Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada WP Orang Pribadi Di KPP Pratama Sumedang)
Pengaruh Penerapan Self Assessment System dan
Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Sumedang)
FARIS BALFAS
21108156
(2)
VARIABEL
FENOMENA
Penerapan Self Assessment System (X
1)
1. Menurut salah satu pegawai KPP Pratama Sumedang masih banyak wajib pajak yang kurang dalam pengetahuan
perpajakannya, dimana masih sering terjadi kesalahan dalam penghitungan dan kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar dan mengembalikan surat pemberitahuan (Ahmad Affandi:2012).
2. Sebanyak 67 persen dari empat juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak. Kondisi itu terjadi antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan petugas pajak (Darmin Nasution : 2011).
Administrasi Pajak (X
2)
1. Dari sejumlah kebobrokan birokrasi yakni, masalah administrasi yang masih berbelit-belit. Menurutnya, ini disebabkan oleh masih adanya kerangka peraturan dan
kelembagaan yang merumitkan kalangan pengusaha (Hariyadi B Sukamdani, 2008).
2. menurut salah seorang pegawai KPP Pratama Sumedang mengatakan bahwa kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan sedikit menyulitkan atau membingungkan seperti mereka harus mengantri lama sehingga wajib pajak harus membutuhkan waktu lama dalam melakukan administrasi (Andri:2012).
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
1. Menurut Agus Martowardojo menjelaskan, kesadaran Wajib Pajak rendah karena pelapor Surat Pemberitahuan (SPT) perorangan hanya berjumlah 8,5 juta, padahal jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia berjumlah 110 juta data Badan Pusat Statistik (BPS). Rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif hanya mencapai 7,73 persen (Agus Martowardojo :2011).
2. di Kantor Pajak Pratama Sumedang juga masih banyak Wajib Pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya, baik WP orang pribadi maupun badan masih rendahnya kesadaran mereka dalam menyampaikan SPT Tahunannya, untuk wajib pajak orang pribadi dari 52.005 orang yang terdaftar hanya 26.499 atau sekitar 50,9% orang yang menyerahkan SPT tepat waktu ( Andri:2012).
(3)
X
1= Penerapan Self
Assessment System
X
2= Administrasi
Pajak
Y = Kepatuhan Wajib
Pajak
(John Hutagaol : 2005)
(Sinta Setiana,Tan Kwang En dan Lidya
Agustina : 2010)
(Sri Rahayu dan Ita Salsalina Lingga : 2009)
GAMBAR :
(4)
Objek Penelitian
Self Assessment System,
Administrasi Pajak, Kepatuhan
Wajib Pajak
Metode Penelitian
Metode deskriptif dan metode
verifikatif
Unit Analisis
KPP Pratama Sumedang
Unit Observasi
Wajib pajak orang pribadi
(5)
Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel
Self
Assessment System
No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% Skor aktual
Kategori
1
Mendaftarkan diri ke
Kantor Pelayanan Pajak
749
1000
74,9
Baik
2
Menghitung pajak oleh
wajib pajak
664
1000
66,4
Cukup Baik
3
Membayar
pajak
dilakukan sendiri oleh
wajib pajak
328
500
65,6
Cukup baik
4
Pelaporan
dilakukan
Wajib Pajak
677
1000
67,7
Cukup baik
(6)
Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel
Administrasi Pajak
No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% Skor aktual
Kategori
1
Restrukturisasi
organisasi
720
1000
72,0
Baik
2
Penyempurnaan proses
bisnis
melalui
pemanfaatan teknologi
komunikasi
dan
informasi
334
500
66,8
Cukup baik
3
Penyempurnaan
manajemen
sumber
daya manusia
380
500
76,0
Baik
4
Pelaksanaan
good
governance
370
500
74,0
Baik
(7)
Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel
Kepatuhan Wajib Pajak
No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% Skor ideal
Kategori
1
Kepatuhan wajib pajak
dalam
mendaftarkan
diri
371
500
74,2
Baik
2
Kepatuhan
untuk
menyetorkan kembali
surat pemberitahuan
339
500
67,8
Cukup baik
3
Kepatuhan
dalam
penghitungan
dan
pembayaran
pajak
terutang
714
1000
71,4
Baik
4
Kepatuhan
dalam
pembayaran
tunggakan
381
500
76,2
Baik
(8)
ANALISIS VERIFIKATIF
Berdasarkan nilai koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara self assessment system (X1) dangan kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 0,385 termasuk dalam kategori cukup kuat. Arah hubungan positif antara self assessment system dengan kepatuhan wajib pajak menujukkan bahwa self assessment system yang baik cenderung diikuti dengan kepatuhan wajib pajak yang baik. Kemudian hubungan antara administrasi pajak (X2) dengan kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 0,394 termasuk dalam kategori cukup kuat dengan arah positif.
