Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Rsgmp Fkg Usu Tahun 2010-2011

(1)

PREVALENSI PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU

MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN

JENIS KELAMIN DI RSGMP FKG USU

TAHUN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

LILI SURYANI NIM: 090600011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Bedah Mulut Tahun 2013

Lili Suryani

Shaukat Osmani Hasbi., drg., Sp.BM

Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jesis kelamin di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

Xi + 30

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi tetap yang pertama erupsi sekitar umur 6-7 tahun. pada umur tersebut merupakan masa periode gigi bercampur dan gigi ini erupsi sebelum gigi susunya tanggal sehingga sering terjadi kesalahpahaman yaitu anggapan bahwa gigi molar satu mandibula permanen adalah gigi susu yang apabila dicabut akan digantikan lagi oleh gigi penggantinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Penelitian ini dilakukan melalui survei deskriptif dengan jumlah sampel 1.150 sampel. Data sampel diambil dengan cara mencatat data sekunder rekam medis pasien pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011 meliputi umur dan jenis kelamin pasien. Kemudian data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Dari penelitian ini diperoleh data bahwa angka prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula adalah 13,54%. Berdasarkan usia pencabutan gigi molar satu mandibula lebih banyak terjadi pada kelompok usia 12-21 tahun dengan persentase


(3)

46,61%, pencabutan gigi molar satu mandibula sebagian besar terjadi pada pasien yang berjenis kelamin perempuan yaitu 806 orang dengan persentase 70,09%, laki-laki 344 dengan persentase 29,91%. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di kalangan masyarakat serta jangkauan pelayanan belum memadai sehubungan dengan keadaan geografis indonesia yang sangat bervariasi sehingga sebagian besar dari masyarakat yang datang untuk mendapatkan perawatan pada saat keadaan giginya sudah tidak mungkin lagi untuk dipertahankan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasi yang sebesar-besarnya kepada ibunda tercinta, Ibunda Ermawati atas do’a, kasih sayang, dukungannya serta pengorbanannya yang tak terhingga selama ini kepada penulis. Dan tak mengurangi rasa hormat dan kasih sayang penulis mengucapkan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada ayahanda tercinta, Ayahanda Azwar atas kasih sayang, do’a, pengorbanan dan dukungannya sangat besar selama ini kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakn banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Eddy A. Ketaren., drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut yang telah memberikan masukan sehingga selesainya skripsi ini.

2. Shaukat Osmani Hasbi., drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Abdullah., drg selaku staf pengajar yang telah banyak memberikan masukan

sehingga selesainya skripsi ini, seluruh staf pengajar lainnya dan laboran Departemen Bedah Mulut Yang telah memberikan masukan sehingga selesainya skripsi ini.

4. Rika Maya Sari Alamsyah,. Drg., M.kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan akademik.


(5)

5. Kakakku tersayang Dwita Novera., S.pdi dan Sri Yuni Fitria S.kep.,Ns, adekku tercinta Dodi Azra, serta abang iparku Erizal dan Julius Putra Brata ST atas kasih sayang, do’a, kebaikan, dukungan serta pengorbanan untuk kebahagiaan penulis. 6. Orang yang spesial Arif Adnan S.pd yang telah memberikan do’a, bantuan dan

dukungan.

7. Sahabat-sahabat terbaikku ( Ikrima Daulay, Nora Devita Ritonga, Selly Rahmadani Lubis, Debby permata Sari, Vivi Zayanti Nasution, Nabila Khairiyah, Mike kurniawan) atas dukungan, semangat dan pengertiannya serta hal-hal yang telah diberikan selama menjalani perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut, Putri Dwi Maretna, Juliana Sari, Anggun W Kusuma Dewi dan teman-teman yang lain serta teman mahasiswa stambuk 2009 atas dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran dan kritik untuk membangun skripsi ini nantinya menjadi lebih baik. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 30 Januari 2013 Penulis,

Lili Suryani 090600011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR DIAGRAM... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3 Tujuan Penelitian………. 4

1.4 Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1 Definisi Pencabutan Gigi……….. 5

2.2 Anatomi Gigi Molar Mandibula………... 5

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi……… 7

2.4 Metode Pencabutan Gigi……….. 7

2.4.1 Pencabutan Gigi Intra- alveolar……….. 8

2.4.2 Pencabutan Gigi Trans-alveolar……… 8

2.5 Teknik dan Jenis Anastesi untuk Pencabutan Gigi Molar Mandibula…. 9 2.6 Komplikasi Pencabutan Gigi………...10


(7)

Kerangka Konsep Penelitian………... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……… 15

