PENGARUH KEJUJURAN PEDAGANG MUSLIM TERHADAP PENJUALAN PRODUK FASHION DI PASAR BARU WADUNGASRI SIDOARJO.

(1)

PENGARUH KEJUJURAN PEDAGANG MUSLIM TERHADAP

PENJUALAN PRODUK

FASHION

DI PASAR WADUNGASRI

SIDOARJO

JURNAL

Oleh:

ICHDA FARCHATI NUR AINI

NIM. C04211077

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syari’ah

Surabaya


(2)

PENGARUH KEJUJURAN PEDAGANG MUSLIM TERHADAP

PENJUALAN PRODUK

FASHION

DI PASAR BARU

WADUNGASRI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Studi Strata Satu

Ilmu Ekonomi Islam

OLEH

Ichda Farchati Nur Aini NIM. C04211077

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah SURABAYA


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kejujuran Pedagang Muslim Terhadap Penjualan Produk Fashion di Pasar Wadungasri Sidoarjo.ini

merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat pengaruh signifikan antara kejujuran pedagang terhadap penjualan produk fashion di Pasar Wadungasri Sidoarjo. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kejujuran pedagang terhadap penjualan produk fashion di Pasar Wadungasri Sidoarjo.

Data penelitian ini dihimpun dari penyebaran angket, dokumentasi, wawancara dan observasi. Penelitian ini menggunakan kuisioner dalam pengambilan data primer dan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi linier sederhana. Sampel penelitian adalah 66 pedagang muslim yang berjualan produk fashion seperti baju, jilbab, accessories, dan lain-lain di pasar Wadungasri Sidoarjo. Pengambilan sampel menggunakan metode Random Sampling (sampel acak) .

Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan rumus kolmogorov smirnor untuk menguji kenormalan data dan untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas atau tidak maka digunakan uji heteroskedastisitas. Kemudian data yang didapatkan tersebut dianalisis menggunakan rumus analisis Regresi Linier Sederhana. Kemudian seberapa besar pengaruh diperoleh dari RSquare. Berdasarkan hasil penelitian ini didapat persamaan regresi linier sederhana yaitu: Y= -241.516 + 88.511X. Kejujuran pedagang muslim mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan produk fashion dengan tingkat signifikansi (hasil Uji Rsquare) sebesar 0,338 yang artinya kejujuran pedagang muslim mempunyai pengaruh terhadap penjualan produk fashion sebesar 34%, sedangkan sisanya 66% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

مسب

ْ

ميحرلاْنمحرلاْها


(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI………... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori.. ... 11

1. Tinjauan Kejujuran ... 11

a. Pengertian kejujuran……….…... 11

b. Urgensi Sifat Jujur dan Kedudukannya dalam Islam…. 13

c. Bentuk-Bentuk Kejujuran………... 15

2. Konsep Bisnis/ Jual Beli dalam Islam………...…………... 17

3. Perilaku atau Sikap yang Harus Dimiliki oleh Penjual... 23

4. Tinjauan Pemasaran……….. 31

a. Konsep Pemasaran………. 31

b. Bauran Pemasaran……….. 34

c. Konsep Pemasaran Syariah……… 35


(9)

viii

a. Pengertian Volume Penjualan………. 39

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan... 41

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 43

C. Kerangka Konseptual ... 45

D. Hipotesis ... .. ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel Penelitian. ... 49

D. Variabel Penelitian ... 50

E. Definisi Operasional ... 51

F. Jenis Data dan Sumber Data ... 54

G. Teknik Pengumpulan Data ... 57

H. Uji Kualitas Data………... 58

I. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 66

1. Sejarah Berdirinya Pasar Wadungasri………... 66

2. Profil Pasar Wadungasri Sidoarjo…………..……… 67

3. Visi dan Misi Pasar Wadungasri Sidoarjo………. ... 68

4. Stuktur organisasi Pasar Wadungasri Sidoarjo………… ... 68

5. Revitalisasi Pasar Wadungasri Sidoarjo………... 70

B. Karakteristik Responden ... 70

1. Jenis Kelamin Responden ... 70

2. Usia Responden ... 71

3. Pendidikan Responden ... 72

4. Pendapatan perbulan Responden ... 72

5. Pendalaman Agama………. 73


(10)

ix

D. Analisis Data……….. 76

1. Uji Normalitas data ... 76

2. Uji Heteroskedastisitas... 77

3. Regresi Linier Sederhana... 78

4. Analisis Determinasi... 79

5. Uji Regresi Simultan (Uji F)……… 81

BAB V PEMBAHASAN ... .. 84

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... . 92

B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia usaha, persaingan dalam pasar sudah sangat umum terjadi, persaingan bisnis yang ketat menuntut setiap pedagang untuk saling bersaing. Sehingga para pedagang perlu memperhatikan kualitas pelayanan terhadap konsumen. Bersaing dengan memberikan pelayanan yang lebih baik, mulai fasilitas penunjang hingga promosi. Untuk itu setiap pedagang harus mempunyai strategi yang tepat untuk mencapai hasil yang maksimal. Pelayanan terhadap konsumen adalah kunci utama dalam berdagang.

Dalam berdagang ada persaingan salah satu cara untuk menghadapi persaingan yaitu dengan menerapkan kejujuran dalam menjual barang. Menurut Geertz di dalam pasar tradisional tekanan terpenting dalam persaingan bukanlah kegigihan penjual dengan penjual lainnya, tetapi persaingan antara kegigihan penjual dengan calon pembeli dalam melakukan

proses tawar menawar.1 Yang artinya pedagang tersebut harus menerapkan

kejujuran dalam berdagang. Kejujuran merupakan kunci utama dalam berdagang, dengan menjelaskan apa adanya, tanpa ditutup-tutupi dan tanpa ada yang disembunyikan. Penerapan ini sudah banyak dilakukan di pasar baru Wadungasri yang berada di daerah Wadungasri dengan alamat Jl. Raya Wadungasri, Desa Kepuh Kiriman Kecamatan Waru. Dalam pasar

1

J Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2004), 281.


(12)

2

Wadungasri produk fashion pada saat ini semakin berkembang dan

prospeknya semakin baik untuk masa yang akan datang. Seperti dikatakan oleh Jacky Mussry, Partner / Kepala Devisi Consulting & Research Markplus

& Co, bahwa gejala ramai-ramainya berbagai produk mengarah ke fashion

muncul tatkala konsumen makin ingin diakui jati diri sebagai suatu pribadi.2

Dalam produk fashion, berkembangnya produk sangat bergantung pada laba

yang diperoleh. Meskipun tempatnya bedekatan dengan pasar modern tetapi

menurut wawancara dari 10 orang konsumen produk fashion, 9 orang

mengatakan di Pasar Wadungasri meskipun pasarnya tidak terlalu besar

dalam produk fashion tidak lagi ketinggalan zaman dalam design-nya,

lengkap, selalu mengikuti trend terbaru dan harganya pun terjangkau, lebih

murah dari pasar-pasar modern terdekat.3

Di dalam pasar baru Wadungasri tersebut terdapat bangunan yang terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan pancaan yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sebanyak 725 stand-stand pasar yang terdiri dari 556 unit kios, 169 unit los menempati Lantai Dasar Bawah dan Lantai Dasar bangunan pasar. Kemudian total pedagang sebanyak 585 jiwa, terdiri dari 466 jiwa stand kios, 56 jiwa stand los dan 66 jiwa stand pancaan. Dengan

luas tanah 5285 m2 dan luas bangunan 3500 m2. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Pak Hasan Bisri selaku pimpinan pasar Wadungasri, pedagang di pasar Wadungasri didominasi oleh orang Madura, sisanya adalah orang Jawa,

2Dian Savitri,”Pola Perilaku Pembelian….” (Skripsi—

Universitas Indonesia, Jakarta, 2008), 13 3


(13)

3

dan mayoritas pedagangnya adalah seorang muslim.4 Dalam pasar tersebut

kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, jilbab, sepatu,

barang elektronik, jasa dan lain-lain. Salah satu dalam hal fashion, yaitu

mulai dari baju, jilbab, sepatu, accessories, pakaian dalam, dan lain-lain.

