Kejadian Hipotensi pada Pasien Sesar dengan Anestesi Spinal Tahun 2014 di RSUP Haji Adam Malik Medan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU HAMIL
2.1.1. Perubahan Kardiovaskular Maternal selama Kehamilan
a. Darah
Volume darah terdiri dari volume plasma dan volume sel meningkat
45%-50% selama kehamilan. Volume plasma meningkat lebih banyak dan
lebih awal pada masa gestasi dibandingkan volume sel, meskipun
peningkatan volume sel kira-kira sekitar 33% atau ~450ml. Keadaan ini
menyebabkan penurunan hematokrit hingga mendekati minggu ke-30
kehamilan, ketika volume plasma stabil, dan ini disebut sebagai anemia
fisiologis atau dilusi pada kehamilan. Dengan pemberian besi, eritrosit
meningkat lebih cepat, dan perbedaan antara volume seluler dan plasma
bekurang. Lihat Gambar 2.1 (Pernoll, 2001).
Gambar 2.1 Perubahan volume darah selama kehamilan dan masa
nifas
Universitas Sumatera Utara
5
b. Curah Jantung
Curah jantung, merupakan hasil perkalian dari denyut jantung dan
volume sekuncup , meningkat ~40% (~1,5 liter/menit) selama gestasi. Curah
jantung mencapai nilaimaksimum pada minggu ke 20-24 (Gambar 2.2).
Volume sekuncupmenyumbang hampir seluruh kenaikan curah jantung pada
awal kehamilan hingga mencapai puncaknya 25%-30% pada minggu ke 1224. Denyut jantung meningkat 15 denyut/menit pada saat aterm namun
tetap dipengaruhi oleh variabel yang sama seperti pada wanita yang tidak
hamil (Pernoll, 2001).
Gambar 2.2 Peningkatan curah jantung selama kehamilan
c. Tekanan Darah Arteri
Progesteron menyebabkan relaksasi otot-otot polos. Hal ini tampak
dalam sistem vena dan mengakibatkan dilatasi vena panggul, peningkatan
sistem vaskularisasi uterus, dan dilatasi vena-vena di tungkai bawah secara
nyata. Namun, efek ini juga terjadi pada arteri (Pernoll, 2001).
2.1.2. Penyesuaian Paru terhadap Kehamilan
Dilatasi Kapiler di seluruh saluran pernapasan menyebabkan
perubahan suara dan pernafasan lewat hidung sulit pada awal kehamilan.
Secara radiologi, gambaran vaskularisasi paru meningkat. Pembesaran
uterus disertai denganelevasi diafragma setinggi 4 cm, tetapi perubahan
Universitas Sumatera Utara
6
posisi ini tidak mempengaruhi fungsi diafragma. Sebenarnya, otot-otot
abdominal berelaksasi selama kehamilan, sehingga pernapasan cenderung
diafragmatik. Tulang iga bawah mendatar ke arah luar, meninggikan
angulus subsifoideus dan meningkatkan keliling thoraks hingga 6 cm
(Pernoll, 2001).
Volume ruang rugi meningkat akibat relaksasi otot-otot jalan nafas.
Peningkatan volume tidal bertahap (35-50%) terjadi selama kehamilan.
Peninggian diafragma menurunkan kapasitas paru total sekitar 4-5%.
Volume tidal meningkat 40%. Kapasitas residual fungsional, volume
residual, dan volume cadangan ekspirasi menurun hingga ~20%. Ventilasi
alveolar meningkat ~65% akibat kombinasi dari volume tidal besar dan
volume cadangan kecil. Kapasitas inspirasi meningkat 5%-10% maksimum
pada minggu ke 22-24. Ada sedikit peningkatan pada frekuensi pernafasan,
menit ventilasi meningkat 50%, dan konsumsi oksigen meningkat 15%-20%
diatas wanita yang tidak hamil. Volume menit pernapasan meningkat ~26%
(Gambar 2.3)(Pernoll, 2001).
