Pemikiran Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani dan Relevansinya dengan Politik di Malaysia

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Malaysia adalah satu diantara negara-negara di Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus. Di bawah kepemimpinan Mahathir Mohammad, Malaysia menjadi sebuah negara yang cukup disegani di pentas politik Internasional. Banyak kebijakan pemerintahan Mahathir Mohammad yang memberikan perubahan terhadap kehidupan politik dan ekonomi masyarakat Malaysia. Salah satunya adalah kebijakan ”melihat ke timur dan meninggalkan barat”. Suatu kebijakan yang membuat Malaysia menjadi negara mandiri yang tidak bergantung kepada negara-negara Barat. 1

Malaysia adalah sebuah negara yang sistem politiknya relatif stabil dan didukung oleh keberhasilan pembangunan ekonomi. Dalam hal pelembagaan kehidupan politik dan kenegaraan, Malaysia juga termasuk yang lebih berhasil di kalangan negara-negara Asia Tenggara. Tetapi sistem politik ini menghadapi masalah yang mengancam integrasi nasionalnya, yaitu potensi konflik antar etnik yang jumlahnya hampir seimbang. Pada kenyataannya kehidupan politik Malaysia, bahkan sejak masih bernama Persekutuan Tanah melayu, sering diwarnai oleh masalah etnik ini.2

Di Malaysia, sepanjang tahun 1945-1960 perkara identitas kebangsaan yang diasaskan pada Islam menjadi isu yang hangat dalam proses pembangunan politik.

1

Mahathir adalah tokoh yang tidak suka bergantung dengan Negara asing, beliau berusaha untuk membuat kebijakan yang mengangkat martabat bangsa Melayu dan Malaysia di mata dunia. Dan strategi Mahathir ini tergolong berhasil. Karena Malaysia dapat bangkit dari keterpurukan ekonomi. Bersama dengan Anwar Ibrahim sebagai menteri keungan ketika itu,Mahathir membuat kebijakan-kebijakan ekonomi yang memajukan Malaysia. Ini dapat dilihat mislanya dalam Zulfan Heri. Suara Reformasi dari Negeri Jiran. Pekanbaru : UNRI Press. 2001. Dan dapat juga dilihat pada Stanley S. Bedlington. Proses Politik di Malaysia. Dalam Mochtar Mas’oed dan Colin Mac Andrews. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 2001.

2Mochtar Mas’oed, dan Colin Mac Andrews.

Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2001. Hal. 233


(2)

Sebagaimana diketahui konsep keMelayuan dan keIslaman telah menjadi ikatan kehidupan masyarakat dalam perbagai bidang kehidupan. Dalam bidang politik, politik orang Melayu tidak bisa dipisahkan dengan Islam, dan selama orang Melayu beragama Islam, tuntutan-tuntutan politik Islam mempengaruhi perkembangan politik Melayu. Islam sebagai suatu kepercayaan yang lengkap, semestinya menyentuh kehidupan dan budaya politik serta berkembangnya nilai-nilai dalam masyarakat Melayu.3

Islam pada dasarnya memainkan peranan yang besar dalam pembentukan iklim politik di Malaysia. Ini dapat dibuktikan melalui penyertaan golongan ulama dalam kebangkitan kesadaran bangsa dari era dahulu. Sebagai contoh, golongan ulama seperti Syeikh Syed Al Hadi dan Sheikh Tahir Jalalluddin adalah golongan intelektual pertama yang menggagaskan peranan Islam dalam politik. Penumbuhan partai politik kebanggaan seperti UMNO juga pada dasarnya mendapat dukungan para ahli agama. Karena ia berfungsi sebagai media politik bagi orang Melayu yang rata-rata beragama Islam. 4

Kaitan antara etnik Melayu dan Islam begitu erat sehingga tidak mengherankan jika dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Malaysia tidak dapat dipisahkan dengan Islam. Dan kaitan ini adalah suatu hal yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.5

3

Warjio. Perjuangan Ideologi Islam Dua Parti Politik: Kajian Kes Masyumi (Indonesia) dan Parti Islam Semalaysia (PAS) 1945-1969. Universitas Sains Malaysia. 2005. Hal. 5-6

4

Mohd. Rizal Hamdan. Aplikasi Politik Islam di Malaysia : Halangan dan Cabaran. http://www. Khairuummah. Com/index.php?option=com_content & task=view &id=197&itemid=iod. Rabu, 2 May 2007

5

Melayu identik dengan Islam,oleh karena Melayu adalah etnik terbesar di Malaysia maka system pemerintahan Malaysia tidak dapat dipisahkan dari Islam,selama bangsa Melayu beragama Islam maka selama itu pula Islam menjadi bagian dari system politik Malaysia. Hal ini ditandai dengan munculnya partai Islam di Malaysia sebagai partai oposisi sebagai bentuk dari keinginan untuk melaksanakan system Islam secara keseluruhan di Malaysia yaitu PAS (Partai Islam SeMalaysia). Mengenai PAS dapat dilihat dalam Warjio. Hubungan Pemilu,Kerusuhan Etnik dan Partai Islam: Studi Kasus Partai Islam SeMalaysia (PAS). Dalam Politea.Jurnal Ilmu Politik. Medan :Jurusan Ilmu Politik FISIP USU. 2005


(3)

Kajian mengenai hubungan Melayu-Islam dan negara di Malaysia telah dilakukan oleh R.I Winzeler (1970). Karya ini merupakan karya yang sangat dasar dalam menelaah bagaimana hubungan etnik Melayu yang mengakar kuat dengan keIslaman. Kajian ini juga menjelaskan proses pembentukan maupun perumusan ideologi negara dalam masyarakat Malaysia yang terdiri dari perbagai etnik. Walaupun kajian ini dilakukan di Kelantan, R.I Winzeler telah berhasil menjelaskan bagaimana sebenarnya etnik Melayu yang dianggap telah mengakar kuat keIslamannya dengan persoalan-persoalan kenegaraan. 6

Berangkat dari apa yang dinyatakan oleh Winzeler, walaupun Islam telah mengakar kuat dalam tubuh masyarakat Malaysia khususnya etnik Melayu sebagai etnik mayoritas di Malaysia, namun kenyataannya aplikasi Islam dalam politik Malaysia pada pelaksanaannya tidak menyeluruh dan hanya bersifat menjawab polemik politik saja. Pelaksanaan Islam dalam politik Malaysia menghadapi berbagai tekanan akibat dari pertentangan dengan ide-ide politik dan aplikasinya dalam iklim politik Malaysia.

