Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung Di Bank Syariah Di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA MINAT MASYARAKAT MUSLIM MENABUNG DI BANK SYARIAH DI

KOTA MEDAN

OLEH

MEMANDA PUSPITA SARI 090501029

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat menabung di Bank Syariah di Kota Medan. Penyebab kurangnya minat menabung dilihat dengan melihat tanggapan responden mengenai alasan yang menyebabkan kurangnya minat menabung di bank Syariah, dapat dilihat dengan menggunakan tabulasi data dengan microsoft word dan tabel frekuensi, dan grafik.

Bank syariah adalah institusi bisnis yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Di sini perlu dipahami bahwa bank syariah, seperti organisasi bisnis lainnya, memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan secara optimal, namun dengan memperhatikan kaedah dan etika bisnis menurut syariah Islam

Bank Syariah bukanlah lembaga sosial yang bertugas membagi-bagikan sumbangan tanpa harusdikembalikan. Ketika pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, perbankan syariah memiliki asosiasi yang kuat dengan sistim bagi hasil.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the factors that cause of the lack of public interest in saving money at Islamic Bank in Medan. The cause of the lack of interest in saving seen by looking at the responses of the reasons that led to a lack of interest in Islamic bank, teh respons of public can be viewed by using Microsoft Word with the data tabulation, frequency tables, and graphs inside.

Islamic bank are based on business entities and its operate by the sharia principles. Public have to know that Islamic bank is like the other business organizations, they has a goal to obtain an optimal profit, but Bank Syariah are using rules and business ethics according to the Islamic principles.

Islamic bank is not social institution that aims to distribute donations without having to be rewarded. When first launching to the public, Islamic bank has a strong association with the system of revenue sharing.

Keywords: Bank Islamic, the public interests, Financial Aspect and Non-Financial Aspects


(4)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT, atas rahmatNya yang di limpahkan memberikan kekuatan, kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan umat manusia kejalan yang lurus.

Skripsi ini berjudul “ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya minat masyarakat muslim menabung di bank Syariah di Kota Medan”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Kepada Orang Tua tercinta, ayahanda Ratman, dan ibunda Erida dan juga kepada abang-abang saya Nepra dan Rayendra, dan adik saya Melisa Diana Putri beserta teman spesial Teguh Hamanda yang tidak pernah henti-hentinya memberikan kekuatan lahir dan batin beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Dan Kepada Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Depertemen


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis,SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris program studi S-1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara

5. Ibu Ilyda Sudradjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan berbagi ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan

7. Bapak dan Ibu staff administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Buat sahabat-sahabat penulis yang telah banyak memberikan dorongan, membantu, Menemani dam memberikan semangat bagi penulis.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukanya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi pembangunan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Medan, 25Januari 2013 Penulis

Memanda Puspita Sari 090501029


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTARAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank ... 9

2.1.1. Pengertian bank ... 9

2.1.2. Jenis-jenis Bank ... 9

2.1.3. Sumber Dana Pihak Bank ... 13

2.2. Bank Syariah ... 15

2.2.1. Pengertian Bank Syariah ... 15

2.2.2. Karakteristik Bank Syariah ... 16

2.2.3. Ciri-ciri Bank Syariah ... 16

2.2.4. Prinsip-Prinsip Bank Syariah ... 20


(7)

2.3. Kelemahan dan permasalahan bank syariah didalam operasional 27

2.4. Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional ... 30

2.5. Perbedaan bagi hasil dengan bunga pada bank syariah dan konvensional ... 31

2.6. Proses keputusan pembelian ... 33

2.7. Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Menabung Masyarakat Muslim ... 35

2.8. Pengertian Nasabah ... 38

2.9. Jumlah Penduduk Muslim ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup penelitian ... 40

3.2. Jenis penelitian ... 40

3.3. tempat dan waktu penelitian ... 40

3.4. jenis dan Sumber Data ... 40

3.5. Definisi Operasional ... 41

3.6. Populasi dan sapel ... 42

3.6.1. Populasi ... 42

3.6.2. Sampel ... 42

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.8. Metode Analisis Data ... 43

3.9. Uji validitas dan Uji Reliabilitas ... 44

3.9.1. Uji Validitas ... 44

3.9.2. Uji Reliabilitas ... 45

3.10. Skala pengukuran ... 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kota Kedan ... 48

4.1.1. Wilayah dan Topografi ... 48


(8)

4.2.1. Berdirinya Bank Syariah Di Indonesia ... 50

4.2.2. Visi dan Misi Perbankan Syariah ... 52

4.2.3. Tujuan Bank Syariah ... 52

4.2.4. Struktur Organisasi bank Syariah ... 53

4.3. Uji validitas dan Uji Reliabilitas ... 65

4.3.1. Uji Validitas ... 65

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 66

4.4. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 67

4.4.1. karakteristik responden ... 67

4.4.1.1 Data responden berdasarkan jenis kelamin... 67

4.4.1.2 Data responden berdasarkan tingkat umur ... 68

4.4.1.3 Data responden berdasarkan pendidikan ... 70

4.4.1.4 Data responden berdasarkan jenis pekerjaan... 71

4.4.1.5 Data responden berdasarkan tingkat Pendapatan perbulan... 73

4.5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Menabung di Bank Syariah ... 74

4.5.1. Pelayanan (sarana, alat dan kelengkapan) ... 74

4.5.2. Pelayanan (Bertransaksi) ... 76

4.5.3. Keyakinan (Agama) ... 77

4.5.4. Keputusan untuk tidak Menabung ... 79

4.6. Strategi yang dilakukan Bank Syariah ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Perbedaaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah... 32

2.2 Perbedaan bagi hasil dengan bunga ... ... 33

4.1 Hasil Uji Validitas ... 66

4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 67

4.3 Data responden berdasarkan jenis kelamin... 68

4.4 Data responden berdasarkan tingkat umur ... 70

4.5 Data responden berdasarkan tingkat pendidikan... 71

4.6 Data responden berdasarkan jenis pekerjaan... 73

4.7 Data responden berdasarkan tingkat pendapatan ... 74

4.8 Tanggapan responden terhadap variabel Sarana... 76

4.9 Tanggapan responden terhadap variabel pelayanan ... 77

4.10 Tanggapan responden terhadap variabel keyakinan (agama)... 79

4.11 Tanggapan responden terhadap keputusan menabung ... 80


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

4.1 Data responden berdasarkan jenis kelami... 69

4.2 Data responden berdasarkan tingkat umur ... 71

4.3 Data responden berdasarkan tingkat pendidikan... 72

4.4 Data responden berdasarkan jenis pekerjaan... 74

4.5 Data responden berdasarkan tingkat pendapatan... 75

4.6 Tanggapan responden terhadap variabel Sarana... 77

4.7 Tanggapan responden terhadap variabel pelayanan ... 78

4.8 Tanggapan responden terhadap variabel keyakinan (agama)... 79

4.9 Tanggapan responden terhadap keputusan menabung ... 81


(11)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat menabung di Bank Syariah di Kota Medan. Penyebab kurangnya minat menabung dilihat dengan melihat tanggapan responden mengenai alasan yang menyebabkan kurangnya minat menabung di bank Syariah, dapat dilihat dengan menggunakan tabulasi data dengan microsoft word dan tabel frekuensi, dan grafik.

Bank syariah adalah institusi bisnis yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Di sini perlu dipahami bahwa bank syariah, seperti organisasi bisnis lainnya, memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan secara optimal, namun dengan memperhatikan kaedah dan etika bisnis menurut syariah Islam

Bank Syariah bukanlah lembaga sosial yang bertugas membagi-bagikan sumbangan tanpa harusdikembalikan. Ketika pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, perbankan syariah memiliki asosiasi yang kuat dengan sistim bagi hasil.


(12)

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the factors that cause of the lack of public interest in saving money at Islamic Bank in Medan. The cause of the lack of interest in saving seen by looking at the responses of the reasons that led to a lack of interest in Islamic bank, teh respons of public can be viewed by using Microsoft Word with the data tabulation, frequency tables, and graphs inside.