Terjadi hiperventilasi pada kehamilan yang dideskripsikan sebagai
penurunan CO2 alveolar bersamaan dengan rendahnya CO2 sambil
mempertahankan tekanan oksigen alveolar maternal yang normal.
Hiperventilasi maternal berhubungan dengan kerja progesteron pada pusat
pernapasan diperantarai oleh kemoreseptor perifer di badan karotid. Ini
memungkinkan fetus melakukan pertukaran CO2 dengan cara yang lebih
efektif (Pernoll, 2001).
Selama persalinan dan pelahiran, banyak pasien mengalami
hiperventilasi. Ini dapat memicu alkalosis respiratorik diikuti spasme
karpopedal. Kapasitas fungsional cadangan semakin menurun pada fase
awal tiap kontraksi (dari redistribusi darah yang berasal dari uterus), dan
memungkinkan pertukaran gas yang lebih efisien. Pemberian obat-obatan
anestetik harus diubah sesuai dengan hal tersebut (Pernoll, 2001).
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.3. Perubahan Ginjal
Dilatasi hilus ginjal, kaliks, dan ureter terjadi sedini akhir trimester
pertama tetapi biasanya regresi normal pada akhir masa nifas. Sistem
pengumpul sebelah kanan menunjukkan dilatasi yang lebih besar karena
kompresi oleh pembesaran, uterus dekstrorotasi. Refluks vesikoureter
bilateral sering terjadi selama kehamilan. Dengan demikian, wanita hamil
menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih (Pernoll, 2001).
Gambar 2.3Perubahan volume paru selama kehamilan
Aliran Plasma Ginjal meningkat
nyata selama kehamilan untuk
mencapai maksimum 60% -80% di atas tingkat wanita tidak hamil pada
masa midgestasi. Kemudian, penurunan bertahap dari sekitar 25% terjadi
dengan istilah. Peningkatan GFR ~50% pada trimester kedua karena
peningkatan volume darah dan aliran darah ginjal, menurunnya tekanan
onkotik, dan perubahan endokrin. Platonya pada trimester ketiga sebagai
terminasi. Fraksi filtrasi (FF), rasio GFR/RPF, menurun selama awal
kehamilan, dan meningkat kembali pada trimester akhir. Ini mungkin
menunjukkan perubahan hemodinamik dalam glomerulus (Pernoll, 2001).
Universitas Sumatera Utara
8
Sangat awal di kehamilan, klirens kreatinin meningkat hingga ~45
dari nilai tidak hamil. Selama trimester kedua, klirens kreatinin tetap
meninggi, tetapi pada trimester ketiga, beberapa minggu sebelum term,
secara bertahap turun ke level wanita tidak hamil (Pernoll, 2001).
Urea dan asam urat semua diekskresikan lebih efektif selama
kehamilan, sehingga konsentrasi darah dari zat ini biasanya lebih rendah
daripada dalam keadaan tidak hamil. Lebih banyak glukosa dan laktosa
diekskresikan selama kehamilan. Asam amino dieliminasi lebih cepat dan
dalam jumlah yang lebih besar selama kehamilan. Kehilangan asam
askorbat dan asam folat dalam urin terjadi (Pernoll, 2001).
Volume dan komposisi cairan diregulasi oleh kontrol ginjal dengan
mengekskresikan natrium dan air. Estrogen dan kortisol dan sistem reninangiotensin-aldosteron berkontribusi terhadap perubahan homeostasis
natrium dan air selama kehamilan. Peningkatan GFR yang sangat pesat
selama kehamilan menyebabkan peningkatan dalam filtrasi natrium, tetapi
reabsorbsi tubular natrium meningkat. Ini menghasilkan keseimbangan
natrium positif diperlukan untuk memungkinkan persyaratan janin dan
peningkatan volume darah ibu. Secara proporsional lebih banyak air
daripada natrium yang tertensi selama trimester ketiga. Inilah yang
diobservasi sebagai penyebab edema pada akhir kehamilan (Pernoll, 2001).