3.1 Jenis Penelitian………..16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 16

3.3 Populasi dan sampel……….. 16

3.3.1 Populasi……….. 16

3.3.2 sampel………. 16

3.4 Variabel dan Definisi Operasional………... 16

3.5 Metode Pengumpulan Data……….. 17

3.6 Pengolahan Data………. 17

3.7 Analisa Data………... 17

Alur Penelitian………. 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 4.1 Jumlah Seluruh Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011………... 19

4.2 Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011………. 19

4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011………….. 20

4.4 Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Jenis Kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011………. 22

BAB 5 PEMBAHASAN... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 26


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah semua kasus pencabutan gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011……….. 19 2. Jumlah kasus pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut

RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011……….. 20 3. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur di Bagian

Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011……… 21 4. Jumlah kasus pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin di


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(10)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. Jumlah kasus pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur……… 21 2. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur………...22 3. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin di


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Bedah Mulut Tahun 2013

Lili Suryani

Shaukat Osmani Hasbi., drg., Sp.BM

Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jesis kelamin di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

Xi + 30

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi tetap yang pertama erupsi sekitar umur 6-7 tahun. pada umur tersebut merupakan masa periode gigi bercampur dan gigi ini erupsi sebelum gigi susunya tanggal sehingga sering terjadi kesalahpahaman yaitu anggapan bahwa gigi molar satu mandibula permanen adalah gigi susu yang apabila dicabut akan digantikan lagi oleh gigi penggantinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Penelitian ini dilakukan melalui survei deskriptif dengan jumlah sampel 1.150 sampel. Data sampel diambil dengan cara mencatat data sekunder rekam medis pasien pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011 meliputi umur dan jenis kelamin pasien. Kemudian data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Dari penelitian ini diperoleh data bahwa angka prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula adalah 13,54%. Berdasarkan usia pencabutan gigi molar satu mandibula lebih banyak terjadi pada kelompok usia 12-21 tahun dengan persentase


(13)

46,61%, pencabutan gigi molar satu mandibula sebagian besar terjadi pada pasien yang berjenis kelamin perempuan yaitu 806 orang dengan persentase 70,09%, laki-laki 344 dengan persentase 29,91%. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di kalangan masyarakat serta jangkauan pelayanan belum memadai sehubungan dengan keadaan geografis indonesia yang sangat bervariasi sehingga sebagian besar dari masyarakat yang datang untuk mendapatkan perawatan pada saat keadaan giginya sudah tidak mungkin lagi untuk dipertahankan.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tindakan pencabutan gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi.1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah pada rahang bawah.

Pencabutan gigi pertama kali dilakukan hanya dengan menggunakan tang. Oleh karena timbulnya berbagai macam masalah dalam prosedur pencabutan gigi yang menyebabkan gigi tersebut sulit untuk dicabut bila hanya menggunakan tang saja, maka kemudian dilakukan pembedahan.

2

3

Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problem prostetik paska bedah.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 jenis perawatan yang diterima penduduk yang mengalami masalah gigi dan mulut dapat dilihat bahwa jenis perawatan yang paling banyak diterima penduduk yang mengalami masalah gigi dan mulut yaitu pengobatan 87,6% pencabutan gigi 38,5%.

4

Data persentase pencabutan gigi terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia, semua itu terbukti dari data RISKESDAS tahun 2007 yang menyatakan pada bayi dibawah umur 1 tahun sebesar 10,9% didapatkan dari 16.747 bayi yang diwawancara orang tuanya, 175 bayi mempunyai masalah gigi dan mulut, 54 diantaranya mendapat perawatan dan 6 yang mendapat perawatan pencabutan gigi oleh karena sebab yang tidak diketahui. Persentase pencabutan gigi pada umur 1-4


(15)

tahun 9,7%, umur 5-9 tahun 29,6%, umur 10-14 tahun 30,5%, umur 15-24 tahun 35,7%, umur 25-34 tahun 41,2%, umur 35-44 tahun 43,2umur 45-54 tahun 43,5%, umur 65-64 tahun 44,4 dan pada kelompok umur diatas 65 tahun menurun menjadi 39,4%.

Secara spesifik kehilangan gigi molar satu mandibula memiliki prevalensi yang paling tinggi.