Islamic bank are based on business entities and its operate by the sharia principles. Public have to know that Islamic bank is like the other business organizations, they has a goal to obtain an optimal profit, but Bank Syariah are using rules and business ethics according to the Islamic principles.

Islamic bank is not social institution that aims to distribute donations without having to be rewarded. When first launching to the public, Islamic bank has a strong association with the system of revenue sharing.

Keywords: Bank Islamic, the public interests, Financial Aspect and Non-Financial Aspects


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip- prinsip syariah. Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.

Masih banyak orang awam yang beranggapan bahwa menabung di bank syariah sama saja dengan menabung di bank konvensional. Persepsi umum ini masih menghinggapi masyarakat, sehingga tidak heran mereka masih enggan untuk menjadi nasabah dan mendapatkan pembiayaan dari perbankan syariah. Hal ini bisa dilihat dari lambannya pertumbuhan perbankan syariah, kendati potensinya sangat besar mengingat sebagian penduduk Indonesia beragama islam. Data membuktikan, bahwa market share perbankan syariah saat ini per Juli 2010 ini mencapai 2,78% diprediksi sampai akhir tahun bisa mencapai 3% dari total asset perbankan secara nasional. Angka ini menunjukkan masih kecilnya kontribusi perbankan syariah terhadap perekonomian Indonesia. Market share


(14)

perbankan syariah yang masih rendah disebabkan karena program sosialisasi yang dilakukan belum optimal. Hal itu akibat masih sulitnya merubah pola pikir masyarakat untuk memilih bank syariah. Hingga kini masyarakat, masih terbiasa dengan bank konvensional, dibandingkan bank syariah. Artinya, sosialisasi perbankan syariah masih sangat kurang. Masyarakat luas di berbagai segmen masih belum banyak mengerti sistem, konsep, filosofi, produk, keuntungan dan keunggulan bank syariah. Setidaknya ada dua masalah penting dalam perbankan syariah dan dipersepsikan salah oleh masyarakat awam. Pertama, mengenai benchmark pembiayaan dan bagi hasil dengan tingkat suku bunga ( interest rate) yang berlaku umum (di Indonesia misalnya BI rate atau LIBOR di level internasional). Masalah kedua adalah pembiayaan pada perbankan syariah yang dipersepsikan hanya menganut prinsip bagi hasil. Benchmark adalah studi untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar kompentensi atau suatu standar untuk basis perbandingan. Berdasarkan definisi di atas untuk mengukur kinerja maka dibutuhkan suatu alat ukur yang valid dan diterima oleh banyak pihak. Dalam dunia perbankan, BI rate atau LIBOR digunakan sebagai basis tingkat bunga dalam pinjaman antar bank dalam pasar uang. Selanjutnya, basis ini dipakai mengukur tingkat suku bunga yang akan dikenakan dalam pinjaman dan diberikan oleh bank kepada peminjam dan deposan. Mengingat kedua tingkat suku bunga di atas sudah diterima secara umum di kalangan perbankan, maka pemakaiannya pun sudah dianggap biasa, termasuk untuk perbankan syariah. Namun yang membedakan pemakaian benchmark pada bank konvensional dan perbankan syariah adalah, pada bank konvensional benchmark digunakan sebagai


(15)

basis untuk tingkat bunga kredit dan deposito, sedangkan pada perbankan syariah

benchmark hanya digunakan sebagai panduan dan informasi bagi bank dan nasabah mengenai tingkat bagi hasil yang kompetiti . Bank syariah adalah institusi bisnis yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Di sini perlu dipahami bahwa bank syariah, seperti organisasi bisnis lainnya, memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan secara optimal, namun dengan memperhatikan kaedah dan etika bisnis menurut syariah Islam, misalnya larangan untuk mengambil atau membayarkan bunga (riba), memberikan pembiayaan untuk perusahaan yang memproduksi barang-barang haram dan berinvestasi pada surat berharga yang tidak memenuhi kriteria syariah (Sharia compliant ). Jadi yang harus dipahami adalah, bahwa bank syariah bukanlah lembaga sosial yang bertugas membagi-bagikan sumbangan tanpa harusdikembalikan. Ketika pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, perbankan syariah memiliki asosiasi yang kuat dengan sistim bagi hasil.

Namun dalam praktiknya, perbankan syariah tidak hanya menawarkan produk pembiayaan dan tabungan dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah dan

Musyarakah), namun juga ada jual beli tangguh (Murabahah), Salam, Istisna dan Ijarah. Produk dengan akad bagi hasil memang belum mendominasi porsi pembiayaan pada bank syariah, namun dengan berjalannya waktu, menurut Statistik Perbankan Syariah Juli 2010 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, ada satu hal yang patut dicatat, bahwa untuk proporsi pembiayaan, khususnya yang berbasis bagi hasil (misalnya Mudharabah dan Musyarakah), juga terjadi peningkatan dalam periode tersebut. Berarti telah terjadi kenaikan yang cukup


(16)

signifikan pada pola pembiayaan perbankan syariah, dimana proporsi pembiayaan berbasis bagi hasil telah mencapai 35,57% dari total seluruh pembiayaan yang dikeluarkan oleh perbankan syariah pada periode Juli 2010. Pola pembiayaan berbasis bagi hasil, meskipun merupakan jenis pembiayaan yang lebih adil, namun memiliki risiko yang lebih besar darinpada jenis pembiayaan lain seperti Murabahah. Risiko itu antara lain, risiko kegagalan proyek yang dibiayai, dimana bank ikut menanggung kerugian, kemudian risiko dari pelaksana (Mudharib) yang berpotensi melakukan kecurangan pelaporan sehingga menaikkan biaya dan berakibat pada rendahnya pendapatan atau keuntungan yang akan dibagi antara bank syariah dengan pelaksana. Dengan tingginya risiko pada pembiayaan bagi hasil, maka bank syariah harus berhati-hati dalam memberikan pembiayaan jenis tersebut. Sehingga tidak setiap pengusaha atau nasabah yang mengajukan pembiayaan kepada bank syariah akan mendapat pembiayaan bagi hasil. Persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah hal urgent yang harus diperhatikan dalam rangka mengukur, merencanakan, dan menerapkan strategi pengembangan bank syariah di bidang apapun. KARIM Business Consulting (tahun2004) pernah melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap bank syariah. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa masyarakat kurang mengetahui tentang bank syariah terkait dengan produk maupun fasilitas yang ditawarkan karena kurangnya promosi maupun edukasi pasar. Melihat fenomena itu, terutama untuk menjembatani perbedaaan persepsi antara masyarakat dengan perbankan syariah,


(17)

maka perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus untuk mencapai titik temu sehingga tercapai pemahaman mengenai perbankan syariah yang benar.

Oleh karena itu dituntut kerja sama Bank Indonesia, perbankan syariah, pemerintah pusat dan daerah, MUI dan dunia pendidikan untuk bersinergi memberikan pendidikan mengenai konsep perbankan syariah kepada masyarakat. Sehingga kita harapkan tidak lagi terdengar kritikan negatif terhadap bank syariah yang bersumber dari ketidaktahuan seperti yang banyak ditemui dimasyarakat Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan perbankan syariah terutama di Indonesia. Permasalahan yang muncul antara lain adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap perbankan syariah terutama yang disebabkan dominasi perbankan konvensional. Berikut ini dikemukakan beberapa kendala yang muncul sehubungan dengan pengembangan perbankan syariah adalah

1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah.

2. Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi operasional bank syariah.

3. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas.

4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit.

Kebijakan pengembangan perbankan syariah antara lain adalah mendukung pengembangan jaringan perbankan syariah, khususnya pada wilayah-wilayah yang dinilai potensial. Dalam rangka mendukung program


(18)

pengembangan jaringan perbankan syariahdiperlukan data dan informasi yang lengkap dan akurat yang menggambarkan potensi pengembangan bank syariah baik dari sisi penyimpan maupun sisi pembiayaan.

