Pemikiran Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani dan Relevansinya dengan Politik di Malaysia

(1)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Baso, Ahmad. Civil Society Versus Masyarakat Madani.Bandung : Pustaka Hidayah.1999

Bedlington, Stainley S. Proses Politik di Malaysia dalam Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah mada University Press. 2001.

Chadwick, Bruce A,dkk. Social Science Research Methods. Terj. Sulistia, dkk. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang : IKIP Semarang Press. 1991

Culla, Adi Suryadi. Masyarakat madani : Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan cita-cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1999.

Esposito, John L. dan John O.Voll. Demokrasi di Negara-Negara Muslim. Bandung : Mizan. 1999.

Harahap, Syahrin. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta dan Medan : Istiqamah Mulya Press. 2006.

Heri, Zulfan. Suara Reformasi dari Negeri Jiran. Pekan Baru : UNRI Press:2001. Ibrahim,Anwar. Renaissans Asia, Gelombang Reformasi di Ambang Alaf Baru.

Bandung: Mizan. 1998.

Manan, Munafrizal. Gerakan Rakyat Melawan Elite. Yogyakarta: Resist Book.2005 Mas’oed, Mochtar dan Colin Mac Andrews. Perbandingan Sistem Politik.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2001.

Nata, Abuddin . Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2000. Prasetyo, Hendro .dkk. Islam dan Civil Society, pandangan muslim Indonesia.


(2)

Rahardjo,M. Dawam Masyarakat Madani,Agama,Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. Jakarta : LP3ES. 1999.

Salleh bin Abas, Dato’ Mohammad. Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1968.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial,Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, tata langkah dan teknik-teknik teorisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003 Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

2001

Taufik, Ahmad,dkk. Metodologi Studi Islam, Suatu Tinjauan Perkembangan Islam Menuju Tradisi Islam baru. Malang: Bayu Media Publishing. 2004 Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.

Jakarta : Prenada Media. 2003.

Tim MAULA (Ed). Jika Rakyat Berkuasa : Upaya Membangun Masyarakat Madani dalam Kultur Feodal. Bandung : Pustaka Hidayah. 1999

Usman, Husani dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara. 2004.

TESIS

Warjio. Perjuangan Ideologi Islam Dua Parti Politik: Kajian Kes Masyumi (Indonesia) dan Parti Islam Semalaysia (PAS) 1945-1969. Universitas Sains Malaysia. 2005.


(3)

JURNAL

Warjio. Hubungan Pemilu,Kerusuhan Etnik dan Partai Islam: Studi Kasus Partai Islam seMalaysia. Dalam Politea. Jurnal Ilmu Politik.Medan : Jurusan Ilmu Politik FISIP USU. 2005.

INTERNET

Ghazali, Mohd. Rumaizuddin. Malaysia Demokrasi Islam? Pengamalan Demokrasi di Malaysia. http://www.abim.org.my/madani/content/view/130/2/ Diakses pada tanggal 26 Februari 2008/

Hamdan, Mohd. Rizal. Aplikasi Politik Islam di Malaysia : Halangan dan Cabaran. http://www. Khairuummah. Com/index.php?option=com_content & task=view &id=197&itemid=iod. Rabu, 2 May 2007

Hadi, Syamsul. Makna Kebebasan Anwar Ibrahim.

http://www2.kompas.com/kompascetak/0409/04/opini/1248240.htm. Hamiwanto,Saiful,dan M,Ali Said JSD. Masyarakat Madani, Mimpi Lama, Judul

Baru. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html. diakses pada tanggal 25 Februari 2008 Harian Online. Masyarakat Madani modern: dimana Permulaannya?.

http://161.139.39.251/akhbar/islam/1996/bh96927.htm. diakses pada tanggal 25 Februari 2008.

Hamiwanto, Saiful,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html. Halimah, Siti. Membentuk Masyarkat Madani yang Demokratis,Harmonis dan


(4)

Partisipatif.http://jariksumut.wordpress.com/2007/08/31/membentuk-masyarakat-madani-yang -demokratis-harmonis-dan-partisipatif/ tanggal 31 Agustus 2007

Ibrahim, Anwar. Masyarakat Madani vs masyarakat Sivil. http://syaitan. Wordpres. Com/2007/05/21/anwar-ibrahim-masy-madani-vs-masy-sivil/. 21 May 2007

Ibrahim,Anwar from Wikipedia. http:/en.wikipedia.org/wiki/Anwar Ibrahim. 2 September 1998

Latif, Yudi dan Edwin Arifin. Anwar Ibrahim: Insan Universalis. http://koran tempo.com/korantempo/2004/12/05/Ide/krn,20041205,56.id.html

Putra, Rusdy Setiawan Masyarakat Madani, Barat, dan Islam.

http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=Opini&rbk=&id =29623. Senin, 7 Januari 2008. Diakses pada 13 Januari 2008

Wiki pedia. Anwar Ibrahim. http :/ ms.wikipedia. org/wiki/Anwar_Ibrahim

Mahusin,Baharom. Kisah Luka Politik. http://arkib_terpilih .tripod.com/petikan5.htm. 18 Februari 2008

Miharbi, Surdi .Anwar Ibrahim. http://members.tripod.com/SurdiMiharbi/anwr2.html

Rahman, Nazim Abdul. Anwar dan Masa Depan Malaysia.

http://www.malaysia.net/lists/sangkancil/19999-07/msg00940.html Rosyadi, Imron. KAMMI,Masyarakat Madani dan Agenda-agenda Gerakan

Mahasiswa.http://www.kammi.or.id/last/lihat.php?d=materi&do=view&i d=44. 1 Maret 2003. Diakses pada tanggal 25 Februari 2008.

Rustam. Parti Keadilan Rakyat : Kesinambungan Perjuangan Rakyat. http://lokakarya-rustam.blogspot.com/2007/04/parti-keadilan -rakyat-kesinambungan.html. 14 April 2007


(5)

Sahrasad, Herdi. Karena Anwar Ibrahim atau Gesekan Politik Etnis. http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail c&id=326669

Suito, Deny. Membangun Masyarakat Madani. http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A2342_0_3_0_M. Tanggal 28 July 2006


(6)

BAB III ANALISIS DATA

3.1Pemikiran Politik Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani Kemunculan masyarakat madani sebagai satu konsep masyarakat sipil berlandaskan Islam memberi harapan ke arah mewujudkan satu masyarakat sipil yang selaras dengan ajaran Islam berdasarkan hubungan manusia dengan pencipta (Hablun min Allah) dan hubungan dengan masyarakat (hablun min nas). Menjadi tonggak masyarakat madani adalah ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW melalui hadist-hadist yang menyeru umat Islam untuk berinteraksi secara positif dengan manusia lain dan menjalankan kerja-kerja sosial untuk meningkatkan keadilan sosial yang memberi manfaat kepada semua.83

Konsep masyarakat madani yang dicetuskan oleh Anwar Ibrahim adalah suatu konsep masyarakat ideal yang diharapkan mampu menghadirkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, dari hal yang paling kecil sampai ke hal yang paling besar. Anwar Ibrahim mengharapkan masyarakat Malaysia yang terdiri dari mayoritas etnik Melayu dan identik dengan Islam untuk menjadi sebuah masyarakat yang bertamaddun.

Di Malaysia, yang diikuti di Indonesia,istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil society merujuk pada suatu konsep yang bermula dari orator Yunani Kuno, Cicero (106-43 SM). Dalam gambaran pemikir Yunani itu, apa yang disebutnya civilis societas,adalah suatu komunitas politik yang beradab, termasuk masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri. Tapi yang menjadi titik berat dari konsep Cicero adalah konsepnya tentang civility atau kewargaan di satu pihak,dan urbanity yakni budaya kota di lain pihak. Kota, dalam pengertian itu,bukan

83

Anwar Ibrahim. Politik Perbandingan : Perbandingan Masyarakat Sipil dan Masyarakat Madani. http://syaitan.wordpress.com/2007/05/21/anwar-ibrahim-masyarakat -madani-vs-masyarakat-sipil/21 May 2007


(7)

hanya sekedar sebuah konsentrasi penduduk,melainkan juga pusat peradaban dan kebudayaan, selain tentunya pusat pemerintahan,yakni pemerintahan pusat dan daerah. Dengan melihat arkeologi istilah ilmiah tersebut, terjemahan masyarakat madani untuk civil society adalah kebetulan dan tepat. Dalam persfektif Islam,masyarakat madani lebih mengacu kepada penciptaan peradaban.84

Untuk mengetahui lebih jelas Anwar Ibrahim mengungkapkan tentang pengertian masyarakat madani dalam sebuah tulisannya yang diberi judul Perbandingan Masyarakat Sipil dan Masyarakat Madani. Masyarakat madani dapat didefenisikan sebagai sebuah masyarakat yang mengamalkan budaya hidup murni berdasarkan keadilan, keihsanan dan kebenaran dalam semua aspek kehidupan seperti sosio budaya,ekonomi dan politik. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menghormati hak-hak asasi manusia dan demokrasi yang berdasarkan kepada kehidupan beragama, berakhlak dan keutamaan menunaikan tanggung jawab individu dan masyarakat dalam memelihara serta mempertahankan kesejahteraan dan keamanan berlandaskan undang-undang.

Masih dalam tulisannya, Anwar Ibrahim mengungkapkan bahwa masyarakat madani juga sebuah masyarakat yang memberi keutamaan kepada keperluan asas, dinamika budaya, kecerdasan dan perkembangan ekonomi,menjunjung tinggi perkembangan serta penghayatan ilmu, pembentukan pribadi mulia, kaya dengan daya cipta yang kreatif dan inovatif.

Konsep masyarakat madani meletakkan kedaulatan rakyat dalam demokrasi sewajarnya di hormati tetapi tidak bertentangan dengan kedaulatan suci dan murni yang berasal dari Allah SWT.

84

M. Dawam Rahardjo. Masyarakat Madani,Agama,Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. Jakarta : LP3ES. 1999. Hal. 146


(8)

Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani adalah konsep masyarakat sipil yang terbebas dari acuan dan pengalaman demokrasi Barat. Masyarakat madani dilandaskan pada prinsip akhlak dan pemerintahan berdasarkan hukum agama bukannya tindakan yang lahir dari nafsu manusia semata-mata. Masyarakat madani penuh dengan usaha penyuburan semangat kebebasan, kemerdekaan diri dan mengembalikan nilai keperimanusiaan. Dengan itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat madani mempunyai perbedaan asas dengan gagasan yang diungkapkan oleh pemikir Barat. Penduduk Asia khususnya Malaysia mempunyai pandangan berbeda terutama melihat agama bukan sekedar persoalan pribadi tetapi mempunyai peranan besar dalam masyarakat dan memberi tunjuk arah moral dalam dunia politik dan ekonomi.

Masyarakat madani pertama kali di perkenalkan oleh Anwar Ibrahim pada saat acara festival Istiqlal di Jakarta tanggal 26 September 1995. Ketika itulah kalimat masyarakat madani diperkenalkan. Dalam festival itu Anwar Ibrahim menyampaikan pidato kebudayaannya yang berjudul ”Islam dan Pembentukan Masyarakat Madani”.

