ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN PEMEKARAN DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN PEMEKARAN
DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

DICKI RIEFALDI

ABSTRAK

Otonomi daerah lahir memberikan ruang akan kebebasan ekonomi kepada
daerah dalam menggali dan memanfaatkan potensi ekonomi dalam upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh hal itu penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi
potensial di berbagai daerah otonomi baru di Provinsi Lampung sebagai bahan
informasi dan pertimbangan dalam melakukan perencanaan pembangunan
ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Produk Domestik
Regional Bruto berbagai Daerah Otonomi Baru dan Provinsi Lampung Tahun
2008-2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis LQ,
Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) serta Tipologi Sektoral. Hasil
penelitian dari alat analisis LQ, shift share, MRP, dan Tipologi Sektoral
menggambarkan bahwa di setiap deerah memiliki sektor ekonomi unggulan yang

menjadi kegiatan spesialisasi ekonomi di masing-masing daerah, ini menunjukan
karakteristik ekonomi yang berbeda antara berbagai daerah.
Kata kunci: daerah otonomi baru, potensi ekonomi, kesejahteraan masyarakat

ANALYSIS OF ECONOMIC POTENCY OF EXPANSION REGENCY
IN PROVINCE OF LAMPUNG

by

DICKI RIEFALDI

ABSTRACT

Regional autonomy has given an economic authority to local governance in
exploring and exploiting the economic potency as efforts to improve the welfare
of the society. Therefore, this study aims to analyze the economic potency and
identify potential sector of economy in new autonomous region in the province of
Lampung for considerate option in doing economic development plan. This study
uses secondary data from Gross Regional Domestic Product of new autonomous
regions and the province of Lampung in 2008-2013. Analyzing tools which are

used in this research are LQ, Shift Share, Growth Ratio Model and Sectoral
Typology. The results from those analyzing tools show that in each regency has
own potential economic sector which become economic specialization in each
area, it shows the different economic characteristics between the various regions.
Keywords: new autonomous regions, economic potency , social welfare

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 23 September 1991 anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hermansyah dan Ibu Agustini.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 3 Sukajadi dan lulus pada tahun
2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 51 Palembang dan
selesai pada tahun 2006, lalu melanjutkan kejenjang selanjutnya di SMA Negeri 21
Palembang hingga tahun 2009.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan dengan Jalur SPMB. Penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 di Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung
Selatan.


Selama menempuh pendidikan, penulis telah mengikuti beberapa organisasi baik
internal maupun eksternal kampus, antara lain:
 Brigadir Muda BEM FE Masa bakti 2010 -2011.
 Ketua Panitia Khusus Pemira HIMEPA di Tahun 2011
 Sekretaris Bidang III Kaderisasi dan Hubungan luar HIMEPA FEB 2011-2012
 Sekretaris Komisi I Perundang-undangan dan pengawasan Internal DPM FEB
Masa bakti 2012 – 2013.

 Kepala Dinas IV Sosial Politik BEM FEB Unila Masa bakti 2013-2014
 Kepala Departemen Kepemudaaan Serta Wakil Sekretaris Umum PPPA
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Komisariat
Ekonomi Unila masa bakti 2012 – 2013.
 Sekarang penulis mendapatkan amanah menjabat sebagai Kepala Departemen
Pemberdayaan Umat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar
Lampung periode 2014 – 2015.

Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Allah SWT
Kedua orang tua Papa Hermansyah dan Mama Agustini

Adik-Adik Ku Chintia Dwi Tania dan Sisca Pratiwi
Seluruh keluarga besar Hoesin Pokok Ratoe, Alm dan M. Arief Madjid, Alm
Rekan-rekan seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang
Bandarlampung
Serta Almamater Unila tercinta

MOTO

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah”
(Ir.Soekarno)

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar-Ra’d:11)

“Yakin Usaha Sampai”
(HMI)

SANWACANA


Alhamdulilahirobbil’ aalamiin, Puji syukur kepada Allah SWT karena rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bimbingan, dukungan serta
saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.

2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3.


Ibu Asih Murwiati, S.E., M.EP., Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4.

Bapak Yourni Atmaja, S.E, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi
ini.

5.

Bapak M.A.Irsan Dalimunthe, S.E, M.Si selaku Dosen Penguji pada ujian
skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

6.

Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.EP.selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membatu mengarahkan penulis selama kuliah.


7.

Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

8.

Seluruh Staf Universitas Lampung khususnya Staf Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis.

9.

Papa Hermasyah dan Mama Agustini yang telah memberikan Kasih Sayang,
Motivasi serta Doa dan kepada penulis semoga Skripsi ini menjadi awal atas
keberhasilan Hidup di masa yang akan datang.

