunyai berbagai pertimbangan. Adapun berbagai pertimbangan tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut:15
15
(27)
24
1. Kondisi awal pemilih
Kondisi awal ini dapat diartikan sebagai karakteristik yang melekat pada diri
si pemilih. Setiap individu tentunya mewarisi dan memiliki sistem nilai serta
kepercayaan yang berbeda satu sama lain. Di samping itu, masing-masing
individu mewarisi dan memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal inilah tentunya sangat mempengaruhi proses dalam diri
masing-masing individu saat hendak menentukan pilihan politiknya. Pada kondisi
awal ini yang menentukan sikap pemilih adalah faktor sosial budaya pemilih,
nilai tradisional pemilih, level pendidikan & ekonomi pemilih, dll.
2. Media massa
Kemampuan media massa untuk mendistribusikan informasi merupakan
kekuatan untuk pembentukan opini publik. Opini publik sendiri sangat
ditentukan oleh seberapa besar informasi yang diberikan kepada masyarakat.
Ketika semua pemberitaan media massa tentang suatu partai politik bersifat
positif, masyarakat cenderung melihat keberadaan partai politik tersebut
sebagai sesuatu yang positif juga. Akan tetapi, apabila ketika media massa
memberitakan keburukan partai politik atau kandidat, masyarakat juga
cenderung menilainya negatif.
3. Partai Politik atau Kontestan
Atribut kontestan seperti reputasi, image, citra, latar belakang, ideologi, dan
kualitas para politikusnya akan sangat mempengaruhi penilaian masyarakat
atas partai bersangkutan. Masyarakat seringkali mencampuradukkan kualitas
(28)
25
paling mudah dinilai oleh masyarakat memang setiap aktivitas dan perilaku
yang diperbuat para politikusnya. Kualitas orasi, program kerja, kepedulian,
sikap yang ditunjukkan oleh politikus seringkali menjadi barometer untuk
mengukur kualitas partai politik.
Ketiga faktor diatas akan mempengaruhi pertimbangan pemilih dalam
menentukan pilihan politiknya. Cara memengaruhinya akan sangat tergantung
pada kadar masing-masing faktor. Saat media massa sangat berperan dalam
pembentukan opini publik dalam suatu masyarakat, maka faktor media massa
sangat mempengaruhi cara bertindak masyarakat. Sedangkan ketika faktor
keluarga yang lebih kuat dan masing-masing individu hidup didalamnya,
pendidikan dalam keluarga sangat menentukan pilihan-pilihan politiknya.
Sementara itu, terdapat banyak kasus dimana sistem politik dan kualitas
pendidikan dalam masyarakat tinggi, sehingga mereka tidak begitu saja percaya
dengan pemberitaan yang dihasilkan oleh media massa.
D. Opini Publik
Salah satu dari unsur komunikasi politik adalah adanya opini publik. Akan
tetapi, sebelum mengetahui opini publik selayaknya lebih dahulu mengetahui
pengertian dari opini. Ada beberapa pendapat tentang pengertian dari opini
diantaranya, yakni:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan opini sebagai pendapat,
pikiran, atau pendirian.16
16
(29)
26
2. Definisi opini pada Wikipedia adalah pendapat, ide atau pikiran untuk
menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan
ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan
pemastian atau pengujian dan dapat pula merupakan sebuah pernyataan
tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau
kesalahannya serta tidak langsung ditentukan.17
3. Dan Nimmo mengartikan opini sebagai tindakan mengungkapkan apa yang
dipercayai, dinilai, dan diharapkan seseorang dari objek-objek dan situasi
tertentu.18 Selain itu pada buku yang lainnya, Dan Nimmo juga mengartikan
bahwa opini adalah aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun
melalui interpretasi personal yang diturunkan dari dan turut membentuk
citra.19
Ketiga pengertian opini tersebut selanjutnya dapat disimpulkan bahwa opini
mempunyai pengertian suatu pendapat atau ungkapan yang diharapkan seseorang
dengan dilandasi dari situasi tertentu dan pendapat tersebut belum mempunyai
sifat benar atau salah.
Definisi opini yang sudah diketahui, maka kita juga harus mengetahui arti
tentang definisi opini publik. Hal ini dirasa perlu karena di dalam dunia
komunikasi politik, opini publik merupakan salah satu unsur yang tidak mungkin
terlepas dari konsekuensi adanya sistem demokrasi. Tetapi, sebelum mengetahui
17
http://wikipedia.org, (Jumat, 19 Desember 2014, 20.09) 18
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media (Bandung: Rosda Karya, 2004), 12.
19
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek (Bandung: Remadja Karya W, 1989), 12.
