Pengaruh Profitabilitas, Kecukupan Modal, dan Likuiditas terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profitabilitas
2.1.1 Pengertian Profitabilitas
Menurut
Prawironegoro
(2006:55),
profitabilitas
ialah
kemampuan
manajemen untuk memperoleh laba. Dari pendapat kedua ahli dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas adalah kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh
laba melalui penjualan, aktiva dan modal sendiri. Menurut Harahap (2006: 304)
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Profitabilitas suatu perusahaan
dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh
dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset).
Dalam kegiatan operasi perusahaan, profit merupakan elemen penting
dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan
memperoleh laba dengan menggunakan semua sumberdaya perusahaan maka
tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya
tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.
Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan
beban. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio
rentabilitas.
13
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan atau memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain
itu, tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk melakukan
pendanaan
internal
maupun
eksternal.
Perusahaan
harus
meningkatkan
profitabilitas perusahaan tersebut oleh karena itu, para kreditur, pemilik
perusahaan, dan khususnya pihak manajemen perusahaan akan berusaha
meningkatkan profitabilitas perusahaan (Syamsuddin, 2007:59).
2.1.2 Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberika tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan
rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. penggunaan rasio profitabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan antara berbagai komponen yang ada di laporan
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan dan laporan laba rugi.
Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah
agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Menurut Sartono (2008:122), menyatakan bahwa rasio profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
14
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sugiono dan Untung, (2008: 70) ada beberapa rasio profitabilitas yang
dapat digunakan, diantaranya adalah Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Cash
Flow Margin, Return On Asset dan Return On Equity.
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on asset
(ROA). Return on asset adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva, atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan total
aset. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan aset. Begitu juga sebaliknya bila ROA kecil maka tingkat keuntungan
yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik.
Hanafi
(2008:42) menyatakan bahwa Return on Assets mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Menurut Fahmi (2012: 98) Return on asset sering juga disebut sebagai
return on investment, karena Return on Assets ini melihat sejauh mana investasi
yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai
dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset
perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
Selanjutnya,
Dendawijaya
(2009:118) menyatakan bahwa Return on Assets digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Menurut Sartono (2001: 35) menyatakan bahwa Return on Assets
mengukur kemampuan perusahaan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan efisiensi manajeman asset.
15
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rivai et al. (2013: 490) Return on Assets menunjukkan
kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Sehingga Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.2 Kecukupan Modal
2.2.1 Pengertian Permodalan
Permodalan merupakan salah satu sumber dana bank yang berasal dari
modal sendiri dan sering disebut sebagai dana pihak kesatu. Dana tersebut berasal
dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri
maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu
kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut
sudah go public). Modal adalah sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu
badan usaha oleh para pemiliknya untuk melakukan berbagai macam kegiatan
usaha yang akan dilakukannya (Dendawijaya, 2005: 46).
Rivai et al. (2013:
469) menyatakan bahwa permodalan merupakan
penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur saat ini dan
mengantisivasi eksposur risiko dimasa datang. Selanjutnya, Rivai dkk. (2013:
469) menyatakan bahwa capital, untuk memastikan kecukupan modal dan
cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul .
modal merupakan
benteng pertahanan bagi bank.
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Rasio Kecukupan Modal
Rasio kecukupan modal (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menyanggah atau menunjang aktiva
yang mengandung resiko (terutama kredit dan aktiva lainnya seperti penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain). Rasio ini juga merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian bank yang disebankan oleh aktiva yang beresiko (Dendawijaya
2005:121).
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562), CAR merupakan rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan
modal
yang
mencukupi
dan
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan
keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki. Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tercantum bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari aset tertimbang. Dalam menghitung aktiva tertimbang
menurut resiko, terhadap masing-masing aktiva diberikan bobot resiko yang
besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri
atau bobot resiko yang didasarkan pada kadar resiko yang didasarkan pada
golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan (Siamat 2005:254).
Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk
memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada
masa yang akan datang. Jadi dapat disusun sebuah logika bahwa dengan
17
Universitas Sumatera Utara
tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya
dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien dalam menjalankan operasinya, maka
dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus, sehingga
potensi untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin kecil
kerugian yang dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut
semakin meningkat. Menurut Rivai et al. (2013: 472) menghitung kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio) dengan rumus sebagai berikut:
2.3 Likuiditas
2.3.1 Pengertian Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Menurut Rivai et.al. (2013: 145) likuiditas adalah kemampuan
manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi
kewajibannya setiap saat.
Pentingnya bank mengelola likuiditas secara baik
terutama ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh
adanya kekurangan. Dalam mengelola likuiditas, selalu akan terjadi benturan
kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan
pendapatan.
Bank yang selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditasnya akan cenderung
memelihara alat likuid yang relatif besar dari yang diperlukannya dengan maksud
untuk menghindari kesulitan likuiditas. Namun, disisi lain bank juga diharapkan
pada biaya besar berkaitan dengan pemeliharaan alat likuid yang berlebihan. Oleh
18
Universitas Sumatera Utara
karena itu, dalam manajemen likuiditas perlu adanya keseimbangan antara dua
kepentingan tersebut.
Menurut Rivai dkk. (2013: 482) menyatakan bahwa
likuiditas untuk memastikan dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban
dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup. Selanjutnya, Rivai
et.al (2013: 482) menyatakan bahwa penilaian likuiditas merupakan penilaian
terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas
yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas.
Bank dikatakan
likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harga lancar lebih besar
dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.
2.3.2 Rasio Likuiditas
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas
perusahaan perbankan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit
Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas. Rasio tersebut dipergunakan
untuk melihat kemampuan bank dalam memenuhi tingkat kredit yang diminta
dengan menggunakan dana pihak ketiga yang tertanam di bank tersebut.
Menurut Rivai et.al. (2013: 484) menyatakan bahwa Loan to Deposit
Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena
itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar.
19
Universitas Sumatera Utara
Dendawijaya (2009: 257) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank.
Rasio LDR dapat dihitung dengan menggunakan
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Kredit
yang diberikan tersebut tidak termasuk kredit yang diberikan terhadap bank lain.
Dan dana pihak ketiga disini mencakup giro, tabungan dan deposito. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar pendanaan pinjaman yang yang
diberikan oleh bank yang bersumber dari pihak ketiga
Rivai et.al. (2013: 484) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak
termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain). Dana pihak ketiga mencakup
giro, tabungan, deposito, (tidak termasuk antar bank). Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 ketentuan dalam tata cara penilaian tingkat
kesehatan sebagai berikut:
1.
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2.
Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.
. Rasio ini menjadi sangat penting karena juga menggambarkan intensitas
fungsi
intermediary
bank
dalam
menyalurkan
kredit kepada masyarakat
(debitur).
20
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2013:132) tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari
hasil rasio likuiditas sebagai berikut :
1.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
membayar kewajiban sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu
yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban
yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan atau utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
4.
Untuk mengukur atau membandingkan anatara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7.
Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
21
Universitas Sumatera Utara
8.
Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
2.4 Harga Saham
2.4.1 Pengertian Harga Saham
Menurut Hartono (2011 : 143) mendefinisikan harga saham harga saham
merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham
tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal.
Sedangkan menurut Sartono (2008 : 41) mendefinisikan harga saham sebagai nilai
sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.
Kemudian, Anoraga dan Parakti (2006: 59) mengemukakan bahwa harga
per lembar saham (Market Price Per share) merupakan harga pada pasar rill dan
merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup,
maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga saham adalah
harga selembar saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu.
2.4.2 Jenis-Jenis Saham dan Harga Saham
Menurut Martono dan Harjito (2007: 367), saham dapat dibedakan
menjadi:
22
Universitas Sumatera Utara
1.
Berdasarkan cara pengalihannya
a.
Saham atas unjuk (Bearer stock)
saham atas untuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip uang. Pemilik
saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya.
Karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta
gantinya.
b.
Saham atas nama (Registered stock)
Di sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan
dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku
perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham
tersebut hilang, pemilk dapat meminta gantinya.
2.
Berdasarkan manfaatnya
a.
