Menerapkan Authentic Assessment Kurikulu. docx
REKAYASA IDE
Ide Kreatif Dalam Menerapkan Authentic Assessment K13 Dalam
Pembelajaran Di Sekolah
Di Ajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
Evaluasi Hasil Belajar
Dosen : Eni Yuniastuti, S.Pd, M.Si
OLEH :
Nisa Putri Utama Sirait
(3153131023)
KELAS : C REGULER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji atas segala nikmat yang telah diberikan tuhan kepada kita semua termasuk
terselesaikannya Tugas Rekayasa Ide. Sebagai amanat yang diberikan kepada saya didalam
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
Sebuah penghargaan bagi saya atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu kita
dapat mengkaji mengenai Ide Kreatif Dalam Menerapkan Authentic Assessment K13 Dalam
Pembelajaran Di Sekolah, yang pasti akan bermanfaat menambah ilmu dan pengetahuan
kita semua.
Dalam kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada Dosen Pengampu mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar yang telah membimbing saya.
Begitu pun saya menyadari bahwa rekayasa ide ini jauh dari sempurna, untuk sumbang
saran maupun masukan sangat saya harapkan.
Atas segala kekurangan tersebut, saya mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya.
Demikian dari saya, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya rekayasa ide ini dapat
tercapai.
Amin.
Medan, 08 November 2017
Nisa Putri Utama Sirait
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
……………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
i
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………..
1
2
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Afektif
2.2 Penilaian Kognitif
………………………………………………………………..
……………………………………………………………...
2.3 Penilaian Psikomotorik
………………………………........................................
3
7
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
……………………………………………………………………..
3.2 Saran …………………………………………………………………………….
16
16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat
untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap
peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya
(aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan
kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa
mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana pengukuran dan penilaian ranah afektif ?
2. Bagaimana pengukuran dan penilaian ranah kognitif ?
3. Bagaimana pengukuran dan penilaian ranah psikomotorik ?
1
1.3 Tujuan
Tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah afektif
2. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah kognitif
3. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah psikomotorik
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Penilaian Afektif
Ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara
operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan
psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Ranah afektif menjadi
lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving.
3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai
atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving
atau responding.
4) Organization
(=mengatur
atau
mengorganisasikan),
artinya
mempertemukan
perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari
nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai
dengan nilai yang lain.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Afektif
Sikap dan pengertian
Sikap spiritual
Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianut
Deskripsi
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
3
Menjalankan ibadah tepat waktu.
Memberi salam pada saat awal dan akhir
presentasi sesuai agama yang dianut.
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa;
Mensyukuri kemampuan manusia dalam
mengendalikan diri
Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan
sesuatu.
Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah
berikhtiar atau melakukan usaha.
Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah
tempat tinggal, sekolah dan masyarakat
Memelihara hubungan baik dengan sesama umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
bangsa Indonesia.
Menghormati orang lain menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
Sikap sosial
1. Jujur
adalah perilaku dapat
ujian/ulangan
dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan
Tidak menyontek dalam mengerjakan
Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan sumber)
4
Mengungkapkan perasaan apa adanya
Menyerahkan kepada yang berwenang barang
yang ditemukan
Membuat laporan berdasarkan data atau informasi
apa adanya
Mengakui kesalahan atau kekurangan yang
dimiliki
2. Disiplin
adalah tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan
Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan
benar
3. Tanggungjawab
adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang
Melaksanakan tugas individu dengan baik
Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa
seharusnya dia lakukan,
bukti yang akurat
terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan
Mengembalikan barang yang dipinjam
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang
(alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang
dilakukan
Maha Esa
Menepati janji
5
Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan
tindakan kita sendiri
Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa
disuruh/diminta
4. Toleransi
adalah sikap dan tindakan
yang menghargai
keberagaman latar belakang,
Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
pendapatnya
pandangan, dan keyakinan
Dapat menerima kekurangan orang lain
Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun
yang memiliki keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri
pada orang lain
Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap)
keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik
Terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima
sesuatu yang baru
5. Gotong royong
adalah bekerja bersama-
kelas atau sekolah
sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan
bersama dengan saling
berbagi tugas dan tolong
Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan
Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap
6
menolong secara ikhlas
imbalan
Aktif dalam kerja kelompok
Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang
lain
Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi
mencapai tujuan bersama
6. Santun atau sopan
adalah sikap baik dalam
pergaulan baik dalam
berbahasa maupun
bertingkah laku. Norma
Menghormati orang yang lebih tua.
Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
Tidak meludah di sembarang tempat.
Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang
kesantunan bersifat relatif,
artinya yang dianggap
baik/santun pada tempat dan
tidak tepat
waktu tertentu bisa berbeda
pada tempat dan waktu yang
Mengucapkan terima kasih setelah menerima
bantuan orang lain
lain.
Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang
lain atau menggunakan barang milik orang lain
Memperlakukan orang lain sebagaimana diri
sendiri ingin diperlakukan
7
7. Percaya diri
adalah kondisi mental atau
ragu.
psikologis seseorang yang
memberi keyakinan kuat
untuk berbuat atau bertindak
Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-
Mampu membuat keputusan dengan cepat
Tidak mudah putus asa
Tidak canggung dalam bertindak
Berani presentasi di depan kelas
Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan
Dalam penilaian afektif, teknik dan bentuk instrument yang dapat dilakukan dengan cara :
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang
lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain,
orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah.
b. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
2.2 Penilaian Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk
di
dalamnya
menganalisis,
kemampuan
mensistesis
memahami,
dan
menghafal,
kemampuan
mengaplikasi,
mengevaluasi.
Menurut
Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan
8
berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup
kemampuan
mengingat,
sampai
intelektual
pada
yang
kemampuan
lebih
sederhana,
yaitu
memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan
aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa
untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi
problem solving dan lain sebagianya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata
sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan
atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata
sendiri.
3) Tingkat
penerapan
(application),
penerapan
merupakan
kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang
telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan
berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi,
memisahkan
dan
membedakan
komponen-
komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi,
hipotesa
atau
kesimpulan,
dan
memeriksa
setiap
komponen
tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat
ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara
berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut
dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan
seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen
9
dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru
yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi
yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kriteria tertentu.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan
Aspek Kognitif
No
1
Tingkatan Deskripsi
Pengetahua Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
n
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori,
prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
2
Mengemukakan arti
Menentukan lokasi
Mendriskripsikan sesuatu
Menceritakan apa yang terjadi
Menguraikan apa yang terjadi
Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antarfaktor,
antar
hubungan
konsep,
sebab
dan
antar
akibat
data
penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
Mengungkapakan
pendapat dengan kata-kata sendiri
Membedakan atau membandingkan
Mengintepretasi data
Mendriskripsikan dengan kata-kata
sendiri
Menjelaskan gagasan pokok
10
gagasan
dan
Menceritakan kembali dengan katakata sendiri
3
Aplikasi
Arti:
Menggunakan
memecahkan
pengetahuan
masalah
atau
untuk
menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
4
Analisis
Menghitung kebutuhan
Melakukan percobaan
Membuat peta
Membuat model
Merancang strategi
Artinya:
menentukan
bagian-bagian
dari
suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan
dan menunjukkan hubungan antar bagian
tersebut
Contoh kegiatan belajar:
Mengidentifikasi faktor penyebab
Merumuskan masalah
Mengajukan pertanyaan untuk mencari
informasi
5
Sintesis
Membuat grafik
Mengkaji ulang
Artinya: menggabungkan berbagai informasi
menjadi
satu
11
kesimpulan/konsepatau
meramu/merangkai
berbagai
gagasan
menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
6
Evaluasi
Arti:
Membuat desain
Menemukan solusi masalah
Menciptakan produksi baru,dst.
mempertimbangkan dan menilai benar-
salah,
baik-buruk,
bermanfaat-tidak
bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata
dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah
kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan
ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian
singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
2.3 Penilaian Psikomotorik
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Psikomotorik
Tingkat
Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
12
respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
– mengupas mangga dengan pisau
– memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda
– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa
II Gerakan dasar
angin
Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
(basic fundamental Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
movements)
ditebak
Contoh kegiatan belajar:
· contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar
· contoh gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari,
meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
· Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,
menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
· Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
III. Gerakan
memainkan bola, menggambar.
Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
Persepsi
kemampuan perseptual
( Perceptual
Contoh kegiatan belajar:
obilities)
¨ menangkap bola, mendrible bola
¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali
sambil menjaga keseimbangan
¨ memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨ membaca melihat terbangnya bola pingpong
13
¨ melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola gerak tarian
¨ memukul bola tenis, pingpong
¨ membedakan bunyi beragam alat musik
¨ membedakan suara berbagai binatang
¨ mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨ membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV. Gerakan
Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan
Kemampuan fisik dan belajar
(Psycal abilities)
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu
berlari jauh
mengangkat beban
menarik-mendorong
melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain
bola
V. gerakan terampil Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,
(Skilled
tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
movements)
(kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga
menari, berdansa
membuat kerajinan tangan
menggergaji
mengetik
bermain piano
memanah
14
skating
melakukan gerak akrobatik
melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif
–
gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien
(Non-discursive
dan indah
communicatio)
–
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari baletr
v
melakukan senam tingkat tinggi
v
bermain drama (acting)
v
keterampilan olahraga tingkat tinggi
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi
atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai
tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√)
pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes
paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
a. Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
15
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan
peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
b. Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa Mengerjakan Tugas
(On-Task)
Damar
Tidak Mengerjakan
Tugas (Off-Task)
Catatan Guru
Ayu
Dst…..
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating
Scale
Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
16
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No
Aspek yang dinilai
Skor
4 3 2 1
1.
Berdiri tegak menghadap penonton
2.
Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
3.
Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4.
Tidak mengulang-ulang pernyataan
5.
Berbicara cukup keras untuk didengar penonton
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara
operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan
psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan
memahami,
menghafal,
mengaplikasi,
menganalisis,
mensistesis
dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif
adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing
(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex. Cakupan yang diukur
dalam ranah Kognitif adalah: Ingatan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4),
Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk
mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri
agar lebih muda memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi
yang dikaji dalam mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Akasara.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset
Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
19
Ide Kreatif Dalam Menerapkan Authentic Assessment K13 Dalam
Pembelajaran Di Sekolah
Di Ajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
Evaluasi Hasil Belajar
Dosen : Eni Yuniastuti, S.Pd, M.Si
OLEH :
Nisa Putri Utama Sirait
(3153131023)
KELAS : C REGULER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji atas segala nikmat yang telah diberikan tuhan kepada kita semua termasuk
terselesaikannya Tugas Rekayasa Ide. Sebagai amanat yang diberikan kepada saya didalam
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
Sebuah penghargaan bagi saya atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu kita
dapat mengkaji mengenai Ide Kreatif Dalam Menerapkan Authentic Assessment K13 Dalam
Pembelajaran Di Sekolah, yang pasti akan bermanfaat menambah ilmu dan pengetahuan
kita semua.
Dalam kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada Dosen Pengampu mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar yang telah membimbing saya.
Begitu pun saya menyadari bahwa rekayasa ide ini jauh dari sempurna, untuk sumbang
saran maupun masukan sangat saya harapkan.
Atas segala kekurangan tersebut, saya mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya.
Demikian dari saya, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya rekayasa ide ini dapat
tercapai.
Amin.
Medan, 08 November 2017
Nisa Putri Utama Sirait
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
……………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
i
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………..
1
2
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Afektif
2.2 Penilaian Kognitif
………………………………………………………………..
……………………………………………………………...
2.3 Penilaian Psikomotorik
………………………………........................................
3
7
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
……………………………………………………………………..
3.2 Saran …………………………………………………………………………….
16
16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat
untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap
peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya
(aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan
kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa
mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana pengukuran dan penilaian ranah afektif ?
2. Bagaimana pengukuran dan penilaian ranah kognitif ?
3. Bagaimana pengukuran dan penilaian ranah psikomotorik ?
1
1.3 Tujuan
Tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah afektif
2. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah kognitif
3. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah psikomotorik
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Penilaian Afektif
Ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara
operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan
psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Ranah afektif menjadi
lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving.