(30)
27
arti dari opini publik sebaiknya kita lebih dahulu mengetahui tentang ruang
publik. Ruang publik adalah sebuah agora yang didalamnya perang simbol secara
terus menerus, dalam rangka memperebutkan penerimaan publik atas
gagasan-gagasan ideologis yang diperjuangkan.20
Selanjutnya pengertian dari opini publik itu sendiri adalah kumpulan
pendapat orang mengenai hal ihwal yang mempengaruhi atau menarik minat
komunitas, cara singkat untuk melukiskan kepercayaan atau keyakinan yang
berlaku di masyarakat tertentu bahwa hukum-hukum tertentu bermanfaat, suatu
gejala dari proses kelompok, dan opini pribadi orang-orang yang oleh pemerintah
dianggap bijaksana untuk diindahkan.21 Pada opini publik dapat dilihat prosesnya
melalui pengamatan seperti yang akan dijelaskan pada dibawah ini:
1. Peninjauan dan pengamatan suatu proses dalam opini publik
Sebagaimana arti opini publik diatas bahwa opini publik bisa digambarkan
sebagai proses menggabungkan pikiran, perasaan, dan usul yang diungkapkan
oleh warga negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pemerintah. Seperti suatu proses maka opini publik bisa berkembang dan
berubah untuk itu kita harus memperhatikan berbagai hal, diantaranya adalah:22
20
Yasraf Amir Piliang, Transpolitika: Dinamika Politik di Dalam Era Virtualitas ( Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 27.
21
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media (Bandung: Rosda Karya, 2004), Hlm. 10.
22
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek (Bandung: Remadja Karya W, 2006), Hlm. 3
(31)
28
1.a. Kecenderungan Kegiatan Opini
Pokok dasar pikiran tentang komunikasi politik adalah bagaimana seseorang
bertindak terhadap objek berdasarkan makna objek itu sendiri. Kecenderungan ini
diperhitungkan ke dalam perilaku jika memasuki situasi baru.kecenderungan ini
bukan mengatur untuk bertindak dengan cara tertentu dalam situasi yang baru.
Kecenderungan tidak menentukan lebih dulu perilaku, akan tetapi kecederungan
adalah kecenderungan dari kegiatan. Kecenderungan mengalami perubahan ketika
orang orang menyusun makna dalam dunia subjektif dan berperilaku sesuai
makna itu sendiri.
Miller, Glanter, dan Pribam menguraikan hubungan antara kecenderungan
dan kegiatan dengan cara memahami bagian peran yang dimainkan oleh
kecenderungan dalam kegiatan mengungkapkan kepercayaan, nilai, dan
pengharapan personal23. Kegiatan adalah karesteristik intrinsik setiap oeganisme
termasuk manusia. Kegiatan terdiri dari tiga tahap pokok yaitu citra, rencana dan
operasi. Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang relevan
dengan situasi dan dengan tindakan bisa terjadi didalamnya. Dalam citra tercakup
seluruh pengetahuan seseorang (kognisi) baik benar ataupun keliru, semua
preferensi (afeksi) yang melekat pada tahap tertentu peristiwa menarik dan
menolak orang tersebut dalam situsi tersebut dan semua pengharapan.
Ringkasnya, citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan, dan
kesudian. Citra selalu berubah dengan berubahnya pengalaman. Sedangkan
rencana disajikan dalam citra dan terdiri atas perintah yang diberikan seseorang
23
(32)
29
dengan melakukan sesuatu. Aspek utama rencana adalah bahwa ia membawa
perintah tidak hanya tentang apa yang harus dilakukan akan tetapi juga tentang
kibat melakukan sesuatu, dengan rencana seseorang memandingkan apa yang
dimaksud dan apa yang benar-benar tercapai. Operasi adalah apa yang dilakukan
seseorang. Sebagai tahap kegiatan kecenderungan dan tindakan saling
membentuk: citra, recana dan operasi bersama-sama mempengaruhi satu sama
lain.
1.b. Citra personal tentang politik
Pikiran, perasaan, dan kesudian subjektif yang menyusun citra orang tentang
politik memiliki tiga manfaat yaitu pertama meskipun benar atau keliru, lengkap
atau tidak lengkap pengetahuan orang tentang politik, hal ini memberi jalan
kepadanya untuk memahami peristiwa politik tertentu. Kedua kesukaan atau
ketidaksukaan umum pada citra seseorang tentang politik menyajikan dasar untuk
menilai objek politik. Ketiga citra diri seseorang mmberikan cara menghubungkan
dirinya dengan orang lain. Dengan demikian citra membantu dalam pemahaman,
penilaian, dan identifikasi dengan peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin
politik. Citra membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif
tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya, tentang preferensi
politik, dan tentang penggabungan dengan orang lain.
Setelah masuk ke dalam politik, citra personal membantu menggantikan
(33)
30
langsung memenuhi kebutuhan manusia atau sekurang-kurangnya menghasilkan
kesan bahwa kebutuhan terpenuhi.
1.c. Interpretasi personal tentang politik.