Menurut Eddy Hartono serbuan merek asing di produk fashion

belakangan kian gencar. Mal papan atas menjadi pangkalan merek asing

untuk menyerbu pasar tradisional.5Data Kementerian Koperasi dan UKM

menunjukkan bahwa produk fashion memberikan kontribusi yang cukup besar

dari sektor industri kreatif dari waktu ke waktu.6 Semakin tahun semakin

meningkat omset yang didapatkan. Peningkatan pada sektor industri disajikan pada tabel 1.1

Tabel 1.1

Peningkatan Sektor Industri

2006 2010

Industry kreatif 257 triliun 486 triliun

Ekspor sector industry 85 miliar dollar USA 13l miliar dollar USD Jumlah unit usaha fashion 1.336.141 1.559.993

Sumber :

http://sukmainspirasi.com/weekly-buzz/item/236-peluang-bisnis-fashion-sangat-prospektif-di-indonesia,

Kunci sukses dalam bisnis perdagangan adalah dengan cara memuaskan pembeli. Berbagai kritikan dari pelanggan perlu diterima sebagai

4

Hasan Bisri, Wawancara, Sidoarjo, 25 Oktober 2014. 5 Eddy hartono, “Bisnis Fashion Tidak Ada Matinya”,

http://swa.co.id/ceo-interview/bisnis-fashion-tidak-ada-matinya, “diakses pada”, 9 Januari 2014

6 Neddy Rafinaldy Halim, “Peluang Bisnis Fashion Sangat Prospektif di Indonesia”, http://sukmainspirasi.com/weekly-buzz/item/236-peluang-bisnis-fashion-sangat-prospektif-di-indonesia, “diakses pada”, 19 Oktober 2010


(14)

4

pengembangan bisnis perdagangan. Oleh karena itu pedagang dalam mencapai tujuannya, harus mengetahui apa yang diinginkan dan yang dibutuhkan oleh pembeli. Terutama yang berkaitan dengan kualitas pelayanan pedagang tersebut terhadap konsumennya. Menurut Sumarwan, segencar apapun persaingan yanga ada di pasar, konsumen tetaplah sebagai

penentu dalam membuat keputusan pembelian.7

Bisnis yang diajarkan oleh Islam, adalah bisnis yang didasari atas kesepakatan bersama, tidak ada kecurangan, tidak ada manipulasi, sesuai dengan akad syariah yang diajarkan dan yang lebih utama adalah didasari kejujuran dan berlandaskan kepercayaan kepada Allah SWT. Kebanyakan manusia cenderung mengabaikan dampak negatifnya karena mereka cenderung berupaya memenuhi kepuasannya sendiri. Yaitu dengan cara selalu ingin mencari laba yang besar. Jika ini yang menjadi tujuan usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara. Kebanyakan mereka cenderung memisahkan persoalan ekonomi dari nilai-nilai agama ketika mereka mencari rezeki. Dampak lainnya, mereka lebih mengejar kesenangan duniawi seraya mengabaikan kepentingan akhirat. Islam juga memerintahkan umatnya untuk mengejar dan menyeimbangkan kepentingan duniawi dengan kepentingan akhirat. Allah berfirman :

                                                     7

Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 289.


(15)

5

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash: 77)8

Surat Al-Qashash ayat 77 di atas menjelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini dan manusia sebaiknya memikirkan tidak hanya duniawi tetapi juga akhirat dalam hal ini menyeimbangkan kepentingan duniawi dan akhirat. Islam mengatur

hubungan yang kuat antara akhlak, ibadah, dan muamalah.9

Islam mengajarkan, dalam memahami karakteristik dan etika

berdagang dengan mengacu pada sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu shid>iq,

fat}onah, amanah, dan tabligh.10 Kartajaya dan Sula menyebutkan bahwa ada

empat hal yang menjadi key success factors dalam mengelola suatu bisnis.

Keempat hal tersebut adalah shid}iq (benar dan jujur), fat}anah (cerdas),

amanah (terpercaya dan kredibel), dan tabligh.11 Dalam bukunya yang

berjudul “Marketing in Venus” Hermawan Kertajaya, salah seorang pakar

pemasaran memaparkan berbagai teori penjualan yang akan mendongkrak

hasil penjualan, salah satu teori itu berbunyi “be credible on your promise”

teori ini berkaitan dengan kejujuran yang setali tiga uang dengan etika.

12Lebih jauh, ulama kontemporer Yusuf Qardhawi mengatakan diantara nilai

transaksi yang terpenting dalam bisnis adalah kejujuran. Allah berfirman

8

Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadist Nabi Saw, (Jakarta: Mizan, 1995), 3-4 9

Ibid., 10

M. Nafik Ryandono, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2008), 123. 11

Muhammad Sula, Hermawan Kertajaya, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan, 2006), 120. 12


(16)

6

dalam surat Al-Isra ayat 35 yang menerangkan pentingnya kejujuran yang mana berkaitan erat dengan etika dalam bermuamalah.



 













 



“Dan sempurnakanlah sukatan apabila kamu menyukat, dan timbanglah

dengan timbangan yang adil. Yang demikian itu baik (kesannya bagi kamu di dunia) dan sebaik-baik kesudahan (yang mendatangkan pahala di

akhirat kelak)”. (Al-Isra: 35)13

Pemaparan dari Hermawan Kertajaya yang kemudian ditambahkan oleh Yusuf Al-Qardhawi ternyata sudah jauh terlebih dahulu dipaparkan dalam Alquran. Hanya saja, pemaparan dalam Alquran tidak dijelaskan secara mendetil sebab akibat apabila tidak menerapkan kejujuran dan keadilan (etika).

Etika merupakan hal yang utama dibanding dengan aspek kehidupan yang lain. Namun ketika etika dikaitkan dengan ekonomi, tentunya semua orang sudah mengetahui bahwa peranan etika sangat menentukan hasil penjualan maupun jasa. Etika dalam ekonomi tidak hanya berbicara pada tataran perilaku penjual tapi juga menyangkut kredibilitas dari produk atau jasa yang ditawarkan. Hal tersebut secara tidak langsung etika penjualan akan berimbas pada hasil daripada penjualan itu sendiri.

Aktivitas penjualan juga banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas pasar. Menurut pendapat Basu Swastha dalam

buku “Manajemen Penjualan” Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan adalah kondisi dan kemampuan penjual, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, faktor-faktor lain. Kondisi dan kemampuan penjual

13 Ibid.,


(17)

7

dapat diartikan bahwa seorang pedagang mampu mengelola bisnisnya dari segi produk maupun dari segi pemasaran produk dengan penjual yang mampu menjelaskan kualitas barang yang sebenarnya, tidak mengada-ngada dan menutup-nutupi. Dalam kegiatan ekonomi identik dengan adanya jual beli, dimana setiap kegiatan jual beli masing-masing pihak ingin selalu untung, penjual menginginkan untuk dapat menjual barang dagangannya sebanyak mungkin, dan pembeli menginginkan apa yang dibelinya mendapatkan kualitas yang baik. Namun, dalam praktiknya, dalam kegiatan jual beli terdapat kecurangan-kecurangan yang ditimbulkan oleh penjual itu sendiri. Dimulai dari kenyataan harga, hingga bahan yang berbeda jauh dari yang ditawarkan. Mereka sudah mengabaikan aturan-aturan agama. Hal ini disebabkan adanya unsur kesengajaan penjual tidak menjelaskan secara benar dan rinci kepada pembeli mengenai kualitas barang yang dijualnya. Ketidakpastian mengenai kualitas ini seperti halnya dalam kecacatan suatu barang.

