Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(1)

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Meythi

Dosen Program Pendidikan Profesi Akuntansi Universitas Kristen Maranatha

Tan Kwang En

Dosen Program Magister Akuntansi Universitas Kristen Maranatha

Linda Rusli

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Lately, there’s a great increase in company going public to gain more capital so they

can compete in market. In capital market, investor will consider company’s

performance to make investment decision. Company’s performance can be seen from

financial statements which company announce to public. To be useful, financial

statements can be analyzed by ratio analysis.

The purpose of this research is to test impact liquidity and profitability on stock

price manufacturer’s company. Population of this research is all company listing in

Indonesia Stock Exchange (IDX). Eighty five sample is collected using purposive

judgement sampling method. Variable used in this study are Current Ratio as proxy

for liquidity ad Earnings Per Share as proxy for profitability. Moderated Regression

Analysis is used as the method of data analysis.

Results from t-test shows that Current Ratio doesn’t have significant impact on stock

price, which shown by Sig value 0,650 > 0,05, which means Ho is accepted and Ha

is rejected. Earnings Per Share doesn’t have significant impact on stock price, which

shown by Sig value 0,114 > 0,05, which means Ho is accepted and Ha is rejected.

Interaction between Current Ratio and Earnings Per Share have significant impact

on stock price, which shown by Sig value 0,008 < 0,05, which means Ho is

rejected and Ha is accepted.

Keywords: Current Ratio, Earnings Per Share, and stock price

PENDAHULUAN

Dunia baru saja mengalami krisis keuangan global yang melanda hampir seluruh

negara yang terjadi pada akhir tahun lalu. Krisis keuangan tersebut tentu membawa

dampak buruk bagi banyak perusahaan. Berbagai pasar modal di seluruh dunia juga

ikut terhempas akibat krisis global ini. EDJ (Kompas, 10 Oktober 2008)

memberitakan berbagai indeks saham di dunia seperti indeks

Dow Jones

,

National

Association of Securities Dealers Automated Quotation System

(

NASDAQ)

,

Wall

Street

,

Korea Composite Stock Price Index

(

KOSPI)

,

Hangseng

, dan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis hingga ke level terendah.


(2)

Hal ini membuktikan besarnya dampak yang diakibatkan krisis global terhadap pasar

modal dunia. Hal ini juga yang menarik perhatian saya mengenai pasar modal dan

pergerakan harga-harga saham.

Saat ini, krisis keuangan global telah mulai mereda. Berbagai pihak mulai

melakukan tindakan untuk memperbaiki kondisi keuangan. Pasar modal juga

kembali bergairah dan berbagai indeks saham mulai kembali normal. Dengan mulai

bergairahnya kembali pasar modal, maka perusahaan-perusahaan yang

listing

di

pasar modal kembali menjadi sasaran para investor dalam menanamkan modal

mereka.

Sebelum menanamkan modalnya, investor terlebih dahulu melihat kinerja

perusahaan. Investor tentu hanya akan menanamkan modal pada perusahaan yang

memiliki kinerja yang baik sehingga dapat memberikan keuntungan bagi penanam

modal. Kinerja perusahaan-perusahaan yang sudah

go public

dapat dilihat dari

laporan keuangan yang dipublikasikan untuk umum. Pada umumnya, informasi laba

merupakan informasi yang paling mendapatkan perhatian yang besar dari berbagai

kalangan terutama investor. Namun, saat ini selain informasi laba, investor juga

memperhatikan likuiditas perusahaan yang akan dibelinya sebagai dampak dari

banyaknya likuidasi perusahaan maupun bank karena tidak mampu membayar

pinjamannya.

Selain melihat kinerja perusahaan, investor sangat memperhatikan harga

saham perusahaan yang akan dibelinya. Hal ini dikarenakan investor mengharapkan

keuntungan dari investasi tersebut. Menurut Hartono (2008) keuntungan yang

diperoleh investor dari penanaman modal saham ini dapat berasal dari laba

perusahaan yang dibagikan atau dividen, dan kenaikan atau penurunan harga saham.

Budiman (2007) menyatakan peningkatan maupun penurunan harga saham

dipengaruhi banyak faktor, ada faktor internal dan ada pula faktor eksternal. Faktor

eksternal yang mempengaruhi harga pasar seperti kondisi perekonomian, kebijakan

pemerintah, inflasi, kondisi politik, dan lain-lain. Faktor internal yang mempengaruhi

harga saham seperti keputusan manajemen, kebijakan internal manajemen dan

kinerja perusahaan. Perusahaan tidak dapat mengendalikan faktor eksternal karena

faktor tersebut terjadi diluar perusahaan. Namun perusahaan dapat mengendalikan

faktor internal agar harga saham mereka tidak turun. Salah satu caranya adalah

melalui kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara. Salah satu cara yang

umum digunakan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas,

rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Dalam penelitian ini, penulis

membatasi hanya menggunakan

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

(EPS)

sebagai ukuran likuiditas dan profitabilitas karena dua rasio ini yang paling sering

digunakan.

Penulis pun merasa tertarik untuk melakukan penelitian untuk menguji

pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan judul: ”Pengaruh Likuiditas

dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

PERMASALAHAN


(3)

1.

Apakah

Current Ratio

(CR) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham

perusahaan manufaktur?

2.

Apakah

Earnings Per Share

(EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap harga

saham perusahaan manufaktur?

3.

Apakah

Current Ratio

(CR) dan

Earnings Per Share

(EPS) secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur?

Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Menguji pengaruh

Current Ratio

(CR) terhadap harga saham perusahaan

manufaktur.

2.

Menguji pengaruh

Earnings Per Share

(EPS) terhadap harga saham perusahaan

manufaktur.

3.

Menguji pengaruh

Current Ratio

(CR) dan

Earnings Per Share

(EPS) secara

bersama-sama terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

KERANGKA TEORITIS

1

Signaling Theory

(Teori Signal)

Zhao

et al.

(2004) mengemukakan konsep teori signal pertama kali dipelajari dalam

konteks pasar tenaga kerja dan pasar barang oleh Akerlof dan Arrow dan

dikembangkan menjadi teori keseimbangan signal oleh Spence. Teori signal menurut

Morris (1987) menjelaskan masalah asimetris informasi dalam pasar. Teori ini

menunjukkan bagaimana asimetris ini dapat dikurangi dengan memberikan lebih

banyak signal informasi kepada pihak lain. Walaupun dikembangkan dalam pasar

tenaga kerja, teori signal merupakan fenomena umum yang dapat diaplikasikan

dalam setiap pasar dengan asimetris informasi termasuk dalam pasar modal.

Asimetris informasi dalam pasar modal dapat terjadi karena pihak perusahaan

memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak eskternal

perusahaan.

Godfrey

et al.

(2006) mengatakan teori signal berbicara mengenai manajer

yang menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan untuk memberikan tanda

atau signal harapan dan tujuan masa depan. Menurut teori ini, jika manajer

mengharapkan suatu tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan,

mereka akan berusaha memberikan signal itu terhadap investor melalui akun-akun.

Manajer dari perusahaan lain yang memiliki kinerja yang baik akan memiliki insentif

yang sama, dan manajer dari perusahaan dengan kinerja rata-rata akan memiliki

insentif untuk melaporkan berita yang positif sehingga mereka tidak dianggap

berkinerja buruk. Manajer dari perusahaan dengan kinerja buruk umumnya akan

berinisiatif untuk tidak melaporkannya, tetapi mereka juga memiliki insentif untuk

melaporkan kinerja buruknya untuk mempertahankan kredibilitas dalam pasar

saham. Mengasumsikan insentif-insentif tersebut untuk memberikan signal informasi

pada pasar modal, teori signal memprediksi bahwa perusahaan akan mengungkapkan

lebih banyak dari yang diharuskan. Konsekuensi logis dari teori signal adalah ada

banyak insentif untuk seluruh manajer untuk memberikan signal harapan keuntungan

masa depan karena jika investor mempercayai signal tersebut, harga saham akan naik

dan pemegang saham akan diuntungkan.


