Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politi

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik
Masyarakat Banten terhadap Kemenangan Ratu Atut
dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Banten 2011
DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PERILAKU POLITIK

Dilla Novita Rizki
13/353522/SP/25989
JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Banten adalah provinsi yang memekarkan dirinya dari Jawa Barat pada 4 oktober 2000
karena beberapa alasan, diantaranya adalah jarak geografis yang terpakut jauh dari ibukota
provinis yaitu Bandung, membuat pembangunan dan perkembangan di Banten tidak merata dan
jauh dengan wilayah yang berada di sekitar ibukota provinsi. Sehingga Banten menginginkan
pelepasan diri agar bisa mengatur sendiri daerahnya dan bisa mengembangkan potensi daerahnya
lebih baik lagi agar mampu mengagregasi kepentingan-kepentingan masyarakatnya. Salah satu
tokoh yang menjadi figur Godfather nya Banten adalah Tb. Mamas Chaerudin atau biasa disebut

H. Chassan. Dengan posisinya yang kuat sebagai kader partai golkar, agamawan, pebisnis, serta
backingan dari jawara, beliau mampu membuat dinasti politik di Banten. Anak, istri, cucu serta
kerabatnya berhasil menempati jabatan-jabatan politik dan pemerintahan di Banten, ikatan darah
menjadi latar belakang terpilihnya mereka. Ratu Atut Chosiyah merupakan salah satu anak dari
H. Chassan yang diproyeksi untuk menjadi gubernur Banten, dimulai dari dorongan dan campur
tangan H. Chassan yang menjadikan Atut sebagai wakil gubernur Banten dan plt gubernur
Banten hingga akhirnya memegang jabatan sebagai gubernur Banten hingga dua periode.
Sosok H. Chassan sudah sangat melekat dengan masyarakat Banten, bahkan mereka
sebenarnya mengetahui mengenai kasus korupsi dan kejanggalan proyek pembangunan yang ada
di Banten, namun kebanyakan masyarakat cenderung diam. Dinasti H. Chassan biasanya
memberikan serpihan kue hasil proyek pembangunan kepada kelompok-kelompok masyarakat
seperti jawara, birokrat, ulama, masyarakat, pebisnis dan lainnya sehingga dengan backingan itu
H. Chassan dan keluarganya masih tetap dapat berdiri sebagai penguasa Banten. Simpati, rasa
takut dan balas budi yang dimiliki oleh masyarakat kepada H. Chassan juga mempengaruhi
perilaku politik masyarakat di Banten. Ratu Atut juga menggunkana strategi-strategi dalam
pemenangannya pada pilkada provinsi Banten seperti penokohannya sebagai putra daerah,
kekuatan partainya, pencitraan, money politic dan sebagainya sehingga hal ini mampu
mempengaruhi masyarakat Banten untuk dapat memilih dirinya padahal waktu itu tingkat
kepercayaan masyarakat semakin menurun, ditambah dengan meninggalnya H.Chassan pada
Juni 2011. Namun sebenarnya terlihat bahwa kekuatan terbesar dalam kemenangan Atut ini


bersumber dari latar belakang tokoh dan nama besar ayahnya sebagai Godfather of Banten yang
mampu mempengaruhi perilaku politik banyak masyarakat Banten salah satunya pada pilkada
provinsi Banten 2011.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana faktor H.Chassan mempengaruhi perilaku pemilih sehingga Atut dapat
memenangkan suara dalam pilkada provinsi Banten 2011?
b) Bagaimana strategi politik yang dilakukan oleh Atut dapat dianggap cara yang efektif
untuk memenangkannya di pilkada provinsi Banten 2011?
3. Landasan Konseptual
a) Local Strongmen
Migdal mencoba menerangkan tentang local strongmen yang berhasil melakukan kontrol
sosial. Dalam konteks ini, Migdal mengatakan:
”... Mereka berhasil menempatkan diri atau menaruh anggota keluarga mereka pada sejumlah
jabatan penting demi menjamin alokasi sumber-sumber daya berjalan sesuai dengan aturan
mereka sendiri ketimbang menurut aturan-aturan yang dilontarkan dalam retorika resmi,
pernyataan kebijakan, dan peraturan perundang-undangan yang dibuat di ibu kota atau
dikeluarkan oleh pelaksana peraturan yang kuat”
b) Strategi Politik
Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik.