Penjual menawarkan suatu barang kepada pembeli, tetapi tidak dijelaskan apakah barang tersebut cacat atau tidak, jika hal itu dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan kerugian antara kedua belah pihak yaitu jika dari sisi penjual atau pedagang akan dijauhi oleh pelanggan kalau dari segi pembeli rugi dalam hal barang yang dibeli tidak sesuai yang diinginkannya. Dalam perdagangan terjadinya pertukaran kepentingan sebagai keuntungan tanpa melakukan penekanan yang tidak dihalalkan atau


(18)

8

tindakan penipuan terhadap kelompok lain. Hal ini lah sangat dilarang dalam Islam, karena mengandung unsur penipuan.

Hal yang terjadi di lingkungan sekitar adalah pada perilaku penjual baju yang banyak melakukan kecurangan dalam berdagang. Fenomena yang sering terjadi adalah ketika menjual produknya pedagang tidak memberi tau kalau barang tersebut ada cacatnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan penjual ingin mendapatkan keuntungan yang berlebih tetapi tidak melihat dampak yang terjadi pada penjualan pedagang tersebut. Sangat merugikan banyak pembeli dan otomatis pembeli sangat kecewa. Dengan barang cacat tersebut yang seharusnya penjual rugi 1 pcs baju dengan kecurangan mereka akhirnya laku dijual meskipun dengan harga yang dibawah normal.

Ada juga penjual sepatu di pasar yang menjual barangnya grosiran. Pembeli itu membelinya tanpa mengkoreksi satu per satu barang tersebut karena kuantitas barang terlalu banyak. Pada saat barang sudah dirumah dan dibuka ternyata di dalamnya di selipkan barang yang cacat. Hal ini menjadi kecurangan yang sering dilakukan oleh penjual sepatu. Dampaknya sangat besar jika hal itu dilakukan secara terus menerus yaitu ketidakpercayaan masyarakat dalam membeli sepatu ditempat tersebut.

Penelitian ini muncul akibat adanya keingintahuan yang mendalam pada peneliti mengenai adakah pengaruh antara kejujuran pedagang muslim terhadap penjualan produk fashion. Masalah kejujuran dalam Islam menjadi isu terpenting dalam berdagang, karena jika pedagang jujur maka konsumen akan banyak yang minat untuk membeli lagi. Hal tersebut yang menjadi latar


(19)

9

belakang penulis melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kejujuran

Pedagang Muslim Terhadap Penjualan Produk Fashion”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diambil adalah:

1. Apakah ada pengaruh kejujuran pedagang muslim terhadap penjualan

produk fashion di pasar Wadungasri Sidoarjo?

2. Seberapa besar pengaruh kejujuran pedagang muslim terhadap penjualan

produk fashion di Pasar Wadungasri Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh kejujuran pedagang muslim

terhadap penjualan produk fashion di Pasar Wadungasri Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kejujuran pedagang muslim

terhadap penjualan produk fashion di Pasar Wadungasri Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan akan diperoleh melalui penelitian ini yang dilakukan oleh penulis adalah:

1. Bagi Masyarakat,

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dan semangat


(20)

10

b. Diharapkan dapat memberikan wawasan pentingnya kejujuran jika

diaplikasikan dalam perdagangan.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi guna menambah pentingnya kejujuran pada pedagang Muslim dalam

meningkatkan penjualan produk fashion. Selain itu juga dapat dijadikan

masukan untuk pedagang muslim agar mencari rezeki yang halal dan barokah dengan cara berdagang jujur.

3. Bagi Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi dalam pengembangan ekonomi islam.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Kejujuran

a. Definisi Kejujuran

Kejujuran adalah sifat yang melekat dalam diri seseorang dan merupakan hal penting untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Tabrani Rusyan, arti jujur dalam bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar, memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan kenyataan.1

Kejujuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata” jujur” yang mendapat imbuhan ke-an, yang artinya “lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus atau ikhlas”.2 Dapat disimpulkan bahwa kejujuran adalah suatu pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat dipercaya dan memberikan pengaruh bagi kesuksesan seseorang. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.

1

A. Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 2006), 25. 2


(22)

12

Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai orang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Begitu pula orang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu, sifat jujur sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan firman Allah3 :

                                   

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya. (Q.S. an-Nisa: 58).4

               

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. al-Anfal: 27).5

Dari dua ayat tersebut didapat pemahaman bahwa manusia, selain dapat berlaku tidak jujur terhadap dirinya dan orang lain, adakalanya berlaku tidak jujur juga kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud dari ketidakjujuran kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tidak

3

Irma Febvania, “Kejujuran Pedagang Muslim dalam Timbangan dan Kualitas Beras di Pasar

Beras Bendul Merisi Surabaya”(Skripsi—Universitas Airlangga, Surabaya, 2013), 27. 4

Muhammad Arief Mufraini, et al., Etika Bisnis Islam…,95. 5


(23)

13

memenuhi perintah mereka. Dengan demikian, sudah jelas bahwa kejujuran dalam memelihara amanah merupakan salah satu perintah Allah dan dipandang sebagai salah satu kebajikan bagi orang yang beriman.

b. Urgensi Sifat Jujur dan Kedudukannya dalam Islam

Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang jujur dengan mudah dapat meningkatkan martabatnya. Salah satu contoh misalnya sikap Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi nabi, ketika Beliau diserahi tugas oleh Siti Khodijah untuk menjalankan usaha dagang.6 Karena kejujuran Beliau dalam berdagang, maka usaha tersebut berhasil dengan meraih keuntungan yang besar. Di samping itu nama Beliau sebagai seorang yang jujur semakin terkenal dimana-mana.

Kejujuran dapat mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Seseorang yang biasa berlaku jujur maka ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka.

Sesungguhnya orang yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelar pendusta. Oleh karena itu, jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun

6

Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim, (Bandung: Rosdakarya, 2006), 181.


(24)

14

sebagai makhluk sosial. Kejujuran merupakan kunci sukses dalam segala hal termasuk dalam bekerja terutama berdagang.7

Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya.

Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khianat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah.

Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak memperdulikan celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi

7


(25)

15

orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.8

Salah satu ketidakjujuran dalam bisnis yang disebut dengan tadlis dan ghisy. Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak (unknown to one party).9 Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak, mereka harus mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa ditipu/dicurangi karena ada sesuatu yang unknown to one party”. Istilah Ghisy dalam bisnis adalah menyembunyikan cacat barang dan mencampur dengan barang-barang baik dengan yang jelek.

c. Bentuk-bentuk Kejujuran

Adapun bentuk, macam pengelompokan kejujuran adalah sebagai berikut:

1) Jujur niat dan kemauan

Niat adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hanya mengharap ridha Allah SWT. Nilai sebuah amal di hadapan Allah SWT, sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguhnya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang

8

A. Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 2006), 28. 9 Nida Kireinadesu,”Tadlis”,

http://nidaekonomrabbani.blogspot.com/2013/01/tadlis.html,


(26)

16

akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akan dilakukan.

2) Jujur dalam perkataan

Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah SWT dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasulullah mengingatkan10:

ْ نَع

ْ

َْةَداَبُع

ْ

ِْن ب

ْ

ِْتِماصلا

ْ

َْلاَق

ْ

َْلاَق

ْ

ُْلوُسَر

ْ

ِْهللا

ْ

-ىلص

ْ

ها

ْ

هيلع

ْ

ملسو

-ْ:

ْ«

اوُنَم ضا

ْ

ىِل

ْ

اتِس

ْ

ْ نِم

ْ

ْ مُكِسُف نَأ

ْ

ُْنَم ضَأ

ْ

ُْمُكَل

ْ

َْةنَج لا

ْ

اوُقُد صا

ْ

اَذِإ

ْ

َْح

ْ مُت ثد

ْ

اوُف وَأَو

ْ

اَذِإ

ْ

ْ مُت دَعَو

ْ

اودَأَو

ْ

اَذِإ

ْ

ْ مُت نِمُت ؤا

ْ

اوُظَف حاَو

ْ

ْ مُكَجوُرُ ف

ْ

اوضُغَو

ْ

ْ مُكَراَص بَأ

ْ

اوفُكَو

ْ

ْ مُكَيِد يَأ

Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian kalian, tunduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian. (HR. Ahmad)

3) Jujur ketika berjanji

Seorang muslim yang jujur akan senantiasa menepati janji-janjinya kepada siapapun, meskipun hanya terhadap anak kecil. Sementara itu, Allah memberi pujian orang-orang yang jujur dalam

10Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin,

Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim, (Bandung: Rosdakarya, 2006), 189.