(4)

Dengan adanya asimetris informasi dalam pasar modal dimana pihak

perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak

eskternal perusahaan, maka Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai

pengawas jalannya pasar modal, berusaha mengatasinya dengan mengharuskan

setiap perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham mengeluarkan laporan keuangan

secara periodik untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal perusahaan,

terutama pihak investor (Hartono, 2008). Berdasarkan pembahasan teori signal

diatas, pihak internal perusahaan atau manajemen membuat dan mempublikasikan

laporan keuangan dengan tujuan memberikan signal kepada investor mengenai

kinerja mereka. Pemberian signal mengenai kinerja mereka diharapkan dapat

menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan mereka dengan menggunakan

laporan keuangan sebagai pertimbangan mereka. Dengan laporan keuangan menjadi

bahan pertimbangan investor, maka investor akan melakukan analisis terhadap

laporan keuangan. Munawir (1979) mengatakan salah satu alat analisis laporan

keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri dari rasio

likuiditas, aktivitas,

leverage

, dan profitabilitas. Bila hasil analisis laporan keuangan

menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, maka investor akan tertarik untuk

membeli saham perusahan yang bersangkutan dan dapat meningkatkan harga saham

perusahaan di pasar modal.

2

Informasi Akuntansi Keuangan

Belkaoui (2004) mengatakan peranan dari akuntansi adalah untuk memberikan

informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas

perusahaan dalam lingkungannya. Hasil informasi yang diberikan oleh akuntansi

tersebut paling tepat terangkum dalam spektrum informasi FASB.

Statement of

Financial Accounting Concepts

No. 5 (FASB, 1984) memuat tentang spektrum

informasi (spektrum informasi dilampirkan pada Lampiran A).

Dalam spektrum tersebut, dikatakan bahwa informasi yang berguna bagi

keputusan investasi, kredit, dan keputusan sejenis lainnya adalah pelaporan keuangan

dan informasi tambahan lainnya seperti laporan analis, statistik ekonomi, artikel atau

berita tentang perusahaan. Pelaporan keuangan sendiri terdiri atas daerah-daerah

yang dipengaruhi oleh standar yang dikeluarkan oleh

Financial Accounting

Standards Board

(FASB) dan bentuk lain dari pelaporan keuangan seperti analisis

manajemen dan surat kepada pemegang saham.

Menurut

Statement of Financial Accounting Concepts

No. 5 (FASB, 1984)

laporan keuangan (

financial statements

) merupakan bagian pusat dari pelaporan

keuangan (

financial reporting

). Pelaporan keuangan (

financial reporting

) merupakan

suatu cara prinsip untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak luar

entitas atau perusahaan. Dalam tujuan umum pelaporan keuangan, laporan keuangan

merupakan suatu kumpulan nama dan jumlah uang yang berasal dari catatan

akuntansi yang menjelaskan posisi keuangan perusahaan pada suatu perioda waktu

atau satu dan lebih perubahan dalam posisi keuangan entitas selama suatu perioda

waktu. Laporan keuangan berisi representasi keuangan dari sumber daya (

assets

)

tertentu entitas, klaim terhadap sumber daya tersebut (

liabilities and owner’s equity

),

dan dampak dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang menyebabkan perubahan

dalam sumber daya dan klaim tersebut. Laporan keuangan secara fundamental terkait

satu sama lain dan berasal dari data yang sama yang dapat dipercaya.


(5)

3

Laporan Keuangan

a.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut

Statement of Financial Accounting Concepts

No. 1 (FASB, 1978) yang

dikeluarkan oleh FASB, tujuan dari laporan keuangan (

financial statements

) adalah

sebagai berikut:

a.

Laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna bagi calon investor dan

kreditor serta pengguna lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit dan

keputusan sejenis lainnya.

b.

Laporan keuangan menyediakan informasi yang membantu calon investor dan

kreditor serta pengguna lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan

ketidakpastian dari proyeksi penerimaan kas dari dividen atau bunga dan

penerimaan dari penjualan, pelunasan, atau jatuh temponya sekuritas atau

pinjaman.

c.

Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomis dari

perusahaan, klaim terhadap sumber daya (kewajiban perusahaan untuk

memberikan sumber daya kepada pihak lain atau pemilik ekuitas) dan dampak

dari transaksi, kejadian, dan kondisi yang mengubah sumber daya dan klaim

terhadap sumber daya tersebut.

b.

Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Par. 39-76 (IAI, 2009)

laporan keuangan terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1.

Neraca

2.

Laporan Laba Rugi

3.

Laporan Perubahan Ekuitas

4.

Laporan Arus Kas

5.

Catatan Atas Laporan Keuangan

4.

Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (1979) laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting

untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang

telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih

berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan

untuk dua perioda atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh

data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

a.

Metoda dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (1979) analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan

atau mempelajari daripada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan

(

trend

) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan yang bersangkutan. Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis

laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a.

Analisis Perbandingan Laporan Keuangan


(6)

b.

Trend

atau tendensi posisi dan kemajuan perusahaan yang dinyatakan dalam

persentase

c.

Laporan dengan persentase per komponen atau

Common Size Statements

d.

Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

e.

Analisis Sumber dan Penggunaan Kas

f.

Analisis Rasio Keuangan

g.

Analisis Perubahan Laba Kotor

h.

Analisis Titik Impas (

Break Even Point

)

5.

Analisis Rasio Keuangan

Menurut Neveu (1985) langkah pertama dalam melakukan analisis laporan keuangan

adalah untuk secara teliti membaca pernyataan dan catatan yang mendampinginya.

Hal ini umumnya diikuti oleh analisis rasio. Setelah menghitung rasio keuangan pada

perioda berjalan, umumnya perusahaan ataupun pengguna informasi melakukan

perbandingan dengan rasio perioda sebelumnya, rasio perusahaan lain ataupun rasio

industri secara keseluruhan (Warren

et al.

, 2005).

Secara umum analis menggunakan rasio sebagai salah satu cara dalam

mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan perusahaan. Rasio keuangan secara umum

dapat terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1

Rasio likuiditas

2

Rasio aktivitas

3

Rasio hutang atau

leverage

4

Rasio profitabilitas

a.

Rasio Likuiditas

Neveu (1985) dan Sutrisno (2003) berpendapat bahwa rasio likuiditas merupakan

rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban

jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini mengasumsikan bahwa aktiva

lancar merupakan sumber uang utama untuk memenuhi kewajiban jangka

panjangnya. Rasio-rasio yang termasuk rasio likuiditas adalah:

1.

Current Ratio

Current ratio

merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan

hutang lancar (Munawir, 1979). Pemberi pinjaman umumnya mengharuskan

current ratio

perusahaan pada nilai 2.0 atau lebih sebagai syarat untuk

memperoleh atau melanjutkan pinjaman (Neveu, 1985).

Rumus untuk menghitung

current ratio

adalah sebagai berikut:

s liabilitie current

assets current ratio

Current =

2. Quick Ratio

Quick ratio

atau sering disebut

acid-test ratio

merupakan perbandingan aktiva

lancar (tanpa persediaan) terhadap hutang lancar (Munawir, 1979).

Quick ratio

mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya

dengan mengubah aktiva yang paling likuid menjadi uang kas. Standar

quick ratio

harus sama dengan atau lebih dari 1,0 (Neveu, 1985).

3. Cash Ratio

Cash ratio

adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang

bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa


(7)

segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga (Sutrisno, 2003).

b.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber

dayanya. Aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya dapat dikendalikan agar dapat

dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana, semakin

cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya diukur dari

perputaran masing-masing aktiva (Sutrisno, 2003). Rasio-rasio yang termasuk rasio

aktivitas adalah:

1. Inventory Turnover

Rasio

inventory turnover

atau perputaran persediaan merupakan rasio antara

jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang

dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 1979).