Menurut Peter Schroder, bentuk khusus dari strategi politik itu antara lain: strategi untuk
kampanye pemilu dan strategi karir. Dalam mencapai tujuan, partai politik memang
membutuhkan strategi yang bersifat jangka panjang maupun jangka menengah. Strategi
partai politik dapat dibedakan dalam beberapa hal,6 antara lain: strategi yang terkait dengan
penanggulangan dan mobilisasi massa, strategi koalisi, strategi pengembangan dan
pemberdayaan partai politik, strategi umum,serta strategi pendekatan dan komunikasi politik

B. Pembahasan
1. Local Strongmen Banten sebagai Pendorong Terpilihnya Ratu Atut
H.Chassan merupakan tokoh Banten yang berasal dari Ciomas dan terkenal karena
merupakan kader partai golkar yang kuat, pemimpin jawara banten, tokoh agamis, pengusaha
besar serta pendiri dinasti Banten yang terkenal itu. Kekuasaannya yang begitu besar di Banten
dan kemampuannya untuk berjejaring serta mengontrol jalannya kegiatan sosial, politik,
pemerintaha, ekonomi, kebudayaan dan keamanan di Banten membuatnya dapat dikatakan
sebagai Local Strongmen Banten. Migdal mempunyai argumen mengenai local strongmen.
Pertama, orang kuat lokal tumbuh subur di dalam masyarakat yang digambarkan sebagai
sekumpulan campuran organisasi-organisasi sosial nyaris mandiri dengan kontrol sosial yang
efektif ”terpecah-pecah”. Singkat kata, berkat struktur masyarakat yang seperti itu, orang kuat
lokal memperoleh pengaruh signifikan jauh melampaui pengaruh para pemimpin negara dan para
birokrat lokal. Di Banten sendiri masyarakatnya terdiri dari beberapa golongan masyarakat

seperti para ulama yang merupakan tokoh-tokoh agamis, jawara yang terdiri dari para orang yang
memiliki ilmu kekebalan dan bela diri, masyarakat adat, masyarakat kelas menengah kebawah,
birokrat, pebisnis, dll yang secara kepentingan tentunya berbeda-beda. Namun disatu sisi H.
Chassan rupanya mampu menjadi orang yang memobilisasi dan mendapat dukungan dari banyak
golongan masyarakat yang ada di banten karena dirinya merupakan orang yang memiliki
kemampuan dan jabatan di golongan serta oraganisasi-organisasi tersebut. Jaringan yang
terbentuk inilah yang bukan hanya menguatkan kekuasaan dan keberadaan H. Chassan di Banten
tetapi juga dinastinya.
Yang kedua, Migdal mengatakan bahwa local strongmen mampu melakukan kontrol
sosial di dalam masyarakat yang dinamakan “strategi bertahan hidup”. Dimana local strongmen
hadir untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tuntutan para pemilih atas jasa yang diberikan, juga
memberi kebaikan kepada masyarakat yang kurang dalam segi ekonomi sehingga terjadi yang
namanya klientisme dan hubungan patron-klien. Apa yang dikemukakan oleh Migdal ini
dilakukan juga oleh H. Chassan. Akibat banyaknya proyek pembangunan yang diambil oleh H.