Saham biasa
Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa
antara lain: saham unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang
stabil, dan lain-lain.
b.
Saham preferen (Prefered stock)
Saham preferen terdiri beberapa jenis, antara lain; saham prefer kumulatif,
saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain
Sedangkan harga saham menurut Sawidji Widoatmojo (2012:91) harga
saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
23
Universitas Sumatera Utara
1.
Harga Nominal
Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2.
Harga Perdana
Harga perdana adalah harga yang didapatkan pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek.
3.
Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham
di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan. Menurut Brigham
dan Houston (2006: 33) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama
yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan
yang mempengaruhi harga saham yaitu:
1.
Seluruh aset keuangan perusahaan, termasuk saham dalam menghasilkan arus
kas
2.
Kapan arus kas terjadi, yang berarti penerimaan uang atau laba untuk
diinvestasikan kembali untuk meningkatkan tambahan laba
3.
Tingkat risiko arus kas yang diterima. Sedangkan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi harga saham adalah batasan hukum, tingkat umum aktivitas
ekonomi, undang-undang pajak, tingkat suku bunga dan kondisi bursa saham
24
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
adalah:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1
2.
3
Peneliti/Tahun
Arnanto
(2013)
Husaini
(2012)
Anisma
(2012)
Judul
Penelitian
Pengaruh Rasio
Profitabilitas
dan
Rasio
Leverage
Terhadap Harga
Saham
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa
Efek
Indonesia
Pengaruh Return
on
Assets,
Return
on
Equity,
Net
Profit Margin,
dan Earning Per
Share Terhadap
Harga
Saham
Perusahaan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Harga
Saham
Perusahaan
Perbankan yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
Variabel
Penelitian
Dependen:
Harga Saham
Teknik
Analisis
Analisis
Regresi Linear
Berganda
Independen:
1. ROA
2. EPS
3. DER
Dependen:
Harga Saham
Independen:
1. Return on
Assets
2. Return on
Equity
3. Net Profit
Margin
4. Earning
Per Share
Dependen:
Hargam
Independen:
1. CAR
2. KAP
3. ROE
4. LDR
5. RORA
6. NPN
7. BOPO
Hasil Penelitian
1. Return on Assets berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
2. Earning Per Share berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
3. Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham
Analisis
Regresi Linear
Berganda
1. Return on Assets berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham.
2. Return on Equity tidak berpengaruh
signifikan terhadp Harga Saham
3. Net Profit Margin tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
4. Earning Per Share berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
Analisis
Regresi Linear
Berganda
1. Return on Assest berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
2. Return on Risked Assets berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
3. Net Profit Margin berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
4. BOPO berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham
5. Capital Adequacy Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham.
6. Kualitas Aktiva Produktif tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham.
7. Loan to Deposit Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham
25
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
4
5
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
Sari (2013)
Pengaruh
Profitabilitas,
Kecukupan
Modal,
dan
Likuiditas
Terhadap Harga
Saham
(Perusahaan
Perbankan Yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)
The Performance
of Stock and the
Indicators
Shamsudin et.al
(2013)
Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis
Dependen:
Harga Saham
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Independen:
1. ROA
2. CAR
3. LDR
Dependen:
Stock Price
Regression
Analysis
with STATA
Independen:
1. ROA
2. TATO
3. LDR
6
7
Dadrasmoghadam
and Akbari
(2015)
Idawati dan
Wahyudi (2015)
Relationship
between
Financial Ratios
in
The
Stock
Prices
of
AgricultureRelated
Campanies
Accepted on the
Stock Exchange
for Iran
Dependen:
Stock Price
Effect of Earning
Per Share and
Return on Assets
against
Share
Price on Coal
Mining Company
Listed
in
Indonesia Stock
Exchange
Dependen:
Stock Price
panel data
methods
Independen:
1. CR
2. AR
3. ROA
4. ROE
5. DER
Independen:
1. EPS
2. ROA
panel data
methods
Hasil Penelitian
1. Return on Assets
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Harga
Saham
2. Capital Adequacy Ratio
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Harga
Saham
3. Loan to Deposit Ratio
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Harga
Saham
1. Return on Assets is
significant impact on
stock price.