Potensi dimaksud dapat dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian suatu wilayah serta dari pola sikap/preferensi dari pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank syariah. Dalam rangka mengembangkan jaringan perbankan syariah diperlukan upaya-upaya peningkatan pemahaman masyarakat mengenai produk, mekanisme, sistem dan seluk beluk perbankan syariah karena perkembangan jaringan perbankan syariah akan tergantung pada besarnya demand masyarakat terhadap sistem perbankan ini. Oleh karena itu, agar kegiatan sosialisasi dalam rangka peningkatan pemahaman masyarakatterhadap perbankan syariah efektif diperlukan informasi mengenai karakteristik dan perilaku nasabah/calon nasabah terhadap perbankan syariah.

Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim, tetapi pengembangan produk syariah berjalan lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Keberadaan bank syariah maupun bank konvensional secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran namun karakteristik dari kedua bank tersebut dapat mempengaruhi calon nasabah dalam menentukan pilihan mereka terhadap kedua bank tersebut.

Dari kondisi inilah Bank Syariah mulai dikembangkan sejak diberlakukannya Undang – Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan yang mengatur bank syariah secara cukup jelas dan kuat dari segi kelembagaan dan


(19)

operasionalnya, yang kemudian diperbaharui dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 3 Tahun 2004. Dengan demikian, perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prisip syariah dimulai tahun 1992, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia. Bank syariah adalah salah satu alternatif bank yang dianggap aman oleh masyarakat untuk menyimpan dananya. Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mencoba membahas dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Masyarakat Muslim Menabung Di Bank Syariah Di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain:

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat untuk menabung di bank syariah?

2. Bagaimana Strategi yang harus dilakukan perbankan syariah ? 1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk Menyebutkan faktor-faktor penyebab kurangnya masyarakat memilih Perbankan syariah

2. Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan perbankan syariah untuk menarik masyarakat menabung di bank syariah


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya masyarakat untuk memilih perbankan syariah.

2. Untuk mengetahui bagai mana strategi yang dilakukan perbankan syariah untuk menarik masyarakat muslim menabung di bank syariah

3. Sebagai penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang di tekuni.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 BANK

2.1.1 Pengertian Bank

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Kasmir: 2008).

Selain bank umum terdapat juga bank syariah, dalam dunia perbankan saat ini perbankan syariah sudah tidak dianggap lagi sebagai tamu asing, karena bank syariah sudah membuktikan kinerjanya pada dunia perbankan di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, khususnya untuk Bank Syariah .

UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai pengelolaan bank berdasarkan hukum Islam, yang disebut dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Jadi pengertian bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

2.1.2 Jenis-Jenis Bank

Berdasarkan UU No 14/1967 pasal 3 menyebutkan bahwa menurut fungsinya, bank dapat dibedakan atas :


(22)

• Bank sentral, yaitu bank Indonesia yang diatur melalui undang-undang tersendiri yaitu UU No.13/1968.

• Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

• Bank tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan usahanya terutama memperbungakan dananya dalam bentuk dalam kertas berharga seperti cek, giro, bilyet giro, dan lain-lain.

Menurut jenisnya bank dibedakan atas sebagai berikut: 1. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya

Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga akta pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank – bank yang ada dibedakan menjadi:

a. Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah adalah jenis bank dimana akta pendirian dan modal bank tersebut adalah milik pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah, misalnya Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46)

b. Bank Milik Pemerintah Daerah

Bank Milik Pemerintah Daerah adalah jenis bank dimana pemiliknya adalah pemerintah daerah tertentu, misalnya BPD Sumatera Utara


(23)

c. Bank Milik Swasta

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh pihak swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional adalah Bank Muamalat.

d. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun milik pemerintah asing, kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing adalah American Express Bank.

e. Bank Milik Koperasi

Bank Milik Koperasi adalah jenis bank yang dimana saham- sahamnya dimiliki perusahaan yang berbadan hukum koperasi, misalnya Bank Umum Koperasi Indonesia.

f. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank milik campuran adalah Sumitomo Niaga Bank. 2. Jenis Bank Menurut Kegiatannya

Jenis bank menurut kegiatannya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Bank Umum

Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran


(24)

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3. Jenis Bank Menurut Target Pasar

Salah satu pelayanan bank dapat ditinjau berdasarkan target pasar yang menjadi sasaran. Bedasarkan target pasar, bank – bank yang ada dibagi kepada:

a. Retail Bank

Retail Bank Merupakan bank yang kegiatannya memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah – nasabah yang berskala kecil. Retail Bank memberikan jasa pinjaman kredit tidak lebih dari Rp.20 Milyar.

b. Corporate Bank

Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk korporasi. Namun, dalam hal ini tidak berarti semua nasabah wajib berbentuk perusahaan.

c. Retail Corporate Bank

Retail Corporate Bank adalah bank yang memberikan pelayanan kepada kelompok retail dan juga perusahaan- perusahaan besar. Jenis bank ini memberikan pelayanan kepada semua jenis nasabah baik nasabah besar maupun nasabah kecil.

4. Jenis Bank Menurut Prinsip Operasinya


(25)

a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank berdasarkan prinsip konvensional merupakan bank- bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Dalam hal ini pihak bank akan membebankan sejumlah bunga atau fee kepada para nasabah sebagai harga terhadap produk atau jasa yang digunakan. Demikian juga sebaiknya, pihak perbankan akan memberikan sejumlah imbalan bunga terhadap berbagai jenis simpanan yang dipercayakan pihak nasabah kepada bank.

b. Bank Berdasarkan Prinsip syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah merupakan suatu lembaga intermediasi

yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitasnya dijalankan berdasarkan prinsip- prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif

(maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha- usaha yang halal.

2.1.3 Sumber Dana Pihak Bank

Adapun sumber dana pihak bank salah satunya adalah dana pihak ketiga, yaitu dana dari masyarakat luas dalam bentuk:

1. Simpanan Giro

Salah satu produk yang di tawarkan kepada masyarakat menghimpun dana dari bank syariah adalah giro. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No:


(26)

01/DSN-MUI/IV/2000 giro yang di benarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Giro wadiah adalah simpanan dana yang bersifat titipan yang penarikannya dapat di lakukan sestiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana pemerintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan dan terhadap titipan tersebut tidak di persyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela. Giro mudharabah adalah simpanan dana yang bersifat investasi yang penarikannya dapat di lakukan berdasarkan kesepakatan dengan mengunakan cek, bilyat giro, dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di muka.

2. Tabungan

Menurut fatwa DSN-MUI:02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan yang dibenarkan menurut prinsip syariah adalah tabungan wadiah dan mudharabah. Tabungan

wadiah yaitu simpanan dana nasabah pada bank, yang bersifat titipan dan penarikannya dapat di lakukan setiap saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak di persyaratkan untuk memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela. Tabungan mudharabah adalah simpanan dana nasabah pada bank yang bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat di lakukan setiap saat dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan nisbah

(keuntungan) yang telah di sepakati di muka. 3. Deposito

Menurut fatwa dewan syariah nasional No:03/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang


(27)

berdasarkan mudharabah. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Deposito merupakan produk bank yang memang di tujukan untuk kepentingan investasi dalam surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan Syariah akan memakai prinsip mudharabah.

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip – prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Syariah (Soemitra, 2009:61). Sedangkan menurut (Sudarsono,2004:27) mendefenisikan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lantas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah. Dengan mengacu kepada Al-Quran dan Al-hadist, maka bank syariah diharapkan dapat menghindari kegiatan- kegiatan yang mengandung unsur – unsur riba dan bertentangan dengan syariat Islam.