2.1.4. Perubahan Gastrointestinal
a. Oral
Salivasi sering meningkat dan bersifat lebih asam. Gusi dapat
menjadi lebih hipertropik dan hiperemis, dan pembentukan epulis dapat
terjadi tanpa higienitas oral yang baik (Pernoll, 2001).
b. Gastrointestinal
Selama kehamilan, baik motillitas gastrointestinal dan iramanya
menurun (dibawah pengaruh peningkatan progesteron). Secara klinis, ini
memicu penundaan pengosongan lambung, waktu transit lebih lambat, dan
konstipasi. Dapat juga menjadi refluks gastroesofageal, yang memicu nyeri
Universitas Sumatera Utara
9
heartburn, dan kemungkinan yang nyata dapat menjadi regurgitasi dan
aspirasi jika dalam keadaan tak sadar. Efek kehamilan pada keasaman
lambung sangat bervariasi (Pernoll, 2001).
Apendiks berpindah superior dan ke panggul kanan, dan usus
dipindahkan ke atas dan lateral. Pengetahuan ini yang paling penting ketika
apendiktomi harus dilakukan dalam lanjutan kehamilan (Pernoll, 2001).
c. Hati
Tidak ada perubahan kotor atau mikroskopis yang ada di hati telah
dicatat selama kehamilan. Nilai tes fungsi hati dalam kehamilan adalah
sama seperti dalam keadaan tidak hamil dengan pengecualian berikut. (1)
Serum albumin menurun perlahan-lahan selama kehamilan dari sekitar 4,23,5 g / dL, dengan kenaikan bertahap normal dalam 6-8 minggu setelah
melahirkan. (2) Alpha dan tingkat globulin beta meningkat sedikit dan
gamma globulin menurun sangat sedikit pada kehamilan. (3) flokulasi
sefalin meningkat pada 25% kehamilan. (4) Serum alkaline phosphatase
meningkat secara bertahap selama kehamilan; di jangka, nilai rata-rata
adalah 6,3 unit Bodansky dan 19 Raja-Armstrong unit. Tes tidak berubah
selama kehamilan termasuk untuk serum transaminase oksaloasetat glutamat
dan kadar bilirubin serum. Tes ekskresi BSP tidak terpengaruh (Pernoll,
2001).
d. Empedu
Waktu pengosongan diperlambat dan sering tidak lengkap.
Komposisi kimia empedu ini tidak diubah, tetapi stasis empedu dapat
menyebabkan batu empedu (Pernoll, 2001).
2.1.5 Peningkatan Berat Badan Maternal pada Kehamilan
Berat badan akan naik rata-rata
22-27 pon (10-12 kg) selama
kehamilan. Pada, komponen peningkatan beratakan didistribusikan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. Idealnya, hanya 1,5-3 pon diperoleh
pada trimester pertama dan 0,8 pon/minggu selama trimester kedua dan
Universitas Sumatera Utara
10
ketiga. Progresivitas peningkatan berat badan yang inadekuat sering
dikaitkan dengan pertumbuhan fundus buruk, yang mencerminkan defisiensi
pertumbuhan janin. Dengan demikian, progresivitas penigkatan berat badan
yang inadekuat padakehamilan memerlukan penyelidikan defisit gizi,
penyakit ibu, malabsorpsi, atau mileau hormonal yang abnormal (misalnya,
hipertiroidisme). Berat badan yang berlebihan di paruh kedua kehamilan
mengkhawatirkan karena hubungan dengan hipertensi negarakehamilan
(Pernoll, 2001).
Individualisasi berat badan ibu adalah kunci untuk janin yang
tumbuh optimal. Misalnya, perempuan kurus dianjurkan meningkatkan berat
lebih dan wanita gemuk kurang dianjurkan. Wanita yang lebih berat pada
saat kehamilan atau memiliki berat badan yang berlebihan selama
kehamilan lebih rentan untuk memiliki bayi makrosomia. Sebaliknya,
wanita kurus dan orang-orang dengan berat badan yang tidak memadai
selama kehamilan lebih mungkin untuk memiliki janin dengan pertumbuhan
intrauterin terbelakang dan plasenta kecil (Pernoll, 2001).