2. Total Assets Turnover

Rasio

total assets turnover

mengukur hubungan antara jumlah penjualan dengan

jumlah aktiva, umumnya dengan dasar tahunan. Rasio ini mengukur seluruh

aktivitas perusahaan. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat

penjualan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan kapasitas

produksinya (Neveu, 1985).

3. Fixed Assets Turnover

Rasio perputaran aktiva tetap atau

fixed assets turnover

merupakan perbandingan

antara penjualan bersih dengan total aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio

ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam

mendapatkan penghasilan atau penjualan (Sutrisno, 2003).

4. Average Collection Period

Piutang dagang berubah seiring berjalannya operasi perusahaan. Neveu (1985)

menyatakan rasio

average collection period

mengukur rata-rata jumlah hari yang

diperlukan perusahaan untuk menagih piutang dagangnya.

c.

Rasio Hutang atau

Leverage

Rasio hutang atau

leverage

menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan

dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai

leverage

atau rasio

leverage

-nya bernilai nol, artinya perusahaan beroperasi sepenuhnya menggunakan

modal sendiri tanpa menggunakan hutang.

Neveu (1985) membagi dua kelompok dalam rasio hutang ini yaitu pertama,

berpusat pada bagian kewajiban dan ekuitas pemegang saham dalam neraca dan

mengukur seberapa jauh perusahaan membiayai sendiri ekuitasnya, dan kedua,

mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang

cukup untuk memenuhi kewajiban obligasi. Rasio yang termasuk kelompok pertama

adalah

debt to equity ratio

dan

total debt to total assets ratio

. Rasio yang termasuk

kelompok kedua adalah

times interest earned ratio

.

1. Debt Equity Ratio

Sutrisno (2003) menyatakan semakin tinggi rasio ini, berarti modal sendiri

semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya. Umumnya besar hutang

maksimal sama dengan modal sendiri, artinya

debt to equity ratio

maksimal

bernilai 100% atau 1,0.


(8)

2. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio ini dikenal juga dengan nama

debt ratio

(Sutrisno, 2003). Rasio ini

mengukur persentase total dana yang disediakan oleh utang. Dengan mengurangi

persentase ini dari 1,0 akan diperoleh persentase total dana yang disediakan oleh

ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi total kewajiban dengan total aktiva

(Neveu, 1985).

3. Times Interest Earned Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar bunga atas

pinjamannya. Secara implisit rasio ini mengasumsikan bahwa pendapatan yang

tersisa (setelah penjualan bersih dikurangi biaya produksi, operasi dan

administrasi) mampu untuk menutupi biaya bunga.

d.

Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menyediakan evaluasi menyeluruh atas kinerja perusahaan dan

manajemennya. Rasio ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat

diperoleh perusahaan. Rasio-rasio yag termasuk dalam rasio profitabilitas tersebut

adalah:

1.

Earnings Per Share

(EPS)

Rasio ini mencerminkan laba per lembar saham biasa yang diperoleh perusahaan

dalam perioda waktu tertentu. Ini merupakan rasio keuangan yang paling sering

dianalisis dan dikutip. Alasan utama

Earnings Per Share

(EPS) menjadi fokus

utama

dibandingkan

laba

adalah

karena

tujuan

perusahaan

adalah

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Kieso

et al

. (2008)

merumuskan cara menghitung

Earnings Per Share

(EPS) sebagai berikut:

g outstandin shares

common of

number average

weighted

dividends stock

preferred tax

after

earnings

=

EPS

2. Dividends Per Share

Rasio ini mencerminkan jumlah dividen tunai yang dibayar perusahaan pada setiap lembar saham biasa yang beredar dalam perioda tertentu. Cara perhitungannya adalah dengan membagi total dividen saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar (Neveu, 1985).

3. Payout Ratio

Rasio ini mencerminkan dividen tunai yang dibayar per lembar saham sebagai persentase earnings per share (Neveu, 1985).

4. Profit Margin

Rasio profit margin atau disebut net profit margin mengukur profitabilitas perusahaan pada dasar jumlah penjualan. Rasio ini muncul dari interaksi antara perioda akuntansi dari 3 faktor yaitu volume penjualan, strategi harga, struktur biaya. Rasio ini didapat dari pendapatan setelah pajak dibagi dengan penjualan bersih (Neveu, 1985).

5. Return on Investment (ROI)

Neveu (1985) menyebutkan Return on Investment juga dikenal sebagai Return on Total Assets. Return on Investment mengukur profitabilitas perusahaan terhadap jumlah dana investasi. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan ukuran perusahaan tidak selalu meningkatkan kesejahteraan keuangan pemegang saham.


(9)

Return on Stockholder’s Equity, yang sering disebut juga Return on Net Worth, mengukur profitabilitas perusahaan dibandingkan terhadap jumlah modal ekuitas. Rasio ini terkait dengan keuntungan perusahaan terhadap sumber ekuitas (Neveu, 1985).

6.

Pasar Modal

Sunariyah (2004) mendefinisikan pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Di tempat inilah para pelaku pasar, yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana, melakukan investasi dalam surat berharga atau efek yang ditawarkan emiten. Selain itu, di pasar modal perusahaan (entitas) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas pasar modal sebagai emiten.

Menurut Sunariyah (2004) jenis-jenis instrumen surat berharga dalam pasar modal adalah sebagai berikut:

a. Saham (Stock) b. Obligasi (Bond)

c. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

d. Right

e. Waran f. Reksa Dana

7.

Saham

Menurut Sutrisno (2003) saham merupakan bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Pemilik saham akan menerima penghasilan dalam bentuk dividen dan dividen ini akan dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Berbeda dengan penghasilan bunga yang mudah dihitung, maka laba yang diperoleh perusahaan sulit diukur potensinya. Oleh karena itu, saham merupakan sekuritas yang memberikan penghasilan yang tidak tetap.

Selain penghasilan berupa dividen, keuntungan yang diharapkan pemegang saham adalah selisih harga saham. Bila harga jual saham lebih tinggi dibanding dengan harga belinya, maka investor akan memperoleh capital gain, tetapi bila harga jualnya lebih rendah dibanding dengan harga beli saham, investor akan mendapatkan

capital loss. Risiko yang dihadapi investor dengan kepemilikan sahamnya adalah (Sunariyah, 2004):

a. Tidak mendapat dividen

b. Capital loss

c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi d. Saham di-delist dari bursa (delisting)

8.

Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga Saham

Ningrom (2009) menguji pengaruh Current Ratio, Return on Investment (ROI), dan

Earnings Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi adalah seluruh perusahaan manufaktur tahun 2003-2007 sejumlah 172 perusahaan. Sampel diambil dengan teknik random sampling sejumlah 43 perusahaan. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja


(10)

adalah Current Ratio, Return on Investment (ROI), dan Earnings Per Share (EPS). Hasil analisis uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,66, dengan signifikasi sebesar

0,01, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa secara

simultan variabel Current Ratio, Return on Investment (ROI), dan Earnings Per Share (EPS) mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil analisis uji t menunjukan

Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, hal ini ditunjukkan dengan thitung = 2,757, nilai signifikan sebesar 0,009. Return on Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, hal ini ditunjukkan dengan thitung = 6,100, nilai signifikan sebesar 0,005. Earnings Per Share

(EPS) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, hal ini ditunjukkan dengan thitung = 2,384, nilai signifikan sebesar 0,009. Koefisien determinasi atau R2

sebesar 0,566. Hal ini berarti 55,6% variasi perubahan harga saham dijelaskan oleh variasi perubahan faktor-faktor Current Ratio, Return on Investment (ROI), dan

Earnings Per Share (EPS). Hasil penelitian ini berarti secara simultan dan parsial

Current Ratio, Return on Investment (ROI), dan Earnings Per Share (EPS) dapat mempengaruhi harga saham.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho1: Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur.

