Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Oleh:

HILDA DESTUTY 070100039

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

HILDA DESTUTY 070100039

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul:

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Hilda Destuty NIM : 070100039

Pembimbing Penguji I

(dr. Tina Christina L Tobing, Sp. A(K)) (dr. M. Fidel Ganis Siregar, Sp.OG) NIP : 196109101987122001 NIP : 196405301989031019

Penguji II

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed (IMR)) NIP : 197410192001122001

Medan, 10 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1001


(4)

ABSTRAK

Bayi dengan berat lahir rendah atau BBLR (< 2500 gr) akan mengalami hambatan perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya. Masalah BBLR terkait dengan anemia pada ibu hamil (kadar Hb <11 gr %).

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir dengan menggunakan desain analitik korelasi. Penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk koefisien korelasi dengan sampel tunggal. Dalam penelitian ini ditetapkan “level of significance” sebesar .05, “power” sebesar .80 dan “coefficient correlations”

sebesar .369, sehingga besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2010 terhadap 48 data rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan yang meliputi identitas sampel, kadar hemoglobin dan berat badan bayi lahir.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang menderita anemia (Hb < 11 gr %) sebesar 56,2 %, sedangkan bayi dengan BBLR sebesar 12,5 %.

Melalui uji statistik korelasi Pearson diperoleh hasil tidak adanya hubungan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir (r = + 0,078) dengan p = 0,599 ( p > 0,05). Penelitian ini belum bisa menunjukkan adanya hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir.

Sebaiknya dilakukan penelitian yang memiliki jumlah sampel yang lebih banyak dengan karakteristik responden yang berbeda, sehingga dimungkinkan dapat dilihat adanya hubungan secara signifikan.

Kata kunci: hemoglobin, BBL, anemia besi


(5)

ABSTRACT

Low birth weight (< 2500 gr) causes disturb physical and mental growth. Low birth weight related to iron deficiency anemia of maternal (Hb < 11 gr%).

This research is aimed to identify the relation of Maternal’s hemoglobin concentration towards birth weight, using correlation analytical design. Determination of the number of samples is done by using a sample size formula for the correlation coefficient with single sample. In this research, level of significance is .05, power is in .80 and coefficient correlations is in .369, so that the sample in this research is 48 people. The data werw collected on August 2010 towards the 48 respondent in RSUP Haji Adam Malik Medan which covers the respondent profile, Maternal hemoglobin concentration and birth weigth.

From this study showed that pregnant women with anemia (Hb < 11 gr%) was 56,2%, and infant with low birth weight was 12,5%.

Through the Pearson correlation statistical test it comes to the result that there is not relation of maternal hemoglobin concentration towards birth weight (r = + 0,078) with p=0,599 (p > 0,05).

We recommend that you do research that has more number of samples with different characteristics of respondents, so it is possible to see the relationship significantly.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidyah-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “Hubungan Hemoglobin Ibu Hamil terhadap Berat Badan Bayi Lahir ”, serta sholawat dan salam semoga selalu tercurah untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, dan semoga tetap mengikuti sunah-sunah beliau.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu dr. Tina Christina L Tobing, Sp. A selaku dosen pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang berharga dalam penulisan KTI ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, terutama untuk kedua orang tuaku Bapak Darmansyah dan Ibu Nurhelmi yang senantiasa menyayangi serta memberikan dukungan moril dan materil, dan selalu memberikan yang terbaik untukku.

Terima kasih juga untuk teman-teman stanbuk 2007 FK USU yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan masukan dalam pembuatan KTI ini, semoga kebaikan kalian akan dibalas Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Dan semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Harapan penulis KTI ini dapat memberikan manfaat dan masukan baru di dunia kedokteran demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, 22 November 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Fisiologi Kehamilan ... 4

2.1.1. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan... 4

2.1.2. Pertumbuhan Janin Normal... 8

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin ... 8

2.2. Berat Bayi Lahir ... 9

2.2.1. Defenisi Berat Bayi Lahir ... 9

2.2.2. Faktor yang Menpengaruhi Berat Bayi lahir... 11


(8)

2.4. Ibu Hamil Trimester III ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional ... 18

3.3. Hipotesa ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3.Hemoglobin Ibu Hamil ... 24

5.1.4. Berat Badan Bayi Baru Lahir ... 25

5.1.5. Hasil Analisis Statistik ... 25

5.2. Pembahasan ... 26

5.2.1. Hemoglobin Ibu Hamil ... 26

5.2.2. Berat Badan Bayi Baru Lahir ... 26

5.2.3. Hubungan Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir ... 27


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Usia... 24 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin ... 24 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Bayi Lahir ... 25 5.4. Hasil Analisa Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil terhadap


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka konsep penelitian hubungan kadar hemoglobin ibu hamil terhadap berat badan bayi lahir ... 18


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Surat Izin Penelitian 3. Data Induk


(13)

ABSTRAK

Bayi dengan berat lahir rendah atau BBLR (< 2500 gr) akan mengalami hambatan perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya. Masalah BBLR terkait dengan anemia pada ibu hamil (kadar Hb <11 gr %).