(27)

17

berjanji. Dia memuji Nabi Ismail a.s. yang menepati janji-nya sebagai berikut:                    

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail di dalam alqur an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (Qs. Maryam[19]: 54)

4) Jujur dalam bermu’amalah11

Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu’amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim. Ketika menjual tidak akan mengurangi takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran.

5) Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan

Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya.

2. Konsep Jual Beli dalam Islam

Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Salah satunya contoh bisnis adalah Jual beli/ Berdagang. Sebelumnya pengertian dari

11


(28)

18

pedagang sendiri adalah seseorang atau lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.12 Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu.13

Kata al-bai’ (jual) dan asy-syiraa’ (beli) penggunaannya disamakan antara keduanya, yang masing-masing mempunyai pengertian lafadz yang sama dan pengertian berbeda atau dengan pengertian lain memindahkan hak milik dengan hak milik orang lain berdasarkan persetujuan dan hitungan materi. Menurut pendapat ulama hanafiah jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).14 Dalam firman Allah:

                                                                          

Orang-orang yang memakan (mengambil) riba itu tidak dapat berdiri betul melainkan seperti berdirinya orang yang dirasuk Syaitan dengan terhoyong-hayang kerana sentuhan (Syaitan) itu. Yang demikian ialah disebabkan mereka mengatakan: "Bahwa sesungguhnya berjual beli itu sama sahaja seperti riba". Padahal Allah telah menghalalkan berjual beli (berniaga) dan mengharamkan riba. Oleh itu sesiapa yang telah sampai kepadanya peringatan (larangan) dari Tuhannya lalu ia

12

Irma Febvania, “Kejujuran Pedagang Muslim dalam Timbangan dan Kualitas Beras di Pasar

Beras Bendul Merisi Surabaya”(Skripsi—Universitas Airlangga, Surabaya, 2013), 16. 13

Buchari Alma, Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2014), 142. 14


(29)

19

berhenti (dari mengambil riba), maka apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum pengharaman itu) adalah menjadi haknya, dan perkaranya terserahlah kepada Allah. Dan sesiapa yang mengulangi lagi (perbuatan mengambil riba itu) maka mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya. (Qs. Al-Baqarah[2]: 275)15

Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.

Seorang Pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur dalam arti luas tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya.16 Dan diharapkan dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-masing akan saling mendapat keuntungan.

Dalam Alquran, keharusan bersikap jujur dalam berdagang, berniaga dan atau jual beli, sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas yang

15

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 105. 16


(30)

20

antara lain kejujuran tersebut di beberapa ayat dihubungkan dengan pelaksanaan timbangan, sebagaimana firman Allah SWT17:

                                                             

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Q.S Al An'aam(6): 152)

Sesungguhnya Allah SWT telah menganjurkan kepada seluruh umat manusia pada umumnya, dan kepada para pedagang khususnya untuk berlaku jujur dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan.18 Penyimpangan dalam menimbang, menakar dan mengukur yang merupakan wujud kecurangan dalam perdagangan, sekalipun tidak begitu nampak kerugian dan kerusakan yang diakibatkannya pada manusia ketimbang tindak kejahatan yang lebih besar lagi seperti; perampokan, perampasan, pencurian, korupsi, manipulasi, pemalsuan dan yang lainnya, nyatanya tetap diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Sehingga nampak pula bahwa adanya pengharaman serta larangan dari Islam tersebut, merupakan pencerminan dan sikap dan tindakan yang begitu

17

Ibid,. 18


(31)

21

bijak yakni, pencegahan sejak dini dari setiap bentuk kejahatan manusia yang akan merugikan manusia itu sendiri.

Di samping itu, tindak penyimpangan dan atau kecurangan menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia perdagangan,19 merupakan suatu perbuatan yang sangat keji dan culas, sehingga wajar jika Allah SWT dan Rasul-Nya mengharamkan perbuatan tersebut, dan wajar pula jika para pelakunya diancam Allah SWT; akan menerima azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Alquran20:

                                           

Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang-orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang ini menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam ini. (Q.S Al Muthaffifiin (83): 1-6.21

Selain ancaman azab dan siksa di akhirat kelak bagi orang-orang yang melakukan berbagai bentuk penyimpangan dan kecurangan dalam menakar, menimbang dan mengukur barang dagangan mereka, sesungguhnya Alquran juga telah menuturkan dengan jelas dan tegas kisah

19 Ibid., 20 Ibid., 21

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT.SygmaExamadia Arkanleena, 2009).


(32)

22

onang-orang Madyan yang terpaksa harus menerima siksa dunia dari Allah SWT, lantaran menolak peringatan dari Nabi mereka Syuaib as.

                                                           

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka Syuaib. Ia berkata:"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. (Q.S Al A'raaf(7): 85)22

Ayat tersebut di atas, hendaknya menjadi peringatan bagi kita, bahwa ternyata perbuatan curang dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan, sama sekali tidak memberikan keuntungan, kehahagiaan bagi para pelakunya, bahkan hanya menimbulkan murka Allah. Sedangkan azab dan siksa serta hukuman bagi para pelaku kejahatan tersebut, nyatanya tidak selalu diturunkan Allah SWT kelak di akhirat saja, namun juga diturunkan di dunia.

Menurut Kartajaya dan Syakir Sula terdapat empat sifat Rasulullah Saw yang menjadi key success factors dalam berdagang, yaitu S}id}iq, Amanah, Fat}anah, dan Tabligh23. Adapun Tasmara melalui Labmend (Laboratory for Manajemen Development) memperkenalkan model SIFAT (Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, Tabligh).24 Sifat-sifat Rasulullah

22 Ibid., 23

Muhammad Sula, Hermawan Kertajaya, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan, 2006), 120. 24

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intelligence), (Jakarta: Gema Insani, 2001), 232-237.


(33)

23

tersebut telah mengandung etika Islam, sehingga sifat-sifat tersebut dapat menjadi landasan bagi para pedagang dalam menerapkan etika berdagang Islami di dalam setiap aktivitas berdagangnya. Alquran telah menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah Saw terdapat teladan baik.

                        

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab:21)25

a. S}idiq

Nabi Muhammad selalu dikenal sebagai pedagang yang jujur dan benar dalam menginformasikan produknya. Jika produknya memiliki kekurangan, nabi Muhammad langsung menyampaikan yang sebenarnya. S}idiq mempunyai arti kejujuran. Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap terpuji. Mereka berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan. Hatinya terbuka dan selalu bertindak lurus sehingga, mereka memiliki keberanian moral yang sangat kuat.26 Seorang yang cerdas secara ruhaniah, senantiasa memotivasi dirinya dan berada dalam lingkungan orang-orang yang memberikan makna

25

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT.SygmaExamadia Arkanleena, 2012).

26

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intelligence), (Jakarta: Gema Insani, 2001), 190.