2. Total Assets Turn Over is
significant impact on stock
price.
3. Loan to Deposit Ratio is
not significant impact on
stock price.
1. Current Ratio have a
significant effect on stock
prices.
2. Activity Ratio is
significant negative
correlation with stock
prices.
3. Returnt on Assets have a
significant effect on stock
prices.
4.Return on Equity
significant positive
correlation with stock
prices.
5. Debt Ratio have a
significant on stock prices.
1. Earning Per Share is a
positive relationship on
stock prices. Partial test
EPS a significant effect on
stock price.
2. Return on Assets is a
positive relationship on
stock prices. Partial test
ROA not significant effect
on stock price..
26
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
8
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
Gharaibeh (2014)
Capital Structure,
Liquidity,
and
Stock Returns
Variabel
Penelitian
Dependen:
Stock Return
Independen:
1. Capital
Stucture
2. Liquidity
Teknik
Analisis
Multiple
Regression
Analysis
Hasil Penelitian
1. Capital Structure (Debt
Ratio) is a positive
relationship but not
significant with stock
return.
2. Liquidity is a positive
and significant
relationship with stiock
return.
2.6 Kerangka Konseptual
Harga saham perusahan merupakan indikator tinggi atau rendahnya nilai
suatu perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan dengan harga saham yang tinggi
menunjukkan tingginya permintaan pasar terhadap saham perusahaan seperti
dikemukakan oleh Jogiyanto (2011 : 143) yang menyatakan bahwa harga saham
merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham
tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal.
Perubahan yang terjadi pada harga saham baik meningkat maupun
menurun tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah tingkat
profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Return on Assets
(ROA). Return on Assets merupakan rasio yang mengukur tingkat keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan jumla aset yang dimiliki.
Semakin tinggi nilai Return on Assets menunjukkan bahwa perusahaan mampu
mengelola aset dengan efisien sehingga menghasilkan keuntungan.
Semakin
tinggi nilai ROA akan menarik para investor untuk membeli saham perusahaan
karena nilai ROA menggambarkan kinerja perusahaan dalam meperoleh laba.
27
Universitas Sumatera Utara
Para investor tentunya menginginkan return yang tinggi dan cepat sehingga
dengan meningkatnya permintaan terhadap saham perusahaan maka harga saham
akan mengalami peningkatan.
Faktor lainnya yang turut berdampak pada harga saham adalah tingkat
kecukupan modal perusahaan perbankan. Tingkat kecukupan modal yang diukur
dengan Capital Adequacy Ratio merupakan rasio yang kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebankan
oleh aktiva yang beresiko. Seperti dikemukakan oleh Kuncoro dan Suhardjono
(2002:562), yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio merupakan rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan
modal
yang
mencukupi
dan
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan
keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tercantum
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang. Maka
semakin baik rasio kecukupan modal (CAR) ini, maka akan berdampak pada
kinerja perusahaan yang semakin baik. Kondisi ini akan meningkatkan reputasi
bank di pasar modal sehingga para investor tidak ragu untuk membeli saham
perusahaan hal ini akan meningkatkan harga saham.
Selanjutnya faktor lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham adalah
tingkat likuiditas perusahaan perbakan.
Tingkat likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiaban jangka pendek. Dalam penelitian
28
Universitas Sumatera Utara
ini, tingkat likuiditas perusahaan perbankan diukur dengan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Dendawijaya (2009: 257) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank berarti bahwa bank tersebut
memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajibannya.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat likuiditas suatu bank yang diukur
dengan Loan to Deposit Ratio menunjukkan meningkatnya jumlah kredit yang
dapat disalurkan oleh bank. Dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan,
maka kemungkinan return yang diperoleh dari kredit tersebut akan meningkat
sehingga hal ini akan menciptakan kepercayaan pasar terhadap perusahaan
perbankan yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya harga saham
perusahaan perbankan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Return on Assets
Capital Adequacy Ratio
Harga Saham
Loan to Deposit Ratio
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual
29
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan
di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.
