Persepsi Mahasiswa Atas Terpaan Isu Politik Terhadap Citra Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2014 (Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung Angkatan 2013)

(1)

ABSTRAK

Persepsi Mahasiswa Atas Terpaan Isu Politik Terhadap Citra Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2014

(Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung Angkatan 2013)

Oleh Aprika Rahayu

Pemilihan presiden tahun 2014 menyajikan pertarungan politik dengan tensi tinggi. Banyak isu negatif yang menerpa masing-masing kandidat. Fenomena ini mempengaruhi persepsi masyarakat khususnya mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fisip Universitas Lampung atas terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres pada Pemilu 2014 dan besar pengaruh terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres. Penelitian ini menggunakan teori Konsistensi Kognitif-Afektif. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti ada pengaruh signifikan antara terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres. Nilai korelasi pengaruh terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres sebesar 0,596 yang berada pada rentang pengaruh sedang, sedangkan besar pengaruhnya adalah 35%.


(2)

ABSTRACT

Student's Perception on Political Issue Towards The Image of Presidential and Vice Presidential Candidate on 2014 Election.

(A Study at Social Politics Faculty in Lampung University Batch 2013)

By Aprika Rahayu

The presidential election of 2014 presented an intense political race. There are many negative issue attacked each candidate. The phenomenon influenced the perceptions of the society especially college students. This research had the purpose to know the perceptions of Social politics Faculty student of Lampung University on political issue towards the image of presidential and vice presidential candidate on 2014 election and how much the influence of issue towards the image of presidential and vice presidential candidate. This research used the theory of cognitive-affective consistency. The method that used in this research is quantitative. The result of this research rejected Ho and accepted Hi that meant The influence of political issue towards the image of presidential and vice presidential candidate. Correlation value of this research is 0,596 which is has medium level of influence, whereas the number of its influence is 35 %.


(3)

(Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung Angkatan 2013)

Oleh

APRIKA RAHAYU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Nama lengkap penulis Aprika Rahayu. Lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 10 April 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Andi Waspodo dan Ibu Syamsidar AR.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Handayani Kota Bandar Lampung, Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5 (PERSIT) Kota Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 25 Kota Bandar Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.

Prestasi yang pernah diraih oleh penulis antara lain sebagai PASKIBRAKA tingkat Provinsi Lampung tahun 2010 sebagai pembawa baki penurunan (sore). Penulis juga pernah meraih Juara 1 Muli Lampung Barat dan Puteri Pariwisata Lampung Barat dalam ajang Pemilihan Muli-Mekhanai Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2012.


(8)

Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi melalui Jalur UMPTN (Ujian Mandiri Perguruan Tinggi Negeri) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) sebagai pengabdian ke masyarakat pada Januari 2014 di Desa Srimulyo, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, kemudian pada Juni 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang Kota Bandar Lampung selama 60 hari kerja.Dan pada April 2015. Penulis mengikuti Diklat untuk pelatih dan pembina PASKIBRAKA mewakili Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Lampung yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dan telah dikukuhkan sebagai Pelatih sekaligus Pembina PASKIBRAKA. Penulis telah dilantik sebagai pengurus Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Lampung sebagai Wakil Sekretaris Umum periode 2015-2019.


(9)

Dengan hati yang tulus kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang yang kukasihi serta mengasihiku :

Allah SWT,

Atas kehendak-Nya semua ini ada Atas anugerah-Nya semua ini aku dapatkan Atas kekuatan dari-Nya aku bisa bertahan.

Ayahanda Andi Waspodo dan Ibunda Syamsidar Tersayang Karya ini sebagai tanda bakti dan kewajibanku sebagai seorang anak,

terima kasih atas doa, kasih sayang, pengorbanan, kesabaran dan keikhlasan dalam mendidik aku selama ini.

Ini hanyalah setitik balasan yang tidak bisa dibandingkan dengan berjuta-juta pengorbanan dan kasih sayang

yang tidak pernah berakhir. Mama dan Papa adalah sumber kekuatan dan anugerah terbesar yang Allah berikan kepadaku.

Kakak-kakak ku, keluarga besar, dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungannya.

Serta Almamaterku tercinta, yang telah memberikanku banyak pengalaman hidup ketika aku belajar dan berproses di bawah naungan

Jurusan Ilmu Komunikasi Semoga berguna dikemudian hari.


(10)

Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.

(QS Al-Ankabut 29:6)

Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya kebodohan kelak.

Dulu adalah mimpi, kemarin adalah perjuangan, hari ini adalah proses, esok adalah kesuksesan. Aamiin.


(11)

Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Atas Terpaan Isu Politik Terhadap Citra Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2014 (Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung Angkatan 2013).Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat teselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan rasa hormat dan ucapan terimaksih kepada:


(12)

cahaya kebenaran sejati yang disampaikan kepada kami.

2. Kepada Ibunda tersayang Mama Syamsidar AR., wanita hebat yang selalu berdoa untuk kesuksesan anak-anaknya, yang tidak pernah menyerah menghadapi cobaan, yang selalu mengajarkan anak anaknya untuk madiri, tegar dan tegas dalam menghadapai masalah hidup, yang mengajarkan sikap disiplin untuk mencapai target target dalam hidup, yang mengajarkan tentang keberanian dan kejujuran. Terimakasih atas segalanya ma, semoga anakmu ini bisa menjadi penjamin kebahagiaan mama dunia akhirat, sehat terus ya ma supaya kita bisa menikmati kesuksesan bersama-sama. Kepada ayahandaku tercinta Papa Andi Waspodo, terimakasih pah, sudah mendidik saya dengan cukup keras, itu semua membuat saya lebih kuat dan lebih bertanggungjawab. Sehat terus ya pa, supaya papa bisa liat anak-anaknya sukses dan menikmati jerih payah papa selama ini yang sudah rela bantingtulang untuk menghidupi keluarga. Terima kasih ya Allah karena telah memberikan kedua orang tua yang sangat luar biasa dalam hidupku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat kusayangi. Aamiin

3. Kepada Kedua Kakakku tersayang, Andra Adwi Styoso dan Ulta Tri Ardiyani, kakak-kakak yang selalu memberikanku kasih sayang, dukungan apapun yang adiknya tempuh dan ikuti, maafkan atas segala kekhilafan adikmu yang kadang mengajak berdebat, si bungsu yang selalu manja, dan


(13)

berkeluh-kesah, yang juga sudah membantu mama untuk merawat, mendidik dan menjagaku dari kecil ketika mama bertugas, terima kasih banyak cicik. Untuk kakak sepupuku yang juga seperti kakak kandungku sendiri Gustien Anjayani (Ayuk) dan kak Yayan Ardiansyah. Terima kasih ayuk selalu mendengarkan curahan hati adiknya ini, yang juga tulus menyayangi, menjaga ketika adiknya ini sakit, dan kak yayan yang memberikan ispirasi dan motivasi untuk adiknya ini mengerjakan skripsi. Untuk kakak iparku Anggraini Dinnata (Anggi) yang kebetulan juga sebagai dosen, sehingga aku bisa berkonsultasi ketika mengalami kesulitan, yang ikut memberikan petunjuk dan arahannya. Terimakasih mba. Serta untuk ponakan-ponakan Chika tersayang Raziq Albar Styoso (Al), Keisya Putri Arumdalu (Kekei), dan Ramia Adzana Putri (mia), yang selalu menghibur dikala tantenya ini sedih, jenuh, dan kelelahan mengerjakan sripsi. Ketika melihat kelucuan kalian, Chika sangat terhibur dan menjadi semangat lagi.

4. Teruntuk Ridho Aulia Husein, S.H. terimakasi atas segala kebaikan, kasih sayang, dukungannya, yang selalu setia mendampingi dan menemani. Yang membantu pula dalam pemikiran dan ide pembuatan skripsi ini. Dan untuk Ibuku Hj. Sumanti Husein, S.Pd, M.Pd. yang ikut memberikan dukungan dan semangatnya untukku.

5. Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(14)

7. Ibu Bangun Suharti, S. Sos., M. IP. selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran dan juga memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingan yang berharga, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih banyak bu.

8. Bapak Toni Wijaya, S. Sos., MA. selaku Dosen Pembahas dan Penguji Utama saya yang juga telah membantu memberikan masukan dan motivasi untuk saya agar bisa maksimal dalam pengerjaan skripsi ini. Terimakasih banyak pak.

9. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang memberikan petunjuk dan arahan untuk saya.

10. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung terutama pada Jurusan Ilmu Komunikasi antara lain; Pak Sarwoko, Pak Firman, Pak Andi Chorry, Pak Rudi, Pak Cahyono, Pak Agung, Pak Riza, Ibu Nanda, Ibu Hestin, Ibu Wulan, Ibu Andi Windah, Ibu Dhanik, Ibu Tina, Ibu Ida dan Ibu Ana yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis kelak dalam menghadapi dunia kerja.

11. Terimakasi kepada seluruh Mahasiswa FISIP Unila Angkatan 2013 yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

12. Terimakasih untuk sahabat SMP yang mau selalu direpotkan, yang setia membantu, dan menjadi teman baik dari dulu hingga sekarang. Terima kasih Anggun Octaviani.


