Analisis Pengaruh Jalan ke Bandara Kuala Namo Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
Secara khusus lokasi penelitian berada di empat desa, yaitu Desa Ramunia II, Desa
Perkebunan Ramunia, Desa Pantai Labu Baru dan Desa Pantai Labu Pekan.
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.

3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Desa Ramunia II,
Desa Perkebunan Ramunia, Desa Pantai Labu Baru dan Desa Pantai Labu Pekan,
yaitu sebanyak 2.014 rumah tangga. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus
Slovin (Umar, 2005), yaitu:
n=

N
1 + Ne 2

Dimana :
n = jumlah sampel

N = ukuran populasi
e = kesalahan yang ditolerir .
Kesalahan yang ditolerir dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan
sebesar 10%.
Dari rumus tersebut di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

n=

2.014
1 + (2.014) (0,1) 2

n = 95,27 (dibulatkan menjadi 96 orang)
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang yang
mewakili setiap rumah tangga masyarakat. Sampel ditentukan secara random, untuk
memperoleh sampel secara independen. Persebaran sampel berdasarkan desa adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1.

Persebaran Sampel Berdasarkan Desa
No.
1.
2.
3.
4.

Desa
Pantai Labu Pekan
Pantai Labu Baru
Perkebunan Ramunia
Ramunia II

Populasi (KK)

Sampel (orang)

805
172
482

555

38
8
23
27

Jumlah
2.014
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka, 2010.

96

3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari lapangan yang dikumpulkan melalui
pengamatan, kuesioner serta wawancara dengan responden.

Sedangkan data


sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu: Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Deli Serdang, Bappeda Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Deli Serdang, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan
dengan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

3.4. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Angket (kuesioner)
Angket disusun secara terstruktur dan penyebarannya ditujukan kepada
masyarakat yang menjadi responden.
2. Observasi dan wawancara
Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan juga wawancara dengan
beberapa masyarakat sehingga peneliti memperoleh data untuk memperkuat
data yang dikumpulkan melalui kuesioner.
3. Studi dokumentasi
Dengan mengkaji dokumen-dokumen yang relevan dengan objek yang diteliti.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis pertama dan
kedua yaitu dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap
aksesibilitas penduduk dan harga lahan di Kecamatan Pantai Labu, dilakukan melalui
uji beda rata-rata, dengan rumus :
Y 2 − Y1
t=

s2

1
1
+
n1 n2

dimana:

Universitas Sumatera Utara

Y 1 = rata-rata aksesibilitas penduduk, harga lahan sebelum pembangunan


jalan ke Bandara Kuala Namo.
Y 2 = rata-rata aksesibilitas penduduk, harga lahan setelah pembangunan

jalan ke Bandara Kuala Namo.
s2

= varians gabungan

n

= banyak sampel

Ketentuan: H 0 diterima jika signifikansi t hitung

> 0.05, H 0 ditolak jika

signifikansi t hitung < 0.05.
Untuk menjawab hipotesis ketiga, yaitu untuk mengetahui dampak
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap alih fungsi lahan dilakukan
secara deskriptif.

Untuk menjawab hipotesis keempat, yaitu untuk mengetahui pengaruh
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap pendapatan masyarakat di
Kecamatan Pantai Labu, dilakukan melalui regresi linear berganda, dengan formulasi
sebagai berikut:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + + b3 X3 + e
dimana :
Y

= Pendapatan masyarakat (Rp)

X1

= Aksesibilitas penduduk (waktu)

X2

= Harga lahan (Rp)

X3


= Alih fungsi lahan (Ha)

b0

= Konstanta

Universitas Sumatera Utara

b 1 ,b 2 , b 3 = Koefisien regresi variabel independen
e

= term of error

a. Uji F (Uji secara simultan)
Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat
kepercayaan 95 % atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis:
H 0 : b 1 ,b 2 ,b 3 = 0; peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan
alih fungsi lahan secara simultan tidak berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.
H 1 : b 1 ,b 2 ,b 3 ≠ 0, peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan

dan alih fungsi lahan secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.
Ketentuan: H 0 diterima jika signifikansi F hitung

> 0.05, H 0 ditolak jika

signifikansi F hitung < 0.05.
b. Uji t (Uji secara parsial)
Kriteria hipotesis adalah :
H 0 : b i = 0; peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih
fungsi lahan secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.
H 1 : b i ≠ 0, peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih
fungsi lahan secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di
Kecamatan Pantai Labu.

Universitas Sumatera Utara

Ketentuan: H 0 diterima jika signifikansi t hitung > 0.05, H 0 ditolak jika signifikansi
t hitung < 0.05.