30
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profitabilitas
2.1.1 Pengertian Profitabilitas
Menurut
Prawironegoro
(2006:55),
profitabilitas
ialah
kemampuan
manajemen untuk memperoleh laba. Dari pendapat kedua ahli dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas adalah kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh
laba melalui penjualan, aktiva dan modal sendiri. Menurut Harahap (2006: 304)
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Profitabilitas suatu perusahaan
dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh
dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset).
Dalam kegiatan operasi perusahaan, profit merupakan elemen penting
dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan
memperoleh laba dengan menggunakan semua sumberdaya perusahaan maka
tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya
tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.
Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan
beban. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio
rentabilitas.
13
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan atau memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain
itu, tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk melakukan
pendanaan
internal
maupun
eksternal.
Perusahaan
harus
meningkatkan
profitabilitas perusahaan tersebut oleh karena itu, para kreditur, pemilik
perusahaan, dan khususnya pihak manajemen perusahaan akan berusaha
meningkatkan profitabilitas perusahaan (Syamsuddin, 2007:59).
2.1.2 Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberika tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan
rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. penggunaan rasio profitabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan antara berbagai komponen yang ada di laporan
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan dan laporan laba rugi.
Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah
agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Menurut Sartono (2008:122), menyatakan bahwa rasio profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
14
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sugiono dan Untung, (2008: 70) ada beberapa rasio profitabilitas yang
dapat digunakan, diantaranya adalah Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Cash
Flow Margin, Return On Asset dan Return On Equity.
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on asset
(ROA). Return on asset adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva, atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan total
aset. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan aset. Begitu juga sebaliknya bila ROA kecil maka tingkat keuntungan
yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik.
Hanafi
(2008:42) menyatakan bahwa Return on Assets mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Menurut Fahmi (2012: 98) Return on asset sering juga disebut sebagai
return on investment, karena Return on Assets ini melihat sejauh mana investasi
yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai
dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset
perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
Selanjutnya,
Dendawijaya
(2009:118) menyatakan bahwa Return on Assets digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Menurut Sartono (2001: 35) menyatakan bahwa Return on Assets
mengukur kemampuan perusahaan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan efisiensi manajeman asset.
15
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rivai et al. (2013: 490) Return on Assets menunjukkan
kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Sehingga Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.2 Kecukupan Modal
2.2.1 Pengertian Permodalan
Permodalan merupakan salah satu sumber dana bank yang berasal dari
modal sendiri dan sering disebut sebagai dana pihak kesatu. Dana tersebut berasal
dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri
maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu
kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut
sudah go public). Modal adalah sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu
badan usaha oleh para pemiliknya untuk melakukan berbagai macam kegiatan
usaha yang akan dilakukannya (Dendawijaya, 2005: 46).
Rivai et al. (2013:
469) menyatakan bahwa permodalan merupakan
penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur saat ini dan
mengantisivasi eksposur risiko dimasa datang. Selanjutnya, Rivai dkk. (2013:
469) menyatakan bahwa capital, untuk memastikan kecukupan modal dan
cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul .
modal merupakan
benteng pertahanan bagi bank.
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Rasio Kecukupan Modal
Rasio kecukupan modal (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menyanggah atau menunjang aktiva
yang mengandung resiko (terutama kredit dan aktiva lainnya seperti penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain). Rasio ini juga merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian bank yang disebankan oleh aktiva yang beresiko (Dendawijaya
2005:121).
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562), CAR merupakan rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan
modal
yang
mencukupi
dan
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan
keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki. Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tercantum bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari aset tertimbang. Dalam menghitung aktiva tertimbang
menurut resiko, terhadap masing-masing aktiva diberikan bobot resiko yang
besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri
atau bobot resiko yang didasarkan pada kadar resiko yang didasarkan pada
golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan (Siamat 2005:254).
Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk
memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada
masa yang akan datang. Jadi dapat disusun sebuah logika bahwa dengan
17
Universitas Sumatera Utara
tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya
dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien dalam menjalankan operasinya, maka
dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus, sehingga
potensi untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin kecil
kerugian yang dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut
semakin meningkat. Menurut Rivai et al. (2013: 472) menghitung kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio) dengan rumus sebagai berikut:
2.3 Likuiditas
2.3.1 Pengertian Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Menurut Rivai et.al. (2013: 145) likuiditas adalah kemampuan
manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi
kewajibannya setiap saat.
Pentingnya bank mengelola likuiditas secara baik
terutama ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh
adanya kekurangan. Dalam mengelola likuiditas, selalu akan terjadi benturan
kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan
pendapatan.
Bank yang selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditasnya akan cenderung
memelihara alat likuid yang relatif besar dari yang diperlukannya dengan maksud
untuk menghindari kesulitan likuiditas. Namun, disisi lain bank juga diharapkan
pada biaya besar berkaitan dengan pemeliharaan alat likuid yang berlebihan. Oleh
18
Universitas Sumatera Utara
karena itu, dalam manajemen likuiditas perlu adanya keseimbangan antara dua
kepentingan tersebut.
Menurut Rivai dkk. (2013: 482) menyatakan bahwa
likuiditas untuk memastikan dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban
dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup. Selanjutnya, Rivai
et.al (2013: 482) menyatakan bahwa penilaian likuiditas merupakan penilaian
terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas
yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas.
Bank dikatakan
likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harga lancar lebih besar
dibandingkan dengan seluruh kewajibannya.
2.3.2 Rasio Likuiditas
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas
perusahaan perbankan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit
Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas. Rasio tersebut dipergunakan
untuk melihat kemampuan bank dalam memenuhi tingkat kredit yang diminta
dengan menggunakan dana pihak ketiga yang tertanam di bank tersebut.
Menurut Rivai et.al. (2013: 484) menyatakan bahwa Loan to Deposit
Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena
itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar.
19
Universitas Sumatera Utara
Dendawijaya (2009: 257) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank.
Rasio LDR dapat dihitung dengan menggunakan
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Kredit
yang diberikan tersebut tidak termasuk kredit yang diberikan terhadap bank lain.
Dan dana pihak ketiga disini mencakup giro, tabungan dan deposito. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar pendanaan pinjaman yang yang
diberikan oleh bank yang bersumber dari pihak ketiga
Rivai et.al. (2013: 484) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak
termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain). Dana pihak ketiga mencakup
giro, tabungan, deposito, (tidak termasuk antar bank). Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 ketentuan dalam tata cara penilaian tingkat
kesehatan sebagai berikut:
1.
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2.
Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.
. Rasio ini menjadi sangat penting karena juga menggambarkan intensitas
fungsi
intermediary
bank
dalam
menyalurkan
kredit kepada masyarakat
(debitur).
20
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2013:132) tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari
hasil rasio likuiditas sebagai berikut :
1.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
membayar kewajiban sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu
yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban
yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan atau utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
4.
Untuk mengukur atau membandingkan anatara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7.
Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
21
Universitas Sumatera Utara
8.
Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
2.4 Harga Saham
2.4.1 Pengertian Harga Saham
Menurut Hartono (2011 : 143) mendefinisikan harga saham harga saham
merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham
tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal.
Sedangkan menurut Sartono (2008 : 41) mendefinisikan harga saham sebagai nilai
sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.
Kemudian, Anoraga dan Parakti (2006: 59) mengemukakan bahwa harga
per lembar saham (Market Price Per share) merupakan harga pada pasar rill dan
merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup,
maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga saham adalah
harga selembar saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu.
2.4.2 Jenis-Jenis Saham dan Harga Saham
Menurut Martono dan Harjito (2007: 367), saham dapat dibedakan
menjadi:
22
Universitas Sumatera Utara
1.
Berdasarkan cara pengalihannya
a.
Saham atas unjuk (Bearer stock)
saham atas untuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip uang. Pemilik
saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya.
Karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta
gantinya.
b.
Saham atas nama (Registered stock)
Di sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan
dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku
perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham
tersebut hilang, pemilk dapat meminta gantinya.
2.
Berdasarkan manfaatnya
a.