Chassan dan perusahaannya tentunya banyak orang yang mendapatkan serpihan keuntungan
tersebut baik itu di kalangan masyarakat dan juga para birokrat. Selain itu H. Chassan juga
membantu banyak masyarakat Banten untuk mendapatkan pekerjaan, dan banyak juga orangorang yang berada di dalam Jawara mendapatkan bantuan pekerjaan dari H. Chassan sehingga
mendapatkan loyalitas dari para jawara ini. Dia juga mendapatkan legitimasi dari masyarakat
karena sosok jawara merupakan sosok yang berada di pihak rakyat baik itu


memberikan

perlindungan ataupun memeberikan tekanan kepada masyarakat sehingga memiliki ikatan
emosional yang kuat dengan masyarakat baik itu berupa simpati maupun rasa takut.
2. Strategi Politik Ratu Atut dalam Pemenangan pada Pilkada provinsi Banten 2011
Atut merupakan anak H. Chassan, yang sebelum terpilihnya dia menjadi gubernur Banten
untuk kedua kali adalah wakil gubernur Banten dan plt gubernur Banten dari Djoko Munandar
yang ketika itu terkena kasus korupsi. Kemenangan Atut selama ini juga merupakan pengaruh
H.Chassan yang ikut campur tangan dan berpengaruh pada pilkada provinsi Banten tahun 2002
dimana Atut menjadi wakil gubernur Banten yang dipilih oleh DPRD serta pilkada provinsi
Banten 2006. Meskipun H.Chassan meninggal pada 30 Juni 2011 tetapi tetap berpengaruh pada
kemenangan Ratu Atut di pilkada provinsi Banten 2011. Selain mendapatkan bantuan dari
ayahnya baik itu nama besar, moril dan materil Atut juga tentunya memiliki strategi-strategi
politik yang nantinya juga berpengaruh pada perilaku politik masyarakat Banten untuk memilih
Atut. Meskipun pada realitanya perilaku politik masyarakat Banten menjelang dan ketika pilkada
provinsi Banten tidak hanya membentuk satu perilaku politik yang dominan saja melainkan
menciptakan beberapa perilaku politik yang lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Peter Schroder mengenai strategi politik, Atut juga memiliki
strategi kampanye pemilu dan strategi karir. Hal ini bisa dilihat sebagai upaya yang dilakukan

atut agar terpilih, dia harus melakukan planning, konsolidasi, penetapan wakil calon
gubernurnya, dan lain sebagainya. Ketika Atut mencalonkan diri sebagai calon gubernur Banten
pada pilkada provinsi 2011, dirinya masih menjabat sebagai gubernur Banten. Posisinya sebagai
incumbent tentunya memperbesar peluangnya untuk mendapatkan simpati dan dipilih
masyarakat. Kuatnya pencitraan dan penokohan diri melalui apa saja yang telah berhasil

dilakukan Atut dalam rangka membangun dan memajukan Banten melalui media-media serta
obrolan di tingkat birokrasi. Tim sukses Atut mengkalim bahwa ketika dipimpin oleh Atut,
tingkat kemiskinan di provinsi Banten yang pada tahun 2002 saat provinsi ini baru berdiri
mencapai 9,22 persen menurun menjadi 7,64 persen dari jumlah penduduk Banten sebanyak 9,7
juta jiwa pada tahun 2009. Selain itu mereka juga mengklaim bahwa investasi dan laju ekonomi
di Banten juga mengalami peningkatan. Masyarakat banten pun cenderung langsung menerima
informasi yang didapat tanpa menyaring dan mencari tahu lebih dalam terlebih dahulu
Ratu Atut yang merupakan putra daerah yang masih kurang memiliki nama di daerah
Tangerang, padahal masyarakat di daerah Tangerang jumlahnya banyak dan suaranya sangat
penting dalam pilkada provinsi Banten 2011. Sedangkan lawannya yaitu Wahidin yang masih
menjabat sebagai walikota kota Tangerang dan tentunya mempunyai nama dan peluang lebih
besar untuk diplih oleh masyarakat tangerang.