(15)

dan saling mengingatkan satu sama lain, Meta Dian Sesha, Inka Mayang Marindra, dan Hilda Ardila. Semoga selamanya kita tetap menjadi sahabat 14. Sahabat lainnya, Rizka Oktaria Utami, Mifta Rizki Mardika dan Prita

Puspitasari terimakasih karena kalian juga memberikan dukungan dan saling mengingatkan, membantu ketika saya mengalami kesulitan, semoga kita akan sukses semua.

15. Terimakasih untuk Issa Juliana yang dengan sabar, dan berbaik hati membantu saya mengolah data skripsi, mengajari saya hingga akhirnya saya bisa mengerjakan dan menggunakan aplikasi spss. Tanpa issa mungkin akan lebih lama saya menyelesaikan skripsi ini.

16. Terimaksih juga atas doa dan dukungan temen temen komsebelas : Jaya, Arya, Novian, Yessy, Aulia (Uti), Ruri, Adel, Shela, Tere, Ambar, Arta, Imel, Sigit, Fadhila, Ayu, Mayang, Ade, Hesti, Ida, Said, Fikri, Fajriati, Fajri, Lidya, Alif, Hamdana, Amy, Rizal, Boby, Vio, Herdiani, Sade, Imam, Calvin, Aji, Bowo, Venta, Zee, Okta, Fitri, Imam, metal, dan semuanya yang mungkin lupa penulis tulis dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

17. Terimakasih untuk kakak kelas SMA yang seperti kakak angkat bagi saya, Prastomo Dwi Novian (Kak Pras), yang juga selalu saya repotkan, yang mau membantu saya ketika saya kesulitan, yang dengan sabar mendengarkan curhatan saya tentang apapun, percintaan, skripsi, cerita pengkhianatan, dan selalu memberikan nasehat-nasehatnya.


(16)

yang mengapresiasi saya, untuk semua pihak yang memberikan perhatian dalam bentuk apapun saya ucapkan terimakasih karena bagi saya pengalaman adalah sekolah termahal yang tidak bisa dibeli. Semoga Allah S.W.T membalas seluruh ketulusan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

BandarLampung, Mei 2015

Penulis,


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan... 8

D. Kegunaan ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Tinjauan Persepsi ... 13

C. Tinjauan Tentang Mahasiswa... 21

D. Tinjauan Tentang Komunikasi Politik ... 25

E. Tinjauan Tentang Citra... 27

F. Tinjauan Tentang Capres dan Cawapres ... 29

G. Tinjauan Tentang Isu ... 33

H. Tinjauan Tentang Kampanye Hitam ... 35

I. Kajian Teori... 43

J. Kerangka Pikir... 44

III. METODE PENELITIAN ... 48

A. Tipe Penelitian... 48

B. Variabel Penelitian ... 48

C. Definisi Konseptual ... 49

D. Definisi Operasional ... 52

E. Sumber Data ... 54

F. Populasi dan Sampel ... 55

G. Teknik Pengumpulan Data ... 58

H. Teknik Pengolahan Data ... 59


(18)

IV. GAMBARAN UMUM ... 66

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 66

4.1 Sejarah Fisip Universitas Lampung ... 66

4.2 Visi, Misi dan Tujuan ... 70

4.3 Lembaga Kemahasiswaan ... 73

4.4 Organisasi Kemahasiswaan ... 74

4.4.1 Di Tingkat Universitas ... 74

4.4.2 Di Tingkat Fakultas (FISIP) ... 75

B. Gambaran Media Massa Selama Pemilu 2015 ... 76

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Hasil Penelitian ... 80

1. Karakteristik Responden ... 80

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 83

3. Terpaan Isu Politik ... 86

4. Citra Capres dan Cawapres ... 103

5. Analisis Data Berdasarkan Variabel ... 106

6. Uji Regresi Linier Sederhana ... 112

7. Uji Hipotesis ... 113

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(19)

Halaman

Tabel 3.1 ... 52

Tabel 3.2 ... 56

Tabel 3.3 ... 58

Tabel 5.1 ... 80

Tabel 5.2 ... 84

Tabel 5.3 ... 85

Tabel 5.4 ... 86

Tabel 5.5 ... 86

Tabel 5.6 ... 87

Tabel 5.7 ... 88

Tabel 5.8 ... 88

Tabel 5.9 ... 89

Tabel 5.10 ... 89

Tabel 5.11 ... 90

Tabel 5.12 ... 90

Tabel 5.13 ... 91

Tabel 5.14 ... 92

Tabel 5.15 ... 92

Tabel 5.16 ... 93

Tabel 5.17 ... 94

Tabel 5.18 ... 94

Tabel 5.19 ... 95

Tabel 5.20 ... 96

Tabel 5.21 ... 96


(20)

Tabel 5.25 ... 99

Tabel 5.26 ... 100

Tabel 5.27 ... 100

Tabel 5.28 ... 101

Tabel 5.29 ... 101

Tabel 5.30 ... 102

Tabel 5.31 ... 103

Tabel 5.32 ... 103

Tabel 5.33 ... 104

Tabel 5.34 ... 104

Tabel 5.35 ... 105

Tabel 5.36 ... 105

Tabel 5.37 ... 106

Tabel 5.38 ... 107

Tabel 5.39 ... 109

Tabel 5.40 ... 111


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Variabel kunci yang mempengaruhi perilaku ... 18 2. Bagan kerangka pikir ... 47


(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Ada hal yang berbeda pada pelaksanaan pilpres tahun 2014, dimana kita semua tahu bahwa pilpres kali ini hanya diikuti oleh dua kubu koalisi partai politik, alhasil hanya dua calon presiden dan calon wakil presiden yang menjadi peserta pilpres kali ini. Gabungan enam partai politik peserta pemilu 2014 yang menamakan kubu koalisinya Koalisi Merah Putih (KMP) yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahter (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB) mencalonkan pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Muhammad Hatta Rajasa yang dikemudian hari mendapat nomor urut 1 hasil undian Komisi Pemilihan Umum.

Di kubu lain dengan PDI Perjuangan selaku pemenang pemilu legislatif 2014 menjadi porosnya mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang kemudian hari terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Ke-7 Republik Indonesia. Koalisi ini dinamakan Koalisi Indonesia Hebat yang antara lain terdiri dari Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). (sumber : http://www.kpu.go.id)


(23)

Pemilihan presiden tahun 2014 menyajikan pertarungan politik dengan tensi tinggi, karena hanya diikuti oleh dua paket pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, sehingga membelah masyarakat kedua kubu politik, baik dari tingkat elit hingga akar rumput. Dampak pertarungan politik yang menciptakan perbedaan kemudian dimanfaatkan oleh media massa baik cetak maupun elektronik sebagai topik berita utama. Media massa yang seharusnya menjadi sarana masyarakat dalam hal pencerdasan politik yang sifatnya konstruktif dan juga mempunyai kewajiban dalam mengantarkan Pemilu 2014 tidak sekedar ajang seremonial tetapi juga substansial sebagai pelaksanaan hak-hak politik warga Negara, pada prakteknya justru terbelah pula. Alhasil karena media massa memiliki peranan yang sangat vital dalam hal pembentukan isu di masyarakat mengakibatkan masyarakatpun gagal mendapatkan informasi yang akurat, sehingga persepsi nya lebih banyak dipengaruhi oleh media massa yang belum tentu menyajikan fakta mengenai pasangan capres dan cawapres. (sumber : Bengkuluexpress.com).

Menjelang Pilpres 2014 tim pemenangan para calon kandidat semakin gencar menjalankan strategi-strategi politik yang dapat menguntungkan. Strategi tersebut antara lain seperti permainan agitasi dan propaganda, pemanfaatan isu politik, perang urat syaraf, kampanye hitam, humor politik, dan sebagainya. Isu politik yang sering kali kita dengar menjelang pemilu pilpres 2014 adalah isu yang menimpa pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta. Prabowo Subianto selalu dikaitkan dengan isu HAM dimana Prabowo terlibat kasus penculikan dan kerusuhan tahun 1998 (viva.co.id), Prabowo juga diisukan pernah meminta kewarganegaraan Yordania pada tahun 1999


(24)

(merdeka.com) dan Prabowo memukul seseorang saat pendaftaran bakal capres ke KPU pada 20 Mei lalu (baranews.co). Pencalonan Prabowo Subianto juga sering dikaitkan dengan kekosongan posisi Ibu Negara mengingat Prabowo yang memang berstatus duda (pemilu.okezone.com).