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir dengan menggunakan desain analitik korelasi. Penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk koefisien korelasi dengan sampel tunggal. Dalam penelitian ini ditetapkan “level of significance” sebesar .05, “power” sebesar .80 dan “coefficient correlations”

sebesar .369, sehingga besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2010 terhadap 48 data rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan yang meliputi identitas sampel, kadar hemoglobin dan berat badan bayi lahir.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang menderita anemia (Hb < 11 gr %) sebesar 56,2 %, sedangkan bayi dengan BBLR sebesar 12,5 %.

Melalui uji statistik korelasi Pearson diperoleh hasil tidak adanya hubungan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir (r = + 0,078) dengan p = 0,599 ( p > 0,05). Penelitian ini belum bisa menunjukkan adanya hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir.

Sebaiknya dilakukan penelitian yang memiliki jumlah sampel yang lebih banyak dengan karakteristik responden yang berbeda, sehingga dimungkinkan dapat dilihat adanya hubungan secara signifikan.

Kata kunci: hemoglobin, BBL, anemia besi


(14)

ABSTRACT

Low birth weight (< 2500 gr) causes disturb physical and mental growth. Low birth weight related to iron deficiency anemia of maternal (Hb < 11 gr%).

This research is aimed to identify the relation of Maternal’s hemoglobin concentration towards birth weight, using correlation analytical design. Determination of the number of samples is done by using a sample size formula for the correlation coefficient with single sample. In this research, level of significance is .05, power is in .80 and coefficient correlations is in .369, so that the sample in this research is 48 people. The data werw collected on August 2010 towards the 48 respondent in RSUP Haji Adam Malik Medan which covers the respondent profile, Maternal hemoglobin concentration and birth weigth.

From this study showed that pregnant women with anemia (Hb < 11 gr%) was 56,2%, and infant with low birth weight was 12,5%.

Through the Pearson correlation statistical test it comes to the result that there is not relation of maternal hemoglobin concentration towards birth weight (r = + 0,078) with p=0,599 (p > 0,05).

We recommend that you do research that has more number of samples with different characteristics of respondents, so it is possible to see the relationship significantly.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Rochjati, 2003).

Status gizi ibu juga dapat diketahui dengan pengukuran secara laboratorium terhadap kadar hemoglobin darah, bila kurang dari 11 gr % maka ibu hamil tersebut menderita anemia. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Depkes RI, 2008).

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar hemoglobin karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu, sehingga ibu hamil itu mengalami anemia. Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin.

Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70 %, ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia (Khomson, 2003). Anemia gizi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50 % ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan


(16)

dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat badan bayi lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal (Depkes RI, 2008).

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (WHO, 2004). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Riskedas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir 12 bulan terakhir. Tidak semua bayi diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5 % lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau BBLR.

Berdasarkan uraian di atas dan dari hasil pengamatan sementara, masih ditemukan kejadian anemia pada ibu hamil serta Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tersebut diatas, maka maka dapat diajukan berbagai masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kadar hemoglobin ibu hamil di RSUP Haji Adam Malik Medan? 2. Bagaimana gambaran berat badan bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik

Medan?

3. Bagaimana hubungan kadar hemoglobin dengan berat badan bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kadar hemoglobin ibu hamil di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Mengetahui berat badan bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan berat badan bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi angka kejadian anemia pada ibu hamil di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Memberikan informasi angka kejadian berat badan bayi baru lahir rendah di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir.

4. Untuk mengurangi angka kejadian berat badan bayi lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Kehamilan

2.1.1. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada:

1. Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).

2. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda

Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.


(19)

3. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008).

5. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.

c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:

1) Volume darah

Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya


(20)

pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.

Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima. 2) Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.

3) Sistem respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih

dalam sekitar 20-25% dari biasanya. 4) Sistem pencernaan


(21)

5) Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

6) Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama

striae gravidarum. 7) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.

Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.


(22)

2.1.2. Pertumbuhan Janin Normal

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan sera organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom (Cuningham dkk, 2005).

Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan (Lin dan Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Cuningham dkk, 2005).

Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses pertumbuhan janin, mekanisme selular dan molekular sebenarnya untuk pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Pada kehidupan awal janin penentu utama pertumbuhan adalah genom janin tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan hormonal menjadi semakin penting.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin

Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk janin, diferensiasi dan fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari-ari)


(23)

mempuyai peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi keturunan ini (Pudjiadi, 1990).

Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trimester pertama hidupnya janin, hingga kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan dalam periode tersebut dapat menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada seharusnya.

2.2. Berat Bayi Lahir

2.2.1. Definisi Berat Bayi Lahir

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung 37 – 41 minggu masa gestasi. Berat bayi lahir yang normal rata-rata adalah antara 3000 - 4000 gram, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Prawirohardjo (2008), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini diakatakan

prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm.

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan


(24)

kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu (294 hari) atau lebih (Prawirohardjo, 2008). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.

1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.

2. Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus,

hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering


(25)

terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (WHO, 2004). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Riskedas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir 12 bulan terakhir. Tidak semua bayi diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5 % lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau BBLR.

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut (Manuaba, 1998):

1. Faktor Lingkungan Internal, yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

2. Faktor Lingkungan Eksternal, yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.

3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut :

a. Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi


(26)

dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.

Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah.

Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.

b. Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.


(27)

c. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.

d. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Depkes RI, 2008). Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.

e. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.


(28)

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.

Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI, 2008). Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim.

f. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).

g. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan


(29)

penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, kematian dalam rahim, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Manuaba, 1998).

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia

(gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Manuaba, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/ eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

2.3. Hemoglobin Ibu Hamil

Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama


(30)

berlaku pada anemia. Salah satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya menuru (Cunningham dkk, 2005).

Berdasarkan data penelitian Scott (1967) dan Pritchard (1967), tentang konsentrasi hemoglobin pada 85 wanita sehat yang terbukti memiliki cadangan besi, maka anemia pada wanita tidak hamil didefenisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan. Pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for Disease Control

(1990) mendefenisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Cunningham dkk, 2005).

Menurut Manuaba (1998), anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini kedepan.

Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi placenta terhadap janin.


(31)

Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin metode Sahli, metode ini masih banyak digunakan di laboratorium dan paling sederhana.

Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah: 1. Laki-laki Dewasa > 13 gram %

2. Wanita Dewasa > 12 gram % 3. Anak-anak > 11 gram % 4. Ibu Hamil > 11 gram %

2.4. Ibu Hamil Trimester III

Menurut Cunningham (2005), kehamilan dibagi menjadi tiga trimester setara yang masing-masing berlangsung selama 3 bulan kalender. Trimester ketiga mencakup minggu ke-29 sampai ke-42 kehamilan.

Pada tahap trimester III terjadi petumbuhan janin yang sangat cepat dibanding trimester sebelumnya. Maka kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada seharusnya (Pudjiadi, 1990).

Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi mulai sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu. Selain itu anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin (Pudjiadi, 1990).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran bagaimana hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi lahir.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian hubungan kadar hemoglobin ibu hamil terhadap berat badan bayi lahir.

3.2. Definisi Operasional

Variable-variable yang akan diteliti mencakup:

1. Kadar hemoglobin ibu hamil

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar hemoglobin karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu, sehingga ibu hamil itu mengalami anemia. Selain itu anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin.

Kriteria anemia menurut Depkes RI (2008) pada ibu hamil trimester 3, yaitu: a. Ibu hamil dikatakan tidak mengalami anemia jika kadar hemoglobin

11,0 g/dl.

Kadar hemoglobin ibu hamil

Berat badan bayi lahir


(33)

b. Ibu hamil dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobin < 11,0 g/dl.

2. Berat badan bayi lahir

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37-41 minggu) adalah 3200 gram.

Menurut Damanik (2008), klasifikasi menurut berat lahir yaitu:

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

b. Bayi Berat Lahir Cukup/Normal ialah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 gram.

Berat bayi lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan di tempat yang memiliki fasilitas seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes. Sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran dapat dilakukan dalam 24 jam.