Ha1: Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur.

9.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Sasongko dan Wulandari (2006) menguji pengaruh Economic Value Added (EVA) dan rasio profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur perioda

2001-2002. Metoda pemilihan sampel yang digunakan adalah metoda purposive sampling

dengan sampel sebanyak 45 perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Rasio-rasio yang diuji adalah

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Earnings Per Share (EPS), Basic Earnings Power (BEP), dan Economic Value Added (EVA). Hasilnya menyatakan bahwa hanya Earnings Per Share (EPS) yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE),

Return on Sales (ROS), Basic Earnings Power (BEP), dan Economic Value Added

(EVA) tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho2: Earnings Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan manufaktur.

Ha2: Earnings Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan manufaktur.

10.

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Cahyuttu (2006) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap return saham

perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rasio-rasio keuangan yang diuji pengaruhnya adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER),


(11)

(PER). Metoda pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 6 perusahaan dan perioda waktu dari tahun 1998-2002. Hasilnya adalah secara simultan, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity

(ROE), Earnings Per Share (EPS) dan Price Earnings Ratio (PER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho3: Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Ha3: Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar (listing) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah populasi penelitian ini adalah 401 perusahaan. Metoda pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive judgement sampling method.

Purposive judgement sampling method adalah metoda pemilihan sampel berdasarkan kriteria berupa pertimbangan tertentu (Hartono, 2004). Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Jenis perusahaan yang akan dimasukkan dalam sampel adalah perusahaan manufaktur.

b. Perusahaan terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia sebelum tanggal 1 Januari 2007.

c. Perusahaan tidak pernah delisting di Bursa Efek Indonesia.

d. Perusahaan memiliki data untuk menghitung Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS).

e. Perusahaan tidak mengalami kerugian pada tahun 2007.

f. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, diperoleh sampel sejumlah 85 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Tabel berikut menjelaskan proses pemilihan sampel penelitian.

Tabel I Pemilihan Sampel

Kriteria

Jumlah Sampel

Perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia 401

Perusahaan yang bukan manufaktur (265)

Perusahaan listing setelah tanggal 1 Januari 2008 (6)

Perusahaan yang pernah mengalami delisting (13)

Perusahaan yang mengalami kerugian tahun 2007 (27)

Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan

dalam mata uang asing (5)


(12)

Data dan Metoda Pengumpulan Data

Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari:

a. Data laporan keuangan publikasi tahunan (annual report) masing-masing perusahaan dengan tahun fiskal yang berakhir 31 Desember, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi dengan perioda tahun 2007.

b. Data harga saham pada tahun 2008. Harga saham yang digunakan adalah harga saham pada saat penutupan (closing price).

Sumber data yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data untuk melakukan penelitian adalah:

a. Data harga saham tahun 2008 diperoleh dari website Dunia Investasi

(www.duniainvestasi.com/bei/stock/prices).

b. Laporan keuangan tahun 2007 untuk masing-masing perusahaan diakses dan

di-download penulis dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Variabel Penelitian

Variabel independent atau variabel bebas pada penelitian ini adalah: 1. Current Ratio (CR)

2. Earnings Per Share (EPS)

Variabel terikat atau variabel dependent pada penelitian ini adalah harga saham atau nilai pasar saham.

Alat Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, digunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 12.0 untuk Windows. Sebelum melakukan analisis regresi, data-data yang digunakan harus lolos dari empat uji asumsi klasik untuk model regresi yaitu:

1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Heteroskedastisitas

Jika data telah lolos dari 4 pengujian asumsi klasik regresi diatas, maka baru dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan Moderated Regression Analysis

(MRA). Dalam pengujian Moderated Regression Analysis, penulis akan melakukan tiga pengujian, yaitu:

a. Pengujian hipotesis serentak atau simultan antara Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) terhadap harga saham dengan cara menginteraksikan Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) sehingga muncul variabel baru, yaitu variabel interaksi Current Ratio dan Earnings Per Share (INT)dengan uji t ( t-test).

b. Pengujian hipotesis parsial atau individu antara Current Ratio dan harga saham. Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan uji t (t-test) untuk menguji pengaruh variabel Current Ratio terhadap harga saham perusahaan manufaktur. c. Pengujian hipotesis parsial atau individu antara Earnings Per Share (EPS) dan

harga saham. Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan uji t (t-test) untuk menguji pengaruh variabel Earnings Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur.


(13)

PEMBAHASAN

Pengujian Asumsi Klasik Model Regresi

Berikut ini adalah pembahasan masing-masing pengujian asumsi klasik dan hasilnya.

1.

Uji Normalitas

Menurut Santoso (2002) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped).

Penulis menguji normalitas pada penelitian ini dengan menggunakan analisa grafik normal probability plot. Pengujian normalitas pada program SPSS 12.0 untuk

Windows dilakukan dengan melihat output grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Dasar untuk pengambilan keputusan dalam pengujian normalitas adalah sebagai berikut (Santoso, 2000):

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik I Uji Normalitas

Sumber: Pengolahan Data SPSS 12.0

Dari grafik di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

2.

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linear (Hasan, 1999). Ghozali (2006) mengungkapkan cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah jika nilai


(14)

variance inflation factor (VIF) lebih besar dari 10 dan nilai tolerance dibawah 0,1, maka dikatakan telah terjadi multikolinearitas. Pengujian multikolinearitas dilakukan pada program SPSS 12.0 untuk Windows dengan mengaktifkan pilihan Covariance

Matrix dan Collinearity Diagnostics (Ghozali, 2006). Hasil pengujian

multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel III Hasil Pengujian Multikolinearitas

Sumber: Pengolahan Data SPSS 12.0

Dari tabel III, dapat terlihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) untuk masing-masing variabel, adalah sebagai berikut:

a. Variabel Current Ratio (CR) memiliki nilai tolerance sebesar 0,814 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,229, yang berarti variabel Current Ratio (CR) terbebas dari multikolinearitas karena memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan

variance inflation factor (VIF) di bawah 10.

b. Variabel Earnings Per Share (EPS) memiliki nilai tolerance sebesar 0,129 dan

variance inflation factor (VIF) sebesar 7,751, yang berarti variabel Earnings Per Share (EPS) terbebas dari multikolinearitas karena memiliki nilai tolerance

diatas 0,1 dan variance inflation factor (VIF) di bawah 10.

c. Variabel interaksi Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) memiliki nilai

tolerance sebesar 0,122 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 8,188, yang berarti variabel interaksi Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) terbebas dari multikolinearitas karena memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan variance inflation factor (VIF) di bawah 10.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas.

4

Uji Autokorelasi

Ghozali (2006) mengemukakan bahwa uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada perioda t dengan kesalahan penggangu pada perioda t-1 (sebelumnya). Penulis pada penelitian ini mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Patokan secara umum untuk angka Durbin-Watson (D-W) dalam mengambil keputusan adalah (Santoso, 2000):

a. Angka D-W (pada outputModel Summary) di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

b. Angka D-W (pada output Model Summary) di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

c. Angka D-W (pada output Model Summary) di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(15)

Tabel IV Hasil Pengujian Autokorelasi

Sumber: Pengolahan Data SPSS 12.0

Dari tabel IV, diketahui angka Durbin-Watson (D-W) untuk model regresi ini adalah 1,942. Angka D-W 1,942 terletak diantara -2 dan +2 yang berarti tidak terjadi autokorelasi. Dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak terdapat masalah autokorelasi.

5

Uji Heteroskedastisitas

Apabila variasi dari faktor penggangu dari data selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain, maka variasi tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, dapat dikatakan telah terjadi penyimpangan yang disebut heteroskedastisitas (Firdaus, 2004).