Kemudian Muhammad Hatta Rajasa yang juga diterpa berbagai isu, antara lain adanya diskriminasi dalam hal penegakan hukum, mengingat puteranya Rasyid Amarullah Rajasa yang pernah menjadi terdakwa dalam kasus kecelakaan lalu lintas di Tol Jagorawi pada 1 Januari 2013 lalu. Kecelakaan tersebut mengakibatkan dua orang korban tewas. Rasyid hanya divonis pidana penjara lima bulan atau denda uang sebesar dua belas juta rupiah dengan masa percobaan hukuman selama enam bulan (m.liputan6.com, megapolitan.kompas.com). Ada juga isu yang dikaitkan dengan statusnya sebagai besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, banyak yang menyebut apabila Hatta Rajasa terpilih hanyalah merupakan alat SBY untuk menutupi berbagai kasus yang terjadi selama era pemerintahannya agar tidak terungkap. (politik.kompasiana.com)

Selanjutnya, isu yang menimpa pasangan nomor urut 2 Jokowi-JK, yakni soal agama yang dipeluk Jokowi. Akibat isu SARA yang beredar itu, sampai-sampai ada yang meragukan ke-Islaman Jokowi. Ada juga isu yang menyebut bahwa Jokowi adalah keturunan China (Tionghoa) dan beragama Kristen (nasional.kompas.com). Jokowi juga diisukan merupakan keturunan dari kader Partai Komunis Indonesia (PKI) (www.republika.co.id). Pendapat-pendapat lain mengatakan bahwa Jokowi adalah boneka Megawati, yang


(25)

dikhawatirkan hanya dimanfaatkan oleh Megawati karena popularitasnya yang memang tinggi dan Jokowi juga dipandang tidak tegas yang dikhawatirkan apabila terpilih, kebijakan yang diambil merupakan pesanan dari partai, mengingat Megawati merupakan Ketum PDIP (merdeka.com). Kampanye hitam lainnya yang mengarah kepada pasangan ini juga diunggah ke situs Youtube. Situs tersebut adalah rekaman video yang berisi testimoni Jusuf Kalla terkait pencapresan Jokowi. JK mengatakan hancur negeri ini jika Jokowi jadi Presiden (pemilu.okezone.com). Ada juga isu yang mengarah pada kondisi fisik Jusuf Kalla mengingat sudah menginjak umur 72 tahun masih memiliki ambisi untuk maju sebagai cawapres bahkan hingga melawan keputusan partai, dalam hal ini JK dicitrakan sebagai seseorang yang haus jabatan dan membawa banyak kepentingan (pemilu.okezone.com).

Kajian fenomena komunikasi politik terkait hal tersebut semakin menarik untuk dibahas, terlebih fenomena adanya isu-isu pilpres yang menerpa masing-masing capres dan cawapres pada pemilu 2014 ini akan sangat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan. Oleh karena banyaknya isu-isu negatif yang menerpa masing-masing capres dan cawapres, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari terpaan isu politik terhadap capres dan cawapres pada Pemilu 2014, terutama pada pemilih-pemilih pemula yang baru sekali atau dua kali mengikuti pemilu, sehingga masih membutuhkan banyak referensi untuk menentukan pilihannya atau pemilih yang belum menentukan calon mana yang menjadi pilihannya.


(26)

Selain itu, pemilu pilpres 2014 merupakan kali ketiga, lebih khusus pilpres dengan hanya dua paket calon ini merupakan kali pertama di Indonesia dan menjadi bahasan yang akan terus hangat sepanjang periode pemerintahan mendatang hingga pemilu pilpres berikutnya. Terutama dikalangan mahasiswa sebagai agen perubahan yang memiliki pemikiran-pemikiran kritis dan rasional dalam menghadapi perkembangan isu politik yang terjadi di Indonesia.

Mahasiswa umumnya berorientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran. Karena orientasi idealis dan pembelaannya pada kebenaran, sebagian ahli memasukkannya ke dalam kelompok cendikiawan atau seperti yang dikatakan Lewis Coser bahwa mahasiswa tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya, mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas (Lewis, 1997:16). Orientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran membuat mahasiswa peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan dilingkungannya terutama yang menyangkut bentuk-bentuk pelanggaran dan penyelewengan. Kepedulian itu biasanya diekspresikan dalam bentuk-bentuk protes, diskusi, aksi maupun demonstrasi.

Mahasiswa dalam menjalankan proses perkuliahan tidak hanya dituntut untuk menjalankan kewajiban akademiknya, akan tetapi mahasiswa dituntut untuk mampu berinteraksi dan bersosialisasi satu sama lain. Interaksi tersebut bukan hanya dapat dilakukan ketika proses perkuliahan, tetapi juga dapat dilakukan dengan aktif berorganisasi di organisasi kemahasiswaan yang ada,


(27)

baik organisasi di dalam kampus (internal), seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), maupun organisasi di luar kampus (eksternal) seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan organisasi lainnya. Aktifitas-aktifitas organisasi tersebut membuat mahasiswa memiliki banyak jaringan, mengenal banyak kepentingan, baik dari akar rumput hingga berbagai pemangku kepentingan yang ada. Hal ini juga memudahkan mahasiswa untuk dikelompokkan sehingga menciptakan kekompakan dalam kehidupan kemahasiswaan (unila.ac.id).

Kelompok-kelompok mahasiswa atau himpunan-himpunan mahasiswa seringkali dalam momentum-momentum politik dilihat sebagai objek yang menjanjikan untuk mensukseskan suatu kepentingan, baik kepentingan jangka pendek untuk mensukseskan maupun membatalkan program pemerintah, ataupun jangka panjang untuk membantu mensukseskan pemilihan umum (memenangkan kandidat tertentu). Hal ini dipandang menjanjikan, karena selain mahasiswa merupakan komponen yang solid, juga daya kritis mahasiswa dengan titlenya sebagai agent of change dan agent of control mejadikan mahasiswa lebih dekat dengan masyarakat.

(bemfis.student.uny.ac.id).

Selain mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, ada juga tipe mahasiswa yang cenderung acuh tak acuh (apatis) terhadap pergerakan mahasiswa dan isu-isu sosial politik di masyarakat. Namun dalam momentum


(28)

pilpres tahun ini, ternyata mahasiswa yang cenderung apatis tersebut turut aktif pula dalam isu-isu yang berkembang, baik isu positif maupun isu negatif yang menerpa masing-masing capres dan cawapres. Hal ini dikarenakan peran media yang mempublikasikan isu-isu yang ada. Mahasiswa yang biasanya tidak aktif merespon isu-isu tersebut menjadi aktif, tidak kalah dengan mahasiswa yang aktif berorganisasi, sehingga situasi kampus penuh dengan diskusi-diskusi terkait pemilihan presiden yang menyebabkan banyaknya persepsi-persepsi yang berkembang dikalangan mahasiswa khususnya di FISIP Universitas Lampung.

Penulis mengambil penelitian di lingkungan FISIP, dikarenakan FISIP merupakan tempat peneliti berkuliah dan interaksi sosial yang penulis rasakan selama pemilu berlangsung dengan intensitas yang cukup tinggi terkait isu-isu yang menerpa masing-masing capres dan cawapres. Selain itu, mahasiswa FISIP merupakan mahasiswa yang mengkaji secara langsung isu sosial politik yang berkembang selama proses pemilu. Berbekal pengetahuan mengenai kajian sosial politik menjadikan proses pemilu ini sebagai laboratorium untuk menganalisis berbagai isu yang berkembang di kubu masing-masing kandidat, tidak hanya sebatas itu mahasiswa FISIP juga memiliki peranan untuk memberikan pencerdasan politik bagi masyarakat ditengah hingar bingar perbedaan kubu dari tingkat elit hingga akar rumput yang tensinya semakin naik ditambah posisi media massa yang tidak lagi netral.


(29)

Berdasarkan berbagai fenomena sosial politik yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti menganggap penelitian tentang “Persepsi Mahasiswa Atas Tepaan Isu Politik Terhadap Citra Capres dan Cawapres Pada Pemilu 2014 (Studi Pada Mahasiswa Fisip Universitas Lampung Angkatan 2013)”penting untuk dilakukan guna mengembangkan wawasan dan analisis peneliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu,“Bagaimanakah persepsi mahasiswa Fisip Universitas Lampung atas terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres pada Pemilu 2014 dan seberapa besar pengaruh terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres pada Pemilu 2014?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fisip Universitas Lampung atas terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres pada Pemilu 2014 dan seberapa besar pengaruh terpaan isu politik terhadap citra capres dan cawapres pada Pemilu 2014.


(30)

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan ini yaitu :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan, serta memperkaya studi mengenai komunikasi politik terutama dalam Pemilu di Indonesia. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dan masyarakat untuk mengetahui pengaruh terpaan isu politik pada citra capres dan cawapres dan dapat mengevaluasi bagaimana media massa selama pemilu 2014.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepustakaan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Pada kajian hasil penelitian terdahulu penulis memasukan dua hasil penelitian sejenis yang menggunakan analisis persepsi sebagai proses penelitian. Hasil penelitian terdahulu terkait persepsi mahasiswa terhadap suatu objek dalam kajian komunikasi politik yaitu :

Penelitian pertama, Maya Pujiastuti; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Jurusan Sosiologi 2010 yang berjudul Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor Kemenangan Partai Demokrat Dalam Pemilu Legislatif 2009 (Studi Pada Mahasiswa Reguler FISIP Unila Angkatan 2007). Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana persepsi mahasiswa terhadap faktor kemenangan partai Demokrat dalam pemilu legislatif 2009. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian ini menggunakan analisis persepsi dari perspektif teori oleh Mar’at untuk mengukur persepsi mahasiswa yaitu menggunakan aspek kognitif (pengetahuan) dan aspek afektif (pendapat). Pada penelitian ini penulis hanya menggambarkan persentase yang menjadi persepsi mahasiswa Fisip Unila angkatan 2007 tentang faktor kemenangan partai


(32)

Demokrat dalam pemilu legislatif 2009 dan menggambarkan persepsi mahasiswa yang bersifat positif, negatif, dan netral.

Penelitian kedua oleh Dimas Agung Trilian, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; jurusan Sosiologi 2009 yang berjudul Persepsi dan Perilaku Pemilih Pemula Terhadap Media Iklan Kampanye Caleg dan Parpol Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 (Studi pada 3 SMA Peringkat Atas di Bandar Lampung). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.