Dalam pidatonya Anwar mengatakan bahwa Islam lah yang memperkenalkan pada kita cita-cita keadilan sosial dan pembentukan masyarakat madani yaitu civil society yang bersifat demokratis. Menurut kajian Anwar, kedatangan Islam bukan sekedar membentuk pandangan hidup baru yang mengutamakan peranan akal dan pemikiran rasional, namun juga mencakup revolusi ruhaniah dan akliah yang juga kemudian menggerakkan transformasi sosial, yaitu secara berangsur-angsur meletakkan asas susunan baru kemasyarakatan dan urusan kenegaraan yang mementingkan kemuliaan derajat insan.85

85

Saiful Hamiwanto,dan M,Ali Said JSD. Masyarakat Madani, Mimpi Lama, Judul Baru. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html. diakses pada tanggal 25 Februari 2008


(9)

Anwar mengartikan masyarakat madani sebagai sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perseorangan dengan kestabilan masyarakat. Pelaksanaannya antara lain berupa pelaksanaan pemerintahan yang tunduk pada undang-undang dan terselenggaranya sistem yang transparan.

Dalam festival itu juga Anwar menawarkan lima perkara penting yang perlu diwujudkan untuk menegakkan masyarakat madani umat Islam di rantau ini. Kelima perkara itu adalah order politik yang stabil dan demokratik, keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, menegakkan prinsip perlembagaan, dan merangsang kehidupan akliah. 86

Kemudian konsep masyarakat madani ini dikukuhkan kembali dalam acara di Konvesi Masyarakat Madani di Malaysia. Masyarakat madani adalah satu sistem sosial yang subur yang berasaskan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perseorangan dengan kestabilan masyarakat,keadilan dan keihsanan. Disamping itu, masyarakat madani adalah masyarakat yang mendorong daya usaha serta inisiatif individu dari segi pemikiran, seni, ekonomi, teknologi,dan mempunyai sistem sosial yang cakap dan seksama serta pemerintahan mengikuti undang-undang.

Anwar mengenalkan masyarakat madani sebagai ”perantara sosial antara keluarga dan negara”, dan berada dalam naungan kerangka etika religius. Tradisi moral dan religius memegang peranan penting karena ”orang Asia pada dasarnya adalah persona religiosus”. Praktek agama dan keimanan tidak terbatas melulu pada individu, ia merasuki seluruh tubuh kehidupan masyarakat.87

86

Harian Online. Masyarakat Madani modern: dimana Permulaannya?. http://161.139.39.251/akhbar/islam/1996/bh96927.htm. diakses pada tanggal 25 Februari 2008.

87

Yudi Latif dan Edwin Arifin. Anwar Ibrahim: Insan Universalis. http://koran tempo.com/korantempo/2004/12/05/Ide/krn,20041205,56.id.html


(10)

Anwar yakin masyarakat madani yang mendukung Nahdah Asia bisa lahir di tempat etika dan moralitas menjadi bagian dari perikehidupan masyarakat itu sendiri, tempat masyarakat sudah terbiasa dengan kehidupan yang menu ntut pluralisme, toleransi dan kerukunan: sebuah kawasan berwawasan global tapi menjunjung tradisi, religius dan berdemokrasi.88 Rumpun Melayu tinggal di komunitas yang beragam dimana Islam, Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, hidup berdampingan.

Kerukunan itu mensyaratkan saling menghormati, toleransi, serta moderat dan pragmatis dalam tingkah laku kehidupan. Karena itu, bagi Anwar, moderasi dan pragmatisme dalam Islam, dengan berpegangan pada hadist ”jalan tengah adalah yang terbaik”, menjadi perlu. Sebab, justru melalui itulah Islam bisa merealisasikan idealisme sosialnya seperti keadilan, pemerataan, dan kemerdekaan.89

Muslim Melayu menjadi berbeda dengan rekannya yang lain, karena mereka lebih mementingkan isi daripada format, memilih ”memajukan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan daripada memotong tangan pencuri” atau ”meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak daripada berhari-hari membahas tentang negara Islam”. Keislaman mereka tidak berkurang semata karena mereka berusaha meningkatkan kesejahteraan, menguasai revolusi informasi dan menuntut keadilan bagi perempuan. Keimanan juga bukan dibuktikan dengan ”menyisipkan ketakutan ke warga beragama lain”. Dan perbedaan yang timbul dalam masyarakat serumpun ini bukan merupakan kendala, tapi toleransi, pengertian,dan saling menghormati. Muslim Melayu kini adalah bagian dari kebangkitan Asia baru, yang sudah diperkaya dengan sains dan teknologi dan institusi politik dan sipil modern. Sebuah rumpun yang tidak lagi meributkan perbedaan remeh antara Barat dan Timur atau Barat dengan Islam,

88

Ibid., 89


(11)

tapi satu masyarakat berkepribadian yang menolak binari peradaban sambil tetap memegang teguh martabat dan identitasnya.

Karena itu, Anwar dengan contoh Melayunya bisa menangkis pesimisme Huntington (1970) yang melihat bahwa masyarakat madani di dunia Islam lebih banyak didominasi oleh sentimen anti-Barat dan karena itu menjadi bertentangan dengan demokrasi. Melayu yang toleran dan terbiasa dengan pluralisme juga membantah pesimisme Gellner (1981) bahwa ummah adalah komunitas ideologis tanpa menyisakan ruang bagi pluralisme.90

Masyarakat madani sesungguhnya dapat berjalan bergandengan dengan demokrasi, karena masyarakat madani adalah masyarakat yang mementingkan musyawarah. Namun, kedaulatan atas rakyat dalam demokrasi tidak boleh melebihi kedaulatan tuhan. Karena kedaulatan tuhan berada di atas segala-galanya.

3.1.2 Perkembangan Masyarakat Madani

Konsep masyarakat madani, atau dalam terminologi Barat disebut dengan civil society, telah muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropa melaui pemikiran John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah konsep, masyarakat sipil berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (negara). Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara, yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok lain. Barulah pada paruh kedua abad ke-18, terminologi ini mengalami pergeseran makna. Negara dan masyarakat madani kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda. 91

90

Ibid., 91

Saiful Hamiwanto,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html.


(12)

Bahkan kemudian Kant menempatkan civil society dengan negara dalam kedudukan yang berlawanan, yang kemudian dikembangkan oleh Hegel. Melalui Hegel, civil society terpilahkan secara sempurna dari negara, bahkan sebagai entitas yang berlawanan saling menegaskan. Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya ”Sebuah Essai tentang Masyarakat Sipil (An Essay on The Civil Society)”, terbit tahun 1773 di Skotlandia.92 Adi Suryadi Culla menginventarisasi ada empat perspektif utama yang mempengaruhi wacana civil society khususnya dalam hubungan eksistensialnya dengan negara . Pertama, civil society dan negara adalah dua entitas terpisah yang berhadapan secara diametral. Pendekatan ini memunculkan pemahaman timbal balik bahwa negara yang kuat akan melemahkan civil society dan sebaliknya sehingga akhirnya menghasilkan dua kutub baru: perspektif negara mengungguli masyarakat (Hegel dan Karl Marx) dan perspektif kemandirian civil society atas negara (John Stuart Mill dan Alexis de Tocqueville). Pendekatan ini dapat membaca fenomena dunia ketiga dimana negara yang superior dan tidak demokratis membunuh tumbuhnya potensi civil society.

Kedua, civil society dan negara adalah dua entitas yang secara rasional dan institusional tidak terpisah, dan keduanya merupakan istilah yang dapat dipertukarkan. Perspektif ini mendasarkan pada prasyarat integrasi negara dan civil society dalam sistem hukum yang demokratis, dengan tidak adanya penindasan negara terhadap civil society dan tidak adanya penentangan negara oleh civil society.

Ketiga, civil society dan negara sebagai entitas yang tidak berhadapan secara vis a vis, pada masing-masing memiliki konflik pada subentitasnya. Berdasar

92


(13)

perspektif ini, negara dan civil society masih terpisahkan dengan masing-masing memiliki elemen-elemen prodemokrasi maupun antidemokrasi.

Keempat, civil society adalah entitas yang terpisah dengan tiga entitas lain yaitu negara, masyarakat politik (political society), dan masyarakat ekonomi (economic society). Perspektif ini menggambarkan bahwa interaksi terjadi antara banyak aktor selain civil society dan negara yaitu masyarakat politik dan masyarakat ekonomi. Meskipun terdapat keragaman sudut pandang, konsep civil society dapat ditarik secara generalisasi bahwa civil society adalah komunitas atau kelompok sosial politik terorganisasi yang memiliki karakter kesukarelaan (voluntary), otonomi (keswadayaan, self-supporting), kemandirian (keswasembadaan, self-generating), dan mampu bersikap kritis (yaitu, tidak semata-mata berlawanan) terhadap entitas lain baik pada negara, masyarakat ekonomi, masyarakat politik, termasuk civil society lain yang tidak demokratis.93

Pada dataran konkritnya civil society adalah jejaring atau kelompok masyarakat yang dapat mencakup rumah tangga, warga, LSM, gerakan mahasiswa, kelompok budaya, serta organisasi sosial dan keagamaan.

Sebahagian besar sarjana Islam cenderung mengaitkan perkembangan masyarakat madani dengan pembentukan masyarakat beradab di Madinah. Ibnu Taimiyah dalam kajiannya mengutarakan bahwa negara dalam Islam sebagai sebuah sarana untuk menegakkan hukum syariat dengan mengatakan “Semua hukum atau keputusan hukum telah disampaikan Nabi kepada Ummat, maka tidak perlu lagi mereka menyandarkan diri kepada Imam karena Imam hanyalah pelaksana segala ketetapan dari Nabi saw”. Hukum Islam bersumber dari tiga hal: Al Qur’an, Sunnah Nabi, dan Ijtihad ‘Ulama (berupa ijma’ dan qiyas) berdasar dua sumber sebelumnya.

93

Imron Rosyadi. KAMMI,Masyarakat Madani dan Agenda-agenda Gerakan Mahasiswa. http://www.kammi.or.id/last/lihat.php?d=materi&do=view&id=44. 1 Maret 2003. Diakses pada tanggal 25 Februari 2008.


(14)

Dalam konsep kekuasaan, Ibnu Taimiyah menyandarkan sumber kekuasaan adalah Allah swt, sedangkan manusia berperan sebagai khalifah di muka bumi, sehingga kekuasaan manusia berada dalam tanggungjawab untuk memenuhi kehendak-Nya . Sehingga sesuai QS 4:59, ketaatan kepada penguasa (ulil amri) dilandaskan pada ketaatan penguasa terhadap hukum Allah. Ia menyatakan ulil amri terdiri atas ulama yang berfungsi mengemban tugas menafsirkan hukum syari’at dan merumuskan ketentuan keadilan, dan umara yang bertugas menegakkan berlakunya hukum Allah dan mempertahankan negara Islam . Oleh karena itu, kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat tunduk pada supremasi syari’at (kedaulatan hukum – Allah). Pada Islamlah, kekuasaan mayoritas dapat dibatasi, sehingga kedaulatan rakyat bermakna hak rakyat untuk mengawasi pemerintahan untuk senantiasa berada dalam batas-batas yang digariskan Syari’at.94 Ini yang diungkapkan oleh Anwar sebagai kedaulatan rakyat patut dihargai sewajarnya namun tidak bertentangan dengan kedaulatan suci dan murni dari Allah SWT.