Penulis menggunakan Uji Glejser untuk menguji heteroskedastisitas pada penelitian ini. Menurut Ghozali (2006) jika pengaruh variabel independent terhadap nilai regresi absolut tersebut signifikan (dibawah tingkat signifikansi atau

α

), maka berarti terdapat heteroskedastisitas. Tingkat signifikansi (

α

) yang diterapkan pada SPSS adalah 5%, maka dasar pengambilan keputusan adalah:

a. Jika nilai pada kolom Sig/Significance (pada output Coefficients) > 5%, tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika nilai pada kolom Sig/Significance (pada output Coefficients) < 5%, telah terjadi heteroskedastisitas.

Hasil pengujian heteroskedastisitas pada penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel V Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Sumber: Pengolahan Data SPSS 12.0

Dari tabel V, dapat dilihat bahwa nilai Sig/Significance untuk masing-masing variabel sebagai berikut:


(16)

a. Variabel Current Ratio (CR) memiliki nilai Sig/Significance sebesar 0,282, yang berarti variabel CR terbebas dari heteroskedastisitas karena memiliki nilai

Sig/Significance > 5%.

b. Variabel Earnings Per Share (EPS) memiliki nilai Sig/Significance sebesar 0,585, yang berarti variabel EPS terbebas dari heteroskedastisitas karena memiliki nilai Sig/Significance > 5%.

c. Variabel interaksi Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) memiliki nilai

Sig/Significance sebesar 0,059, yang berarti variabel INT terbebas dari heteroskedastisitas karena memiliki nilai Sig/Significance > 5%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi dan dapat yang digunakan pada penelitian ini telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Moderated Regression Analysis

Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan menggunakan metoda Moderated Regression Analysis (MRA) atau sering disebut uji interaksi. Metoda regresi ini menghubungkan satu variabel dependent dengan beberapa variabel independent

dalam suatu model prediktif tunggal.

Model Regresi

Model persamaan regresi pada penelitian ini diterapkan untuk menguji pengaruh

Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) terhadap harga saham. Adapun model persamaan regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:

ε

+

+

+

+

=

+ t t t t

t a b X b X b X X

Y 1 1 1 2 2 3 1 * 2

Keterangan: Yt+1 = Variabel harga saham (HS) tahun berikutnya

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien persamaan regresi

X1t = Variabel Current Ratio (CR) tahun berjalan

X2t = Variabel Earnings Per Share (EPS) tahun berjalan

X1t * X2t= Variabel interaksi antara variabel Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) tahun berjalan

ε

= Error

Hasil persamaan model regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel VI Model Regresi

Sumber: Pengolahan Data SPSS 12.0

Dari tabel VI, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: HSt+1 = 2694,577 + 309,581 CRt -2,528 EPSt + 1,1 INTt


(17)

Berdasarkan persamaan regresi tersebut, maka dapat diinterpretasikan untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 2.694,577 menyatakan bahwa jika tidak ada Current Ratio

(CR), Earnings Per Share (EPS) dan interaksi antara Current Ratio dan Earnings Per Share (INT), harga saham tahun berikutnya adalah sebesar Rp 2.694,577. b. Koefisien regresi sebesar 309,581 untuk Current Ratio (CR) menyatakan bahwa

setiap perubahan Current Ratio (CR) sebesar 1 satuan, harga saham akan meningkat sebesar Rp 309,581 pada tahun berikutnya.

c. Koefisien regresi sebesar -2,528 untuk Earnings Per Share (EPS) menyatakan bahwa setiap perubahan Earnings Per Share (EPS) sebesar 1 Rupiah, harga saham akan menurun sebesar Rp 2,528 pada tahun berikutnya.

d. Koefisien regresi sebesar 1,1 untuk interaksi antara Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) menyatakan bahwa setiap perubahan interaksi antara Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) sebesar 1 satuan, harga saham akan meningkat sebesar Rp 1,1 pada tahun berikutnya.

Model regresi yang didapat diatas perlu diuji apakah layak untuk memprediksi harga saham. Pengujian model regresi dilakukan dengan menggunakan uji statistik F atau Analysis of Variance (ANOVA). Pada pengujian statistik F atau

Analysis of Variance (ANOVA), hasil signifikansi dari F hitung (nilai

Sig/Significance pada tabel ANOVA) harus di bawah tingkat signifikansi alpha (

α

) yang telah ditetapkan (Santoso, 2000). Tingkat signifikansi alpha (

α

) yang diterapkan pada SPSS 12.0 adalah sebesar 5%. Dengan demikian, dasar pengambilan keputusan untuk pengujian model regresi adalah sebagai berikut (Santoso, 2000): a. Jika nilai signifikansi dari F hitung (Sig/Significance) lebih besar dari 0,05, maka

model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saham.

b. Jika nilai signifikansi dari F hitung (Sig/Significance) lebih kecil dari 0,05, maka

model regresi dapat digunakan untuk memprediksi harga saham.

Hasil pengujian model regresi penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel VII ANOVA (

Analysis Of Variance

)

Sumber : Pengolahan Data SPSS 12.0

Dari tabel VII, dapat dilihat bahwa nilai Sig/Significance dari penelitian ini adalah 0,001. Nilai Sig/Significance sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%, sehingga hal ini berarti model regresi yang dipakai pada penelitian ini sudah cukup baik dan dapat digunakan untuk memprediksi harga saham.


(18)

Hasil Pengujian Statistik t (

t-test

)

Untuk membuktikan apakah likuiditas dan profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham secara parsial dan pengujian interaksi antara likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham, maka dilakukan uji t (t-test). Uji statistik t (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independent

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependent (Ghozali, 2006). Untuk pengujian dalam penelitian ini digunakan program SPSS 12.0. Tingkat signifikansi yang diterapkan pada SPSS adalah 5%. Dasar atau patokan dalam pengambilan keputusan adalah (Santoso, 2000):

a. Jika nilai signifikansi dari t hitung (nilai Sig/Significance pada outputCoefficient) >

0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Jika nilai signifikansi dari t hitung (nilai Sig/Significance pada outputCoefficient) <

0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Hasil Pengujian Parsial

Current Ratio

Terhadap Harga Saham

Hipotesis pertama yang diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho1: Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur.

Ha1: Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur.

Dari tabel VI, dapat dilihat bahwa nilai Sig/Significance untuk variabel

Current Ratio (CR) adalah sebesar 0,650. Nilai Sig/Significance sebesar 0,650 > 0,05, sehingga berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Hasil Pengujian Parsial

Earnings Per Share

(EPS) Terhadap Harga Saham

Hipotesis kedua yang diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho2: Earnings Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan manufaktur.

Ha2: Earnings Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan manufaktur.

Dari tabel VI, dapat dilihat bahwa nilai Sig/Significance untuk variabel

Earnings Per Share (EPS) adalah sebesar 0,114. Nilai Sig/Significance sebesar 0,114 > 0,05, sehingga berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti Earnings Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Hasil Pengujian Interaksi Antara

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

terhadap Harga Saham

Hipotesis ketiga yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho3: Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Ha3: Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Dari tabel VI, dapat dilihat bahwa nilai Sig/Significance untuk variabel interaksi antara Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) adalah sebesar 0,008. Nilai Sig/Significance sebesar 0,008 < 0,05, sehingga berarti Ho ditolak dan Ha


(19)

diterima. Hal ini berarti Current Ratio dan Earnings Per Share secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan Hasil Pengujian Parsial

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil analisis, didapat bahwa Current Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig/Significance untuk variabel Current Ratio (CR) sebesar 0,650, lebih besar dari 0,05. Current Ratio dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Current Ratio

memiliki beberapa keterbatasan.

Bernstein dan Wild (2001) mengatakan bahwa Current Ratio sebagai pengukur likuiditas memiliki keterbatasan. Likuiditas digambarkan sebagai kemampuan untuk memenuhi arus kas keluar di masa depan dengan arus kas masuk yang cukup. Current Ratio merupakan suatu ukuran yang statis (tetap) yang mengukur sumber daya yang tersedia pada suatu waktu tertentu untuk memenuhi kewajiban lancar. Sumber daya yang tersedia saat ini tidak cukup untuk merepresentasikan arus kas masuk di masa depan.

Stickney (1996) menyebutkan kelemahan lain Current Ratio adalah bahwa

Current Ratio dapat menjadi sasaran “window dressing” oleh pihak manajemen. Manajemen dapat melakukan langkah-langkah tertentu untuk membuat neraca tampak baik sehingga menghasilkan nilai Current Ratio yang baik. Dengan adanya kemungkinan ini, investor mungkin saja berhati-hati dalam memilih rasio apa saja yang akan menjadi pertimbangannya sehingga ada kemungkinan investor tidak memasukkan Current Ratio dalam pertimbangannya. Bila demikian, maka Current Ratio tidak akan berpengaruh terhadap keputusannya dan tidak akan mempengaruhi harga saham.

Hasil penelitian kedua adalah bahwa Earnings Per Share (EPS)secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hal ini dapat dapat dilihat dari nilai Sig/Significance untuk variabel Earnings Per Share

(EPS) sebesar 0,114 lebih besar dari 0,05. Earnings Per Share (EPS) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Earnings Per Share (EPS) memiliki beberapa kelemahan.

Hanafi dan Halim (2000) mengatakan disamping meluasnya penggunaan

Earnings Per Share (EPS), rasio ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Earnings Per Share (EPS) dikritik karena tidak mencerminkan ukuran

profitabilitas perusahaan, karena Earnings Per Share (EPS) tidak

memperhitungkan aktiva perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan

Earnings Per Share (EPS) tersebut.

b. Jumlah lembar saham digunakan sebagai pembagi laba operasional. Jika ada dua perusahaan mempunyai laba yang sama, nilai saham yang sama, tetapi keduanya akan menghasilkan Earnings Per Share (EPS) yang berbeda karena pembagi keduanya berbeda. Dengn demikian Earnings Per Share (EPS) tidak bisa dibandingkan antar perusahaan.

c. Earnings Per Share (EPS) dinilai tidak konsisten untuk pengukuran profitabilitas karena memakai laba perusahaan pada numerator, tetapi memakai jumlah saham


(20)

pada pembagi (denominator) yang merupakan hasil keputusan pendanaan. Perusahaan dapat mengalami penurunan laba, tetapi jika perusahaan tersebut mengurangi jumlah saham yang beredar, Earnings Per Share (EPS) yang dihasilkan bisa tetap tinggi.

Dengan adanya keterbatasan ini, investor mungkin berhati-hati dalam memilih rasio apa saja yang akan menjadi bahan pertimbangannya sehingga ada

kemungkinan investor tidak memasukkan Earnings Per Share (EPS) dalam

pertimbangannya. Bila demikian, maka ada kemungkinan Earnings Per Share (EPS)

tidak akan berpengaruh terhadap keputusan investor sehingga besarnya Earnings Per Share (EPS) tidak akan mempengaruhi harga saham.

Selain karena keterbatasan masing-masing rasio, Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara parsial tidak berpengaruh pada harga saham dapat terjadi kemungkinan besar dikarenakan pada Oktober 2008 terjadi resesi ekonomi atau krisis keuangan global yang menimpa berbagai negara dan berimbas pada merosotnya berbagai pasar modal dunia, termasuk pasar modal di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan adanya krisis keuangan global pada akhir tahun 2008, harga-harga saham mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pergerakan harga saham pun tidak lagi dipengaruhi oleh baik atau buruknya kinerja perusahaan. Investor cenderung berperilaku rasional dengan tidak melakukan investasi di pasar modal karena hal tersebut akan merugikan mereka. Walaupun kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan mereka tahun sebelumnya baik, investor tetap tidak tertarik untuk berinvestasi.

Bodie et al. (2005) berpendapat bahwa investor memiliki respon yang terlalu lambat (atau terlalu konservatis) terhadap bukti atau informasi terbaru. Hal ini berarti mereka dapat saja tidak bereaksi atau terlambat merespon terhadap informasi tentang perusahaan, sehingga harga saham hanya pada saat tertentu mencerminkan secara penuh informasi yang ada. Dengan adanya pandangan ini, maka investor dapat tidak merespon pada informasi seperti laporan keuangan dan rasio keuangan suatu perusahaan. Dengan tidak adanya respon dari investor, maka harga saham tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu, rasio seperti Current Ratio dan Earnings Per Share

(EPS) secara parsial dapat tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Pembahasan Hasil Pengujian Simultan

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

terhadap Harga Saham

Hasil penelitian lainnya adalah bahwa Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig/Significance untuk variabel interaksi antara Current Ratio dan Earnings Per Share (INT) adalah sebesar 0,008 yang lebih kecil dari 0,05.

Hasil penelitian ini mendukung teori signal bahwa manajer yang menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan untuk memberikan tanda atau signal harapan dan tujuan masa depan (Godfrey et al., 2006). Pihak internal perusahaan atau manajemen membuat dan mempublikasikan laporan keuangan dengan tujuan memberikan signal kepada investor mengenai kinerja mereka. Pemberian signal mengenai kinerja mereka diharapkan dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan mereka dengan menggunakan laporan keuangan


(21)

sebagai pertimbangan mereka. Analisis rasio merupakan salah satu cara investor dalam menganalisis laporan keuangan. Dari hasil penelitian, terbukti bahwa Current Ratio dan Earnings Per Share, yang merupakan dua contoh rasio keuangan, mempengaruhi harga saham. Dengan terpengaruhnya harga saham, berarti informasi berupa rasio keuangan memiliki andil dalam pengambilan keputusan investor dalam membeli atau menjual saham, karena harga saham akan berubah seiring perubahan permintaan dan penawaran saham oleh investor.

Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap harga saham karena investor akan menggunakan sebanyak mungkin informasi yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian campuran atau kombinasi dari rasio keuangan akan lebih mempengaruhi keputusan investor dan akan mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, Current Ratio sebagai ukuran likuiditas dan Earnings Per Share

(EPS) sebagai ukuran profitabilitas secara bersama-sama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dibandingkan pengaruh mereka secara parsial terhadap harga saham.

SIMPULAN

Hasil penelitian untuk menguji pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:

a. Secara parsial, likuiditas yang diukur dengan Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Current Ratio dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Current Ratio memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan sehingga investor akan berusaha mengimbanginya dengan menggunakan informasi lain sebagai bahan untuk mendukung keputusannya. b. Secara parsial, profitabilitas yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS) tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Earnings Per Share (EPS) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham,

kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Earnings Per Share (EPS)

memiliki beberapa kelemahan. Selain itu, faktor resesi ekonomi Oktober 2008 pada keseluruhan mempengaruhi keputusan investor dalam pasar modal sehingga pengaruh rasio sebagai ukuran kinerja keuangan tidak signifikan.

c. Secara simultan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Current Ratio dan Earnings Per Share

(EPS) secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap harga saham karena investor akan menggunakan sebanyak mungkin informasi yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian campuran atau kombinasi dari rasio keuangan akan lebih mempengaruhi keputusan investor dan akan mempengaruhi harga saham.

REFERENSI

Agung, Y. 2008. Enam Tindakan Pemerintah Dukung Pembukaan Bursa Efek.

Harian Kompas. 9 Oktober 2008.


(22)

Amrullah, L. A. 2009. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Masuk di JII Tahun 2004-2006). Skripsi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Belkaoui, A. R. 2004. Accounting Theory. 5th Edition. Singapore: Thompson Learning.

Bernstein, L. A., dan J. J. Wild. 2001. Financial Statement Analysis: Theory, Application, & Interpretation. 7th Edition. Singapore: Mc-Graw Hill International Edition.

Bodie, Z., A. Kane, dan A. J. Marcus. 2005. Investments. 6th Edition. New-York: Mc-Graw Hill International Edition.

Budiman, I. S. K. 2007. Analisis Hubungan Profitabilitas Dengan Harga Saham Sektor Usaha Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal The Winners. Vol. 8. No. 1 Maret: 1-23.

Cahyuttu, M. 2006. Analisis Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Pada Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Chen, H. H., S. C. Chen, dan L. H. Tsai. 2000. A Study of Successful ERP – From the Organization Fit Perspective. Journal of Systemics, Cybernetics and Informatics. Vol. 7. No. 4: 8–16.

EDJ. 2008. Ikut Wall Street, Bursa Regional Terpuruk. Harian Kompas. 10 Oktober 2008.

Elgatasia. 2008. Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham: Pengamatan pada Perusahaan Manufaktur Aneka Industri yang Terdaftar di BEI Perioda 2001-2005. Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada.

Financial Accounting Standards Board (FASB). 1978. Statement of Financial Accounting Concepts No.1: Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises. Stamford, Connecticut.

Financial Accounting Standards Board (FASB). 1984. Statement of Financial Accounting Concepts No.5: Recognition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises. Stamford, Connecticut.

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Alternatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(23)

Fraser, L. M., dan A. Armiston. 1998. Understanding Financial Statements. 5th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holmes, dan A. Tarca. 2006. Accounting Theory. 6th Edition. Australia: John Wiley & Sons Australia Ltd.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics. 4th Edition. Singapore: McGraw-Hill Higher Education.

Hadianto, B. 2008. Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Price Earnings Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel Pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 7. No. 2. November: 162-173.

Hadianto, B., dan R. Setiawan. 2007. Pengaruh Volume Perdagangan, EPS, dan PER Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen. Vol. 7. No. 1. November: 81-96.

Hanafi, M. M., dan A. Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Hartono, J. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 5. Yogyakarta: BPFE.

Hartono, J. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Hasan, M. I. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Julia, N. 2008. Pengaruh Perkembangan Tingkat Likuiditas, Return on Investment (ROI) dan Earnings Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Sektor Properti Perioda 2002-2006. Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Kieso, D. E., J. J. Weygandt, dan T. D. Warfield. 2008. Intermediate Accounting: 2007 FASB Update. 12th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons Pte. Ltd.

Morris, R. D. 1987. Signalling, Agency Theory, and Accounting Policy Choice. Accounting and Business Research. Vol. 18. No. 69: 47-56.


(1)

pada pembagi (denominator) yang merupakan hasil keputusan pendanaan.

Perusahaan dapat mengalami penurunan laba, tetapi jika perusahaan tersebut

mengurangi jumlah saham yang beredar,

Earnings Per Share

(EPS) yang

dihasilkan bisa tetap tinggi.

Dengan adanya keterbatasan ini, investor mungkin berhati-hati dalam

memilih rasio apa saja yang akan menjadi bahan pertimbangannya sehingga ada

kemungkinan investor tidak memasukkan

Earnings Per Share

(EPS) dalam

pertimbangannya. Bila demikian, maka ada kemungkinan

Earnings Per Share

(EPS)

tidak akan berpengaruh terhadap keputusan investor sehingga besarnya

Earnings Per

Share

(EPS) tidak akan mempengaruhi harga saham.

Selain karena keterbatasan masing-masing rasio,

Current Ratio

dan

Earnings

Per Share

(EPS) secara parsial tidak berpengaruh pada harga saham dapat terjadi

kemungkinan besar dikarenakan pada Oktober 2008 terjadi resesi ekonomi atau

krisis keuangan global yang menimpa berbagai negara dan berimbas pada

merosotnya berbagai pasar modal dunia, termasuk pasar modal di Indonesia yaitu

Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan adanya krisis keuangan global pada akhir tahun 2008, harga-harga

saham mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pergerakan harga saham pun

tidak lagi dipengaruhi oleh baik atau buruknya kinerja perusahaan. Investor

cenderung berperilaku rasional dengan tidak melakukan investasi di pasar modal

karena hal tersebut akan merugikan mereka. Walaupun kinerja perusahaan yang

tercermin dalam laporan keuangan mereka tahun sebelumnya baik, investor tetap

tidak tertarik untuk berinvestasi.

Bodie

et al.

(2005) berpendapat bahwa investor memiliki respon yang terlalu

lambat (atau terlalu konservatis) terhadap bukti atau informasi terbaru. Hal ini berarti

mereka dapat saja tidak bereaksi atau terlambat merespon terhadap informasi tentang

perusahaan, sehingga harga saham hanya pada saat tertentu mencerminkan secara

penuh informasi yang ada. Dengan adanya pandangan ini, maka investor dapat tidak

merespon pada informasi seperti laporan keuangan dan rasio keuangan suatu

perusahaan. Dengan tidak adanya respon dari investor, maka harga saham tidak akan

terpengaruh. Oleh karena itu, rasio seperti

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

(EPS) secara parsial dapat tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Pembahasan Hasil Pengujian Simultan

Current Ratio dan

Earnings Per Share

terhadap Harga Saham

Hasil penelitian lainnya adalah bahwa

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

(EPS)

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Sig/Significance

untuk variabel interaksi

antara

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

(INT) adalah sebesar 0,008 yang lebih

kecil dari 0,05.

Hasil penelitian ini mendukung teori signal bahwa manajer yang

menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan untuk memberikan tanda atau

signal harapan dan tujuan masa depan (Godfrey

et al.

, 2006). Pihak internal

perusahaan atau manajemen membuat dan mempublikasikan laporan keuangan

dengan tujuan memberikan signal kepada investor mengenai kinerja mereka.

Pemberian signal mengenai kinerja mereka diharapkan dapat menarik investor untuk

berinvestasi pada perusahaan mereka dengan menggunakan laporan keuangan


(2)

sebagai pertimbangan mereka. Analisis rasio merupakan salah satu cara investor

dalam menganalisis laporan keuangan. Dari hasil penelitian, terbukti bahwa

Current

Ratio

dan

Earnings Per Share

, yang merupakan dua contoh rasio keuangan,

mempengaruhi harga saham. Dengan terpengaruhnya harga saham, berarti informasi

berupa rasio keuangan memiliki andil dalam pengambilan keputusan investor dalam

membeli atau menjual saham, karena harga saham akan berubah seiring perubahan

permintaan dan penawaran saham oleh investor.

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

(EPS) secara bersama-sama dapat

berpengaruh terhadap harga saham karena investor akan menggunakan sebanyak

mungkin informasi yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi. Dengan demikian campuran atau kombinasi dari rasio keuangan

akan lebih mempengaruhi keputusan investor dan akan mempengaruhi harga saham.

Oleh karena itu,

Current Ratio

sebagai ukuran likuiditas dan

Earnings Per Share

(EPS) sebagai ukuran profitabilitas secara bersama-sama atau simultan berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham dibandingkan pengaruh mereka secara parsial

terhadap harga saham.

SIMPULAN

Hasil penelitian untuk menguji pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga

saham perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:

a.

Secara parsial, likuiditas yang diukur dengan

Current Ratio

tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Current Ratio

dapat

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan

investor menyadari bahwa

Current Ratio

memiliki beberapa keterbatasan dan

kelemahan sehingga investor akan berusaha mengimbanginya dengan

menggunakan informasi lain sebagai bahan untuk mendukung keputusannya.

b.