3.6. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman (persepsi) pada penelitian
ini, disusun definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
1. Aksesibilitas adalah pergerakan manusia, barang dan jasa dari suatu tempat ke
tempat lain, diukur dalam satuan menit.
2. Harga lahan adalah harga yang bersedia dibayarkan untuk satu bidang tanah,
diukur dalam satuan Rp/m2.
3. Alih fungsi lahan adalah terjadinya perubahan pengunaan lahan dari lahan
sawah dan ladang menjadi bangunan dan jalan, diukur dalam satuan m2.
4. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan perekonomian masyarakat dalam
satu waktu yang dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat, diukur
dalam satuan Rp/bulan.
5. Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial
ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup pada suatu wilayah.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Geografis dan Fisik Wilayah
Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2°57’ - 3°16’
Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari
wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah
2.497,72 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.
Kabupaten

Deli

Serdang

secara

geografis

terletak

pada

wilayah

pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kountur dan
iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai
terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara
kawasan pantai berhawa tropis pegunungan. Sementara itu, dilihat dari kemiringan
lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas:
Dataran Pantai ± 63.002 Ha ( 26,30 %) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan Perak,
Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu). Jumlah Desa sebanyak 64

Universitas Sumatera Utara

Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 km.Potensi Utama adalah:
Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut,
Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.
Dataran Rendah ± 68.965 Ha ( 28.80 % ) terdiri dari 11 kecamatan (Sunggal, Pancur
Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak,
Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah desa
sebanyak 197 desa/kelurahan.Potensi Utama adalah: Pertanian Pangan,
Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan,
dan Perikanan Darat.
Dataran Pegunungan ± 111.970 Ha ( 44.90 %) terdiri dari 7 kecamatan (Kutalimbaru,
Sibolangit, Biru-biru, STMHilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun
Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah :
Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.
Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan, dengan luas wilayah
masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut (Tabel 4.1)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Kecamatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Kecamatan

Ibukota

Gunung Meriah
Gunung Meriah
STM Hulu
Tiga Juhar
Sibolangit
Sibolangit
Kutalimbaru
Kutalimbaru
Pancur Batu
Pancur Batu
Namorambe
Namorambe
Biru-biru
Biru-biru
STM Hilir
Talun Kenas
Bangun Purba
Bangun Purba
Galang
Galang
Tanjung Morawa
Tanjung Morawa
Patumbak
Patumbak
Deli Tua
Deli Tua
Sunggal
Sunggal
Hamparan Perak
Hamparan Perak
Labuhan Deli
Labuhan Deli
Percut Sei Tuan
Tembung
Batang Kuis
Batang Kuis
Pantai Labu
Pantai Labu
Beringin
Karang Anyer
Lubuk Pakam
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
Pagar Merbau
Jumlah
Sumber: Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2010.

Luas Wilayah
(km2)
76,65
223,38
179,96
174,92
122,53
62,30
89,69
190,50
129,95
150,29
131,75
46,79
9,36
92,52
230,15
127,23
190,79
40,34
81,85
52,69
31,19
62,89
2.498

Jumlah Desa/
Kelurahan
12
20
30
14
25
36
17
15
33
29
26
8
6
17
20
5
20
11
19
11
13
16
403

Kecamatan Pantai Labu merupakan salah satu dari 22 kecamatan yang ada di
Kabupaten Deli Serdang dengan Ibukota kecamatan di Kelurahan Pantai Labu Pekan.
Kecamatan Pantai Labu dengan luas ± 81,85 km² berada pada ketinggian rata-rata 0-8
m di atas permukaan laut dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Percut
Sei Tuan.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Beringin.
Secara administratif, Kecamatan Pantai Labu terdiri dari 19 desa/kelurahan
dengan luas wilayah 81,85 km2.
Tabel 4.2. Luas Wilayah Kecamatan Pantai Labu Berdasarkan Desa
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Desa

Luas (Km2)

Bagan Serdang
1,63
Binjai Bakung
3,11
Denai Kuala
4,50
Denai Lama
2,67
Denai Sarang Burung
3,13
Durian
11,58
Kelambir
3,92
Kubah Senang
1,28
Paluh Sibaji
2,06
Pantai Labu Pekan
7,02
Pantai Labu Baru
1,10
Pematang Biara
4,04
Perkebunan Ramunia
8,43
Ramunia I
3,05
Ramunia II
1,33
Rantau Panjang
4,70
Rugemuk
3,00
Sei Tuan
14,10
Tengah
1,20
Jumlah
81,85
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka, 2011

Rasio terhadap
Kecamatan
1,99
3,80
5,50
3,26
3,82
14,15
4,79
1,56
2,52
8,58
1,34
4,94
10,30
3,73
1,62
5,74
3,67
17,23
1,47
100

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2010 adalah
sebanyak 43.981 jiwa, yang terdiri dari 22.448 jiwa laki-laki dan 21.533 jiwa
perempuan. Persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pantai
Labu adalah sebagai berikut (Tabel 4.3).
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Pantai Labu
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Desa

Laki-laki
(Jiwa)

Perempuan
(Jiwa)

Bagan Serdang
719
692
Binjai Bakung
845
785
Denai Kuala
1.136
1.051
Denai Lama
1.280
1.217
Denai Sarang Burung
1.448
1.429
Durian
2.534
2.543
Kelambir
1.122
1.055
Kubah Senang
591
567
Paluh Sibaji
1.799
1.646
Pantai Labu Pekan
2.179
2.102
Pantai Labu Baru
421
403
Pematang Biara
1.813
1.739
Perkebunan Ramunia
1.210
1.152
Ramunia I
419
423
Ramunia II
1.219
1.234
Rantau Panjang
1.285
1.205
Rugemuk
1.339
1.235
Sei Tuan
573
581
Tengah
516
474
Jumlah
22.448
21.533
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka, 2011.