Senada dengan Ibnu Taimiyah, Yusuf Qaradhawi menunjukkan secara lebih tegas bahwa daulah Islamiyah bukanlah negara teokrasi (daulah diniyah). Daulah Islamiyah adalah daulah madaniyah (negara sipil) yang berkuasa atas nama Islam, berdasar proses bai’at dan syuro memilih pemimpin yang kuat (qawiy), dapat dipercaya (amin), dapat diandalkan (hafidz) dan berpengetahuan (‘aliim) . Ia membedakan teokrasi dan nomokrasi, dengan menunjukkan negara Islam sebagai negara yang nomokrasi berdasar syari’at (daulah syar’iyah dusturiyah) . Prinsip dasar yang dimiliki adalah ketundukan hukum positif pada hukum-hukum moral syari’at. Pada prakteknya dalam sejarah Islam awal, prinsip dasar tersebut menginspirasikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip hukum modern seperti prinsip keadilan,

94


(15)

kesetaraan di hadapan hukum dan pengadilan, asas praduga tak bersalah (presumption of innocence), dan prinsip hukum pada tindakan yang nampak. 95

Masyarakat Madinah yang menjadi rujukan konsep negara Islam memiliki gagasan politik yang disebut sebagai syuro (musyawarah) yaitu ruang terbuka dimana siapapun berhak menyampaikan pendapatnya pada wilayah dimana syari’at tidak membatasi secara ketat (misalnya wilayah mu’amalah). Syuro melebihi demokrasi dalam hal ketersediaan syari’at yang membatasi kekuasaan mayoritas yang memungkinkan tumbuhnya otoritarianisme yang berkedok demokrasi. Tetapi di sisi lain, syuro punya irisan dengan demokrasi pada aspek substansi demokrasi, semangat penentangan tirani, dan prinsip mayoritas. Dengan konsep syuro, negara dalam Islam harus membuka ruang interaksi bagi masyarakat sebagai bagian dari mekanisme kontrol dan partisipasi politik sebagai bagian dari ibadah dan amar ma’ruf nahi munkar .

Pada aspek politik ini, sosiolog agama Robert N. Bellah menyatakan bahwa Islam terasa unik dibandingkan agama lain bukan semata karena ia tidak memisahkan antara politik dan agama, tetapi karena salah satunya adalah sifatnya “sangat modern” dalam pandangan dan praktek politik kenegaraannya khususnya pada masa khulafaur rasyidin.96

Negara dalam hubungannya dengan masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar meliputi tanggung jawab melindungi kaum mustadh’afiin, buruh yang tidak terupahi dengan baik, kaum wanita dari penindasan, anak-anak sampai dia mandiri, orang-orang tua. Negara juga bertanggung jawab mendistribusikan kemakmuran melalui instrumen-instrumen seperti zakat, shadaqah, dan baitul maal, juga melalui sistem ekonomi tanpa riba dan perlindungan hak-hak konsumen. Dengan itu negara

95 Ibid., 96


(16)

membentuk solidaritas sosial dan menegakkan keadilan dalam masyarakatnya, di mana dengan itu masyarakat mendukung kuatnya negara untuk melaksanakan tugas etisnya: penegakan hukum Allah di muka bumi.

Pola interaksi negara-masyarakat dalam Islam menunjukkan kesatuan yang tak terpisahkan antara negara dan masyarakat dan menunjukkan kedua entitas itu dapat dipertukarkan. Apabila merujuk pada kategorisasi Culla, ia mendekati perspektif kedua yang lebih mudah menjelaskan hubungan integratif negara- civil society modern. Masyarakat Madinah dengan ciri penjelasan di atas terbukti merupakan masyarakat par exellence yang ‘terlalu maju’ bagi jamannya.

Diakatakan Anwar bahwa masyarakat madani memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada perbedaan dari segi etntitas antara masyarakat sipil dari Barat dengan masyarakat madani yang berdasarkan Islam. Konsep masyarakat sipil Barat berteraskan sekulerisme yang mewujudkan pertentangan antara agama dengan negara berbeda dengan masyarakat madani yang menumpukan pada perpaduan harmoni antara pemerintah dan agama.

Menurut AS Hikam penggunaan masyarakat madani sebagai penerjemahan civil society bukan hanya sekedar pengalihbahasaan saja, ia adalah suatu konsep yang bersifat khusus dan ada perbedaan soal cakupan, masyarakat madani lebih merupakan penggunaan paradigma yang bersifat partikularistik, khususnya Islam dengan menggunakan momentum dimana kajian civil society sudah dilupakan.

Masyarakat madani yang diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim ini kemudian dikembangkan oleh para tokoh pemikir Islam di Indonesia,seperti Nurcholis Madjid, Dawam Rahardjo, AS Hikam,dan lain-lain. Di Indonesia, masyarakat madani dikenal dengan nama masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat warga,civil society (tanpa diterjemahkan),masyarakat madani dan sebagainya.


(17)

Masyarakat madani di dasarkan pada masyarakat madinah dibawah pimpinan nabi Muhammad SAW. Madinah, yang dahulunya bernama Yastrib. Sebelum kedatangan Rasulullah SAW masyarakat madinah adalah masyarakat yang tidak mengenal sopan santun, tidak beradab, saling bermusuhan,tidak ada toleransi antar kaum, tidak ada permufakatan dan saling tindas menindas.

Masyarakat Madinah,yang oleh Nurcholis Madjid dijadikan tipologi masyarakat madani,merupakan masyarakat yang demokratis. Dalam arti bahwa hubungan antar kelompok masyrakat, sebagaimana yang terdapat dalam poin-poin Piagam Madinah,mencerminkan egalitarianisme (setiap kelompok mempunyai hak dan kedudukan yang sama),penghormatan terhadap kelompok lain,kebijakan diambil dengan melibatkan kemompok masyarakat (seperti penetapan strategi perang),dan pelaku ketidakadilan,dari kelompok manapun,diganjar dengan hukuman yang berlaku.97

Prinsip masyarakat madani dimulai sejak Rasulullah SAW melakukan hijrah beserta para pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat yang madaniyyah (beradab). Selang dua tahun pasca hijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah mempelajari karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural, beliau kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu diantaranya adalah mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem sosial yang baru. Sebuah iktan perjanjian antara berbagai ras,suku,dan etnis seperti Bani Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragama pada saat itu, juga termasuk Yahudi dan Nasrani.

97

Deny Suito. Membangun Masyarakat Madani. http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A2342_0_3_0_M. Tanggal 28 July 2006


(18)

Perjanjian itu disebut dengan piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Dalam dokumen itulah umat manusia pertama kali diperkenalkan dengan wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab politik dan sosial, khususnya pertahanan secara bersama. Disebut Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah karena didalamnya memang terdapat pasal-pasal yang menjadi hukum dasar sebuah negara,yakni negara kota yang kemudian disebut Madinah. Perjanjian yang pasal satunya adalah kesepakatan membentuk satu umat di Madinah itu adalah awal dari suatu proses. Ketika kepala-kepala suku yang sebenarnya mengandung potensi konflik diantara sesamanya itu bersetuju untuk tunduk kepada suatu kedaulatan tertentu yakni ummah dan menerima berbagai jenis perlindungan yang disepakati dari kedaulatan itu.98

Melalui piagam Madinah itu tampak bahwa Rasulullah hendak menegakkan sebuah konstitusi yang mampu dijadikan pijakan dasar bersama dalam konteks hidup bersama. Titik balik peradaban yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada gilirannya mengantarkan masyarakat Yatsrib menjadi masyarakat yang madaniyyah. Sebuah masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai atau karakter yang adil, egaliter, partisipatif, humanis, toleran dan demokratis. Masyarakat tersebut juga patuh dan tunduk kepada kepatuhan (din) dan dinyatakan dalam supremasi hukum dan peraturan. Atau dalam pandangan senada, Robert N Bellah,seorang sosiolog agama berpendapat bahwa masyarakat Madinah saat itu sarat dengan nilai, moral,maju,beradab,dan sangat menghargai nilai-nilai kemausiaan.

Konsep masyarakat madani di Madinah menjadi asas kepada satu kehidupan bertamaddun dengan kombinasi elemen perundangan, penyertaan politik dari berbagai kalangan rakyat dan kaum serta kesediaan memenuhi keperluan berbagai budaya.

98


(19)

Secara formal Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antara komponen masyarakat. Pertama, antara sesama muslim,bahwa sesama muslim adalah satu ummat walaupun mereka berbeda suku. Kedua,hubungan antara komunitas muslim dengan non muslim didasarkan pada prinsip bertetangga yang baik,saling membantu dalam mengahdapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya,saling menasihati dan menghormati kebebasan beragama.

Secara umum, piagam Madinah mengatur kehidupan sosial penduduk Madinah secara lebih luas. Ada dua nilai dasar yang tertuang dalam piagam Madinah,yang menjadi dasar bagi pendirian sebuah negara Madinah kala itu. Pertama,prinsip kesederajatan dan keadilan (al musawwah wal ’adalah). Kedua, inklusifisme atau keterbukaan. Kedua prinsip itu lalu dijabarkan dan ditanamkan dalam bentuk bebrapa nilai universal, seperti konsistensi (i’tidal),keseimbangan (tawazum),moderat (tawasut) dan toleran (tasamuh).99

Oleh sebab itu,dalam negeri Madinah saat itu, walaupun penduduknya heterogen (baik dalam arti agama, ras,suku dan golongan-golongan) kedudukannya sama,masing-masing memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan melaksanakan aktivitas dalam bidang sosial dan ekonomi. Setiap pihak mempunyai kebebasan yang sama untuk membela Madinah tempat tinggal mereka.

Rasulullah SAW bisa membangun sebuah masyarakat yang modern ditengah padang gersang dan di tengah lingkungan yang dicitrakan tak beradab itu karena Rasulullah dapat melakukan reformasi dan tranformasi ke dalam (inner reformation and transformation) pada individu yang berdimensi akidah,ibadah dan akhlak. Karena itu, iman dan moralitas menjadi landasan Piagam Madinah.

99

Saiful Hamiwanto,dan M,Ali Said JSD. Op Cit.. http://www.mail-archive.com/islam@ssi l. Ssi. Global. Sharp.co.jp/msg00070.html.


(20)

Semua prinsip dan nilai diatas menjadi dasar semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi dan hukum masa itu, sehingga masyarakat madani yang diidealkan itu secara empiris pernah terwujud di muka bumi ini, bukan sekedar sebuah impian.

