Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Untuk Berwirausaha Di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara nomor empat terbesar di dunia dalam
hal jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu
keuntungan jika ditinjau dari segi pasar yang besar untuk menopang
perkembangan industri di dalam negeri dan merupakan kekuatan yang besar
jika sumber daya manusia yang ada dikembangkan secara tepat. Di sisi lain
dengan jumlah penduduk yang besar menyebabkan Pemerintah Indonesia
menghadapi berbagai permasalahan sosial yang besar yakni menyediakan
sarana pendidikan, pangan dan sandang, lapangan pekerjaan yang besar dan
masalah lainnya. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah setiap
tahunnya akan menambah jumlah tenaga kerja sehingga jumlah lapangan
pekerjaan yang harus disediakan harus terus ditingkatkan. Masalah utama
dalam dunia ketenagakerjaan yang dihadapi adalah tingginya tingkat
pengangguran karena pertambahan jumlah tenaga kerja yang lebih besar
dibandingkan jumlah lapangan kerja yang tersedia (Hanum Risfi : 2012).
Banyaknya masyarakat yang semakin sulit untuk menemukan lapangan
pekerjaan pada masa kini menimbulkan banyak sekali pengangguran
khususnya diIndonesia. Di Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan

pekerjaan. Hal ini semakin memperparah keadaan ekonomi bangsa dengan

Universitas Sumatera Utara

timbulnya pengangguran yang ada. Oleh karena itu, di dalam perekonomian
negara berwirausaha merupakan alasan betapa pentingnya hal tersebut
dikembangkan. Akhirnya, banyak orang yang berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan dengan cara salah satunya adalah mendirikan usaha sendiri atau
yang lebih dikenal sebagai berwirausaha (Zuli Purnamawati : 2009)
Berwirausaha merupakan pilihan yang tepat dan logis, sebab selain
peluang lebih besar untuk berhasil, hal ini sesuai dengan program pemerintah
dalam percepatan penciptaan pengusaha kecil dan menengah yang kuat dan
bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Richard Cantilon : 2008).
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak tahun 1755. Di luar
negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di
Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha
seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan
unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di
beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an
banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha

kecil. (Richard Castillon : 2008)
Minat masyarakat Sumatera Utara (Sumut) menjadi pengusaha
semakin meningkat, apalagi dipicu teknologi yang semakin tinggi dan
peluang pasar besar. Ini menunjukkan Sumut semakin lama semakin
berkembang, ujar Prakoso Budi Susetyo,

Deputi Bidang Pengembangan

SDM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik

Universitas Sumatera Utara

Indonesia. Yang paling membahagiakan,

tren peningkatan yang tinggi

menjadi pengusaha itu terjadi di kalangan anak muda mulai SMU dan
Perguruan Tinggi. Kondisi itu tentunya semakin membantu program
pemerintah dalam peningkatan jumlah wirausahawan (Medan Harian Bisnis).
Sebagai


aktivitas

yang

diorientasikan

untuk

memperoleh

keuntungan secara ekonomis, kegiatan bisnis merupakan bidang yang sangat
luas dan terkait dengan bidang-bidang lainnya. Perubahan kondisi atau
kebijakan dalam bidang lain akan selalu mempengaruhi kondisi bisnis yang
ada. Kegiatan bisnis, terlebih yang berskala besar, akan sangat dipengaruhi
lingkungan nasional, budaya, hukum, politik, teknologi, hankam, dan lainlain khususnya lingkungan makro ekonomi. Salah satunya di Kota Medan.
Kota Medan merupakan bagian dari Sumatera Utara. Medan
memang sangat potensial sebagai kota bisnis. Dimana

letaknya yang


strategis dan infrastrukturnya mendukung. Sungai Deli dan Sungai Babura
yang melintasi kota berpenduduk 2 juta jiwa lebih, itu merupakan jalur lalu
lintas perdagangan yang cukup ramai. Juga, dengan adanya Pelabuhan
Belawan di jalur Selat Malaka yang ramai menjadikan Medan sebagai pintu
gerbang Indonesia Barat.