Oleh karena itu Atut memilih calon wakil


gubernurnya yang merupakan putra daerah dari Tangerang dan mempunyai public figure yang
bagus di masyarakat. Rano Karno yang merupakan kader PDIP dianggap paling cocok untuk
mendampingi Atut sebagai calon wakil gubernur, dia merupakan putra daerah dan wakil bupati
Tangerang serta memiliki public figure yang bagus di masyarakat. Pertimbangan PDIP
menduetkan Rano Karno dengan Ratu Atut juga dibekali hasil survei yang tinggi dibandingkan
calon wakil gubernur yang lain. Maka jika dikombinasikan, pasangang ini dianggap akan unggul
dimana Rano Karno mewakili suara Tangerang dan sekitarnya sementara Ratu Atut mewakili
Lebak-Pandeglang-Serang. Sebelumnya Ratu Atut yang merupakan calon dari partai Golkar
sudah didukung oleh PDIP dan PBB. Dengan adanya koalisi antara Atut dan Rano, status Atut
yang incumbent dan kekuatan dari nama serta bisnisnya serta H. Chassan maka banyak partaipartai lain sebut saja Gerindra, Hanura, PKPB, PPD, PKB, PAN, PBB, PPNUI, dan PDS serta
20 partai non parlemen lainnya yang mendukung dan menjadi koalisi untuk memenangkan Atut
sebagai Gubernur Banten periode 2012-2017.
Dengan banyaknya dukungan bukan hanya dari partai yang berkoalisi melainkan LSM
dan organisasi-organisasi di Banten yang dikepalai oleh orang-orang yang berasal dari dinasti H.
Chassan, Backing dari Jawara dan ulama tentu saja ketika kampanye dan pemilihan kubu dari
Ratu Atut sangat gencar dan besar-besaran. Gencarnya money politic pun menjadi salah satu
strategi kuat yang dimiliki Atut dibandingkan calon-calonnya yang lain. Banyak dari masyarakat

Banten selama ini mengetahui money politic yang dijalankan oleh Dinasti H.Chassan termasuk

Ratu Atut, namun kebanyakan dari mereka tidak berani bersuara karena besarnya kekuatan dari
H. Chassan dan Jawara. Banyaknya kelompok masyarakat di Banten yang merasa telah di bantu
oleh H. Chassan juga cenderung akan diam dan tetap memilih Ratu Atut pada pilkada provinsi
Banten 2011 tersebut. Banyak pula masyarakat terutama masyarakat yang ada pada ekonomi
menengah kebawah mendapat uang yang berikan oleh orang-orang H. Chassan agar memilih
Ratu Atut. Mereka cenderung akan memilih yang memberikan mereka uang, karena mereka tidak
punya niatan untuk mencari tahu misi dan visi serta isu yang dibawa oleh calon karena mereka
cenderung beranggapan siapapun yang menjadi gubernur kelak , hidup mereka akan tetap statis
dan tidak berubah.
Berkat campur tangan H. Chassan dan Strategi yang digunakan oleh Atut maka dirinya
bersama Rano Karno terpilih menjadi gubernur Banten periode 2012-2017. Berdasarkan hasil
rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU dari beberapa TPS di Banten menunjukkan hampir di
semua wilayah Atut dan Rano Karno mendapatkan jumlah suara terbanyak. Di Kota Cilegon
Atut-Rano mendapat 104.574 (61,55%) suara, di Kota Serang 142.916 (55,46%) suara, di Kota
Tangerang Selatan 248.618 (61,09%) suara, di Kabupaten Serang 386.689 suara, di Kabupaten
Lebak 340.435 (57,90%) suara dan di Kabupaten Tangerang pasangan tersebut mendapat
486.724 (48,07%) suara. Hanya di Kota Tangerang saja perolehan suara Atut kalah dengan
lawannya yaitu Wahidin yang merupakan Walikota Tangerang. Barulah pada 30 Oktober 2011
KPU mengumumkan bahwa Ratu Atut-Rano Karno memenangkan pemilihan ini dengan meraih
2.136.035 suara atau 49,65 persen, Wahidin Halim-Irna Narulita memperoleh 1.674.957 suara

atau 38,93 persen dan pasangan Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki memperoleh 491.432 suara
atau meraih 11,42 persen dari total suara sah 4.302.424 suara.