Gambar 2.4 Komponen peningkatan berat badan pada kehamilan normal
Kesimpulan perubahan fisiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Perubahan fisiologi ibu hamil
Sistem
Parameter
Jumlah
Respirasi
Konsumsi O2
+20-50%
Ventilasi semenit
+50%
Universitas Sumatera Utara
11
Koagulasi
Volume tidal
+40%
RR
+15%
PaO2/CO2
+10%
HCO3-
-20%
FRC
-20%
Faktor-faktor
+50%sampai +250%
pembekuan
Neurologi
MAC
-40%
Kardiovaskular
Volume Plasma
+45%
Volume RBC
+20%
CO/SV
+40%/+30%
HR
+15%
MAP
-15%
CVP
Tidak berubah
GFR
+50%
PH
Tidak berubah
Motilitas
Menurun
pH
Menurun
Renal
GI
(Callaham, Barton dan Scumaker, 1997)
2.2.SEKSIO SESAREA
Asal-usul terminologi caesar mula-mula mengenai legenda bahwa Julius
Caesar orang yang pertama kali dlahirkan dengan cara demikian tidak
diikuti bukti yang cukup kuat (Cunningham, 2010). Dalam Mansjoer (2000)
penjelasan istilah caesar berasal dari bahasa Latin caedere pada abad
pertengahan, yang artinya memotong.
Pengertian tersebut bermula dari
hukum Romawi (Lex Regia) dan dibawah pemerintahan raja (Lex caesar)
untuk menolong wanita yang sekarat pada beberapa minggu terakhir
kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.1. Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah sesuatu cara melahirkan transabdominal
janinyang viabel (dengan plasenta dan membran) dengan melakukan insisi
pada rahim (Pernoll, 2001).
2.2.2. Klasifikasi Seksio Sesarea
a) Seksio sesarea primer (efektif)
Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
seksio sesarea. Misalnya pada panggul sempit (CV< 8 cm)
b) Seksio sesarea sekunder
Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan seksio sesarea.
c) Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang
d) Seksio sesarea histerektomi
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan seksio sesarea
yang secara langsung diikuti histererktomi karena suatu indikasi.
e) Operasi Porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya
janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya
pada keadaan infeksi yang berat.(Sofian, 2012)
2.2.3. Frekuensi
Frekuensi seksio sesarea yang dilakukan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan
Tabel 2.2
Tabel Frekuensi seksio sesar di RS Dr. Pirngadi Medan
Mochtar (1968)
2,5%
Mochtar dkk (1971)
4,9 %
Aziz dkk (1974)
6,4 %
Mochtar (1981)
10 %
Frekuensi di negara-negara maju sekitar
7-10% (Sofian, 2012)
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.4. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Pernoll (2001) indikasi yang umum untuk melakukan
seksio sesare sebagai berikut :
I.
Seksio sesarea berulang
II.