Dari hasil penelitian ini penulis menggunakan analisis persepsi dengan dua indikator, yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Penulis juga menggali informasi mengenai faktor apakah yang mempengaruhi pemilih pemula dalam menentukan pilihan dengan menggunakan studi perilaku melalui beberapa aspek, antara lain yaitu; aspek pengetahuan masa lampau, pengetahuan masa kini, lingkungan sosial dan personal individu itu sendiri. Selanjutnya penulis juga menganalisis keterkaitan media iklan kampanye terhadap perilaku pemilih. Penelitian ini dilakukan pada 3 SMA peringkat atas di Kota Bandar Lampung yaitu, SMAN 2 Bandar Lampung, SMAN 9 Bandar Lampung, dan SMAN 1 Bandar Lampung.


(33)

2.1.2 Perbedaan dan Kaitan dengan Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang sejenis dari penelitian sebelumnya yang berjudul Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor Kemenangan Partai Demokrat Dalam Pemilu Legislatif 2009 (Studi Pada Mahasiswa Reguler FISIP Unila Angkatan 2007), peneliti tidak menjelaskan kajian teoritis yang digunakan, dan tidak terdapat indikator dalam kerangka pikir. Selain itu, peneliti menggambarkan persepsi yang bersifat positif, negatif dan netral. Sedikit berbeda dengan penelitian tentang Pilpres 2014, penulis melengkapi kekurangan-kekurangan pada penelitian terdahulu seperti menambahkan kajian teoritis, dan menjelaskan indikator yang digunakan dalam kerangka pikir, penulis juga menjelaskan teknik pengukuran skor yang digunakan, menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas, dan uji hipotesis. Penulis mencari hubungan pengaruh antar variabel.

Pada penelitian kedua sejenis dari penelitian sebelumnya yang berjudul Persepsi dan Perilaku Pemilih Pemula Terhadap Media Iklan Kampanye Caleg dan Parpol Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 (Studi pada 3 SMA Peringkat Atas di Bandar Lampung) ini membahas tentang persepsi siswa terhadap media iklan kampanye dan keterkaitannya dengan perilaku siswa dalam menentukan pilihan. Penelitian ini dilakukan pada pemilih pemula yaitu siswa-siswi SMA dan menggunakan metode kualitatif, sedangkan pada penelitian mengenai pilpres 2014, penulis menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan angket sebagai instrument penelitian. Penulis melakukan penelitian pada pemilih pemula yaitu Mahasiswa.


(34)

B. Tinjauan Tentang Persepsi 2.2.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi yang tertangkap oleh alat indera. Kemampuan kita untuk menyerap stimuli dengan inderawi terbatas, sehingga kita tidak mungkin dapat mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik orang lain secara lengkap. Kita mempunyai minat yang berbeda-beda, sehingga yang memperoleh perhatian inderawi juga hanya sesuatu yang kita minati. Stimuli yang kadang-kadang tidak penting, tidak kita perhatikan karena kita tidak berminat. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi secara efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Suranto,2011:60).

Persepsi menurut McMahon adalah proses menginterpretasikan rangsang (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensory information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson Persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia di sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Wiliam James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan (memory) kita (diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki). Pengolahan


(35)

ingatan ini mengacu pada suatu elaborasi, transformasi, dan kombinasi berbagai input (Rukminto, 1994: 105-106).

Menurut Effendi (1986:127) persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Menurut Mar’at (AS Saputra, 2004) memberikan batasan, “persepsi” merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Kemampuan kognisi merupakan pengalaman dan pengetahuan seseorang terhadap suatu objek yang akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap suatu objek (afektif), yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek tersebut. Komponen kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perubahan yang akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat (kognitif).

Perspektif teori yang dikemukakan oleh Mar’at (1981:21), yaitu persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognitif dan afektif. Aspek kognitif merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat, sedangkan aspek afektif merupakan pendapat karena informasi yang diterima akan menentukan pikiran dalam melihat sesuatu. Persepsi yang terbentuk terkadang adalah perasaan senang dan tidak senang yang menurut David O’ Sears sebagaimana


(36)

dikutip Sarlito Wirawan Sarwono (2002:97) disimpulkan sebagai persepsi positif dan persepsi negatif.

Miftah Toha (2003:141) menyatakan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Mengenai proses kognisi sendiri, menjelaskan sebagai aspek penggerak perubahan, karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Lebih lanjut ia menyatakan beberapa hal yang mempengaruhi komponen kognisi:

a. Faktor pengalaman b. Faktor proses belajar c. Cakrawala

d. Pengetahuan

Jalaludin Rahmat (2003:51) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada rangsangan indrawi.

Dalam kamus lengkap Psikologi ada beberapa pengertian persepsi yang meliputi :

a. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan panca indera.


(37)

c. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu.

d. Variabel yang mengulangi atau ikut campur, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan perbedaan diantara perangsang-perangsang.

e. Kesadaran instutif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang ada.

2.2.2 Sifat Persepsi

Persepsi memiliki sifat-sifat seperti yang diutarakan oleh Mulyana (2000:176-196) yaitu :

a. Persepsi adalah pengalaman

Untuk mengartikan makna dari objek atau peristiwa, kita harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya ditentukan pada pengalaman masa lalu dengan objek atau dengan hal yang menyerupai.

b. Persepsi merupakan proses yang selektif

Ketika mempersepsikan sesuatu seseorang cenderung melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek dan menyebabkan yang lain, dalam hal ini biasanya seseorang mempersepsikan apa yang diinginkan atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam diri seseorang, dan menyebabkan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai atau keyakinan seseorang tersebut.


(38)

c. Persepsi adalah penyimpulan

Proses psikologis dari persepsi yang dilakukan seseorang akan mengandung kesalahan dalam keadaan tertentu, hal ini antara lain disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan.

d. Evaluatif

Persepsi tidak akan pernah objektif karena seseorang melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang diinginkan untuk memberikan makna pada objek persepsi. Proses psikologi yang ada dalam diri seseorang bersifat subjektif. Suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari interpretasi subjektif adalah evaluasi. Hampir tidak mungkin mempersepsikan suatu objek tanpa mempersepsikan baik serta buruknya objek tersebut.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak terbentuk begitu saja tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berpersepsi terhadap suatu objek yang dilihat. Menurut Stephen P. Robbins (2002:46) bahwa seseorang yang melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang ia lihat itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.


(39)

Gambar 1. Variabel kunci yang mempengaruhi perilaku individu.

Sumber: Stephen Robbins, 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta.

Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P. Robins, David Krench yang dikutip Prasilika (2007:14) menyatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukkan persepsi seseorang adalah: 1. Frame of Refrence, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang

dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian, dll.

2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Wilbur Schramm menyatakan, Frame of Referenceatau kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings). Schramm menyatakan bahwafiled of experienceatau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan lancar. Sebaliknya jika pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, atau dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif (Effendy,2003:30-31).

Sikap

Kepribadian

Kemampuan

Motivasi

Persepsi

Pembelajaran

Perilaku Individu


(40)

Pembentukkan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukkan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah-ubah sesuai dengan stimulus yang diterima.

Menurut David Krech (dalam Jalalludin Rahmat, 1999:52-53), ada dua faktor yang menentukan persepsi seseorang yaitu:

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal yang termasuk dari faktor personal. Persepsi bukan ditentukan dari jenis atau fisik stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan respon stimuli itu. Faktor fungsional meliputi:

a. Kebutuhan

Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi atau menumbuhkan persepsi seseorang, dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

b. Kesiapan mental

Kesiapan mental seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang

c. Suasana Emosi

Suasana emosi seseorang baik dalam keadaan sedih, bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya.


(41)

d. Latar belakang

Latar belakang dimana seseorang berasal akan mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang pada suatu objek rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor stuktural dimana-mana berasal dari sifat stimuli dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system individu meliputi antara lain: a. Kemampuan berfikir

a. Daya tangkap inderawi

b. Seluruh daya tangkap yang ada pada manusia

Mar’at (1981:22) membagi komponen persepsi menjadi dua aspek yaitu:

a. Aspek kognitif

Aspek ini mengacu pada pengetahuan tentang suatu objek, dengan demikian persepsi mahasiswa FISIP Universitas Lampung akan dilihat dari aspek ini. Tahap ini meliputi pemikiran-pemikiran, pengertian dan pengetahuan tentang objek yang dipersepsikan.

b. Aspek afektif

Merupakan refleksi dari perasaan atau emosi seseorang terhadap objek yang dipersepsikan, bisa berupa pendapat ataupun penilaian. Pendapat yang positif dapat berupa simpati, suka, memihak dan menghargai dan lain-lain. Pendapat yang negative dapat berupa


(42)

penghinaan, rasa tidak suka, tidak menghargai dan tidak mendukung.

Berdasarkan beberapa pengertian dan hal-hal yang mempengaruhi persepsi di atas maka dapat dinyatakan persepsi adalah cara pandang dan sikap seseorang mengenai sesuatu hal yang disebabkan pengaruh latar belakang, pengetahuan, penilaian dan tujuan seseorang terhadap hal tersebut.

Proses terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap, kepribadian dan kemampuan. Berdasarkan ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi motivasi, persepsi, dan pembelajaran individu dan pada akhirnya akan menentukan perilaku individu untuk bertindak sesuai dengan apa yang individu dapatkan dari proses persepsi tadi.

