Analisis Yuridis Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Dengan Angsuran yang Dibuat Dibawah Tangan
ABSTRAK
Perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah yang dibuat dibawah tangan
merupakan suatu perjajian yang kesepakatan antara para pihak yang membuatnya,
dimana salah satu pihak sebagai calon penjual yang memiliki sebidang tanah dan
calon pembeli yang memiliki kewajiban untuk mengangsur atas pembelian sebidang
tanah tersebut. Perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah secara mengangsur
yang dibawah tangan pada dasarnya tidak dikenal dalam sistem hukum agraria
indonesia. Perjanjian ini menggunakan judul pengadaan tanah tetapi tidak mengikuti
aturan yang yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
dan bentuk perjanjian tersebut tidak mendekati perjanjian jual beli pada umumnya
sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekosongan norma dalam peraturan perundangundangan yang berlaku mengenai perjanjian tersebut.
Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dan
wawancara, dimana bahan atau data yang diperoleh akan disusun secara sistematis
dan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif.
Hasil penelitian diharapkan akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, dan
pada akhirnya akan dapat memberikan saran solusi terhadap permasalahan tersebut.
Penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan, dimana bentuk
perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah adalah bentuk perjanjian baku yang
menggunakan klausula khusus karena memenuhi karteristik-karateristik yang
dimaksud, tanggung jawab para pihak dalam penelitian yang diperoleh adalah
tanggung jawab calon pembeli ketika wanprestasi yaitu denda dan tenggang waktu
sedangkan calon penjual memiliki tanggung jawab dengan pembatasan dan kekuatan
urusan pengadaan tanah tapak rumah ini hanya memiliki kekuatan pembuktian
materill karena hanya di buat dibawah tangan dan tidak ditandatangani di depan
pejabat dan memiliki daya bukti yang lemah.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, disaran agar ada
perhatian khusus yang harus diberikan oleh beberapa pihak yang secara langsung
terkait dalam jual beli tanah yang benar atau dalam perjanjian pada umumnya,
diantaranya adalah oleh Camat, Kepala desa selaku pihak yang paling dekat dengan
masyarakat serta ada aturan tegas dan lembaga pengawas terhadap perjanjian baku
yang menggunakan klausula khusus.
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
A contract on the acquisition of land with buildings on it is made
underhandedly between the seller of the land and a buyer who will pay for it by
installment. This kind of contract is basically unrecognized in the Indonesian
agrarian system. An underhanded contract on land with buildings on it is also
unrecognized in the Civil Code because it is not buying and selling of immovable
property so that it can be said that there is the absence of norm in the prevailing
legal provisions about this kind of contract.
The research used judicial normative approach. The data were gathered by
conducting library research and interviews. The gathered data were organized
systematically and analyzed by using qualitative scientific logical procedure. The
result of the research was expected to be able to answer the problems which would
eventually be able to provide suggestions from the solution of the problems.
The conclusions of the research were as follows: a contract on the acquisition
of land for constructing buildings on it is a standard contract because it has met its
characteristics, the responsibility which will be taken by the buyer when he is default
is fine and time limit, while the seller is responsible for limitation, and the acquisition
of land with buildings on it only has legal force of material evidence because it is
made underhandedly and is not signed before a Notary so that it has weak evidence.
It is recommended that the parties concerned pay specific attention to the
right buying and selling of land, especially in a contract, it should be signed by a
Subdistrict head and village heads who are close to their people, and there should be
a firm regulation and controllers on standard contracts which have specific clauses.
Keywords: Standard Contract, Land, Responsibility, Evidence
ii
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah yang dibuat dibawah tangan
merupakan suatu perjajian yang kesepakatan antara para pihak yang membuatnya,
dimana salah satu pihak sebagai calon penjual yang memiliki sebidang tanah dan
calon pembeli yang memiliki kewajiban untuk mengangsur atas pembelian sebidang
tanah tersebut. Perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah secara mengangsur
yang dibawah tangan pada dasarnya tidak dikenal dalam sistem hukum agraria
indonesia. Perjanjian ini menggunakan judul pengadaan tanah tetapi tidak mengikuti
aturan yang yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
dan bentuk perjanjian tersebut tidak mendekati perjanjian jual beli pada umumnya
sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekosongan norma dalam peraturan perundangundangan yang berlaku mengenai perjanjian tersebut.
Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dan
wawancara, dimana bahan atau data yang diperoleh akan disusun secara sistematis
dan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif.
Hasil penelitian diharapkan akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, dan
pada akhirnya akan dapat memberikan saran solusi terhadap permasalahan tersebut.
Penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan, dimana bentuk
perjanjian urusan pengadaan tanah tapak rumah adalah bentuk perjanjian baku yang
menggunakan klausula khusus karena memenuhi karteristik-karateristik yang
dimaksud, tanggung jawab para pihak dalam penelitian yang diperoleh adalah
tanggung jawab calon pembeli ketika wanprestasi yaitu denda dan tenggang waktu
sedangkan calon penjual memiliki tanggung jawab dengan pembatasan dan kekuatan
urusan pengadaan tanah tapak rumah ini hanya memiliki kekuatan pembuktian
materill karena hanya di buat dibawah tangan dan tidak ditandatangani di depan
pejabat dan memiliki daya bukti yang lemah.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, disaran agar ada
perhatian khusus yang harus diberikan oleh beberapa pihak yang secara langsung
terkait dalam jual beli tanah yang benar atau dalam perjanjian pada umumnya,
diantaranya adalah oleh Camat, Kepala desa selaku pihak yang paling dekat dengan
masyarakat serta ada aturan tegas dan lembaga pengawas terhadap perjanjian baku
yang menggunakan klausula khusus.
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
A contract on the acquisition of land with buildings on it is made
underhandedly between the seller of the land and a buyer who will pay for it by
installment. This kind of contract is basically unrecognized in the Indonesian
agrarian system. An underhanded contract on land with buildings on it is also
unrecognized in the Civil Code because it is not buying and selling of immovable
property so that it can be said that there is the absence of norm in the prevailing
legal provisions about this kind of contract.
The research used judicial normative approach. The data were gathered by
conducting library research and interviews. The gathered data were organized
systematically and analyzed by using qualitative scientific logical procedure. The
result of the research was expected to be able to answer the problems which would
eventually be able to provide suggestions from the solution of the problems.
The conclusions of the research were as follows: a contract on the acquisition
of land for constructing buildings on it is a standard contract because it has met its
characteristics, the responsibility which will be taken by the buyer when he is default
is fine and time limit, while the seller is responsible for limitation, and the acquisition
of land with buildings on it only has legal force of material evidence because it is
made underhandedly and is not signed before a Notary so that it has weak evidence.
It is recommended that the parties concerned pay specific attention to the
right buying and selling of land, especially in a contract, it should be signed by a
Subdistrict head and village heads who are close to their people, and there should be
a firm regulation and controllers on standard contracts which have specific clauses.
Keywords: Standard Contract, Land, Responsibility, Evidence
ii
Universitas Sumatera Utara