Jumlah
Penduduk

Kepadatan
(jiwa/km2)

1.411
1.630
2.187
2.497
2.877
5.077
2.177
1.158
3.445
4.281
824
3.552
2.362
842
2.453
2.490
2.574
1.154
990
43.981

866
524
486
935
919
438
555
905
1.672
610
749
879
280
276
1.844
530
858
82
825
537

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut diketahui bahwa penduduk yang
terbanyak terdapat di Desa Durian yaitu sebanyak 5.077 jiwa, kemudian Kelurahan
Pantai Labu Pekan sebanyak 4.281 jiwa. Sedangkan penduduk yang paling sedikit
jumlahnya terdapat di Desa Pantai Labu Baru yaitu sebanyak 824 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa perserbaran penduduk pada desa-desa yang ada tidak merata.
Berdasarkan kepadatan penduduk, dapat dilihat bahwa desa yang paling padat
penduduknya adalah Desa Ramunia IIdengan kepadatan 1.844 jiwa per km2, kemudian
Desa Paluh Sibaji dengan keadatan 1.672 jiwa per km2.

Sedangkan desa dengan

penduduk yang paling longgar (tidak padat) adalah Desa Sei Tuan dengan kepadatan
penduduk 82 jiwa per km2.

Jumlah

penduduk

berdasarkan

kelompok

umur

di

Kecamatan Pantai Labu disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No
Umur (Tahun)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1
0-4
5.297
2
5-9
5.122
3
10 - 14
4.905
4
15 - 19
4.852
5
20 - 24
4.331
6
25 - 29
3.910
7
30 - 34
3.468
8
35 - 39
3.074
9
40 - 44
2.627
10
45 - 49
1.918
11
50 - 54
1.233
12
55 - 59
959
13
60 – 64
831
14
65 – 69
555
15
70 – 74
446
16
75 +
453
Jumlah
43.981
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka, 2011.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Penggunaan Lahan
Pertanian yang dilakukan pada umumnya adalah pertanian lahan kering,
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Penggunaan Lahan (Ha) di Kecamatan Pantai Labu, 2006 – 2010
No.

Penggunaan Lahan

2006

2007

2008

1 Pertanian Sawah

4.012

3.954

3.905

3.862

3.820

2 Pertanian Non Sawah

3.239

3.271

3.276

3.224

3.209

927

953

997

1.092

1.149

Jumlah
8.178
8.178
Sumber: Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka.

8.178

8.178

8.178

3 Non Pertanian

2009

2010

Berdasarkan data penggunaan lahan tersebut diketahui bahwa sebagian besar
Kecamatan Pantai Labu merupakan daerah pertanian, baik sawah maupun ladang
(lahan kering). Dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir terjadi perubahan
penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi non pertanian.

4.1.4. Kondisi Jalan
Di Kecamatan Pantai Labu terdapat jalan sepanjang 146,72 km, dimana
sebagian besar (52,13%) merupakan jalan kerikil, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.6. Panjang Jalan di Kecamatan Pantai Labu
No.

Kondisi Jalan
Panjang (km)
(%)
1 Aspal
56,21
38,31
2 Batu
2,49
1,70
3 Kerikil
76,49
52,13
4 Tanah
11,53
7,86
Jumlah
146,72
100,00
Sumber: Dinas PU Kabupaten Deli Serdang, 2011.

Universitas Sumatera Utara

7.86%
38.31%

52.13%

1.70%
Aspal

Batu

Kerikil

Tanah

Gambar 4.2. Kondisi Jalan di Kecamatan Pantai Labu

Berdasarkan fungsinya, sebagian besar jalan di Kecamatan Pantai Labu
(71,87%) merupakan jalan kolektor sekunder.

28.13%

71.87%

Kolektor Primer

Kolektor Sekunder

Gambar 4.3. Fungsi Jalan di Kecamatan Pantai Labu

Universitas Sumatera Utara

4.2. Karakteristik Responden
Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik responden, yaitu umur,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan rata-rata. Berdasarkan umur
(Tabel 4.7 dan Gambar 4.4) diketahui bahwa mayoritas responden berusia antara 41 –
45 tahun, yaitu sebanyak 19,79%. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih
tergolong usia produktif muda.
Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun)
Jumlah (Orang)
< 30
5
31 – 35
11
36 – 40
16
41 – 45
19
46 – 50
14
51 – 55
14
> 55
17
Jumlah
96
Sumber: Data Primer diolah, 2012.

17,71

5,21

%
5,21
11,46
16,67
19,79
14,58
14,58
17,71
100,00

Umur (thn)

11,46

< 30
31-35

14,58

16,67

36-40
41-45

14,58

46-50
19,79
51-55
> 55

Gambar 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pendidikan terakhir (Tabel 4.8 dan Gambar 4.5) diketahui bahwa
sebagian besar responden (36,46 %) adalah berpendidikan setingkat sekolah dasar
(SD), kemudian sebanyak 28,13% berpendidikan SLTP/sederajat. Sedangkan yang
berpendidikan sarjana hanya sebanyak 11,46%.
Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah (Orang)
SD
35
SLTP
27
SLTA
19
Diploma (D3)
4
Sarjana (S1)
11
Jumlah
96
Sumber: Data Primer diolah, 2012.

4.17%

%
36,46
28,13
19,79
4,17
11,46
100,00

11.46%

SD
36.46%

19.79%

SLTP
SLTA
D3
S1

28.13%

Gambar 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.9
dan Gambar 4.6. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pekerjaan responden

Universitas Sumatera Utara

cukup bervariasi, dimana yang paling banyak adalah sebagai petani (22,92%). Hal ini
berhubungan dengan lokasi penelitian yang merupakan daerah pertanian.
Tabel 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah (Orang)
PNS
7
Karyawan Swasta
7
Dagang
9
Wiraswasta
10
Petani
22
Nelayan
9
Buruh
14
Lain-lain
18
Jumlah
96
Sumber: Data Primer diolah, 2012.