Interpretasi menghubungkan citra personal dengan opini pribadi. Dengan
interpretasi individu memperhitungkan segala sesuatu, menyusunnya, dan
menanggapi yang paling menonjol. Riset menunjukkan sejumlah hal yang secara
rutin diperhitungkan orang didalam merumuskan opini politik pribadi mereka dan
mengumumkannya yaitu:
1. Keadaan internal yaitu mengacu kepada cirri kepribadian, kecenderungan,
sikap, emosi, keinginan, kebutuhan, suasana, motivasi, kebiasaan dan factor
yang bersifat psikologis dan fisiologis
2. Karasteristik demografi yaitu mengacu kepada usia, jenis kelamin, etnik,
tempat tinggal, kelas social (pendapatan, pendidikan dan pekerjaan).
3. Karakteristik social yaitu mencakup kelompok tempat orang itu menjadi
anggota (keluarg, kawan, rekan kerja, gereja, teman sebaya dan sebagainya)
4. Pertimbangan resmi atau formal yaitu mengacu kepada lembaga
pemerintahan, hokum, peraturan, pengaturan dan lain-lain.
5. Preferensi partisan
6. Komunikasi
7. Objek politik
(34)
31
9. Pilihan yaitu mencakup semua opini yang ada yang dapat di ungkapkan orang
(mendukung, menentang).
1.d. Implikasi untuk memikirkan opini publik
Opini publik adalah gejala bersegi banyak yang saling mempengaruhi antara
proses personal, proses social, dan proses politik dan diwujudkan dalam bentuk
media massa, kelompok, dan rakyat. Pada tingkat personal implikasi pertama
karakterisasi adalah bahwa pergeseran dalam opini publik sekurang-kurangnya
sebagian diturunkan dari perubahan dalam citra rakyat tentang lingkungan sosial
mereka. Menurut Katz dan Laazarsfeld dalam William D Coplin, yang
memainkan peran dalam pembentukan iklim opini adalah arus komunikasi dua
arah.24 Mereka menunjukkan bahwa pembentukan sikap masyarakat tidak hanya
dihasilkan melalui komunikasi informasi dengan menggunakan media massa.
Akan tetapi ada beberapa implikasi sosial yang inheren dalam pandangan opini
publik yaitu peran yang dimainkan oleh media massa dalam proses opini bahwa
media membantu menciptkan opini publik tidak semata-mata mengatakan kepada
rakyat apa yang harus dipikirkan oleh mereka akan tetapi, tentang apa yang
dilakukan.
24
William D Coplin, Pengantar Politik Internasional, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), 89.
(35)
32
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pengaruh Persepsi Masyarakat
Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Capres-Cawapres Terhadap Perilaku
Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu Presiden 2014 tidak ditemukan.
Oleh karena itu, peneliti mengambil penelitian terdahulu tentang perilaku pemilih
masyarakat. Terdapat beberapa hasil penelitian tentang perilaku pemilih
masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarji yang berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Partai Politik Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Legislatif 2009 Di Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban”.25
Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini terdiri dari tiga poin, pertama, persepsi masyarakat di
kecamatan Bancar dalam memahami partai politik yang maju dalam pemilu
legislatif 2009 adalah positif, yaitu dengan melihat partai politik yang sudah
berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Kedua, masyarakat di
kecamatan Bancar memilih kandidat yang mementingkan kepentingan rakyat.
Ketiga, hasil dari perhitungan statistik diperoleh nilai uji korelasi yaitu 0.668 yang artinya terdapat pengaruh yang sedang atau cukup antara persepsi
masyarakat pada partai politik terhadap perilaku pemilih dalam pemilu
legislatif 2009 di kecamatan Bancar kabupaten Tuban. Selanjutnya digunakan
uji determinasi yang diperoleh nilai 0.446, artinya pengaruh persepsi
masyarakat pada partai politik terhadap perilaku pemilih dalam pemilu
25
Sudarji, Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Partai Politik Terhadap Perilaku
Pemilih Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban, (Skripsi: Prodi Politik Islam, Fakultas Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel Surabaya), 2013.
(36)
33
legislatif 2009 di kecamatan Bancar kabupaten Tuban sebesar 44,6% dan
55,4% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Yusuf yang berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Caleg Terhadap Perilaku Memilih Dalam
Pemilihan Legislatif 2014 Di Sidoarjo”.26 Hasil penelitian ini menunjukkan,
pertama, persepsi masyarakat pada caleg yang ada di Sidoarjo kurang baik, hal itu dapat dilihat dari hasil angket yang disebar oleh peneliti ditemukan
sebanyak 59% responden setuju bahwa caleg tidak melaksanakan program
kerjanya jika sudah terpilih menjadi anggota legislative, dan 35% responden
tidak setuju dengan pendapat itu. Kedua, perilaku memilih masyarakat di
Kabupaten Sidoarjo dalam pileg adalah tradisionalis, sebanyak 52%
responden tidak setuju bahwa program kerja yang menguntungkan dapat
membuat caleg terpilih, disusul dengan 38% responden setuju, dan 10%
menyatakan sangat setuju. Ketiga, pengaruh yang terjadi antara persepsi
masyarakat pada caleg dengan perilaku memilih dalam pileg 2014 memiliki pengaruh yang “Cukup Kuat” terhadap perilaku memilih dalam pileg 2014 di Sidoarjo sebesar 0,454. Dengan kata lain, 45% perilaku memilh dipengaruhi
oleh persepsi masyarakat pada caleg dan 55% dipengaruhi oleh faktor lain.