2.2.2 Karakteristik Bank Syariah

Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian keseahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah ( Soemitra: 2009; 67 ) sebagai berikut:


(28)

2. Pelayanan kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam

3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersil dan bank investasi

4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati- hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena bank komersil syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis atau industri

5. Bagi hasil cendrung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha 6. Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan

likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen bank pasar uang antar bank syariah dan instrumen bank syariah berbasis syariah.

2.2.3 Ciri-Ciri Bank Syariah

Bank Islam sangat berbeda dengan bank konvensional pada bank umumnya. Perbedaaan ini dapat di lihat dari ciri-cirinya. Perbedaan tersebut di lihat dari beberapa hal, yaitu: Beban biaya, beban biaya yang disepakati diantara para pihak untuk transaksi pembiayaan, disebut dengan istilah biaya administrasi.

Tidak mengunakan persentase, dalam hal pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak dalam bank Islam selalu dihindarkan penggunaan persentase. Sebab penggunaan persentase mempunyai potensi yang besar untuk melipat gandakan secara otomatis beban biaya dan pokok pinjaman yang karena sesuatu hal terlambat dibayar.


(29)

Tidak ada keuntungan yang pasti, pada dasarnya yang dilarang dalam kegiatan syariah adalah mencantumkan keuntungan yang pasti, yang ditetapkan pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan. Sedangkan yang diperkenankan dalam sistem muamalah islami adalah kontrak yang di lakukan baik dalam bentuk pembiayaan al-mudharabah maupun al-musyarakah yang pada hakikatnya merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan dengan sistem bagi hasil.

Yang mana pembiyaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank Islam dan nasabah di mana bank Islam menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya. Sedangkan pembiyaan musyarakah adalah penyertaan bank Islam sebagai pemilik modal dalam usaha yang mana antara resiko dan keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi penyertaan.

Dalam simpanan digunakan prinsip al-wadi’ah, yaitu kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan oleh penabung dianggap sebagai titipan. Jual beli uang yag sama dilarang, pada dasarnya kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank Islam adalah seolah-olah melakukan jual beli atau sewa menyewa uang dari bentuk mata uang yang sama dengan memperoleh keuntungan darinya. Jual beli yang dilarang ini seperti jual beli rupiah dengan rupiah.

Jaminan kebendaan terhadap utang, bank Islam pada dasarnya tidak mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam, sebab barang yang dijamin


(30)

pembelianya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang peminjam belum lunas.

Pendapatan non halal, sebagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia yang cukup heterogen ini, bank islam tidak dapat lepas dari kondisi tersebut. Bisa jadi bank Islam tidak dapat mengindarkan diri sama sekali dengan transaksi bunga yang telah mengakar sekian tahun lamanya. Oleh karena itu pendapatan non halal ini diperuntukkan bagi muslim yang terkena musibah atau yang bersifat sosial.

Bank Islam sebagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah menurut ketentuan al-Quran dan Hadist, memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank-bank yang ada (bank konvensional). Adapun Ciri-ciri bank syariah (Sudarsono, 2004:41) adalah sebagai berikut:

1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku (tidak rigit) dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.

2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. Sistem persentase memungkinkan beban bunga semakin tinggi, yang apabila nasabah terlambat membayar beban bunga menjadi berlipat ganda. Lebih-lebih apabila nasabah tidak mampu mengendalikan pinjaman itu karena sesuatu hal, secara


(31)

terus-menerus nasabah terbebani bunga yang pada akhirnya bisa terjadi jumlah bunga jauh lebih besar dari pada jumlah pokok pinjaman.

3. Di dalam kontarak-kontrak pembiayaan proyek, bank islam tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed return) yang ditetapkan dimuka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.

4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito/ tabungan, oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam sehingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return).

5. Bank islam ini menerapakan jual-beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah atau dolar dengan dolar, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang yang sama tidak dapat dipakai barang (komoditi). Oleh karena itu dalam memberikan pinjaman pada umumnya Bank islam tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang .

6. Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya dipergunakan untuk menyantuni masyarakat


(32)

miskin yang terkena musibah dan untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Bank Syariah

Menurut pasal 2 UU no.21 Tahun 2008, Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip Syariah (sutedi,2009:61) antara lain yaitu.

1. prinsip syariah, antara lain kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur: a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain

dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).

b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.

c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan, kecuali diatur lain dalam Syariah.

d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarangdalam Syariah.

e. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan pada pihak lainya. 2. Demokrasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi Syariah yang mengandung


(33)

3. Prinsip kehati-hatian adalah pedomsan pengelolaan bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, efisien, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.5 Tujuan dan Strategi Usaha Bank Syariah

Menurut Gus Irawan Direktur Utama PT. Bank Sumut, tujuan bank syariah, sama seperti bank konvensional yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan/bisnis yang dilakukan, namun bank syariah menghindari riba dan berlandaskan syariah dari setiap aktivitas dan produknya. Perbankan syariah tidak hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut untuk secara sungguh – sungguh menampilkan realisasi nilai – nilai syariah.

Tujuan operasionalisasi Bank Syariah adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.

2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.

3. Membina Ukhuwah Islmiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai. Untuk mencapai tujuan operasional Bank Syariah tersebut, di perlukan strategi operasional sebagai berikut:


(34)

a. Bank Syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya permintaan fasilitas ,melainkan bersifat aktif dengan melakukan solisitasi / penelitian kepada usaha – usaha yang berskala kecil yang perlu di bantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.

b. Bank Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.

c. Bank Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.

Menurut Radoni dan Hamid (2008;44) adapun yang menjadi tujuan Bank Syariah antara lain:

• Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah.

• Mengurangi urbanisasi.

• Menambah lapangna kerja, terutama di kecamatan – kecamatan. • Meningkatkan pendapatan perkapita.

• Membina semngat ukhuwa islamiah melalui kegitan ekonomi.

• Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan masyarakat pedesaan.

• Menunjang pertunbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan.

• Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sederhana.


(35)

• Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan demikian Bank syariah dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung.

2.2.6 Produk – Produk Bank Syariah

Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk Penyaluran Dana (financing), produk Penghimpunan Dana (funding), produk Jasa (service).

a. Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :

Prinsip Jual Beli (Ba`i)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

1. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan keuntungannya. Bank bertindak sebagi penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntuntungan

(margin)

2. Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai.


(36)

3. Pembiayaan Istishna`

Produk istishna` menyerupai produk salam, tapi dalam istishna` pembayaran dapat dilakuka oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

Prinsip Sewa (ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada

ijarah objek transaksinya adalah jasa. • Prinsip Bagi Hasil (syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut :

1. Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan

2. Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama anatara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi peengelola.

Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.


(37)

1. Alih Utang Piutang (Hiwalah)

Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atau jasa pemindahan piutang.

2. Gadai (rahn)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan

3. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu :

a. Sebagai pinjaman talangan haji b. Sebagai pinjaman tunai

c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank. 4. Perwakilan (Wakalah)

Wakalah adalah aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewwakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dantransfer uang.

5. Garansi Bank (Kafalah)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.


(38)

b. Produk Penyaluran Dana

Pada bank syariah, produk penyaluran dana biasanya dikenal dengan nama produk pembiayaan. Adapun produk pembiayaan tersebut dikategorikan dalam empat konsep pembiayaan, yaitu :

• Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Untuk memperoleh keuntungan, perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil dalam melakukan kegiatannya. Prinsip bagi hasil yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan empat akad utama yaitu:

1. Mudharabah

Mudhrabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak yang pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal dan pihak lain (mudharib) menjadi pengelola modal. Keuntungan dari pembiayaan mudharabah dibagi berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Pemilik modal (shahibul maal) akan menanggung kerugian selama kerugian yang terjadi bukanlah berasal dari kelalaian pengelola modal (mudharib). Namun jika kerugian berasal dari kelalaian pengelola modal (shahibul maal) maka yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut adalah pengelola modal (shahibul maal) itu sendiri. Dalam pembiayaan mudharabah modal usaha 100% dipenuhi oleh shahibul maal sedangkan mudharabah menyumbangkan keahlian, tenaga, waktu, dan sebagainya. Mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti pembiayaan modal kerja.