C. Tinjauan Tentang Mahasiswa 2.3.1 Definisi Mahasiswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) (1990:543), yang dimaksud dengan mahasiswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu pada suatu perguruan tinggi, baik negeri atau yang dikelola oleh swasta. Sedangkan menurut Hayatun (1996:24), mahasiswa merupakan kelompok generasi muda elit dalam masyarakat yang mempunyai sifat dan watak yang kritis, keberanian dan kepeloporan. Berperan sebagai kekuatan moral dan berfungsi sebagai control sosial serta sebagai duta pembaharu masyarakat.


(43)

Konsep mahasiswa tidak berbeda dengan pemuda, konsep ini identik dengan nilai-nilai yang melekat pada diri manusia tersebut. Mahasiswa sekaligus adalah pemilik masa depan bangsa yang diharapkan mampu berperan aktif sebagai agen perubahan yang perlu dibina. Mahasiswa adalah insane-insan intelektual yang berada pada perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri yang dididik untuk menjadi calon intelektual bangsa (Wirawan, 1987:46).

Menurut Slamet (1986:42), mahasiswa adalah manusia yang memiliki kemampuan akademis, ciri karakter atau identitas, mutu kerja dan cara berfikirnya lebih dalam dan memiliki trade mark yang berbeda dengan warga masyarakat lainnya dan berkiprah di perguruan tinggi. Dalam hal ini mahasiswa berfungsi sebagai pemberi informasi, pemberi motivasi, pelancar proses difusi inovasi dan penghubung antara sistem yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi masyarakat.

2.3.2 Karakteristik Mahasiswa

Damanhuri (1985) memberikan cirri-ciri mahasiswa sebagai berikut: 1. Mahasiswa adalah kelompok orang muda, oleh karena itu karakteristik

ini diwarnai oleh sifat yang pada umumnya tidak selalu puas terhadap lingkungannya dimana mereka menginginkan berbagai perubahan dengan cepat, dinamik dan mendasar (radikal).

2. Mahasiswa adalah kelompok yang berada pada sistem pendidikan tinggi.


(44)

2.3.3 Tipe-tipe Mahasiswa

Adnan dan Pradiansyah (1999:131-141) mengklasifikasi mahasiswa ke dalam 5 tipe, yaitu :

1. Kelompok Idealis Konfrontatif

Mereka adalah mahasiswa yang aktif dikelompok diskusi atau lembaga swadaya masyarakat. Kegiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas. Ciri dari kelompok ini adalah non-kooperatif. Kelompok ini bersikap menolak posisi pemerintah karena mereka berkeyakinan bahwa pemerintah yang berkuasa saat itu tidak sesuai dengan norma, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi keadilan dan hak asasi manusia.

2. Kelompok Idealis Realitas

Kelompok ini juga aktif diberbagai kelompok diskusi atau lembaga swadaya masyarakat. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelompok ini cenderung kompromistis dan kooperatif serta tidak terang-terangan menentang pemerintah dan tetap berusaha mencari jalan di tengah kesumpekan iklim politik.

3. Kelompok Oppurtunis

Berbeda dengan kedua kelompok, kelompok ini cenderung untuk mendukung program-program pemerintah dan berpihak pada


(45)

pemerintahan (termasuk kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat).

4. Kelompok Profesional

Mereka adalah para mahasiswa yang berorientasi profesionalisme dan kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, politik, sosial, dan budaya bangsa. Mereka memilih untuk menyelesaikan study secepat mungkin kemudian memperoleh pekerjaan yang dapat menjamin masa depan rakyat.

5. Kelompok Glamour

Kelompok ini sama dengan kelompok profesional yang kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, politik, serta budaya bangsa. Perbedaannya kelompok ini memiliki kecenderungan rekreatif, cirri yang menonjol adalah penampilan berbusana yang cenderung glamour dan gaya hidup yang sangat mengikuti mode.

Berdasarkan beberapa pengertian, karakteristik dan tipe mahasiswa di atas maka dapat disimpulkan mahasiswa adalah orang yang belajar atau yang menuntut ilmu pada suatu perguruan tinggi dan merupakan bagain dari subsistem masyarakat yang mempunyai jiwa intelektual tinggi dan mempunyai sifat kritis terhadap fenomena politik yang terjadi.


(46)

D. Tinjauan Tentang Komunikasi Politik 2.4.1 Definisi Komunikasi Politik

Menurut Almond (1960:12-17) dalam bukunya yang berjudul The Politics of the Development Areas, komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem politik dengan latar belakang budaya yang berbeda. Arti penting dari sumbangan pemikiran Almond terletak pada pandangannya bahwa semua sistem politik yang pernah ada di dunia ini, yang ada sekarang, dan yang akan datang mempunyai persamaan mendasar, yaitu adanya kesamaan fungsi yang dijalankan oleh semua sistem politik (Ardial, 2008:4).

Nimmo (1999:10) memandang inti komunikasi politik sebagai proses interaksi sosial dan inti politik sebagai konflik sosial. Nimmo merumuskan komunikasi politik sebagai kegiatan yang bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial yang menata perilaku dalam kondisi konflik.

Berbeda bila ditinjau dari sisi komunikasi oleh para pakar ilmuwan komunikasi. Ilmuwan komunikasi lebih banyak membahas peranan media massa dalam komunikasi politik. Para ilmuwan politik mengartikan komunikasi politik sebagai proses komunikasi yang melibatkan pesan komunikasi dan actor politik dalam kegiatan kemasyarakatannya. Ilmuwan komunikasi menilai saluran komunikasi


(47)

melalui media massa merupakan saluran komunikasi politik yang sangat penting. Sebaliknya, ilmuwan politik menilai saluran media massa dan saluran tatap muka memainkan peranan yang sama pentingnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik mempunyai lingkup pembahasan yang sangat luas, tidak hanya membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan dalam mencapai kekuasaan dan tujuan politik secara internal tetapi juga bagaimana sistem yang berlangsung dipertahankan.

2.4.2 Fungsi Komunikasi Politik

Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik (Mas’oed dan Andrew, 1990:130). Fungsi dari komunikasi politik adalah struktur politik yang menyerap berbagai aspirasi, pandangan, dan gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan kebijakan. Dengan demikian fungsi tersebut membawa arus informasi balik dari masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.

Fungsi komunikasi politik itu terutama dijalankan oleh media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian media massa itu memiliki peranan yang strategis dalam sistem politik.


(48)

2.4.3 Tujuan Komunikasi Politik

Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan komunikasi politik itu adakalanya sekedar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan public opinion (pendapat umum). Selanjutnya komunikasi politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum.

Selama pemilu capres dan cawapres 2014 berlangsung, banyak isu yang muncul berkaitan dengan komunikasi politik. Para kandidat calon, tim pemenangan, maupun pendukung saling melemparkan issue politik dan membeberkan berbagai kelemahan saingan kandidat. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, seperti diungkapkan Arifin (2002:05) salah satu tujuan dari komunikasi politik adalah membentuk citra politik yang baik bagi khalayak.

E. Tinjauan Tentang Citra 2.5.1 Definisi Citra Politik

Citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang yang terkait dengan politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsesus). Citra politik berkaitan dengan pembentukan pendapat umum karena pada dasarnya pendapat umum politik terwujud sebagai konsekuensi dari kognisi komunikasi politik. Roberts (1977:47) menyatakan bahwa komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat atau perilaku


(49)

tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara khalayak mengorganisasikan citranya tentang lingkungan dan citra itulah yang mempengaruhi pendapat atau perilaku khalayak (Ardial, 2010:45).

Berdasarkan penjelasan diatas, citra politik dapat dirumuskan sebagai gambaran tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsesus) yang memiliki makna kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya. Citra politik tersusun melalui kepercayaan, nilai, dan pengharapan dalam bentuk pendapat pribadi yang selanjutnya dapat berkembang menjadi pendapat umum. Citra politik itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual.

Pembentukan citra politik sangat terkait dengan sosialisasi politik. Hal ini disebabkan karena citra politik terbentuk melalui proses pembelajaran politik baik secara langsung maupun melalui pengalaman empirik, berkaitan dengan hal ini. Arifin (2003:107) nenegaskan, citra politik mencakup tiga hal, yaitu:

1. Seluruh pengetahuan politik seseorang (kognisi), baik benar maupun keliru.

2. Semua perasaan (afeksi) yang melekat pada tahap tertentu dari peristiwa politik yang menarik.


(50)

3. Semua pengharapan (konasi) yang dimiliki orang tentang apa yang mungkin terjadi jika ia berperilaku dengan cara berganti-ganti terhadap objek dalam situasi itu.

Sosialisasi politik dapat mendorong terbentuknya citra politik pada individu. Selanjutnya citra politik mendorong seseorang mengambil peran atau bagian (partai, diskusi, demonstrasi, kampanye, dan pemilihan umum) dalam politik. Hal ini disebut dengan nama partisipasi politik.

F. Tinjauan Tentang Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2.6.1 Definisi Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden

Pengertian calon menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

Orang yang akan menjadi, orang yg dididik dan dipersiapkan untuk menduduki jabatan atau profesi tertentu, dan orang yg diusulkan atau dicadangkan supaya dipilih atau diangkat menjadi sesuatu.