26
Ahmad Yusuf, Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Calon Legislatif Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Legislatif 2014 Di Sidoarjo, (Skripsi: Filsafat Politik Islam, Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya), 2013.
(37)
34
F. Kerangka Berpikir
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.27 Adapun jenis hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu :28
1. Ho (H nol), yaitu hipotesa yang menyatakan ketiadaan hubungan antara
variabel yang sedang dioperasionalkan.
2. H1 (H satu) atau disebut Hipotesa alternative (Ha), yaitu hipotesa yang
menyatakan keberadaan hubungan diantara variabel yang sedang
dioperasionalkan.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), 64.
28
Ibid,. 160.
Hasil Survei Tentang Elektabilitas Capres-Cawapres Dalam Pemilu
Presiden 2014.
Perilaku Pemilih
1. Pemilih
Rasional
2. Pemilih Kritis
3. Pemilih
Tradisional
4. Pemilih
Skeptis Persepsi Masyarakat
(38)
35
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ho: Tidak Ada Pengaruh Positif yang Signifikan Antara Persepsi Masyarakat
Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden dan Calon Wakil
Presiden Terhadap Perilaku Pemilih Masyarakat Surabaya Dalam Pemilu
Presiden 2014.
2. H1: Ada Pengaruh Persepsi Positif yang Signifikan Antara Persepsi
Masyarakat Pada Hasil Survei Tentang Elektabilitas Calon Presiden dan
Calon Wakil Presiden Terhadap Perilaku Pemilih Masyarakat Surabaya
(39)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan maupun kegunaan tertentu. Dalam hal ini, cara ilmiah
mempunyai maksud bahwa kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yakni rasional, empiris, dan sistematis. Rasional adalah kegiatan
penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis mempunyai arti proses yang digunakan dalam penelitian tersebut
menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.1
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa unsur
metode guna mendapatkan data-data yang relevan yang nantinya dapat digunakan
untuk menganalisa atau menjawab beberapa permasalahan pada penelitian ini.
Adapun unsur-unsur metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan dan
jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, serta analisis data yang nantinya akan dijelaskan secara rinci
dibagian selanjutnya.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), 2.
(40)
37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Pendekatan penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu dan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.2
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional,
yakni suatu alat statistika yang dapat digunakan untuk menerangkan hasil
pengukuran dua variabel yang berbeda dan berfungsi agar dapat menentukan
tingkat hubungan antara dua variabel tersebut.3
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi mempunyai pengertian sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian bisa ditarik menjadi
kesimpulan. Jadi, yang dimaksud populasi bukan hanya orang saja, melainkan
juga obyek dan benda-benda alam yang lain.4
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat Surabaya yang
terdaftar atau masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu Presiden
2
Ibid,. 14. 3
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 215.
4
(41)
38
2014. Berdasarkan dari data KPU menyebutkan jumlah pemilih atau Daftar
Pemilih Tetap (DPT) di daerah Surabaya sebesar 2.017.450 pemilih.5 Jumlah
pemilih tersebut terbagi menjadi 5 Daerah Pemilihan (Dapil) yang kemudian di
dalam Dapil tersebut terdiri dari 31 Kecamatan, dengan rincian sebagai berikut:6
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Berdasarkan DAPIL
DAPIL KECAMATAN
DAFTAR PEMILIH TETAP
TOTAL LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 TEGALSARI GENTENG GUBENG SIMOKERTO BUBUTAN KREMBANGAN 38.145 22.165 48.584 33.491 36.942 40.695 39.564 23.233 51.886 34.906 38.199 42.343 77.709 45.398 100.470 68.397 75.141 83.038