10. Adik-adikku Chintia Dwi Tania, dan Sisca Pratiwi
11. Seluruh Keluarga Besar Hoesin Pokok Ratoe (Alm) dan M.Arief Madjid
(Alm.).
12. Saudara Sepupu Ciko, Dendy, Alan, Naira, Araz, Fira, Putri, Zara dan

semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
13. Sahabat serta Rekan Perkuliahan, Chairman, Dede, Dimas, Fany, dan Darus
Dania, Sonia, Nova, Ajeng. Sukses untuk kita semua.
14. Keluarga besar Kanda dan Adinda HmI Cabang Bandarlampung Komisariat
Ekonomi Unila, Kanda Entol, Kanda Indra Jantana, Kanda Hadi, Kanda
Macro, Kanda Jalal, Kanda Fadhli, Bowo, Agung, Zulianri, Beni, Ali, Ari,
Febi, Denis, Faiz, Fera, Wahyu, Jevri, Roy, Yuda, Ario ,Anas, Satria, Viras,
Doy, Sufyan, Teja, Adinda Apriansyah, Adrian Gumelar, Gita,Vetty, Aulia,
Yusmitha, Yuni, dan Acil, serta yang lain yang tidak bisa disebut satu persatu
15. Kawan-kawan Ekonomi Pembangunan 2010, Febri, Adi, Danny C, Ardan,
Ridwan, Beni, Hasby, Bolang, Abi, Abah, Andika, Irvan, Agus, Fischa, Shinta,
Enny, Via, Citra, Devy, Tetiek, Wuri, Desta, Lathifa, Fida, Hana, Diah, dan
seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu;

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Almamater Universitas Lampung yang turut mendewasakan penulis dalam
berfikir, bertutur, dan bertindak serta memberikan pengalaman.

Semoga penelitian yang telah penulis lakukan ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi semua pihak khususnya penulis. Penulis mengucapkan terimakasih banyak
atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua
yang telah kalian berikan.

Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis,

Dicki Riefaldi

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

Halaman
i

ii
iv
v

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian..............................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................

1
7
8
8

II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah...........
B. Otonomi Daerah.............................................................................
C. Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah.........................
D. Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah .........................

E. Teori Basis Kegiatan Ekonomi ......................................................
F. Analisis Shift-Share........................................................................
G. Tipologi Ekonomi Regional ..........................................................
H. Model Rasio Pertumbuhan ............................................................

10
13
14
16
17
21
26
28

III.METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel .......................................................
B. Jenis Dan Sumber Data..................................................................
C. Metode Pengumpulan Data............................................................
D. Metode Analisis.............................................................................

30
32
32
33

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Perekonomian Provinsi Lampung................................
B. Identifikasi Sektor-Sekstor Unggulan Kabupaten Pemekaran Provinsi
Lampung ........................................................................................

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

81
84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

42

ii

DAFTAR TABEL

Tabel
1 Pemekaran Daerah Di Indonesia 1999-2012........................................

Halaman
3

2. PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan Kabupaten
Pemekaran di Provinsi Lampung .......................................................

6

3 Tipologi Daerah ...................................................................................

27

4. Ringkasan Analisis MRP .....................................................................

29

5 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen ..........................

41

6 Struktur Ekonomi Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha........

42

7 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Provinsi Lampung ......................

43

8 Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung...................................

44

9 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Waykanan.......................

45

10 Rasio PDRB Kabupaten Way Kanan dan Provinsi Lampung .............

46

11 Analisis Shift Share Kabupaten Way Kanan 2008-2013 .....................

47

12 Hasil Overlay Kabupaten Way Kanan Tahun 2008-2013....................

49

13 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi
Lampung Dan Kabupaten Way Kanan Periode 2008-2013.................

50

14 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Lampung Timur .............

52

15 Rasio PDRB Kabupaten Lampung Timur dan Provinsi Lampung ......

53

16 Analisis Shift Share Kabupaten Lampung Timur 2008-2013..............

54

17 Hasil Overlay Kabupaten Lampung Timur Tahun 2008-2013 ............

56

18 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi
Lampung Dan Kabupaten Lampung Timur Periode 2008-2013..........

57

19 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang Barat.....

59

20 Rasio PDRB Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Provinsi
Lampung ..............................................................................................

60

21 Analisis Shift Share Kabupaten Tulang Bawang Barat 2008-2013 .....

61

22 Hasil Overlay Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2008-2013 ...

63

iii

23 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi
Lampung Dan Kabupaten Tulang Bawang Barat Periode 2008-2013.

64

24 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Pesawaran.......................

66

25 Rasio PDRB Kabupaten Pesawaran dan Provinsi Lampung ...............

67

26 Analisis Shift Share Kabupaten Pesawaran 2008-2013.......................

68

27 Hasil Overlay Kabupaten Pesawaran Tahun 2008-2013 .....................

69

28 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi
Lampung Dan Kabupaten Pesawaran Periode 2008-2013...................