5

6

Hal ini dikarenakan gigi molar satu mandibula merupakan gigi permanen yang pertama erupsi sekitar umur 6-7 tahun,7 sehingga anak belum berdisiplin dalam hal membersihkan gigi dan mulutnya yang berdampak pada kerusakan gigi tersebut. Jika dilihat dari jangka waktu penggunaan maka gigi ini adalah gigi yang paling sering rusak karena karies sehingga harus dicabut 70%. Menurut penelitian Omer Sefvan J dkk di Rawalpindi (2009) menyatakan bahwa gigi molar satu mandibula merupakan gigi yang paling sering dicabut dengan prevalensi 59,8%.8 Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan perawatan mungkin dikarenakan mereka yang mengira bahwa dengan pencabutan gigi tanpa menggantinya dengan gigi tiruan akan menyelesaikan masalah.

Menurut penelitian Anca Maria R dkk di Bucharest, Romanian (2009) gigi molar satu mandibula adalah gigi yang paling sering dicabut degan persentase 35,1% kemudian gigi molar satu maxilla dengan persentase 19,3%. Kehilangan gigi molar satu mandibula akan mempengaruhi oklusi gigi-geligi. Berdasarkan penelitian Anca Maria R dkk di Bucharest, Romanian (2009) prevalensi pencabutan gigi molar satu tertinggi adalah pada kelompok umur 17 tahun dan paling rendah pada umur 8 tahun.

6

Dari hasil penelitian Albadri dkk (2007) di beberapa rumah sakit di Inggris, angka pencabutan gigi molar satu permanen pada jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu dengan rasio 1:1,3, 1:3,1 dan 7


(16)

Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi pencabutan gigi Molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSGMP FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

2. Berapa prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur pasien di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

3. Berapa prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin pasien di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

1.3Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

2. Mengetahui prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur pasien di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

3. Mengetahui prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin pasien di RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.


(17)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat mengetahui prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSGMP FKG USU.

2. Manfaat bagi penulis adalah untuk mendapatkan pengalaman meneliti dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula di RSGMP FKG USU.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang.1-3 Defenisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan masalah prostetik paska operasi di masa yang akan datang.

Dokter gigi harus berusaha untuk melakukan setiap pencabutan gigi secara ideal dan untuk memperolehnya ia harus mampu menyesuaikan teknik pencabutan gigi agar bisa menangani kesulitan-kesulitan selama pencabutan dan kemungkinan komplikasi dari tiap pencabutan gigi yang dapat terjadi.

4

4

2.2. Anatomi Gigi Molar Satu Mandibula

Gigi terdiri atas dua bagian yaitu mahkota gigi atau korona dan akar gigi atau radiks. Bagian terluar mahkota gigi dilapisi oleh email, email ini juga disebut dengan enamel. Di bagian dalam email terdapat tulang gigi atau dentin dan pada bagian yang paling dalam terdapat pulpa. Pada pulpa terdapat kapiler, arteri, vena dan saraf. Bagian terluar akar gigi tidak memiliki email, tetapi memiliki semen. Bagian akar gigi tertanam dalam tulang rahang yang ditutupi oleh gusi atau ginggiva.18,19


(19)

Gambar1. Anatomi gigi (Itjingningsih WH. Anatomi gigi. Jakarta: EGC, 1995: 29)19

Gigi Molar Satu Mandibula adalah gigi ke-6 dari garis median. Pada umumnya gigi ini merupakan gigi yang terbesar di rahang bawah. Gigi ini mempunyai 5 kups yang tumbuh baik yaitu 2 kups bukal (kups mesio lingual dan kups disto bukal), 1 kups distal dan 2 kups lingual (kups mesio lingual dan disto lingual). Mempunyai 2 akar yang tumbuh baik yaitu 1 mesial dan 1 distal, yang lebar buko lingual dan pada apeksnya jelas terpisah. Kadang-kadang terdapat 3 akar yaitu 2 mesial dan 1 distal.18,19

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi

Indikasi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai


(20)

e. Gigi impaksi

f. Kelainan pulpa ( nekrosis pulpa dan irreversible pulpitis). g. Gigi berlebih (supernumery teeth).

h. Keperluan ortodontik (misalnya gigi premolar) dan keperluan prostetik. i. Gigi fraktur yang parah.

Kontra indikasi pencabutan gigi sebagai berikut: 1. Faktor lokal

15,16

a. Akut perikoronitis pada molar 3 dengan fasial selulitis, gingivitis, stomatitis, sinusitis akut maxilla pada molar dan premolar atas.

b. Pertumbuhan gigi yang disertai tumor ganas.

2. Faktor sistemik

a. Diabetes mellitus tidak terkontrol.

b. Kelainan darah ( hemofili, leukemia, anemia). c. Kehamilan pada trimester I dan trimester 3. d. Kelainan kardiovaskular ( hipertensi). e. Pasien dengan kelainan hati (hepatitis).