Distosia
A.Disproporsi fetopelvik ( Passage insuficiency)
Tulang pelvis
-Inlet pelvis ( biasanya antero-posterior < 10 cm)
-Midpelvis ( biasanya spina-ischiadica 4000 g)
Malposisi dan malpresentasi
Sungsang yang tidak dapat dilahirkan pervaginam
Kepala defleksi
Posisi transverse atau oblik
Posisi dahi
Posisi dagu posterior
Presentasi bahu
Presentasi campuran yang mempersulit
Janin abnormal
Meningomielosel
Hidrosefalus
Teratoma sakrokoksigeus
Universitas Sumatera Utara
14
Anomali janin lainnya
C.Persalinan yang Abnormal (Power)
Inersia uterus primer
Fase laten memanjang ( Tidak sering, tetapi >20jam pada
nulipara dan >14 jam pada multipara)
Gangguan protraksi
Protraksi aktif fase dilatasi (nuligravida
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU HAMIL
2.1.1. Perubahan Kardiovaskular Maternal selama Kehamilan
a. Darah
Volume darah terdiri dari volume plasma dan volume sel meningkat
45%-50% selama kehamilan. Volume plasma meningkat lebih banyak dan
lebih awal pada masa gestasi dibandingkan volume sel, meskipun
peningkatan volume sel kira-kira sekitar 33% atau ~450ml. Keadaan ini
menyebabkan penurunan hematokrit hingga mendekati minggu ke-30
kehamilan, ketika volume plasma stabil, dan ini disebut sebagai anemia
fisiologis atau dilusi pada kehamilan. Dengan pemberian besi, eritrosit
meningkat lebih cepat, dan perbedaan antara volume seluler dan plasma
bekurang. Lihat Gambar 2.1 (Pernoll, 2001).
Gambar 2.1 Perubahan volume darah selama kehamilan dan masa
nifas
Universitas Sumatera Utara
5
b. Curah Jantung
Curah jantung, merupakan hasil perkalian dari denyut jantung dan
volume sekuncup , meningkat ~40% (~1,5 liter/menit) selama gestasi. Curah
jantung mencapai nilaimaksimum pada minggu ke 20-24 (Gambar 2.2).
Volume sekuncupmenyumbang hampir seluruh kenaikan curah jantung pada
awal kehamilan hingga mencapai puncaknya 25%-30% pada minggu ke 1224. Denyut jantung meningkat 15 denyut/menit pada saat aterm namun
tetap dipengaruhi oleh variabel yang sama seperti pada wanita yang tidak
hamil (Pernoll, 2001).
Gambar 2.2 Peningkatan curah jantung selama kehamilan
c. Tekanan Darah Arteri
Progesteron menyebabkan relaksasi otot-otot polos. Hal ini tampak
dalam sistem vena dan mengakibatkan dilatasi vena panggul, peningkatan
sistem vaskularisasi uterus, dan dilatasi vena-vena di tungkai bawah secara
nyata. Namun, efek ini juga terjadi pada arteri (Pernoll, 2001).
2.1.2. Penyesuaian Paru terhadap Kehamilan
Dilatasi Kapiler di seluruh saluran pernapasan menyebabkan
perubahan suara dan pernafasan lewat hidung sulit pada awal kehamilan.
Secara radiologi, gambaran vaskularisasi paru meningkat. Pembesaran
uterus disertai denganelevasi diafragma setinggi 4 cm, tetapi perubahan
Universitas Sumatera Utara
6
posisi ini tidak mempengaruhi fungsi diafragma. Sebenarnya, otot-otot
abdominal berelaksasi selama kehamilan, sehingga pernapasan cenderung
diafragmatik. Tulang iga bawah mendatar ke arah luar, meninggikan
angulus subsifoideus dan meningkatkan keliling thoraks hingga 6 cm
(Pernoll, 2001).
Volume ruang rugi meningkat akibat relaksasi otot-otot jalan nafas.
Peningkatan volume tidal bertahap (35-50%) terjadi selama kehamilan.
Peninggian diafragma menurunkan kapasitas paru total sekitar 4-5%.
Volume tidal meningkat 40%. Kapasitas residual fungsional, volume
residual, dan volume cadangan ekspirasi menurun hingga ~20%. Ventilasi
alveolar meningkat ~65% akibat kombinasi dari volume tidal besar dan
volume cadangan kecil. Kapasitas inspirasi meningkat 5%-10% maksimum
pada minggu ke 22-24. Ada sedikit peningkatan pada frekuensi pernafasan,
menit ventilasi meningkat 50%, dan konsumsi oksigen meningkat 15%-20%
diatas wanita yang tidak hamil. Volume menit pernapasan meningkat ~26%
(Gambar 2.3)(Pernoll, 2001).