70

29 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Pringsewu .......................

73

30 Rasio PDRB Kabupaten Pringsewu dan Provinsi Lampung................

74

31 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Pringsewu 2008-2013..............

75

32 Hasil Overlay Kabupaten Pringsewu Tahun 2008-2013......................

76

33 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi
Lampung Dan Kabupaten Lampung Timur Periode 2008-2013..........

77

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Lampiran 1 PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan
Kabupaten Pemekaran Di Provinsi Lampung......................................

L-1

2. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha
periode 2008-2013 ...............................................................................

L-1

3. Perhitungan Location Quotient Kabupaten Pringsewu 2008-2013 .....

L-2

4. Rasio PDRB Kabupaten Pringsewu dan PDRB Provinsi Lampung
(dalam juta rupiah) ...............................................................................

L-2

5. Hasil Analisis Shift-Share Kabupaten Pringsewu Tahun 2008-2013 ..

L-3

6. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Perhitungannya......................

L-3

7. Tipologi sektoral Kabupaten Way Kanan Periode 2008-2013 ............

L-4

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...............................................................

9

2. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Way Kanan periode 2008-2013 .......

51

3. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Lampung Timur periode
2008-2013 ............................................................................................

58

4. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang Barat periode
2008-2013 ............................................................................................

65

5. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Pesawaran periode 2008-2013.........

71

6. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Pringsewu periode 2008-2013 .........

78

1

I.PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Konsep pembangunan ekonomi mulai diperkenalkan secara global oleh Amerika
Serikat dan sekutunya dengan membentuk sebuah Lembaga Bretton Wood.
Lembaga ini dibentuk untuk memberikan pinjaman kepada negara-untuk
melakukan proses pembangunan.Pengenalan konsep ini dirasakan penting bagi
Amerika Serikat demi untuk mengembangkan negaranya, dengan memajukan
negara-negara yang berkembang agar dapat menopang kemajuan perekonomian
negaranya.
Presiden Soeharto dengan konsep Repelitanya, menjalankan proses pembangunan
secara bertahap di segala sektor, baik itu sektor pertanian, perkebunan, industri
dsb. Proses bertahap yang menyita banyak waktu akhirnya memberikan hasil
yang menggembirakan yakni adanya sebuah ketahanan pangan yang ditunjukan
dengan adanya swasembada pangan sehingga menjadikan negara Indonesia
sebagai Macan Asia di era 90an, yang akhirnya memberikan eksistensi Indonesia
di mata dunia.

Pembangunan secara bertahap tersebut mengharuskan adanya sebuah konsukensi
yakni sebuah konsukuensi pendanaan. Pendanaan yang telah dikeluarkan tersebut

2

membutuhkan dana yang besar yang telah di ambil dari APBN setiap tahunnya
serta pinjaman dana dari pihak asing sebesar US$ 171,5 Milyar, namun
pendanaan yang besar untuk sebuah proses pembangunan tersebut harus berhenti
di pertengahan 1998 yang disebabkan adanya sebuah krisis.

Kegagalan pemerintah dalam melakukan stabilisasi harga harus dibayar oleh
pemerintah dengan bermuaranya krisis pada bidang kehidupan lain, yakni bidang
ekonomi, sosial dan politik. Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah dalam
mensejahterakan rakyatnya, menimbulkan gejolak di beberapa wilayah Indonesia
yang berencana untuk memisahkan diri dari NKRI.

Lahirnya Orde Refomasi merupakan salah bentuk manifestasi kegagalan
pemerintah dalam melakukan pemberian hakikat pembangunan ekonomi
seutuhnya. Pembangunan yang menekankan akan gaya sentralistik memberikan
rasa kecemburuan di daerah lain yang merasakan tidak adanya sebuah rasa
keadilan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam melakukan proses
pembangunan.

Gaya sentralisasi yang memusatkan pembangunan pada sebuah wilayah
menyebabkan wilayah lain terabaikan proses pembangunannya, sehingga
berakibat adanya sebuah proses ketidakmerataan dan ketimpangan dalam
menikmati proses pembangunan ekonomi.

Ketidakmerataan dalam menerima hasil pembangunan terjadi karena potensi
ruang yang di miliki oleh daerah tidak dapat dinikmati untuk kesejahteraan
masyakarat di wilayah tersebut. Otonomi merupakan sebuah langkah yang

3

dilakukan pemerintah dalam mengatasi ketidakmerataan yang terjadi di daerah,
dengan melakukan pengolahan potensi yang ada dalam upaya menghasilkan
pemangunan dan kesejahteraan bagi daerahnya.