Korelasi Self Assesment System, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak
Correlations
kepatuhan
selfassessme
nt pemeriksaan
Pearson Correlation
kepatuhan 1,000 .385 394
selfassessment .385 1,000 ,443
administrasi .394 258 1,000
Sig. (1-tailed) kepatuhan . ,000 ,000
selfassessment ,000 . , .005
pemeriksaan ,000 .005 .
N kepatuhan 100 100 100
selfassessment 100 100 100
(9)
Nilai R (0,491) menunjukkan kekuatan hubungan kedua variabel independen (self
assessment system dan administrasi pajak) secara simultan dengan kepatuhan Wajib Pajak.
Jadi diketahui bahwa secara simultan kedua variabel independen (self assessment system
dan administrasi pajak) memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kepatuhan Wajib pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Sementara nilai R-Square sebesar 0,241 atau 24,1% menunjukkan bahwa pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, variabel
self assessment system
dan
administrasi pajak secara simultan mampu menerangkan perubahan yang terjadi pada
kepatuhan Wajib Pajak 24,1%. Dengan kata lain penerapan
self assessment system
dan
administrasi pajak secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar
24,1% terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Sementara sisanya sebesar 75,9% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati
diluar variabel
self assessment system
dan administrasi pajak.
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .491a .241 .225 .51208
a. Predictors: (Constant), pemeriksaan, selfassessment b. Dependent Variable: kepatuhan
(10)
RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN SARAN Bagaimana Penerapan Self Assessment System
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Sumedang
Penerapan Self Assessment System
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penerapan Self Assessment System di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang secara umum sudah baik. Namun masih banyak wajib pajak yang masih mengalami kesulitan dalam menghitung sendiri pajak terutangnya dan masih kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar dan mengembalikan SPT.
Dengan masih banyaknya Wajib Pajak yang belum mengerti dalam perhitungan jumlah pajak terutang, masih kurangnya kesadaran dalam membayar dan melaporkan SPT, maka untuk mencapai semua itu petugas harus memberikan pelayanan / sosialisasi yang lebih baik lagi kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak lebih mengerti tentang tata cara perpajakan yang baik dan benar.
Bagaimana Administrasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Sumedang
Administrasi pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang secara umum sudah baik. Hanya saja masih menemukan kendala
pelayanan yang dirasa oleh wajib pajak masih berbelit-belit sehingga menyulitkan wajib pajak dalam melaksanakan administrasi pajak.
Petugas pelayanan pajak sudah baik dalam melaksanakan administrasi perpajakan, akan tetapi mungkin dalam pelaksanaannya banyak wajib pajak yang merasa pelayanan yang diberikan cukup berbelit-belit atau
membingungkan wajib pajak, maka untuk mengurangi keluhan wajib pajak dalam hal pelayanan administrasi lebih disederhanakan lagi agar wajib pajak lebih mudah dalam melakukan administrasi perpajakan.
Seberapa besar Pengaruh Penerapan Self Assessment System dan AdministrasiPajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Sumedang
Penerapan Self Assessment System dan administrasi pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang. Secara bersama-sama variabel Penerapan Self Assessment System dan administrasi pajak memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 24,1% terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Untuk pembayaran pajak, mayoritas para wajib pajak sudah membayar pajaknya tepat waktu, akan tetapi dalam hal penyampaian SPT sebagian para wajib pajak menyampaikan SPTnya tidak sesuai waktu yang ditentukan kantor pajak. Hal ini membuat target tingkat kepatuhan belum maksimal. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak sedikit wajib pajak yang kesulitan dalam mengisi SPT, maka perlu adanya penyuluhan dan konsultasi
(11)
(12)
SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF
Bahwa yang bertandatangan di bawah ini, penulis dan pihak perusahaan atau instansi tempat penelitian, bersedia :
“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
untuk kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, Agustus 2012
Penulis,
Faris Balfas
21108156
Catatan :
Kecuali Bab III, IV dan Lampiran untuk tidak di-online-kan, karena menyangkut rahasia data perusahaan.