(34)

24

kejujuran, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 119:











  

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu berada bersama-sama orang- orang yang benar.27

Setiap pebisnis harus menjaga martabat dirinya dan memulai aktivitas bisnisya dengan niat yang baik, tulus dan disertai pikiran yang jernih, terbuka dan transparan.28 Sikap jujur berarti selalu melandaskan ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Kertajaya dan Sula juga menambahkan kejujuran merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang yang beriman.29 Bahkan, kejujuran merupakan karakteristik para nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan beragama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan berjalan baik. Sebaliknya, kebohongan adalah pangkal kemunafikan dan ciri orang munafik.30 Selain itu, dalam sebuah hadist Rasulullah SAW. Bersabda :

Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam surge. Seseorang yang selalu berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang jujur. Dan jauhilah oleh kamu

27

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 105. 28

M.Nafik Ryandono, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2008), 86. 29

Muhammad Sula, Hermawan Kertajaya, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan, 2006), 107. 30


(35)

25

sekalian dusta(kizdib), karena dusta itu akan mengantarkan kepada kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang selalu berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta. (HR Al-Bukhari)

Jujur adalah lawan kata dari kata kidzb. Jujur adalah kesesuaian antara berita yang disampaikan dan fakta, antara fenomena dan yang diberitakan, serta antara bentuk dan substansi.31 Kejujuran dalam dunia bisnis, bisa juga ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan (mujahadah dan itqan). Tampilannya dapat berupa: ketepatan waktu, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi); menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu.32 Dalam hal ini bisa dicontohkan dalam mempromosikan barang tidak ada yang harus ditutup-tutupi dan disembunyikan.

Syariah memang senantiasa mengajak orang-orang shaleh untuk jujur dalam menjalankan segala urusan. Kejujuran dan rasa tanggung jawab yang memancar dari qalbu, merupakan sikap sejati manusia yang bersifat universal. Sehingga, harus mejadi keyakinan dan jati diri serta sikapnya yang paling otentik, asli, dan tidak bermuatan kepentingan lain, kecuali ingin memberikan keluhuran makna hidup.33

Al-Qur„an memerintahkan pada manusia untuk jujur, ikhlas, dan benar dalam semua perjalanan hidupnya, dan ini sangat dituntut dalam bidang bisnis syariah. Sikap jujur akan terlihat dalam kemampuan

31

Ibid.,98 32

Muslim Kelana, ABCDE Rasul : Muhammad SAW is a Great Enterpreneur, (Bandung:Dinar Publishing, 2008), 115.

33

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intelligence), (Jakarta: Gema Insani, 2001), 191.


(36)

26

menjalankan amanah-amanah yang diberikan. Orang yang jujur sudah pasti amanah dalam setiap kepercayaan yang diberikan kepadanya.34 Dalam diri seorang pedagang sifat Shiddiq haruslah tertanam dalam dirinya dalam melakukan aktivitas perdagangan dan menjalin hubungan dengan pelanggan. Pedagang senantiasa mengedepankan kebenaran informasi yang diberikan dan jujur dalam menjelaskan keunggulan produk yang dimiliki. Sekiranya dalam produk yang dipasarkan terdapat cacat atau kelemahan, maka seharusnya menyampaikan secara jujur kelemahan atau cacat dalam produknya kepada calon pembeli. Salah satu sumber hilangnya keberkahan jual beli, yaitu jika seseorang menjual barang cacat yang kecacatannya disembunyikan.

Sabda Rasulullah SAW:

Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu barang dengan tidak menerangkan (cacat) yang ada padanya, dan tidak halal bagi orang yang tahu (cacat) itu, tapi tidak menerangkannya. (H.R. Baihaqie).

b. Amanah

Menepati amanah merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang dimaksud amanah adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya.35Kunci lain dari karakteristik perdagangan yang baik dengan meneladani sikap Rasulullah adalah amanah, yakni sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap yang bisa dipercaya,

34 Kartajaya, et al., Syariah Marketing…,98.

35 Irma Febvania, “Kejujuran Pedagang Muslim dalam Timbangan dan Kualitas Beras di Pasar


(37)

27

menghormati, dan dihormati. Sikap terhormat dan dipercaya hanya dapat tumbuh apabila meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai prinsip yang tidak dapat diganggu gugat.36 Amanah juga bisa bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai ketentuan. Konsekuensi amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya, baik sedikit ataupun banyak, tidak mengambil lebih banyak daripada yang ia miliki, dan tidak mengurangi hak orang lain, baik itu berupa hasil penjualan, jasa atau upah.37

Amanah merupakan dasar dari tanggung-jawab, kepercayaan, dan kehormatan serta prinsip-prinsip yang melekat pada mereka yang cerdas secara ruhani. Amanah dapat ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran dan pelayanan yang optimal kepada pembeli. Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa ayat 58:

                                   

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila kamu menjalankan hukum diantara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan (suruhanNya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Melihat.”38

36 Ibid., 37 Ibid.,125 38


(38)

28

Dalam bisnis modern, trust atau kepercayaan diawali dengan adanya sikap saling keterbukaan dan berlaku apa adanya.39 Nilai yang terkandung alam trust itulah yang akan memberikan nilai tambah bagi pedagang. Setiap keputusan yang diambil oleh pedagang akan didasarkan pada nilai tersebut. Sehingga bisnis yang dijalankan mempunyai semangat yang disandarkan pada kepercayaan penuh antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

c. Fat}anah

Fat}anah pada umumnya diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu. Padahal makna fat}anah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh, sehingga dapat diartikan bahwa fat}anah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama spiritual. Seseorang yang memiliki sikap fat}anah, tidak saja menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat. Keputusan-keputusannya menunjukkan kemahiran seorang professional yang didasarkan sikap moral atau akhlak yang luhur. Seorang yang fat}anah tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kebijaksanaan atau kearifan dalam berpikir dan bertindak.40

Seseorang yang berjiwa fat}anah, mampu menempatkan dirinya sebagai fokus perhatian lalu menjadikan dirinya sebagai figur teladan

39

Ibid.,. 40


(39)

29

karena kemahirannya (profesionalisme) dan kepribadiannya yang mampu menumbuhkan situasi yang menentramkan.

Dalam prakteknya, tidak menutup kemungkinan bila seorang pedagang memberikan informasi ataupun jawaban yang akan menyesatkan konsumennya dengan maksud untuk mendapatkan sesuatu yang pada akhirnya merugikan konsumennya. Disinilah pentingnya kecerdasan spiritual bagi setiap pedagang di dalam melakukan seluruh aktivitasnya, sehingga pedagang dapat mengendalikan dan menjauhi segala perbuatan yang melanggar syariah Islam.

d. Tabligh

Karakteristik pedagang yang baik dalam Islam yang terakhir yaitu Tabligh. Salah satu peranan dari sikap tabligh yang merupakan salah satu sifat akhlaqul karimah dari Rasulullah SAW, yaitu menyampaikan kebenaran melalui suri teladan dan perasaan cinta yang sangat mendalam.

Kemampuan berkomunikasi dalam kata Tabligh di dalam Alquran disebut dalam bentuk kata kerja (fi’il) sedikitnya ada sepuluh kali yang artinya proses menyampaikan sesuatu untuk mempengaruhi orang lain melalui simbol-simbol yang berarti.41 Tasmara menjelaskan bahwa terdapat problem yang dihadapi dalam kaitan berkomunikasi antar individu yang seringkali terkait dengan masalah persepsi, yaitu

41


(40)

30

kemampuan seseorang dalam menafsirkan dan menyimpulkan pesan-pesan termasuk penilaian terhadap seseorang.42

3. Volume Penjualan

a. Pengertian Volume Penjualan

Penjualan merupakan tujuan utama dilakukannya kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, penjualan memegang peranan penting bagi perusahaan agar produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat terjual dan memberikan penghasilan bagi perusahaan. Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk menjual barang/jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh laba.

Pengertian penjualan menurut Kotler43: “Penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan” Berikut ini pengertian volume penjualan dikemukakan oleh Freddy Rangkuti 44

bahwa volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter.

