Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Pada Trimester Iii Dengan Berat Bayi Lahir Rendah Di Klinik Loll Kec. Medan Baru Tahun 2012 Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI
OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP
Landasan berfikir dalam melakukan penelitian dalam kerangka konsep penelitian
sebagai berikut:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Haemoglobin ibu hamil
trimester III

Kejadian BBLR

Skema.1 Kerangka Konsep
B. HIPOTESIS
Berdasarkan dari konsep penelitian diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian ini
adalah adanya hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan BBLR.
C. DEFENISI OPERASIONAL
Tabel 1. Defenisi Operasional

N
O

Variabel
Penelitian

1

Independen:
Hb ibu hamil
Trimester III

Defenisi
Operasion
al
Suatu
kadar sel
darah
merah
yang

berada di
dalam
tubuh.

Alat
Ukur

Cara
Ukur

Hasil Ukur

Skala
Ukur

Alat Hb:
Hb sahli

observasi


Normal >
11gr/dl
Anemia
ringan 810gr/dl
Anemia berat
< 7gr/dl

Rasio

Universitas Sumatera Utara

2

Dependen
: BBLR

Suatu
keadaan
dimana berat
badan bayi

baru lahir
kurang dari
2500 gram

Timbangan observasi
bayi

BBLR
36 tahun

2

2%

5

2

2,9 %


Umur

Paritas

Pendidikan

Universitas Sumatera Utara

SD

21

30,4 %

SMP

25

36,2 %


SMA

20

29,0 %

S1

3

4,3 %

IRT

37

53,6 %

Wiraswasta


27

39,1 %

PNS

5

7,2 %

Total

69

100 %

Pekerjaan

Analisis Data : Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas umur responden pada
rentang 21 – 35 tahun sebanyak 49 responden ( 71 % ), dan

minoritas umur responden pada rentang > 35 tahun sebanyak 2
responden ( 2 % ), Mayoritas paritas responden pada rentang < 2
sebanyak 47 responden ( 68,1 % ) dan minoritas paritas responden
pada rentang > 5 sebanyak 2 orang ( 2,9 % ). Mayoritas pendidikan
responden pada SMP sebanyak 25 responden ( 36,2 % ) dan
minoritas pendidikan responden pada S1 sebanyak 3 responden ( 4,3
% ). Serta mayoritas pekerjaan responden pada IRT sebanyak 37
responden ( 53,6 % ) dan minoritas pekerjaan responden pada PNS
sebanyak 5 responden ( 7,3 % ) (N = 69)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. 2. Distribusi Frekuensi Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III di
Klinik Lolly Medan (N= 69).

Kadar Haemoglobin

Frekuensi

Presentase ( % )


11

12
48
9

17,3
69,5
13

Total

69

100

Analisis data : Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas kadar Haemoglobin Ibu
hamil Trimester III pada rentang 8 - 10 gr% sebanyak 48 responden
( 69,5 % ) dan minoritas Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester

III pada rentang > 11 gr% sebanyak 9 responden ( 13% ) ( N = 69 ).

Tabel 5. 3. Distribusi Frekuensi Berat Bayi Baru Lahir di Klinik Lolly Medan ( N=
69 ).

Berat Badan Bayi Baru Lahir

Frekuensi

Presentase ( % )

< 2500

15

21,7 %

2500 - 3500

41


59,4 %

> 3500

13

18,9 %

Total

69

100

Analisis Data : Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas Berat Bayi Baru lahir
pada rentang > 2500 - 3500 sebanyak 41 responden ( 59, 4 % ) dan
minoritas Berat Bayi Baru Lahir pada rentang > 3500 sebanyak 13
responden ( 18, 9 % ) ( N = 69 ).
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji Hubungan Kadar Haemoglobin
Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Klinik Lolly
Medan. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data
dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi product moment

Universitas Sumatera Utara

dimana probabilitas (p < 0,05) artinya dimana adanya hubungan yang
signifikan dan koefisien korelasi ( r ) digunakan untuk menunjukkan
kekuatan hubungan satu variabel dengan variabel lainnya. Koefisien
korelasi ( r ) berkisar 0 – 1 makin mendekati angka 1 maka makin dekat
derajat hubungan.

Tabel 5.4. Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi
Lahir Rendah di Klinik Lolly Medan ( N= 69 ).