Berdasarkan alasan tersebut, beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan
pembentukan daerah otonom baru bagi wilayahnya. Studi yang dilakukan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bekerja sama dengan United Nation
Development Programme (2008) menemukan bahwa terjadi peningkatan daerah
otonom yang cukup signifikan sejak tahun 1999.

Pemerintah Provinsi telah bertambah dari 26 menjadi 34 provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota meningkat dari 303 menjadi 517 kabupaten/kota . rentang waktu
13 tahun, yang telah menghasilkan 222 daerah otonom baru.
Tabel 1 Pemekaran Daerah di Indonesia Periode 1999–2012
Tahun
1999
2000

2001
2002
2003

2004
2007

2008
2009
2012

Bulan

Jumlah Provinsi
Baru

Oktober
Juni
Oktober
Desember
Juni
April
Aktober
Februari
April
Mei
Desember
Oktober
Januari
Maret
Agustus

2
1
2
-

Januari
Juli

-

Oktober
Desember

1
8

Total
Sumber : BAPPENAS, 2013

1
1
-

Jumlah
Kabupaten
Baru

Jumlah
Kota Baru

26
1
19

1
12
3

9
-17
12
23
14
1
6

3
2
2

27
2
1
3
12
22
1
12
17
12
23
1
16
1
8

6
5
30
4
12
180

11
34

6
5
41
5
12
222

Total

4

Besarnya keinginan daerah untuk membentuk daerah otonom baru pasca
dibentuknya Undang-Undang No.22/1999 disebabkan oleh keinginan daerah
untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan potensi wilayahnya
berdasarkan prakasa dan aspirasi sendiri.

Widjoyokusumo (2011) mengatakan bahwa secara teoritis, awal dari semangat
pemekaran ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan
pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta demi mempercepat perwujudan
masyarakat Indonesia yang sejahtera.

Alasan diatas jugalah yang melatarbelakangi adanya sebuah semangat pemekaran
daerah di Provinsi Lampung, tercatat sebelum adanya otonomi daerah, Provinsi
Lampung memiliki 7 kabupaten/kota Kini sejak adanya era otonomi daerah telah
bertambah 7 daerah otonomi baru (DOB) dari 7 kabupaten /kota induk
Berikut 6 kabupaten induk yang mengalami pemekaran daerah yakni

a. Kabupaten Lampung Tengah yang menjadi induk adanya pemekaran daerah
otonomi baru Kabupaten Lampung Timur, dan Kota Metro di tahun 1999
b. Kabupaten Lampung Utara yang menjadi induk adanya pemekaran daerah
otonomi baru di Kabupaten Tulang Bawang tahun 1997, dan Way Kanan pada
tahun 1999
c. Kabupaten Tulang Bawang yang menjadi induk adanya pemekaran daerah
otonomi baru yakni Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji di
tahun 2008.
d. Kabupaten Lampung Barat yang menjadi induk adanya pemekaran daerah
otonomi baru Kabupaten Pesisir Barat di tahun 2012.

5

e. Kabupaten Tanggamus yang menjadi induk adanya pemekaran daerah otonomi
baru di Kabupaten Pringsewu
f. Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi induk adanya pemekaran daerah
otonomi baru Kabupaten Pesawaran di Tahun 2007

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Memberikan sebuah kajian yang tidak
hanya mengetahui potensi rill yang dimiliki kabupaten pemekaran tetapi juga
dapat dipergunakan untuk menganalisis dampak yang terjadi dari timbulnya
pemekaran daerah tidak hanya bagi daerah otonomi baru maupun bagi daerah
induknya.

Daerah Otonomi Baru (DOB) dituntut meningkatkan pendapatan daerah secara
mandiri oleh karena itu penggalian potensi ekonomi daerah dan penggunaan
potensi yang tepat harus dilakukan, karena tanpa memperhitungkan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing daerahmaka pengembangan pembangunan dan
pendapatan daerah tidak akan mencapai hasilyang optimal atau sesuai dengan
yang diharapkan.

Potensi ekonomi daerah merupakan kemampuan ekonomi yang ada di daerah
yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi
sumber kehidupan rakyat setempat bahkandapat menolong perekonomian daerah
secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan

6

Propinsi lampung dengan adanya 7 daerah otonomi baru dari hasil pemekaran
memiliki potensi ekonomi yang khas sesuai karakteristik daerahnya masingmasing sehingga akan mempunyai PDRB yang berbeda-beda pula.