(39)

2. Musyarakah

Musyarakah adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Sudarsono, 2004: 67). Kontribusi dalam musyarakah dapat berupa sumber daya yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Musyarakah biasanya diaplikasikan dalam pembiayaan berbagai macam proyek.

• Produk jasa

1. Sharf (jual beli valuta asing)

Produk jasa perbankan syariah lainnya adalah sharf yaitu kegiatan pertukaran mata uang suatu negara dengan negara lain. Mata uang yang diperjualbelikan merupakan mata uang yang berbeda dan harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Jasa ini hanya ada pada bank yang tergolong sebagai bank devisa.

2. Ijarah (sewa)

Salah satu bentuk produk jasa yang diberikan oleh perbankan syariah yang tergolong sebagai ijarah atau sewa adalah penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) yang dapat dimanfaatkan nasabah untuk menyimpan barang- barang berharga tertentu seperti perhiasaan, ijazah, paspor dan dokumen penting lainnya.

2.3 Kelemahan dan Permasalahan Bank Syariah di dalam operasionalnya Bank islam sebagai lembaga keuanganya baru yang muncul lebih belakangan dari pada bank-bank konvensional di dalam operasionalisasinya akan


(40)

menghadapi permasalahan-permasalahan yang juga merupakan tantangan tersendiri bagi bank syariah.

Kelemahan dan permasalahan yang ada dalam operasionalisasi bank Islam adalah:

1. Oleh karena pihak-pihak yang terlibat di dalam operasionalisasi bank islam itu didasarkan pada ikatan emosional keagamaan yang sama, maka antara pihak-pihak, khususnya pengelola bank dan nasabah harus saling percaya, bahwa mereka sama-sama bertikad baik dan jujur di dalam bekerja sama. Di sini, unsur kredibilitas moral sangat menentukan. Bagi pengelola bank, apabila kredibilitas moralnya tidak baik, meskipun penyimpangan yang dilakukan menimbulkan kerugian bagi nasabah tetapi tindakan pengelola masih bisa dikenakan sanksi baik sanksi administratif maupun sanksi yuridis menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, apabila nasabah yang nakal selain merugikan, bank akan kesulitan untuk memberikan sanksi, karena didalam bank Bank islam tidak dikenakan adanya bunga, denda kelambatan, commitment fee dan sebagainya.

2. Sistem bagi hasil yang adil, menuntut tingkat profesional yang tinggi bagi pengelola bank untuk membuat perhitungan-perhitungan yang cermat dan terus-menerus, karena perolehan dari sistem bagi hasil tergantung pada tingkat keberhasilan usaha nasabah, pada hal pengelola yang profesional merupakan persoalan yang belum terpecahkan dalam perbankan konvensional yank lahirnya lebih lama.


(41)

3. Motivasi masyarakat muslim untuk terlibat di dalam aktivitas Bank Islam adalah emosi keagamaan. Ini berarti tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat muslim dalam Bank Islam tergantung pada sikap dan pola fikir masyarakat muslim itu sendiri. Gejala umum menunjukkan bahwa sikap dan pola fikir masyarakat muslim di negara-negara yang sedang berkembang sebagai basisnya di bidang ekonomi masih memiliki sikap dan pola fikir yang konsumtif.

4. Semakin berbondong-bondongnya umat Islam memanfaatkan fasilitas Bank Islam, sementara belum tersedianya proyek-proyek yang bisa dibiayai sebagai akibat dari kurangnya tenaga-tenaga profesional yang siap pakai, maka bank Islam akan menghadapi masalah “kelebihan likuiditas”

5. Salah satu misi penting Bank islam adalah mengentas kemiskinan di mana sebagian besar kantong-kantong kemiskinan berada di daerah pedesaan. Ini berarti bank harus menjaring nasabah sebesar-besarnya dari pedesaan. Ini berarti bank harus menjaring nasabah sebesar-besarnya dari pedesaan. Operasional bank Islam akan menghadapi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

a. Benturan dengan sistemnilai dan tradisi masyarakat desa yang masih puas menyimpan uang dibawah bantal dan tradisi meminjamkan uang sesama warga desa berupa barang, khususnya sapi, emas, tanah, yang pada saat pengembalian diperhitungkan dengan uang, di mana pada saat pengembalian berlipat ganda dengan nilai barang pada saat dipinjam.


(42)

b. Tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat dan keterampilan masyarakat pedesaan relatif rendah, padahal pendapatan bank islam dengan sistem bagi hasil sangat tergantung pada tingkat keberhasilan usaha nasabah.

6. Dari pengalaman praktek bank-bank islam di luar islam di luar negeri menunjukkan bahwa meskipun Bank Islam beroriantasi pada masyarakat bawah, namun sebagian konsekuensi logis dan kompetisi ekonomi, Bank Islam memiliki kecendrungan untuk mendapatkan proyek yang benar-benar bonafit. Ini berarti terdapat kecendrungan bahwa yang berhasil mendapatkan fasilitas kredit dari Bank Islam adalah kelompok kuat.

2.4 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional

Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya dibidang jasa perbankan,yaitu:

a) Bank konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlihat dari sejarah bangsa indonesia, dimana asal mula bank indonesia oleh bangsa Belanda.

b) Bank berdasarkan prinsip syariah, bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dana mengenakan atas dasar prinsip Syariah.


(43)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Perbankan konvensional Perbankan syariah • Beriorentasi kepada kepentingan

pribadi.

• Senantiasa bersifat bebas nilai (materialistis).

• Uang dianggap sebagai barang komoditi.

• Investasi yang dilakukan relatif luas karena termasuk kegiatan yang halal dan yang haram.

• Hubungan dengan nasabah

bernentuk kreditor-kreditor.

• Dalam operasinya menggunakan perangkat/sistem bunga.

• Aktivitasnya hanya beriorentasi untuk mencapai keuntungan saja. • Tidak memiliki dewan pengawas

syariah sehingga penghimpunan dan penyaluran dana tidak berdasarkan fatwa.

• Beriorentasi pada kepentingan publik.

• Dalam pelayanan, tidak bebas nilai (berdasarkan prinsip Islam). • Uang dianggap sebagai alat tukar

saja dan tidak meganggapnya sebagai alat komoditi.

• investasi yang dilakukan relatif terbatas karena hanya pada kegiatan yang halal saja.

• Hubungan dengan nasabah berbentuk kemitraan.

• Dalam operasinya menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa.

• Aktivitasnya tidak hanya berorientasi untuk mencapai keuntungan saja tetapi juga untuk mencapai falah.

• Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa dewan pengawas syariah.

Sumber : (Irsyad Lubis:109)

2.5 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga pada Bank Syariah dan Konvensional Adapun perbedaan bagi hasil dan bunga pada bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:

Bagi hasil yang di maksud berbeda dengan bunga. Pada sistem bunga, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti berupa persentase tertentu dari saldo yang di simpannya di bank tersebut. Fatwa MUI no.1 tahun 2004 yang menyatakan praktek pembungaan uang saat telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw, yakni riba nasi’ah. Dengan demikian,


(44)

praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk riba, dan riba haram hukumnya (Majelis Ulama Indonesia). Berapapun keuntungan usaha pihak bank, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti. Lain halnya dengan sistem bagi hasil, tidak seperti itu. Bagi hasil di hitungan dari hasil usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini di sebut dengan nisbah. Misalnya, 60 % keuntungan untuk pihak nasabah dan 40 % keuntungan untuk pihak bank. berdasarka sistem bagi hasil yang di maksud, nasabah dan tidak bisa mengetahui berapa hasil yang pastinya mereka terima. Sebab bagi hasil baru akan di bagikan kalau hasil usahanya sudah bisa ditentukan pada akhir periode.