3.3. Hipotesis

Hipotesis Alternatif (Ha) untuk penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Adapun pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah

cross sectional, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan hasil rekam medis ibu yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan secara normal di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

Sampel

Penentuan besarnya jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk koefisien korelasi dengan sampel tunggal. Untuk menentukan besar sampel tunggal minimal pada uji hipotesis dengan menggunakan koefisien korelasi (r) diperlukan informasi:

1. Perkiraan koefisien korelasi, r (dari pustaka) 2. Tingkat kemaknaan, atau z (ditetapkan) 3. Power, atau z (ditetapkan)


(35)

Rumus yang digunakan: z + z 2

n = + 3

0,5 ln [(1+r)/(1-r)]

Keterangan:

n = besar sampel

z = deviat baku normal untuk ; karena = 0,05, maka z = 1,96

z = deviat baku normal untuk ; power yang sering digunakan= 80%, maka z = 0,842

r = perkiraan koefisien korelasi = 0,369

Sehinga besarnya besar sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan kriteria inklusi:

1. Ibu hamil dengan usia 17-45 tahun. 2. Kehamilan cukup bulan

3. Kehamilan fisiologis/tidak ada kelainan 4. Ibu Hamil tidak menderita penyakit kronis 5. Kehamilan tunggal/tidak kembar

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang diperoleh akan dikirim ke bagian diklat RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melihat


(36)

rekam medis pasien yang melahirkan normal di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data sehingga data tersebut dapat ditarik suatu simpulannya. Adapun data dianalisis dengan menggunakan teknik komputerisasi SPSS for windows versi 17.

Pengolaan dan analisa data statistik dengan menggunakan dua cara yaitu univariat dan bivariat. Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui kadar hemoglobin dan berat bayi lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi.

Analisis bivariat untuk menilai hubungan antara kadar hemoglobin dengan berat badan bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan. Kekuatan hubungan dapat dinyatakan dalam koefisien korelasi Person (r). Koefisen r akan berkisar antara 0 sampai 1. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut (Sastroasmoro, 2008):

1. 0,80 sampai 1,00 : menunjukkan derajat hubungan yang baik. 2. 0,60 sampai < 0,79 : menunjukkan derajat hubungan sedang. 3. 0,40 sampai < 0,59 : menunjukkan derajat hubungan yang lemah. 4. < 0,40 : menunjukkan derajat hubungan sangat lemah.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki ruangan Rekam Medis yang digunakan untuk menyimpan data-data rekam medis semua pasien yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan. Di ruangan tersebutlah lokasi pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 48 responden, rata-rata umur ibu hamil adalah 27 tahun, umur ibu hamil terendah adalah 17 tahun dan umur ibu hamil tertinggi adalah 42 tahun.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:


(38)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia (N=48) Usia Jumlah Respoden Persentase (%)

15-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 6 16 8 12 4 2 12,5 33,3 16,7 25 8,3 4,2

Total 48 100

5.1.3. Hemoglobin Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukkan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil yang dijadikan sample pada penelitian ini, rata-rata memiliki kadar Hb sebesar 10,6 gr/dl. Untuk kadar hemoglobin ibu hamil terendah adalah 7,5 gr/dl, sedangkan kadar hemoglobin ibu hamil tertinggi adalah 13,3 gr/dl.

Ibu hamil yang kadar Hemoglobinnya (Hb) < 11 gr/dl dan dikategorikan anemia sejumlah 27 orang atau 56,2%. Sedangkan ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin 11 gr/dl dan dikategorikan tidak mengalami anemia, berjumlah 21 orang atau 43,8%. Data ini dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin (N=48) Kadar Hb Ibu Frekuensi (n) Persentase (%) < 11 gr/dl (Anemia)

11 gr/dl (Tidak Anemia)

27 21

56,2 43,8


(39)

5.1.4. Berat Badan Bayi Baru Lahir

Dari hasil penelitian rata-rata berat badan bayi baru lahir adalah 2947,97 gr. Berat badan bayi lahir terendah adalah 1500 gr, sedangkan berat badan bayi lahir tertinggi adalah 4200 gr.

Dari 48 responden yang diteliti, sejumlah 6 orang bayi (12,5%) yang dilahirkan memiliki berat lahir < 2500 gr dan dikategorikan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan sejumlah 42 orang bayi (87,5%) dilahirkan dengan berat 2500 gr. Data dapat dilihat pada table 5.3 berikut:

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Bayi Lahir (N=48) Kategori Berat Lahir Frekuensi (n) Persentase (%)

< 2500 gr (BBLR) 2500 gr (Tidak BBLR)

6 42

12,5 87,5

Total 48 100

5.1.5. Hasil Analisis Statistik

Hubungan Hemoglobin Ibu Hamil Terhadap Berat Badan Bayi Lahir

Pada tabel 5.4 dibawah ini, dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini nilai koefisien korelasi pearson sebesar +0,078, dengan taraf signifikansi (p) 0,599 (p>0.05), yang menghubungkan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir.