(13)
PENGARUH PENERAPAN
SELF ASSESSMENT SYSTEM
DAN
ADMINISTRASI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK
(Survey Pada WP Orang Pribadi di KPP Pratama Sumedang)
THE INFLUENCE OF SELF ASSESSMENT SYSTEM AND TAX ADMINISTRASTION TO THE COMPLIANCE
(Survey to Personal Taxpayers on KPP Pratama Sumedang)
FARIS BALFAS 21108156
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(14)
(15)
ABSTRAK
Self assessment system dan administrasi pajak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, Maka diharapkan wajib pajak dapat melaksanakan self assessment system dengan baik dan juga administrasi perpajakan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan baik pula agar tingkat kepatuhan wajib pajak semakin meningkat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sumedang yang berjumlah 100 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi SPSS 17 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penerapan self assessment system dan administrasi pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Selain itu, penerapan self assessment system dan administrasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 24,1%. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan self assessment system dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
Kata kunci : Penerapan Self Assessment System, Administrasi Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak
(16)
ABSTRACT
Self-assessment tax system and administration is one of the factors that can affect taxpayer compliance, then the taxpayer is expected to carry out self-assessment system to better tax administration and also carried out by the tax office well too so that the level of taxpayer compliance is increasing. The purpose of this study to determine the effect of the implementation of self assessment tax system and administration of individual taxpayer compliance in the Tax Office Primary Sumedang.
The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The unit of analysis in this study is the individual taxpayer in the KPP Primary Sumedang totaling 100 samples. Statistical test used is the calculation of Pearson correlation, Spearman, coefficient of determination, hypothesis testing and also using the SPSS 17 for windows applications.
The results of this study indicate that there is a strong relationship between the implementation of self assessment tax system and administration with taxpayer compliance. In addition, the application of the self assessment tax system and administration affect taxpayer compliance by 24.1%. This study provides empirical evidence that the application of the self assessment system and the significant effect of the tax compliance Tax On Tax Office Primary Sumedang.
Keywords: The influence of self assessment system, Administration of Taxation, Taxpayer Compliance
(17)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Di Wilayah Kota Bandung”.
Adapun tujuan dari Usulan Penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak lain karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun penulis berusaha untuk menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun penulis harapkan agar laporan ini lebih baik lagi.
Selain itu penulis menyadari bahwa Usulan Penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak.Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Ir. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.
(18)
ii
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas Ak 4.
5. Inta Budi Setya Nusa, SE., M.Ak selaku dosen pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga Usulan Penelitian ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia Bandung.
7. Seluruh Staf dan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah membantu memberikan informasi dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
8. Untuk Orang Tua yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, dan dukungan dalam menempuh pendidikan untuk bekal di masa depan. Semoga kalian diberi kesehatan dan rejeki yang berlimpah serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
9. Om dan Tante serta Kakak-kakak dan Adikku tersayang terima kasih atas dukungan.
10.Sahabat-sahabat Dewi, Frega, Miang, Mba rani, Iren, Anggun, Asep, Hendri, Catur, Basit, Heri, Dony terima kasih atas persahabatan, dukungan dan bantuannya sehingga terselesaikannya Skripsi ini, serta teman-teman
(19)
iii
akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas AK-4, terima kasih atas kebersamaannya.
11.Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan yang tulus.