Terjadi hiperventilasi pada kehamilan yang dideskripsikan sebagai
penurunan CO2 alveolar bersamaan dengan rendahnya CO2 sambil
mempertahankan tekanan oksigen alveolar maternal yang normal.
Hiperventilasi maternal berhubungan dengan kerja progesteron pada pusat
pernapasan diperantarai oleh kemoreseptor perifer di badan karotid. Ini
memungkinkan fetus melakukan pertukaran CO2 dengan cara yang lebih
efektif (Pernoll, 2001).
Selama persalinan dan pelahiran, banyak pasien mengalami
hiperventilasi. Ini dapat memicu alkalosis respiratorik diikuti spasme
karpopedal. Kapasitas fungsional cadangan semakin menurun pada fase
awal tiap kontraksi (dari redistribusi darah yang berasal dari uterus), dan
memungkinkan pertukaran gas yang lebih efisien. Pemberian obat-obatan
anestetik harus diubah sesuai dengan hal tersebut (Pernoll, 2001).
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.3. Perubahan Ginjal
Dilatasi hilus ginjal, kaliks, dan ureter terjadi sedini akhir trimester
pertama tetapi biasanya regresi normal pada akhir masa nifas. Sistem
pengumpul sebelah kanan menunjukkan dilatasi yang lebih besar karena
kompresi oleh pembesaran, uterus dekstrorotasi. Refluks vesikoureter
bilateral sering terjadi selama kehamilan. Dengan demikian, wanita hamil
menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih (Pernoll, 2001).
Gambar 2.3Perubahan volume paru selama kehamilan
Aliran Plasma Ginjal meningkat
nyata selama kehamilan untuk
mencapai maksimum 60% -80% di atas tingkat wanita tidak hamil pada
masa midgestasi. Kemudian, penurunan bertahap dari sekitar 25% terjadi
dengan istilah. Peningkatan GFR ~50% pada trimester kedua karena
peningkatan volume darah dan aliran darah ginjal, menurunnya tekanan
onkotik, dan perubahan endokrin. Platonya pada trimester ketiga sebagai
terminasi. Fraksi filtrasi (FF), rasio GFR/RPF, menurun selama awal
kehamilan, dan meningkat kembali pada trimester akhir. Ini mungkin
menunjukkan perubahan hemodinamik dalam glomerulus (Pernoll, 2001).
Universitas Sumatera Utara
8
Sangat awal di kehamilan, klirens kreatinin meningkat hingga ~45
dari nilai tidak hamil. Selama trimester kedua, klirens kreatinin tetap
meninggi, tetapi pada trimester ketiga, beberapa minggu sebelum term,
secara bertahap turun ke level wanita tidak hamil (Pernoll, 2001).
Urea dan asam urat semua diekskresikan lebih efektif selama
kehamilan, sehingga konsentrasi darah dari zat ini biasanya lebih rendah
daripada dalam keadaan tidak hamil. Lebih banyak glukosa dan laktosa
diekskresikan selama kehamilan. Asam amino dieliminasi lebih cepat dan
dalam jumlah yang lebih besar selama kehamilan. Kehilangan asam
askorbat dan asam folat dalam urin terjadi (Pernoll, 2001).
Volume dan komposisi cairan diregulasi oleh kontrol ginjal dengan
mengekskresikan natrium dan air. Estrogen dan kortisol dan sistem reninangiotensin-aldosteron berkontribusi terhadap perubahan homeostasis
natrium dan air selama kehamilan. Peningkatan GFR yang sangat pesat
selama kehamilan menyebabkan peningkatan dalam filtrasi natrium, tetapi
reabsorbsi tubular natrium meningkat. Ini menghasilkan keseimbangan
natrium positif diperlukan untuk memungkinkan persyaratan janin dan
peningkatan volume darah ibu. Secara proporsional lebih banyak air
daripada natrium yang tertensi selama trimester ketiga. Inilah yang
diobservasi sebagai penyebab edema pada akhir kehamilan (Pernoll, 2001).