Tabel 5.4. Hasil Analisa Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil terhadap Berat Bayi Lahir (N=48)

Variabel 1 Variabel 2 r p Keterangan

Kadar Hemoglobin

Ibu Hamil

Berat Bayi Lahir

+0,078 0,599 Tidak memiliki hubungan secara


(40)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Hemoglobin Ibu Hamil

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Menurut Depkes RI (2008) seorang ibu dikatakan anemia bila kadar hemoglobinnya (Hb) < 11 gr/dl.

Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar hemoglobin karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu, sehingga ibu hamil itu mengalami anemia. Selain itu anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin (Pudjiadi,1990).

Ibu hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada

placenta yang akan berpengaruh pada fungsi placenta terhadap janin (Manuaba, 1998).

Dari hasil penelitian pada 48 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia karena kadar hemoglobinnya kurang dari 11 gr/dl adalah 27 orang atau 56,2%. Hal ini mendukung data Depkes RI yang mengatakan bahwa lebih dari 50% ibu hamil mengalami anemia (Depkes RI, 2002).

5.2.2. Berat Badan Bayi Lahir

Berat bayi lahir yang normal rata-rata adalah antara 3000 - 4000 gram, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (Prawirohardjo, 2008).

Pada tahap trimester III terjadi petumbuhan janin yang sangat cepat dibanding trimester sebelumnya. Maka kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada seharusnya (Pudjiadi, 1990).


(41)

Dari hasil penelitian bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram atau BBLR sebanyak 6 orang (12,5%). Dan bayi yang berat lahirnya normal sebanyak 42 orang (87,5%). Prevalensi BBLR dari penelitian ini lebih tinggi dari data Riskedas 2007 yang menyebutkan bahwa dari bayi yang diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5 % lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau BBLR.

5.2.3. Hubungan Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir

Menurut Depkes RI (2002) bahwa anemia pada Ibu hamil akan menambah resiko mendapatkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian Ibu dan bayinya, jika Ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Besarnya prevalensi anemia pada Ibu hamil disebabkan karena pengenceran darah yang menjadi semakin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan dan konsumsi makanan yang buruk terutama makanan yang mengandung zat besi.

Hasil analisa uji statistik menggunakan korelasi pearson dalam penelitian ini menunjukkan nilai koefisien (r) +0,078, yang menunjukan derajat hubungan sangat lemah.

Dengan taraf signifikansiny (p) 0,599 yang berarti p > 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir”, ditolak dan tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Berdasarkan hasil analisa korelasi statistik kedua variabel tersebut, dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi lahir yaitu faktor lingkungan internal, faktor lingkungan eksternal, dan faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC). Kadar hemoglobin ibu hamil termasuk ke dalam faktor lingkungan internal.


(42)

Dalam faktor lingkungan intenal tidak hanya kadar hemoglobin ibu hamil yang dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir tetapi juga dapat dipengaruhi oleh umur ibu, jarak kelahiran, paritas, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan (Manuaba, 1998).

Dalam jurnal oleh Philip J Steer (1995) menyebutkan pada bagian kesimpulan bahwa ada hubungan kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir, kelahiran BBLR terjadi pada wanita dengan kelompok atau ras yang juga memiliki kadar hemoglobin yang rendah.

Dan pada jurnal yang lain oleh Philip J Steer (2000) mengatakan bahwa kelahiran bayi dengan berat lahir rendah tidak hanya mutlak dipengaruhi oleh kadar hemoglobin ibu hamil.


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada distribusi frekuensi karaktersitik sampel di peroleh rata-rata usia sampel 21-25 tahun (33,3%). Dari penelitian ini diperoleh ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 56,2%, dan bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah sebesar 12,5%.

Tidak ada hubungan kadar hemoglobin ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir dengan nilai p= 0,599 (p> 0,05).

6.2. Saran

Penelitian ini masih sangat sederhana, dimana jumlah sampel masih sedikit, dan semua responden memiliki karakteristik yang hampir sama. Sehingga tidak menunjukkan adanya hubungan secara signifikan. Sebaiknya dilakukan penelitian yang memiliki jumlah sampel yang lebih banyak dengan karakteristik responden yang berbeda, sehingga dimungkinkan dapat dilihat adanya hubungan secara signifikan.

Pihak rumah sakit memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan memberikan bantuan tablet tambah darah bagi ibu hamil yang mengalami anemia, untuk mengurangi angka prevalensi anemia ibu hamil agar tidak terjadi kelahiran bayi BBLR.