Saham biasa
Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa
antara lain: saham unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang
stabil, dan lain-lain.
b.
Saham preferen (Prefered stock)
Saham preferen terdiri beberapa jenis, antara lain; saham prefer kumulatif,
saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain
Sedangkan harga saham menurut Sawidji Widoatmojo (2012:91) harga
saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
23
Universitas Sumatera Utara
1.
Harga Nominal
Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2.
Harga Perdana
Harga perdana adalah harga yang didapatkan pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek.
3.
Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham
di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan. Menurut Brigham
dan Houston (2006: 33) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama
yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan
yang mempengaruhi harga saham yaitu:
1.
Seluruh aset keuangan perusahaan, termasuk saham dalam menghasilkan arus
kas
2.
Kapan arus kas terjadi, yang berarti penerimaan uang atau laba untuk
diinvestasikan kembali untuk meningkatkan tambahan laba
3.
Tingkat risiko arus kas yang diterima. Sedangkan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi harga saham adalah batasan hukum, tingkat umum aktivitas
ekonomi, undang-undang pajak, tingkat suku bunga dan kondisi bursa saham
24
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
adalah:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1
2.
3
Peneliti/Tahun
Arnanto
(2013)
Husaini
(2012)
Anisma
(2012)
Judul
Penelitian
Pengaruh Rasio
Profitabilitas
dan
Rasio
Leverage
Terhadap Harga
Saham
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa
Efek
Indonesia
Pengaruh Return
on
Assets,
Return
on
Equity,
Net
Profit Margin,
dan Earning Per
Share Terhadap
Harga
Saham
Perusahaan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Harga
Saham
Perusahaan
Perbankan yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
Variabel
Penelitian
Dependen:
Harga Saham
Teknik
Analisis
Analisis
Regresi Linear
Berganda
Independen:
1. ROA
2. EPS
3. DER
Dependen:
Harga Saham
Independen:
1. Return on
Assets
2. Return on
Equity
3. Net Profit
Margin
4. Earning
Per Share
Dependen:
Hargam
Independen:
1. CAR
2. KAP
3. ROE
4. LDR
5. RORA
6. NPN
7. BOPO
Hasil Penelitian
1. Return on Assets berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
2. Earning Per Share berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
3. Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham
Analisis
Regresi Linear
Berganda
1. Return on Assets berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham.
2. Return on Equity tidak berpengaruh
signifikan terhadp Harga Saham
3. Net Profit Margin tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
4. Earning Per Share berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
Analisis
Regresi Linear
Berganda
1. Return on Assest berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
2. Return on Risked Assets berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
3. Net Profit Margin berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham
4. BOPO berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham
5. Capital Adequacy Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham.
6. Kualitas Aktiva Produktif tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham.
7. Loan to Deposit Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham
25
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
4
5
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
Sari (2013)
Pengaruh
Profitabilitas,
Kecukupan
Modal,
dan
Likuiditas
Terhadap Harga
Saham
(Perusahaan
Perbankan Yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)
The Performance
of Stock and the
Indicators
Shamsudin et.al
(2013)
Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis
Dependen:
Harga Saham
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Independen:
1. ROA
2. CAR
3. LDR
Dependen:
Stock Price
Regression
Analysis
with STATA
Independen:
1. ROA
2. TATO
3. LDR
6
7
Dadrasmoghadam
and Akbari
(2015)
Idawati dan
Wahyudi (2015)
Relationship
between
Financial Ratios
in
The
Stock
Prices
of
AgricultureRelated
Campanies
Accepted on the
Stock Exchange
for Iran
Dependen:
Stock Price
Effect of Earning
Per Share and
Return on Assets
against
Share
Price on Coal
Mining Company
Listed
in
Indonesia Stock
Exchange
Dependen:
Stock Price
panel data
methods
Independen:
1. CR
2. AR
3. ROA
4. ROE
5. DER
Independen:
1. EPS
2. ROA
panel data
methods
Hasil Penelitian
1. Return on Assets
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Harga
Saham
2. Capital Adequacy Ratio
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Harga
Saham
3. Loan to Deposit Ratio
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Harga
Saham
1. Return on Assets is
significant impact on
stock price.