JUMLAH DAPIL 1 450.153
2 TAMBAKSARI PABEAN-CANTIKAN SEMAMPIR KENJERAN 77.025 30.265 62.598 46.748 79.602 30.754 64.011 47.163 156.627 61.019 126.609 93.911
JUMLAH DAPIL 2 438.166
3 WONOCOLO RUNGKUT SUKOLILO TENGGILIS-MEJOYO 26.846 34.705 37.115 19.191 27.820 35.929 38.479 19.972 54.666 70.634 75.594 39.163 5
KPU Kota Surabaya 6
(42)
39 GUNUNG-ANYAR MULYOREJO BULAK 17.353 29.246 12.624 18.018 30.604 13.232 35.371 59.850 25.856
JUMLAH DAPIL 3 361.134
4 WONOKROMO SAWAHAN GAYUNGAN JAMBANGAN SUKOMA-NUNGGAL 56.633 72.082 14.394 15.833 34.450 60.502 75.095 15.198 16.199 35.393 117.135 147.177 29.592 32.032 69.843
JUMLAH DAPIL 4 395.779
5 KARANG-PILANG TANDES LAKARSANTRI BENOWO WIYUNG DUKUHPAKIS ASEMROWO PAKAL SAMBIKEREP 24.051 29.014 18.173 18.390 22.097 21.181 15.045 15.753 19.663 25.303 30.499 18.790 18.682 22.990 22.163 14.419 15.883 20.122 49.354 59.513 36.963 37.072 45.087 43.344 29.464 31.636 39.785
JUMLAH DAPIL 5 372.218
JUMLAH SELURUH
DAPIL 990.497 1.026.953 2.017.450
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini
berjumlah 2.017.450. Jumlah populasi tersebut terbagi menjadi 5 Daerah
Pemilihan (Dapil) dengan jumlah masing-masing per-Dapil adalah Dapil 1
(450.153), Dapil 2 (438.166), Dapil 3 (361.134), Dapil 4 (395.779), dan Dapil 5
(43)
40
2. Sampel
Sampel mempunyai pengertian sebagai bagian atau wakil dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel sendiri digunakan untuk
menggeneralisasikan atau membuat kesimpulan penelitian yang berlaku bagi
populasi.7 Di sisi lain, alasan peneliti menggunakan sampel dikarenakan adanya
keterbatasan dana, tenaga, maupun waktu yang digunakan untuk penelitian.8
Dalam penelitian ini, sebagaimana yang diketahui jumlah populasi pada
penelitian ini berjumlah 2.017.450. Jumlah tersebut, kemudian diambil menjadi
sampel dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin, yakni:9
n = N
1+ N.e2
n = 2.017.450 = 99,99 menjadi 100 responden
1+ 2.017.450 (10%)2
Dimana :
n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini, besar e
ditetapkan 10%.
7
Arikunto, Prosedur Penelitian, 175.
8
Sugiyono, Metode Penelitian, 81.
9
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 78.
(44)
41
Berdasarkan hasil penghitungan rumus sampel diatas, dapat diketahui bahwa
sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Selanjutnya, dalam
pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel daerah (Area
Sampling). Teknik ini digunakan peneliti dikarenakan sampel yang akan diteliti atau sumber data berada pada daerah yang luas, yakni mencakup seluruh
kecamatan di Kota Surabaya. Dalam pengambilan sampel tersebut, peneliti
membaginya menjadi 2 tahap, yakni:
Pertama, menentukan sampel di tiap DAPIL dengan menggunakan rumus prosentase P = F/N x n
Dimana:
P = Jumlah Responden / Sampel Per Dapil
F = Frekuensi
N = Populasi
n = Jumlah Sampel
Adapun hasil penentuan sampel di masing-masing Dapil di Surabaya dapat dilihat
(45)
42
Tabel 3.2
Penentuan Sampel Tiap DAPIL
DAPIL KECAMATAN JUMLAH
PEMILIH
PENGAMBILAN
SAMPEL RESPONDEN
1
TEGALSARI GENTENG
GUBENG SIMOKERTO
BUBUTAN KREMBANGAN
450.153 450.153:2.017.450X100 22,313 (22)
2
TAMBAKSARI PABEAN CANTIKAN SEMAMPIR KENJERAN
438.166 438.166:2.017.450X100 21,718 (22)
3
WONOCOLO RUNGKUT SUKOLILO TENGGILIS MEJOYO GUNUNG ANYAR MULYOREJO
BULAK
361.134 361.134:2.017.450X100 17,9 (18)
4
WONOKROMO SAWAHAN GAYUNGAN JAMBANGAN
SUKOMA-NUNGGAL
395.779 395.779:2.017.450X100 19,617 (20)
5
(46)
43
TANDES LAKARSANTRI
BENOWO WIYUNG DUKUHPAKIS
ASEMROWO PAKAL SAMBIKEREP
JUMLAH SAMPEL 100
Berdasarkan hasil penghitungan rumus penentuan sampel diatas, dapat
diketahui bahwa sampel di tiap dapil mempunyai jumlah responden yang
berbeda-beda, yakni DAPIL 1 sebanyak 22 responden, DAPIL 2 sebesar 22 responden,
DAPIL 3 sebanyak 18 responden, DAPIL 4 sebesar 20 responden, dan DAPIL 5
sebanyak 18 responden.
