Tinjauan Yuridis Mengenai Hak Kebendaan Pembeli Efek Beragun Aset Pada Pembiayaan Sekunder Perumahan

Abstrak
Pembiayaan sekunder perumahan adalah suatu fasilitas yang memudahkan bank untuk
melakukan likuidasi terhadap aset-aset keuangannya yang kurang likuid berupa piutangpiutang yang timbul dari penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal ini perlu dilakukan
untuk menghindari terjadinya mismatch funding. Penelitian ini berujudul “TINJAUAN
YURIDIS MENGENAI HAK KEBENDAAN PEMBELI EFEK BERAGUN ASET PADA
PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMAHAN”. Penelitian diadakan untuk mengetahui apa
sajakah hak- hak kebendaan yang dimiliki oleh pemegang efek beragun aset pada
pembiayaan sekunder perumahan, bagaimanakah mekanisme peralihannya, bagaimanakah
perlindungan hukum bagi pemegang efek beragun aset tersebut serta apakah perlu dilakukan
penyesuaian hukum nasional terhadap konsep pembiayaan sekunder perumahan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian normatif dengan
mengelola data-data sekunder dalam penelitian ini. Data-data sekunder tersebut kemudian
dikelola dengan menggunakan pendekatan konseptual, pendekatan perundang-undangan, dan
pendekatan perbandingan hukum.
Adapun dari penulisan ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hak kebendaan yang
melekat pada efek beragun aset pada pembiayaan sekunder perumahan yang dimiliki oleh
pembeli/pemegang efek beragun aset antara lain adalah hak untuk mendapatkan pembayaran,
hak untuk memindahkan kepemilikan atas efek beragun aset, hak untuk membebankan atau
menjadikan efek beragun aset sebagai jaminan bagi pelunasan utang dari pemegang efek
beragun aset, hak untuk mendapatkan pelunasan piutang karena hak tanggungan atas rumah
dan tanah yang dijadikan jaminan pada kredit pemilikan rumah (KPR), hak untuk

mendapatkan keterbukaan atas fakta materil, hak untuk mendapatkan bunga (untuk efek
beragun aset yang bersifat utang), hak Untuk Mendapatkan Pelunasan Piutang dari Harta
Kekayaan Penerbit. (untuk efek beragun aset yang bersifat utang). Selain dari pada dapat juga
disimpulkan bahwa mekanisme peralihan hak pada penerbitan efek beragun aset pada
pembiayaan sekunder perumahan itu secara garis besar terdiri dari 4 fase yakni antara lain
adalah munculnya hak tagih (piutang) melalui penyaluran Kredit Pemilikan Rumah,
penjualan piutang oleh kreditur asal kepada pihak penerbit (issuer), pengalihan hak
kebendaan berupa piutang kepada investor dengan penerbitan efek beragun aset, pengalihan
efek beragun aset antara investor yang satu kepada investor yang lain. Mengenai
perlindungan hukum bagi pembeli/pemegang efek beragun aset dapat disimpulkan bahwa
perlindungan hukum bagi pembeli/ pemegang efek beragun aset pada pembiayaan sekunder
perumahan secara garis besar terbagi atas 2 yakni perlindungan hukum preventif dan
perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif bagi pemegang efek beragun
aset pada pembiayaan sekunder perumahan adalah terletak pada pelaksanaan prinsip
keterbukaan (disclosure principle) pada hukum pasar modal terutama pada pembiayaan
sekunder perumahan. Sedangkan perlindungan hukum represif bagi pemegang efek beragun
aset terdiri dari 2 yakni, perlindungan hukum terhadap perbuatan melanggar hukum dan
perlindungan hukum terhadap perbuatan wanprestasi, yang mana keduanya harus melalui
proses peradilan dan tidak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri melainkan hanya dapat
dilaksanakan oleh manajer investasi dalam hal efek beragun aset tersebut bersifat sekuritas

(equity security)/ unit penyertaan, sedangkan apabila efek tersebut bersifat utang (debt
security) maka pelaksanaan upaya hukum tersebut harus melalui wali amanat.
Kata Kunci : Efek beragun aset, pembiayaan sekunder perumahan.

Universitas Sumatera Utara