%
7,29
7,29
9,38
10,42
22,92
9,38
14,58
18,75
100,00

7.29%
7.29%

PNS
Kary. Swasta

18.75%
9.38%
14.58%

10.42%

Dagang
Wiraswasta
Petani

9.38%
22.92%

Nelayan
Buruh
Lain-lain

Gambar 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan data Tabel 4.10 dan Gambar 4.7 diketahui bahwa responden
yang paling banyak adalah dengan pendapatan Rp. 1 juta – 1,99 juta, yaitu 51,04%,
kemudian dengan pendapatan antara Rp. 2 juta – 2,99 juta, sebanyak 21,88%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan (Rp)
Jumlah (Orang)
< 1 juta
7
1 - 1,99 juta
49
2 - 2,99 juta
21
3 - 3,99 juta
10
> 4 juta
9
Jumlah
96
Sumber: Data Primer diolah, 2012.

9.38%

%
7,29
51,04
21,88
10,42
9,38
100,00

7.29%
< 1 jt

10.42%

1 - 1.99 jt
2 - 2.99 jt
21.88%

51.04%

3 - 3.99 jt
> 4 jt

Gambar 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan jumlah anggota keluarga sebagaimana dilihat pada Tabel 4.11
dan Gambar 4.8 diketahui bahwa sebagian besar responden (53,13 %) adalah
memiliki anggota keluarga sebanyak ≤ 3 orang, kemudian sebanyak 38,54% dengan
jumlah anggota keluarga 4 – 5 orang.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah (Orang)
≤ 3 orang
51
4 – 5 orang
37
≥ 6 orang
8
Jumlah
96
Sumber: Data Primer diolah, 2012.

%
53,13
38,54
8,33
100,00

8.33%

38.54%

53.13%

6

Gambar 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

4.3. Analisis Data dan Pembahasan
4.3.1. Tanggapan Responden
1) Tanggapan atas Pembangunan Jalan ke Bandara Kuala Namo
Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk indikator
pembangunan jalan ke Bandara disajikan pada Tabel 4.12. Berdasarkan data Tabel
4.12 dan Gambar 4.9 diketahui bahwa sebagian besar responden (39,6%) dan 27,1%
menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini sangat sesuai dan sesuai
dengan harapan masyarakat. Namun masih ada sebanyak 28,1% yang menyatakan
kurang sesuai dan tidak sesuai. Hal ini terjadi karena saat ini pembangunan jalan

Universitas Sumatera Utara

tersebut masih trus berlangsung sehingga masih menimbulkan banyak debu apabila
musim kemarau, yang cukup mengganggu masyarakat.
Tabel 4.12. Tanggapan Responden atas Indikator Pembangunan Jalan ke Bandara
No.
1.
2.
3.
4.

Indikator
Kesesuaian peningkatan jalan desa dengan harapan
masyarakat desa
Peran peningkatan jalan desa dalam memperlancar
pengangkutan dari dan ke daerah ini
Peran peningkatan jalan desa mempersingkat waktu
tempuh
Peran peningkatan jalan desa dalam menurunkan biaya
angkut hasil pertanian

5
39,6

Skor (%)
4
3
2
27,1
6,3
17,7

1
9,4

41,7

20,8

13,5

7,3

16,7

17,7

35,4

6,3

34,4

6,3

1,0

8,3

9,4

0

81,3

Sumber: Data Primer, diolah, 2012.
Keterangan: 5 : sangat sesuai/sangat memperlancar/sangat menurunkan
4 : sesuai/memperlancar/menurunkan
3 : cukup sesuai/cukup memperlancar/cukup menurunkan
2 : kurang sesuai/kurang memperlancar/kurang menurunkan
1 : tidak sesuai/tidak memperlancar/tidak menurunkan.

9.4%

Sangat sesuai
39.6%

17.7%

Sesuai
Cukup sesuai
Kurang sesuai

6.3%
27.1%

Tidak sesuai

Gambar 4.9. Tanggapan Responden mengenai Kesesuaian Pembangunan Jalan
ke Bandara Kuala Namo dengan Harapan Masyarakat

Berdasarkan Gambar 4.10 diketahui bahwa sebagian besar responden (41,7%)
dan 20,8% menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini sangat

Universitas Sumatera Utara

memperlancar dan memperlancar pengangkutan ke Pantai Labu. Namun sebanyak
16,7% responden menyatakan tidak memperlancar. Hal ini berhubungan dengan
kondisi saat ini dimana masih berlangsung pembangunan sebagian ruas jalan
sehingga agak menganggu perjalanan.