Adapun jumlah wirausaha baru khususnya di

sektor usaha mikro kecil menengah di Sumatera Utara bertambah 6,53% atau
187.966 pengusaha. Dengan demikian, total pengusaha di Medan saat ini
mencapai 198.000 orang. Meski tekanan ekonomi dunia masih dirasakan,

Universitas Sumatera Utara

tetapi jumlah UMKM Sumut masih bisa bertumbuh 6,53% yang mampu
menyerap 274.812 tenaga kerja (republika.co.id).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, 25 perusahaan
mampu menciptakan 1,4 juta lapangan kerja. Penelitian ini kemudian telah

mendorong negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Korea
Selatan (Korsel) meningkatkan kewirausahaan, baik dari jumlah maupun
kualitasnya.
Di Malaysia misalnya, jumlah kewirausahaan sudah mencapai 5% dari
jumlah penduduknya, di Singapura sudah mencapai 7% dari jumlah
penduduknya. Di Indonesia, hanya 400.000 orang dari 230 juta penduduk
(0,18%). Seharusnya minimal 2% dari jumlah penduduk. Ini artinya SDM
kita dominan sebagai pencari kerja (job seeker) ketimbang pencipta lapangan
kerja (job creator). Ini ditandai masih tingginya minat SDM kita sebagai
pencari kerja, seperti Buruh, Karyawan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan
Aparat Negara (ABRI - Polri). Padahal sesungguhnya daya serap di pasar
lapangan kerja saat ini sangat terbatas. Akibatnya para pencari kerja,
utamanya pencari kerja dari lulusan pendidikan tinggi tidak seluruhnya
terserap di pasar lapangan kerja (Harian Medan-Bisnis).
Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui GNP (Gross
National Product) dapat juga dijadikan indikator atas laju perekonomian
nasional yang dalam hal ini menyangkut efektivitas dari investasi dalam
maupun luar negeri. Selama decade 10 tahun terakhir (periode 2004-2014)

Universitas Sumatera Utara


terlihat perubahan yang fluktuatif. Laju pertumbuhan terbesar tercatat pada
tahun 2004 dengan nilai GDP sebesar Rp. 1.340.379,2 Milyar dengan laju
pertumbuhan sebesar 8,22% dari tahun sebelumnya. Angka laju tersebut
ternyata mengalami penurunan hingga pada klimaks penurunan minimum
pada tahun 2007 hingga mencapai kondisi (minus) sebesar -13,12% dengan
nilai nominal Rp. 1.314.474,3 Milyar. Kondisi

ini adalah kondisi krisis

ekonomi yang berpengaruh terhadap hampir semua sektor ekonomi (Laporan
Perekonomian Indonesia : BPS Jakarta –Indonesia).
Selain itu Kota Medan juga memiliki bandara bertaraf internasional,
Kualanamu, ini memudahkan masyarakatnya berhubungan dengan kota kota lain di Indonesia ataupun negara lain. Selain itu, juga terdapat dua
kawasan industri di Medan, yakni Kawasan Industri Medan yang dekat
dengan Pelabuhan Belawan dan Medan Star di tepi selatan Medan yang
memudahkan

masyarakatnya.


Masyarakat

Kota

Medan

merupakan

masyarakat yang heterogen. Masyarakat kota Medan mempunyai berbagai
macam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup diantaranya pegawai
negeri, pegawai swasta, dalam berdagang, dalam pertambangan, transportasi,
pariwisata, kuliner,dll.
Menurut data yang diperoleh dari LPPD Kota Medan bahwa pada
tahun 2008 bahwa jumlah penduduk angkatan kerja berjumlah 959.309 jiwa
sedangkan jumlah penduduk usia produktif di Kota Medan sebanyak
1.532.871 jiwa. Dengan demikian, tingkat capaian kinerja untuk tingkat
partisipasi angkatan kerja di Kota Medan pada tahun 2008 sebesar 62,58%.

Universitas Sumatera Utara


Tingkat capaian kinerja pada tahun 2008 ini masih lebih baik dibandingkan
tahun 2007 yang hanya mencapai sekitar 58,62%. Berdasarkan data pada
tahun 2008, terdapat 9.574 orang tenaga kerja yang telah ditempatkan atau
telah mendapat pekerjaan. Sedangkan jumlah pekerja yang mendaftar di
Dinas Tenaga Kerja Kota Medan selama tahun 2008 sebanyak 16.555 orang.
Berdasarkan data tersebut, maka tingkat capaian kinerja kunci untuk
persentase pekerja yang ditempatkan di Kota Medan sebesar 57,83% dan
apabila dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 51,07% maka
tingkat pencapaian kinerja yang dicapai pada tahun 2008 masih lebih baik
atau mengalami peningkatan sebesar 6,76%.
Sektor yang dapat diandalkan untuk memulihkan perekonomian kota
Medan adalah sektor perdagangan. Kontribusi sektor perdagangan terhadap
PDRB masyarakat kota Medan mata pencaharian adalah berdagang,
diantarannya berdagang buah-buahan, berdagang pakaian, berdagang obatobatan dan masih banyak kegiatan perdagangan yang dilakukan masyarakat
kota Medan. Masyarakat Kota Medan yang mata pencahariannya berdagang
membuka usahanya dengan cara membangun toko di dekat rumah, menyewa
atau membeli toko pasar, menyewa atau membeli lokasi berjualan yang
disediakan oleh perusahaan daerah. Selain itu, berhubung daya beli
masyarakat kota Medan