2.1.4. Perubahan Gastrointestinal
a. Oral
Salivasi sering meningkat dan bersifat lebih asam. Gusi dapat
menjadi lebih hipertropik dan hiperemis, dan pembentukan epulis dapat
terjadi tanpa higienitas oral yang baik (Pernoll, 2001).
b. Gastrointestinal
Selama kehamilan, baik motillitas gastrointestinal dan iramanya
menurun (dibawah pengaruh peningkatan progesteron). Secara klinis, ini
memicu penundaan pengosongan lambung, waktu transit lebih lambat, dan
konstipasi. Dapat juga menjadi refluks gastroesofageal, yang memicu nyeri
Universitas Sumatera Utara
9
heartburn, dan kemungkinan yang nyata dapat menjadi regurgitasi dan
aspirasi jika dalam keadaan tak sadar. Efek kehamilan pada keasaman
lambung sangat bervariasi (Pernoll, 2001).
Apendiks berpindah superior dan ke panggul kanan, dan usus
dipindahkan ke atas dan lateral. Pengetahuan ini yang paling penting ketika
apendiktomi harus dilakukan dalam lanjutan kehamilan (Pernoll, 2001).
c. Hati
Tidak ada perubahan kotor atau mikroskopis yang ada di hati telah
dicatat selama kehamilan. Nilai tes fungsi hati dalam kehamilan adalah
sama seperti dalam keadaan tidak hamil dengan pengecualian berikut. (1)
Serum albumin menurun perlahan-lahan selama kehamilan dari sekitar 4,23,5 g / dL, dengan kenaikan bertahap normal dalam 6-8 minggu setelah
melahirkan. (2) Alpha dan tingkat globulin beta meningkat sedikit dan
gamma globulin menurun sangat sedikit pada kehamilan. (3) flokulasi
sefalin meningkat pada 25% kehamilan. (4) Serum alkaline phosphatase
meningkat secara bertahap selama kehamilan; di jangka, nilai rata-rata
adalah 6,3 unit Bodansky dan 19 Raja-Armstrong unit. Tes tidak berubah
selama kehamilan termasuk untuk serum transaminase oksaloasetat glutamat
dan kadar bilirubin serum. Tes ekskresi BSP tidak terpengaruh (Pernoll,
2001).
d. Empedu
Waktu pengosongan diperlambat dan sering tidak lengkap.
Komposisi kimia empedu ini tidak diubah, tetapi stasis empedu dapat
menyebabkan batu empedu (Pernoll, 2001).
2.1.5 Peningkatan Berat Badan Maternal pada Kehamilan
Berat badan akan naik rata-rata
22-27 pon (10-12 kg) selama
kehamilan. Pada, komponen peningkatan beratakan didistribusikan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. Idealnya, hanya 1,5-3 pon diperoleh
pada trimester pertama dan 0,8 pon/minggu selama trimester kedua dan
Universitas Sumatera Utara
10
ketiga. Progresivitas peningkatan berat badan yang inadekuat sering
dikaitkan dengan pertumbuhan fundus buruk, yang mencerminkan defisiensi
pertumbuhan janin. Dengan demikian, progresivitas penigkatan berat badan
yang inadekuat padakehamilan memerlukan penyelidikan defisit gizi,
penyakit ibu, malabsorpsi, atau mileau hormonal yang abnormal (misalnya,
hipertiroidisme). Berat badan yang berlebihan di paruh kedua kehamilan
mengkhawatirkan karena hubungan dengan hipertensi negarakehamilan
(Pernoll, 2001).
Individualisasi berat badan ibu adalah kunci untuk janin yang
tumbuh optimal. Misalnya, perempuan kurus dianjurkan meningkatkan berat
lebih dan wanita gemuk kurang dianjurkan. Wanita yang lebih berat pada
saat kehamilan atau memiliki berat badan yang berlebihan selama
kehamilan lebih rentan untuk memiliki bayi makrosomia. Sebaliknya,
wanita kurus dan orang-orang dengan berat badan yang tidak memadai
selama kehamilan lebih mungkin untuk memiliki janin dengan pertumbuhan
intrauterin terbelakang dan plasenta kecil (Pernoll, 2001).