Bagi Ibu Hamil disarankan mengkonsumsi makanan yang bergizi saat hamil, terutama makanan yang mengandung zat besi untuk menghindari terjadinya anemia dan menghindari resiko melahirkan bayi BBLR.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.H., 2000. The American Journal of Clinical Nutrition.

Available From:

http://www.ajcn.org/cgi/reprint/71/5/1280S [Accesed 2 Maret 2010]

Arkandha, S., 1986. Ikhtisar Pediatrika: Kesehatan, Pencegahan, dan Pengobatan Bayi/Anak. Jakarta: Penerbit Bina Aksara.

Arvin, K.B., 1999. Bayi Baru Lahir. In Samik Wahab. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta: EGC. 535-540.

Arvin, K.B., 1999. Janin. In Samik Wahab. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta: EGC. 547.

Castel, P. & Roberts, I., 1990. Bayi Berberat Badan Lahir Rendah. In Petrus Andrianto, Ed II. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC. 36-48.

Congrad, M.C., 2009. Iron Deficiency Anemia.

Available From:

http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview [Accesed 10 Maret 2010]

Cunningham, G.F., 2005. Gangguan Pertumbuhan Janin. In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol. 1. Jakarta: EGC. 825-845.

Cunningham, G.F., 2005. Kelainan Hematologis. In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC. 1462-1472.


(45)

Cunningham, G.F., 2005. Neonatus. In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol. 1. Jakarta: EGC. 422-439.

Cunningham, G.F., 2005. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin. In Huriawati Hartanto. Obstetri Williams Vol. 1. Jakarta: EGC. 138-175.

Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. 67-68.

Depkes RI, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas). jakarta: Depertemen Kesehatan.

Khomsom, A., 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Ladang Pustaka Jakarta.

Kosim, S.M., 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 11-29.

Manuaba, I.B.G., 1998. Fisiologi Kehamilan. In Setiawan. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 95-123.

Manuaba, I.B.G., 1998. Tinjauan Umum Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. In Setiawan. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 29-40.

Mutalazimah, 2005. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 6.

Available From:


(46)

Philip Steer, 1995. Relation between maternal haemoglobin concentration and birth weight in different ethnic groups.

Available From:

http://www.bmj.com/cgi/content/full/310/6978/489 [Accesed 2 Maret 2010]

Philip J. Steer, 2000. Maternal hemoglobin concentration and birth weight.

Available From :

http://www.ajcn.org/cgi/reprint/71/5/1285S [Accesed 2 Maret 2010]

Pudjiadi, S., 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: FK UI.

Prawirohardjo, S., 2008. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir. In Abdul Bari Saifuddin. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. 115-388.

Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil: Pengenalan Faktor resiko. Surabaya: Airlangga University Press.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Binarupa Aksara.


(47)

Nama : Hilda Destuty

Tempar / Tanggal Lahir : Cerenti / 02 Desember 1988

Agama : Islam

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 2 Komplek Setia Budi Sentosa Blok C-29 Tanjung Sari, Medan.

Orang Tua : Ayah : Darmansyah

Ibu : Nurhelmi

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 010 Merangin, Kampar, Riau (1995 - 2001) 2. MTs Negeri Model Kuok, Kampar, Riau (2001-2004) 3. SMANegeri Plus Provinsi Riau ( 2004-2007)

Riwayat Pelatihan : Workshop RJPO Traumatologi dan Intubasi TBM FK USU

Riwayat Organisasi : 1. Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Fakultas Kedokteran USU periode 2009 – 2010.


(48)

2 397457 MR 35 11.2 2500

3 402080 SP 32 10.0 3000

4 407947 RD 25 9.9 3300

5 380715 NR 35 9.9 2810

6 383643 MG 27 10.0 2560

7 385961 RP 42 12.2 3150

8 380291 KM 21 10.9 1970

9 385876 RS 36 10.9 2870

10 387078 IY 23 9.7 2840

11 384171 MD 32 11.4 2400

12 219401 AS 32 10.9 3750

13 410958 RD 28 10.9 3650

14 389739 MS 33 11.9 2700

15 392379 YE 20 8.0 3440

16 396770 EK 24 9.0 3200

17 381967 YH 24 10.4 2630

18 394994 ML 25 9.4 3500

19 395933 TW 26 11.7 3000

20 392251 RI 37 11.3 2560

21 393321 NZ 31 11.4 2250

22 395009 YT 30 8.7 3200

23 400273 MN 19 12.9 3700

24 408464 AT 31 9.5 1500

25 378113 ET 21 11.3 3600

26 387455 CC 22 7.5 1900

27 406665 RD 40 12.6 3400

28 404855 EH 25 10.5 2600

29 402465 WN 29 10.1 3000

30 407424 UL 34 7.5 4200

31 415340 JR 21 11.3 3500

32 411415 SS 30 12.0 3300

33 413753 PW 19 8.94 2800

34 414449 SL 27 11.6 2900

35 411477 NN 24 9.1 3000

36 408326 MY 17 10.1 2750

37 401023 AN 22 11.6 3000

38 406330 ED 21 11.5 3000

39 405735 HT 24 12.1 3100

40 403563 NV 32 10.9 3500

41 391743 SP 25 12.3 3500

42 398042 BD 17 10.1 3000


(49)