2.4. Metode Pencabutan Gigi

Pada dasarnya hanya ada dua cara pencabutan gigi, cara pertama yang sering dilakukan pada kebanyakan kasus biasanya disebut pencabutan dengan tang, yang terdiri atas pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau elevator (bein) atau keduanya. Metode ini disebut juga pencabutan intra-alveolar.

Metode yang lain adalah dengan pembelahan gigi atau akar gigi dari perlekatan tulangnya. Pemisahan ini dilakukan dengan membuang sebagian tulang yang menutupi akar gigi, kemudian pencabutan dilakukan dengan menggukan bein dan tang, metode ini disebut pencabutan trans-alveolar.

4,15


(21)

2.4.1. Pencabutan intra-alveolar

Pencabutan intra-alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga disebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi.

Dalam metode ini instrumen yang digunakan yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamen periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah terpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kearah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari soketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.

4,15-17

2.4.2 Pencabutan trans-alveolar 4,15-17

Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra-alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan metode trans-alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka atau metode bedah yang digunakan pada kasus-kasus:

a. Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar b. Gigi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis

c. Gigi yang mengalami germinasi atau dilaserasi

d. Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.


(22)

mengeluarkan gigi atau akar gigi dari soketnya serta seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan.4,15-17

2.6 Teknik dan Jenis Bahan Anestesi untuk Pencabutan Gigi molar

Untuk pencabutan gigi biasanya menggunakan anestesi lokal. Anestesi lokal digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Bahan anestesi pada kedokteran gigi.

1. Golongan ester.

20

Anestesi golongan ini kurang stabil dan metabolismenya lebih mudah. Contohnya: Prokain, kokain dan tetrakain.

2. Golongan amida.

Anestesi golongan amida lebih stabil dan metabolismenya lambat. Contohnya: Lignokain, prilokain, mervakain.

Teknik anastesi untuk pencabutan gigi molar mandibula.

Pada rahang bawah biasanya digunakan anestesi blok mandibula. Dilakukan palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari menempel pada linea oblik. Dengan bagian belakang jarum suntik terletak di antara kedua premolar pada sisi yang berlawanan jarum diarahkan sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan jari. Jarum ditusukkan pada apeks trigonum pterygomandibular dan gerakan jarum di antara ramus dan ligamen serta otot yang menutupi fasies interna ramus diteruskan sampai ujungnya kontak dengan dinding posterior sulkus mandibularis. Keluarkan 1,5 ml obat anestesi di sini (rata-rata kedalaman insersi jarum adalah 15 mm, tapi bervariasi tergantung ukuran mandibula dan proporsinya berubah sejalan dengan pertambahan umur). Dapat juga menganestesi nervus lingualis dengan cara mengeluarkan obat anestesi pada pertengahan perjalanan masuknya jarum.21


(23)

2.7 Komplikasi Pencabutan Gigi

Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi normal yang menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem (pembengkakan) dan timbulnya rasa sakit. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha untuk mengantisipasinya sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjutan dengan resiko yang lebih besar.11

1. Perdarahan

Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya komplikasi diantaranya karena kondisi sistemik dan lokal pasien serta keahlian, keterampilan dan pengalaman operator serta standar prosedur pelaksanaan juga mempengaruhi. Berbagai komplikasi dapat terjadi, seperti:

Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti oleh dokter maupun pasien karena dianggap dapat mengancam hidup. Pasien dengan gangguan pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan.

2. Infeksi

11

Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila terjadi dokter gigi dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang beresiko terkena infeksi.11


(24)

4. Dry socket

Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat pencabutan gigi (pencabutan dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhati-hati penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid dan suplai darah (suplai darah di rahang bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan darah

5. Rasa sakit

8,12,13

Rasa sakit paska operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari cederanya tulang karena terkena instrumen atau bur yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan mencegah kesalahan teknis dan memperhatikan penghalusan tepi tulang yang tajam, serta pembersihan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan penyebab rasa sakit setelah pencabutan gigi.11

6. Fraktur

a. Fraktur mahkota gigi

Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah mengalami karies atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang di aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa akar gigi atau dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bila operator memilih tang dengan ujung terlalu lebar dan hanya memberikan kontak 1 titik gigi dapat pecah bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tang mungkin terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya merupakan penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila operator bekerja sesuai metode. Pemberian tekanan berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi tidak dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi.11,16


(25)

b. Fraktur tulang alveolar

Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.

c. Fraktur yang bersebelahan atau gigi antagonis 11

Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Teknik pencabutan yang terkontrol dapat mencegah kejadian ini.