2. Total Assets Turn Over is
significant impact on stock
price.
3. Loan to Deposit Ratio is
not significant impact on
stock price.
1. Current Ratio have a
significant effect on stock
prices.
2. Activity Ratio is
significant negative
correlation with stock
prices.
3. Returnt on Assets have a
significant effect on stock
prices.
4.Return on Equity
significant positive
correlation with stock
prices.
5. Debt Ratio have a
significant on stock prices.
1. Earning Per Share is a
positive relationship on
stock prices. Partial test
EPS a significant effect on
stock price.
2. Return on Assets is a
positive relationship on
stock prices. Partial test
ROA not significant effect
on stock price..
26
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No.
8
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
Gharaibeh (2014)
Capital Structure,
Liquidity,
and
Stock Returns
Variabel
Penelitian
Dependen:
Stock Return
Independen:
1. Capital
Stucture
2. Liquidity
Teknik
Analisis
Multiple
Regression
Analysis
Hasil Penelitian
1. Capital Structure (Debt
Ratio) is a positive
relationship but not
significant with stock
return.
2. Liquidity is a positive
and significant
relationship with stiock
return.
2.6 Kerangka Konseptual
Harga saham perusahan merupakan indikator tinggi atau rendahnya nilai
suatu perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan dengan harga saham yang tinggi
menunjukkan tingginya permintaan pasar terhadap saham perusahaan seperti
dikemukakan oleh Jogiyanto (2011 : 143) yang menyatakan bahwa harga saham
merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham
tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal.
Perubahan yang terjadi pada harga saham baik meningkat maupun
menurun tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah tingkat
profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Return on Assets
(ROA). Return on Assets merupakan rasio yang mengukur tingkat keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan jumla aset yang dimiliki.
Semakin tinggi nilai Return on Assets menunjukkan bahwa perusahaan mampu
mengelola aset dengan efisien sehingga menghasilkan keuntungan.
Semakin
tinggi nilai ROA akan menarik para investor untuk membeli saham perusahaan
karena nilai ROA menggambarkan kinerja perusahaan dalam meperoleh laba.
27
Universitas Sumatera Utara
Para investor tentunya menginginkan return yang tinggi dan cepat sehingga
dengan meningkatnya permintaan terhadap saham perusahaan maka harga saham
akan mengalami peningkatan.
Faktor lainnya yang turut berdampak pada harga saham adalah tingkat
kecukupan modal perusahaan perbankan. Tingkat kecukupan modal yang diukur
dengan Capital Adequacy Ratio merupakan rasio yang kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebankan
oleh aktiva yang beresiko. Seperti dikemukakan oleh Kuncoro dan Suhardjono
(2002:562), yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio merupakan rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan
modal
yang
mencukupi
dan
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan
keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tercantum
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang. Maka
semakin baik rasio kecukupan modal (CAR) ini, maka akan berdampak pada
kinerja perusahaan yang semakin baik. Kondisi ini akan meningkatkan reputasi
bank di pasar modal sehingga para investor tidak ragu untuk membeli saham
perusahaan hal ini akan meningkatkan harga saham.
Selanjutnya faktor lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham adalah
tingkat likuiditas perusahaan perbakan.
Tingkat likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiaban jangka pendek. Dalam penelitian
28
Universitas Sumatera Utara
ini, tingkat likuiditas perusahaan perbankan diukur dengan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Dendawijaya (2009: 257) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank berarti bahwa bank tersebut
memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajibannya.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat likuiditas suatu bank yang diukur
dengan Loan to Deposit Ratio menunjukkan meningkatnya jumlah kredit yang
dapat disalurkan oleh bank. Dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan,
maka kemungkinan return yang diperoleh dari kredit tersebut akan meningkat
sehingga hal ini akan menciptakan kepercayaan pasar terhadap perusahaan
perbankan yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya harga saham
perusahaan perbankan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Return on Assets
Capital Adequacy Ratio
Harga Saham
Loan to Deposit Ratio
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual
29
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan
di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.
30
Universitas Sumatera Utara