Perujukan masyarakat madinah sebagai kerangka acuan dalam membangun tatanan masyarakat muslim modern merupakan keharusan. Dengan alasan, masyarakat Madinah adalah umat terbaik yang dipandang Allah. Firman-Nya, ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh keapda yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,dan beriman kepada Allah.” (QS.Ali Imran :110). Menurut Quraish Shihab,masyarakat muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemungkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan,kaum Muslim awal menjadi ”khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasulNya.100

Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya,tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti,pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk ilahi,maupun persatuan yang kesatuan. Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui ilahi adalah dengan hikmah,nasehat,dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun ”masyarakat madani modern”,meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain,seperti menjaga persatuan umat

100

Deny Suito.Op Cit. http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A2342_0_3_0_M. Tanggal 28 July 2006


(21)

Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja,tidak melakukan pemaksaan agama,dan sifat-sifat luhur lainnya. 101

Namun, kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah mungkin masyarakat ideal itu akan hadir kembali di tengah-tengah kehidupan yang semakin modern ini dan semakin meninggalkan akhlak dan moralitas yang sebenarnya menjadi sebuah landasan terwujudnya masyarakat madani itu. Untuk menjalankan masyarakat madani bukan hanya berusaha menjalankan apa yang dijalankan oleh masyarakat madinah,tapi juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

Anwar mengatakan bahwa masyarakat madani yang coba dicapai oleh rakyat di negara-negara Islam khususnya mendapati masyarakat madani mempunyai konsep yang lebih luas dan merangkumi suatu masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat madani telah mempertimbangkan hubungan rakyat dengan pemerintah, rakyat didalam kehidupan bermasyarakat dan aspirasi untuk mencapai tamadun yang berasaskan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan yang murni bermula dari individu, keluarga,masyarakat hingga kepada negara dan pemerintah. Masyarakat madani lebih mengutamakan konsep musyawarah dan aspek kerjasama serta perdamaian dalam mencapai masyarakat yang berfungsi sebagai masyarakat madani.

Dalam masyarakat madani bukan hanya hubungan antara sesama manusia atau hubungan antara masyarakat dengan kelompok masyarakat lain dan juga bukan hanya

101


(22)

sekedar hubungan antara masyarakat dengan negara namun lebih kepada hubungan manusia dengan tuhan,sehingga dapat menjadikan tujuan pembentukan masyarakat lebih bermakna bukan hanya sekedar kepentingan individu semata-mata.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakteristik masyarakat madani adalah pertama, Free Public Sphere (Kebebasan ruang publik) artinya adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk menyampaikan/mengemukakan pendapat. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Kedua,demokrasi. Demokrasi merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani. Warga negara mempunyai kebebasan penuh untuk menjalankan aktifitas kehidupan mereka termasuk berinteraksi dengan lingkungannya. Demokrasi berarti masyarakat dapat berlaku santun dengan masyarakat di lingkunganny tanpa mempertimbangkan perbedaan suku,ras,agama maupun golongan.

Ketiga, toleransi. Toleransi merupakan nilai yang dikembangkan masyarakat madani dalam menghargai dan menghormati aktifitas orang lain dan juga menghargai perbedaan pendapat.

Keempat, pluralisme. Pluralisme harus dipahami sebagai sebuah tata cara kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, namun harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme sebagai bentuk positif dan merupakan rahmat tuhan.


(23)

Kelima, keadilan sosial. Keadilan sosial merupakan keadilan yang menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban tiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

3.2Masyarakat Madani dan Demokrasi

Seharusnya difahami bahwa demokrasi mutlak adalah idealisme yang tidak mungkin tercapai sepenuhnya. Bahkan demokrasi terkenal dengan sikap mengkhianati janji. Berlakunya jurang antara demokrasi yang ideal sebagaimana difahami dengan kenyataan yang berlaku dalam suasana demokrasi hari ini. Janji yang tidak ditunaikan hari ini berbuntut dengan terwujudnya survival politik, kewujudan elitis politik, kepentingan tertentu atas nama perwakilan rakyat, kurangnya penyertaan rakyat dan kegagalan mendidik masyarakat tentang demokrasi dan hak mereka.

Banyak penganalisis yang menganggap Malaysia sebagai sebuah negara yang tidak autoktratik tetapi tidak juga demokratik. Malaysia dikenal sebagai sebuah negara demokrasi, namum ia juga mempunyai peraturan-peraturan drakonian yang membatasi pembangkangan dan memberi kuasa yang sangat luas kepada eksekutif.

Keputusan pimpinan UMNO sebagai partai pemerintah dalam mempertahankan pembatasan demokrasi yaitu: sensitivitas isu-isu etnik yang jika tidak dibatasi perdebatan tentangnya akan merusak kestabilan sosial, keutamaan meningkatkan taraf hidup rakyat,dan perlu disesuaikan demokrasi dengan pengalaman sejarah dan suasana objektif tempatan.

Malaysia dibawah kepemimpinan Mahathir Mohammad menjadi sebuah negara yang tidak membuka kran kebebasan pada rakyat. Mahathir tidak mengenal adanya pembaharuan dalam politik dan juga demokratik. Malah Mahathir terkesan otoriter dalam memerintah, tidak ada kebebasan media pers, jika ada pemimpin yang melakukan perlawanan terhadap setiap kebijakannya,maka Mahathir tidak


(24)

segan-segan melakukan penangkapan dan penahanan terhadap para pemimpin tersebut,tanpa ada pembuktian kesalahan. Kekuasaan polisi juga sangat besar dan penguasaan pada sistem kehakiman.

Namun, menurut Mahathir pengamalan demokrasi di Malaysia mengikuti acuannya sendiri. Walaupun beliau menjalankan demokrasi, namun dalam beberapa hal beliau tidak setuju dan mengikuti demokrasi yang sesuai dengan Barat yang memberi kebebasan mutlak seratus persen kepada rakyat untuk mengeluarkan pendapat dan melakukan apa saja atas nama demokrasi.

Mahathir Mohamad dalam Konvesyen UMNO ulangtahun yang ke 50 (11 Mei 1996) menjelaskan :

“ ramai yang kononnya menerima demokrasi sebagai sistem politik tetapi kerana tidak

faham apa ianya demokrasi, mereka telah menjadi mangsa demokrasi tanpa sedikit pun memperolehi manfaat. Harus diingat juga bahawa demokrasi bukan agama Tuhan. Demokrasi adalah ciptaan manusia dan sudah tentu ia jauh daripada sempurna. Bangsa-bangsa Barat cuba mendakwa bahawa demokrasi tidak cacat dan menanggapnya sebagai satu sistem yang tidak siapa boleh mempertikaikan atau mengubahnya.Mereka menciptakan slogan Vox populi, vox Dei iaitu suara ramai adalah suara Tuhan. Tetapi percayalah demokrasi bukan suara Tuhan dan jauh daripada sempurna, bahkan ia penuh dengan kecacatan dan yang boleh membinasakan pengamalnya dan menjadikan mereka mangsa kezaliman sistem demokrasi yang tidak kurang

buruknya daripada kezaliman sistem feudal atau pun sistem diktator.” 102

Bagi Mahathir, kejayaan sebuah negara bukan bergantung kepada sistem demokrasi saja tetapi ide-ide, wawasan, perencanaan yang rapi dan pengolah yang terbaik dalam melaksanakan pembangunan negara. Menurutnya, demokrasi harus

102

Mohd. Rumaizuddin Ghazali. Malaysia Demokrasi Islam? Pengamalan Demokrasi di Malaysia. http://www.abim.org.my/madani/content/view/130/2/ Diakses pada tanggal 26 Februari 2008/


(25)

disesuaikan dan diselaraskan dengan keadaan setiap negara dan budayanya. Beliau istilahkan sebagai ‘Demokrasi Asia’, ‘Nilai Asia Baru’ atau ‘Demokrasi ala Malaysia’ yang mementingkan disiplin dan mendahulukan kepentingan rakyat sebagai kunci untuk mencapai persatuan negara dan pertumbuhan ekonomi. Mahathir juga percaya untuk membawa keutuhan sebuah negara memerlukan demokrasi dan autoritariannisme secara beriringan.

Apapun pembahasan diatas, Malaysia dapat dikatakan sebagai contoh dari ”Demokrasi Islam” dengan syarat kelemahan-kelemahan dalam demokrasi diperbaiki dengan nilai-nilai yang Islami. Salah satu contohnya adalah satu dari ciri demokrasi adalah kedaulatan mutlak ada di tangan rakyat. Tentu ini sangat bertentangan dengan Islam karena kedaulatan mutlak hanya berasal dari Allah SWT.

Masa depan demokrasi di Malaysia banyak bergantung kepada kekuatan golongan islamis dalam mengawal aotoritarianisme dan demokrasi yang dijalankan oleh pemerintahan agar ia serasi dengan nilai-nilai Islami. Oleh karena itu, dalam mewujudkan landasan baru politik muslim dan demokrasi Islam maka timbal balik antara golongan Islamis dan pemerintah sangat diperlukan dan kerjasama itu akan menguntungkan rakyat. Pada tahun 1990an, PAS juga mengubah perhatian kepada isu-isu keadilan sosial dan reformasi demokratik dalam paradigma Islamik untuk dipersembahkan kepada rakyat sebagai alternatif yang lebih baik daripada UMNO untuk memimpin Malaysia. PAS tidak lagi menggunakan pendekatan fiqih yang simplistik tetapi ia sejalan dengan kumpulan protes yang lain untuk menyifatkan suasana politik setelah pemecatan Anwar sebagai ‘demokrasi sedang terancam’ malahan reformasi tahun 1998 berarak di jalan raya menuntut reformasi demokrasi yang lebih baik bukan sebuah negara Islam.


(26)

Sementara UMNO juga terus mengatur strategi untuk memastikan kerelevanan partai itu menghadapi hambatan baru. Insiatif Islamisasi pemerintah pasti akan berkelanjutan karena ia adalah partai pemerintah dan menyesuaikan diri dengan arus tuntutan demokrasi yang lebih islami. Pertempuran kedua pihak tentang perjalanan demokrasi menjanjikan kemungkinan terwujudnya sikap demokrasi Islami dalam pratik politik muslim dengan asas norma sistem bersama yang autentik dari sudut Islam dan demokrasi yang dapat diterima oleh masyarakat majemuk Malaysia.

Anwar Ibrahim yang ketika itu berkedudukan sebagai wakil perdana menteri dan juga merangkap sebagai menteri keuangan telah mencetuskan suatu konsep masyarakat madani untuk diterapkan di Malaysia sebagai sebuah negara dengan mayoritas terdiri dari etnik Melayu dan identik dengan agama Islam.

Dalam bukunya ”Renaissans Asia”, Anwar membahas mengenai kebangkitan Asia dan didalamnya juga tidak luput pembahasan mengenai masyarakat madani dan demokrasi. Menurut Anwar wacana tentang masyarakat madani dan demokrasi dipengaruhi oleh norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan moral yang terdapat dalam kebudayaan Asia.