d. Fraktur mandibula atau maxilla

11

Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan teknik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki teknik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat.11


(26)

Kerangka teori

Definisi pencabutan gigi

Antomi gigi molar satu mandibula

Indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi

1. Pencabutan intra-alveolar 2. Pencabutan

trans-alveolar Pencabutan

gigi molar satu mandibula

Metode pencabutan gigi

Teknik dan jenis bahan anestesi

Komplikasi pencabutan gigi


(27)

Kerangka konsep

Definisi pencabutan gigi

Antomi gigi molar

Indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi

1. Umur

2. Jenis kelamin Pencabutan

gigi molar satu mandibula

Metode pencabutan gigi

1. Pencabutan intra-alveolar 2. Pencabutan

trans-alveolar Teknik dan jenis

bahan anastesi

Komplikasi pencabutan gigi


(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah Survei deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada bulan Oktober - November 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan pencabutan gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil seluruh pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011 yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini.


(29)

Kriteria inklusi

1. Seluruh data rekam medis pasien pencabutan gigi molar satu mandibula maupun pencabutan gigi yang lainnya di bagian Bedah Mulut di RSGMP USU tahun 2010-2011.

2. Data rekam medis pasien pencabutan gigi molar satu mandibula di bagian Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2010-2011 yang memiliki informasi tentang data pribadi (umur dan jenis kelamin).

Kriteria ekslusi

1. Data rekam medis pasien pencabutan gigi molar satu mandibula di bagian Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2010-2011 yang tidak memiliki informasi tentang data pribadi (umur dan jenis kelamin).

3.4Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian

1. Pencabutan gigi molar satu mandibula. 2. Umur.

3. Jenis kelamin. 3.4.2 Definisi Operasional

1. Pencabutan gigi molar satu mandibula adalah suatu proses pengeluaran gigi geraham satu rahang bawah dari alveolus di Bagian


(30)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui data rekam medis pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara menghitung persentase hasil pencatatan data rekam medik dari pasien pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU.


(31)

Alur Penelitian

Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011.

Populasi

Rekam medik pasien yang berisi data tentang pasien yang melakukan pencabutan gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011

Sampel

Rekam medik pasien yang berisi data tentang pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011

Variabel

• Pencabutan gigi molar satu mandibula

• Umur.


(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Jumlah Seluruh Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.

Dari data sekunder rekam medik diperoleh jumlah pasien pencabutan seluruh gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU sebanyak 8.493. Perincian data seluruh pencabutan gigi adalah sebagai berikut:

 Sebanyak 3.928 pasien yang melakukan pencabutan gigi pada tahun 2010.  Sebanyak 4.565 pasien yang melakukan pencabutan gigi pada tahun 2011. Tabel 1. Jumlah semua kasus pencabutan gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG

USU Tahun 2010-2011

Data Jumlah

2010 3.928

2011 4.565

Total 8.493

4.2Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.

Dari 8.493 pasien yang melakukan pencabutan gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU terdapat sebanyak 1.150 pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula. Perincian data pencabutan gigi molar satu mandibula adalah sebagai berikut:


(33)

 Sebanyak 514 pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula pada tahun 2010.

 Sebanyak 636 pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula pada tahun 2011.

Tabel 2. Jumlah kasus pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.

Tahun Jumlah

2010 514

2011 636

Total 1.150

Jadi angka prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011 adalah 13,54%.

4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.

Berdasarkan uraian diatas telah disebutkan bahwa jumlah seluruh sampel adalah 1.150 orang. Dari 1.150 orang tersebut jumlah pasien yang paling banyak melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula adalah rentang umur 11-21 tahun yakni sebesar 536 orang dengan persentase 46,61%, kemudian diikuti rentang umur


(34)

Tabel 3. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.

Usia pasien pencabutan gigi molar satu mandibula

Jumlah Jumlah Total Persentase 2010 2011

12-21 tahun 246 290 536 46,61%

22-31 tahun 114 166 280 24,35%

32-41 tahun 74 95 169 14,69%

42-51 tahun 58 48 106 9,22%

52-61 tahun 19 33 52 4,52%

62-71 tahun 3 4 7 0,61%

Jumlah 514 636 1.150 100%


(35)

Diagram 2. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan usia

4.4 Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Jenis Kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.