3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai
atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving
atau responding.
4) Organization
(=mengatur
atau
mengorganisasikan),
artinya
mempertemukan
perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari
nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai
dengan nilai yang lain.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Afektif
Sikap dan pengertian
Sikap spiritual
Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianut
Deskripsi
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
3
Menjalankan ibadah tepat waktu.
Memberi salam pada saat awal dan akhir
presentasi sesuai agama yang dianut.
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa;
Mensyukuri kemampuan manusia dalam
mengendalikan diri
Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan
sesuatu.
Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah
berikhtiar atau melakukan usaha.
Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah
tempat tinggal, sekolah dan masyarakat
Memelihara hubungan baik dengan sesama umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
bangsa Indonesia.
Menghormati orang lain menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
Sikap sosial
1. Jujur
adalah perilaku dapat
ujian/ulangan
dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan
Tidak menyontek dalam mengerjakan
Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan sumber)
4
Mengungkapkan perasaan apa adanya
Menyerahkan kepada yang berwenang barang
yang ditemukan
Membuat laporan berdasarkan data atau informasi
apa adanya
Mengakui kesalahan atau kekurangan yang
dimiliki
2. Disiplin
adalah tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan
Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan
benar
3. Tanggungjawab
adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang
Melaksanakan tugas individu dengan baik
Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa
seharusnya dia lakukan,
bukti yang akurat
terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan
Mengembalikan barang yang dipinjam
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang
(alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang
dilakukan
Maha Esa
Menepati janji
5
Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan
tindakan kita sendiri
Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa
disuruh/diminta
4. Toleransi
adalah sikap dan tindakan
yang menghargai
keberagaman latar belakang,
Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
pendapatnya
pandangan, dan keyakinan
Dapat menerima kekurangan orang lain
Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun
yang memiliki keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri
pada orang lain
Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap)
keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik
Terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima
sesuatu yang baru
5. Gotong royong
adalah bekerja bersama-
kelas atau sekolah
sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan
bersama dengan saling
berbagi tugas dan tolong
Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan
Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap
6
menolong secara ikhlas
imbalan
Aktif dalam kerja kelompok
Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang
lain
Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi
mencapai tujuan bersama
6. Santun atau sopan
adalah sikap baik dalam
pergaulan baik dalam
berbahasa maupun
bertingkah laku. Norma
Menghormati orang yang lebih tua.
Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
Tidak meludah di sembarang tempat.
Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang
kesantunan bersifat relatif,
artinya yang dianggap
baik/santun pada tempat dan
tidak tepat
waktu tertentu bisa berbeda
pada tempat dan waktu yang
Mengucapkan terima kasih setelah menerima
bantuan orang lain
lain.
Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang
lain atau menggunakan barang milik orang lain
Memperlakukan orang lain sebagaimana diri
sendiri ingin diperlakukan
7
7. Percaya diri
adalah kondisi mental atau
ragu.
psikologis seseorang yang
memberi keyakinan kuat
untuk berbuat atau bertindak
Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-
Mampu membuat keputusan dengan cepat
Tidak mudah putus asa
Tidak canggung dalam bertindak
Berani presentasi di depan kelas
Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan
Dalam penilaian afektif, teknik dan bentuk instrument yang dapat dilakukan dengan cara :
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang
lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain,
orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah.
b. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
2.2 Penilaian Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk
di
dalamnya
menganalisis,
kemampuan
mensistesis
memahami,
dan
menghafal,
kemampuan
mengaplikasi,
mengevaluasi.
Menurut
Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan
8
berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup
kemampuan
mengingat,
sampai
intelektual
pada
yang
kemampuan
lebih
sederhana,
yaitu
memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan
aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa
untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi
problem solving dan lain sebagianya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata
sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan
atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata
sendiri.