Sangat memperlancar

16.7%

7.3%

41.7%

Memperlancar
Cukup memperlancar

13.5%

Kurang memperlancar
20.8%

Tidak memperlancar

Gambar 4.10. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara
Kuala Namo Memperlancar Pengangkutan

6.3%
Sangat mempersingkat

17.7%

Mempersingkat

34.4%

Cukup mempersingkat
35.4%

Kurang mempersingkat
Tidak mempersingkat

6.3%

Gambar 4.11. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara Kuala
Namo Mempersingkat Waktu Tempuh ke Tempat Kegiatan Utama

Berdasarkan Gambar 4.11 diketahui bahwa sebagian besar responden (35,4%)
dan 17,7% menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini mempersingkat
dan dan sangat mempersingkat waktu tempuh ke tempat kegiatan utama. Namun

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 40,7% responden menyatakan tidak dan kurang mempersingkat waktu
tempuh. Hal ini berhubungan dengan aktivitas utama sebagian masyarakat sebagai
petani dan nelayan yang pada umumnya tidak melalui jalan akses bandara tersebut
jika hendak ke sawah/ladang dan ke laut.

Sangat menurunkan

1% 8.3%
9.4%

Menurunkan
Cukup menurunkan
Tidak Menurunkan

81.3%

Sangat tidak menurunkan

Gambar 4.12. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara
Kuala Namo Menurunkan Biaya Angkutan Hasil Pertanian

Berdasarkan Gambar 4.12 diketahui bahwa sebagian besar responden (81,3%)
menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara ini sangat tidak menurunkan
biaya angkut hasil pertanian.

2) Tanggapan atas Pengembangan Wilayah
Dalam penelitian ini, indikator pengembangan wilayah yang diteliti adalah
harga lahan, perubahan penggunaan lahan dan pertambahan jumlah angkutan umum.
Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk indikator
pengembangan wilayah disajikan pada Tabel 4.13.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.13. Tanggapan Responden atas Indikator Pengembangan Wilayah
No.

Indikator

5

4

Skor (%)
3

2

1

1.

Peningkatan harga lahan

46,9

53,1

0

0

0

2.

Perubahan penggunaan lahan

2,1

16,7

5,2

55,2

20,8

3.

Peningkatan jumlah angkutan umum ke daerah ini

20,8

55,2

24,0

0

0

Sumber: Data Primer, diolah, 2012.
Keterangan: 5 : sangat meningkat/sangat banyak/sangat setuju
4 : meningkat/banyak/setuju
3 : cukup meningkat/cukup banyak/cukup setuju
2 : kurang meningkat/sedikit/kurang setuju
1 : tidak meningkat/tidak ada/tidak setuju.

Tabel 4.13 dan Gambar 4.13 menunjukkan sebagian besar responden (53,1%)
menyatakan bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo meningkatkan harga
lahan di Kecamatan Pantai Labu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan terbuka dan
lancarnya jalan ke wilayah tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap lahan,
sehingga harga lahan menjadi meningkat.

46.9%
53.1%

Sangat Meningkat

Meningkat

Gambar 4.13. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara
Kuala Namo Meningkatkan Harga Lahan

Universitas Sumatera Utara

Pembukaan jalan ke Bandara Kuala Namo hingga kondisi saat ini belum
banyak menyebabkan perubahan penggunaan lahan sebagaimana dinyatakan oleh
55,2% responden, bahkan sebanyak 20,8% responden menyatakan tidak ada
perubahan penggunaan lahan untuk saat ini (Gambar 4.14).
2.1%
20.8%

Sangat banyak
Banyak

16.7%
5.2%

Cukup banyak
Sedikit
Tidak ada

55.2%

Gambar 4.14. Tanggapan Responden mengenai Pembangunan Jalan ke Bandara
Kuala Namo Menyebabkan Perubahan Penggunaan Lahan
Pada umumnya perubahan penggunaan lahan yang terjadi di lokasi penelitian
adalah dari lahan sawah dan ladang menjadi jalan. Hal ini sejalan dengan pelebaran
jalan menuju bandara Kuala Namo, menyebabkan lahan yang berada di pinggiran
jalan berubah menjadi jalan.
Gambar 4.15. menunjukkan sebagian besar responden (55,2%) menyatakan
bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo meningkatkan jumlah angkutan
umum ke Kecamatan Pantai Labu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan terbuka dan
lancarnya jalan ke wilayah tersebut akan meningkatkan jumlah angkutan umum.

Universitas Sumatera Utara

20.8%

24.0%

55.2%

Sangat Setuju

Setuju

Cukup Setuju

Gambar 4.15. Tanggapan Responden mengenai Terjadi Pertambahan Jumlah
Angkutan Umum

4.3.2.

Dampak Pembangunan Jalan ke Bandara Terhadap Pengembangan
Wilayah
Dampak

pembangunan

jalan

ke

Bandara

Kuala

Namo

terhadap

pengembangan wilayah dapat dilihat dari perubahan aksesibilitas masyarakat,
perubahan harga lahan, dan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah
pembangunan jalan alternatif tersebut.
1) Aksesibilitas Masyarakat
Dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap aksesibilitas
masyarakat dapat dilihat dari indikator waktu tempuh masyarakat menuju tempat
kegiatan mereka sehari-hari, seperti kantor, ladang, dan usaha lainnya. Menurut
responden, bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo tersebut tidak dan

Universitas Sumatera Utara

kurang mempengaruhi kecepatan mereka menunju tempat kegiatan mereka seharihari, yang berarti tidak menurunkan waktu tempuh dari yang biasanya.
Tabel 4.14. Waktu Tempuh Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan ke Bandara
Waktu Tempuh

Sebelum (%)

< 15 menit
15 – 30 menit
30 – 45 menit
> 45 menit
Jumlah
Sumber: Data Primer, Diolah, 2011.