Kedua, pada tahap selanjutnya dilakukan penentuan responden pada setiap kecamatan dengan tetap menggunakan rumus prosentase P = F/N x n. Adapun
hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.3
Penentuan Responden Tiap Kecamatan
DAPIL KECAMATAN JUMLAH PEMILIH RESPONDEN
1
TEGALSARI 77.709 4
GENTENG 45.398 2
GUBENG 100.470 5
SIMOKERTO 68.397 3
BUBUTAN 75.141 4
(47)
44
JUMLAH RESPONDEN 22
2
TAMBAKSARI 156.627 8
PABEAN CANTIKAN 61.019 3
SEMAMPIR 126.609 6
KENJERAN 93.911 5
JUMLAH RESPONDEN 22
3
WONOCOLO 54.666 3
RUNGKUT 70.634 3
SUKOLILO 75.594 4
TENGGILIS MEJOYO 39.163 2
GUNUNG ANYAR 35.371 2
MULYOREJO 59.850 3
BULAK 25.856 1
JUMLAH RESPONDEN 18
4
WONOKROMO 117.135 6
SAWAHAN 147.177 7
GAYUNGAN 29.592 1
JAMBANGAN 32.032 2
SUKOMANUNGGAL 69.843 4
JUMLAH RESPONDEN 20
5
LAKARSANTRI 36.963 2
KARANGPILANG 49.354 2
TANDES 59.513 3
BENOWO 37.072 2
WIYUNG 45.087 2
DUKUHPAKIS 43.344 2
ASEMROWO 29.464 1
PAKAL 31.636 2
SAMBIKEREP 39.785 2
(48)
45
C. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data
Berangkat dari judul penelitian ini. Maka, dalam penelitian ini jenis data
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data Kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur atau dinilai
dengan angka secara langsung. Adapun yang termasuk dalam data
kualitatif dalam penelitian ini, seperti konsep atau teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini, seperti teori persepsi masyarakat,
teori perilaku pemilih maupun teori opini publik.
2. Data kuantitif adalah data yang bisa dilambangkan dengan angka.
Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif dalam penelitian
ini, seperti nilai hasil angket yang telah diisi oleh responden,
jumlah DPT, maupun jumlah responden di tiap kecamatan
maupun dapil.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dari responden penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data secara langsung sebagai
sumber informasi yang dicari. Adapun yang termasuk dalam data
primer ini adalah hasil angket yang diperoleh dari responden.
2. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
(49)
46
orang lain atau dokumen. Sehingga sumber data ini bersifat
penunjang dan melengkapi data primer. Adapun data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini, seperti literatur atau buku,
jumlah DPT atau hasil rekapitulasi perhitungan suara Pilpres di
Surabaya yang didapatkan dari KPU Surabaya, dan data-data
yang berkaitan dengan hasil survei yang berasal dari internet dan
jurnal.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode observasi, angket, dan dokumentasi. Adapun pengertian dan tujuan
dari ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila
dibandingkan dengan teknik lain, seperti wawancara dan kuesioner. Hal ini
dikarenakan dalam observasi dilakukan proses-proses pengamatan guna
penelitian yang khususnya berkaitan dengan perilaku manusia.10
Alasan penulis menggunakan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
nyata perilaku masyarakat Surabaya mengenai pengaruh persepsi masyarakat
pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres terhadap perilaku
pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014. Observasi
diperoleh langsung dari pengamatan penulis terhadap perilaku memilih
masyarakat Surabaya. 10
(50)
47
2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab.11 Penggunaan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei
tentang elektabilitas Capres-Cawapres terhadap perilaku pemilih masyarakat
Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014, dengan cara memberikan daftar
pernyataan tertulis kepada responden lalu diisi oleh responden dan pada
akhirnya hasil angket tersebut dikuantitatifkan berupa angka. Hasil angket
didapatkan dari responden yang dalam hal ini menjadi sampel penelitian serta
masyarakat Surabaya yang terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menelusuri data historis. Penggunaan dokumentasi pada penelitian ini untuk
memperoleh kevalidan data dan mengukur kelayakan data untuk mengetahui
pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas
Capres-Cawapres terhadap perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu
Presiden 2014. Hal-hal yang berkaitan dengan dokumentasi adalah seperti,
profil Kota Surabaya, Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Surabaya, maupun
literature yang semuanya didapatkan dari berbagai sumber mulai dari internet,
jurnal, skripsi, maupun berbagai literatur yang menunjang.
11
(51)
48
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.12 Penggunaan analisis data dengan
statistik deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan
kedua, yakni Bagaimana persepsi masyarakat pada hasil survei tentang
elektabilitas Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden serta Bagaimana
perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014.
2. Statistik inferensial mempunyai pengertian sebagai teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi.13 Penggunaan statistik inferensial digunakan untuk menjawab
rumusan masalah yang ketiga, yakni seberapa besar pengaruh persepsi
masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Calon Presiden dan Calon
Wakil Presiden terhadap perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu
Presiden 2014. Lebih lanjut, penggunaan statistik inferensial akan digunakan
melalui tahapan awal, yakni dengan pengumpulan data atau angket untuk
menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan dan
menjumlahkan skor tersebut sesuai item pertanyaan. Dalam menentukan skor
digunakan cara sebagai berikut: 12
Sugiyono, Metode Penelitian, 147. 13
(52)
49
1. Pilihan Jawaban A diberi skor 4
2. Pilihan Jawaban B diberi skor 3
3. Pilihan Jawaban C diberi skor 2
4. Pilihan Jawaban D diberi skor 1
Selanjutnya, data yang diperoleh dari angket dianalisis melalui beberapa
tahapan, yakni: Mengelompokkan data sesuai variabelnya, Membuat tabulasi data,
dan selanjutnya diolah dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 16,0.