3) Tingkat
penerapan
(application),
penerapan
merupakan
kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang
telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan
berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi,
memisahkan
dan
membedakan
komponen-
komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi,
hipotesa
atau
kesimpulan,
dan
memeriksa
setiap
komponen
tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat
ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara
berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut
dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan
seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen
9
dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru
yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi
yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kriteria tertentu.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan
Aspek Kognitif
No
1
Tingkatan Deskripsi
Pengetahua Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
n
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori,
prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
2
Mengemukakan arti
Menentukan lokasi
Mendriskripsikan sesuatu
Menceritakan apa yang terjadi
Menguraikan apa yang terjadi
Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antarfaktor,
antar
hubungan
konsep,
sebab
dan
antar
akibat
data
penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
Mengungkapakan
pendapat dengan kata-kata sendiri
Membedakan atau membandingkan
Mengintepretasi data
Mendriskripsikan dengan kata-kata
sendiri
Menjelaskan gagasan pokok
10
gagasan
dan
Menceritakan kembali dengan katakata sendiri
3
Aplikasi
Arti:
Menggunakan
memecahkan
pengetahuan
masalah
atau
untuk
menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
4
Analisis
Menghitung kebutuhan
Melakukan percobaan
Membuat peta
Membuat model
Merancang strategi
Artinya:
menentukan
bagian-bagian
dari
suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan
dan menunjukkan hubungan antar bagian
tersebut
Contoh kegiatan belajar:
Mengidentifikasi faktor penyebab
Merumuskan masalah
Mengajukan pertanyaan untuk mencari
informasi
5
Sintesis
Membuat grafik
Mengkaji ulang
Artinya: menggabungkan berbagai informasi
menjadi
satu
11
kesimpulan/konsepatau
meramu/merangkai
berbagai
gagasan
menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
6
Evaluasi
Arti:
Membuat desain
Menemukan solusi masalah
Menciptakan produksi baru,dst.
mempertimbangkan dan menilai benar-
salah,
baik-buruk,
bermanfaat-tidak
bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata
dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah
kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan
ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian
singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
2.3 Penilaian Psikomotorik
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Psikomotorik
Tingkat
Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
12
respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
– mengupas mangga dengan pisau
– memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda
– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa
II Gerakan dasar
angin
Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
(basic fundamental Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
movements)
ditebak
Contoh kegiatan belajar:
· contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar
· contoh gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari,
meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
· Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,
menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
· Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
III. Gerakan
memainkan bola, menggambar.
Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
Persepsi
kemampuan perseptual
( Perceptual
Contoh kegiatan belajar:
obilities)
¨ menangkap bola, mendrible bola
¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali
sambil menjaga keseimbangan
¨ memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨ membaca melihat terbangnya bola pingpong
13
¨ melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola gerak tarian
¨ memukul bola tenis, pingpong
¨ membedakan bunyi beragam alat musik
¨ membedakan suara berbagai binatang
¨ mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨ membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV. Gerakan
Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan
Kemampuan fisik dan belajar
(Psycal abilities)
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu
berlari jauh
mengangkat beban
menarik-mendorong
melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain
bola
V. gerakan terampil Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,
(Skilled
tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
movements)
(kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
melakukan gerakan terampil berbagai cabang
olahraga
menari, berdansa
membuat kerajinan tangan
menggergaji
mengetik
bermain piano
memanah
14
skating
melakukan gerak akrobatik
melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif
–
gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien
(Non-discursive
dan indah
communicatio)
–
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari baletr
v
melakukan senam tingkat tinggi
v
bermain drama (acting)
v
keterampilan olahraga tingkat tinggi
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi
atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai
tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√)
pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes
paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
a. Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
15
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan
peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
b. Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa Mengerjakan Tugas
(On-Task)
Damar
Tidak Mengerjakan
Tugas (Off-Task)
Catatan Guru
Ayu
Dst…..
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating
Scale
Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
16
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No
Aspek yang dinilai
Skor
4 3 2 1
1.
Berdiri tegak menghadap penonton
2.
Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
3.
Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4.
Tidak mengulang-ulang pernyataan
5.
Berbicara cukup keras untuk didengar penonton
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara
operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan
psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa
minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan
memahami,
menghafal,
mengaplikasi,
menganalisis,
mensistesis
dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif
adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing
(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex. Cakupan yang diukur
dalam ranah Kognitif adalah: Ingatan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4),
Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk
mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri
agar lebih muda memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi
yang dikaji dalam mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Akasara.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset
Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
19