Akhir kata semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalanya yang setimpal dari ALLAH SWT dan penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Juli 2012 Penulis,
Faris Balfas 21108156
(20)
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN MOTTO
ABSTRAK ABSTRACK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9
1.2.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 11
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 11
1.4 Kegunaan Akademis ... 12
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 12
1.5.2 Waktu Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 14
(21)
v
2.1.1 Self Assessment System ... 14
2.1.1.1 Pengertian Self Assessment System ... 14
2.1.1.2 Pelaksanaan Self Assessment System ... 15
2.1.1.3 Faktor-faktor Self Assessment System ... 17
2.1.2 Administrasi Pajak ... 19
2.1.2.1 Pengertian Administrasi Pajak... 19
2.1.2.2 Peran Administrasi Perpajakan ... 21
2.1.2.5 Faktor-faktor Administrasi Pajak ... 24
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak ... 26
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 26
2.1.3.5 Faktor-faktor Kepatuhan Wajib Pajak ... 28
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 29
2.2 Kerangka Pemikiran ... 31
2.2.1 Keterkaitan Self Assessment System dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 34
2.2.2 Keterkaitan Antara Administrasi Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 35
2.2.3 Keterkaitan Antara Self Assessment System dan Admiistrasi Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 36
2.3 Hipotesis ... 38
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 39
3.2 Metode Penelitian... 39
3.2.1 Desain Penelitian ... 41
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 45
3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data ... 49
3.2 3.1 Sumber Penentuan Data ... 49
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 49
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.2.4.1 Uji Validitas ... 53
3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 56
(22)
vi
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 59 3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 59 3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 77 4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 77 4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ... 79 4.1.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang... 80 4.1.4 Aspek-aspek dan Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang .. 84 4.2 Karakteristik Responden ... 85 4.3 Analisis Deskriptif ... 87 4.3.1 Deskriptif Self Assessment System ... 87 4.3.2 Deskriptif Administrasi Pajak ... 95 4.3.3 Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... 102 4.4 Analisis Verifikatif ... 108
4.4.1 Pengaruh Penerapan Self Assessment System (X1) dengan Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Secara Parsial ... 122 4.4.2 Pengaruh Administrasi Pajak (X2) dengan Kepatuhan Wajib
Pajak (Y) Secara Parsial ... 124 4.4.3 Pengaruh Penerapan Self Assessment System (X1) dan Pemeriksaan
Pajak (X2) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Secara Simultan ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 129 5.2 Saran ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAIN
(23)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu Penelitian ... 13 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 29 Tabel 3.1 Desain Penelitian... 44 Tabel 3.2 Operasional Variabel... 47 Tabel 3.3 Skala Likert ... 49 Tabel 3.4 Standar Penilaian Untuk Validitas ... 54 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Self Assessment System ... 55 Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Administrasi Pajak ... 55 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Wajib Pajak ... 55 Tabel 3.8 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Penelitian ... 57 Tabel 3.9 Kriteria Persentase Tanggapan Responden ... 62 Tabel 3.10 Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi ... 71 Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 85 Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 86 Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 87 Tabel 4.4 Kriteria Persentase Tanggapan Responden ... 88 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Mendaftarkan Diri ke
Kantor Pelayanan Pajak ... 89 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Mendaftarkan Diri ke
Kantor Pelayanan Pajak ... 90 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Membayar Pajak
dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak ... 92 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Pelaporan dilakukan
Wajib Pajak ... 93 Tabel4.9 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel Self Assessment
System ... 94 Tabel4.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Restrukturisasi
(24)
viii
Tabel4.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Penyempurnaan Proses Bisnis Melalui Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Dan Informasi ... 97 Tabel4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Penyempurnaan
Manajemen Sumber Daya Manusia ... 98 Tabel4.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Pelaksanaan Good
Governance ... 100 Tabel 4.14 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel Adm Pajak ... 101 Tabel4.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Mendaftarkan Diri ... 102 Tabel4.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Untuk
Menyetorkan Kembali Surat Pemberitahuan ... 103 Tabel4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Dalam
Penghitungan dan Pembayaran Pajak Terutang ... 105 Tabel4.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Dalam
Pembayaran Tunggakan ... 106 Tabel4.19 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Pada Variabel Kepatuhan Wajib
Pajak ... 107 Tabel 4.20 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 109 Tabel 4.21 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 111 Tabel 4.22 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 112 Tabel 4.23 Hasil Peritungan Koefisien Regresi ... 114 Tabel 4.24 Korelasi Self Assessment System, Administrasi Pajak Dan Kepatuhan
Wajib Pajak ... 116 Tabel 4.25 Koefesien Korelasi Parsial Self Assessment System Dengan Kepatuhan
Wajib Pajak ... 118 Tabel 4.26 Koefesien Korelasi Parsial Administrasi Pajak Dengan Kepatuhan Wajib
Pajak ... 119 Tabel 4.27 Koefisien Determinasi... 120 Tabel 4.28 Nilai thitung Masing-Masing Variabel Independen ... 122 Tabel 4.29 Anova Untuk Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 126
(25)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 37 Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ... 38 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 45 Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 76 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang ... 80 Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 110 Gambar 4.3 Grafik Uji Heterokedastisitas ... 113 Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Pengaruh Penerapan Self
Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 123 Gambar 4.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada Uji Pengaruh Administrasi
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 125 Gambar 4.6 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji Simultan ... 127
(26)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Mengadakan Penelitian Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 Berita Acara Penelitian
Lampiran 4 Catatan Khusus Kegiatan Bimbingan Dan Konsultasi Lampiran 5 Lembar Revisi Sidang Usulan Penelitian
Lampiran 6 Data Ordinal
Lampiran 7 Lampiran Output Korelasi Parsial Lampiran 8 Lampiran Output Regresi
Lampiran 9 Mapping Fenomena, Indikator, Kuesioner Dan Hasil Lampiran 10 Kuesioner
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 12 Lembar Revisi Sidang Lampiran 13 Lembar Revisi Sidang
(27)
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi Negara maju maupun di Negara berkembang, selain itu kepatuhan juga merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, karena jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak, yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak Negara akan berkurang ( Siti Kurnia Rahayu : 2010).