tinggi dimana pendapatan per kapita mereka

mencapai Rp 6,26 juta (newsonline).
Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi
membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per

Universitas Sumatera Utara

kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi
bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga
kerja, bahan baku, dan teknologi. Berdasarkan harga konstan tahun 2000,
PDRB Sumatera Utara pada tahun 2014 sebesar Rp. 99.792,27 Milyar. Sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi
yaitu sebesar 12,43 %, diikuti oleh sector pengangkutan dan komunikasi
sebesar 9,90% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,87%.
Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2014 naik
sebesar 6,90% (sumber: BPS Sumatera Utara)
Mengingat peran sektor informal yang cukup positif daam proses
pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pekerja dipikirkan. Beberapa
kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk membantu

pengembangan masyarakat kota Medan melalui pembinaan kegiatan usaha
pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan. Namun ada
kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor
informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi
arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan
kepada pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas
diberikan pada kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan
masyarakat kota Medan.
Pada saat krisis dan sampai dengan saat ini salah satu sektor yang masih
mampu bertahan ialah sektor usaha kecil dan menengah atau sektor mikro
yang sering kita kenal dengan nama sektor informa. Kita tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

meremehkan sektor pengusaha ini karena sektor ini banyak menyerap tenaga
kerja, walau tenaga kerja tersebut produktivitasnya rendah, namun telah
berperan positif dalam memberikan kesempatan kerja. Oleh karena itu
pengusaha informal tidak bisa diabaikan begitu saja, keadaan tersebut
pemerintah mulai menerapkan wirausaha dengan salah satu tujuan untuk
meningkatkan


atau

menumbuhkan

jumlah

wirausaha

di

Indonesia

sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, sebagai pelaksanaan Pasal 27 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”.
Seperti : di bidang pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam praktik di
sekolah, pemerintah menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta
didik ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:1) pembenahan
dalam Kurikulum; 2) peningkatan peran sekolah dalam mempersiapkan

Universitas Sumatera Utara

wirausaha; 3) pembenahan dalam pengorganisasian proses pembelajaran; 4)
pembenahan pada diri guru).
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/705/568)
Dalam sektor pertambangan peraturan pemerintah menetapkan bahwa
adanya

kegiatan pertambangan

yang

mendorong

pemerintah

untuk

mengaturnya dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan
kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Perusahaan
Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan
pola Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan
ketentuan KK, investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai
prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga
tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian yang ditemukan
investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai
kontraktor (menkokesra.go.id)
Dalam sektor transportasi Undang Undang Republik Indonesia No
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dimana pemerintah menetapkan
bahwa

Pembangunan

kepariwisataan

dilakukan

berdasarkan

asas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan
rencana

pembangunan

kepariwisataan

dengan

memperhatikan

keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan
manusia untuk berwisata (undang-undang-ri-no-10-tahun-2009.html)

Universitas Sumatera Utara

Dalam sektor perdagangan pemerintah menetapkan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2014 pasal 21 ayat 1 tentang Perdagangan,
dimana pemerintah memberi perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen,
sekaligus menjadi ‘hakim’ dalam pelaksanaan perdagangan. Didalam UU
Perdagangan tersebut terdapat pengaturan pemerintah mengenai aspek-aspek
perdagangan yang terbagi kedalam empat belas lingkup pengaturan
perdagangan meliputi salah satunya perdagangan dalam negeri, perdagangan
luar negeri, perdagangan perbatasan, pengembangan ekspor, pemberdayaan
koperasi, perlindungan dan pengamanan perdagangan, perdagangan melalui
sistem elektronik, serta masih banyak lainnya. Hal tersebut pun termasuk
peraturan mengenai perdagangan illegal. Dapat disimpulkan bahwa UU
Perdagangan sejatinya mengatur tentang keseluruhan aspek perdagangan
yang dilakukan di dalam negeri maupun perdagangan ke luar negeri. Yang
mengatur tentang perekonomian skala kecil, seperti usaha-usaha rakyat,
hingga skala besar seperti kerjasama perdagangan multilateral (Firmanzah :
2011).
Disatu sisi pengusaha informal masih memegang peranan penting
menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja yang masih belum
pengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk kerja. Keadaan ini
mempunyai dampak positif karena mengurangi tingkat pengangguran
terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang
rendah, karena masih menggunakan alat tradisional dengan tingkat