Tabel 2 PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan Kabupaten
Pemekaran Di Provinsi Lampung
No

1

2

3

4
5

Kabupaten
induk/kabupaten
pemekaran
Lampung selatan
Tanggamus*
Pesawaran*
Lampung tengah
Lampung timur*
Metro*
Lampung utara
Tulang bawang*
Way kanan*
Lampung barat
Pesisir barat**
Tulang Bawang
Tulang Bawang
Barat*
Mesuji*

PDRB
Tahun
2009(Juta)
4.114.980
2.218.815
1.572.794
5.883.047
4.119.786
531.202
3.194.205
2.129.602
1.340.230
1.427.754

PDRB
Tahun
2012(Juta)
4.906.298
2.667.036
1.887.427
7.006.637
4.811.393
634.245
3.781.781
2.548.776
1.570.458
1.682.894

PDRB
/kapita
2009(Juta)
4,563
4,198
3,592
5,068
4,302
3,720
5,470
5,363
3,339
3,443

PDRB
/kapita
2012(juta)
5,261
4,860
4,320
5,873
4,970
4,250
6,359
6,205
3,783
3,934

Laju
Pertumbuhan
(%)
6.30
6.49
6.42
6.37
5.30
5.90
6.03
6.93
5.67
6.65

2,129,602
1.064.633

2.512.465
1,272,176

5.477
4.290

5.857
4.972

5.50
6.10

1,180,841

1,405,733.

7.245

6.12

Tanggamus
Pringsewu*

2,224,935
1,262,944

2,667,036
1,546,087

6.365
4.186
3.735

4.735
4.350

6.41
6.88

6

Sumber Data : BPS Lampung 2013
* kabupaten pemekaran
* mengalami pemekaran pada tahun 2012

Perbandingan regional antara kabupaten induk dan kabupaten pemekaran tahun
2009-2012 yang menunjukan laju pertumbuhan ekonomi positif, namun dari sisi
aspek perkembangan PDRB kabupaten pemekaran mengalami kegagalan,
rendahnya nilai PDRB kabupaten pemekaran dibandingkan dengan kabupaten
induknya dengan kata lain pemaksimalan potensi ekonomi tidak berjalan dengan
optimal.

Peraturan Daerah No 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Lampung yang mengatur akan perencanaan pemanfaatan potensi ruang

7

di Provinsi Lampung. Menjelaskan bahwa hampir sebagian besar kabupaten
pemekaran yang saat ini menjadi daerah Pusat Kegiatan Wilayah Promosi(PKWp)
direkomendasikan menjadi PKW 5 tahun ke depan. Oleh karena itu perlulah untuk
mengetahui daerah kabupaten pemekaran yang direkomendasikan menjadi Pusat
Kegiatan Wilayah yakni (Kabupaten Pesawaran, Waykanan, Lampung
Timur,Tulang Bawang Barat, Pringsewu) untuk dianalisis potensi ekonominya
serta melakukan indentifikasi sektor-sektor ekonomi kabupaten pemekaran
sebagai pedoman dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah otonomi baru
tersebut .

B.

Rumusan Masalah

Dengan melihat latarbelakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
masalah yang akan dikaji adalah :
1 Di tiap kabupaten pemekaran sektor mana yang mempunyai potensi sebagai
sektor basis dengan bantuan alat analisis location quetion (LQ)
2. Di tiap kabupaten pemekaran sektor mana yang mempunyai keunggulan
kompetitif atau daya saing dan spesialisasi dengan bantuan alat analisis shiftshare
dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)?
2. Sektor mana yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan
pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Tipologi klassen ?

8

C.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi
sektor-sektor ekonomi di masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah
lampungdengan cara :
1. Mengetahui sektor-sektor basis/unggulan ditiap Kabupaten pemekaran (LQ)
2. Mengidentifikasi dan menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi di masingmasing daerah terutama untuk mengetahui sektor-sektor yang mempunyai daya
saing kompetitif dan spesialisasi shift share dan Model Rasio Pertumbuhan
(MRP)
3. Menganalisis tipologi sektoral di tiap daerah berdasarkan potensi yang
dimilikinya.()

D.Kerangka Pemikiran
Suatu daerah memiliki potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB yang
dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Dari PDRB akan
dapat diketahui output yang dihasilkan tiap sektor serta digunakan untuk
menentukan sektorbasis dan sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan
spesialisasi. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat diketahui
Tipologi daerah.

Untuk menentukan sektor basis dalam perencanaan pengembangan pembangunan
daerah digunakan pengaruh variabel keunggulan kompetitif, spesialisasi dan
pertumbuhan ekonomi persektor terhadap sektor basis yang signifikan dan
disesuaikan dengan tipologi daerah yang bersangkutan.