Pada kenyataannya kesadaran akan pentingnya membayar pajak negara sangat kurang sehingga masyarakat cenderung membayar pajak kurang dari yang seharusnya dan mereka selalu berusaha untuk menghindari pajak, sehingga aparat pemerintah perlu berusaha untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat sehingga penerimaan pajak akan sesuai dengan yang seharusnya (Ikhsan Budi R : 2007). Kesadaran wajib pajak untuk menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya akan mempengaruhi jumlah penerimaan pajak, semakin besarnya peranan pajak dalam pembangunan menjadi perhatian semua pihak, karena tingginya pajak menunjukkan kemampuan kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan dari seluruh komponen bangsa, sehingga kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak (Ikhsan Budi R : 2007).
(28)
BAB I PENDAHULUAN 2
Masalah pada kepatuhan wajib pajak adalah dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT), setiap Wajib Pajak orang pribadi harus menyampaikan SPT Tahunan paling lambat tanggal 30 Maret dan bagi Wajib Pajak Badan 30 April, namun bagi Wajib Pajak yang baru saja terdaftar sebagai Wajib Pajak orang pribadi sulit mendapat sosialisasi tentang ketentuan ini (Heru Narwanta : 2010).
Beberapa masalah maupun kendala dalam kepatuhan tersebut masih menjadi perhatian Direktorat Jenderal Pajak, sampai sekarang masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam membayar pajak, pasalnya baru sekitar 7,73 persen masyarakat yang memiliki kesadaran membayar pajak (Agus DW Martowardojo,2011).
Masih banyak Wajib Pajak (WP) yang belum memenuhi kewajibannya sampai sekarang, baik pajak orang pribadi maupun pajak badan usaha. Wajib Pajak orang pribadi masih sangat rendah dalam menyerahkan SPT, yaitu hanya 8,5 juta dari total jumlah 110 juta pekerja, selain itu dari WP badan usaha atau dunia usaha juga masih sangat rendah kesadaran membayar pajaknya, WP badan hanya 446 ribu yang memenuhi kewajiban dari WP badan usaha yang berdomisili yang jumlahnya 12 juta lebih. Dari jumlah pembayar pajak tersebut, rasio SPT terhadap pekerja aktif di Indonesia hanya 7,73 persen, masih belum memadai bila dibandingkan dengan Jepang yaitu 50 persen dari jumlah penduduknya, oleh karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, penerimaan pajak terhadap total GDP di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan Negara tetangga (Agus DW Martowardojo,2011).
(29)
BAB I PENDAHULUAN 3
Selain itu, di Kantor Pajak Pratama Sumedang juga masih banyak Wajib Pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya, baik WP orang pribadi maupun badan masih rendahnya kesadaran mereka dalam menyampaikan SPT Tahunannya, untuk wajib pajak orang pribadi dari 52.005 orang yang terdaftar hanya 26.499 atau sekitar 50,9% orang yang menyerahkan SPT tepat waktu ( Andri:2012).
Untuk itu guna meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak penghasilan (PPh), Ditjen Pajak tetap melakukan program seperti sosialisasi dan edukasi SPT, mengisi bersama SPT di perusahaan-perusahaan atau tempat ramai, jemput bola untuk SPT dengan membuat drop box di tempat-tempat yang ramai atau banyak wajib pajak, sehingga dapat dengan mudah untuk menyampaikan SPT demi meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Liberti Pandiangan : 2011).