Tabel 2.2

Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga

Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga

1. Penentuan besarnya rasio/ nisab bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada

kemungkinan untung rugi

2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

3. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugikan akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

4. Jumlah pembagian laba

meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapat.

5. Tidak ada yang meragukan keansahan bagi hasil

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

2. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (Modal) yang dipinjamkan

3. Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang di jalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi s edang booming.

5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk islam


(45)

2.6 Proses Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2003:16) menyatakan bahwa keputusan pembeli terdiri dari lima, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Jelasnya proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian actual berlangsung. Pemasaran perlu memusatkan perhatian pada proses pembelian dan bukan pada keputusan pembelian saja.

Lima proses keputusan pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, rasa haus, muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal. Pada tahap ini, pemasaran harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah yang akan muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah mengarah pada konsumen.

2. Pencarian informasi

Konsumen yang tertarik akan mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan. Pada satu tingkat konsumen hanya mengalami perhatian yang meningkatkan jumlan pencarian yang


(46)

dilakukan tergantung pada dorongan kuatnya jumlah pencarian yang dimilikinya pada saat memulai, kemudahan memperoleh informasi yang banyak, nilai yang diberikannya pada tambahan informasi dan kepuasaan yang dapatkan melakukan pencarian.

Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber- sumber itu meliputi :

a. Sumber pribadi, keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersia, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan. c. Sumber publik, media massa, organisasi penilai pelanggan

d. Sumber pengalaman, mengenali, memeriksa, menggunakan produk.

Pengaruh relatif dari sumber – sumber infarmasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Biasanya konsumen menerima hampir semua informasi mengenai produk dari sumber komersial yang dikendalikan orang pemasaran. Namun, sumber yang paling efektif cendrung pada sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknyalebih penting dalam mempengaruhi pembelian suatu jasa.

3. Evaluasi berbagai alternatif

Pemasaran telah mengetahui bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk mencapai satu set pilihan merek akhir. Pemasaran perlu mengetahui bagaimana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif. Konsep – konsep dasar yang membantu pemasar menjelaskan proses evaluasi konsumen yaitu, pertama, berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat


(47)

kepentingan yang berbeda pada atribut – atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginan yang unik.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai. Ada dua faktor yang depat mempengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor pertama adalah sikap lain, sejauh mana sikap orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan seseorang. Pilihan kedua adalah situasi yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat membeli berdasarkan faktor – faktor seperti pendapatan yang diperkirakan harga yang diharapkan.

5. Prilaku Pasca Pembelian

Tugas seorang pemasar tidak berakhir ketika produknya dibeli. Setelah membeli produk, konsumen bias puas atau tidak akan terlihat dalam perilaku

pasca pembelian yang tetap menarik bagi pemasar. Penentu apakah pembeli puas atau tidak puasada paa hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk. Jika produk gagal memenuhi harapan, konsumen kecewa, jika harapan terpenuhi, konsumen puas, jika harapan terlampaui, konsumen amat puas.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Minat Menabung Masyarakat Muslim

Minat adalah kecendrungan yang menetap dan subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecambung dalam hal atau hal itu. Perasaan senang akan menimbulkan pula minat yang diperkuat lagi


(48)

oleh sikap positif yang sama diantaranya hal – hal tersebut timbul terlebih dahulu, sukar ditentukan secara pasti (winkel,1993:30)

Dalam perkembangannya bank syariah terdapat beberapa hal yang menyebabakan masalah atau kendala kurangnya minat masyarakat untuk menabung di bank syariah (Sudarsono,2004:49) antara lain sebagai berikut:

1. kurangnya sosialisasi kemasyarakat tentang keberadaan bank syariah. Sosialisasi tidak sekedar memperkenalkan keberadaan bank syariah di suatu tempat, tetapi juga memperkenalkan mekanisme, produk bank syariah dan instrumen-instrumen keuangan bank syariah kepada masyarakat.

2. Kurangnya sumberdaya manusia, maraknya bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang memadai. Terutama sumber daya manusia yang memiliki latar belakang disiplin keilmuan bidang perbankan syariah. Sebagian besar sumber daya manusia di perbankan syariah terutama bank konvensional yang membuka islamic windows berlatar belakang disiplin ilmu ekonomi konvensional. Keadaan ini mengakibatkan akselerasi hukum islam dalam praktek perbankan kurang cepat dapat diakomodasikan dalam sistem perbankan, sehingga kemampuan pengembangan bank syariah menjadi lambat.

3. Kurangnya akademisi perbankan syariah. Hal ini di akibatkan lingkungan akademisi lebih memperkenalkan kajian-kajian perbankan yang berbasis pada instrumen konvensional. Kondisi ini lebih disebabkan lingkungan pendidikan kita lebih familiar dengan literatur-literatur ekonomo konvensional dibanding literatur ekonomi islam / syariah. Sehingga kajian-kajian ilmiah mengenai


(49)

keberadaan bank syariah dan instrumen-instrumen keuangan syariah kurang mendapat perhatian. Hal ini yang mengakibatkan keberadaan bank syariah kurang mendapat legitimasi secara ilmiah di masyarakat.

4. Belum terpenuhinya peraturan pemerintah di bidang perbankan syariah yang memadai. Walaupun pasca krisis berlasung pembahasan undang-undang (UU) bank dan lembaga keuangan syariah trend-nya meningkat dari BI dan pemerintah. Namun upaya untuk merealisasikan UU yang lebih komprehensif belum begitu memadai. Maka setidaknya UU mampu menginterpretasikan perkembangan bank syariah di masa depan dimana perkembangan bank syariah membutuhkan proses perbaikan secara bertahap.

Kendala utama kurangnya minat menabung masyarakat adalah kurangnya sosialisasi, mengingat meskipun sudah sejak 10 tahun yang lalu ada bank yang berprinsip syariah beroperasi di Indonesia, namun gemanya masih belum begitu terasa. Potensi bagi berkembangnya bank syariah di Indonesia sangat besar, mengingat mayoritas merupakan umat muslim, dan masih banyak yang ragu akan bunga bank, sehingga beberapa diantaranya tidak menyimpan dananya di bank melainkan di bawah bantal misalnya. Sebagian lagi tetap menyimpan di bank, namun menolak menerima bunga. Selain itu ada yang masih tetap menyimpan di bank, namun merasa berada dalam keadaaan darurat karena belum ada bank syariah yang beroperasi. Dengan adanya Bank Syariah diharapkan ummat muslim tidak lagi ragu-ragu untuk menyimpan dananya di bank. Kami juga menyambut rencana sejumlah bank lain yang juga akan beroperasi secara syariah, dan sama sekali tidak kami anggap sebagai pesaing, karena


(50)

banyaknya bank syariah sekaligus berarti meningkatkan sosialisasi Bank Syariah di Indonesia.

2.8 Pengertian Nasabah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:683), nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan Bank (dalam hal keuangan ). nasabah disebut juga debitur adalah pihak yang mendapatkan pinjaman dari kreditor. Nasabah adalah orang yang bisa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (dalam hal keuangan), orang yang menjadi tanggungan asuransi. Berdasarkan definasi diatas dapat disimpulkan bahwa nasabah adalah orang yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpan dan pinjam.

2.9 Jumlah Penduduk Muslim

Peranan kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi . berbagai pratik dan kebijakan ekonomi yang berlangsung pada masa Rasulullah Saw. Dan al - Khulafa al- Rasyidun merupakan contoh empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendikiawan muslim dalam melahirkan teori- teori ekonominya. Satu hal yang jelas, fokus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan, kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan, yang tidak lain merupakan objek utama yang menginspirasikan pemikiran ekonomi islam sejak awal.

Persoalan – persoalan seperti formalisasi agama dan manipulasi agama dikarenakan para pelakunya mengalami kurangnya kepercayaannya kepada tuhan. Akhirnya mengakibatkan seenaknya saja ia bertindak yang keluar dari jalur


(51)

agama.hal ini dikeranakan kurang imannya kepada Allah Swt. khusunya yang beragama islam.