Hal ini terjadi karena pertentangan keras antara aliran politik Islam dan sekuler di Malaysia. Kenyataannya, gerakan Islam dalam politik mulai memunculkan kesadaran kepada semua pihak setelah pemikiran para revivalis Muslim seperti Maududi, Hasan al-Banna, dan Sayyid Qutb mulai mempengaruhi pemikiran sarjana muslim di negara ini. Kejayaaan revolusi Islam Iran, dimana semangatnya menjadi inspirasi terhadap pertumbuhan politik juga menjadi faktor pendorong untuk memulai perjuangan menegakkan prinsip Islam di Malaysia. 7

Yang tidak ketinggalan dalam menerapkan Islamisasi dalam iklim politik Malaysia adalah kehadiran tokoh Islam ketika itu yaitu Anwar Ibrahim, telah

6

Warjio.Op. Cit, Hal. 20 7


(4)

menyemarakkan kembali ide pelaksanaan Islam dalam politik Malaysia. Antara lain yang diperkenalkan yaitu, prinsip masyarakat madani,yaitu penerapan prinsip Islam dalam pembentukan masyarakat yang harmoni.

Masyarakat madani dapat didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang mengamalkan budaya hidup berdasarkan keadilan, keihsanan dan kebenaran dalam semua aspek kehidupan seperti sosio-budaya, ekonomi dan politik. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menghormati hak-hak asasi manusia dan pelaksanaan demokrasi yang berdasarkan pada kehidupan beragama, berakhlak dan keutamaan melaksanakan tanggung jawab individu dan masyarakat dalam memelihara serta mempertahankan kesejahteraan dan keamanan berlandaskan UU.

Masyarakat madani juga sebuah masyarakat yang memberi keutamaan kepada keperluan asas, dinamika budaya, kecerdasan dan perkembangan ekonomi, masyarakat yang menjunjung tinggi perkembangan ilmu pengetahuan, pembentukan pribadi mulia, kaya dengan daya cipta yang kreatif dan inovatif. Model masyarakat madani dalam persfektif Islam meletakkan kedaulatan rakyat terbanyak sewajarnya dihormati tetapi tidak bertentangan dengan kedaulatan Allah SWT menekankan kepada hak asasi berlandaskan kemanusiaan, bentuk kerajaan yang berlandaskan keadilan. Menurut Anwar, masyarakat madani menjadi penting dalam proses transformasi menghadapi penjajahan barat. Dengan demikian, pribadi Asia yang akan muncul hasil pertentangan dengan budaya barat akan mempertahankan pandangan hidup, peradaban dan prinsip akhlaknya.

”Salah satu tanda transformasi tersebut adalah perdebatan yang rancak tentang

demokrasi dan masyarakat madani. Telah timbul kesadaran bahwa tidak memadai Asia muncul sebagai negara ekonomi, ia juga perlu bergerak untuk membina kekuatan moral dalam pembentukan desa sejagat. Perdebatan ini berlaku di kalangan generasi baru, cendekiawan,


(5)

aktivis masyarakat, seniman dan ahli politik yang memiliki keyakinan diri dan mendukung kesejagatan nilai demokrasi. Meskipun perkara ini sering di hubungkan dengan barat tetapi

bagi Asia pembahasan ini sebenarnya berakar umbi pada tradisi dan budayanya yang kaya”.

(Anwar, Gelombang Kebangkitan Asia,1997:43)8

Anwar memberikan pengertian bahwa masyarakat madani adalah satu konsep masyarakat sivil yang bebas dari acuan dan pengalaman demokrasi barat dan senantiasa mementingkan musyawarah. Ia didasarkan oleh prinsip akhlak dan pemerintahan berlandaskan hukum agama bukannya tindakan yang lahir dari nafsu manusia semata-mata. Masyarakat madani penuh dengan semangat kebebasan, kemerdekaan diri dan mengembalikan nilai kemanusiaan. Dengan demikian, dapat dikatakan masyarakat madani mempunyai perbedaan asas dengan gagasan yang diungkapkan oleh pemikir barat. Penduduk Asia mempunyai pandangan berbeda terutama melihat agama bukan sekedar persoalan pribadi tetapi mempunyai peranan besar dalam masyarakat dan memberikan arah moral dalam dunia politik dan ekonomi. Umumnya, menurut Anwar, masyarakat madani merujuk kepada sebuah masyarakat bertamaddun, beradab, berilmu, memiliki kehidupan bermasyarakat yang teratur dan tertib dalam peraturan hukum dan perundang-undangan. 9

Melihat kondisi sistem politik Malaysia yang sangat identik dengan Islam adalah kondisi yang sangat wajar jika konsep masyarakat Madani ini diterapkan disana. Namun pada kenyataannya pelaksanaan Islam di Malaysia tidak dilaksanakan secara menyeluruh karena masih banyak pimpinan di negara ini yang tidak memahami politik Islam dan lebih tertarik dengan politik Barat yang sudah jelas tidak tepat dengan Islam dan tidak mementingkan aspek keagamaan dan moral dalam mengelola

8

Anwar Ibrahim. Masyarakat Madani vs masyarakat Sivil. http://syaitan. Wordpres. Com/2007/05/21/anwar-ibrahim-masy-madani-vs-masy-sivil/. Selasa, 21 May 2007

9 Ibid.,


(6)

negara. Pelaksanaan Islam yang dilakukan di Malaysia adalah sekedar retorika politik partai-partai politik saja tanpa usaha positif kearah memajukan Islam dalam politik negara. Walaupun begitu, tetap ada beberapa pemikir politik di negara ini yang tetap konsisten dan berusaha untuk terus memajukan politik Islam di Malaysia diantaranya yaitu Anwar Ibrahim.

Menurut Anwar Ibrahim ajaran Islam tidaklah dipahami hanya sebagai ritual melainkan ”sebuah jalan kehidupan”. Toleransi terhadap agama tidak bisa diyakini sebagai toleransi terhadap korupsi, dekadensi moral, atau bahkan toleransi terhadap sikap fanatik. Ketegasan sikap pemahaman keagamaan Anwar Ibrahim mendapat penilaian beberapa tokoh politik Malaysia bahwa pandangan keIslaman Anwar Ibrahim sangat membumi. Warna nasionalisme politik hampir tidak kentara,karena itu Anwar Ibrahim menyatakan bahwa untuk mendapatkan inspirasi mengenai Islam, Malaysia tidak perlu mencarinya di Timur Tengah. Islam di Malaysia sudah memiliki akar di bumi sendiri.

Pemikiran Anwar Ibrahim dan juga karirnya dalam politik Malaysia yang cukup cemerlang membawa Anwar kepada suatu keadaan dimana beliau mendapat dukungan penuh dari rakyat Malaysia. Ambisi politiknya yang ingin menjadikan Malaysia sebagai negara yang bisa menjalankan Islam secara keseluruhan dalam berbagai aspek kehidupan seperti sosio budaya, ekonomi dan politik telah menarik simpati rakyat Malaysia khususnya etnik Melayu. Berada di bawah kepemimpinan Anwar Ibrahim sebagai wakil perdana menteri ketika itu, membuat masyarakat melayu merasa dihargai setelah sekian lama berada dalam alienasi karena tidak dianggap ada.

Di bawah kepemimpinan Mahathir dan juga Anwar lah masyarakat Melayu Malaysia memperoleh tempatnya di ranah sendiri karena banyak kebijakan politik


(7)

yang di cetuskan oleh ”dwi tunggal” ini yang mendukung kepada rakyat miskin etnis Melayu.

Di samping dikenal sebagai seorang yang progresif dan mandiri, Anwar Ibrahim dinilai mempunyai obsesi yang sama dengan Mahathir : ”Membangun Kejayaan Malaysia dan membangkitkan kebesaran kaum Melayu dengan kesadaran barunya.”

Bentuk perwujudan Anwar terhadap penegakan Islam di Malaysia adalah pendirian Bank Islam ketika beliau menduduki posisi menteri keuangan di pemerintahan, kemudian membangun Universitas Islam pertama di Malaysia dan mencetuskan konsep tentang masyarakat madani.

Pemikiran tentang masyarakat madani adalah salah satu bentuk sumbangan pemikiran dari Anwar Ibrahim untuk Malaysia guna membangun suatu usaha untuk memajukan dan mengembangkan prinsip Islam dalam perpolitikan di Malaysia. Ini adalah salah satu bukti dari keinginan kuat Anwar Ibrahim untuk menciptakan politik Malaysia yang seiring sejalan dengan Islam, karena menurutnya Malaysia mempunyai akar sendiri yang bisa membawa Malaysia lebih baik di masa depan. Pemikiran Anwar Ibrahim dan juga usaha-usaha yang dilakukannya untuk memajukan Islam dan etnik melayu telah membawa Anwar sebagai sosok yang meraih dukungan besar dari rakyat Malaysia. Dukungan yang diperolehnya bukan hanya dari para tokoh ulama Islam ataupun dari masyarakat ekonomi melayu tetapi juga dari kalangan kaum muda Malaysia.

Perjalanan politik Anwar Ibrahim yang cukup panjang dalam konstelasi politik Malaysia telah menjadikan Anwar Ibrahim sebagai salah satu pemimpin Asia yang cukup disegani baik di dalam negeri Malaysia maupun di dunia Internasional. Berbagai macam gagasan yang dilahirkan Anwar Ibrahim memberikan sumbangan pemikiran terhadap politik Malaysia, khususnya untuk perkembangan pemikiran


(8)

politik Islam. Untuk itu penulis mencoba untuk menganalisa pemikiran politik Anwar Ibrahim dan mengangkatnya dalam skripsi dengan judul ”Pemikiran Politik Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani dan Relevansinya dengan Politik di Malaysia”.

1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan.10 Atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab setengah masalah dalam penelitian.11

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran Anwar Ibrahim tentang konsep Masyarakat Madani dan relevansinya dengan politik di Malaysia?

1.3Pembatasan Masalah

Beragam pemikiran yang diungkapkan Anwar Ibrahim semasa karir politiknya dalam konstelasi politik Malaysia telah memberikan warna tersendiri bagi jalannya sistem politik Malaysia. Tidak banyak pemikir/tokoh di Malaysia yang memiliki

10

Husani Usman dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara. 2004. Hal. 26 11


(9)

komitmen cukup tinggi untuk menjalankan Islam dalam sistem politik Malaysia,seperti yang diungkapkan dalam latar belakang masalah bahwa Islam hanya dijadikan sebagai polemik saja, Islam tidak dijalankan sepenuhnya karena masih banyak pemikir yang lebih tertarik dengan sistem politik barat.

Agar pembahasan tidak terlalu meluas sehingga tujuan penelitian tidak tercapai dan pembahasan menjadi ambigu dan tidak orisinal, maka penulis membuat pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

” Gagasan –gagasan Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani dan Relevansinya dengan Politik di Malaysia”.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisa pemikiran Anwar Ibrahim mengenai

Konsep Masyarakat Madani dan bagaimana relevansinya dengan politik di Malaysia.

2. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran Anwar Ibrahim

3. Untuk mengetahui perjuangan Anwar Ibrahim dalam

konstelasi politik Malaysia.

4. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi jatuhnya Anwar Ibrahim dari kursi kekuasaan Pemerintahan Malaysia.

1.4.2Manfaat Penelitian

Setiap Penelitian, diharapkan mampu memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan Ilmu pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :


(10)

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri dalam membuat dan mmebaca karya tulis. Melalui penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

2. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan Ilmu Politik dalam hal pemikiran politik Islam mengenai pemikiran Anwar Ibrahim tentang konsep masyarakat Madani dan diharapkan mampu memberikan manfaat bagi Ilmu Sosial lainnya secara umum.

3. Menambah rujukan bagi mahasiswa departemen Ilmu Politik FISIP USU mengenai penelitian studi tokoh.

1.5Tinjauan Pustaka

1.5.1 Konsep Masyarakat Sipil

Konsep masyarakat sipil digunakan dengan luas sebagai konsep deskriptif untuk menilai keseimbangan antar kuasa negara dan persatuan atau badan privat. Bagi tradisi liberal, masyarakat sipil dikaitkan dengan pilihan, kebebasan dan tanggung jawab individu. Ini menjelaskan mengapa masyarakat sipil yang sehat dan kuat merupakan ciri penting dari demokrasi liberal dan liberal klasik khususnya mempunyai panduan moral dari masyarakat sipil terhadap negara yang diterjemahkan


(11)

melalui keinginan untuk meminimalkan ruang kuasa negara dan memaksimalkan ruang privat. Kelompok-kelompok relawan, pergerakan sosial, media massa, dan institusi di luar kerajaan dapat berfungsi tanpa pengawasan negara.

Tradisi Marxis juga menggunakan istilah masyarakat sipil untuk menggambarkan keadaan tidak adil yang mengaitkan penguasa kelas memerintah terhadap golongan pekerja serta bawahan dan mewujudkan ketidakadilan sosial. Dengan itu, masyarakat sipil menjadi salah satu konsep di dalam politik modern yang seringkali dibahas dan didebatkan di dalam masyarakat kontemporari sejajar dengan tindakan demokrasi, peraturan UU, HAM, kewarganegaraan,keadilan dan pasar bebas. Kemunculan masyarakat madani sebagai suatu konsep masyarakat sipil berlandaskan Islam memberi harapan ke arah mewujudkan satu masyarakat sipil yang sejalan dengan ajaran Islam berdasarkan hubungan manusia dengan pencipta (hablun min Allah) dan hubungan manusia dengan masyarakat (hablun min nas). Yang menjadi landasan dari masyarakat madani adalah ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW melalui hadist-hadist yang menyeru umat Islam utnuk berinteraksi secara positif dengan manusia lain dan menjalankan kerja-kerja sosial untuk meningkatkan keadilan sosial yang memberi menfaat kepada semua.12

Konsep civil society berasal dari sejarah peradaban Barat. Di tempat asalnya, Eropa Barat, konsep ini sudah tidak banyak dibicarakan. Civil Society kembali mengemuka ketika gerakan solidaritas di Polandia pimpinan Lech Walesa melancarkan perlawanan terhadap dominasi pemerintahan Jenderal Jeruzelski. Dalam perlawanan tersebut, solidaritas memakai civil society sebagai dasar sekaligus arah perjuangan dengan tekanan utama pada perlawanan terhadap otoritarianisme negara. Pola yang dipakai solidaritas ini menjalar ke beberapa negara Eropa Timur lain,

12


(12)

seperti bekas Chekoslovakia,seiring dengan runtuhnya rezim komunis di Uni Soviet. Keberhasilan dari gerakan-gerakan tersebut kemudian menjadi pemicu ramainya perbincangan civil society di berbagai belahan dunia/termasuk Amerika Utara dan Eropa Barat sendiri.13

Secara historis civil society berakar kuat dalam perjalanan intelektual dan sosial Eropa Barat. Inti dari konsep ini adalah penolakan terhadap segala jenis Otoritarianisme dan totalitarianisme. Wujud civil society dapat ditemukan pada episode-episode tertentu dalam sejarah Eropa. Misalnya, pada masa kerajaan Romawi pada saat kekuasaan dipegang oleh beberapa tangan, yakni raja, bangsawan dan penduduk. Ketiganya memiliki kekuasaan relatif yang sanggup menangkal terjadinya hegemoni atau dominasi antara satu kekuatan terhadap yang lain. Masing-masing pihak mempunyai kekuatan tawar menawar, sehingga mekanisme kontrol kekuasaan berjalan baik.14

Untuk memahami makna dari civil society tersebut,maka ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli,diantaranya Ferguson dalam bukunya An Essay on The History of Civil Society (1767), memaknai civil society sebagai ”suatu masyarakat yang terdiri dari lembaga-lembaga otonom yang cukup kuat mengimbangi kekuasaan negara, sehingga terhindar dari dominasi dan despotisme negara”. Dalam pengertian Ferguson,civil society adalah masyarakat yang ”polity”, fase akhir dari ”savage” ke ”barbarian” menuju ke ”commercial” dan ”polite”.15

Pengertian lainnya dari masyarakat sipil adalah kemampuan untuk hidup bersama secara umum dan kebiasaan berkumpul itu menggalakkan ketertiban tindakan masyarakat di dalam sebuah kegiatan politik yang demokratik. Ini

13

Hendro Prasetyo,dkk. Islam dan Civil Society, pandangan muslim Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2002. Hal. 1-2.

14

Ibid., Hal. 2 15


(13)

dikemukakan oleh Adam Ferguson di pertengahan abad ke-18 dengan latar belakang kemunculan masyarakat kapitalisme yang mengalami pengikisan dari segi tanggung jawab sosial dan berkembangnya pengaruh individualisme. Dengan itu, Ferguson mengibaratkan masyarakat sipil sebagai masyarakat yang hidup dengan ciri-ciri solidaritas yang kuat, bermoral tinggi dan sebagainya.16

Selain itu, Ernest Gellnerr memberi pengertian bahwa masyarakat sipil sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai institusi non pemerintah yang cukup kuat untuk mengimbangi negara. Walaupun tidak bertujuan menghalangi negara dalam memenuhi dan melaksanakan perannya sebagai penjaga keamanan dan keselamatan serta bertindak sebagai hakim antara negara dan rakyat. Masyarakat sipil tetap dapat menghalangi usaha-usaha negara dalam mendominasi warganya. Model ini dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville berdasarkan pengalaman demokrasi di Amerika Serikat yang merupakan perwujudan kelompok-kelompok relawan dalam masyarakat yang membuat keputusan di tingkat bawah dan menghindari campur tangan pemerintah. Gerakan masyarakat sipil dikenal sebagai wadah penyaluran aspirasi rakyat dalam perbagai kegiatan seperti politik,sosial dan ekonomi disamping mampu memberi kesan kepada hubungan negara dan rakyat.17

Bagi tradisi Marxis,masyarakat sipil adalah ideologi kelas dominan yang dikemukakan oleh Karl Marx setelah dicetuskan oleh Hegel. Masyarakat sipil dipahami sebagai masyarakat borjuis yang menjadi produk kapitalis dan harus dihapuskan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.18

Sedangkan menurut Locke, civil society diibaratkan dengan masyarakat dalam keadaan alamiah. Dalam karyanya Two Treaties of Government mengemukakan tentang asal muasal pemerintahan. Menurutnya, asal muasal pemerintahan adalah

16

Anwar Ibrahim.Op Cit. http:// syaitan.wordpress.com/2007 17

Ibid., 18


(14)

suatu keadaan alamiah. Dalam keadaan alamiah itu terdapat hukum alam yang tidak lain berisi hukum tuhan. Hukum alam itulah yang mengatur keadaan alamiah. Keadaan alamiah menurut Locke merujuk pada keadaan dimana manusia hidup dalam kedamaian, kebajikan, saling melindungi,penuh kebebasan, tidak ada rasa takut dan penuh kesetaraan. Manusia dalam keadaan alamiah yang pada dasarnya baik, selalu terobsesi untuk berdamai dan menciptakan perdamaian, saling tolong, dan memiliki kemauan baik dan telah mengenal hubungan-hubungan sosial. Manusia dalam keadaan alamiah juga tidak akan merusak kehidupan, kesehatan, kebebasan dan hak-hak pemilikan manusia lainnya.19

Dengan demikian civil society bukanlah entitas sosial yang terdiri dari kumpulan manusia. Ia juga bukan manifestasi dari sistem komunal yang dikenal luas dalam masyarakat tradisional. Civil society merupakan ruang publik yang berisikan manusia sebagai individu-individu dengan segala atribut intrinsiknya. Oleh karenanya, civil society memiliki karakteristik yang juga terdapat dalam konsep manusia sebagai individu. Jika individu merupakan ruang pribadi, civil society merupakan ruang publik. Karena itu, di dalam civil society juga harus terdapat kebebasan, kesederajatan dan nilai-nilai lain yang terkait seperti otonomi, kesukarelaan atau keseimbangan. Ciri-ciri tersebut harus terwujud dalam gerak anggota yang ada di dalamnya maupun dalam relasi civil society dengan civil society lain dan bahkan dalam hubungannya dengan negara.20

Di Indonesia, masyarakat sipil mengalami penerjemahan yang berbeda-beda dengan sudut pandang yang berbeda pula, diantaranya adalah masyarakat sipil,

19

Jhon Locke. Two Treaties of Government. New York dan Toronto: The New American Library. 1965. dalam Ahmad Suhelmi. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001. Hal. 190

20


(15)

masyarakat kewargaan, masyarakat warga, civil society (tanpa diterjemahkan), masyarakat madani dan lain sebagainya.