Sesudah (%)

56.25
25.00
18.75
56.25

53.13
31.25
15.63
53.13

100.00

100.00

Uji signifikansi perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15. Uji t Perbedaan Waktu Tempuh
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1

Std. Deviation

Std. Error Mean

W.Tempuh2011

17.4479

96

10.95433

1.11802

W.Tempuh2009

17.8125

96

10.73147

1.09528

t
Pair 1

N

W.Tempuh2011 -

df
-.292

Sig. (2-tailed)
95

-.771

W.Tempuh2009

Sumber: Hasil Analisis Data, 2011.

Berdasarkan Tabel 4.15. dapat dilihat bahwa rata-rata waktu tempuh
masyarakat ke tempat kegiatan mereka sebelum perbaikan jalan ke Bandara Kuala
Namo adalah 17,81 menit, dimana waktu ini menjadi lebih singkat setelah
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo (17,45 menit). Hasil analisis statistic

Universitas Sumatera Utara

memberikan nilai t-hitung sebesar 0,292 dengan signifikansi 0,771, yang berarti
bahwa perbedaan waktu tempuh masyarakat menuju tempat kegiatan mereka
tersebut tidak signifikan. Dengan demikian pembangunan jalan ke Bandara Kuala
Namo tidak dirasakan masyarakat mampu mempersingkat waktu tempuh secara
nyata. Hal ini terjadi karena pada kondisi saat ini jalan menuju Bandara Kuala
Namo sudah rusak karena sering dilalui truk pengangkut tanah timbun ke lokasi
Bandara Kuala Namo yang sering melebihi beban kemampuan jalan (Saragi
Napitu, 2006). Karena jalan rusak ini, aksesibilitas masyarakat juga menjadi
terganggu, sebagaimana dinyatakan oleh Manullang (2006), bahwa kondisi yang
demikian menyebabkan waktu perjalanan menjadi lama, kecepatan menurun,
kenyamanan perjalanan menjadi terganggu dan pada akhirnya akan berdampak
kepada perkembangan wilayah di masa mendatang. Selanjutnya Saleh, et.al,
(2009) meningatkan bahwa muatan truk yang berlebih pada akhirnya akan
meningkatkan biaya pemeliharaan jalan.
2) Perubahan Harga Lahan
Dampak pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap pengembangan
wilayah dapat dilihat dari indikator peningkatan harga lahan di daerah. Menurut
responden, bahwa setelah pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo, harga
lahan mengalami peningkatan. Untuk analisis, data harga lahan pada tahun 2011
telah dideflasi ke tahun 2009 dengan memperhitungkan tingkat inflasi di

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Deli Serdang. Perbedaan harga lahan di sekitar pembangunan jalan ke
Bandara Kuala Namo sebagaimana disajikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Perbedaan Harga Lahan di Lokasi Penelitian
No.

Uraian

Harga Rata-rata (Rp)

1

Harga lahan tahun 2009 / m2

2.

Harga lahan tahun 2011 / m2

230.906

a. Riil

565.104

b. Berdasarkan harga konstan 2009

496.637

Untuk mengetahui signifikansi perbedaan harga lahan tersebut selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata (uji t) sebagaimana dilihat pada
Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Uji t Perbedaan Harga Lahan
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 2

N

Std. Error Mean

Harga Lahan 2011

496.6373

96

313.78477

32.02552

Harga Lahan 2009

230.9063

96

124.22349

12.67851

t
Pair 2

Std. Deviation

Harga Lahan 2011 - Harga

12.724

df

Sig. (2-tailed)
95

.000

Lahan 2009

Sumber: Hasil Analisis Data, 2011.
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa rata-rata harga lahan di
Kecamatan Pantai Labu sebelum pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo
adalah Rp. 230.906 per m2, dimana setelah pembangunan jalan ke Bandara Kuala

Universitas Sumatera Utara

Namo mengalami peningkatan menjadi rata-rata Rp. 496.637 per m2. Hasil analisis
statistik menunjukkan nilai t-hitung sebesar 12,724 dengan signifikansi 0,00, yang
berarti bahwa perbedaan harga lahan sebelum dan sesudah pembangunan jalan ke
Bandara Kuala Namo adalah signifikan. Peningkatan harga lahan ini akan
memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk menjual
lahannya. Menurut Purowoto dan Kurniawan (2009) bahwa pembangunan
infrastruktur jalan memberikan dampak terhadap peningkatan harga lahan, karena
dengan terbukanya akses jalan, maka potensi daerah atau wilayah dapat
dimanfaatakan dan nilai ekonomisnya meningkat.
3) Alih Fungsi Lahan
Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo yang masih terus berlangsung
hingga saat ini merupakan pelebaran dan peningkatan dari jalan yang sudah ada
sebelumnya. Perlebaran jalan yang sebelumnya dari 4 m menjadi 6 m
membutuhkan lahan, sehingga menyebabkan lahan masyarakat di sekitar pinggir
jalan beralih fungsi. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 53 responden
(55,21%) lahannya beralih fungsi, sisanya sebanyak 43 responden (44,71%)
lahannya tidak beralih fungsi. Total luas lahan responden yang beralih fungsi
adalah 2.862 m2, dimana lahan yang paling luas beralih fungsi adalah seluas 150
m2. Peralihan fungsi lahan tersebut pada ummnya terjadi di pinggir jalan, yaitu
dari lahan sawah dan lahan kering beralih fungsi menjadi jalan dan bangunan
(rumah, warung dan toko).