Metode yang digunakan untuk menjawab seberapa besar pengaruh persepsi
masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Calon Presiden dan Calon
Wakil Presiden terhadap perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu
Presiden 2014, peneliti menggunakan Teknik Analisa Regresi Linier Sederhana.
Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel apabila data dua variabel berbentuk interval dan ratio, dan
sumber data dari dua variabel tersebut sama.14 Hasil output SPSS dari analisis
teknik regresi linier sederhana nantinya meliputi, Descriptive Statistic,
Correlation, Coefficients, dan Model Summary.
Descriptive Statistic digunakan untuk melihat nilai rata-rata atau mean dari
setiap variabel X dan variabel Y. Correlation digunakan untuk melihat seberapa
jauh tingkat hubungan diantara variabel X terhadap variabel Y yang kemudian
dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi, seperti yang
dibawah ini:
14
Abdul Muhid, Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows, (Surabaya: Zifatama Publishing, 2012), 117.
(53)
50
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0.599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199
Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat
Rendah Sangat Rendah
Coefficients digunakan untuk menguji signifikansi hubungan maupun menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Model Summary digunakan untuk melihat berapa
persen tingkat pengaruh antara variabel X tentang persepsi masyarakat pada hasil
survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres terhadap variabel Y mengenai
(54)
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian1. Letak Geografis Kota Surabaya1
Kota Surabaya yang juga disebut sebagai kota “Pahlawan” merupakan
Ibukota dari Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya terletak antara 7 derajat 9 menit
– 7 derajat 21 menit Lintang Selatan (LS) dan 112 derajat 36 menit – 112 derajat
54 menit Bujur Timur (BT). Kota Surabaya sendiri termasuk daerah kawasan
dengan dataran rendah, yakni 3-6 meter diatas permukaan air laut kecuali dibagian
selatan yang terdapat dua bukit landai yang berada di daerah Lidah dan Gayungan
dengan ketinggian 25-50 meter diatas permukaan air laut. Luas Surabaya
mencapai 33.306,30 Ha yang terdiri dari 31 kecamatan dan 160 desa atau
kelurahan. Batas wilayah Kota Surabaya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah TImur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
2. Demografis Kota Surabaya
Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Di Surabaya,
terdapat beragam etnis ada, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa.
1
(55)
52
Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan,
Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk
pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian
besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Ciri
khas masyarakat asli Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya bicaranya yang sangat
terbuka tampak seperti bertemperamen kasar, akan tetapi sesungguhnya
masyarakat Surabaya sangat demokratis, toleran dan senang menolong orang lain.
Jumlah penduduk yang mencapai sekitar 3,110,187 orang di Tahun 2012,
Kota Surabaya berkembang sebagai Kota Metropolitan. Posisi strategis Kota
Surabaya sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat membuatnya selalu
dinamis. Kota Surabaya yang menjadi pusat aktivitas di daerah Timur,
menjadikan primadona bagi orang dari berbagai daerah. Jumlah penduduk jelas
akan semakin meningkat seiring pesona Kota Surabaya yang menjanjikan segala
macam kemudahan. Maka tantangan besar berikutnya ialah menyiapkan
kehidupan yang layak. Kota Surabaya haruslah tetap menjadi rumah yang aman
dan nyaman bagi penghuninya.
B. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan
berdasarkan berbagai macam karakteristik, seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan, penghasilan tiap bulan, maupun pilihan Capres – Cawapres
saat Pemilu Presiden 2014. Lebih jelasnya dari berbagai karakteristik responden
(56)
53
Gambar 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan diagram lingkaran di atas, dapat diketahui bahwa jumlah
responden yang menjadi dalam penelitian ini bila diklasifikasikan berdasarkan
jenis kelamin terdiri dari 51 (51%) responden berjenis kelamin perempuan dan 49
(49%) pria.