Dalam bahasa Indonesia, kata “presiden” dalam dua arti, yaitu jabatan (ambt) dan pejabat (ambtsdrager) dalam Negara yang berbentuk pemerintahan republik (Manan,1999:1), sedangkan dalam bahasa Inggris kita jumpai penggunaan istilah “presidency” untuk menyebutkan “jabatan”, dan untuk istilah ‘pejabat” dipergunakan istilah “president”. Apabila melihat penggunaan kedua kata ini, maka yang dimaksudkan disini adalah untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai pengertian dari “jabatan” dan “pejabat”, dan dalam keadaan sehari-harinya untuk menghindari kerancuan pengertian maka sering dijumpai penyebutan kata “Lembaga Kepresidenan”.


(51)

Kedudukan lembaga kepresidenan merupakan kedudukan yang paling sentral dalam sistem pemerintahan republik. Presiden merupakan eksekutor terhadap berbagai kebijakan Negara dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan, dan pertahanan yang diambil. Maka lembaga kepresidenan tidak pernah luput dari perebutan dikalangan elite politik, mengingat sentralnya kedudukan ini. Dalam Undang-undang nomor 42 tahun 2008 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden dalam pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Pasangan Calon, adalah pasangan calon peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah memenuhi persyaratan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa calon presiden dan calon wakil presiden adalah orang yang diusulkan, dicadangkan, diangkat, maupun dipersiapkan untuk menjadi peserta ataupun kandidat dalam pemilu pilres untuk mengisi jabatan atau profesi sebagai kepala dan wakil kepala pemerintahan maupun kepala dan wakil kepala Negara Republik Indonesia.

2.6.2 Syarat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden

Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 Bab III Pasal 5 tentang persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Republik Indonesia (Cangara,2011: 203-204), sebagai berikut:


(52)

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.

3. Tidak pernah mengkhianati Negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya.

4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai presiden dan wakil presiden.

5. Bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara Negara.

7. Tidak memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan Negara.

8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan. 9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

10. Terdaftar sebagai pemilih.

11. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

12. Memiliki daftar riwayat hidup.

13. Belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden selama dua kali masa jabatan dalam jabatan yang sama.


(53)

14. Setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

15. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

16. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun.

17. Berpendidikan paling rendah SMA, Madrasah Alyah, SMK, Madrasah Alyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat.

18. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI.

19. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 Pasal 9 juga diatur pasangan calon presiden dan calon wakil presiden harus diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR (560 kursi) atau memperoleh 25% dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR sebelum pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden.


(54)

G. Tinjauan Tentang Isu 2.7.1 Definisi Isu (Issue)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1993, definisi isu adalah ; a. Masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi;

b. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya;

c. Kabar, desas-desus.

Dalam Kamus Inggris Indonesia yang disusun oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, Issue artinya pokok persoalan yang dapat didiskusikan, dibicarakan, dihindari, dihadapi, dan diambil keputusan. Menurut dua kamus tersebut, isu adalah masalah atau pokok persoalan yang dikedepankan, dikemukakan untuk ditanggapi pihak-pihak terkait.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) mengartikan isu sebagai masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi dan sebagainya). Isu yang sedang berkembang berasal dari substansi dan implikasinya berkaitan dengan tema yang sedang terjadi, sedang dalam proses, sedang hangat dibicarakan masyarakat, atau diperkirakan muncul dalam waktu dekat.

Menurut dua pakar di AS, Hainsworth dang Meng, sebuah isu muncul sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan, atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau criminal, atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui kebijakan legislatif atau perundangan. Chase dan Jones menggambarkan isu sebagai sebuah masalah yang


(55)

belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya. Pakar lain mengatakan bahwa dalam bentuk dasarnya, sebuah isu dapat didefinisikan sebagai sebuah titik konflik antara sebuah organisasi dengan satu atau lebih publiknya (Regester & Larkin, 2003:42).

Definisi sederhana lainnya menurut regester & Larkin (2003:42) bahwa sebuah issue merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktek korporat dengan harapan-harapan para stakeholder. Dengan kata lain, sebuah isu yang timbul ke permukaan adalah sebuah kondisi atau peristiwa, baik di dalam maupun di luar organisasi yang jika dibiarkan akan mempunyai efek yang signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada target-target organisasi tersebut di masa mendatang. Dari berbagai definisi di atas, terlihatlah bahwa pengertian isu menjurus pada adanya masalah dalam suatu organisasi yang membutuhkan penanganan.

2.7.2 Tahapan atau Siklus Isu

Menurut Hainsworth (Regester & Larkin, 2003:47), issue biasanya berkembang dalam cara yang dapat diprediksi, bersumber daritrend atau peristiwa yang berkembang melalui suatu rangkaian tingkatan yang dapat diidentifikasi serta tidak berbeda dari siklus perkembangan sebuah produk. Karena evolusi atau perkembangan isu sering menghasilkan kebijakan publik, semakin dini suatu isu yang relevan diidentifikasi dan dikelola dalam rangka respon organisasional tersebut dapat mengatasi konflik serta meminimalisir implikasi biaya demi keuntungannya.


(56)

Menurut Hainsworth, sebuah isu diciptakan sebagai sebuah ide yang memiliki dampak potensial pada beberapa organisasi atau publik yang mengakibatkan tindakan yang menyebabkan peningkatan kesadaran dan/atau reaksi pada bagian dari organisasi atau public lainnya. Dalam sebuah model yang dikembangkan oleh Hainsworth & Meng (Regester & Larkin,2003:48), proses ini dapat digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari empat tahap berikut : sumber, mediasi, organisasi dan resolusi.

H. Tinjauan tentang Kampanye Hitam 2.8.1 Pengertian Kampanye

Menurut pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang disebut kampanye adalah: kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawari visi, misi dan program peserta pemilu. Jadi berdasarkan pada definisi diatas, kampanye dalam perhelatan pemilu, apapun bentuk pemilu itu (Pemilu DPR, DPD, DPRD, Presiden/Wapres, Bupati, Walikota, Kepala Desa dan pemilihan lain dalam konteks pemberian suara oleh rakyat), harus dilakukan dengan cara yang lurus, bersih dan terang. Artinya, kampanye adalah suatu perilaku dari seorang calon atau orang-orang atau partai atau kelompok yang mendukungnya, untuk meyakinkan orang-orang agar mau memilihnya, dengan menunjukan dan menawarkan atau menjanjikan apa yang akan diperbuat, apa yang akan dilakukan, apa yang diperjuangkan, apabila orang-orang memilih calon tersebut.


(57)

Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan. Usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, menghambat, membelokan pecapaian. Kampanye politik merupakan suatu ajang manuver politik untuk menarik sebanyak mungkin pemilih dalam pemilu sehingga bisa meraih kekuasaan. Untuk itu segala cara mungkin akan dipakai dari mulai pemberian janji-janji yang muluk sampai intimidasi dengan harapan bisa berkuasa.

Tujuan utama dari kampanye adalah merebut perhatian masyarakat, dengan menyampaikan pesan-pesan politik serta menyampaikan fungsi lambang-lambang politik yang ada di suatu organisasi atau partai politik. Tujuan lain dari kegiatan kampanye melalui media massa adalah untuk membentuk pencitraan bagi para elit politik, serta calon Presiden yang diusung oleh suatu Parpol. Pencitraan tersebut, akan membuat perhatian kepada masyarakat untuk memperoleh banyak perhatian serta dukungan yang besar apabila pencitraan tersebut sukses dilakukan.

Charles U Larson (Ruslan, 2008:25-26) membagi jenis kampanye menjadi tiga jenis, yaitu kegiatan menjual produk, gagasan perubahan sosial, dan kandidat. Kampanye kandidat merupakan kampanye yang berorientasi bagi calon untuk kepentingan kampanye politik. Hal ini tentu saja berkaitan untuk mendapatkan dukungan dari pemilih atau


(58)

pemegang hak suara. Namun pada kenyataannya sekarang ini banyak kegiatan kampanye yang dilakukan untuk menyerang lawan politiknya (attacking campaign). Kampanye menyerang terdapat dua jenis kampanye, yaitu black campain dan negative campaign. Black Campaign merupakan model kampanye dengan cara membuat suatu isu atau gosip yang ditujukan kepada pihak lawan, tanpa didukung fakta atau bukti yang jelas (fitnah). Sedangkan Negative Campaign merupakan model kampanye yang lebih menonjolkan dari segi kekurangan lawan politik, dan dari apa yang telah disampaikan mempunyai bukti atau fakta yang jelas.

2.8.2 Definisi Kampanya Hitam

Kampanye hitam atau black campaign merupakan salah satu bentuk kampanye pemilu dan sebagai bagian dari strategi deversifikasi politik, (Firmanzah : 2007). Kampanye hitam adalah terjemahan dari bahasa Inggrisblack campaign yang bermakna berkampanye dengan cara buruk atau jahat. Buruk atau jahat dalam pengertian merugikan orang lain atau lawan politik atau partai politik (parpol) lain, sedangkan si pelaku kampanye hitam itu berharap dirinya atau partainya mendapatkan keuntungan. Kampanye hitam telah menjadi senjata pemusnah para tim sukses dan konsultan politik. Menjelang masa akhir kampanye Pemilihan Presiden, senjata pemusnah itu makin sering ditembakkan dengan tujuan mengalahkan lawan dan mempengaruhi pemilih di bilik suara.