3. Perilaku Politik Masyarakat Banten dalam Memilih Ratu Atut sebagai Gubernurnya
Periode 2012-2017
Budaya politik Banten yang ada saat ini masih didominasi sifat parokial di satu sisi, dan
kawula subyek di sisi lain. Hal ini terjadi karena adanya pengalaman politik masyarakat di masa
lalu, seperti feodalisme dan patrimonialisme. Adanya permasalahan tingkat partisipasi pemilih

dalam pilkada provinsi Banten 2011 karena beberapa kendala seperti tidak adanya pendidikan
politik dari partai politik, adanya pemilih yang masih memiliki perilaku praktis dan
permasalahan klise lainnya seperti masih adanya masyarakat yang apatis. Dari pemaparan diatas
dimana Atut dapat menang pada Pemilihan Gubernur Banten tahun 2011 yang lalu dilandasi oleh
keberhasilan campur tangan H. Chassan dan juga strategi politik yang dijalankan oleh Ratu Atut
sehingga mampu membuat beberapa perilaku pemilih Masyarakat Banten yang bisa dilihat
menggunakan pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional.
Pertama, pendekatan sosiologis menurut Colombia dimana pendekatan ini melihat pada
aspek sosial seperti agama, ras, kelas sosial, kelompok etnik kedaerahan, dll. Dalam hal Pilkada
provinsi Banten 2011 yang lalu masyarkat Banten cenderung memilih Ratu Atut karena melihat
Atut adalah putra daerah yang dimana Ayahnya merupakan salah satu tokoh yang mendirikan

Banten sehingga hal itu menjadi sesuatu yang terus diingat dan dijadikan alasan mereka memilih.
H. Chassan dikenal juga sebagai tokoh agamawan di Banten karena pintar ilmu agamanya, di
Banten sendiri banyak kelompok santri dan ulama dan mereka melihat Ratu Atut juga sebagai
tokoh agamawan karena latar belakang ayahnya. Calon pejabat publik yang punya platform
keagamaan yang sama dengan karakteristik keberagaman pemilih, cenderung akan didukung
oleh pemilih oleh karena itu mereka cenderung memilih Atut pada pilkada provinsi Banten 2011.
Merujuk kepada buku Kuasa Rakyat tulisan Muzani, dia menerangkan bahwa orang yang
bekerja disektor yang lebih rentan terhadap kebijakan pemerintah, cenderung untuk ikut serta
dalam Pemilu ketimbang sebaliknya. Termasuk dalam kategori ini pegawai pemerintah,
kelompok pekerja yang bergaji atau pengusaha yang biasanya terkait regulasi seperti pajak dll.
H.Chassan merupakan local strongmen yang tidak hanya menguasai proyek pembangunan di
Banten melainkan juga penguasa pada bidang politik dan pemerintahan di Banten, sehingga
banyak artikel yang menuliskan bahwa sosok H. Chassan bisa dikatakan sebagai shadow state of
Banten. Maka wajar bila banyak orang-orang yang bekerja pada bermacam kelas sosial seperti di
sektor pemerintah, karyawan, buruh bahkan pengusaha yang cenderung memilih Ratu Atut
Chosiyah karena kuatnya kontrol dan kekuasaan yang dimiliki H. Chassan sehingga mereka
dapat dimobilisasi. Seperti di daerah-daerah lainnya, masyarakat Banten diatas umur 17 tahun
juga didominasi oleh perempuan. Maka mereka cenderung memlih Ratu Atut sebagai satu-

satunya perempuan di dalam pencalonan gubenur banten, Atut dianggap mencerminkan kekuatan