Masyarakat sipil merupakan penurunan langsung dari term civil society, istilah ini banyak diungkapkan oleh Mansour Fakih untuk menyebutkan prasyarat masyarakat dan negara dalam rangka proses penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik. 21

Masyarakat kewargaan,konsep ini pernah digulirkan dalam sebuah seminar Nasional Asosiasi Ilmu Politik Indonesia XII di Kupang,NTT. Wacana ini digulirkan oleh Muhammad Ryas Rasyid dengan tulisannya ” Perkembangan Pemikiran Masyarakat Kewargaan”, Riswanda Immawan, dengan karyanya ”Rekruitmen Kepemimpinan dalam Masyarakat Kewargaan dalam Politik Malaysia”. Konsep ini merupakan respon dari keinginan untuk menciptakan warga negara sebagai bagian integral negara yang mempunyai andil dalam setiap perkembangan dan kemajuan negara (state).

Civil Society, term ini (dengan tidak menerjemahkannya) merupakan konsep yang digulirkan oleh Muhammad AS Hikam. Menurutnya konsep civil society yang merupakan warisan wacana yang berasal dari Eropa Barat, akan lebih mendekati substansinya jika tetap disebutkan dengan istilah aslinya.22 Menurutnya, pengertian civil society (dengan memegang konsep de’ Tocquiville) adalah merupakan wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisir dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan keswadayaan (self-supporting),

21

Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media. 2003. Hal.241

22 Ibid.,


(16)

kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.23

1.5.2 Konsep Masyarakat Madani

Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal,26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.

Paradigma dengan pemilihan term masyarakat madani ini dilatarbelakangi oleh konsep kota ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Disisi lain, pemaknaan masyarakat madani ini juga dilandasi oleh konsep tentang Al-Mujtama’ Al Madani yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib Al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia dan salah seorang pendiri Institute For Islamic Thought and Civilization (ISTAC), yang secara definitif masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung dua komponen besar yakni masyarakat kota dan masyarakat yang beradab.24

Kemudian konsep masyarakat madani ini yang pertama kali dicetuskan oleh Anwar Ibrahim dikembangkan di Indonesia oleh para tokoh indonesia seperti Nurcholis Madjid, M. Dawam Rahardjo, Azyumardi Azra, dan sebagainya.

Penggunaan masyarakat madani sebagai penerjemahan civil society menurut Muhammad AS Hikam adalah bukan sekedar soal pengalihbahasaan, ia adalah suatu konsep yang bersifat khusus dan ada perbedaan soal cakupan.”Masyarakat madani”

23

Muhammad AS Hikam. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES. 1997. Dalam Adi Suryadi Culla. Masyarakat madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan cita-cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1999. Hal. 122

24


(17)

lebih merupakan penggunaan paradigma yang bersifat partikularistik,khususnya Islam dengan menggunakan momentum dimana kajian civil society sudah dilupakan. 25

Menurut Anwar (Anwar Ibrahim,pen), masyarakat madani merujuk kepada sebuah masyarakat bertamadun, beradab, berilmu, memiliki kehidupan bermasyarakat yang teratur dan tertib dalam kawalan hukum serta undang-undang dan penguatkuasaan keadilan. Ia juga dikaitkan dengan tamadun yang digambarkan sebagai kehidupan insan yang bermasyarakat dan telah mencapai suatu kehalusan tatasusila dan kebudayaan luhur bagi seluruh masyarakat. Ia juga mempunyai sistem sosial yang subur dengan prinsip-prinsip moral yang dapat menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat serta mendorong kepada daya usaha dan inisiatif individu. Era kebangkitan Islam yang melanda dunia Islam pada 1960-an turut menyumbang kepada perkembangan masyarakat madani sebelum membuat perbandingan dengan masyarakat sipil yang berasal dari pengalaman politik Barat.26

Masyarakat Madani merujuk pada Madinah, sebuah kota yang sebelumnya bernama Yastrib di wilayah Arab. Dimana masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW masa itu pernah membangun peradaban tinggi.27 Nabi Muhammad SAW memberi teladan kepada umat manusia ke arah pembentukan masyarakat berperadaban. Setelah belasan tahun berjuang di Makkah tanpa hasil yang terlalu menggembirakan, Allah memberinya petunjuk untuk hijrah ke kota Yastrib, kota wahah atau Oase yang subur sekitar 400 km sebelah utara kota Makkah. Setelah mapan dalam kota hijrah itu,Rasulullah mengubah nama Yastrib menjadi al-Madinah

25

Muhammad AS Hikam. Nahdlatul Ulama, Civil Society dan Proyek Pencerahan. Dalam Pengantar Ahmad Baso. Civil Society Versus Masyarakat Madani.Bandung : Pustaka Hidayah.1999. Hal. 9-11 26

Anwar Ibrahim.Op Cit. http:// syaitan.wordpress.com/2007 27

Rusdy Setiawan Putra. Masyarakat Madani, Barat, dan Islam. http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20 Harian&sec=Opini&rbk=&id=29623. Senin, 7 Januari 2008. Diakses pada 13 Januari 2008.


(18)

artinya ”kota” yang kemudian seringkali dilengkapkan menjadi Madinah an-Nabi (Kota Nabi). 28

Secara konvensional, perkataan madinah memang diartikan sebagai kota. Tetapi, secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna ”peradaban”. Dalam bahasa Arab, ”peradaban” memang diungkapkan dalam kata-kata madaniyyah atau tamaddun, selain juga dalam kata hadharah. Karena itu, tindakan Nabi Muhammad SAW mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat atau proklamasi bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun masyarakat beradab. 29

Tidak bisa dilupakan bahwa prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak Hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat yang madaniyyah (beradab). Selang dua tahun pasca hijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah mempelajari karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural, beliau kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu di antaranya adalah mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem sosial yang baru. Sebuah ikatan perjanjian antara berbagai ras, suku, dan etnis seperti Bani Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragama saat itu, juga termasuk Yahudi dan Nasrani.30

Perjanjian itu disebut dengan Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Dalam dokumen itulah umat manusia untuk pertama kalinya diperkenalkan antara lain

28

Nurcholis Madjid. Menuju Masyarakat Madani. Dalam Tim MAULA (Ed). Jika Rakyat Berkuasa : Upaya Membangun Masyarakat Madani dalam Kultur Feodal. Bandung : Pustaka Hidayah. 1999. Hal. 321