Dari 1.150 pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula terdapat sebanyak 344 orang berjenis kelamin laki-laki yang malakukan pancabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011 dengan persentase 29,91%. Sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 806 orang dengan persentase 70,09%. Dengan rasio perbandingan jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah


(36)

Tabel 4. Jumlah kasus pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011. Jenis Kelamin Jumlah Jumlah Total persentase

2010 2011

Laki-laki 156 188 344 29,91%

Perempuan 358 448 806 70,09%

Total 514 636 1.150 100%

Diagram 3. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011.


(37)

BAB 5

PEMBAHASAN

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi permanen yang pertama erupsi yaitu sekitar umur 6-7 tahun.7 Pada umur tersebut merupakan masa transisi dari gigi susu ke gigi permanen atau disebut juga masa gigi bercampur. Gigi molar satu mandibula permanen erupsi sebelum gigi susunya tanggal sehingga sering terjadi kesalahpahaman yaitu anggapan bahwa gigi molar satu mandibula permanen adalah gigi susu yang apabila dicabut maka akan digantikan lagi oleh gigi penggantinya.

Dari hasil penelitian prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011 diperoleh sebanyak 1.150 pasien yang melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula dari 8.493 pasien yang melakukan pencabutan seluruh gigi di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011. Sehingga diperoleh angka prevalensi yaitu 13,54%.

22

Hasil penelitian prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011 (lihat tabel 3) diperoleh prevalensi paling banyak adalah pada kelompok umur 12-21 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anca Maria R dkk di Bucharest, Romanian (2009) prevalensi pencabutan gigi molar satu tertinggi adalah pada kelompok umur 17 tahun.7 Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di kalangan masyarakat serta jangkauan pelayanan belum


(38)

Selain itu, menurut penelitian Lilik Rosdawati di Kabupaten Langkat (2004) yang meneliti pada kelompok anak yang masih duduk dibangku sekolah (umur 18 tahun), menyatakan bahwa anak kurang mendapatkan informasi dan motivasi tentang pememeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta mempertahankan kesehatan gigi dan mulutnya. Hal ini terbukti dari sampel yang ditelitinya 50% siswa belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan gigi dan mulutnya sehingga pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya masih rendah. Hal ini terbukti bahwa banyaknya mereka dengan jumlah gigi yang tidak lengkap dan banyaknya gigi yang indikasi pencabutan.

Dari 1.150 pasien yang malakukan pancabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa pasien yang terbanyak melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula adalah pasien berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki (lihat tabel 4). Dari data tersebut diperoleh rasio antara laki-laki dengan perempuan adalah 1 : 2,3. Hasil ini sama dengan penelitian Albadri dkk (2007) pada beberapa rumah sakit di Inggris, angka pencabutan gigi molar satu permanen pada jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki yaitu dengan rasio antara laki-laki dengan perempuan 1:1,3, 1:3,1 dan 1;1,1.

23

9

Berdasarkan pengamatan Morita dkk (2009) mengkaitkan karies gigi sebagai etiologi utama pencabutan gigi pada perempuan. Dimana kita ketahui karies lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki, hal ini terjadi karena adanya faktor predisposisi terjadinya karies yang dialami oleh perempuan tetapi tidak dialami oleh laki-laki, yaitu faktor kehamilan.

Hal ini mungkin terjadi karena lebih banyak pasien yang berjenis kelamin perempuan yang datang untuk melakukan perawatan gigi dan mulut.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Prevalensi tertinggi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011 adalah pada umur 12-21 tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di kalangan masyarakat serta jangkauan pelayanan belum memadai sehubungan dengan keadaan geografis indonesia yang sangat bervariasi serta kurangnya motivasi untuk memelihara serta mempertahankan kesehatan gigi dan mulutnya.

2. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut FKG USU tahun 2010-2011 lebih banyak pada pasien berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan berjenis kelamin laki-laki. Tingginya angka pencabutan gigi pada perempuan terjadi karena lebih banyak pasien yang berjenis kelamin perempuan yang datang untuk melakukan perawatan gigi dan mulut serta karies lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki, hal ini terjadi karena adanya faktor predisposisi terjadinya karies yang dialami oleh perempuan tetapi tidak dialami oleh laki-laki, yaitu faktor kehamilan.


(40)

6.2. Saran

1. Disarankan agar meningkatkan kegiatan untuk pencegahan agar tidak terjadi pencabutan gigi dini melalui kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin kepada anak-anak dan masyarakat umum akan pentingnya memelihara kesehatan gigi melalui sekolah-sekolah, puskesmas setempat, serta Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara pada khususnya.

2. Meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara agar membantu mengurangi timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut.