Universitas Sumatera Utara

Hal ini juga sejalan dengan perubahan lahan pertanian menjadi non
pertanian di Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2006 – 2010. Berdasarkan data
dari Kecamatan Pantai Labu, lahan pertanian pada tahun 2006 seluas 7.251 Ha
mengalami penurunan setiap tahun menjadi seluas 7.029 Ha pada tahun 2010.
Dengan demikian terjadi alih fungsi lahan pertanian selama lima tahun terakhir
sebesar 3,06%. Sebaliknya luas lahan non pertanian pada tahun 2006 seluas 927
Ha meningkat menjadi 1.149 Ha pada tahun 2010. Artinya terjadi peningkatan
lahan non pertanian sebesar 23,95%. Hal ini sejalan dengan Purowoto dan
Kurniawan (2009) yang menyatakan bahwa infrastruktur jalan berdampak
terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah, dimana pembangunan ekonomi
membutuhkan ruang untuk aktivitasnya, seperti lokasi perusahaan dan industri.
4) Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat di lokasi penelitian yang dianalisis sebelum
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo (tahun 2009) dan sesudah
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo (tahun 2011). Untuk analisis, data
pedapatan pada tahun 2011 terlebih dahulu dideflasi ke tahun 2009 dengan
memperhitungkan tingkat inflasi di Kabupaten Deli Serdang (Lampiran 4).
Perbedaan pendapatan di Kecamatan Pantai Labu sebagaimana disajikan pada
Tabel 4.18 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.18. Perbedaan Pendapatan Masyarakat
No.

Uraian

(Rp)

1

Pendapatan tahun 2009 (Rp/bulan)

1.476.000

2.

Pendapatan tahun 2011 (Rp/bulan)
a. Riil

1.920.000

b. Berdasarkan harga konstan 2009

1.688.000

Untuk mengetahui signifikansi perbedaan pendapatan tersebut selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata (uji t) (Tabel 4.19). Berdasarkan
analisis statistik dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan masyarakat sebelum
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo adalah Rp. 1.476.000 per bulan,
dimana setelah pembangunan jalan alternatif mengalami peningkatan menjadi ratarata Rp. 1.688.000 per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka pendapatan
masyarakat pada tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 212.130,- (14,38%).
Tabel 4.19. Uji t Perbedaan Pendapatan
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1

N

Std. Error Mean

Pendapatan2011

1687.6499

96

872.72955

89.07259

Pendapatan2009

1475.5208

96

711.22558

72.58916

t
Pair 1

Std. Deviation

Pendapatan2011 -

4.354

df

Sig. (2-tailed)
95

.000

Pendapatan2009

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai t-hitung sebesar 4,354 dengan
signifikansi 0,00, yang berarti bahwa perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah

Universitas Sumatera Utara

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo adalah signifikan. Peningkatan
pendapatan masyarakat ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui kemampuan untuk
pemenuhan pendidikan dan kesehatan yang semakin baik.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pembangunan jalan ke Bandara Kuala
Namo berdampak terhadap aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih
fungsi lahan, dimana hal ini selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.20. Koefisien Determinasi
Model Summary

Model
1

R

R Square
a

.808

.652

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.641

522.99376

a. Predictors: (Constant), Alih fungsi lahan, Prbhn harga lahan,
Aksesibilitas

Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,652 yang
berarti bahwa perubahan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih
fungsi lahan akan mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat di Kecamatan
Pantai Labu sebesar 65,2%. Sedangkan sisanya sebesar 34,8% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini, diantaranya perubahan
produksi, harga jual, serta perubahan harga sarana produksi pertanian.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.21. Uji F
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

F
57.513

Regression

47193333.965

3

15731111.322

Residual

25164067.763

92

273522.476

Total

72357401.728

95

Sig.
.000a

a. Predictors: (Constant), Alih fungsi lahan, Prbhn harga lahan, Aksesibilitas
b. Dependent Variable: Pendapatan masy.

Nilai F-hitung sebesar 57,513 dengan signifikansi 0,00 berarti bahwa secara
simultan variabel aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih fungsi
lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat pada tingkat
kepercayaan 95%.
Tabel 4.22. Uji t
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

979.158

114.591

Aksesibilitas

-15.259

6.402

Harga Lahan

1.055
15.126

Alih Fungsi

Coefficients
Beta

t

Sig.

8.545

.000

-.192

-2.383

.019

.229

.379

4.607

.000

1.498

.659

10.094

.000

a. Dependent Variable: Pendapatan masyarakat

Berdasarkan koefisien regresi tersebut, dapat dituliskan persamaan regresi
pengaruh pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo terhadap pendapatan
masyarakat di Kecamatan Pantai Labu, sebagai berikut:
Y = 979,158 – 15,259 X 1 + 1,055 X 2 + 15,126 X 3
Persamaan regresi menujukkan bahwa apabila aksesbilitas penduduk dalam
hal ini waktu tempuh semakin lambat 1 menit, maka pendapatan masyarakat akan