perempuan.
Kedua, pendekatan psikolologis menurut Michigan dimana pendekatan ini melihat bahwa
perilaku politik seseorang dilandasi oleh adanya ikatan psikologis dengan partai atau tokoh
calon. Menurut model ini juga, seorang warga berpartisipasi dalam pemilu karena ia tertarik
dengan politik, punya perasaan dekat dengan partai tertentu (identitas partai) serta punya
informasi yang cukup untuk menentukan pilihan. Biasanya para pemilih ini akan merasa
bersimpati kepada calon yang melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan semacamnya, biasanya
hal ini termasuk kedalam strategi politik yang dilakukan oleh calon agar dikenal dan mendapat
simpati masyarakat sehingga mereka mau memilih calon tersebut. Hal ini pula yang dijalankan
oleh Ratu Atut sebagai salah satu bentuk strateginya yaitu sering memberikan santunan kepada
warga miskin, ikut pengajian warga dan lain sebagainya sehingga terbentuk ikatan psikologis
antara dia dengan konstituennya . Atut juga menjabat pada beberapa organisasi di Banten, hal itu
pula yang menjadikan dirinya semakin dikenal dan dianggap lebih dekat dengan konstituennya
yang memiliki informasi yang cukup mengenai calon gubernurnya.
Balas budi dilihat sebagai salah satu aspek di dalam melihat perilaku politik dengan
pendekatan psikologis. Seperti yang sebelumnya dijelaskan bahwa H. Chassan memiliki citra
sebagai pemimpin di banten, termasuk pemimpin di dalam kelompok masyarakat. Dirinya yang
dekat dengan para ulama dan jawara menjadi kunci suksesnya Atut. Kedekatan H.Chassan
dengan para ulama seperti memberangkatkan mereka umroh, memberikan santunan untuk
pesantren dan lain sebagainya sehingga membuat para ulama ini cenderung memilih Atut dan
mampu memobilisasi santrinya sehingga turut memilih Ratu Atut karena kedekatan dengan
ayahnya dan sebagai salah satu tanda terima kasih dari mereka. Sebagai pemimpin dari
Persatuan Pendekar dan Seni Budaya Banten Provinsi Jawa Barat yang berisikan para jawara,
sosok H.Chassan tentu saja sangat melekat dengan para Jawara. Hal-hal yang telah dilakukan
H.Chassan kepada mereka seperti memberi pekerjaan, memberi tugas proyek dan memberi
santunan membuat mereka merasa harus membalas budi dengan cara memilih Ratu Atut serta
memobilisasi massa agar datang ke TPS dan memilih Ratu Atut.