42

Ibid.,224 43

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, terjemahan oleh Benyamin Molan, Jilid 1, (Jakarta: Indeks, 2006), 457.

44

Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif, jilid 1, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 207.


(41)

31

Terdapat beberapa indikator dari volume penjualan yang dikutip dari Philip Kotler oleh Basu Swastha yaitu45:

1) Mencapai volume penjualan 2) Mendapatkan laba

3) Menunjang pertumbuhan perusahaan

Menurut Swastha dan Irawan, permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan volume fisik maupun volume rupiah. Berdasarkan pendapat Swastha dan Irawan tersebut, pengukuran volume penjualan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu didasarkan jumlah unit produk yang terjual dan didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan).

Volume penjualan yang diukur berdasarkan unit produk yang terjual, yaitu jumlah unit penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu, sedangkan nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini pengukuran volume penjualan didasarkan pada jumlah unit produk yang terjual.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa volume penjualan adalah total penjualan yang dinilai dengan unit oleh perusahaan dalam periode tertentu untuk mencapai laba yang maksimal sehingga dapat menunjang pertumbuhan perusahaan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan

45

Basu Swastha, Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: BPFE, 2008), 404.


(42)

32

Dalam praktek, kegiatan penjualan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu46 :

1) Kondisi dan Kemampuan Penjual

Transaksi jual beli atas barang atau jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual pada pihak pertama dan pembeli pada pihak yang kedua. Disini penjual harus dapat meyakinkan pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus dapat beberapa masalah penting yang berkaitan yaitu :

a) Jenis dan karateristik barang yang akan ditawarkan. b) Syarat penjualan

c) Harga produk

d) Pelayanan purna jual, seperti pembayaran, garansi, dan sebagainya.

Masalah-masalah di atas biasa menjadi pusat perhatian pembeli sebelum melakukan pembelian. Dengan tenaga penjual yang baik dapat dihindari timbulnya rasa kecewa pada para pembeli dalam pembeliannya. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki seorang penjual antara lain sopan, pandai bergaul, pandai berbicara, jujur, mempunyai kepribadian yang menarik.

Ada sembilan etika pemasar, yang menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran

46

Basu Swastha, Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: BPFE, 2008), 406.


(43)

33

yang bersumber dari Alquran dan diterapkan oleh Nabi Muhammad sebagai pemasar yaitu47:

a) Memiliki kepribadian spiritual b) Berperilaku baik dan simpatik c) Berlaku adil dalam bisnis

d) Bersikap melayani dan rendah hati e) Menepati janji dan tidak curang f) Jujur dan Terpercaya

g) Tidak suka berburuk sangka h) Tidak suka menjelek-jelekan i) Tidak melakukan sogok

Sebagai muslim, seorang figur pebisnis yang sukses di usia muda adalah Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah adalah pebisnis yang handal, pedagang yang jujur, sukses dan bersahaja. Nabi Muhammad telah mencontohkan cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah sekaligus tetap memperoleh keuntungan yang optimal.

Adapun sifat-sifat pemasar yang disenangi pelanggan adalah48:

a) Jujur dalam memberikan informasi b) Pengetahuan yang baik tentang barang

c) Mengetahui kebutuhan konsumen dengan baik.

47

Ibid.,67 48


(44)

34

d) Memiliki pribadi yang menarik 2) Kondisi Pasar

Pasar sebagai pihak pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah: a) Jenis pasarnya, apabila pasar konsumen, pasar industri, pasar

penjual, pasar pemerintah, ataukah pasar internasional. b) Kelompok pembeli atau segmen pasarnya

c) Daya beli konsumen d) Frekuensi pembeliannya e) Keinginan atau kebutuhan 3) Modal

Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dijual belum dikenal oleh calon pembeli atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu/membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha seperti usaha promosi dan lain sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.


(45)

35

Pada perusahaan yang besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian penjualan yang dipegang oleh ahli bidang penjualan, lain halnya dengan perusahaan kecil dimana masalah penjualan juga ditangani oleh orang yang melakukan fungsi-fungsi lain.

4. Fashion

a. Pengertian Fashion

Aspek fashion semakin menyentuh kehidupan sehari-hari setiap orang. Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus berkembang. Cara berpakaian yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian dan idealisme kita. Fashion sekarang ini adalah bisnis yang cukup besar dan menguntungkan. Seperti dikatakan oleh Jacky Mussry, Partner/Kepala Devisi Consulting & Research Markplus&Co, bahwa gejala ramai-ramainya berbagai produk mengarah ke fashion muncul tatkala konsumen makin ingin diakui jati diri sebagai suatu pribadi.49

Gini Stephen Frings dalam bukunya Fashion from Concept to Customer yang dikutip dari tesis Haldani, mendefinisikan bahwa fashion adalah gaya yang sedang terpopuler pada saat tertentu.50 Fahion meliputi lingkungan yang lebih luas, bukan hanya pakaian yang terkait dengan fashion, namun semua produk yang ada di sekitar manusia, ketika sebuah fashion menjadi tolak ukur bagi industry

49

Dian Savitri,”Pola Perilaku Pembelian….” (Skripsi—Universitas Indonesia, Jakarta, 2008), 13 50


(46)

36

pakaian, fashion juga dialami oleh industry lain, seperti: furniture rumah, ponsel, kesehatan, kendaraan pribadi, pakaian, aksesoris, gaya hidup, tatanan rias wajah dan rambut,dll.

Berdasarkan Kamus oxford English Dictionary, fashion adalah gaya popular yang selalu mengikuti jaman.51 Fashion adalah benda-benda dan atribut yang dipakai manusia untuk mengidentifikasi dirinya secara khusus dan kelompok sosialnya sebagai satu kesatuan dirinya dengan pikiran-pikiran atau pernyataan citra diri pribadi ataupun sifat komunal. Benda-benda tersebut bisa berarti gaya pakaian, rambut, kendaraan, atau apa saja yang dipandang sebagai identitas diri atau kelompok.

Menurut Frings,52 Fashion adalah gaya yang paling popular pada waktu tertentu. Kata”Fashion” mengimplikasikan empat komponen diantaranya style (gaya), change (perubahan), acceptance (penerimaan) dan taste (selera).

1) Style (gaya)

Style merupakan karakteristik atau penampilan tertentu atau identitas dalam suatu pakaian atau aksesoris.

2) Change (perubahan)

Change (perubahan) merupakan suatu yang membuat fashion menjadi lebih menarik. Mereka berpendapat bahwa fashion berubah untuk merangsang pembelian. Jika fashion tidak pernah

51 Indah Nurlaily Rahmania, “Pengaruh Gaya Hidup Konsumen Muslimah Terhadap Adopsi

Belanja Online pada Produk Fashion” (Skripsi—Universitas Airlannga, Surabaya, 2013), 74. 52


(47)

37

berubah, masyarakat tidak akan membelikan pakaian dan aksesoris sesering mungkin. Menurut Frings, perubahan dalam fashion terjadi karena gaya hidup seseorang merefleksikan peristiwa yang terjadi

3) Acceptance (penerimaan)

Acceptance (penerimaan) mengimplikasikan bahwa konsumen harus membeli dan memakai style tertentu untuk menjadikannya sebagai fashion. Oleh karena itu penerimaan ditandai oleh adanya pembelian yang dilakukan dalam jumlah besar oleh masyarakat yang kemudian membuat style tersebut menjadi fashion.

4) Taste (selera)

Preferensi seorang individu pada suatu style berkaitan dengan taste (selera). Selera yang bagus dalam fashion menyatakan sensitifikasi pada apa yang bagus juga memahami kualitas dan kesederhanaan.

b. Siklus hidup Fashion

Fashion selalu berkembang dari waktu ke waktu. Tujuan dari pergerakan fashion adalah terciptanya fashion trend.53 Fashion trend merupakan style yang betahan dalam waktu yang cukup lama dan

53


(48)

38

menggambarkan sebuah era.54 Sedangkan menurut Solomon, siklus fashion terdiri dari lima tahapan, 55yaitu:

1) Creation (Penciptaan)

Suatu fashion timbul dari beberapa sumber. Fashion designer hanya salah satu yang menjadi suber dari inspirasi kreatif dalam penciptaan fashion yang baru.