” Ringkasnya seperti yang ditulis oleh Alexis de Tocquiville, wacana itu adalah suatu

perdebatan yang dipengaruhi oleh ”adat-istiadat” keseluruhan kondisi intelektual dan moral,

termasuk ”kebiasaan-kebiasaan hati” masyarakat yang keragaman agama, kebuadayaan dan etnisnya jauh melampaui keragaman sejenis yang terdapat di belahan dunia lain manapun.”103

Menurut Anwar Ibrahim, konsensus yang dianut di Asia adalah bahwa agar masyarakat madani bisa berkembang, maka perekonomian harus kuat dan tangguh, dan ini pada gilirannya juga tergantung kepada ketersediaan tatanan sosial dan politik

103

Anwar Ibrahim. Renaissans Asia, Gelombang Reformasi di Ambang Alaf Baru. Bandung: Mizan. 1998. Hal.46


(27)

yang stabil. Meskipun benar jika dikatakan bahwa kebebasan dan demokrasi mempunyai nilai-nilai intrinsik dan bahwa prinsip-prinsip dasarnya harus dipahami dan diperjuangkan, namun prioritas-prioritas tetaplah harus secara tepat. Asia Timur tidak mungkin mencapai kemajuan ekonomi yang mengesankan seperti yang dialami sekarang tanpa adanya stabilitas. Kepedulian besar yang diberikan oleh orang-orang Asia kepada pembangunan ekonomi harus sepenuhnya bisa dipahami. Kemiskinan dan pendistribusian peluang ekonomi yang tidak adil merupakan sumber berbagai kejahatan sosial. Hal itu melahirkan kekecewaan, frustasi, dan kemarahan,serta dapat menghancurkan landasan pokok kehidupan masyarakat. Karena itu, kebebasan dan demokrasi akan benar-benar dilecehkan bila diterapkan tanpa mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan upaya pemeliharaan tatanan sosial politik yang stabil.

Kini, ketika Asia merasa sudah mantap dengan stabilitas dan ketangguhan ekonominya, sudah tiba saatnya memulai upaya-upaya baru untuk menemukan kembali tatanan sosial dan politiknya. Perjuangan demi membangun demokrasi dan masyarakat madani dewasa ini merupakan bagian integral dari rangkaian pergerakan untuk mencapai kemerdekaan nasional dan penetuan nasib bangsa sendiri, yang dimulai pada pertengahan abad ini. Dalam pencarian yang diperbarui itu, Asia memamah kembali berbagai cita-cita dan nilai yang telah dikembangkan oleh para filosofnya dimasa lalu dan diperjuangkan oleh tokoh-tokoh awal renaissansnya, para penyair, pemikir dan negarawan, seperti Rabindranath Tagore, Muhammad Iqbal, Jose Rizal, Sun Yat Sen, dan Mahatma Gandhi. Mereka membuktikan bahwa Asia dan tradisi-tradisi Asia merupakan bagian dan paket dari sebuah dunia yang dibangun berdasarkan martabat manusia, sebuah cita-cita luhur yang belum lama ini diklaim sebagai milik eksklusif Barat.104

104


(28)

Dalam bukunya ini, Anwar menjelaskan beberapa hal yang harus dibangun untuk membentuk sebuah masyarakat madani di Asia khususnya di Malaysia.

1. Maratabat Manusia

Penciptaan sebuah masyarakat madani di Asia akan berlangsung secara bertahap, dan jalan ke arah itu penuh dengan tantangan. Yang terutama harus tetap di perhatikan adalah penciptaan dan pemeliharaan tatanan sosial, yang tanpanya hanya akan timbul kekacauan (Chaos). Dalam situasi semacam itu, kebebasan hanya akan merupakan ilusi. Dalam sebuah rezim yang benar-benar demokratis, tatanan semacam itu dicapai melalui penggunaan otoritas yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan dengan menggunakan kekuasaan koersif negara. 105

Proposisi dasar yang mengarahkan demokrasi dan masyarakat madani adalah gagasan mengenai martabat manusia. Gagasan itu memerlukan waktu lama untuk berkembang. Demokrasi seharusnya tidak menjadi tujuan pada dirinya sendiri, tetapi semata-mata alat untuk menjamin tegaknya pemerintahan yang manusiawi (humane governance) pemulihan martabat manusia dan pemuasan kebutuhan akan keadilan. Martabat manusia tidak akan dapat dicapai dalam kemiskinan, kesakitan, ketercerabutan, kebutahurufan, dan kejahilan. Juga tidak akan martabat jika kaum perempuan terus-menerus ditolak haknya untuk memperoleh status,peluang,dan upah yang setara dengan mitra laki-laki mereka. Tidak akan ada keadilan jika individu ditekan, ditindas dan hak-hak asasinya diabaikan dan dilanggar, serta ketika seluruh penduduk terperangkap ke dalam perang dan saling bunuh tanpa arti. Ketika tatanan dunia didominasi oleh sekelompok kecil manusia yang mendakwahkan demokrasi di negeri mereka sendiri tetapi jelas-jelas mengabaikannya di luar negeri, ketika 85 persen kekayaan dunia dinikmati oleh hanya 20 persen penduduk dunia, itu hanya

105


(29)

menandakan satu hal: kita masih jauh dari cita-cita penegakan martabat atau keadilan. Tujuan utama kita seharusnya tidak boleh kurang dari penegasan umum ini, terciptanya sebuah masyarakat yang adil dna egaliter.106

Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani yang diimpikan oleh bangsa Asia adalah sebuah masyarakat yang didasarkan atas prinsip-prinsip moral,ketika pemerintahan dijalankan berdasarkan aturan hukum, bukan oleh angan-angan manusia, ketika pertumbuhan organisasi-organisasi kewargaan disemai, bukan ditekan, ketika perbedaan pendapat tidak dibungkam, dan ketika pencarian keunggulan dan pengupayaan kebaikan menggantikan mediokritas dan filistinisme. Oleh sebab itu, kita harus menemukan,menghidupkan,dan menyegarkan kembali semangat kebebasan, individualisme,kemanusiaan,dan toleransi dalam jiwa kita.107

Kenyataan bahwa negara-negara Asia berbeda dalam tingkat perkembangan ekonomi mereka hanya menunjukkan bahwa masing-masing negara akan menempuh jalan mereka sendiri untuk sampai kepada demokrasi dan masyarakat madani. Selanjutnya, hal itu juga akan dipengaruhi oleh keragaman kultural,sistem sosial, dan pengalaman sejarah. Meskipun kita akui bahwa seluruh cita-cita kemanusiaan bersifat universal, kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa keragaman kultural sangat mempengaruhi jalannya proses sosial dan politik.

Akibatnya, visi Asia tentang masyarakat madani berbeda dalam satu hal mendasar dari visi yang diartikulasikan oleh beberapa pemikir Barat, yang terutama berasal dari filsafat sosial pencerahan. Yang lebih mendasar, pandangan dunia Asia dan sumber daya intelektualnya akan mempengaruhi masyarakat madani menurut arahnya sendiri. Salah satu yang paling penting diantaranya adalah konsep tentang manusia sebagai makhluk moral yang memiliki dimensi transenden, yang dianugerahi

106

Ibid., Hal.49 107


(30)

tidak hanya hak-hak dasar yang tidak bisa diabaikan, melainkan juga kewajiban-kewajiban yang tidak biasa diabaikan,kepada Tuhan,kepada keluarga,kepada sesama manusia, dan kepada alam.108

2. Penghargaan akan Kehidupan

Bagi pemerintahan yang manusiawi, salah satu hal yang sangat mendasar adalah bahwa kekuasaan ditanamkan dalam suatu otoritas yang ditentukan secara demokratis, bukan ditangan seorang individu. Kekuasaan yang dipersonalkan adalah kekuasaan yang dirampas dari tangan rakyat. Demokrasi bukanlah barang mewah yang tidak bisa dijangkau oleh bangsa Asia. Sebaliknya, demokrasi adalah prasyarat utama bagi pemrintahan yang etis dan bertanggung jawab. Seperti dikatakan oleh Reinhol d Niebuhr, kemampuan manusia untuk mencapai keadilan memungkinkan demokrasi,ttapi kecenderungan manusia terhadap ketidakadilan mengharuskan demokrasi.109

Jika ditumbuhkan secara benar,demokrasi akan menjamin ketertiban dan stabilitas. Karena demokrasi memungkinkan yang pada tempatnya untuk dikemukakan, persoaln-persoalan kontroversial dapat diperdebatkan secara terbuka. Demokrasi mencegah akumulasi kekuatan-kekuatan yang berbahaya dan menghancurkan.

Upaya mengejar kemakmuran ekonomi bukanlah suatu alasan sebagai pembenar dari tindakan mencabut hak-hak politik dan kewarganegaraan secara terus-menerus dan terang-terangan. Pada kenyataannya, meningkatnya kekayaan seharusnya menjadi kesempatan untuk memperluas kebebasan keseluruh bidang. Dan itulah harapan-harapan dari sebuah masyarakat madani. Landasan moral yang diimpikan masyarakat madani adalah mencakup harapan-harapan bahwa kebebasan dan hak-hak asasi

108

Ibid., Hal. 51 109


(31)

tertentu tidak boleh dilanggar dan tidak dapat dicabut kecuali melalui proses hukum.110

Kenyataan bahwa demokrasi sering disalahgunakan yang mengakibatkan timbulnya kekacauan dan kelumpuhan, sama sekali tidak berart bahwa kediktatoran adalah solusinya. Sebaliknya, solusi terletak pada upaya pemurnian demokrasi dari ekses-eksesnya, dan kekuasaan brutal massa di sisi lain. Jadi, demokrasi harus disegarkan kembali dengan menanamkan ke dalamnya prinsip-prinsip etika dan kebenaran moral yang berasal dari cita-cita peradaban dan warisan intelektual Asia.111

3. Pers di Asia

Pers di Asia mungkin adalah lembaga yang paling berpengaruh dalam menetapkan agenda bagi kemajuan kearah demokrasi dan perwujudan masyarakat madani. Apalagi di era informasi seperti sekarang ini. Masyarakat Asia berada pada tahap perkembangan dimana mereka membutuhkan pers yang dinamis dan tangguh untuk memberikan dorongan yang niscaya bagi kemajuan dan menjamin bahwa mereka yang tengah berkuasa tidka mengkhianati harapan-harapan rakyat yang sah. Media massa di Asia pada kenyataannya adalah pewaris tradisi jurnalisme yang selalu berdiri di barisan terdepan dalam upaya-upaya Asia mencapai kebebasan dan kemajuan. 112

Secara historis, jurnal-jurnal dan surat kabar-surat kabar di Asia telah menjadi pemantik api antikolonialsime. Di era pasca kemerdekaan, mereka terlibat dalam upaya pembangunan bangsa. Pada umumnya mereka berhasil. Namun demikian,dalam menghadapi realitas-realitas baru di Asia, media massa di masyarakat-masyarakat Asia harus mendefinisikan kembali peran mereka. Pers di

110

Ibid., Hal. 51 111

Ibid., Hal. 54 112


(32)

Asia harus menemukan jalan tengah antara kebebasan yang terbatas dan kepatuhan yang menjilat.113

Dalam sebuah masyarakat madani model yang diimpikan adalah sebuah pers bebas yang memiliki komitmen kepada cita-cita kemasyarakatan dan bertahannya nilai-nilai tradisi Asia. Kebebasan tanpa komitmen akan membuat pers kehilangan arah. Pers di Barat memang bebas, tetapi pers itu terombang-ambing tanpa tujuan menyangkut keinginan akan komitmen semacam itu, yang juga mencerminkan kondisi masyarakatnya sendiri. Alih-alih terjerembab ke dalam sensasionalisme, kebencian, kebiasaan mencari-cari keburukan, dan menyebarkan permusuhan, pers di Asia hendaknya berupaya mendorong energi masyarakat ke arah perwujudan cita-cita yang didambakan,keadilan, kebajikan,dan kasih sayang.114