Selain adanya kedekatan dengan calon atau orang dari keluarga calon, salah satu aspek
lain yang mendasari perilaku politik dengan pendekatan psikologis adalah adanya kedekatan
atau kepemilikan identitas partai. Partisanship atau identitas partai adalah suatu keadaan
psikologis, yakni perasaan dekat dengan, sikap mendukung atau setia pada, atau identifikasi diri
dengan partai politik tertentu. Seorang partisipan adalah orang yang merasa dirinya bagian dari
sebuah partai atau mengidentikkan dirinya dengna partai tertentu. Keberhasilan Atut menjadi
calon gubernur dari partai golkar yang merupakan partai kuat dan memiliki banyak konstituen
tentunya menjadikan Atut memiliki peluang yang besar. Ditambah dengan pasangan calon wakil
gubernurnya yang merupakan kader dari partai PDIP, gabungnya PBB, Gerindra, Hanura, PKPB,
PPD, PKB, PAN, PBB, PPNUI, dan PDS serta 20 partai non parlemen lainnya. Banyaknya partai
yang bergabung menjadi koalisi pencalonan Atut tentu saja menambah jumlah suara yang
didapat Atut. Mayoritas masyarakat di Banten adalah muslim, serta keadaan banten yang masih
pada model “membangun” tentunya kehidupan ekonomi belum begitu stabil sehingga membuat
masih banyaknya masyarakat Banten yang ada di garis kemiskinan. Partai-partai islam, Partai
wong cilik dan partai-partai beraliran ideologi lainnya dapat menarik para calon pemilih yang
mempunyai identitas kepemilikan terhadap partai tersebut untuk dapat memilih Atut.
Ketiga, pendekatan rasional dalam melihat perilaku politik seseorang atau suatu
kelompok masyarakat. Pendekatan ini melihat pada rasionalitas dimana yang dijadikan landasan
adalah aspek ekonomi. Model ini memberi perhatian pada dinamika ekonomi-politik, sehingga
asumsinya pilihan politik banyak dibentuk oleh evaluasi atas kondisi ekonomi, personal maupun
kolektif. Evaluasi positif warga terhadap kondisi ekonomi akan memberikan apresiasi terhadap
pejabat yang sedang menjabat. Sebaliknya, jika evaluasinya negatif, maka dia akan memberikan
hukuman terhadapnya dengan cara memilih pihak oposisi. Pada strategi yang dilakukan oleh
Atut dan tim suksesnya yaitu mengklaim bahwa kinerja Atut selama menjabat sebagai Gubernur
Banten sudah baik dan berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dan menaikkan kehidupan
ekonomi Banten. Ketika hal-hal berkaitan dengan keberhasilan ekonomi dibawa dalam rangka
strategi, hal ini cenderung menguatkan pemilih untuk memilih Atut. Posisi Atut yang merupakan
incumbent juga dinggap menguntungkan karena masyarakat akan beranggapan jika Atut berhasil
dalam memajukan ekonomi Banten, maka dia harus terpilih lagi agar terjadi continuitas program
dan perekonomian Banten semakin maju lagi. Padahal kenyataannya tingakat ekonomi di Banten

memang meningkat tapi tidak dibarengi dengan pengurangan jumlah penduduk miskin, malah
jumlah penduduk miskin di Banten terus meningkat.
Perilaku politik rational choice dipengaruhi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan
masyarakat yang rendah sehingga masyarakat akan cenderung selalu economy centric dan
memilih calon yang akan lebih menguntungkan mereka dalam segi ekonomi. Banten dikatakan
sebagai salah satu provinsi yang miskin serta masih rendah tingkat pendidikan masyarakat di
sekitarnya, hanya sebagian saja yang mampu mengenyam pendidikan. Mayoritas masyarakat
Banten yang berpendapatan dan berpendidikan rendah cenderung dijadikan sebagai peluang
untuk memobilisasi mereka agar dapat memilih Atut sebagai gubernur Banten. Marak terjadinya
money politic ketika sebelum masa kampanye, ketika masa kampanye dan ketika hari
pencoblosan yang dilakukan oleh Atut dan timsesnya. Meskipun Atut tidak pernah mau
mengaku, tapi banyak laporan dari beberapa sumber serta didapatkannya info hasil survey yang
membuktikan bahwa telah jadi kecurangan yang dilakukan oleh Atut. Banyak masyarakat yang
diberikan uang di dalam amplop serta bahan-bahan pokok, mereka cenderung akan memilih
calon yang memberikan mereka hal-hal tersebut. Mereka memilih karena sudah diberikan uang
untuk membantu mereka membeli kebutuhan hidup, mereka kurang peduli pada suaranya karena
yakin siapapun yang menjadi gubernur Banten kelak, hidup mereka akan tetap susah.
C. Kesimpulan
Banten merupakan provinsi hasil pemekaran dari Jawa Barat dimana H. Chassan yang
merupakan salah satu tokoh penguasa besar di Banten adalah yang berhasil membuat Banten
menjadi provinsi. Ratu Atut Chosiyah yang merupakan anak dari H.Chassan berhasil menjadi
pemenang dalam Pemilihan Gubernur Banten tahun 2011 ketika sebelumnya dia juga berhasil
memenangkan Pemilihan Gubernur Banten pada tahun 2006. Hal itu dikarenakan faktor latar
belakang dan campur tangan ayahnya serta strategi yang dilakukan oleh Atut untuk dapat
membuat masyarakat memilihnya menjadi Gubernur Banten periode 2012-2017. Hal-hal tersebut
berpengaruh pada perilaku politik masyarakat Banten yang beragam dan tidak bisa menggunakan
hanya satu pendekatan saja melainkan bisa dilihat dengan tiga pendekatan yaitu sosiologis,
psikologis dan pilihan rasional.