9

Perencanaan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi
yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program
pengembangan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan itu harus
mempertimbangkan sumberdaya yang dapat dikembangkan tidak hanya sektor
basis akan tetapi juga mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi
sehingga mampu bersaing dengan daerah lain sekitarnya. Variabel lain yang perlu
dipertimbangkan adalah tipologi daerah itu sendiri.
SEKTOR
POTENSIAL
DALAM
PENGEMBNGAN
WILAYAH

PENENTUAN
SEKTOR DGN
KEUNGGULAN
KOMPETITIF &
SPESIALISASSI
(Shift-Share)
MODEL RATIO
PERTUMBUHAN
(MRP)

PENGEMBANGAN
POTENSI
EKONOMI
DAERAH

PEMBANGUNAN &
TEORI
PERTUMBUHAN
EKONOMI
WILAYAH

PENENTUAN
SEKTOR
BASIS
(METODE LQ)

TIPOLOGI
DAERAH

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

POTENSI
EKONOMI
KABUPATEN
PEMEKARAN
PROPINSI
LAMPUNG

II.TINJAUAN PUSTAKA

A.

Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus
pada Gross Domestic Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu
negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada
peningkatan ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) suatu Propinsi, Kabupaten
atau Kota. Definisi pembangunan tradisional ini sering dikaitkan dengan sebuah
strategi mengubah struktursuatu negara menjadi negara industrialisasi. Kontribusi
sektor pertanian mulai digantikan dengan kontribusi industri.

Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan
pembangunan ekonomi tradisional. Beberapa ekonom modern mulai
mengedepankan Dethronement of GNP (penurunan tahta pertumbuhan ekonomi),
pengentasan garis kemiskinan, pengurangan distribusi pendapatan yang semakin
timpang, dan penurunan tingkat pengangguran (Mudrajat, 2003). Beberapa ahli
menganjurkan bahwa pembangunan daerah dari suatu daerah haruslah mencakup
tiga inti nilai (Todaro,2000;Mudrajat, 2000;)
Rahardjo Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah(regional)
merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia,
investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antarwilayah,
kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan,
kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Terdapat pula
beberapa teori penting lainnya mengenai pembangunan ekonomi wilayah
(regional) di antaranya menurut aliran Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith
dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan
teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Sumbangan pemikiran aliran Neo
Klasik tentang teori pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut :

1. Akumulasi modal merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi
2. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang gradual
3. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang harmonis dan kumulatif
4 Aliran Neo Klasik merasa optimis terhadap pertumbuhan (perkembangan).

Selanjutnya Todaro (1997) menyatakan bahwa, terdapat beberapa sumber
strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Salah satu
klasifikasinya adalah faktor fisik dan manajemen. Secara spesifik disebutkan
terdapat tiga faktor atau komponen utama pertumbuhan ekonomi yaitu, akumulasi
modal, pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan
ekonomi. Semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produktif, sedangkan
semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik. Namun ini
tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan
mempekerjakan tambahan pekerja itu secara produktif. Faktor utama lainnya
adalah kemajuan teknologi.

✁✂

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang. Di sini, proses mendapat penekanan karena
mengandung unsur dinamis.

Perroux yang terkenal dengan teori kutub pertumbuhan menyatakan bahwa
pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang bersamaan.
Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub)
pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda (Perroux, 1988 dalam Mudraja
2002).

Selanjutnya Kuznets (Todaro, 2000), yang telah berjasa dalam memelopori
analisis pola-pola pertumbuhan historis di negara-negara maju mengemukakan
bahwa, pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung
memburuk, namun pada tahapan berikutnya hal itu akan membaik. Observasi
inilah yang kemudian terkenal secara luas sebagai konsep kurva U- terbalik dari
Kuznets.

Di sisi lain Hoover (1977), menerangkan bahwa teori pertumbuhan regional
berbasis ekspor merupakan beberapa aktivitas di suatu daerah adalah basic,
dengan kata lain pertumbuhannya menimbulkan serta menentukan pembangunan
menyeluruh daerah tersebut. Sedangkan aktivitas-aktivitas lain (non-basic)
merupakan konsekwensi dari pembangunan menyeluruhnya.

Demikian pula menurut Bendavid-Val (1991),menyatakan bahwa semua
pertumbuhan regional ditentukan oleh sektor basic, sedangkan sektor non-basic
hanyalah yang mencakup aktivitas pendukung, seperti perdagangan,jasa-jasa

✄☎

perseorangan, produksi input untuk produk-produk di sektor basic, melayani
industri-industri di sektor basic maupun pekerja-pekerja beserta keluarganya di
sektor basic.

Menurut Bachrul (2004), dikatakatan bahwa kegiatan-kegiatan basis adalah
kegiatan yang mengekspor barang dan jasa di luar batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan, sedangkan kegiatan bukan basis adalah kegiatan
yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat
tinggal dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Menurut model
ini multiplier basis ekonomi dihitung menurut banyaknya tenaga kerja yang
dipekerjakan.
B.