Nurcholis Madjid seorang pemikir muslim Indonesia yang cukup konsen mengkaji masalah masyarakat madani dan mengembangkan konsep ini di Indonesia,mengatakan bahwa untuk mewujudkan demokrasi dalam wadah yang disebut dengan masyarakat madani ada beberapa hal yang menjadi pandangan hidup yaitu:

1. Pentingnya Kesadaran kamajuan atau pluralisme 2. Berpegang teguh pada prinsip musyawarah

3. Menghindari bentuk-bentuk monolitisme dan absolutisme kekuasaan

4. Cara harus sesuai dengan tujuan sebagai lawan dari tujuan menghalalkan segala cara

5. Meyakini dengan tulus bahwa kemufakatan merupakan hasil akhir dari Musayawarah

113

Ibid., Hal. 55 114


(33)

6. Memiliki perencanaan yang matang dalam memenuhi basic needs yang sesuai dengan cara-cara demokratis

7. Kerjasama dan sikap antar warga masyarakat yang saling mempercayai itikad baik masing-masing

8. Pendidikan demokrasi yang lived ini dalam sistem pandidikan

9. Demokrasi merupakan proses trial and error yang akan menghantarkan pada kedewasaan dan kematangan.115

Dalam Masyarakat madani,warga bekerjasama membangun ikatan sosial,jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-govermental untuk mencapai kebaikan bersama (public good) karena pada independensinya terhadap negara (vis a vis the state). Dari sinilah kemudian masyarakat madani juga dipahami sebagai sebuah tatanan kehidupan yang menginginkan kesejahteraan hubungan antara warga negara dengan negara atas prinsip saling menghormati. Masyarakat madani berkeinginan membangun hubungan yang konsultatif bukan konfrontatif antara warga negara dengan negara.

Menurut Dawam Rahardjo,salah seorang pemikir muslim Indonesia juga, hubungan antara masyarakat madani dan demokrasi bagaikan dua sisi mata uang, keduanya bersifat ko-eksistensi. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah masyarakat madani dapat berkembang dengan wajar.

Menyikapi keterkaitan antara masyarakat madani dengan demokratisasi ini, Larry Diamond secara sistematis menyebutkan ada 6 (enam) konstitusi masyarakat madani terhadap proses demokrasi. Pertama, ia menyediakan wacana sumber daya politik,ekonomi,kebudayaan dan moral untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan

115

Siti Halimah. Membentuk Masyarkat Madani yang Demokratis,Harmonis dan Partisipatif. http://jariksumut.wordpress.com/2007/08/31/membentuk-masyarakat-madani-yang -demokratis-harmonis-dan-partisipatif/ tanggal 31 Agustus 2007


(34)

pejabat negara. Kedua,Pluralisme dalam masyarakat madani,bila diorganisir akan menjadi dasar yang penting bagi persaingan demokratis. Ketiga,memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan. Keempat, ikut menjaga stabilitas negara. Kelima, tempat menggembleng pimpinan politik. Keenam,menghalangi dominasi rezim.116

Dalam masyarakat madani terdapat nilai-nilai yang universal tentang pluralisme yang kemudian menghilangkan segala bentuk kecenderungan partikularisme dan sektarianisme. Hal ini dalam proses demokrasi menjadi elemen yang sangat signifikan yang mana masing-masing individu, etnis dan golongan mampu menghargai kebhinekaan dan menghormati setiap kebutuhan yang diambil satu golongan atau individu.

Selain itu, sebagai bagian dari strategi demokratisasi, masyarakat madani memiliki persfektif sendiri dalam perjuangan demokrasi dan memiliki spektrum yang luas dan berjangka penjang. Dalam persfektif masyarakat madani demokratisasi tidak hanya dimaknai sebagai posisi diametral dan antitesa negara, melainkan bergantung pada situasi dan kondisinya. Ada saatnya demokratisasi melalui masyarakat madani harus garang dan keras terhadap pemerintah, namun ada saatnya juga masyarakat madani juga harus ramah dan lunak.

Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Hal ini diberlakukan ketika negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia dalam menjalankan roda pemerintahannya. Disinilah kemudian, konsep masyrakat madani menjadi alternatif pemecahan,dengan pemberdayaan dan pengembangan daya kontak

116

Siti Halimah. Op Cit. http://jariksumut.wordpress.com/2007/08/31/membentuk-masyarakat-madani-yang -demokratis-harmonis-dan-partisipatif/


(35)

masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang pada dasarnya nanti terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis dan emngahrgai hak-hak asasi manusia.

Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakkan wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik, bukan dikarenakan kondisi barangnya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan masyarakat yang lebih baik.

3.3Relevansi Masyarakat Madani dengan Politik di Malaysia.

Hanya sedikit negeri Muslim di dunia ini yang telah melangkah begitu jauh seperti Malaysia dalam upayanya memanfaatkan kekuasaan negara untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Al Qur’an dan Hadis dalam kehidupan kaum muslim. Namun, lebih sedikit lagi negara Muslim yang kalah terkenal dari Malaysia.

Malaysia menyuguhkan suatu pengalaman Islami yang unik. Malaysia adalah sebuah masyarakat multietnik dan multiagama tempat bangsa Melayu merupakan 45 persen dari seluruh penduduknya, namun mempunyai kekuatan politik dan budaya yang dominan. Sisanya terdiri dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan, dan yang terbesar adalah komunitas Cina (35 Persen) dan India (10 Persen). Islam dan identitas nasional serta politik Melayu telah lama saling berkelindan,seperti tercermin dalam keyakinan umum bahwa orang Melayu mestilah beragama Islam.117

Suatu ciri khas dalam perkembangan politik Malaysia adalah peran Islam dalam politik Malaysia. Malaysia merupakan federasi negara-negara bagian, sebuah pemerintahan yang secara resmi bersifat pluralistis dengan Islam sebagai agama resmi dan Islam serta kaum Muslim menikmati kedudukan istimewa. Meskipun partisipasi

117

John L.Esposito dan John O.Voll. Demokrasi di Negara-Negara Muslim.Problem dan Prospek. Bandung : Mizan. 1999. Hal.165


(36)

partai-partai Islam dalam pemilihan umum dan kiprah mereka sebagai oposisi yang sah merupakan fenomena yang relatif baru di kebanyakan negeri Muslim, selama bertahun-tahun partai-partai politik itu telah bersaing dengan partai pemerintah UMNO, juga bersaing satu sama lain,dalam proses politik.

Berkebalikan dengan beberapa sistem politik di Timur Tengah yang tidak mengizinkan partai-partai politik Islam dan beberapa gerakan Islam kemudian melakukan perlawanan dengan tindak kekerasan, dalam sistem Malaysia terdapat sebuah partai penguasa yang dominan yang mengakui keberadaaan dan partisipasi politik dari kelompok-kelompok Islam yang berperan sebagai pihak oposisi nonkekerasan. Pengakuan dan integrasi kelompok-kelompok kebangkitan Islam dalam proses demokrasi yang tengah berkembang ini terlihat tidak hanya melalui kemampuan mereka untuk beroperasi di dalam sistem, tetapi juga lewat manuver seorang aktivis Islam yang kharismatis,Anwar Ibrahim,dari posisinya sebagai pihak oposisi hingga menjadi pihak pemerintah pada 1980-an dan bahkan pada 1994 dia telah menjadi menteri keuangan dan deputi perdana menteri.118

Sejak periode paling awal di Malaysia,Islam mempunyai ikatan erat dengan politik dan masyarakat. Islam merupakan sumber legitimasi bagi para sultan, yang memegang peran sebagai pemimpin agama,pembela iman, dan pelindung hukum Islam, dan sekaligus pelindung hukum, pendidikan,dan nilai-nilai adat. Islam dan identitas Melayu saling berjalin berkelindan, menjadi orang Melayu berarti menjadi Muslim.

Kolonialisme Inggris membedakan dengan jelas antara agama dan negara, dengan diperkenalkannya administrasi sipil dan sistem hukum yang berbeda dengan sistem hukum dan pengadilan Islam. Pada saat yang sama, masyarakat juga menjadi

118


(37)

lebih pluralistis akibat imigrasi besar-besaran orang-orang non-Muslim Cina dan India serta pertumbuhan dan kemakmuran komunitas mereka di kemudian hari.

Pluralisme dan hubungan agama dengan identitas nasional Melayu menjadi isu politik ketika Malaysia tengah berjuang merebut kemerdekaan pada periode pasca -Perang Dunia II. Usulan-usulan awal Inggris bagi Serikat Melayu bersatu dengan kesamaan hak warga negara bagi Serikat Melayu bersatu dengan kesamaan hak warga negara bagi semua orang,ditolak oleh bangsa Melayu,yang mengkhawatirkan pertumbuhan populasi, kekuatan ekonomi, serta pengaruh komunitas Cina dan India. Yang telah menikmati tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kaum Muslim Melayu.119

Konstitusi Melayu tahun 1957 mengabadikan identifikasi agama dan etnik,kedudukan istimewa bagi Islam,para sultan,dan kaum Muslim Melayu. Konstitusi itu mendefenisikan orang Melayu sebagai orang yang mengaku memeluk agama Islam,terbiasa berbicara dengan bahasa Melayu,dan meyesuaikan diri dengan adat- istiadat Melayu. Orang-orang Melayu menikmati hak istimewa yang mencakup sistem kuota Melayu dalam pendidikan, pemerintahan,dan bisnis. Islam dinyatakan sebagai agama resmi baik dalam federasi maupun dalam negara bagian masing-masing,dan para sultan diakui sebagai pemimpin agama di negara bagian mereka,yaitu sebagai pembela dan pelindung agama dan kebudayaan Melayu,yang berhak menjalankan kewajiban-kewajiban moral dan agama. Pada tingkat negara, para sultan mendirikan departemen urusan agama dan pengadilan Islam,mengenakan dan mengumpulkan pajak (zakat,atau pajak kekayaan),dan penyebaran agama. Banyak sekali aturan agama diterapkan di tingkat negara dan mencakup perbagai perkara yang sangat beragam dari hukuman karena tidak mengikuti sholat jum’at di mesjid, minum

119


(38)

minuman keras,atau melanggar kewajiban puasa Ramadhan di depan umum,hingga hukuman karena mengajarkan doktrin yang salah,kedapatan berkhalwat dengan seorang wanita bukan muhrim,atau melakukan penghinaan terhadap para pejabat agama atau terhadap Islam.120

Konstitusi ini merupakan perwujudan realitas politik dan sosial masyarakat,dan mencerminkan kesalinghubungan antara identitas nasional,agama,dan etnik. Seperti dikemukakan Fred R. Von der Mehden,”fakta pertama dalam kehidupan politik dan sosial di Malaysia adalah hubungan antara agama dan etnik”.121

Politik Malaysia mencerminkan dikotomi etnik Melayu dan politik akomodasi turunannya. Dikotomi etnik Melayu,dengan akomodasi komunal dan konfliknya bakal terus memainkan peranan penting dalam perkembangan politik Malaysia dan berperan sebagai katalisator utama pribumi bagi kebangkitan Islam.