Gambar 2.4 Komponen peningkatan berat badan pada kehamilan normal
Kesimpulan perubahan fisiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Perubahan fisiologi ibu hamil
Sistem
Parameter
Jumlah
Respirasi
Konsumsi O2
+20-50%
Ventilasi semenit
+50%
Universitas Sumatera Utara
11
Koagulasi
Volume tidal
+40%
RR
+15%
PaO2/CO2
+10%
HCO3-
-20%
FRC
-20%
Faktor-faktor
+50%sampai +250%
pembekuan
Neurologi
MAC
-40%
Kardiovaskular
Volume Plasma
+45%
Volume RBC
+20%
CO/SV
+40%/+30%
HR
+15%
MAP
-15%
CVP
Tidak berubah
GFR
+50%
PH
Tidak berubah
Motilitas
Menurun
pH
Menurun
Renal
GI
(Callaham, Barton dan Scumaker, 1997)
2.2.SEKSIO SESAREA
Asal-usul terminologi caesar mula-mula mengenai legenda bahwa Julius
Caesar orang yang pertama kali dlahirkan dengan cara demikian tidak
diikuti bukti yang cukup kuat (Cunningham, 2010). Dalam Mansjoer (2000)
penjelasan istilah caesar berasal dari bahasa Latin caedere pada abad
pertengahan, yang artinya memotong.
Pengertian tersebut bermula dari
hukum Romawi (Lex Regia) dan dibawah pemerintahan raja (Lex caesar)
untuk menolong wanita yang sekarat pada beberapa minggu terakhir
kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.1. Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah sesuatu cara melahirkan transabdominal
janinyang viabel (dengan plasenta dan membran) dengan melakukan insisi
pada rahim (Pernoll, 2001).
2.2.2. Klasifikasi Seksio Sesarea
a) Seksio sesarea primer (efektif)
Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
seksio sesarea. Misalnya pada panggul sempit (CV< 8 cm)
b) Seksio sesarea sekunder
Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan seksio sesarea.
c) Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang
d) Seksio sesarea histerektomi
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan seksio sesarea
yang secara langsung diikuti histererktomi karena suatu indikasi.
e) Operasi Porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya
janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya
pada keadaan infeksi yang berat.(Sofian, 2012)
2.2.3. Frekuensi
Frekuensi seksio sesarea yang dilakukan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan
Tabel 2.2
Tabel Frekuensi seksio sesar di RS Dr. Pirngadi Medan
Mochtar (1968)
2,5%
Mochtar dkk (1971)
4,9 %
Aziz dkk (1974)
6,4 %
Mochtar (1981)
10 %
Frekuensi di negara-negara maju sekitar
7-10% (Sofian, 2012)
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.4. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Pernoll (2001) indikasi yang umum untuk melakukan
seksio sesare sebagai berikut :
I.
Seksio sesarea berulang
II.
Distosia
A.Disproporsi fetopelvik ( Passage insuficiency)
Tulang pelvis
-Inlet pelvis ( biasanya antero-posterior < 10 cm)
-Midpelvis ( biasanya spina-ischiadica 4000 g)
Malposisi dan malpresentasi
Sungsang yang tidak dapat dilahirkan pervaginam
Kepala defleksi
Posisi transverse atau oblik
Posisi dahi
Posisi dagu posterior
Presentasi bahu
Presentasi campuran yang mempersulit
Janin abnormal
Meningomielosel
Hidrosefalus
Teratoma sakrokoksigeus
Universitas Sumatera Utara
14
Anomali janin lainnya
C.Persalinan yang Abnormal (Power)
Inersia uterus primer
Fase laten memanjang ( Tidak sering, tetapi >20jam pada
nulipara dan >14 jam pada multipara)
Gangguan protraksi
Protraksi aktif fase dilatasi (nuligravida