Otonomi Daerah

Van der Pot (dikutip oleh Riani, 2012) mengungkapkan bahwa otonomi daerah
adalah pemberian hak kepada daerah untuk mengatur sendiri daerahnya dalam
proses penyelenggaraan rumah tangga dan pemerintahan di daerah. Otonomi
daerah dimaknai sebagai kebebasan dan kemandirian yang merupakan hakikat
dari otonomi itu sendiri.

Sementara itu Marzuki (1999) berpendapat bahwa kebebasan dan kemandirian
daerah belumlah cukup sehingga harus diwujudkan dalam format otonomi yang
seluas-luasnya. Yang dimaksud dengan format otonomi seluas-luasnya adalah
penyerahan sebanyak-banyaknya wewenang yang menyangkut urusan daerah agar
menjadi urusan rumah tangga sendiri.

✆✝

Pada dasarnya, prinsip otonomi daerah harus mencerminkan tiga hal, yaitu (1)
harus serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa, (2) dapat menjamin
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas dasar keutuhan
negara kesatuan, (3) harus dapat menjamin perkembangan dan pembangunan
daerah (Andi, 2007). Jadi dalam konteks otonomi daerah, hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah harus sesuai dengan peraturan negara yang berlaku.
Artinya daerah otonom tetap berhak menjalankan wewenang dan mengurus
urusannya tanpa mengabaikan kepentingan negara atau merusak bingkai dasar
kesatuan negara. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam memahami
otonomi daerah maka perlu ada perundang-undangan yang mengatur definisi serta
cakupan otonomi daerah secara jelas dan sah. Undang-undang yang ada tidak
hanya menjelaskan tentang makna dan arti otonomi saja melainkan mampu
memberi batasan kewenangan dan urusan daerah.

C.

Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah

Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah
yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi
sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian
daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan
berkesinambungan(Soeparmoko, 2002).Telah diketahui bersama bahwa tujuan
pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel
perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan
kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dansasaran pembangunan, serta
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan

✞✟

potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman
bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah
tersebut. Oleh karena itu langkah-langkah berikut dapat dijadikan acuan dalam
mempersiapkan strategi pengembangan potensi yang ada didaerah, sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing
sektor
2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk dikembangkan
serta mencari faktor-faktor penyebab rendahnya potensi sektor tersebut untuk
dikembangkan.
3. Mengidentifikasi sumber daya (faktor-faktor produksi) yang ada termasuk
sumber daya manusia yang siap digunakan untuk mendukung perkembangan
setiap sektor yang bersangkutan.
4. Dengan model pembobotan terhadap variabel-variabel kekuatan dan kelemahan
untuk setiap sektor dan sub-sektor, maka akan ditemukan sektor-sektor andalan
yang selanjutnya dianggap sebagai potensi ekonomi yang patut dikembangkan di
daerah yang bersangkutan.
5. Menentukan strategi yang akan ditempuh untuk pengembangan sektor-sektor
andalan yang diharapkan dapat menarik sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga
perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya (self propelling) secara
berkelanjutan (sustainable development)

✠6

D

Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah

Persoalan pokok dalam pembangunan daerah sering terletak pada sumber daya
dan potensi yang dimiliki guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada
kerjasama Pemerintahdan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensipotensi yang tersedia dalam daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk
pembangunan perekonomian wilayah. Pengembangan wilayah diartikan sebagai
semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang
ditandai dengan pemerataan pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh
bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua
tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan
pada sektor-sektor tertentu pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan
pada sektor-sektor utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan
wilayah dalam jangka waktu relatif singkat (Glasson, 1990).
Dari definisi tersebut diatas dimaksudkan bahwa wilayah yang memiliki potensi
berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan
wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki
potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih awal yang
kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.Dalam
pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada
semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor
sektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Karena sektor ini
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor-

✡☛

sektor lainyang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan sektor
potensial tersebut.
Perkembangan ekonomi suatu wilayah membangun suatu aktivitas perekonomian
yang mampu tumbuh dengan pesat dan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan
sektor lain sehingga membentuk forward linkage dan backward linkage.
Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi
dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor
perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan. Jadi disimpulkan bahwa
pengembangan suatu sektor ekonomi potensial dapat menciptakan peluang bagi
berkembangnya sektor lain yang terkait, baik sebagai input bagi sektor potensial
maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor potensial
yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal inilah yang memungkinkan
pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah awal dalam
pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah secara
keseluruhan.
E.

Teori Basis Kegiatan Ekonomi

Dalam perekonomian regional terdapat -kegiatan basis dan kegiatan kegiatan
bukan basis. Menurut Glasson (1990) kegiatan-kegiatan Basis (Basic activities)
adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa keluar batas perekonomian
masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang
datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
Sedangkan kegiatan bukan basis (Non basic activities) adalah kegiatan
menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam

☞8

batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak
mengekspor barang jadi, luas lingkup produksi dan daerah pasar yang terutama
bersifat lokal. Implisit di dalam pembagian kegiatan- kegiatan ini terdapat
hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi.
Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan menambah arus
pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang
dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya
berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan
turunnya permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume
kegiatan (Richardson, 1977).Kegiatan basis mempunyai peranan penggerak
pertama (Prime mover role) di mana setiap perubahan mempunyai efek multiplier
terhadap perekonomian regional.
Pendekatan secara tidak langsung mengenai pemisahan antara kegiatan basis dan
kegiatan bukan basis dapat menggunakan salah satu ataupun gabungan dari tiga
metode yaitu :
1. Menggunakan Asumsi-Asumsi Atau Metode Arbetrer Sederhana
Mengasumsikan bahwa semua industri primer dan manufakturing adalah Basis,
dan semua industri Jasa adalah bukan basis, metode tidak memperhitungkan
adanya kenyataan bahwa dalam sesuatu kelompok industri bisa terdapat industriindustri yang menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual kepada
lokal atau keduanya.

✌✍

2. Metode Location Quotient ( LQ ).
Metode Location Quotient (LQ) adalah salah satu tehnik pengukuran yang paling
terkenal dari model basis ekonomi untuk menentukan sektor basis atau non basis
(Prasetyo, 2001 : 41-53; Lincolyn, 1997: 290). Analisis LQ dimaksudkan untuk
mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis
suatu wilayah dengan menggunakan produk domestik regional bruto (PDRB)
sebagai indikator pertumbuhan wilayah.
Dengan dasar pemikiran economic base kemampuan suatu sektor dalam suatu
daerah dapat dihitung dari rasio berikut :
(2.1)

LQ = ( Lij/LJ ) / (Nip/Np)

Keterangan:
Lij

= Nilai tambah sektor i di daerah j (Kabupaten/Kota)

Lj

= Total nilai tambah sektor di daerah j

Nip

= Nilai tambah sektor i di daerah p (Provinsi/ Nasional)

Np

= Total nilai tambah sektor di p

P

= Provinsi /Nasional

Lij/Lj = Prosentasi employment regional dalam sektor i
Nip/Np = Prosentase employment nasional dalam sektor
Atau melalui formulasi berikut:
= /

÷V1/V

(2.2)

✎✏

Di mana :
V1R

= Jumlah PDRB suatu sektor kabupaten / kota

VR

= Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota

V1

= Jumlah PDRB suatu sektor tingkat provinsi

V

= Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat provinsi

Berdasarkan hasil perhitungan LQ tersebut dapat dianalisis dan disimpulkan
sebagai berikut :
Jika LQ > 1, merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten /kota
lebih tinggi dari tingkat provinsi
Jika LQ = 1 , berarti tingkat spesialisasi kabupaten / kota sama dengan di tingkat
provinsi
Jika LQ 0. sebaliknya
efek alokasi yang negatif mempunyai dua kemungkinan yang berkebalikan
dengan efek alokasi positif tersebut diatas.
Jadi modifikasi E-M terhadap analisis shift-share adalah :
Dij= Eij (rn) + Eij (rij - rn ) + E’ij ( rij - rin ) + ( Eij - E’ij ) ( rij – rin (2.13)
Modifikasi selanjutnya terhadap analisis S-S adalah dikemukakan oleh Arcelus
(1984) adalah dengan memasukkan sebuah komponen yang merupakan dampak
pertumbuhan inheren suatu wilayah atas perubahan (kesempatan kerja) wilayah.
Modifikasi ini mengganti Cij dengan sebuah komponen yang disebabkan oleh
pertumbuhan wilayah dan sebuah komponen bauran industri regional sebagai
sisanya. Penekanan Arcelus terletak pada komponen kedua yang mencerminkan
adanya aglomeration economies (penghematan biaya persatuan karena
kebersamaan lokasi satuan-satuan usaha).
Untuk menjelaskan regional growth effect berikut ini dirumuskan sebagai berikut
Rij = E’ij ( rij - rn ) + ( Eij - E’ij ) ( rj - rn )

(2.14)

✚6

Di mana :
E’ij = homothetic employment sektor i di wilayah j
Eij = employment disektor i di wilayah j
rj = laju pertumbuhan wilayah j
rn = laju pertumbuhan nasional
Selanjutnya rumus berikut :
Rij =E’ij (rij - rj) - (rin - rn ) + ( Eij - E’ij ) [( rij - rj ) - (rin- rn)]

(2.15)

Menggambarkan komponen bauran industri regional yang dimodifikasi oleh
Arcelus.

G.

Tipologi Ekonomi Regional

Tipologi klassen merupakan sebuah alat analisis ekonomi regional yang dapat
digunakan untuk mengetahui klasifikas