2) Adoption by fashion leaders (mengadopsi dari pemimpin fashion) Daur hidup fashion dimulai ketika diadopsi langsung oleh leading consumer atau innovator, yakni orang yang pertama kali memperkenalkan suatu trend fashion baru di kelompok sosial mereka.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini namun masih memiliki perbedaan baik dalam obyek (dan tempat) yang dituju maupun jenis penelitian yang dipilih. Seperti yang dilakukan oleh Siti Nur Azizaturrohmah (2014) yang berjudul Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya (Studi Kasus Pedagang Buah),56 dilakukan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman etika berdagang pada pedagang buah muslim di Pasar Wonokromo Surabaya. Sampel yang dibutuhkan adalah pedagang buah

54

Eric Arnold, et al., Consumer 1st Edition…,76. 55

Solomon, Consumer Behavior: Buying, Having and Bein, (New Jersey: Pearson Education Internasional, 2009), 566.

56 Siti Nur Azizaturrohmah,”

Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar

Wonokromo Surabaya ( Studi Kasus Pedagang Buah)” ”(Skripsi—Universitas Airlangga, Surabaya, 2014).


(49)

39

muslim Pasar Wonokromo Surabaya. Hasil penelitiannya adalah menunjukkan bahwa secara umum pedagang muslim Pasar Wonokromo telah memahami etika berdagang berdasarkan prinsip kesatuan, kesetimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab dan kebenaran dengan cara berdagang yang jujur dan baik (tidak berbuat curang), memberi informasi yang sesuai dengan kenyataan kepada pelanggan, menimbang dengan tepat sesuai takaran, tidak mengadakan penawaran palsu, tidak menyelipkan buah yang busuk ke dalam buah yang bagus, dan saling tolong-menolong antar sesama pedagang maupun pedagang dengan pengepul.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Irma Febvania H. (2012).57 Irma melakukan penelitian yang berjudul kejujuran pedagang muslim dalam timbangan dan kualitas beras di Pasar Bendul Merisi Surabaya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif Etnografi, key informan ditetapkan secara purposive, yaitu para pedagang muslim di Pasar beras Bendul Merisi. Dalam penelitiannya, Irma membahas bagaimana kejujuran yang dilakukan oleh pedagang muslim di Pasar Bendul Merisi Surabaya dalam menimbang dan memberikan informasi kualitas beras kepada pembelinya.

Hasil penelitian ini adalah kejujuran pedagang beras muslim pasar bendul merisi Surabaya sudah menerapkan kejujuran dalam menimbang dan penjagaan kualitas beras di Pasar Bendul Merisi Surabaya.

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu

57 Irma Febvania, “Kejujuran Pedagang Muslim dalam Timbangan dan Kualitas Beras di Pasar


(50)

40

Nama Peneliti

Irma Febvania H (2012)

Siti Nur

Azizaturrohmah (2014)

Ichda Farchati N.A (2014)

Judul

Kejujuran Pedagang

Muslim Dalam

Timbangan Dan

Kualitas Beras Di Pasar Bendul Merisi Surabaya

Pemahaman Etika

Berdagang pada

Pedagang Muslim

Pasar Wonokromo

Surabaya ( Studi Kasus Pedagang Buah),

Pengaruh Kejujuran

Pedagang Muslim

terhadap penjualan

produk fashion di

pasar Wadung Asri Sidoarjo

Perbeda an

* Fokus pada Etika

berdagang dalam

timbangan beras

*Metode Kualitatif *Menggunakan metodepengumpulan data observasi dan wawancara

*Teknik

Pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling

*Fokus pada

pemahaman Etika

berdagang pada

pedagang

Muslim Pasar

Wonokromo *Metode Kualitatif *Menggunakan metode

pengumpulan data

observasi dan

wawancara

*Teknik Pengambilan

sampel menggunakan

Purposive sampling

*Fokus pada pengaruh

kejujuran pedagang

muslim terhadap

penjualan produk

fashion pada pedagang pasar Wadungasri *Metode Kuantitatif *menggunakan

metode pengumpulan

data observasi dan

kuisioner

*Teknik Pengambilan sampel menggunakan

Random Acak

Sampling Persama

an

*Mengunakan acuan teori etika bisnis islam

*Mengunakan acuan

teori etika bisnis islam

*Mengunakan acuan

teori etika bisnis islam

C. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran diperlukan sebagai kerangka berfikir dan penentuan hipotesis dalam penelitian ini. Dalam kerangka konseptual, peneliti memiliki hubungan tentang gambaran konsep yang satu dengan lainnya. Dalam model analisis ini hubungan variabel diturunkan dari rumusan masalah dan tujuan penelitian, digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini.


(51)

41

Patokan yang digunakan oleh pedagang Muslim tidak hanya berpedoman untuk kepentingan dunia semata, namun juga diperuntukkan untuk kepentingan akhirat. Seorang muslim haruslah mempunyai perilaku yang sesuai dengan Alquran dan al-Hadist. Dalam Islam dalam berdagang pun juga diatur, pedagang harus jujur dalam menjual barangnya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Kebanyakan manusia cenderung mengabaikan dampak negatifnya karena mereka cenderung berupaya memenuhi kepuasannya sendiri. Yaitu dengan cara selalu ingin mencari laba yang besar. Jika ini yang menjadi tujuan usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara. Kebanyakan mereka cenderung memisahkan persoalan ekonomi dari nilai-nilai agama ketika mereka mencari rezeki.

Dampak lainnya, mereka lebih mengejar kesenangan duniawi seraya mengabaikan kepentingan akhirat. Islam juga memerintahkan umatnya untuk mengejar dan menyeimbangkan kepentingan duniawi dengan kepentingan akhirat. Jika pedagang muslim tersebut menerapkan aturan pedagang menurut Islam maka akan berdampak pada daya minat konsumen untuk berbelanja dan

Alquran al-Hadits

Kejujuran Pedagang Muslim

Penjualan Produk Fashion


(52)

42

kemudian membuat terpengaruh oleh penjualan pada pasar tersebut terutama produk fashion.

D. Hipotesis

Berdasarkan dari teori dan konsep yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, landasan teori dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0= Kejujuran pedagang Muslim tidak berpengaruh pada penjualan produk fashion

H1= Kejujuran pedagang Muslim berpengaruh pada penjualan produk fashion

Asumsi pada penelitian ini adalah kejujuran pedagang Muslim berpengaruh signifikan pada penjualan produk fashion.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari tujuannya, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan pengujian hipotesis, pengukuran data dan pembuatan kesimpulan. Menurut Indrianto tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk menguji sebuah teori atau verifikasi teori, meletakkan teori secara deduktif dan kemudian menjadikan sebagai landasan dalam hal penemuan dan pemecahan masalah penelitian1.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2014 dan mengambil lokasi di Pasar Baru Wadungasri yang berada di daerah Waru, Sidoarjo dengan alamat Jl. Raya Wadungasri Desa Kepuh Kiriman Kecamatan Waru. Alasan pemilihan tempat penelitian ini karena tersedianya kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian sehingga sangat mempermudah dan sangat membantu kelancaran dalam melakukan penelitian.

C. Prosedur Pengumpulan Data 1

Nur Indriantoro, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1999), 70.