Ketegangan-ketegangan internal yang diakibatkan oleh dikotomi etnik dalam masyarakat Malaysia meledak pada tahun1969. Kerusuhan etnik antara orang-orang Melayu dan Cina di Kuala Lumpur menandai titik balik dalam politik Malaysia. Sementara kaum Muslim Melayu,yang kebanyakan tinggal di pedesaan dan bertani, mendominasi pemerintahan dan politik,komunitas Cina dan India yang berbasis kota meraih kemakmuran dan menonjol di bidang ekonomi dan pendidikan. Ketegangan ekonomi Malaysia akibat adanya kesenjangan yang begitu besar dan semakin terasa kehadirannya, dan meningkatnya tingkat kehidupan ”orang-orang asing” itu, menyulut kerusuhan anti Cina yang menyebabkan ratusan orang mati atau terluka, dibubarkannya parlemen selama hampir dua tahun, diberlakukannya keadaan darurat, dan dilakukannya usaha-usaha oleh pemerintah untuk menangani isu persamaan komunal. Persepsi Islam sebagai agama penduduk pribumi yang terancam, yang

120 Ibid., 121


(39)

kebanyakan tinggal di pedesaan, miskin,dan tidak pandai berdagang telah menumbuhkan sikap defensif yang menjadi landasan politik,kebijakan publik,dan pendirian yang didukung oleh ras Melayu.122

Berkebalikan dengan kebanyakan negeri Muslim yang lain,kebangkitan kembali Islam di Malaysia merupakan kebangkitan religioetnik. Banyak faktor dari dalam negeri maupun internasional berperan pada era 1970-an dan 1980-an yang mengakibatkan timbulnya kebangkitan kembali Islam/Melayu yang agama,ekonomi,bahasa,dan kebudayaan saling berkaitan. Pemerintah menjalankan program reformasi ekonomi dengan sasaran meningkatkan usaha orang-orang Melayu dan Bumiputra lain. Kebijakan Ekonomi Nasional (NEP),suatu rancangan langkah-langkah menyangkut hak-hak istimewa,kuota, serta subsidi untuk meningkatkan ekonomi dan pendidikan guna mengubah ”ketidakseimbangan” antara komunitas Melayu dan komunitas-komunitas lain. Meskipun fokus pertama program itu adalah pembangunan sosio-ekonomi Melayu,promosi bahasa dan nilai-nilai budaya Melayu semakin menguatkan ikatan antara agama dan etnik, proses ini dengan tekanan pada bahasa Melayu,sejarah,kebudayaan,dan agama,memperkuat kebanggaan,identitas dan solidaritas Melayu. Nasionalisme Melayu dan Islam,yang merupakan unsur terpenting dalam identitas budaya Melayu,menjadi kekuatan ideologi dan politik yang semakin besar.

Dinamika kebangkitan kembali Melayu-Islam terutama tampak dikalangan generasi muda, yaitu para mahasiswa dan lulusan universitas Melayu pada periode pasca 1969. Kebangkitan Islam di Malaysia lebih jauh diperkuat dengan kembalinya para mahasiswa dari tempat belajar mereka di Amerika Serikat dan Inggris,yang

122


(40)

sangat terpengaruh oleh para mahasiswa dan negara-negara Muslim lain dan juga oleh tulisan dan pemikiran para aktivis Islam dari Arab,Iran dan pakistan.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia Muslim lain juga mempengaruhi kebangkitan Islam di Malaysia. Perang Arab-Israel tahun 1967 dan embargo minyak Arab tahun 1973, menggugah simpati rakyat Islam dan menguatkan ikatan pemerintah dan nonpemerintah dengan dunia Arab dan dunia Muslim yang lebih luas. Program Islamisasi Pakistan di bawah Jenderal Zia Ul-Haq (1977-1988) dan ”revolusi Islam” Iran tahun 1978-1981 sangat dikenal oleh para pemimpin Malaysia. Peristiwa-peristiwa Internasional ditambah dengan meluasnya komunikasi massa, memberikan sumbangan penting bagi terjadinya transformasi di Malaysia.123

Kebangkitan Islam di Malaysia juga ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi dakwah yang menyeru kepada penegakan Islam di Malaysia seperti Darul Arqam dibawah pimpinan Ustad Ashaari Muhammad, ABIM dibawah pimpinan Anwar Ibrahim,dan tidak ketinggalan Partai Islam se-Malaysia (PAS).

Untuk melihat relevansi masyarakat madani di Malaysia maka kita harus terlebih dahulu mengetahui dan menelaah problema yang terjadi di negara ini. Problema tersebut antara lain,pertama, dalam masyarakat Malaysia korupsi bukan suatu hal yang baru lagi,korupsi sudah semakin menjadi-jadi dalam beberapa institusi penting negara yang sekiranya tidak ada tindakan tegas akan menjadi satu sistem yang diterima masyarakat dan akhirnya akan menghancurkan negara. Dari pejabat tanah hingga ke peringkat tertinggi kerajaan yang melibatkan menteri, korupsi semakin mengancam norma-norma masyarakat.

Gejala korupsi dalam pemerintahan Malaysia memang sulit diberantas karena pelakunya adalah orang-orang politik. Rusaknya moralitas anggota-anggota politik ini

123


(41)

menyebabkan Malaysia disebut sebagai negara yang sedang sakit (sick of nation).124 Terlampau banyak skandal korupsi yang melibatkan menteri dan tokoh korporat tetapi yang peliknya tidak ada seorangpun yang mencoba membawa kasus korupsi ini ke pengadilan.

Sehingga Anwar membentangkan Rang Undang-Undang Anti Rasuah, tidak pernah ada tindakan serius kerajaan pimpinan Mahathir untuk menghapuskan korupsi. Pembentangan Rang Undang-Undang ini adalah bentuk sumbangan terbesar Anwar dalam memperjuangkan isu korupsi. Semua ini beliau lakukan untuk mewujudkan kerajaan yang bersih dan supaya rakyat yakin dengan kerajaan.125

Kedua, kemajuan negara dan proses urbanisasi yang amat pantas juga membawa kepada keruntuhan akhlak di kalangan remaja. Isu-isu seperti penyalahgunaan obat, kekerasan rumahtangga, kelahiran anak di luar nikah, seks luar nikah dan sebagainya adalah isu yang amat serius yang bisa menghancurkan negara. Menyadari akan hakikat bahwa remaja adalah aset masa depan negara, Anwar sendiri mengambil inisiatif menghapuskan penyakit sosial dengan adanya Jawatankuasa Kabinet Menangani Masalah Sosial dan melancarkan beberapa program di peringkat nasional disamping memperuntukkan jutaan ringgit untuk menghapuskan penyakit sosial ini.

Ketiga, kemajuan ekonomi tidak memberi makna apa-apa sekiranya kerajaan tidak berpegang pada prinsip-prinsip demokrasi. Kelahiran golongan berpendidikan tinggi dan golongan ”middle class” menunutut kerajaan untuk memerintah dengan lebih demokratik dan menghormati serta memberi perhatian kepada setiap pandangan dan kritikan terhadap dasar-dasar negara. Sebagai negara yang semakin

124

Warjio. Hubungan Pemilu,Kerusuhan Etnik dan Partai Islam: Studi Kasus Partai Islam seMalaysia. Dalam Politea. Jurnal Ilmu. Politik. Medan : Jurusan Ilmu Politik FISIP USU. 2005. Hal. 9

125

Nazim Abdul Rahman. Anwar dan Masa Depan Malaysia. http://www.malaysia.net/lists/sangkancil/19999-07/msg00940.html


(42)

maju,gelombang kebangkitan masyarakat untuk turut terlibat secara langsung dalam proses politik dan menentukan haluan negara melalui berbagai instrumen demokrasi. Anwar sadar bahwa rakyat hari ini bukan lagi rakyat semasa paska kemerdekaan yang memungkinkan pemerintah bersikap autoritarian dalam melaksanakan dasar-dasar negara karena rakyat pada masa itu mungkin tidak begitu memahami ”the complexity of governing a country”. Cara-cara yang tidak demokratik da penggunaan undang-undang yang bertujuan menghalangi rakyat menyampaikan pendapat dan menyuarakan pendangan dengan bebas ala Mahathir sudah lapuk ketika negara memasuki milenium baru.

Atas kesadaran ini, Anwar memperkenalkan gagasan masyarakat madani yaitu masyarakat yang bebas bersuara menegur pemimpin, mengkritik dasar-dasar negara, masyrakat dimana institusi demokrasi dihormati,kerajaan yang adil, pemerintahan berdasarkan undang-undang dan bukan pemerintahan oleh undang-undang (rule of law not rule by law),masyarakat yang maju ekonominya,sains dan teknologi. Beliau amat menentang pemerintahan yang otoritarian seperti yang berlaku dalam pemerintahan Mahathir yang sebenarnya menghalangi kemajuan karena pemerintahan yang tidak demokratik akan menyebabkan daya pemikiran masyarakat terkekang. Karena ruang yang terbuka luas untuk masyarakat bersuara dalam menyatakan pendapat mereka yang akan menjamin negara terus maju. Tidak ada negara yang bisa maju jika rakyatnya bodoh dan tidak memiliki daya intelektual yang tinggi. Sebab itu sejak sekian lama Anwar secara tidka langsung melalui ucapan-ucapannya menyatakan pandangan yang menggambarkan ketidaksetujuan beliau tentang cara pemerintahan Dr. Mahathir.

Pada tahun 1996 ketika persidangan antarbangsa ”The Philipine Revolution and Beyond” di Manila, Anwar Ibrahim menyebutkan,


(43)

“It is essential that power be vested in a democratically constituted authority rather than in

the hands of an individual. Power personalized is power plundered from the people. Democracy

is not luxury that Asians cannot afford, as some would have us believe…….The fact that

democracy is often abused,leading to chaos and paralysis,does not mean that dictatorship is the answer. Rather the solution lies in purging democracy of its excesses,such as unbridled individualism at the expense of the rights and the legitimate interests of the majority. Thus democracy must be revitalised by infusing it with ethical principles and moral uprightness.” 126

Dalam rangka pengembangan masyarakat Madani di Malaysia ini adalah hal yang relevan hubungan antara Negara dan masyarakat yang tidak selalu berpijak pada pemahaman dimana keduanya memiliki hubungan positioning yang berlawanan, lagi pula perjuangan masyarakat madani dalam menuntut demokrasi tidak harus dengan cara kekerasan atau radikal,atau menjurus pada tindakan mengubah system secara revolusioner. Sebab didalam system pun ada elemen-elemen tertentu yang mendukung,yang sebenarnya memiliki kaitan erat dengan peluang demokratisasi. Kendati terdapat dominasi negara yang cukup kuat seperti dalam intrumen hukum dan sebagainya.

Proses pembangunan juga merupakan instrumen yang penting dalam pembentukan masyarakat madani. Pembangunan ekonomi telah menciptakan kesempatan yang tidka terduga bagi masyarakat untuk membangun diri mereka sendiri. Infrasturktur ekonomi yang kuat jelas merupakan modal yang penting untuk membangun kemandirian dan keswadayaan masyarakat. Dengan program NEP yang pernah diterapkan di Malaysia maupun program ”visi 2020” menjadikan Malaysia berhasil menangani krisis ekonomi yang pernah melanda kawasan ini dan menjadikan Malaysia sebagai sebuah negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat ekonomi

126 Ibid.,


(44)

yang tinggi,dan kemajuan ekonomi seperti ini jelas membantu dalam proses perwujudan masyarakat madani.