Tapi pada kota Medan khusunya penduduk beragama islam cukup signifikan pertambahannya dari tahun ke tahun berdasarkan dari Badan Pusat Statistik . hal ini dapat kita lihat meningkatnya penduduk yang beragama islam di kota medan dari tahun ke tahun . mulai dari tahun 1996 penduduk yang beragama islam di kota medan sebanya 1.238.621 jiwa tapi mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 1999 sebanyak 1.235.558 jiwa.

Tapi dari tahun yang 2000 sampai tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2010 sebesar 1.503.426.

Penduduk Muslim juga mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan masyarakat karena mendorong orang yang beragama islam untuk menabung pada Perbankan Syariah hal ini di akibatkan karena adanya perbedaan sistem perbankan syariah dan konvensional.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kurangnya minat masyarakat muslim menabung terhadap bank syariah di kota Medan. Dalam hal ini variabel yang diteliti antara lain faktor syariah (agama), faktor sarana, faktor pelayanan.

3.2 Jenis penelitian

Berdasarkan tingkat perkembanganya jenis yang digunakan adalah penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui variabel tunggal tanpa menghubungkan dengan variabel lain. Bertujuan membuat deskriptif mengenai fakta dan sifat suatu populasi secara sistematik.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat muslim yang ada di Kota medan, Daerah penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa didaerah ini terdapat beberapa masyarakat muslim yang tidak menabung di bank syariah. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat muslim yang terdiri dari mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, dan TNI/polri.

3.4 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli untuk tujuan tertentu, data tersebut diperoleh secara langsung oleh penulis dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan


(53)

cara memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) dan melakukan wawancara. .

2. Data sekunder adalah data yang di peroleh dari data yang sudah diolah, yang diperoleh melalui jurnal, skripsi, studi kepustakaan, Majalah, buku-buku yang terkait dengan penelitian ini dan website untuk mendukung penelitian ini.

3.5 Definisi Operasional

1. Menabung adalah Keinginan masyarakat menyimpan dananya pada bank syariah.

2. Pelayanan adalah tindakan yang diterima nasabah di Bank syariah Kota medan

3. Keyakinan adalah pengetahuan yang dimiliki dan diyakini nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah.

4. Lokasi (jarak) adalah jarak tempat tinggal responden ke Bank tempat menabung.

5. Jumlah Penduduk Muslim adalah perhitungan orang yang beragama Islam khususnya kota Medan yang dinyatakan dalam bentuk jiwa.

6. Minat adalah kecendrungan yang menetap dan subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecambung dalam hal atau hal itu.


(54)

3.6Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan, populasi adakah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (ginting, 2008:128). Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui maka pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan mennggunakan non probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberikan peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample.

3.6.2 Sampel

Sampel merupakan mencari informasi mengenai seluruh populasi yaitu dengan mencari informasi pada sebagian populasi tersebut untuk kemudian diberlakukan pada seluruh populasi (ginting, 2008:129). Sampel diambil sebanyak 50 orang dengan menggunakan metode Non Probability Sampling yang artinya tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi calon responden atau sampel ( Kuncoro, 2003: 119). ini digunakan bila peneliti memiliki pengetahuan yang cukup tentang karakteristik populasi sehingga peneliti dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyusun yang bersifat kualitas dan eksploratif. Dalam menentukan calon responden sebagai sampel, pada survei ini digunakan sampling convenience yang artimya prosedur untuk mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti (ginting, 2008:142). Metode pengumpulan


(55)

data untuk variable diatas menggunakan self administered survey, yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri kuisioner yang diberikan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:

1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden terpilih yaitu masyarakat yang tidak menabung di Bank syariah di kota Medan

2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, Dalam hal ini masyarakat yang tidak menabung pada Bank Syariah di kota medan

3. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan dan mempelajari informasi yang diperoleh dari buku-buku yang terkait, jurnal, website, dan artikel.

3.8 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif, dimana data yang diperoleh dianalisis sehingga diperoleh berbagai gambaran yang menunjukkan kurangnya minat masyarkat muslim menabung di Bank Syariah. Disamping itu, menggunakan program Microsoft Office Word 2007 dilakukan pula dengan bentuk analisis lain seperti : Tabulasi data dengan Microsoft excel, tabel, frekuensi, dan gambar (grafik).


(56)

3.9Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin kita teliti atau sejauh mana dapat mengenai sasaran. Semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang telah disiapkan dapat mengukur variabel yang diinginkan. Untuk menguji validitas kuesioner dalam penelitian ini digunakan analisis item/butir dengan menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Item-item yang tidak memenuhi persyaratan tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes. Pengujian ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total sehingga menghasilkan item-item korelasi.

Koefisien korelasi yang dihasilkan kemudian dilihat nilainya. Item-item yang memiliki korelasi negatif atau lebih kecil dari nilai pada tabel maka harus dibuang atau direvisi karena memiliki tingkat validitas yang rendah

Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment (Umar, 2000:190) :

r

=

n(∑XY)−(∑X∑Y)

�[�∑�2−(∑�)2] ⌈�∑�2−(∑�)²]


(57)

r = Korelasi product moment

n = Jumlah responden atau sampel X = Jumlah jawaban variabel x Y = Jumlah jawaban variabel y

Untuk menguji validitas konstruk, dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyannya dengan skot totalnya. Maing-masing item (skor butir) dilihat harga korelasinya. Bila harga korelasi positif dan r>=0.3 maka butir instrumen tersebut dinyatkan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik. 3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain, bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, bila alat pengukur tersebut digunakan dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten.

Uji realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cornbach dalam Umar (2000: 207) yaitu :

11

=

k

k−1

1

∑�²

σt²

Dimana :

11 = reabilitas instrument k = banyak butir pertanyaan σt² = varians total


(58)

∑�² = jumlah varians butir

Menurut Ghozali (dalam Ginting dan Situmorang, 2008 : 179) rumus

Alpha Cornbach variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 . Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila :

Hasil α > 0.60 = reliabel Hasil α < 0.60 = tidak reliabel 3.10 Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang di gunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendekatan interval yang ada dalam alat ukur (sugiyono, 2001: 84). Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang di ukur tersebut dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka sehingga lebih akurat, efisien dan komunikatif. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban selain jawaban yang telah disediakan di dalam daftar pertanyaan tersebut. Dalam pembuatan kuesioner yang tertutup ini diberikan pengetahuan tentang permasalahan sehingga segala jawaban yang mungkin akan terjadi sudah ada dalam pemikiran pembuatannya, hal ini untuk menghindarkan kesalahan jawaban di luar yang disediakan.

Responden diminta mengisi pernyataan dalam kuesioner tertutup berbentu secara sendiri, dengan sistem mengantar dan dalam waktu yang ditentukan dan diambil kembali, semakin tinggi skor yang diperoleh oleh seorang responden, merupakan indikasi bahwa responden tersebut sikapnya makin positif terhadap


(59)

obyek yang ingin diteliti oleh peneliti. Kuesioner tertutup digunakan karena mempunyai banyak kemudahan dalam menyusun pertanyaan, memberi skor, serta skor yang lebih tinggi tarafnya akan mudah dibandingkan dengan skor yang lebih rendah.


(60)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Kota Medan 4.1.1 Wilayah dan Topografi

Deskripsi Kota Medan sebagai gambaran keadaan secara Geokrafis, Lokasi, Batas Wilayah, Jumlah Penduduk dan lainnya. Administrasi pemerintah Kota yang di pimpin oleh seorang Walikota saat ini terdiri atas 21 Kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisa, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan, dengan 151 kelurahan/desa yang terbagi dalam 2000 lingkungan. Letak kota medan terletak antara 2o.27’-2o.47’ Lintang Utara -98o.35’-98o.44’ Bujur Timur, Kota Medan 2,5-35,5 meter di atas permukaan laut.