29

Ibid., hal. 321-322 30


(19)

kepada wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab sosial dan politik, khususnya pertahanan secara bersama. Dan di Madinah itu pulalah sebagai pembelaan kepada masyarakat madani, Nabi Muhammad SAW dan kaum beriman diizinkan mengangkat senjata berperang membela diri dalam menghadapi musuh-musuh peradaban. 31

Melalui Piagam Madinah tersebut, tampak Rasulullah hendak menegakkan sebuah konstitusi yang mampu dijadikan pijakan dasar bersama dalam konteks hidup bermasyarakat. Titik balik peradaban yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada gilirannya mengantarkan masyarakat Yatsrib menjadi masyarakat yang madaniyyah. Sebuah masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai atau karakter yang adil, egaliter, partisipatif, humanis, toleran dan demokratis. Masyarakat tersebut juga patuh dan tunduk kepada kepatuhan (din) dan dinyatakan dalam supremasi hukum dan paeraturan. Atau dalam pandangan senada, Robert N Bellah berpendapat bahwa masyarakat Madinah saat itu sarat dengan nilai, moral, maju, beradab, dan sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan.32

Menurut Anwar Ibrahim, konsep masyarakat madani di Madinah menjadi asas kepada satu kehidupan bertamaddun dengan kombinasi elemen perundangan, penyertaan politik dari berbagai kalangan rakyat serta kesediaan memenuhi keperluan berbagai budaya. Azizuddin (2002) berpendapat masyarakat madani dinilai dan diamalkan berasaskan kepada prinsip-prinsip agama, nilai dan rohaniah Islam. Revolusi kerohanian dan akliah yang dibawa Islam kemudian menggerakkan tradisi sosial yang meletakkan asas susunan baru kemasyarakatan dan kenegaraan. Ia memperkenalkan cita-cita keadilan sosial dan pembentukan masyarakat madani yaitu sebuah masyarakat sipil yang bersifat demokratik. Ia menghubungkan keadaan sosial,

31

Nurcholis Madjid. Menuju Masyarakat Madani. Op Cit. Hal. 322 32


(20)

kebudayaan, agama dan politik di dalam kerangka moral sosial yang dikehendaki pada peringkat individu dan masyarakat.

Masyarakat madani menonjolkan sistem sosial yang adil serta pelaksanaan pemerintahan menurut Undang-Undang. Dengan itu, politik negara akan dipandu oleh prinsip moral, etika dan keIslaman yang mengasaskan masyarakat sipil yang beretika. Ia merupakan satu konsep yang berkembang sejak zaman kebangkitan intelektual Islam seperti al-Farabi, Ibnu Miskawayh dan Ibnu Khaldun yang masing-masing menjelaskan konsep masyarakat Madani sebagai masyarakat yang bertamaddun.

Al- Farabi menjelaskan konsep dalam masyarakat madani tahap rendah, anggota-anggota masyarakat saling bekerjasama tapi dari segi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, berdagang. Pada tahap tinggi, tokoh-tokoh masyarakat akan bekerjasama untuk membina tamadun luhur melalui pencarian kebenaran, mencapai kebahagiaan bersama, memupuk kecintaan kepada ilmu dan memakmurkan masyarakat dengan hal-hal mulia. Ibnu Miskawayh berpendapat masyarakat madani adalah masyarakat bertamaddun dan merujuk kepada makna Madaniyyah yaitu keadaaan kota dan kemakmuran yang dicapai melalui kerjasama kebaikan rakyat. Bagi Ibnu Khaldun, masyarakat madani adalah rujukan kepada peradaban dan kemakmuran hidup serta sangat berkait erat dengan masyarakat bertamaddun.33

Berpangkal dari pandangan hidup bersemangat Ketuhanan dengan konsekuensi tindakan kebaikan kepada sesama manusia, masyarakat madani tegak berdiri diatas landasan keadilan. Yang antara lain bersendikan keteguhan berpegang kepada hukum. Masyarakat berperadaban tidak akan terwujud jika hukum tidak ditegakkan dengan adil, yang dimulai dengan ketulusan komitmen pribadi. Masyarakat berperadaban

33


(21)

memerlukan adanya pribadi-pribadi yang dengan tulus mengikatkan jiwanya kepada wawasan keadilan.34

Dengan demikian, masyarakat madani bakal terwujud hanya jika terdapat cukup semangat katerbukaan dalam masyarakat. Keterbukaan adalah konsekuensi dari perikemanusiaan, suatu pandangan yang melihat sesama manusia secara positif dan optimis. 35

1.6Metodologi Penelitian

Mukti Ali pernah mengatakan bahwa metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu (dalam kemajuan dan kemunduran). Demikian pentingnya metode tersebut, Mukti Ali pernah mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi (tidak mengalami kemajuan),kebodohan, atau kemajuan bukan karena ada atau tidaknya orang jenius, melainkan karena metode penelitian dan cara melihat sesuatu.36

Uraian diatas mempertegas bahwa untuk mencapai kemajuan, kejeniusan saja belum cukup jika tidak dilengkapi dnegan ketepatan memilih metode yang akan digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan. Metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Kemampuan dalam menguasai materi keilmuan tertentu, perlu diimbangi dengan kemampuan di bidang metodologi sehingga pengetahuan yang dimilikinya dapat dikembangkan. Untuk itu didalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

34

Nurcholis Madjid. Menuju Masyarakat Madani. Op Cit. Hal. 324-325 35

Ibid., Hal. 327 36

Ahmad Taufik,dkk. Metodologi Studi Islam, Suatu Tinjauan Perkembangan Islam Menuju Tradisi Islam baru. Malang: Bayu Media Publishing. 2004. Hal. 7


(22)

1.6.1. Jenis Penelitian

Ada masa tertentu dalam sejarah,boleh jadi pada masa kita, bahwa sebagian besar ulama, tenaga pengajar, dan mahasiswa, lebih banyak memiliki ”budaya lisan” dan seringkali merasa sulit untuk menyampaikan pesan melalui tulisan, dan tidak memiliki ”budaya tulis”. Sehingga dari zaman ke zaman gagasan seorang tokoh tetap memberikan tempat tersendiri dalam perjalanan ilmu pengetahuan, oleh karenanya kajian mengenai tokoh menjadi demikian penting di setiap zamannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi tokoh. Pengkajian Studi tokoh yaitu pengkajian secara sistematis terhadap pemikiran/gagasan seorang pemikir, keseluruhannya atau sebahagiannya. Pengkajian meliputi latar belakang internal, eksternal, perkembangan pemikiran, hal-hal yang diperhatikan dan kurang diperhatikan,kekuatan dan kelemahan pemikiran tokoh, serta kontribusinya bagi zamannya dan masa sesudahnya.37

Dalam penelitian studi tokoh metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui, metode kualitatif juga dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.38

Di samping itu, metode kualitatif dapat dipergunakan untuk menyelidiki lebih mendalam mengenai konsep-konsep atau ide-ide. Konsep dan ide yang pernah ditulis dalam karya-karya tokoh akan dapat dikaji dengan melihat kualitas dari tulisan – tulisannya yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pemikiran selanjutnya.

37

Syahrin Harahap. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta dan Medan : Istiqamah Mulya Press. 2006. Hal. 7

38

Anselm Strauss dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, tata langkah dan teknik-teknik teorisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003. Hal. 5


(23)

Pengaruh tersebut tidak hanya dalam perkembangan teori, tetapi juga dalam hal praktek sehingga akan dapat dikatakan apakah pemikiran tokoh tersebut dikatakan ilmiah dan memenuhi kriteria ilmu pengetahuan. Dari pengaruh terhadap perkembangan pemikiran tersebut akan terlihat kekuatan dari pemikiran tokoh tersebut.

Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.39 Penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan, wawancara mendalam, etnometodologi, dan penelitian etnografi.40 Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. 41

Penelitian studi tokoh dengan metode kualitatif menelusuri pemikiran melalui karya-karya, peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya karya tersebut dan pengaruh dari karya yang dihasilkan. Data kualitatif terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi dan kegiatan. Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis,konseptual dan kategoris dari data itu sendiri.42

Pendekatan kepada data menunjukkan adanya interaksi dengan orang yang sednag diselidiki, pemahaman budaya mereka, termasuk nilai, kepercayaan, pola -pola

39

Ibid., Hal. 4 40

Bruce A. Chadwick,dkk. Social Science Research Methods. Terj. Sulistia, dkk. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang : IKIP Semarang Press. 1991. Hal. 234.

41

Anselm Strauss dan Juliet Corbin. Loc Cit. 42


(24)

perilaku dan bahasa dan usaha merasakan atau mengalami motif dan emosi mereka. Peneliti kualitatif dapat memahami perilaku sosial, karena dia :

... menemukan ”definisi situasi” dari pelakunya yakni persepsinya dan interpretasinya tentang

realitas dan bagaimana ini mempengaruhi perilakunya... Akhirnya, agar peneliti sampai pada pemahaman semacam itu, dia harus mampu (meskipun tidak sepenuhnya) memasuki jiwa dan pribadi orang lain. (Schwartz dan Jacobs, 1979: 7-9)43

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.

Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang lamngsung mengalami suatu peristiwa dan dokumen sekunder, jika peristiwa yang dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini. Otobiografi adalah contoh dokumen primer dan biografi seseorang adalah contoh dokumen sekunder.

Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen-dokumen lainnya.44

Dalam penelitian studi tokoh ini, penulis memulai dengan mengumpulkan kepustakaan. Pertama, mengumpulkan karya-karya Anwar Ibrahim secara pribadi maupun karya bersama mengenai gagasan-gagasan pemikirannya, dalam hal ini tentang konsep masyarakat madani. Kemudian karya-karya tersebut dibaca dan ditelusuri lebih dalam lagi.

43

Ibid., Hal. 235 44

Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial,Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 70-71


(25)

Kedua, penulis menelusuri karya-karya orang lain mengenai Anwar Ibrahim dan mengenai masyarakat madani (sebagai data sekunder).

1.6.3 Teknik Analisa Data

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisis data penelitian tokoh. Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah interpretasi. Interpretasi dimaksudkan sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta (yaitu suatu perbuatan atau kejadian), data (pemberian dalam wujud hal atau peristiwa yang disajikan, atau dalam wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau kenyataan lain yang dapat dijadikan dasar keterangan sealnjutnya), dan gejala ( sesuatu yang nampak sebagai tanda adanya peristiwa atau kejadian).45

Interpretasi merupakan landasan bagi hermeneutika. Hermeneutika (to interpret) yang berarti menginterpretasikan, menjelaskan, menafsirkan atau menerjemahkan. Zygmunt Bauman menjelaskan bahwa hermeneutik adalah upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi sehingga menimbulkan keraguan dan kebingungan pendengar atau pembaca.

Sedangkan Richard E. Palmer memahami hermeneutik sebagai proses, menelaah isi dan maksud yang mengejewantah dari sebuah teks sampai ditemukan maknanya yang terdalam dan laten.46

Dalam suatu interpretasi perlu disadari adanya Emik dan Etik. Emik adalah data -data, kalimat-kalimat dan teks, sebagaimana dipahami pemikir yang merupakan perumusan kalimat seorang tokoh terhadap masalah yang dipahaminya. Sedangkan

45

Syahrin Harahap. Op Cit. Hal. 59 46


(26)

Etik adalah pemahaman peneliti terhadap pikiran (data, kalimat, teks dan rumusan) tokoh yang diteliti.47

Dalam penelitian ini, penulis juga memakai metode kesinambungan historis artinya dalam melakukan analisis penulis melihat benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran Anwar Ibrahim, baik lingkungan historis dan pengaruh-pengaruh yang dialaminya maupun perjalann\an hidupnya sendiri,karena seorang tokoh adalah anak zamannya.

Untuk melihat latar belakang internal penulis memeriksa riwayat hidup Anwar Ibrahim, pendidikannya, pengaruh yang diterimanya, relasi dengan pemikir-pemikir sezamannya, dan segala macam yang membentuk pengalamannya. Sedangkan untuk melihat latar belakang eksternal, penulis melihat keadaan khusus yang dialami oleh Anwar Ibrahim dari segi ekonomi, politik budaya dan intelektual.

47


(1)

memerlukan adanya pribadi-pribadi yang dengan tulus mengikatkan jiwanya kepada wawasan keadilan.34

Dengan demikian, masyarakat madani bakal terwujud hanya jika terdapat cukup semangat katerbukaan dalam masyarakat. Keterbukaan adalah konsekuensi dari perikemanusiaan, suatu pandangan yang melihat sesama manusia secara positif dan optimis. 35

1.6Metodologi Penelitian

Mukti Ali pernah mengatakan bahwa metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu (dalam kemajuan dan kemunduran). Demikian pentingnya metode tersebut, Mukti Ali pernah mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi (tidak mengalami kemajuan),kebodohan, atau kemajuan bukan karena ada atau tidaknya orang jenius, melainkan karena metode penelitian dan cara melihat sesuatu.36

Uraian diatas mempertegas bahwa untuk mencapai kemajuan, kejeniusan saja belum cukup jika tidak dilengkapi dnegan ketepatan memilih metode yang akan digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan. Metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Kemampuan dalam menguasai materi keilmuan tertentu, perlu diimbangi dengan kemampuan di bidang metodologi sehingga pengetahuan yang dimilikinya dapat dikembangkan. Untuk itu didalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

34

Nurcholis Madjid. Menuju Masyarakat Madani. Op Cit. Hal. 324-325 35

Ibid., Hal. 327 36

Ahmad Taufik,dkk. Metodologi Studi Islam, Suatu Tinjauan Perkembangan Islam Menuju Tradisi Islam baru. Malang: Bayu Media Publishing. 2004. Hal. 7