No

1
2

Variabel

Haemoglobin
Berat Badan
Bayi

Mean

Standar
Deviasi

95% confidence
interval for mean

lower
upper
9,04
1,333
8,72
9,36
2990,87 545,545 2859,82 3121,92

P
R
(value) (korelasi)

0,000

0,829

Analisis Data : Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi ( r = 0,829) dan nilai
value ( p = 0,000 ) maka adanya hubungan yang sangat kuat ( r =
0,829) dan berpola positif yang artinya makin rendah kadar
haemoglobin ibu hamil tersebut maka akan melahirkan bayi dengan
berat badan rendah. Uji statistik juga menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang sangat signifikan antara kadar haemoglobin ibu hamil
dengan berat badan bayi baru lahir dengan nilai p < 0,05 yaitu ( p =
0,000 ) .

Tabel 5.5. Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III yang anemia
dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Klinik Lolly Medan ( N= 60 ).

No

Variabel

1
2

Haemoglobin
Berat Badan
Bayi

Mean

Standar
Deviasi

95% confidence
P
R
interval for mean (value) (korelasi)
lower
upper
8,75
1,174
8,45
9,05
0,761
2859,50 447,148 2743,95 2975,05 0,000

Universitas Sumatera Utara

Analisis Data : Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi ( r = 0,761) dan nilai
value ( p = 0,000 ) maka adanya hubungan yang sangat kuat ( r =
0,761) dan berpola positif yang artinya makin rendah kadar
haemoglobin ibu hamil tersebut maka akan melahirkan bayi dengan
berat badan rendah. Uji statistik juga menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara kadar haemoglobin ibu hamil dengan
berat badan bayi baru lahir dengan nilai p < 0,05 yaitu ( p = 0,000).

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang berjudul Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil
Trimester III dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Klinik Lolly Medan akan diuraikan
pembahasan tentang membandingkan hasil penelitian dengan literatur yang
berhubungan dengan kadar haemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru
lahir.
Dari hasil penelitian diperoleh dari data demografi bahwa mayoritas umur
responden berusia 21 – 35 tahun sebanyak 49 responden ( 71 % ) dan minoritas usia
responden berusia > 36 tahun sebanyak 2 responden ( 2 % ), mayoritas paritas
responden pada rentang < 2 sebanyak 47 responden ( 47 % ) dan minoritas paritas
pada > 5 sebanyak 2 responden ( 2,9 % ), mayoritas pendidikan pada SMP sebanyak
25 responden ( 36,2 % ) dan mayoritas pendidikan pada S1 sebanyak 3 responden (
4,3 % ), mayoritas pekerjaan pada IRT sebanyak 37 responden ( 53,6 % ) dan
minoritas pekerjaan pada PNS sebanyak 5 responden ( 7,3 % ), mayoritas kadar
hemoglobin pada 8 – 10 sebanyak 48 responden ( 69,5 % ) dan minoritas kadar
hemoglobin pada > 11 sebanyak 9 responden ( 13 % ), mayoritas berat bayi baru
lahir pada 2500 – 3500 gram sebanyak 41 responden ( 59,4 % ) dan minoritas pada >
3500 gram sebanyak 13 responden ( 18,9 % ). Jadi, sesuai dengan teori Sylviati (
2008 ) bahwa barat badan bayi dipengaruhi oleh faktor – faktor yang secara langsung

Universitas Sumatera Utara

atau internal meliputi umur ibu, paritas, kadar hemoglobin, pekerjaan dan tingkat
pengetahuan ibu.
Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan berat bayi lahir
rendah dengan taraf signifikan 0,000 ( p < 0,05 ) dan nilai r = 0,829. Dan hubungan
kadar hemoglobin ibu hamil yang anemia dengan berat badan bayi diperoleh bahwa
adanya hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil yang anemia
dengan berat badan bayi dengan taraf signifikan 0,000 ( p < 0,05 ) dan nilai r =
0,761. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rukiyah ( 2010 ) bahwa
penurunan kadar haemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal
disebut dengan anemia. Pada penderita anemia, lebih disebut dengan kurang darah,
kadar sel darah merah ( Haemoglobin dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa
karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat
dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat
besi.
Menurut Solihah ( 2010), kekurangan kadar haemoglobin pada ibu hamil
dapat menyebabkan Abortus, Persalinan yang lama, Perdarahan Pasca Persalinan,
Kelahiran Prematur di bawah 37 minggu, BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah ),
kematian mudah (terjadi saat kehamilan muda ), serta kemungkinan lahir dengan
cacat bawaan.
Menurut Rukiyah ( 2010 ), anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan
jasmani karena sel-sel tubuh yang tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Anemia
juga meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko
kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
kematian perinatal meningkat, perdarahan post partum lebih sering dijumpai pada