Universitas Sumatera Utara

menurun Rp. 15,259 per bulan, dengan ketentuan variabel lain tetap. Apabila harga
lahan meningkat Rp. 1/m2, maka pendapatan masyarakat akan meningkat Rp.
1,055 per bulan, dengan ketentuan variabel lain tetap. Apabila luas lahan yang
beralih fungsi meningkat 1 m2, maka pendapatan masyarakat akan meningkat Rp.
15,126 per bulan, dengan ketentuan variabel lain tetap.
Selanjutnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial
terhadap pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa signifikansi dari nilai thitung setiap variabel adalah 0.00 (< 0.05), sehingga secara parsial semua variabel
bebas berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Artinya, setiap
peningkatan aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih fungsi lahan
akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Juga dapat dilihat bahwa variabel
yang lebih tinggi pengaruhnya terhadap pendapatan masyarakat adalah alih fungsi
lahan.
Keuntungan dari pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo, pertama adalah
aksesibilitas masyarakat berupa kelancaran transportasi ke Kecamatan Pantai Labu
dan sekitarnya, dan waktu tempuh. Waktu tempuh akan semakin singkat sehingga
dapat menghemat waktu perjalanan dan juga bahan bakar minyak bagi masyarakat
yang menggunakan kenderaan bermotor. Kedua adalah perkembangan desa secara
fisik akan meningkatkan perekonomian di desa tersebut yang dapat dilihat dari harga
lahan dan alih fungsi lahan.

Universitas Sumatera Utara

Ditinjau dari aspek perencanaan wilayah, pembangunan jalan ke Bandara
Kuala Namo merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat khususnya di Kecamatan Pantai Labu. Hal ini sejalan
dengan fungsi jalan sebagaimana ditentukan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, bahwa jalan sebagai
bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi,
sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya pada ayat (3)
dinyatakan bahwa jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Indonesia.
Hal

ini

berarti

bahwa

infrastruktur

jalan

merupakan

urat

nadi

perekonomian suatu wilayah, hal ini disebabkan perannya dalam menghubungkan
serta meningkatkan pergerakan manusia, dan barang. Dengan demikian jalan
mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan semua sarana wilayah,
pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang
semakin merata (Dardak, 2006).
Pentingnya peran sarana jalan dipertegas dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang diatur dalam Bab II Pasal 3 ayat (2)
disebutkan bahwa: penyelenggaraan jalan umum diarahkan untuk pembangunan
jaringan jalan dalam rangka memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga
menjangkau daerah daerah terpencil. Berdasarkan isi pasal tersebut diartikan
bahwa pembangunan jalan diarahkan serta dimaksudkan untuk membebaskan

Universitas Sumatera Utara

daerah tertentu dari keterisoliran, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
pergerakan manusia, barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya.
Selanjutnya Tarigan (2010), menyatakan bahwa ada tiga hal yang membuat
sebuah bangsa menjadi besar dan makmur, yaitu tanah yang subur, kerja keras dan
kelancaran transportasi orang dan barang. Dalam hal kelancaran transportasi, peranan
jalan sangat penting. Kemudian Tamin dan Frazila (1997) menyatakan bahwa untuk
mengembangkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki suatu daerah, diperlukan
sarana produksi dan prasarana distribusi berupa prasarana transportasi jalan yang
memadai untuk menunjang pembangunan daerah tersebut. Dengan demikian,
pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo secara nyata dapat meningkatkan
pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki desa tersebut.
Aksesibilitas yang baik juga akan mendorong minat swasta dan masyarakat
untuk menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan wilayah. Dengan
demikian akan memajukan kegiatan perekonomian masyarakat, dan dapat
mengentaskan atau setidaknya dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar
wilayah yang memiliki potensi sama atau berbeda.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kadir (2006) bahwa transportasi merupakan
unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan
ekonomi, social, politik, dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan
mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sektor. Namun
yang urgen adalah peran pentingnya transportasi dalam kaitannya dengan aspek
ekonomi dan sosial. Dalam hubungan ini yang utama adalah (a) tersedianya barang,

Universitas Sumatera Utara

(b) stabilisasi dan penyamaan harga (c) penurunan harga, (d) meningkatnya nilai
tanah, (e) terjadinya spesialisasi antar wilayah, (f) berkembangnya usaha skala besar,
dan (g) terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo berpengaruh tidak signifikan
terhadap aksesibilitas masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.
2. Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo berdampak positif terhadap
peningkatan harga lahan di Kecamatan Pantai Labu.
3. Pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Pantai Labu.
4. Aksesibilitas penduduk, perubahan harga lahan dan alih fungsi lahan secara
simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat
di Kecamatan Pantai Labu.

5.2. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai
berikut:
1. Sehubungan dengan kondisi jalan saat ini yang masih mengganggu terhadap
aksesibilitas mayarakat, hendaknya pemerintah dapat mengurangi dampak

Universitas Sumatera Utara

negatif

terhadap

masyarakat,

dengan

mempercepat

penyelesaian

pembangunan jalan ke Bandara Kuala Namo tersebut.
2. Dalam hal terjadinya peningkatan harga lahan dan pendapatan masyarakat,
maka kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang disarankan untuk
meningkatkan dan memelihara jalan-jalan desa, khususnya di sekitar Bandara
Kuala Namo.
3. Kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang disarankan untuk melakukan
pengawsan terhadap alih fungsi lahan yang terjadi sehingga tidak
bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Deli Serdang.
4. Masih diperlukan penelitian lanjutan tentang dampak pembangunan jalan ke
Bandara Kuala Namo terhadap aksesibilitas masyarakat, khususnya setelah
pembangunan jalan tersebut selesai.

Universitas Sumatera Utara