Dari paparan maka bisa dilihat bahwa perilaku politik masyarakat Banten pada pilkada
provinsi 2011 cenderung berdasarkan faktor sosiologis, psikologis dan pilihan rasional. Di dalam
suatu daerah dengan dinamika politik dan komposisi masyarakat yang beragam seperti di Banten
rupanya cukup sulit untuk bisa menentukan perilaku politik masyarakat tersebut masuk kedalam
pendekatan yang mana. Masyarakat dengan segala latar belakang kehidupannya tidak hanya di
bidang politik melainkan juga pada bidang di bidang ekonomi, sosial, budaya, agama dan lain
sebagainya mampu membentuk perilaku politik di dalam masyarakat baik itu perilaku politik
secara individu maupun kolektif. Rupanya faktor H. Chassan serta strategi politik yang dilakukan
oleh Atut dianggap mampu mempengaruhi perilaku politik masyarakat Banten dan mampu
membuat Atut memenangkan Pemilihan Gubernur Banten pada tahun 2011 yang lalu.

Daftar Pustaka :
Hidayat, S. (2007). 'Shadow State'? : Business and Politics in the Province of Banten. In
H. S. Nordholt, Renegotiating Boundaries : Local Politics in Post-Suharto Indonesia (pp. 203224). Leiden: KITLV Press.
Joel S. Migdal. 1988. Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State
Capabilities in the Third World. New Jersey: Princenton University Press. hal. 13.
Mujani, Saiful dkk, 2008. Kuasa Rakyat, Bandung: Mizan Publika.
Puspasari, Tri Setya, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam
Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 di Kecamatan Karawaci Kota
Tangerang, S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial Politik UNTIRTA.
Romli, Lili, 2008, Kecenderungan Pilihan Masyarakat dalam Pilkada, Jurnal Poelitik,
Vol.1, No.1, pp 1-9.
Schroder, Peter, 2010. Strategi Politik, Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fuer die
Freiheit.Hlm. 6

Sumber Lainnya :
http://www.republika.co.id/berita/regional/jawa-barat/11/06/30/lnkvp6-Chassan-sochib-sangpendekar-banten-meninggal-dunia diakses pada 1 Januari 2016

http://www.merdeka.com/peristiwa/ulama-dan-jawara-banten-pun-tunduk-pada-dinasti-atut.html
diakses pada 1 Januari 2016
http://www.radarbanten.co.id/3-dari-4-wilayah-pilkada-di-banten-rawan-money-politic/

diakses

pada 1 Januari 2016
http://politik.news.viva.co.id/news/read/231524-alasan-pdip-tak-diajukan-rano-di-pilkada
gubernur Banten-dki diakses pada 2 Januari 2016
http://kabarpolitik.com/2011/08/22/koalisi-pendukung-ratu-atut-rano-karno-akan-kuasaitangerang/ diakses pada 2 Januari 2016
http://www.antaranews.com/berita/282211/kpu-tetapkan-atut-rano-pemenang-pilkada

gubernur

Banten-banten diakses pada 2 Januari 2016
http://kabar-banten.com/news/detail/3170 Diakses pada 3 Januari 2016
http://bantenbox.com/berita-1297-banten-provinsi-termiskin-di-indonesia.html diakses pada 4
Januari 2016

Dokumen yang terkait

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1