3. Meningkatkan perawatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan cara merawat gigi yang masih bisa dilakukan perawatan misalnya melakukan penambalan pada gigi yang karies.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. PDGI Online. Perdarahan pasca ekstraksi gigi. 2010.

2. Uttu. Pencabutan gigi atau exodontia

( 03 Agustus 2012).

3. Setengah Baya Info. Bedah flep pada proses pencabutan gigi. 2010. 4. Howe L. Geoffrey. Pencabutan gigi geligi. Jakarta: EGC, 1999: 83-90.

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatah RI. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Departemen KesehatanRI. 2008: 130-35. 6. Rahardjo Anton. Karies dominasi masalah kesehatan gigi. 2006.

(08 Agustus 2012).

7. Maria Anca R, Feraru V, Herteliu C, Andrei Mihai R. Prevalence of loss of permanent first molar in a group of Romanian children and adolescents. OHDMBSC 2009; 8: 3-1.

8. Sefvan Omer J, Hammad Syed H, dkk. Reasons and pattern of first molar extraction a study. J Pakistan Oral Dental 2011: 1-3.

9. Albadri S, Zaitoun H, MC Donnell ST, Davidson LE. Extraction of first permanent molar teeth: Result from dental hospital. J British Dent 2007; 203: 1-5.

10. Nurhidayat O, Tunggul EP, Wahyono B. Perbandingan media power point dengan flip chart dalam meningkatakan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Unnes Journal of Public Healt 2012; 1: 31-5.


(42)

14. Koerner Kari R. Manual of minor oral surgery for general dentist. USA: Blackwell Munksgaard, 2006: 19-48.

15. Balaji SM. Textbook of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier, 2007: 211- 29.

16. Sanghai Sumit, et all. A concise textbook of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2009: 91- 114.

17. Ghosh KP. Synopsis of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2006: 7- 15.

18. Imran Minasari. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan: USU Press, 2008: 50-80.

19. Itjingningsih WH. Anatomi gigi. Jakata: EGC, 1995: 92-137.

20. Howe, Geoffrey L. Anestesi lokal. Jakarta: Hipokrates, 1994: 69-89.

21. Fitria Irmi M. Anestesi lokal dalam kedokteran gigi. (23 agustus 2012 )

22. Wikarma. Apakah gigi kita yang sudah dicabut bisa tumbuh kembali.

23. Rosdawati L. Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan gigi dan mulut murid SMU di Kabupaten Langkat Tahun 2004. Tesis. Medan: Program Study Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU, 2004: 70-6


(43)

Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan

Agustus September Oktober November

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P E R S I A P A N Penentuan judul Pembuatan proposal Seminar proposal

X X X X X X X X X

Perbaikan proposal

X X

P E L A K S A N A A N Pengumpul an data

X X

Pengolahan data

X X Analisa

data

X X

Laporan X X


(1)

Selain itu, menurut penelitian Lilik Rosdawati di Kabupaten Langkat (2004) yang meneliti pada kelompok anak yang masih duduk dibangku sekolah (umur 18 tahun), menyatakan bahwa anak kurang mendapatkan informasi dan motivasi tentang pememeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta mempertahankan kesehatan gigi dan mulutnya. Hal ini terbukti dari sampel yang ditelitinya 50% siswa belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan gigi dan mulutnya sehingga pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya masih rendah. Hal ini terbukti bahwa banyaknya mereka dengan jumlah gigi yang tidak lengkap dan banyaknya gigi yang indikasi pencabutan.

Dari 1.150 pasien yang malakukan pancabutan gigi molar satu mandibula di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa pasien yang terbanyak melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula adalah pasien berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki (lihat tabel 4). Dari data tersebut diperoleh rasio antara laki-laki dengan perempuan adalah 1 : 2,3. Hasil ini sama dengan penelitian Albadri dkk (2007) pada beberapa rumah sakit di Inggris, angka pencabutan gigi molar satu permanen pada jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki yaitu dengan rasio antara laki-laki dengan perempuan 1:1,3, 1:3,1 dan 1;1,1.

23

9

Berdasarkan pengamatan Morita dkk (2009) mengkaitkan karies gigi sebagai etiologi utama pencabutan gigi pada perempuan. Dimana kita ketahui karies lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki, hal ini terjadi karena adanya faktor predisposisi terjadinya karies yang dialami oleh perempuan tetapi tidak dialami oleh laki-laki, yaitu faktor kehamilan.

Hal ini mungkin terjadi karena lebih banyak pasien yang berjenis kelamin perempuan yang datang untuk melakukan perawatan gigi dan mulut.