Universitas Sumatera Utara

pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah. Mengingat peran
pengusaha informal yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah
sewajarnya nasib pekerjaannya dipikirkan dengan kebijakan secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk membantu pengembangan masyarakat melalui
pembinaan pengusaha informal yang telah ditentukan. Sebagai contoh data
pekerja Indonesia pada tahun 1998 yang berusaha di sektor informal sebesar
65,4 persen. Menurut lapangan usaha atau pekerjaan utama, peranan sektor
informal lebih tinggi di banding dengan sektor formal.
Tahun ini merupakan tahun dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean.
Artinya, semakin terbukanya persaingan internasional. Medan yang menjadi
pintu gerbang bagian barat dari Indonesia haruslah siap menghadapi hal
tersebut. Untuk itulah persaingan serumpun Asean ini merupakan langkah
pembuktian bahwa Kota Medan juga memiliki sumber daya mumpuni dalam
meningkatkan perekonomian (Harian Medan-Bisnis 2015)
Selain faktor yang mempengaruhi suatu usaha adalah modal, Mengenai
bantuan modal, Prakoso mengatakan pihaknya akan memberikan bantuan
modal sebesar Rp. 250 juta untuk wirausaha di Sumut, hal ini ujar Prakoso
Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia, sebagai suatu dukungan pemerintah
terhadap kalangan muda yang ingin menjadi pengusaha. Pelaku usaha harus
menentukan dimana lokasi yang tepat untuk menjalankan usaha yang akan
didirikannya. Apakah lokasi usaha tersebut strategis atau tidak untuk menjual
suatu produk, apakah lokasi usaha tersebut banyak atau tidak dilalui oleh

Universitas Sumatera Utara

manusia atau konsumen, apakah lokasi usaha terletak di pinggir jalan atau
terletak di suatu pasar. Bahwa prioritas utama aspek teknis adalah menganalis
masalah penentuan lokasi. Lokasi sangat penting mengingat apabila salah
dalam menganalisis akan berakibat meningkatkan biaya yang akan keluarkan
nantinya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pendapatan pengusaha
adalah lama usaha. Karena semakin lama usaha di jalankan, semakin banyak
manusia atau konsumen mengenal usaha yang di jalankan, sehingga semakin
mudah untuk memasarkan produk yang dijual dan dapat meningkatkan
pendapatan pengusaha. Apabila usaha tersebut baru berdiri, semakin sedikit
manusia atau konsumen mengenal usaha supaya manusia atau konsumen mau
membeli produk yang dijual oleh para pedagang. Oleh karena itu, peluang
untuk berwirausaha di kota Medan sangat luas karena tingkat aktifitas yang
dapat dikatakan tinggi yang tentunya juga akan dibarengi dengan berbagai
macam kebutuhan yang berbeda-beda, dan memang tidak dapat dipungkiri
jika hal tersebut akan menghadirkan berbagai macam peluang usaha
tersendiri bagi kota medan (pemkomedan.go.id)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul untuk
penulisan Skripsi ini yaitu : “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Masyarakat untuk Berwirausaha di Kota Medan”.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
penulis mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah apa faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk
berwirausaha di Kota Medan dan faktor apa yang paling mempengaruhi
minat untuk berwirausaha di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat masyarakat berwirausaha di Kota Medan dan
mengetahui faktor mana yang paling mempengaruhi minat masyarakat untuk
berwirausaha di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menambah
wawasan tentang minat untuk berwirausaha. Di samping itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan dan masukan bagi pengembangan
ilmu ekonomi, khususnya pada minat untuk berwirausaha. Sedangkan bagi
pembaca berguna sebagai bahan referensi, dan acuan bagi kalangan akademis
dan peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara