Prevalensi Premature Loss Gigi Molar Desidui pada Pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU Tahun 2010-2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pedoman erupsi dan perkembangan pada masa gigi-geligi desidui, bercampur
dan permanen merupakan rangkaian komponen dari suatu perawatan mulut yang
komprehensif. Pedoman ini akan menghasilkan oklusi yang fungsional, estetis dan
stabil.1 Gigi desidui memiliki peran yang utuh dalam perkembangan oklusi.
Keberadaan gigi desidui dibutuhkan untuk pertumbuhan normal rahang sehingga
dapat berfungsi secara normal dan posisi dan oklusi gigi permanen yang normal. Gigi
desidui menempati dan mempertahankan ruangan dalam lengkung gigi untuk gigi
permanen dan berperan dalam menuntun gigi-geligi permanen selama erupsi.2,3
Pada kenyataannya seringkali orang tua bahkan dokter gigi menganggap gigi
desidui pada anak tidak cukup penting dengan pertimbangan bahwa cepat atau lambat
gigi desidui akan berganti, sehingga tindakan pencegahan dan perawatan pada gigi
desidui dianggap tidak berarti. Sebagai hasil dari pandangan terhadap gigi desidui
tersebut, pada prakteknya perawatan gigi desidui seringkali mengarah pada ekstraksi
dini.4,5
Konsekuensi ekstraksi prematur gigi desidui telah menjadi kontroversi selama

bertahun-tahun. Premature loss merupakan sebuah kondisi dimana gigi desidui hilang
sebelum gigi permanen penggantinya siap untuk erupsi.6 Berkurangnya lebar
mesiodistal mahkota gigi karena karies, sisa akar gigi desidui dan ekstraksi prematur
gigi desidui dapat menyebabkan pergerakan mesial gigi tetangganya. Destruksi pada
mahkota gigi atau adanya sisa akar dan premature loss gigi desidui menyebabkan
kehilangan dimensi vertikal oklusal. Hilangnya kontak interproksimal karena karies,
ekstraksi ataupun ankilosis gigi pengganti dapat menyebabkan kehilangan ruang
karena adanya pergerakan mesial dan oklusal ke ruang bekas pencabutan.7
Kehilangan dini gigi desidui dianggap sebagai faktor lokal yang paling umum
menyebabkan maloklusi.3,6,8,9 Kehilangan dini gigi desidui karena trauma ataupun

Universitas Sumatera Utara

2

infeksi memiliki potensi untuk mengacaukan perkembangan oklusi karena kehilangan
ruang, mengurangi lengkung rahang, dan erupsi gigi permanen yang prematur,
tertunda ataupun erupsi ektopik. Selain itu, kehilangan gigi dapat menyebabkan
migrasi gigi tetangga ke daerah yang kosong (mesial drifting) dan berkembangnya
kebiasaan buruk yaitu lidah akan bergerak ke ruang kosong sampai saatnya gigi

pengganti erupsi.1,10,11 Kehilangan dini mengganggu keharmonisan gigi permanen
dan konsekuensi utama hilangnya gigi desidui yaitu gigi berjejal, disebabkan oleh
migrasi gigi yang berdekatan. Akibat tanggalnya gigi sebelum waktunya maka anak
akan mengalami gangguan fungsi pengunyahan, bicara dan estetik. Kehilangan dini
gigi desidui tidak hanya menyebabkan kehilangan fungsi, tapi juga menyebabkan
maloklusi dan impaksi gigi permanen.3,9,11
Pengaruh kehilangan gigi desidui tergantung pada tipe gigi yang hilang.
Semakin ke distal gigi yang hilang, maka semakin besar risiko kehilangan ruang.12
Gigi desidui yang paling rentan terhadap karies dan paling sering dilakukan
pencabutan secara dini karena karies adalah gigi-gigi molar satu dan molar dua.13,14
Gigi molar desidui cenderung mudah terkena karies karena adanya pit dan fisur pada
permukaan oklusal. Kehilangan dini gigi molar desidui cenderung mempengaruhi
maloklusi dikarenakan adanya pergeseran gigi yang berdekatan ke ruangan yang
hilang tersebut. Kehilangan dini gigi molar satu desidui dapat menyebabkan
pergeseran kaninus ke arah distal. Kehilangan dini gigi molar dua desidui adalah
sebuah tantangan yang lebih besar karena gigi molar dua desidui berperan dalam
menuntun erupsi gigi molar satu permanen. Dengan hilangnya penuntun, maka gigi
molar satu permanen berpotensi menyimpang mesial dan kemudian akan menempati
ruang untuk gigi premolar dua yang belum erupsi sehingga dapat menyebabkan
impaksinya gigi premolar dua.8,9,15

Prevalensi premature loss gigi desidui yang dilaporkan pada beberapa
penelitian berkisar antar 4,3 % sampai dengan 42,6 %. Variasi penelitian yang luas
ini dihasilkan dari perbedaan dalam populasi penelitian.4,8,16 Pada penelitian oleh
Cavalcanti dkk. di Brazil, 24,9 % dari 369 anak mengalami premature loss gigi
molar desidui. Prevalensi premature loss gigi molar desidui terbesar terjadi pada

Universitas Sumatera Utara

3

umur 9 tahun. Gigi yang paling sering mengalami premature loss yaitu gigi 84 dan
85.8 Pada penelitian oleh Petcu dkk. di Iasi (Romania), 25,33 % dari 296 anak
mengalami premature loss gigi molar desidui. Gigi yang paling sering mengalami
premature loss yaitu gigi 84 dan gigi 85.4

Pada penelitian oleh Mehdi dkk. di Pakistan, dari 176 anak laki-laki dan 80
anak perempuan, 368 gigi molar telah dilakukan pencabutan. Frekuensi kehilangan
dini hanya satu gigi molar desidui adalah 67,2 %. Kehilangan gigi molar desidui
terbanyak diamati pada umur 8 tahun.9 Pada penelitian oleh Ahamed dkk. di
Chidambaram (India), prevalensi premature loss gigi desidui yaitu 16,5 %. Persentase

terbesar kehilangan dini gigi molar desidui yaitu pada umur 8 tahun, kemudian diikuti
umur 7 dan 9 tahun. Gigi yang paling sering mengalami premature loss yaitu gigi gigi
84 dan kemudian diikuti gigi 54.5
Berdasarkan uraian penelitian-penelitian sebelumnya bahwa prevalensi
premature loss gigi molar desidui yang terjadi di beberapa negara cukup tinggi dan

sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai prevalensi premature loss
gigi molar desidui di FKG USU, maka peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi
premature loss gigi molar desidui pada pasien yang dirawat di departemen

Ortodonsia RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014.

1.2. Rumusan Masalah
1. Berapakah prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien
Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014?
2. Berapakah prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien
Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014 pada rahang atas dan rahang
bawah?
3. Berapakah prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien
Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014 pada masing-masing

kuadran rahang?

Universitas Sumatera Utara

4

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien
Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014
2. Untuk mengetahui prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien
Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014 pada rahang atas dan rahang
bawah
3. Untuk mengetahui prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien
Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014 pada masing-masing
kuadran rahang

1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah tentang prevalensi premature loss gigi molar
desidui pada pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi praktisi, dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat lebih
memperhatikan waktu erupsi gigi permanen pengganti pada saat melakukan
pencabutan.
4. Sebagai penyuluhan kepada masyarakat agar tidak mengalami dampak
premature loss gigi desidui pada usia tumbuh kembang anak.

Universitas Sumatera Utara