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Prevalensi tertinggi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2010-2011 adalah pada umur 12-21 tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di kalangan masyarakat serta jangkauan pelayanan belum memadai sehubungan dengan keadaan geografis indonesia yang sangat bervariasi serta kurangnya motivasi untuk memelihara serta mempertahankan kesehatan gigi dan mulutnya.

2. Prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut FKG USU tahun 2010-2011 lebih banyak pada pasien berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan berjenis kelamin laki-laki. Tingginya angka pencabutan gigi pada perempuan terjadi karena lebih banyak pasien yang berjenis kelamin perempuan yang datang untuk melakukan perawatan gigi dan mulut serta karies lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki, hal ini terjadi karena adanya faktor predisposisi terjadinya karies yang dialami oleh perempuan tetapi tidak dialami oleh laki-laki, yaitu faktor kehamilan.


(3)

6.2. Saran

1. Disarankan agar meningkatkan kegiatan untuk pencegahan agar tidak terjadi pencabutan gigi dini melalui kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin kepada anak-anak dan masyarakat umum akan pentingnya memelihara kesehatan gigi melalui sekolah-sekolah, puskesmas setempat, serta Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara pada khususnya.

2. Meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara agar membantu mengurangi timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut.

3. Meningkatkan perawatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan cara merawat gigi yang masih bisa dilakukan perawatan misalnya melakukan penambalan pada gigi yang karies.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. PDGI Online. Perdarahan pasca ekstraksi gigi. 2010.

2. Uttu. Pencabutan gigi atau exodontia

( 03 Agustus 2012).

3. Setengah Baya Info. Bedah flep pada proses pencabutan gigi. 2010. 4. Howe L. Geoffrey. Pencabutan gigi geligi. Jakarta: EGC, 1999: 83-90.

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatah RI. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Departemen KesehatanRI. 2008: 130-35. 6. Rahardjo Anton. Karies dominasi masalah kesehatan gigi. 2006.

(08 Agustus 2012).

7. Maria Anca R, Feraru V, Herteliu C, Andrei Mihai R. Prevalence of loss of permanent first molar in a group of Romanian children and adolescents. OHDMBSC 2009; 8: 3-1.

8. Sefvan Omer J, Hammad Syed H, dkk. Reasons and pattern of first molar extraction a study. J Pakistan Oral Dental 2011: 1-3.

9. Albadri S, Zaitoun H, MC Donnell ST, Davidson LE. Extraction of first permanent molar teeth: Result from dental hospital. J British Dent 2007; 203: 1-5.

10. Nurhidayat O, Tunggul EP, Wahyono B. Perbandingan media power point dengan flip chart dalam meningkatakan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Unnes Journal of Public Healt 2012; 1: 31-5.

11. Pederson W. Gordon. Buku ajar praktis bedah mulut. 1st ed. Jakarta: EGC, 1996: 29-83.


(5)

14. Koerner Kari R. Manual of minor oral surgery for general dentist. USA: Blackwell Munksgaard, 2006: 19-48.

15. Balaji SM. Textbook of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier, 2007: 211- 29.

16. Sanghai Sumit, et all. A concise textbook of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2009: 91- 114.

17. Ghosh KP. Synopsis of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2006: 7- 15.

18. Imran Minasari. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan: USU Press, 2008: 50-80.

19. Itjingningsih WH. Anatomi gigi. Jakata: EGC, 1995: 92-137.

20. Howe, Geoffrey L. Anestesi lokal. Jakarta: Hipokrates, 1994: 69-89.

21. Fitria Irmi M. Anestesi lokal dalam kedokteran gigi. (23 agustus 2012 )

22. Wikarma. Apakah gigi kita yang sudah dicabut bisa tumbuh kembali.

23. Rosdawati L. Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan gigi dan mulut murid SMU di Kabupaten Langkat Tahun 2004. Tesis. Medan: Program Study Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU, 2004: 70-6


(6)

Jadwal Kegiatan

Kegiatan Bulan

Agustus September Oktober November

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P E R S I A P A N Penentuan judul Pembuatan proposal Seminar proposal

X X X X X X X X X

Perbaikan proposal

X X

P E L A K S A N A A N Pengumpul an data

X X

Pengolahan data

X X Analisa

data

X X

Laporan X X


Dokumen yang terkait

Prevalensi Fraktur Akar Gigi Molar Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Yang Dicabut Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

1 69 48

Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

8 89 54

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

1 8 64

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 11

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 4

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 16

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 2

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 17

Prevalensi Fraktur Akar Gigi Molar Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Yang Dicabut Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi - Prevalensi Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Rsgmp Fkg Usu Tahun 2010-2011

0 0 10