Universitas Sumatera Utara

wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak
dapat mentolerir kehilangan darah.
Menurut beberapa Hasil penelitian seperti di kemukakan oleh Rush (2001),
dari Tuffs University, Boston USA, mengemukakan hasil penelitiannya tentang
maternal nutrition and perinatal survival, bahwa kemungkinan hidup seorang bayi
secara sederhana dapat dihubungkan dengan status gizi makro ibunya, dengan asumsi
bahwa peningkatan intake zat gizi makro akan meningkatkan berat badan ibu, yang
pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan janin, sehingga bayi mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk lahir hidup.
Bhargava dkk (2000) dalam penelitiannya di Kenya mengenai modelling the
effects of maternal nutritional status and socioeconomic outcome on the
anthropometric and psychologic indicators of Kenyan infant from age 0-6 month,
menyimpulkan bahwa status gizi dan kadar Hb ibu mempunyai hubungan yang
positif dengan berat bayi lahir. Temuan tersebut didukung oleh hasil penelitian
Humphrey dan Holzheimer (2000) yakni a prospective study of gestation and
birthweight in Aboriginal pregnancies in far north Queensland, yang menyatakan
bahwa status gizi yang rendah mempunyai korelasi dengan BBLR. Demikian pula
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rodrigues dan Barros (1998) tentang risk
factors for preterm labor, bahwasanya aktifitas ibu hamil dan status gizinya sangat
penting terhadap risiko bayi prematur atau BBLR. Penelitian serupa juga
diungkapkan oleh Ogunyemi dkk (1998) yakni tentang prepregnancy body mass
index, weigt gain during pregnancy and perinatal outcome in a rural black
population, bahwa ada hubungan antara status gizi dan kenaikan berat badan ibu
hamil dengan keadaan bayi perinatal dan berat lahirnya. Jadi status gizi normal dan
kenaikan berat badan yang ideal pada ibu hamil berhubungan dengan penurunan

Universitas Sumatera Utara

komplikasi bayi perinatal dan mengoptimalkan berat badan. Demikian juga menurut
Merchant dkk (1999) dalam penelitiannya mengenai effect of prepregnancy body
mass index and gestational weigt gain on birth weigth, menyatakan bahwa status gizi
ibu adalah salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting sebagai indikator
terhadap hasil kelahiran (birth outcome).
Kemudian yang di lakukan oleh penelitian di Indonesia seperti dilakukan
Budijanto dkk (2000) di Madiun, Jawa Timur menyatakan bahwa risiko terhadap
kejadian berat bayi lahir rendah adalah ukuran lingkar lengan atas dan pekerjaan
berat. Ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Purdyastuti di RS Fatmawati
Jakarta (1994) yang menyimpulkan adanya hubungan antara status gizi ibu yakni
yang diukur menggunakan LILA dengan berat bayi lahir. Menurut Mawah dkk
(1993), insiden BBLR lebih tinggi pada ibu hamil dari kalangan sosial ekonomi
lemah yang biasanya mempunyai status gizi kurang dimana anemia gizi mempunyai
peran utama sebagai penyebab utama terhadap kejadian BBLR.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kadar Haemoglobin
Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Klinik Lolly Medan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden diperoleh bahwa mayoritas responden berumur
21- 35 tahun sebanyak 49 responden ( 70,6%) dan minoritas responden
berumur > 36 tahun sebanyak 2 responden ( 2,8 %), berdasarkan paritas
responden mayoritas responden < 2 sebanyak 47 responden ( 68,1%) dan
minoritas responden > 5 sebanyak 2 responden ( 2,9 %), mayoritas
responden pada pendidikan SMP sebanyak 25 responden ( 36,2 % ) dan
minoritas pendidikan responden pada S1 sebanyak 3 responden ( 4,3 % ),
mayoritas responden pada pekerjaan IRT sebanyak 37 responden ( 53,6 %
) dan minoritas responden pada PNS sebanyak 5 responden ( 7,3 % ).
2. Kadar Haemoglobin ibu hamil trimester III rata – ratanya adalah 9,04
dengan standar deviasinya adalah 1,333.
3. Berat badan bayi baru lahir rata – ratanya adalah 2990,87dengan standar
deviasinya adalah 545,545.
4. Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,000 dan nilai r adalah 0,829,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan
antara Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi
Lahir Rendah.

Universitas Sumatera Utara

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
petugas pelayanan kesehatan mengenai Hubungan Kadar Haemoglobin
Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir Rendah agar para
petugas kesehatan dapat mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil dan
kejadian berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian ibu dan bayi.
2. Bagi Ibu Hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu
hamil agar menjaga kesehatannya terutama dalam status gizi ibu hamil
tersebut agar tidak terjadinya anemia dalam kehamilan dan tidak
terjadinya berat badan bayi lahir rendah.

Universitas Sumatera Utara