Secara parsial, profitabilitas yang diukur dengan

Earnings Per Share

(EPS) tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Earnings

Per Share

(EPS) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham,

kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa

Earnings Per Share

(EPS)

memiliki beberapa kelemahan. Selain itu, faktor resesi ekonomi Oktober 2008

pada keseluruhan mempengaruhi keputusan investor dalam pasar modal sehingga

pengaruh rasio sebagai ukuran kinerja keuangan tidak signifikan.

c.

Secara simultan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

harga saham perusahaan manufaktur.

Current Ratio

dan

Earnings Per Share

(EPS) secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap harga saham karena

investor akan menggunakan sebanyak mungkin informasi yang ada sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian

campuran atau kombinasi dari rasio keuangan akan lebih mempengaruhi

keputusan investor dan akan mempengaruhi harga saham.

REFERENSI

Agung, Y. 2008. Enam Tindakan Pemerintah Dukung Pembukaan Bursa Efek.

Harian Kompas

. 9 Oktober 2008.


(3)

Amrullah, L. A. 2009. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan

Risiko Sistematis Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada

Perusahaan-Perusahaan yang Masuk di JII Tahun 2004-2006).

Skripsi

Fakultas Syariah

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Belkaoui, A. R. 2004.

Accounting Theory

. 5th Edition. Singapore: Thompson

Learning.

Bernstein, L. A., dan J. J. Wild. 2001.

Financial Statement Analysis: Theory,

Application, & Interpretation

. 7th Edition. Singapore: Mc-Graw Hill

International Edition.

Bodie, Z., A. Kane, dan A. J. Marcus. 2005.

Investments

. 6th Edition.

New-York: Mc-Graw Hill International Edition.

Budiman, I. S. K. 2007. Analisis Hubungan Profitabilitas Dengan Harga

Saham Sektor Usaha Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal The Winners

. Vol. 8. No. 1 Maret: 1-23.

Cahyuttu, M. 2006. Analisis Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap

Return Saham Pada Industri Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Chen, H. H., S. C. Chen, dan L. H. Tsai. 2000. A Study of Successful ERP – From

the Organization Fit Perspective.

Journal of Systemics, Cybernetics and

Informatics

. Vol. 7. No. 4: 8–16.

EDJ. 2008. Ikut Wall Street, Bursa Regional Terpuruk.

Harian Kompas

. 10 Oktober

2008.

Elgatasia. 2008. Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Return

on Asset, Return on Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga

Saham: Pengamatan pada Perusahaan Manufaktur Aneka Industri yang

Terdaftar di BEI Perioda 2001-2005.

Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada.

Financial Accounting Standards Board (FASB). 1978.

Statement of Financial

Accounting Concepts No.1: Objectives of Financial Reporting by Business

Enterprises

. Stamford, Connecticut.

Financial Accounting Standards Board (FASB). 1984.

Statement of Financial

Accounting Concepts No.5: Recognition and Measurement in Financial

Statements of Business Enterprises

. Stamford, Connecticut.

Firdaus, M. 2004.

Ekonometrika Suatu Pendekatan Alternatif

. Jakarta: PT Bumi

Aksara.


(4)

Fraser, L. M., dan A. Armiston. 1998.

Understanding Financial Statements

. 5th

Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holmes, dan A. Tarca. 2006.

Accounting Theory

.

6th Edition. Australia: John Wiley & Sons Australia Ltd.

Ghozali, I. 2006.

Aplikasi

Analisis Multivariate Dengan Program SPSS

. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. N. 2003.

Basic Econometrics

. 4th Edition. Singapore: McGraw-Hill

Higher Education.

Hadianto, B. 2008. Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Price Earnings Ratio

(PER) Terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel Pada

Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ilmiah Akuntansi

. Vol. 7.

No. 2. November: 162-173.

Hadianto, B., dan R. Setiawan. 2007. Pengaruh Volume Perdagangan, EPS, dan PER

Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan pada Perioda 2000-2005 di

Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Manajemen

. Vol. 7. No. 1. November: 81-96.

Hanafi, M. M., dan A. Halim. 2000.

Analisis Laporan Keuangan

. Edisi 2.

Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Hartono, J. 2008.

Teori Portofolio dan Analisis Investasi

. Edisi 5. Yogyakarta:

BPFE.

Hartono, J. 2004.

Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman

. Yogyakarta: BPFE.

Hasan, M. I. 1999.

Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif)

. Edisi

2. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009.

Standar Akuntansi Keuangan

. Salemba Empat,

Jakarta.

Julia, N. 2008. Pengaruh Perkembangan Tingkat Likuiditas, Return on

Investment (ROI) dan Earnings Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

Pada Sektor Properti Perioda 2002-2006.

Skripsi

Program Studi Manajemen

Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Kieso, D. E., J. J. Weygandt, dan T. D. Warfield. 2008.

Intermediate

Accounting: 2007 FASB Update

. 12th Edition. New Jersey: John Wiley and

Sons Pte. Ltd.

Morris, R. D. 1987. Signalling, Agency Theory, and Accounting Policy

Choice.

Accounting and Business Research

. Vol. 18. No. 69: 47-56.


(5)

Muthaher, M. R., dan O. Muthaher. 2007. Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental

dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail Di BEI.

Skripsi

Universitas Islam Sultan Agung.

Munawir, S. 1979.

Analisa Laporan Keuangan

. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty.

Neveu, R. P. 1985.

Fundamentals of Managerial Finance

. 2nd Edition. Cincinnati,

Ohio: South Western Publishing Co.

Ningrom, D. R. 2009. Analisis Pengaruh Current Ratio, Return on Investment, dan

Earnings Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Prayitno, A. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas Terhadap

Harga Saham Sektor Properti di Bursa Efek Indonesia Tahun 2001-2006.

Skripsi

Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas

Widyatama

Pribawanti, T. M. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return

Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur yang Membagikan Dividen di

Bursa Efek Indonesia.

Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Primandoko, A. 2005. Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Return

Saham Bank di Bursa Efek Indonesia.

Skripsi

Pendidikan Ekonomi Akuntansi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Revsine, L., D. W. Collins, dan W. B. Johnson. 1999.

Financial Reporting and

Analysis

. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Sasongko, N., dan N. Wulandari. 2006. Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio

Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Empirika. Vol. 19. No. 1. Juni: 64-80

SBT. 2008. Presiden George Bush Setujui Dana Pinjaman untuk The Big

Three.

Harian Kompas

. 20 Desember 2008.

Scott, W. R. 2006.

Financial Accounting Theory

. 4th Edition. Toronto, Ontario:

Pearson Education Canada Inc.

Stickney, C. P. 1996.

Financial Reporting & Statement Analysis: A Strategic

Approach

. 3rd Edition. Orlando: The Dryden Press.


(6)

Sunariyah, 2004.

Pengantar Pengetahuan Pasar Modal

. Edisi 4. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN.

Sutrisno. 2003.

Manajemen Keuangan

: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi 3.

Yogyakarta: PT Ekonisia.

Suwardjono. 2005.

Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan

. Edisi 3.

Yogyakarta: BPFE.

Trisnaeni, D. K. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI.

Skripsi

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Ulupui, I. G. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,

dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Perusahaan Makanan dan

Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEI).

Jurnal Akuntansi

dan Bisnis

. Vol. 2. No. 1, Januari: 88-102.

Warren, C. S., J. M. Reeve, dan P. E. Fess. 2005.

Accounting

. 21st Edition.

Singapore: South-Western, Thomson.

Wicaksono, A. S. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham

Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Skripsi

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

Zhao, J., A. L. Katchova, dan P. J. Barry. 2004. Testing the Pecking Order Theory

and the Signaling Theory for Farm Businesses.

American Agricultural

Economics Association Annual Meeting

. Denver, Colorado. July: 1-4.

Website Dunia Investasi www.duniainvestasi.com/bei/stock/prices


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 44 89

Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 27 87

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 24 112

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013.

0 5 18

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Dan Dividen Terhadap Harga Saham(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Ind

0 8 18

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 2 28

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 26

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PADA SUBSEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 9 53

Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17