Batas Kota Medan berbatas dengan sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan kabupaten Deli Serdang dan Sunga Babura. Kedua sungai tersebut merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selatan Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri, menjadikan medan sebagai pintu gerbang indonesia bagian barat

Pemerintah kota medan pun berambisi memajukan Kota ini semaju Kota-Kota besar lainnya, geologi Kota-Kota Medan merupakan salah satu dari 25 daerah


(61)

tingkat II Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2 . Kota ini merupakan pusat pemerintah daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatas langsung dengan kabupaten Deli serdang di sebelah utara, selatan ,barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Batubara dan Sungai Deli.

Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang memiliki unsur Agama, Suku etnis, budaya dan keagamaan, Adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota medan bersifat terbuka. Secara demokrafis kota Medan pada saat ini juga sedang sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian menurun, jumlah penduduk di Kota Medan pada tahun 2006 yaitu 2.067.288 dan pada tahun 2007 sebesar 2.083.156, dan pada tahun 2008 sebesar 2.102.105 dan pada tahun 2009 sebesar 2.12.051 dan pada tahu 2010 mengalami penurunan yaitu sebesar 2.097.610.

4.2 Sejarah Bank Syariah

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah. Oleh karena itu akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.


(62)

Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait dengan komoditas (sudarsono,2004:27) antara lain sebagai berikut:

1. Pemindahan uang

2. Menerima dan membayaran kembali uang dalam rekening koram 3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainya 4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang 6. Memberi kredit

7. Memberi jaminan kredit

4.2.1 Berdirinya bank syariah di Indonesia

Gagasan untuk mendirikan bank syariah di indonesia sebenarnya sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar nasional hubungan Indonesia-Timur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh lembaga Studi Ilmu-Ilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun ada beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini :

1. Operasi bank syariah yang menerapakan prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena itu tidak sejalan dengan UU pokok perbankan yang berlaku yaitu UU No 14/1967.

2. Kondisi bank syariah dari segi politis berkonotasi idiologi merupakan bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara islam dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah.


(63)

3. Masih dipertanyakan siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura

semacam itu, sementara pendirian bank baru dari timur tegah masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia.

Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak tahun 1988, disaat pemerintah mengeluarkan paket kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama pada waktu itu berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk, kecuali bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini di prakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga darimodal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.

Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-Undang yaitu UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No.1992 tentang Perbankan.

Hingga tahun 2007 terdapat tiga institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantarany merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (persero) dan


(1)

dan upaya bersama-sama dan terus menerus untuk melakukan perbaikan (fastabiqhul khairat).

Adapun Strategi yang di lakukan bank syariah untuk mengantisipasi kendala pengembangan bank syariah (Sudarsono,2004:50) adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kualiatas sumber daya manusia di bidang perbankan syariah. Hal ini diperlukan untuk memicu pengembangan bank syariah, usaha untuk mengembangkan sistem pendidikan yang mengintekrasikan teori dan praktek perbankan syariah diperlukan dalam upaya peningkatan integrasi bank syariah di tegah-tegah msyarakat akademik dan non akademik.

2. Perlu upaya-upaya yang lebih progresif bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari pemerintah dan ulama untuk mendorong pemenuhan legalitas instrumen syariah guna memberi ruang yang lebih lebar bagi tumbuhnya bank syariah. Pengembangan legalisasi bank syariah di pengaruhi oleh permasalahan-permasalahan yang muncul dalam bank syariah, usaha yang dilakukan untuk mengembangkan aspek legalisasi harus didahului dengan upaya-upaya dari berbagai pihak untuk mensosialisasikan sistem bank syariah.

3. Peningkatan kualitas bank syariah perlu dukungan akademisi, keterlibatan akademisi akan membangun kontruksi lembaga keuangan syariah lebih masuk akal dan bisa diterima oleh banyak pihak. Oleh karena itu,


(2)

4. Dibutuhkan sosialisasi yang lebih agresif mengenai bank syariah. Sosialisasi ini bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi bank konvensional untuk membuka kantor cabang syariah (KCS), atau semua pihak yang mampu secara legalitas atau materi untuk mendirikan bank umum syariah di seluruh pelosok negeri. selain itu sebagai sarana untuk mensosialisasikan bank syariah langka ini juga diperlukan untuk mengurangi perilaku ekonomi masyarakat yang mengandung unsur riba, maysir dan gharar.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

1. Dalam pengambilan keputusan untuk tidak menabung di Bank Syariah di Kota Medan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pelayanan sarana, faktor bertransaksi, faktor keyakinan (agama).

2. Dalam pengambilan keputusan untuk tidak menabung di bank syariah di kota Medan, faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya informasi untuk menabung di Bank Syariah dengan persentase 40% atau berjumlah 20 responden dari 50 responden yang ada, serta membandingkan antar bank Syariah dengan Bank Konvensional juga merupakan faktor dalam mempengaruhi pengambilan keputusan untuk tidak menabung di Bank Syariah di Kota Medan dengan persentase 20% atau sebanyak 10 responden dari total 50 responden yang ada.

3. Dilihat dari faktor--faktor yang diteliti mengenai pengaruh kurangnya minat masyarakat muslim menabung di Bank Syariah Kota Medan yang paling dominan adalah faktor keyakinan karena masyarakat masih kurang mengetahui bahwa bunga bank haram dalam agama Islam dengan persentase 40 % atau sebanyak 20 responden dari 50 responden, serta


(4)

5.2 SARAN

1. Untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan bank syariah di Kota Medan diharapkan pihak perbankan lebih meningkatkan pelayanan, meningkatkan sumber daya manusia sehingga mampu memberikan informasi dan kepercayaan kepada masyarakat khususnya masyarakat di Kota Medan, dan juga meningkatkan sosialisasi bahwa bunga adalah riba dan bagi hasil adalah halal bagi masyarakat tentang keberadaan bank syariah tersebut.

2. Mengingat tabungan masyarakat merupakan salah satu bentuk simpanan masyarakat dan sumbernya dari pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan. Untuk meningkatkan proporsi tabungan masyarakat maka diperlukan perhatian bagi pihak perbankan dan juga pemerintah sebagai regulator dalam membuat suatu kebijakan yang berkaitan dengan meningkatka animo masyarakat yaitu Dibutuhkan sosialisasi yang lebih agresif mengenai bank syariah, Peningkatan kualiatas sumber daya manusia di bidang perbankan syariah, Perlu upaya-upaya yang lebih progresif bukan saja dari praktisi, serta Pihak perbankan harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa dananya akan aman-aman saja, konsekuensinya bank diharapkan mampu menjaga kesehatan bank dari segi modal ataupun pelayanan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS), (1989-2008), Sumatera Utara Dalam Angka, Medan : Badan Pusat Statistik

Ginting, paham dan syafrizal helmi situmorang, 2008. filsafat ilmu dan metode riset, Medan: usu Prss

Joko subagyo. 2004. Metode penelitian. Jakarta: Rineka cipta Kasmir, 2008. Pemasaran bank. Jakarta: Kencana

Kuncoro, Mudardjat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Lubis, Irsyad, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Medan: USU Press Rindjin, Ketut, 2000. Pengantar Perbankan Lembaga Keuangan Bukan Bank.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid.2008. Lembaga Keuangan Syariah, jakarta: Zikrul Hakim

Soemitra, Andri. 2009. Bank & lembaga keuangan syariah, cetakan kedua, Jakarta: Prenada Media

Sudarsono heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, yogyakrta: Ekonesia kampus Fakultas Ekonomi UII

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen.Jakarta: Prenada Media

Sugiyono. 2006. Metode penelitian bisnis, cetakan kesembilan, CV Alvabeta: Bandung

Sutedi, Adrian, 2009. Perbankan Syariah. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pertiwi, Dita, 2012. Analisis Minat Menabung Masyarakat pada Bank Muamalat di Kota Kisaran, skripsi: Fakultas Ekonomi USU


(6)

Website

syariah/selesai.