(54)

44

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Bungin populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.2 Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini yang ingin mengetahui pengaruh kejujuran pedagang muslim dengan penjualan produk fashion di pasar Wadungasri Kecamatan Waru. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang Pasar Wadungasri. Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik pengambilan sampel secara random (acak) dengan memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut.

a. Pedagang yang hanya menjual produk fashion, seperti pedagang baju, jilbab, accessories, dan lain-lain.

b. Pedagang fashion yang beragama Islam. 2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Random Sampling (sampel acak) untuk menentukan responden yang akan diteliti dari pasar tersebut.

Kemudian penentuan responden menggunakan Rumus Yamane dalam Bungin. Pada perencanaan sampel dengan menggunakan rumus

2

Burhan Bungin, Penelitian Kuantitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), 109.


(55)

45

Yamane dapat memberikan bobot yang representatif sehingga dapat dilakukan perhitungan secara pasti jumlah besaran sampel untuk populasi tertentu. Hal ini digunakan rumus ini dikarenakan populasi memiliki karakter yang sukar digambarkan.

Total populasi pedagang fashion sebanyak 195 orang. Rumus Yamane:

n= N

= 195

= 195

= 66,1 66 Responden Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dicari N= Jumlah Populasi

d = Nilai Presisi (ditentukan 0,1)

Penentuan jumlah responden dalam penelitian berjumlah 66 responden seperti yang tersaji dalam perhitungan sebelumnya menggunakan rumus Yamane bertujuan agar mempermudah perhitungan.

D. Variabel Penelitian N (d)2 + 1

195(0,1)2 + 1


(1)

92 BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pedagang kecil di pasar Wadungasri mengenai pengaruh kejujuran pedagang muslim terhadap penjualan produk fashion dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kejujuran pedagang muslim terhadap penjualan produk fashion, berdasarkan persamaan regresi::

Y -241.516 + 88.511X

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada kejujuran maka penjualan menurun sebesar Rp 241.516,00 dan jika kejujuran itu meningkat sebanyak 1 orang maka tingkat penjualan akan mengalami peningkatan sebesar Rp 88.511,00. Semakin banyak orang yang jujur, makin semakin tinggi pula jumlah penjualan pada produk fashion.

2. Pengaruh dari Kejujuran Pedagang Muslim terhadap Penjualan Produk Fashion secara simultan sebesar 0,338 atau 34%. Hal ini berarti kejujuran pedagang muslim sangat berpengaruh terhadap penjualan pada produk

fashion sebesar 34%. Sedangkan sisanya sebesar 66% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


(2)

93

B. Saran

1. Bagi Pasar Baru Wadungasri

a. Disarankan pada pihak Pasar Wadungasri dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara melakukan pembinaan terhadap pedagang, menciptakan kondisi pasar yang kondusif dan layak untuk berusaha serta mengupayakan kelancaran distribusi barang sehingga tercipta kestabilan harga barang. Yang terpenting adalah Pelatihan Strategi Penjualan terutama pengaturan barang dagangan (display), pelayanan kepada pembeli, tekhnik komunikasi serta transaksi yang jujur namun tetap menguntungkan, serta promosi barang yang dijual.

b. Diharapkan pimpinan pasar bisa mengawasi keadaan pasar yang sering terjadi kecurangan di dalam pasar yang sangat berpengaruh dalam penjualan. Agar tidak lengah dalam pengawasan, apabila terjadi kecurangan dalam berdagang dan akhirnya bisa menurunkan penjualan para pedagang pada produk fashion segera mencari solusinya karena lambat laun jika tidak dikelola akan menjadi besar dan tidak terkendalikan, sehingga akan menimbulkan turunnya volume penjualan pada pedagang tersebut dan pasar akan menjadi sepi dari pelanggan. 2. Bagi para pedagang

Bagi karyawan diharapkan lebih mampu menciptakan suasana pasar yang produktif dan memberikan pelayanan yang baik kepada semua konsumen. Menjual barang tanpa ada yang ditutup-tutupi, jika ada cacat selalu beri informasi terhadap pembeli, jangan ada kecurangan antar


(3)

94

sesama. Jika berdagang dengan menerapkan prinsip Rasullullah, dengan cara seperti itulah mencari rezeqi yang barokah.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan menerapkan konsep dan teknik analisis data yang berbeda sehingga dapat membandingkan metode, selain itu masih terdapat beberapa konflik lainnya dalam setiap pasar yang harus diteliti.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alma Buchari, Priansa Donni Juni. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung:

Alfabeta, 2014.

Ansori Muslich. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

Arikunto Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Aziz Abdul. Etika Bisnis Perspektif islam. Bandung: Alfabeta, 2013.

Badri Muhammad Arifin bin. Sifat Perniagaan Nabi. Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2008.

Bungin Burhan. Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2005.

Danim Sudarman. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku Acuan Dasar bagi Mahasiswa Program Sarjana dan Peneliti Pemula. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 1997.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT.Sygma

Examadia Arkanleena, 2009.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT.Sygma

Examadia Arkan leena, 2012.

Dickerson.Inside the Fashion Bushiness. New Jersey: Pearson Education Inc, 2003.

Frings G.S. Fashion: From concept to customer. New Jersey: Person Education Inc, 2005.

Ghozali, Imam. Aplikasi SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2007.

Gumilar, Ivan dkk. Modul Praktikum: Metode Riset Untuk Bisnis dan

Manajemen. Bandung: Utama Universitas Widyatama, 2007.

Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin. Meneladani Akhlak Nabi Membangun


(5)

Indriantoro Nur, Supomo Bambang. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1999.

Kelana, Muslim. ABCDE Rasul: Muhammad SAW is a Great Enterpreneur.

Bandung: Dinar Publishing, 2008.

Kotler Philip. Manajemen Pemasaran, Benyamin Molan, Jilid 1. Jakarta: Indeks, 2006.

Maryati Mc. Statistik Ekonomi dan Bisnis Plan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001.

Mufraini Muhammad Arief, Setyanto Budi. Etika Bisnis Islam. Jakarta: Gramata. Publishing, 2011.

Nafik Muhammad Riyandono. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Surabaya: Amanah Pustaka, 2008.

Narwoko J Dwi, Suyanto Bagong. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana, 2004.

Nazir Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Qardhawi Yusuf. Bagaimana Memahami Hadist Nabi Saw. Jakarta: Mizan, 1995. Rangkuti Freddy. Strategi Promosi Yang Kreatif, jilid 1. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2002.

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian: Public Relation & Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada, 2003.

Solomon. Consumer Behavior: Buying, Having and Bein, New Jersey: Pearson Education Internasional, 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2008.

_______. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D.Bandung: Alfabeta, 2012.

Sumarwan Ujang. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

Sula Muhammad Syakir, Kertajaya Hermawan. Syariah Marketing. Bandung:


(6)

Swastha Basu, Handoko Hani. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku

Konsumen. Yogyakarta: BPFE, 2008.

Tabrani A. Rusyan. Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 2006.

Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intelligence). Jakarta: Gema Insani, 2001.

Dian Savitri,”Pola Perilaku Pembelian….” (Skripsi—Universitas Indonesia, Jakarta, 2008).

Indah Nurlaily Rahmania, “Pengaruh Gaya Hidup Konsumen Muslimah Terhadap

Adopsi Belanja Online pada Produk Fashion” (Skripsi—

UniversitasAirlannga, Surabaya, 2013).

Irma Febvania, “Kejujuran Pedagang Muslim dalam Timbangan dan Kualitas

Beras di Pasar Beras Bendul Merisi Surabaya” (Skripsi—

UniversitasAirlangga, Surabaya, 2013).

Siti Nur Azizaturrohmah,” Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim

Pasar Wonokromo Surabaya ( Studi Kasus Pedagang Buah)” ”(Skripsi—

UniversitasAirlangga, Surabaya, 2014).

Eddy hartono, “Bisnis Fashion Tidak Ada Matinya”,

http://swa.co.id/ceo-interview/bisnis-fashion-tidak-ada-matinya, “diakses pada”, 9 Januari 2014