(59)

Black campaign merupakan salah satu bentuk kegiatan propaganda politik, yang berkonotasi negatif dalam penilaian publik. Black campaign bertujuan untuk membentuk opini publik untuk citra yang buruk terhadap lawan politiknya.Black campaignhanya dinyatakan sebagai pelanggaran perdata pemilu. Padahal sebenarnya bisa saja kalau ada pihak yang mengadukanblack campaignke kepolisian dan Bawaslu, yang seperti ini bisa dikategorikan pidana pemilu, sehingga kalau terbukti bersalah, yang bersangkutan bisa dipenjara. Pada dasarnya, black campaign merupakan kampanye yang terselubung. Pelaku black campaign biasanya juga tidak memperlihatkan identitas seseorang ataupun kelompok politik. Isi dari black campaign pun tidak irasional dan tidak dapat dibahas secara terbuka, sehingga kebanyakan khalayak akan menerima isi kampanye ini secara “bulat”, tanpa memproses dari isi kampanye hitam ini.

Secara umum bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan keburukan atau kejelekan seorang politikus dengan tujuan :

1. Menjatuhkan nama baik seorang politikus sehingga dia menjadi tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya dan masyarakat umum. Apabila teman-teman separtai tidak menyenanginya, maka bisa berakibat yang bersangkutan dikeluarkan dari partainya dan ini berarti karir politiknya di partai tersebut hancur. Bahkan mungkin sulit untuk diterima di partai yang lain. Apabila khalayak pendukung atau masyarakat luas tidak menyenanginya,


(60)

maka diharapkan yang bersangkutan gagal terpilih dalam sebuah pencalonan.

2. Menjatuhkan nama baik seorang politikus dengan tujuan menjatuhkan nama baik parpol tempat si politikus yang berkarir, yang berefek kepada politikus-politikus lain di parpol tersebut atau bahkan sekaligus menggagalkan calon presiden yang didukung parpol tersebut (efek domino).

Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah :

1. Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus, dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung, atau menyebarkan cerita bohong atau fitnah lainnya. 2. Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan

menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar terjadi, bisa juga benar-benar-benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan, namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk atau bisa juga foto tersebut hasil rekayasa / manifulasi dengan bantuan teknologi komputer.

3. Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang bercerita perihal keburukan, atau pekerjaan jahat si politikus, baik di masa lalu maupun yang masih belum lama terjadi.


(61)

Kampanye hitam bukanlah sebuah pilihan dalam berpolitik. Selain mengandung unsur jahat dan melanggar norma, baik masyarakat atau pun agama, kampanye hitam juga memberikan pendidikan politik yang buruk bagi masyarakat. Upaya menghalalkan segala cara yang melandasi dipilihnya bentuk kampanye hitam menunjukkan masih buruknya moral dan keimanan seorang politikus yang melakukan hal tersebut. Di Indonesia khususnya, kampanye hitam menjadi praktek yang tidak terlupakan oleh tim pemenangan masing-masing calon untuk menjatuhkan lawan dengan melontarkan isu-isu yang bisa berdampak negatif dan mempengaruhi pandangan calon pemilih. Dalam penyebaran kampanye hitam juga tentunya tidak luput dari peran serta media. Media massa memiliki andil besar dalam keberlangsungan proses kampanye di Indonesia, media menjadi patokan serta sasaran utama partai politik dalam mengkampanyekan partainya atau organisasi tertentu, karena media sangat efektif dalam menyampaikan suatu informasi bagi masyarakat. Dan jelas memang sasaran utamanya adalah masyarakat atau publik.

Sudah kita ketahui, bahwasannya melakukan kampanye di media massa sangatlah efektif, sebab media massa sebagai mediator dan alat penyampai komunikasi dapat dengan mudah mempengaruhi masyarakat dengan sajian iklan kampanye maupun isu-isu dalam pemberitaan. Pada dasarnya motivasi seseorang menggunakan media adalah sama. Menurut Kartini Kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu


(62)

berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kartini, 2002:147). Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup.

Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media. Akan tetapi, masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105). Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon dan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Khalayak dari suatu medium komunikasi bukanlah suatu kelompok monolitis, yang memberi tanggapan sama dari isi medium, melainkan khalayak memiliki selektivitas perhatian dan persepsi. Artinya, khalayak akan menanggapi isi media massa yang sesuai dengan kepentingan, kepercayaan, serta nilai-nilai sosial mereka. Secara tidak langsung, media massa memiliki pengaruh yang berbeda bagi tiap individu karena faktor perbedaan kepribadian dan psikologi individu (Depari, 1995:5).

Fisher (1986 : 218 - 219) mengatakan bahwa setiap individu memiliki selektivitas informasi. Individu memiliki dan menjalankan selektivitas ketika mereka menyandi atau mengalih sandi informasi. Individu mencari informasi yang konsisten dengan keyakinan sebelumnya dan menyimpan (mengingat) informasi yang juga konsisten dengan


(63)

keyakinan semula, sehingga dengan cara itu melupakan informasi yang berbeda. Produk dari prinsip terpaan dan ingatan yang selektif ini adalah penghindaran selektif, yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung untuk menghindari atau mengabaikan informasi yang ada dalam lingkungannya yang tidak konsisten dengan keyakinan yang ada.

Berdasarkan penjelasan di atas, Sarjono (1985 : 18) menunjukkan bahwa pesan-pesan yang sampai pada komunikan apabila tidak sesuai dengan sikap dan keyakinannya akan disaring dulu melalui “mental screen” yang meliputi:

1. Selective exposure artinya kecenderungan hanya mau memperhatikan pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.

2. Selective perception artinya kecenderungan hanya mau menginterpretasikan pesan-pesan yang sesuai dengan sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.

3. Selective retentionartinya kecenderungan hanya mau mengingat-ingat pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.


(64)

I. Kajian Teori

Proses persepsi menurut Mar’at (1992:108) adanya dua komponen pokok yaitu seleksi dan interpretasi. Seleksi yang dimaksud adalah proses penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka.

Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu obyek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan demikian sebaliknya, selain itu adanya pengalaman langsung antara individu dengan obyek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif.

1. Teori Konsistensi Kognitif-Afektif.

Teori Konsistensi Kognitif-Afektif berusaha menjelaskan bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksinya. Jadi, berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan ataupun keyakinan seseorang tentang suatu fakta tertentu sebagian ditentukan oleh pilihan afeksinya, begitu pula sebaliknya (Sears dkk. 1995). Teori Konsistensi Kognitif-Afektif ini dikemukakan oleh Rosenberg yang dikutip


(65)

oleh Azwar (1995:5) yang memandang bahwa komponen kognitif sikap tidak saja sebagai apa yang diketahui mengenai objek sikap, akan tetapi mencakup pula apa yang dipercayai mengenai hubungan antara objek sikap itu dengan nilai-nilai penting lainnya dalam diri individu.

Pendekatan teori ini menjadi menarik, karena menurut Sears dkk, (1992) penilaian seseorang terhadap sesuatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya. Sebagai contohnya adalah ketika seseorang akan mencoba untuk jajan di suatu restoran bakmi yang namanya sudah banyak dikenal dimana-mana, terpaksa mengembangkan sikap negatifnya terhadap warung bakmi tersebut karena sebagian dari teman-temannya mengatakan bahwa warung bakmi tersebut tidak halal. Kendatipun orang tersebut belum pernah mencoba jajan ke warung tersebut, ia tetap bersikap negatif. Ia akan mencari kognisi yang diperlukan untuk mendukung penilaian negatifnya. Kognisi yang diperolehnya akan selalu konsisten dengan pilihan afektifnya

J. Kerangka Pikir

Proses panjang pemilihan pilpres yang terjadi di Indonesia tahun ini menjadi perbincangan dan topik hangat yang selalu dinanti-nanti masyarakat. Terlebih lagi berbagai macam isu-isu yang beredar dimasyarakat baik melalui media massa, jejaring sosial, maupun kabar burung yang sengaja dilontarkan para spin doctor dari masing-masing tim kampanye pemenangan menjadi fenomena menarik yang perlu dikaji lebih dalam. Oleh karena banyaknya isu-isu yang menerpa capres dan cawapres selama pemilu 2014, membuat penulis ingin


(66)

mengetahui besarnya pengaruh terpaan isu politik terhadap persepsi mahasiswa mengenai citra capres dan cawapres pada pemilu 2014.

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori konsistensi Kognitif-Afektif. Sebelum melihat persepsi dari dua aspek diatas, maka terlebih dahulu penulis menguraikan isu apasajakah yang digunakan penulis untuk melihat persepsi dari kedua aspek diatas dan penulis mengklasifikasi sumber-sumber informasi yang didapatkan responden. Isu-isu mengenai calon presiden dan calon wakil presiden sepanjang pemilu 2014 meliputi:

1. Pasangan nomer urut 1 Prabowo Subianto

a. Isu Ham yaitu terlibat kasus penculikan dan kerusuhan tahun1998. b. Pernah meminta kewarganegaraan Yordania pada tahun 1999.

c. Prabowo memukul seseorang saat pendaftaran bakal capres ke KPU pada 20 Mei 2014.

d. Kekosongan posisi Ibu Negara. Muhammad Hatta Rajasa

a. Adanya diskriminasi dalam hal penegakan hukum dalam kasus kecelakaan Rasyid Amarullah Rajasa.

b. Statusnya sebagai besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang apabila terpilih dijadikan alat untuk menutupi berbagai kasus selama era pemerintahan SBY.