Pembangunan pendidikan juga dapat menciptakan masyarakat semakin kritis untuk secara politik mencapai kemandirian. Munculnya kaum intelektual dari kalangan anak muda telah memberikan suatu harapan baru bagi rakyat Malaysia untuk menjadikan Malaysia sebagai negara yang lebih demokratis.

Permasalahannya sekarang adalah pemerintah seolah menutup mata melihat kesadaran demokrasi yang semakin berkembang dalam masyarakat Malaysia, bahkan pemerintah menekan daya kritis masyarakat dengan membatasi kesempatan mereka untuk menyampaikan pendapat. Termasuk dalam hal menekan kebebasan pers yang menjadi simbol dari daya kritis masyarakat.

AS Hikam seorang tokoh Indonesia yang cukup konsisten dalam mengkaji masyakat madani mengatakan bahwa setidaknya ada tiga elemen (aktor) politik yang sebenarnya dapat diharapkan menjadi motor demokratisasi di negara berkembang, yaitu kaum cendekiawan dan akademisi, kelas menengah secara umum, maupun elemen politik arus bawah terutama buruh dan tani.127

Dapat kita arahkan kedalam kondisi Malaysia, bahwa yang dapat menjadi motor demokratisasi untuk mewujudkan masyarakat Madani adalah kaum intelektual,kaum ulama,middle class maupun etnik Melayu.

Masyarakat Madani adalah impian Anwar Ibrahim untuk dapat diterapkan di Malaysia,Anwar Ibrahim berharap agar Malaysia dapat menjalankan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Kondisi Malaysia yang pluralistik dari segi agama maupun etnik menjadikan Malaysia memungkinkan untuk menciptakan masyarakat madani di Negara tersebut. Hanya saja kendala yang ada adalah

127

Muhammad AS Hikam. Masyarakat Madani dan Demokrasi. Dalam Adi Suryadi Culla. Masyarakat Madani. Pemikiran,teori dan relevansinya dengan cita-cita reformasi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. 1999. Hal.134


(45)

pemerintahan Mahathir yang otoriter telah membatasi beberapa aspek pembentuk masyarakat madani seperti kebebasan pers yang dikekang,hukum yang masih menjadi milik orang-orang yang berkuasa dan lain sebagainya. Namun,Malaysia tetap memiliki masa depan yang cerah dalam mewujudkan masyarakat madani.


(1)

7. Untuk adik-adik ku di Ilmu Politik, Ika, Novi, Wulan, Vina dan yang lainnya. Adik-adikku di Komunikasi, Arifah,Afifah,Dea,Wana. Adik-adikku di Kessos, Dewi, Adel. Tetap istiqamah ya dek? Tetap semangat!!!!

8. Untuk teman-teman seperjuangan anis di UKMI As-Siyasah FISIP USU. Astifa (afwan ya ukh,anis ambil start duluan wisudanya. Ayo cepetan wisudanya), Saras mitha yang lucu,ayo neng lekas-lekas di selesaikan skripsinya, Iffah maaf ya kalau anis sering mengecewakan Iffah (jangan males ngerjain skripsinya dong Fah,ayo harus bisa bagi waktu). Yelmis (kapan ni nyusul?), Siti,Fiqi,Widi,Indah,Nazlia,Eli,Siska. Tetap semangat ya! Ingat ! ”Dakwah gak butuh kita tapi kita yang butuh dakwah”. Teruskan perjuangan kita untuk menjadikan FISIP sebagai kampus Islami. Allahu Akbar!!!!!!!!!!  afwan ya kalau ada nama yang gak disebut.

9. Untuk Kawan-kawan di CERIC FISIP USU, Siti, Fiqi, Iffah, Iqbal, Mulya, Rasadi, Arif. Maaf ya belakangan ini kakak hilang ditelan bumi.

10.Untuk saudara-saudara anis di YP2M. Bu Teteh, Kak Anim, Kak Dijah, Kak Nuri, Asti, Iffah, Yolanda. Terimakasih atas kebersamaannya. Dan juga kepada mbak-mbak jamu di Halat dan Karya Tani,terimakasih karena anis banyak belajar dari kalian 

11.Untuk kawan-kawan di FLP, kak Yuyun, Kak Ifa, Bang Fadli, Bang Sukma, Robi, Asti dan yang lainnya. Maaf ya anis gak pernah muncul lagi ni di Rumcay. Dah kangen ni sama kalian semua. 

12. Buat nenekku tersayang,makasi atas semua doa’ yang tak pernah berhenti untuk cucumu yang bendel ini. Untuk Umi ku terkasih, anis Cuma mo bilang ”Umi Ndut”.


(2)

13.Untuk keluarga besar ku di Medan, keluarga Pakde Lilik, Pakde Indun dan semuanya yang gak bisa disebutin satu persatu disini.

14.Untuk keluarga Abah dan Uwak Utun , Kak Afni dan Bang Zen, Tari dan Arif di Perawang. Anis kangen ni pengen kesana lagi  Oya untuk si kecil Salsabila, gak pernah ketemu ni kakak pengen nyubit pipinya. Tunggu kakak di perawang ya.

15.Untuk teman yang tidak akan pernah anis lupakan, chayo buat teman-teman di asrama. Buat Sari (bibik yang mentel,ayo cepetan dong seminar biar cepet nyusul ni), Amah (si kiting yang baik hati,target harus dicapai buk!), Amel (kurangi volume suara mel), K’ Riri (wisudanya barengan ni), Siah (Ayo cepetan nyusul), K’Dina, Lili, Lia, Tika, K’ Umi (walaupun dah gak sama-sama lagi,mudah2an ukhuwah kita tetap terjaga ya kak), Leni (Kangen ni ), dan buat kakakku yang cerewet tapi selalu ngingetin anis kalau anis salah,kak wirwir, walaupun dirimu nun jauh disana tapi terasa dekat di hati,mudah2an ukhuwah kita terus terjalin ya kak. Bu dosen kapan ni launching gaji pertama? 

16.Dan yang tidak bisa anis lupakan sahabat anis Ari dan Afni. I luv u all. Amah, Mira, Heni, Lia dan semua temen-temen SMUNDA, kapan kita reunian lagi?


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan………. i

Pernyataan……….. ii

Persembahan... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vii

Lampiran... ix

Abstrak... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 8

1.3 Pembatasan Masalah……….. 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 9

1.4.1 Tujuan Penelitian………. 9

1.4.2 Manfaat Penelitian………... 10

1.5 Tinjauan Pustaka……….... 10

1.5.1 Konsep Masyarakat Sipil……… 10

1.5.2 Konsep Masyarakat Madani………... 16

1.6 Metodologi Penelitian……….... 22

1.6.1 Jenis Penelitian……….……….…... 22

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data….………... 25

1.6.3 Teknik Analisa Data………... 25

BAB II : BIOGRAFI POLITIK ANWAR IBRAHIM 2.1 Latar Belakang Pendidikan... 28

2.2 Pendirian ABIM... 30

2.3 Karir Politik Anwar Ibrahim... 32

2.3.1 Karir Politik Anwar di Pemerintahan... 35

2.3.2 Karir Politik Anwar di UMNO... 37

2.4 Pemecatan Anwar Ibrahim dan Suara Reformasi... 40

2.5 Karir Politik Anwar setelah Keluar dari Penjara... 51


(4)

2.5.1.1 Latar Belakang Partai Rakyat Malaysia (PRM)... 54

2.5.1.2 Latar belakang Partai Keadilan Nasional (KeADILan)... ... 56

2.5.1.3 Kerjasama KeADILan dan PRM... 57

2.5.2 Pemilihan Umum Malaysia... 59

BAB III ANALISIS DATA 3.1 Pemikiran Politik Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani... 61

3.1.2 Perkembangan Masyarakat Madani... 66

3.2 Masyarakat Madani dan Demokrasi... 78

3.3 Relevansi Masyarakat Madani dengan Politik di Malaysia... 90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan... 101 4.2 Saran... 1 04

DAFTAR PUSTAKA


(5)

LAMPIRAN Foto-foto Anwar Ibrahim

 Anwar Ibrahim

 Anwar Ibrahim digandeng masuk ke Mahkamah

 Anwar Ibrahim dalam tahanan Polisi ”Mesra”

 Anwar Ibrahim setelah bebas

 Wan Azizah Wan Ismail (Istri Anwar Ibrahim)

 Anwar bersama Istri di Munich setelah operasi tulang belakang (2004)

 Anwar di Perhimpunan BERSIH

 Anwar Ibrahim bersama Kofi Anan

 Anwar Ibrahim bersama anaknya di washington DC

 Anwar Ibrahim bersama anaknya di Afrika Selatan setelah bebas dari penjara

 Anwar Ibrahim di Stanford

 Anwar Ibrahim bersama masyarakat Islam Cape

 Anwar Ibrahim bersama komunitas India di Ijok

 Anwar Ibrahim bersama Partai Keadilan Rakyat merayakan tahun baru cina

 Dialog di London School of Economic

 Anwar Ibrahim dalam seminar tentang Demokrasi di Negara Muslim

 Anwar Ibrahim di Bangkok,Thailand

 Anwar Ibrahim di Manila, Filipina

 Bendera Barisan Alternatif (BA)

 Petikan Wawancara Anwar Ibrahim dengan Ahmad Muhajir yang diterbitkan di Media Indonesia

 Tulisan Anwar Ibrahim yang berjudul ”Politik Perbandingan :Perbandingan Masyarakat Sivil dan Masyarakat Madani


(6)

ABSTRAKSI

Judul : Pemikiran Politik Anwar Ibrahim Tentang Masyarakat Madani dan Relevansinya dengan Politik di Malaysia

Nama : Anisma Zulfiani Nim : 040906069 Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang mengkaji pemikiran seorang tokoh. Salah satu bentuk kajian dalam pemikiran tokoh adalah studi tokoh. Studi tokoh adalah pengkajian secara sistematis terhadap pemikiran/gagasan seorang pemikir,keseluruhannya atau sebahagiannya. Pengkajian meliputi latar belakang internal,eksternal,perkembangan pemikiran,hal-hal yang diperhatikan dan kurang diperhatikan,kekuatan dan kelemahan pemikiran tokoh,serta kontribusinya bagi zamannya,dan masa sesudahnya.

Kajian mengenai studi tokoh menjadi demikian penting di setiap zaman. Itulah sebabnya mengapa banyak sekali studi yang dilakukan para sarjana mengenai tokoh-tokoh besar sepanjang sejarah. Salah satu tokoh yang hidup di era sekarang yang mempunyai nama di dunia Internasional dan memberi pengaruh yang luar biasa terhadap orang banyak dengan pemikirannya adalah Anwar Ibrahim seorang tokoh muslim dari Malaysia.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemikiran Anwar Ibrahim tentang konsep masyarakat Madani,perkembangan masyarakat madani serta relevansi masyarakat madani dengan politik di Malaysia. Metode yang dipakai adalah Library research dengan bentuk analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Semoga tulisan ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi tokoh khususnya ilmu politik.