Analisis Potensi Ekonomi Rencana Pemekaran Kabupaten Simalungun Hataran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras
untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama
pembangunan, tetapi bukan merupakan satu-satunya. Dengan demikian,
pembangunan seharusnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak
yang melibatkan soal pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan
sistem ekonomi dan sosial (Todaro : 1995). Pembangunan terus diupayakan oleh
negara berkembang dengan tujuan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin
meningkat, mengentaskan kemiskinan dengan cara meningkatkan produktivitas
ekonominya dan seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun di pedesaan
dapat merasakan pembangunan. Segala upaya dilakukan pemerintah pusat
maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah dinilai akan lebih cepat terwujud apabila
daerah memiliki wewenang untuk mengelola potensi daerahnya sendiri.
Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang ditandai dengan
lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 32 Tahun 2004. Lahirnya undangundang tersebut disambut positif oleh banyak kalangan dengan segenap harapan
bahwa melalui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya
untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap
kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Kini setelah kebijakan
itu diterapkan ada banyak peristiwa yang terjadi di seluruh tanah air. Diantara
yang paling populer adalah ide pemekaran wilayah, baik pemekaran provinsi
Universitas Sumatera Utara
maupun kabupaten. Di Sumatera Utara dapat dicatat misalnya ide pemekaran
provinsi baru dikembangkan oleh tokoh-tokoh tertentu dari berbagai daerah,
seperti Provinsi Pakpak, Provinsi Sumatera Timur dan Provinsi Tapanuli.
Demikian juga halnya dengan ide pemekaran kabupaten. Dari berbagai berita
yang banyak dilansir media massa setidaknya terdapat beberapa kabupaten yang
dimekarkan misalnya: Kabupaten Batu Bara di Asahan, Kabupaten Deli di Deli
Serdang, Kabupaten Humbang Hasundutan di Tobasa, Kabupaten Pakpak Bharat
di Dairi, Kabupaten Madina yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan
dan Kabupaten Toba Samosir yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara
telah diresmikan dan kini menjadi daerah otonomi baru (Wahyudi, dkk : 2002).
Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik
provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah
yang dimilikinya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola
sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan
dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan
mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya,
baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Adanya pemekaran
diharapkan mampu mendorong percepatan pembangunan bukan memperburuk
keadaan.
Ada berbagai latar belakang dan kepentingan di balik upaya pembentukan
daerah otonomi baru, hal yang sering muncul ke permukaan dan sangat klasik
ialah adanya kesenjangan kesejahteraan masyarakat antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain di sebuah daerah otonomi. Selain itu, terjadinya
Universitas Sumatera Utara
ketimpangan infrastruktur antar bagian juga turut mempengaruhi hasrat
masyarakat dan elit setempat untuk menggulirkan pemekaran wilayah.
Gagasan pemekaran untuk Kabupaten Simalungun sebenarnya sudah dimulai
sejak tahun 2007 dengan motivasi mempercepat pembangunan ekonomi terutama
pengadaan infrastruktur yaitu jalan-jalan di kecamatan dan perbaikan fasilitas
pelayanan sosial lainnya. Opini masyarakat Simalungun yang mengeluhkan
masalah infrastruktur mencoba untuk memberikan aspirasinya, berikut ringkasan
tulisan Sarmedi Purba (2007) berisi opini pemekaran Simalungun: “Salah satu
kesimpulan pada era reformasi adalah mempercepat pembangunan dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui pemberian
otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah. Pemerintahan kabupaten sebagai
daerah otonom akan lebih demokratis, kepala daerah lebih mudah menjalankan