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pria
49% Perempuan
51%
Jenis Kelamin
<20 Tahun 3%
20-29 Tahun 31%
30-39 Tahun 24% 40-49 Tahun
22%
>50 Tahun 20%
(1)
111
pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres terhadap variabel Y mengenai perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014. Adapun hasil yang ditunjukkan bahwa hasil R Square adalah 0,085, angka tersebut diperoleh dari hasil pengkuadratan dari harga koefisien korelasi, yakni 0,029 x 0,029 = 0,085. R Squere bisa disebut juga dengan koefisien determinasi yang mempunyai arti 8,5% variabel perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 dipengaruhi oleh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres, sedangkan sisanya 91,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Disisi lain, kenyataan bahwa persepsi yang baik pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres tetapi tidak terlalu signifikan mempengaruhi perilaku pemilih dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya dan salah satu faktornya adalah figur dan kepribadian kandidat. Sebagaimana diketahui, ada tiga faktor mendasar yang mempengaruhi pertimbangan pemilih saat menentukan pilihan politiknya, yakni kondisi awal pemilih, media massa, dan partai politik atau kontestan. Dalam hal ini, faktor kontestan dikatakan mempengaruhi karena atribut kontestan seperti reputasi, image, citra, latar belakang, ideologi, dan kualitas para politikusnya akan sangat mempengaruhi penilaian masyarakat atas kandidat atau partai yang bersangkutan.11 Pengaruh pada faktor kontestan ini juga dapat dilihat pada salah data dari angket dibawah ini:
11
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
Gambar 5.11
Hasil Angket Mengenai Pengaruh Figur & Kepribadian Capres-Cawapres Terhadap Perilaku Pemilih
Pada tabel diagram lingkaran diatas yang didapatkan dari pertanyaan angket nomer 6 pada bagian perilaku pemilih yang membahas mengenai pengaruh figur dan kepribadian Capres-Cawapres terhadap perilaku pemilih dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dipengaruhi oleh figur & kepribadian dari Capres-Cawapres. Hal ini bisa dibuktikan dengan sebanyak 63 (63%) responden menganggap bahwa perilaku memilihnya dipengaruhi oleh figur dan kepribadian Capres-Cawapres, bahkan 14 (14%) responden menyatakan Sangat Mempengaruhi. Selanjutnya, sebanyak 23 (23%) responden menyatakan Tidak Mempengaruhi. Jadi, berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor figur dan kepribadian dari Capres-Cawapres dapat mempengaruhi perilaku memilih responden yang dalam hal ini adalah masyarakat Surabaya.
Sangat Mempengaruhi
14%
Mempengaruhi 63% Tidak Mempengaruhi
23%
Figur & Kepribadian Capres-Cawapres
Mempengaruhi Perilaku Pemilih
(3)
113
113
BAB VI
PENUTUP
A. KesimpulanPemaparan yang telah disajikan mulai pembahasan pertama hingga akhir, bertujuan untuk menjawab ketiga rumusan masalah yang telah dikemukakan pada awal pembahasan. Adapun jawaban dari ketiga rumusan masalah serta sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat Surabaya, mempunyai persepsi yang baik pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil angket yang menunjukkan 63 (63%) responden menyatakan percaya pada hasil survei yang khususnya mengenai elektabilitas Capres – Cawapres dalam Pemilu Presiden 2014 sedangkan yang menyatakan tidak percaya hanya 37 (37%) responden.
2. Perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 didominasi oleh jenis pemilih yang kritis. Hal ini bisa dibuktikan dengan jumlah responden yang termasuk pada pemilih kritis berjumlah 46 (46%) responden, rasional sebanyak 28 (28%), tradisional 16 (16%), dan skeptis hanya 10 (10%) responden.
3. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa pengaruh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres terhadap perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 mempunyai tingkat pengaruh yang
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
114
“Rendah” yaitu sebesar 0,291. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,085 yang artinya bahwa 8,5% variabel perilaku pemilih masyarakat Surabaya dalam Pemilu Presiden 2014 dipengaruhi oleh persepsi masyarakat pada hasil survei tentang elektabilitas Capres-Cawapres dan sisanya 91,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta
Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955- 2004. Bandung: Pustaka Eureka.
Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers
Coplin, William D. 2008. Pengantar Politik Internasional. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Firmanzah. 2010. Persaingan, Legitimasi, Kekuasaan, Dan Marketing Politik, Pembelajaran Politik Pemilu 2009. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Firmanzah. 2012. Marketing Politik Antara Pemahaman Dan Realitas. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Muhid, Abdul. 2012. Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows. Surabaya: Zifatama Publishing.
Nimmo, Dan. 1989. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remadja Karya W
Nimmo, Dan. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Rosda Karya
Piliang, Yasraf Amir. 2006. Transpolitika: Dinamika Politik di Dalam Era Virtualitas. Yogyakarta: Jalasutra
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Surbakti, Ramlan. 1997. Partai, Pemilu dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Umar, Husein. 1996. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:
(6)
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial: Persepsi Sosial. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sumber Internet:
http://data.kpu.go.id/ss8.php http://wikipedia.org
http://kbbi.web.id
http://surabayanews.co.id/2014/07/17/3164/hasil-rekapitulasi-akhir-pilpres-2014-di-surabaya.html
http://surabaya.bisnis.com/read/20140619/94/72381/jokowi-menang-di-7-lembaga-survei-prabowo-2-ini-data-terbarunya