(50)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

17 2 4.2 4.2 4.2

19 3 6.2 6.2 10.4

20 1 2.1 2.1 12.5

21 4 8.3 8.3 20.8

22 2 4.2 4.2 25.0

23 1 2.1 2.1 27.1

24 4 8.3 8.3 35.4

25 5 10.4 10.4 45.8

26 1 2.1 2.1 47.9

27 2 4.2 4.2 52.1

28 1 2.1 2.1 54.2

29 2 4.2 4.2 58.3

30 2 4.2 4.2 62.5

31 2 4.2 4.2 66.7

32 6 12.5 12.5 79.2

33 1 2.1 2.1 81.2

34 1 2.1 2.1 83.3

35 2 4.2 4.2 87.5

36 2 4.2 4.2 91.7

37 1 2.1 2.1 93.8

40 1 2.1 2.1 95.8

42 2 4.2 4.2 100.0

Valid


(51)

7.5 2 4.2 4.2 4.2

8 1 2.1 2.1 6.2

8.5 1 2.1 2.1 8.3

8.7 1 2.1 2.1 10.4

8.94 1 2.1 2.1 12.5

9 1 2.1 2.1 14.6

9.1 1 2.1 2.1 16.7

9.4 1 2.1 2.1 18.8

9.5 1 2.1 2.1 20.8

9.7 1 2.1 2.1 22.9

9.9 2 4.2 4.2 27.1

10 2 4.2 4.2 31.2

10.1 3 6.2 6.2 37.5

10.2 2 4.2 4.2 41.7

10.4 1 2.1 2.1 43.8

10.5 1 2.1 2.1 45.8

10.9 5 10.4 10.4 56.2

11.1 1 2.1 2.1 58.3

11.2 2 4.2 4.2 62.5

11.3 4 8.3 8.3 70.8

11.4 2 4.2 4.2 75.0

11.5 1 2.1 2.1 77.1

11.6 2 4.2 4.2 81.2

11.7 1 2.1 2.1 83.3

11.9 1 2.1 2.1 85.4

12 1 2.1 2.1 87.5


(52)

12.9 1 2.1 2.1 97.9

13.3 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

BB bayi (gr)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

1500 1 2.1 2.1 2.1

1900 1 2.1 2.1 4.2

1970 1 2.1 2.1 6.2

2250 1 2.1 2.1 8.3

2300 1 2.1 2.1 10.4

2400 1 2.1 2.1 12.5

2500 1 2.1 2.1 14.6

2560 2 4.2 4.2 18.8

2600 2 4.2 4.2 22.9

2630 1 2.1 2.1 25.0

2690 1 2.1 2.1 27.1

2700 2 4.2 4.2 31.2

2750 2 4.2 4.2 35.4

2800 1 2.1 2.1 37.5

2810 1 2.1 2.1 39.6

2830 1 2.1 2.1 41.7

2840 1 2.1 2.1 43.8

2870 1 2.1 2.1 45.8


(53)

3200 2 4.2 4.2 72.9

3300 2 4.2 4.2 77.1

3400 1 2.1 2.1 79.2

3440 1 2.1 2.1 81.2

3500 4 8.3 8.3 89.6

3600 1 2.1 2.1 91.7

3650 1 2.1 2.1 93.8

3700 1 2.1 2.1 95.8

3750 1 2.1 2.1 97.9

4200 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Hb ibu yang dikelompokkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

anemia 27 56.2 56.2 56.2

normal 21 43.8 43.8 100.0

Valid

Total 48 100.0 100.0

Bb bayi yang dikelompokkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bblr 6 12.5 12.5 12.5

Normal 42 87.5 87.5 100.0

Valid


(54)

bblr normal Total

anemia 4 23 27

hbkel

normal 2 19 21

Total 6 42 48

Correlations

HB bayi(gr/dl) BB bayi (gr)

Pearson Correlation 1 .078

Sig. (2-tailed) .599

HB bayi(gr/dl)

N 48 48

Pearson Correlation .078 1

Sig. (2-tailed) .599

BB bayi (gr)