tugasnya dan akan terfokus untuk masalah-masalah yang benar-benar menyentuh
kepentingan masyarakat. Ini berarti bahwa rakyat pada satu daerah otonomi di
tingkat kabupaten kota akan lebih banyak berinteraksi dengan kepala daerah dan
stafnya dan kontrol sosial masyarakat lebih berfungsi. Merujuk pada pendapat di
atas maka Kabupaten Simalungun sebaiknya dimekarkan menjadi dua kabupaten
dan pada tahap berikutnya menjadi 4 sampai 5 kabupaten yang penduduknya
masing-masing antara 100 sampai 200 ribu jiwa, sehingga pada akhir ceritanya
5-6 kabupaten hasil pemekaran itu digabungkan dengan kota Pematang Siantar
membentuk satu Provinsi Simalungun. Mengapa pemekaran Kabupaten
Simalungun penting sebagai upaya mempercepat pembangunan infrastruktur di
daerah ini?Pembangunan yang macet atau pembangunan yang “jalan di tempat”
di Kabupaten Simalungun, khususnya dalam pembangunan infrastruktur, dapat
Universitas Sumatera Utara
kita lihat dari minimnya penambahan atau pembukaan jalan baru, jalan yang
lama rusak kronis. Masih ada beberapa ibukota kecamatan yang tidak dapat
dijangkau dengan kenderaan roda 4 kecuali berkeliling melewati kabupaten lain,
semisal jalan ke Sindarraya dan Nagori Dolog. Kita berpendapat bahwa
pembangunan infrastruktur lainnya akan berkembang dengan cepat kalau sarana
jalan menuju kecamatan-kecamatan dan desa-desa yang terpencil dijamin
berfungsi dengan baik. Sarana pendidikan dan kesehatan hanya dapat berfungsi
kalau transportasi berjalan dengan wajar. Hasil pertanian akan mendapat „nilai
tambah“ dengan pembukaan jalan. Sebaliknya dengan rusaknya jalan yang sudah
ada, maka usaha pertanian rakyat akan menjadi tidak efisien dan tidak
menambah pendapatan masyarakat. Akhirnya kita ingin mengingatkan bahwa
pembangunan demokrasi dan upaya pembangunan bertujuan mengangkat harkat
manusia dari jurang kemiskinan”.
Kabupaten Simalungun memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu 833.251
jiwa (hasil sensus terakhir) dan akan terus bertambah. Kabupaten Simalungun
adalah kabupaten ketiga terbesar di daerah Sumatera Utara setelah Kabupaten
Madina dan Langkat. Kabupaten Simalungun memiliki letak yang strategis karena
berada diantara delapan daerah kabupaten, antara lain Kabupaten Serdang
Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara dan Kota
Pematangsiantar. Luas daerah Kabupaten Simalungun 4.372,50 Km2 dan dibagi
atas 31 kecamatan. Kecamatan terbesar adalah Raya dengan luas daerah 335,60
Km2 dan kecamatan yang memiliki luas daerah terkecil adalah Haranggaol
Horison dengan luas daerah 34,50 Km2. Dengan memiliki wilayah yang sangat
Universitas Sumatera Utara
luas tentu Kabupaten Simalungun sangat berpotensi untuk membangun
perekonomian daerahnya.
Menurut (Moedjodo,2006 dalam Syofriza Syofyan : 2010) bahwa Kabupaten
Simalungun merupakan salah satu primadona perekonomian di Sumatera Utara
khusus untuk perkebunan yang dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara.
Kabupaten Simalungun memiliki peran dan nilai strategis serta arti penting yang
tidak kecil bagi wilayah sekitarnya . Berdasarkan hasil penelitian yang pernah
dilakukan Syofriza Syofian Kabupaten Simalungun memiliki dua sektor unggulan
yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Simalungun yaitu (1), Sektor
Pertanian dan (2), Sektor jasa-jasa. Sektor pertanian mengalami perkembangan
yang ditandai dengan peralihan fungsi sawah menjadi perkebunan pada tahun
2003 sampai 2005 terutama di Kecamatan Huta Bayu Raja, Bosar Maligas,
Bandar Huluan, Bandar Masilam, Pematang Bandar, Bandar, Dolok Batu
Nanggar, dan Simalungun bagian bawah yang menjadi sentra persawahan.
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang disebut sebagai “simpul
ekonomi dunia” berada di wilayah kecamatan Bosar Maligas yaitu salah satu
kecamatan yang direncanakan sebagai wilayah Simalungun Hataran. Kehadiran
dan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2012, diramalkan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan adanya lapangan pekerjaan dan
industri pendukung lain.
Opini pembentukan daerah otonomi baru harus ditanggapi dengan matang dan
memperhatikan apakah daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang dapat
dikembangkan sehingga daerah tersebut dapat dinilai mandiri ekonomi. Lahirnya
Universitas Sumatera Utara
gagasan
pembentukan
Kabupaten
Simalungun
Hataran
dengan
ibukota
Perdagangan, semata-mata karena kepedulian terhadap kondisi kecamatan kecil
yang belum mendapat infrastruktur yang memadai mengingat jumlah penduduk
yang bertambah setiap tahun. Kecamatan yang direncanakan bergabung dalam
Kabupaten Simalungun Hataran antara lain: Siantar, Gunung Maligas, Gunung
Malela, Dolok Batu Nanggar, Pematang Bandar, Bandar Huluan, Bandar
Masilam, Bandar, Ujung Padang, Bosar Maligas, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja
Bah Jambi, Tapian Dolok, Tanah Jawa dan Hatonduhan.
Gambar 1.1
Peta Wilayah Simalungun dan pembagian Wilayah Simalungun Hataran
Universitas Sumatera Utara
Pemekaran
wilayah
adalah
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Agar strategi pembangunan daerah dapat berjalan
secara dinamis dan berkelanjutan, maka harus diperhatikan dan dianalisis secara
tepat lingkungan daerah baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi
potensi daerah, keuangan daerah, komoditas unggulan, aglomerasi industri, pusat
pertumbuhan (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010). Jika Simalungun Hataran
dimekarkan dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Simalungun, daerah otonom
harus mampu berusaha sendiri untuk meningkatkan pendapatannya maka
penggalian potensi daerah serta penggunaan potensi yang tepat adalah jalan
terbaik, karena tanpa memperhitungkan potensi daerah yang bersangkutan maka
pembangunan tidak akan mencapai hasil yang optimal. Sektor-sektor yang dapat
diunggulkan tiap daerah adalah sektor-sektor yang memiliki keunggulan basis,
mempunyai keunggulan kompetitif dan sektor yang mempunyai spesialisasi di
daerah tersebut. Analisa mengenai sektor-sektor ini sangat diperlukan untuk
perencanaan pengembangan pembangunan dimasa yang akan datang terutama
dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Kecamatan yang bergabung dalam Kabupaten Simalungun Hataran
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih dibandingkan dengan kecamatan
lainnya. Namun walaupun demikian , perlu dilakukan penelitian terhadap potensi
ekonomi Simalungun Hataran untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi
penggerak kegiatan ekonomi di Kabupaten Simalungun Hataran. Dan berdasarkan
hal inilah penelitian “Analisis Potensi Ekonomi untuk Pemekaran Simalungun
Hataran” ini dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
masalah yang akan dikaji adalah :
1. Sektor ekonomi apa saja yang mempunyai potensi sebagai sektor
basis serta yang mempunyai keunggulan kompetitif atau daya saing
dan spesialisasi dengan bantuan alat analisis LQ dan Shift-Share.
2. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai rencana pemekaran
Simalungun Hataran.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengetahui
kelayakan pemekaran Simalungun Hataran sebagai kabupaten dengan cara :
1. Mengetahui sektor-sektor yang mempunyai potensi sektor basis serta
mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi..
2. Mengetahui pendapat atau persepsi masyarakat mengenai rencana
pemekaran Simalungun Hataran menjadi kabupaten.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi, informasi dan
pedoman bagi pengambil kebijakan serta peneliti lainnya yang berminat di
bidang ini :
1. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun membuat perencanaan
kebijakan pembangunan ekonomi daerah berdasarkan potensi ekonomi
yang dimiliki Simalungun Hataran.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Simalungun tentang kinerja masing-masing sektor.
3. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun
Provinsi
mengambil keputusan dan
dan Pemerintah
kebijakan dalam
pemekaran
Simalungun Hataran menjadi sebuah kabupaten.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras
untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama
pembangunan, tetapi bukan merupakan satu-satunya. Dengan demikian,
pembangunan seharusnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak
yang melibatkan soal pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan
sistem ekonomi dan sosial (Todaro : 1995). Pembangunan terus diupayakan oleh
negara berkembang dengan tujuan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin
meningkat, mengentaskan kemiskinan dengan cara meningkatkan produktivitas
ekonominya dan seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun di pedesaan
dapat merasakan pembangunan. Segala upaya dilakukan pemerintah pusat
maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah dinilai akan lebih cepat terwujud apabila
daerah memiliki wewenang untuk mengelola potensi daerahnya sendiri.
Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang ditandai dengan
lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 32 Tahun 2004. Lahirnya undangundang tersebut disambut positif oleh banyak kalangan dengan segenap harapan
bahwa melalui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya
untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap
kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Kini setelah kebijakan
itu diterapkan ada banyak peristiwa yang terjadi di seluruh tanah air. Diantara
yang paling populer adalah ide pemekaran wilayah, baik pemekaran provinsi
Universitas Sumatera Utara
maupun kabupaten. Di Sumatera Utara dapat dicatat misalnya ide pemekaran
provinsi baru dikembangkan oleh tokoh-tokoh tertentu dari berbagai daerah,
seperti Provinsi Pakpak, Provinsi Sumatera Timur dan Provinsi Tapanuli.
Demikian juga halnya dengan ide pemekaran kabupaten. Dari berbagai berita
yang banyak dilansir media massa setidaknya terdapat beberapa kabupaten yang
dimekarkan misalnya: Kabupaten Batu Bara di Asahan, Kabupaten Deli di Deli
Serdang, Kabupaten Humbang Hasundutan di Tobasa, Kabupaten Pakpak Bharat
di Dairi, Kabupaten Madina yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan
dan Kabupaten Toba Samosir yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara
telah diresmikan dan kini menjadi daerah otonomi baru (Wahyudi, dkk : 2002).
Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik
provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah
yang dimilikinya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola
sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan
dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan
mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya,
baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Adanya pemekaran
diharapkan mampu mendorong percepatan pembangunan bukan memperburuk
keadaan.
Ada berbagai latar belakang dan kepentingan di balik upaya pembentukan
daerah otonomi baru, hal yang sering muncul ke permukaan dan sangat klasik
ialah adanya kesenjangan kesejahteraan masyarakat antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain di sebuah daerah otonomi. Selain itu, terjadinya
Universitas Sumatera Utara
ketimpangan infrastruktur antar bagian juga turut mempengaruhi hasrat
masyarakat dan elit setempat untuk menggulirkan pemekaran wilayah.
Gagasan pemekaran untuk Kabupaten Simalungun sebenarnya sudah dimulai
sejak tahun 2007 dengan motivasi mempercepat pembangunan ekonomi terutama
pengadaan infrastruktur yaitu jalan-jalan di kecamatan dan perbaikan fasilitas
pelayanan sosial lainnya. Opini masyarakat Simalungun yang mengeluhkan
masalah infrastruktur mencoba untuk memberikan aspirasinya, berikut ringkasan
tulisan Sarmedi Purba (2007) berisi opini pemekaran Simalungun: “Salah satu
kesimpulan pada era reformasi adalah mempercepat pembangunan dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui pemberian
otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah. Pemerintahan kabupaten sebagai
daerah otonom akan lebih demokratis, kepala daerah lebih mudah menjalankan
tugasnya dan akan terfokus untuk masalah-masalah yang benar-benar menyentuh
kepentingan masyarakat. Ini berarti bahwa rakyat pada satu daerah otonomi di
tingkat kabupaten kota akan lebih banyak berinteraksi dengan kepala daerah dan
stafnya dan kontrol sosial masyarakat lebih berfungsi. Merujuk pada pendapat di
atas maka Kabupaten Simalungun sebaiknya dimekarkan menjadi dua kabupaten
dan pada tahap berikutnya menjadi 4 sampai 5 kabupaten yang penduduknya
masing-masing antara 100 sampai 200 ribu jiwa, sehingga pada akhir ceritanya
5-6 kabupaten hasil pemekaran itu digabungkan dengan kota Pematang Siantar
membentuk satu Provinsi Simalungun. Mengapa pemekaran Kabupaten
Simalungun penting sebagai upaya mempercepat pembangunan infrastruktur di
daerah ini?Pembangunan yang macet atau pembangunan yang “jalan di tempat”
di Kabupaten Simalungun, khususnya dalam pembangunan infrastruktur, dapat
Universitas Sumatera Utara
kita lihat dari minimnya penambahan atau pembukaan jalan baru, jalan yang
lama rusak kronis. Masih ada beberapa ibukota kecamatan yang tidak dapat
dijangkau dengan kenderaan roda 4 kecuali berkeliling melewati kabupaten lain,
semisal jalan ke Sindarraya dan Nagori Dolog. Kita berpendapat bahwa
pembangunan infrastruktur lainnya akan berkembang dengan cepat kalau sarana
jalan menuju kecamatan-kecamatan dan desa-desa yang terpencil dijamin
berfungsi dengan baik. Sarana pendidikan dan kesehatan hanya dapat berfungsi
kalau transportasi berjalan dengan wajar. Hasil pertanian akan mendapat „nilai
tambah“ dengan pembukaan jalan. Sebaliknya dengan rusaknya jalan yang sudah
ada, maka usaha pertanian rakyat akan menjadi tidak efisien dan tidak
menambah pendapatan masyarakat. Akhirnya kita ingin mengingatkan bahwa
pembangunan demokrasi dan upaya pembangunan bertujuan mengangkat harkat
manusia dari jurang kemiskinan”.
Kabupaten Simalungun memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu 833.251
jiwa (hasil sensus terakhir) dan akan terus bertambah. Kabupaten Simalungun
adalah kabupaten ketiga terbesar di daerah Sumatera Utara setelah Kabupaten
Madina dan Langkat. Kabupaten Simalungun memiliki letak yang strategis karena
berada diantara delapan daerah kabupaten, antara lain Kabupaten Serdang
Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara dan Kota
Pematangsiantar. Luas daerah Kabupaten Simalungun 4.372,50 Km2 dan dibagi
atas 31 kecamatan. Kecamatan terbesar adalah Raya dengan luas daerah 335,60
Km2 dan kecamatan yang memiliki luas daerah terkecil adalah Haranggaol
Horison dengan luas daerah 34,50 Km2. Dengan memiliki wilayah yang sangat
Universitas Sumatera Utara
luas tentu Kabupaten Simalungun sangat berpotensi untuk membangun
perekonomian daerahnya.
Menurut (Moedjodo,2006 dalam Syofriza Syofyan : 2010) bahwa Kabupaten
Simalungun merupakan salah satu primadona perekonomian di Sumatera Utara
khusus untuk perkebunan yang dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara.
Kabupaten Simalungun memiliki peran dan nilai strategis serta arti penting yang
tidak kecil bagi wilayah sekitarnya . Berdasarkan hasil penelitian yang pernah
dilakukan Syofriza Syofian Kabupaten Simalungun memiliki dua sektor unggulan
yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Simalungun yaitu (1), Sektor
Pertanian dan (2), Sektor jasa-jasa. Sektor pertanian mengalami perkembangan
yang ditandai dengan peralihan fungsi sawah menjadi perkebunan pada tahun
2003 sampai 2005 terutama di Kecamatan Huta Bayu Raja, Bosar Maligas,
Bandar Huluan, Bandar Masilam, Pematang Bandar, Bandar, Dolok Batu
Nanggar, dan Simalungun bagian bawah yang menjadi sentra persawahan.
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang disebut sebagai “simpul
ekonomi dunia” berada di wilayah kecamatan Bosar Maligas yaitu salah satu
kecamatan yang direncanakan sebagai wilayah Simalungun Hataran. Kehadiran
dan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei melalui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2012, diramalkan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan adanya lapangan pekerjaan dan
industri pendukung lain.
Opini pembentukan daerah otonomi baru harus ditanggapi dengan matang dan
memperhatikan apakah daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang dapat
dikembangkan sehingga daerah tersebut dapat dinilai mandiri ekonomi. Lahirnya
Universitas Sumatera Utara
gagasan
pembentukan
Kabupaten
Simalungun
Hataran
dengan
ibukota
Perdagangan, semata-mata karena kepedulian terhadap kondisi kecamatan kecil
yang belum mendapat infrastruktur yang memadai mengingat jumlah penduduk
yang bertambah setiap tahun. Kecamatan yang direncanakan bergabung dalam
Kabupaten Simalungun Hataran antara lain: Siantar, Gunung Maligas, Gunung
Malela, Dolok Batu Nanggar, Pematang Bandar, Bandar Huluan, Bandar
Masilam, Bandar, Ujung Padang, Bosar Maligas, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja
Bah Jambi, Tapian Dolok, Tanah Jawa dan Hatonduhan.
Gambar 1.1
Peta Wilayah Simalungun dan pembagian Wilayah Simalungun Hataran
Universitas Sumatera Utara
Pemekaran
wilayah
adalah
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Agar strategi pembangunan daerah dapat berjalan
secara dinamis dan berkelanjutan, maka harus diperhatikan dan dianalisis secara
tepat lingkungan daerah baik internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi
potensi daerah, keuangan daerah, komoditas unggulan, aglomerasi industri, pusat
pertumbuhan (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010). Jika Simalungun Hataran
dimekarkan dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Simalungun, daerah otonom
harus mampu berusaha sendiri untuk meningkatkan pendapatannya maka
penggalian potensi daerah serta penggunaan potensi yang tepat adalah jalan
terbaik, karena tanpa memperhitungkan potensi daerah yang bersangkutan maka
pembangunan tidak akan mencapai hasil yang optimal. Sektor-sektor yang dapat
diunggulkan tiap daerah adalah sektor-sektor yang memiliki keunggulan basis,
mempunyai keunggulan kompetitif dan sektor yang mempunyai spesialisasi di
daerah tersebut. Analisa mengenai sektor-sektor ini sangat diperlukan untuk
perencanaan pengembangan pembangunan dimasa yang akan datang terutama
dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Kecamatan yang bergabung dalam Kabupaten Simalungun Hataran
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih dibandingkan dengan kecamatan
lainnya. Namun walaupun demikian , perlu dilakukan penelitian terhadap potensi
ekonomi Simalungun Hataran untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi
penggerak kegiatan ekonomi di Kabupaten Simalungun Hataran. Dan berdasarkan
hal inilah penelitian “Analisis Potensi Ekonomi untuk Pemekaran Simalungun
Hataran” ini dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
masalah yang akan dikaji adalah :
1. Sektor ekonomi apa saja yang mempunyai potensi sebagai sektor
basis serta yang mempunyai keunggulan kompetitif atau daya saing
dan spesialisasi dengan bantuan alat analisis LQ dan Shift-Share.
2. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai rencana pemekaran
Simalungun Hataran.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengetahui
kelayakan pemekaran Simalungun Hataran sebagai kabupaten dengan cara :
1. Mengetahui sektor-sektor yang mempunyai potensi sektor basis serta
mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi..
2. Mengetahui pendapat atau persepsi masyarakat mengenai rencana
pemekaran Simalungun Hataran menjadi kabupaten.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi, informasi dan
pedoman bagi pengambil kebijakan serta peneliti lainnya yang berminat di
bidang ini :
1. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun membuat perencanaan
kebijakan pembangunan ekonomi daerah berdasarkan potensi ekonomi
yang dimiliki Simalungun Hataran.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Simalungun tentang kinerja masing-masing sektor.
3. Memudahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun
Provinsi
mengambil keputusan dan
dan Pemerintah
kebijakan dalam
pemekaran
Simalungun Hataran menjadi sebuah kabupaten.
Universitas Sumatera Utara