(2)

1.6.1. Jenis Penelitian

Ada masa tertentu dalam sejarah,boleh jadi pada masa kita, bahwa sebagian besar ulama, tenaga pengajar, dan mahasiswa, lebih banyak memiliki ”budaya lisan” dan seringkali merasa sulit untuk menyampaikan pesan melalui tulisan, dan tidak

memiliki ”budaya tulis”. Sehingga dari zaman ke zaman gagasan seorang tokoh tetap

memberikan tempat tersendiri dalam perjalanan ilmu pengetahuan, oleh karenanya kajian mengenai tokoh menjadi demikian penting di setiap zamannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi tokoh. Pengkajian Studi tokoh yaitu pengkajian secara sistematis terhadap pemikiran/gagasan seorang pemikir, keseluruhannya atau sebahagiannya. Pengkajian meliputi latar belakang internal, eksternal, perkembangan pemikiran, hal-hal yang diperhatikan dan kurang diperhatikan,kekuatan dan kelemahan pemikiran tokoh, serta kontribusinya bagi zamannya dan masa sesudahnya.37

Dalam penelitian studi tokoh metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui, metode kualitatif juga dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.38

Di samping itu, metode kualitatif dapat dipergunakan untuk menyelidiki lebih mendalam mengenai konsep-konsep atau ide-ide. Konsep dan ide yang pernah ditulis dalam karya-karya tokoh akan dapat dikaji dengan melihat kualitas dari tulisan – tulisannya yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pemikiran selanjutnya.

37

Syahrin Harahap. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta dan Medan : Istiqamah Mulya Press. 2006. Hal. 7

38

Anselm Strauss dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, tata langkah dan teknik-teknik teorisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003. Hal. 5


(3)

Pengaruh tersebut tidak hanya dalam perkembangan teori, tetapi juga dalam hal praktek sehingga akan dapat dikatakan apakah pemikiran tokoh tersebut dikatakan ilmiah dan memenuhi kriteria ilmu pengetahuan. Dari pengaruh terhadap perkembangan pemikiran tersebut akan terlihat kekuatan dari pemikiran tokoh tersebut.

Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.39 Penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan, wawancara mendalam, etnometodologi, dan penelitian etnografi.40 Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. 41

Penelitian studi tokoh dengan metode kualitatif menelusuri pemikiran melalui karya-karya, peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya karya tersebut dan pengaruh dari karya yang dihasilkan. Data kualitatif terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi dan kegiatan. Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis,konseptual dan kategoris dari data itu sendiri.42

Pendekatan kepada data menunjukkan adanya interaksi dengan orang yang sednag diselidiki, pemahaman budaya mereka, termasuk nilai, kepercayaan, pola -pola

39

Ibid., Hal. 4 40

Bruce A. Chadwick,dkk. Social Science Research Methods. Terj. Sulistia, dkk. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang : IKIP Semarang Press. 1991. Hal. 234.

41

Anselm Strauss dan Juliet Corbin. Loc Cit. 42


(4)

perilaku dan bahasa dan usaha merasakan atau mengalami motif dan emosi mereka. Peneliti kualitatif dapat memahami perilaku sosial, karena dia :

... menemukan ”definisi situasi” dari pelakunya yakni persepsinya dan interpretasinya tentang realitas dan bagaimana ini mempengaruhi perilakunya... Akhirnya, agar peneliti sampai pada pemahaman semacam itu, dia harus mampu (meskipun tidak sepenuhnya) memasuki jiwa dan pribadi orang lain. (Schwartz dan Jacobs, 1979: 7-9)43

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.

Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang lamngsung mengalami suatu peristiwa dan dokumen sekunder, jika peristiwa yang dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini. Otobiografi adalah contoh dokumen primer dan biografi seseorang adalah contoh dokumen sekunder.

Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen-dokumen lainnya.44

Dalam penelitian studi tokoh ini, penulis memulai dengan mengumpulkan kepustakaan. Pertama, mengumpulkan karya-karya Anwar Ibrahim secara pribadi maupun karya bersama mengenai gagasan-gagasan pemikirannya, dalam hal ini tentang konsep masyarakat madani. Kemudian karya-karya tersebut dibaca dan ditelusuri lebih dalam lagi.

43

Ibid., Hal. 235 44

Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial,Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 70-71


(5)

Kedua, penulis menelusuri karya-karya orang lain mengenai Anwar Ibrahim dan mengenai masyarakat madani (sebagai data sekunder).

1.6.3 Teknik Analisa Data

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisis data penelitian tokoh. Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah interpretasi. Interpretasi dimaksudkan sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta (yaitu suatu perbuatan atau kejadian), data (pemberian dalam wujud hal atau peristiwa yang disajikan, atau dalam wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau kenyataan lain yang dapat dijadikan dasar keterangan sealnjutnya), dan gejala ( sesuatu yang nampak sebagai tanda adanya peristiwa atau kejadian).45

Interpretasi merupakan landasan bagi hermeneutika. Hermeneutika (to interpret) yang berarti menginterpretasikan, menjelaskan, menafsirkan atau menerjemahkan. Zygmunt Bauman menjelaskan bahwa hermeneutik adalah upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi sehingga menimbulkan keraguan dan kebingungan pendengar atau pembaca.

Sedangkan Richard E. Palmer memahami hermeneutik sebagai proses, menelaah isi dan maksud yang mengejewantah dari sebuah teks sampai ditemukan maknanya yang terdalam dan laten.46

Dalam suatu interpretasi perlu disadari adanya Emik dan Etik. Emik adalah data -data, kalimat-kalimat dan teks, sebagaimana dipahami pemikir yang merupakan perumusan kalimat seorang tokoh terhadap masalah yang dipahaminya. Sedangkan

45

Syahrin Harahap. Op Cit. Hal. 59 46


(6)

Etik adalah pemahaman peneliti terhadap pikiran (data, kalimat, teks dan rumusan) tokoh yang diteliti.47

Dalam penelitian ini, penulis juga memakai metode kesinambungan historis artinya dalam melakukan analisis penulis melihat benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran Anwar Ibrahim, baik lingkungan historis dan pengaruh-pengaruh yang dialaminya maupun perjalann\an hidupnya sendiri,karena seorang tokoh adalah anak zamannya.

Untuk melihat latar belakang internal penulis memeriksa riwayat hidup Anwar Ibrahim, pendidikannya, pengaruh yang diterimanya, relasi dengan pemikir-pemikir sezamannya, dan segala macam yang membentuk pengalamannya. Sedangkan untuk melihat latar belakang eksternal, penulis melihat keadaan khusus yang dialami oleh Anwar Ibrahim dari segi ekonomi, politik budaya dan intelektual.

47