(67)

2. Pasangan nomer urut 2 Joko Widodo

a. Isu SARA (diisukan sebagai keturunan Tionghoa dan beragama Kristen) b. Merupakan keturunan dari seorang kader Partai Komunis Indonesia

(PKI).

c. Dijadikan boneka Megawati, yang hanya dimanfaatkan oleh Megawati karena popularitasnya.

d. Tidak amanah dan melanggar sumpah karena posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta yang belum menyelesaikan masa tugasnya dan rekam jejaknya sebagai Walikota Solo yang juga belum menyelesaikan masa tugasnya sudah ikut dalam pilkada DKI Jakarta.

Jusuf Kalla

a. Rekaman video yang berisi testimoni Jusuf Kalla terkait pencapresan Jokowi yang diunggah ke Youtube, JK mengatakan hancur negeri ini jika Jokowi jadi Presiden.

b. Kondisi fisik Jusuf Kalla yang sudah berusia 72 tahun masih memiliki ambisi untuk menjadi cawapres.

c. JK dicitrakan sebagai seseorang yang haus jabatan dan membawa banyak kepentingan terlebih ia melawan keputusan partai.

Isu-isu diatas akan dikaji secara teoritis melalui dua aspek tersebut, sehingga akan mendapatkan jawaban bagaimana persepsi mahasiswa atas terpaan isu politik terhadap citra calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu 2014 yang selanjutnya akan dicari hubungan pengaruhnya.


(1)

✧★ ✧

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan, maka penulis berpendapat bahwa Persepsi Mahasiswa FISIP Universitas Lampung angkatan 2013 Terhadap Citra Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Atas Terpaan Isu Politik Pada Pemilu 2014, mayoritas menyatakan citra yang buruk atau negatif. Hal ini dikarenakan media massa dalam memberikan informasi dan pencerdasan politik tidak menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga masyarakat gagal mendapatkan informasi yang berimbang dan akurat. Untuk itu ada beberapa saran yang penulis sampaikan, antara lain :

1. Media massa seharusnya dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik dan benar, sehingga dapat memberikan pencerdasan politik dan informasi yang akurat, objektif, berimbang dan independent tanpa adanya kepentingan politik yang dimanfaatkan oleh pemilik media.

2. Masyarakat dalam menerima informasi yang disajikan oleh media massa harus selektif sehingga masyarakat dapat menerima dan memilah berita yang benar, bukan sebatas isu yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Khususnya mahasiswa sebagaiagent of change danagent of control, khusunya lagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang mengkaji langsung mengenai sosial politik.

3. Berdasarkan observasi dari tinjauan pustaka skripsi di Universitas Lampung, menurut penulis kajian mengenai pemilu dari segi ilmu komunikasi masih sangat minim. Padahal kajian pemilu dapat pula dikaji melalui kajian komunikasi politik. Seharusnya yang melakukan penelitian mengenai


(2)

✩✪✪

pemasaran politik, kampanye politik baik pemilukada maupun pilpres, partisipasi politik, dsb adalah mahasiswa dari program studi ilmu komunikasi. Akan tetapi temuan penulis lebih banyak pada jurusan sosiologi dan pemerintahan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,2002.Strategi Komunikasi; Sebuah Pengantar. Elex Media, Jakarta. hlm 5. Ardial. 2008.Komunikasi Politik. PT. Indeks, Jakarta. hlm 4.

Ardial. 2010.Komunikasi Politik. PT. Indeks, Jakarta. hlm 45.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. hlm 5.

Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. hlm 203-204.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm 30-31.

Eriyanto. 2012. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik. LKiS, Yogyakarta. hlm 5.

Kartono, Kartini. 2002. Psikologi perkembangan. Rineka Cipta, Jakarta. hlm 147. Manan, Bagir. 1999.Lembaga Kepresidenan. Gama Media, Yogyakarta. hlm 1.

Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalian, Bandung. hlm 21-22.

Mohammad, Herry. 2009. Pengantar: Menghimpun Informasi, Menghidangkan Berita. Pustaka Al Kautsar, Jakarta. hlm 11.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm 176-196.

Nimmo,Dan. 1999. Komunikasi Politik, Pesan, dan Media. Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm 10.

Purwanto, Erwan Agus & Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif.Penerbit Gavamedia, Yogyakarta. hlm 93.


(4)

Rahmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm 51.

Robbins, P. Stephen. 2002.Perilaku Organisasi. Prenhalindo, Jakarta. hlm 46.

Rukminto Adi, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial.Rajawali Pers, Jakarta. hlm 105-106.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta. hlm 97.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode penelitian Survai. LP3S Jakarta. hlm 46.

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm 30.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung. hlm 38, 39-41.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. hlm 172, 262.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. hlm 108, 130, 154.

Suranto.2011.Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu, Yogyakarta. hlm 60.

Toha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya. Grafindo Persada, Jakarta. hlm 141.

Zein, Fadhilah Mohammad. 2009. Kezaliman Media Massa Terhadap Umat Islam. Pustaka Al Kautsar, Jakarta. hlm 3.

Sumber Website :

http://www.kpu.go.id (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014) http://www.unila.ac.id (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014) http://www.fisip (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)


(5)

http://www.bemfis.student.uny.ac.id (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://m.kompasiana.com/post/read/623218/3/kenapa-jokowi-jadi-jablay-detik.com.html (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://www.merdeka.com/tag/j/jokowi-jk/kampanye-hitam-pilpres-jokowi-capres-boneka-prabowo-isu-ham.html (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014) http://baranews.co/web/read/13646/beredar.foto.prabowo.pukul.orang.di.kpu.

(diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://m.bola.viva.co.id/news/read/507681-prabowo-hatta-dan-jokowi-jk-jadi-sasaran-kampanye-hitam (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://pemilu.okezone.com/read/2014/05/29/567/991524/hatta-berang-isu-duda-digunakan-untuk-jatuhkan-prabowo (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://www.merdeka.com/politik/prabowo-berkewarganegaraan-yordania-ini-penjelasan-fadli-zon.html (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/03/26/11124620/akhir.kisah.kecelakaan.sa ng.anak.menteri (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://m.liputan6.com/news/read/478376/ini-kronologi-kecelakaan-bmw-maut-putra-hatta-rajasa (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://politik.kompasiana.com/2014/07/02/yang-boneka-bukan-jokowi-tapi-hatta-rajasa-besan-sby-662016.html (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://nasional.kompas.com/read/2014/07/23/19390581/Matamassa.Selama.Pilpres.Jo kowi-JK.Paling.Sering.Diserang.Kampanye.Hitam.dan.Isu.SARA (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/07/03/n849pr-dituduh-kader-pki-ini-reaksi-jokowi (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://pemilu.okezone.com/read/2014/05/25/567/989883/jk-kalau-jokowi-jadi-presiden-bisa-hancur-negeri-ini (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://pemilu.okezone.com/read/2014/05/20/567/987282/pengamat-jk-akan-dicap-haus-kekuasaan (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

http://bengkuluekspress.com/media-berperan-ciptakan-pemilu-berkualitas/(diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)


(6)

http://bemfis.student.uny.ac.id/2013/06/12/peran-strategis-mahasiswa-dalam-perpolitikan-indonesia/ (diakses pada Selasa, 21 Oktober 2014)

Sumber Skripsi :

Agung T, Dimas. 2009. Persepsi dan Perilaku Pemilih Pemula Terhadap Media Iklan Kampanye Caleg dan Parpol pada Pemilu Legislatif Tahun 2009. Skripsi. Universitas Lampung

Prasilika, Tiara. 2007. Studi Persepsi Resiko Keselamatan Berkendara Serta Hubungan Dengan Locus Of Control pada Mahasiswa FKM UI yang Mengendarai Motor Tahun 2007. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Pujiastuti, Maya. 2010. Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor Kemenangan Partai Demokrat Dalam Pemilu Legislatif 2009. Skripsi. Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

Pengusulan Pasangan Calon Presiden Dan Wakil Presiden Sebagai Peserta Pemilu Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008

0 10 122

Persepsi Mahasiswa FMIPA IPB Mengenai Calon Presiden

0 11 37

Personal brandingdalam iklan cetak Calon presiden calon wakil presiden

0 4 13

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014 – 2018 PERSEPSI MAHASISWA TENTANG CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014 – 2018 (Studi Deskriptif Berdasarkan Perceptual Mapping Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universit

0 3 12

PENDAHULUAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014 – 2018 (Studi Deskriptif Berdasarkan Perceptual Mapping Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tentang Calon Presiden RI 2014 – 2018

0 4 20

KESIMPULAN DAN SARAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2014 – 2018 (Studi Deskriptif Berdasarkan Perceptual Mapping Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tentang Calon Presiden RI 2014

0 4 21

Pemberitaan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden di Surat Kabar Selama Masa Kampanye Pemilu 2014 (Studi Mengenai Pemberitaan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Harian Kompas, Suara Merdeka, dan Solopos Pada Masa Kampanye Pemilu 2014).

0 0 18

PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT PADA HASIL SURVEI TENTANG ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN – CALON WAKIL PRESIDEN TERHADAP PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT SURABAYA DALAM PEMILU PRESIDEN 2014.

0 2 119

Persentase Perolehan Suara Sah Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada Putaran Pertama Menurut Provinsi dan Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden

0 0 1

Konstruksi media terhadap karakteristik kepemimpinan calon presiden dan calon wakil presiden peserta Pemilu presiden 2009

0 2 249