(1)

45 409695 AC 32 11.1 2600

46 400189 MG 19 13.3 2690

47 400578 EP 36 11.2 3100


(2)

umur ibu (tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

17 2 4.2 4.2 4.2

19 3 6.2 6.2 10.4

20 1 2.1 2.1 12.5

21 4 8.3 8.3 20.8

22 2 4.2 4.2 25.0

23 1 2.1 2.1 27.1

24 4 8.3 8.3 35.4

25 5 10.4 10.4 45.8

26 1 2.1 2.1 47.9

27 2 4.2 4.2 52.1

28 1 2.1 2.1 54.2

29 2 4.2 4.2 58.3

30 2 4.2 4.2 62.5

31 2 4.2 4.2 66.7

32 6 12.5 12.5 79.2

33 1 2.1 2.1 81.2

34 1 2.1 2.1 83.3

35 2 4.2 4.2 87.5

36 2 4.2 4.2 91.7

37 1 2.1 2.1 93.8

40 1 2.1 2.1 95.8

42 2 4.2 4.2 100.0

Valid


(3)

(Lampiran 3/ Lanjutan)

HB ibu(gr/dl)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

7.5 2 4.2 4.2 4.2

8 1 2.1 2.1 6.2

8.5 1 2.1 2.1 8.3

8.7 1 2.1 2.1 10.4

8.94 1 2.1 2.1 12.5

9 1 2.1 2.1 14.6

9.1 1 2.1 2.1 16.7

9.4 1 2.1 2.1 18.8

9.5 1 2.1 2.1 20.8

9.7 1 2.1 2.1 22.9

9.9 2 4.2 4.2 27.1

10 2 4.2 4.2 31.2

10.1 3 6.2 6.2 37.5

10.2 2 4.2 4.2 41.7

10.4 1 2.1 2.1 43.8

10.5 1 2.1 2.1 45.8

10.9 5 10.4 10.4 56.2

11.1 1 2.1 2.1 58.3

11.2 2 4.2 4.2 62.5

11.3 4 8.3 8.3 70.8

11.4 2 4.2 4.2 75.0

11.5 1 2.1 2.1 77.1

11.6 2 4.2 4.2 81.2

11.7 1 2.1 2.1 83.3

11.9 1 2.1 2.1 85.4

12 1 2.1 2.1 87.5


(4)

12.3 1 2.1 2.1 93.8

12.6 1 2.1 2.1 95.8

12.9 1 2.1 2.1 97.9

13.3 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

BB bayi (gr)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

1500 1 2.1 2.1 2.1

1900 1 2.1 2.1 4.2

1970 1 2.1 2.1 6.2

2250 1 2.1 2.1 8.3

2300 1 2.1 2.1 10.4

2400 1 2.1 2.1 12.5

2500 1 2.1 2.1 14.6

2560 2 4.2 4.2 18.8

2600 2 4.2 4.2 22.9

2630 1 2.1 2.1 25.0

2690 1 2.1 2.1 27.1

2700 2 4.2 4.2 31.2

2750 2 4.2 4.2 35.4

2800 1 2.1 2.1 37.5

2810 1 2.1 2.1 39.6

2830 1 2.1 2.1 41.7

2840 1 2.1 2.1 43.8

2870 1 2.1 2.1 45.8

Valid


(5)

3000 7 14.6 14.6 62.5

3100 2 4.2 4.2 66.7

3150 1 2.1 2.1 68.8

3200 2 4.2 4.2 72.9

3300 2 4.2 4.2 77.1

3400 1 2.1 2.1 79.2

3440 1 2.1 2.1 81.2

3500 4 8.3 8.3 89.6

3600 1 2.1 2.1 91.7

3650 1 2.1 2.1 93.8

3700 1 2.1 2.1 95.8

3750 1 2.1 2.1 97.9

4200 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Hb ibu yang dikelompokkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

anemia 27 56.2 56.2 56.2

normal 21 43.8 43.8 100.0

Valid

Total 48 100.0 100.0

Bb bayi yang dikelompokkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bblr 6 12.5 12.5 12.5

Normal 42 87.5 87.5 100.0

Valid


(6)

hbkel * bbkel Crosstabulation bbkel

bblr normal Total

anemia 4 23 27

hbkel

normal 2 19 21

Total 6 42 48

Correlations

HB bayi(gr/dl) BB bayi (gr)

Pearson Correlation 1 .078

Sig. (2-tailed) .599

HB bayi(gr/dl)

N 48 48

Pearson Correlation .078 1

Sig. (2-tailed) .599 BB bayi (gr)