Kepatuhan wajib pajak merupakan cermin dari pelaksanaan self assessment system yang berlaku di Indonesia. Tata cara pemungutan dengan self assessment system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, di mana ciri-ciri self assessment system adalah adanya kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak. Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan kemudian melunasinya serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat ia terdaftar, sehingga perubahan sistem pemungutan pajak tersebut diatas, meletakan peran serta
(30)
BAB I PENDAHULUAN 4
masyarakat wajib pajak menjadi sangat penting dan penentu didalam menopang pembiayaan pembangunan dan jalannya melalui pembayaran pajak (Siti Kurnia Rahayu : 2010).
Pelaksanaan sistem pemungutan pajak dalam hal ini self assessment system, Wajib Pajak tidak serta merta mengisi formulir pajak dan diperiksa oleh Fiskus. Persoalan yang meski kita kedepankan adalah betapa pentingnya pengetahuan yang cukup tentang perpajakan dan berbagai peraturannya yang dituangkan secara gamblang, baku, lugas, tegas, jelas, tidak bermakna ganda, dan tidak terlalu sering berubah (Tarjo dan Sawarjuwono, 2005).
Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah (Fiskus) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. Atas dasar fungsi penghitungan tersebut Wajib Pajak berkewajiban untuk membayar pajak sebesar pajak yang terutang ke Bank Persepsi atau kantor pos. Selanjutnya Wajib Pajak melaporkan pembayaran dan berapa besar pajak yang telah dibayar kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (Sadhani, 2004).
Kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran Wajib Pajak yang masih rendah atau
(31)
BAB I PENDAHULUAN 5
kombinasi keduanya, sehingga membuat Wajib Pajak enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Selain itu, rendahnya kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya (Sadhani, 2004).
Sesuai ketentuan perpajakan, kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh wajib pajak didalam Surat Pemberitahuan (SPT) dianggap benar, kecuali apabila terdapat data atau informasi mengenai kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh wajib pajak didalam SPT isinya. Namun ternyata sebanyak 67 persen dari empat juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak. Kondisi itu terjadi antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan petugas pajak (Darmin Nasution : 2011).
Selain itu, kendala yang terjadi dalam pelaksanaan self assessment system
yang dilakukan oleh wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, menurut salah satu pegawai masih banyak wajib pajak yang kurang dalam pengetahuan perpajakannya, dimana masih sering terjadi kesalahan dalam penghitungan dan kurangnya kesadaran wajib pajak dalam mengembalikan surat pemberitahuan (Ahmad Affandi:2012).
Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada
(32)
BAB I PENDAHULUAN 6
hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement (Sofyan, 2005).
Sistem administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamik sebagai upaya peningkatan penerapan kebijakan perpajakan yang efektif. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut agar sistem pajak baru meminimalisir biaya administrasi (administrative cost) dan biaya kepatuhan (compliance cost) serta menjadikan administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak (Gunadi:2005).
Bukan rahasia lagi, bahwa birokrasi kita sekarang ini tidak berjalan baik. Mata rantai komando sering tidak berjalan dengan baik, kebijakan tidak dirumuskan dengan baik, terutama oleh para pejabat di eselon III dan IV, dan banyak sekali kesepakatan kebijakan antara pejabat eselon I dan II dengan Kadin serta para pemangku kepentingan lainnya, yang gagal dilaksanakan oleh pejabat di bawahnya. Lebih parah lagi, banyak dari tindak lanjut tersebut yang mengalami penyimpangan. Dari sejumlah kebobrokan birokrasi tersebut yakni, masalah administrasi yang masih berbelit-belit. Menurutnya, ini disebabkan oleh masih adanya kerangka peraturan dan kelembagaan yang merumitkan kalangan pengusaha. Mereka harus mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak sedikit dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha di negeri lain. Ini merupakan perlakuan yang tidak adil bagi pengusaha nasional (Hariyadi B Sukamdani, 2008). Sedangkan menurut salah seorang pegawai KPP Pratama Sumedang mengatakan bahwa kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan sedikit menyulitkan atau membingungkan seperti
(33)
BAB I PENDAHULUAN 7
mereka harus mengantri lama sehingga wajib pajak harus membutuhkan waktu lama dalam melakukan administrasi (Andri:2012).
Oleh karena itu, kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam administrasi perpajakan yang pada akhirnya bisa menciptakan sistem perpajakan nasional yang baik. Kepatuhan tersebut merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem administrasi perpajakan modern (Kristianto:2011).
Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya admninistrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi perpajakan (Chaizi Nasucha:2001).
Reformasi perpajakan memiliki tujuan utama adalah penegakan dalam hal kemandirian ekonomi dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan lebih ditujukan kepada kemampuan sendiri. Secara berkesinambungan dan bertahap, penerimaan pajak diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri. Reformasi perpajakan akan menjadikan sistem yang berlaku menjadi lebih sederhana, yang mencakup penyederhanaan jenis pajak, tarif pajak dan pembayaran pajak serta pembenahan aparatur perpajakan yang menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin dan mental. Adanya reformasi perpajakan secara menyeluruh, diharapkan jumlah wajib pajak akan semakin luas
(34)
BAB I PENDAHULUAN 8
serta beban pajak akan makin adil dan wajar, sehingga mendorong Wajib Pajak untuk membayar kewajibannya dan menghindarkan diri dari aparat pajak yang mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi (Sinta Setiana:2010).
Seluruh administrasi pajak yang ada pada dasarnya untuk menjamin agar sesuai dengan hukum pajak. Ukuran administrasi pajak ini bisa dilihat melalui pelaksanaan administrasi perpajakan dan bekerja sesuai dengan kebijakan perpajakan dinegara berkembang. Proses administrasi pajak adalah fungsi dimana input person, material, informasi, hukum, prosedur digunakan untuk menghasilkan output pendapatan pemerintah, pembayaran pajak kekayaan, kesejahteraan sosial. Jadi jelas dengan adanya administrasi perpajakan, kepatuhan wajib pajak dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan kemudian menghasilkan peningkatan penerimaan pajak (Kristianto:2011).
Tentunya dengan penekanan penerimaan pajak sebagai kontribusi terbesar penerimaan Negara diharapkan semua wajib pajak di Indonesia berpredikat patuh, yang akan berimplikasi pada optimalisasi penerimaan pajak, pengurangan biaya wajib pajak (Compliance cost) dan biaya bagi pemerintah (Administrative cost)
dalam kewajiban administrasi perpajakan (Siti Kurnia Rahayu:2010).
Adanya sanksi administrasi maupun sanksi hukum pidana bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dilakukan supaya masyarakat selaku Wajib Pajak mau memenuhi kewajibannya. Hal ini terkait dengan ikhwal kepatuhan perpajakan atau tax compliance. Kepatuhan adalah ketaatan atau berdisiplin, dalam hal ini kepatuhan pajak diartikan secara bebas adalah ketaatan dalam menjalankan semua peraturan perpajakan. Kepatuhan pajak
(35)
BAB I PENDAHULUAN 9
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan juga perilaku yang taat hukum. Secara konsep, kepatuhan diartikan dengan adanya usaha dalam mematuhi peraturan hukum oleh seseorang atau organisasi (Nurmantu, 2003:148).
Dalam sistem self assessment, administrasi perpajakan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengawasan dan penerapan sanksi terhadap penundaan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perpajakan, selain itu fungsi pengawasan memegang peranan sangat penting dalam sistem self assessment, karena tanpa pengawasan dalam kondisi tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih rendah, mengakibatkan sistem tersebut tidak akan berjalan dengan baik, sehingga Wajib Pajak pun akan melaksanakan kewajiban pajaknya dengan tidak benar dan pada akhirnya penerimaan dari sektor pajak tidak akan tercapai (Gunadi:2005).
Dari latar belakang diatas saya sebagai penulis dapat menyimpulkan bahwa judul yang akan saya angkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh
Penerapan Self Assessment System dan Administrasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”.
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditemui, yaitu:
(36)
BAB I PENDAHULUAN 10
1. Rendahnya kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak dilihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mengembalikan SPT.
2. Kurangnya pengetahuan perpajakan wajib pajak, dimana masih banyak wajib pajak yang melakukan kesalahan dalam penghitungan dan masih kurangnya kesadaran dalam membayar pajak.
3. Birokrasi adminstrasi yang masih berbelit-belit sehingga menyulitkan wajib pajak.
4. Tingkat kepatuhan wajib pajak dilihat dari pengembalian SPT masih rendah.
1.2.2 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka telah timbul beberapa pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimana Pengaruh penerapan Self Assessment System terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang?
2. Bagaimana Pengaruh Administrasi Perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang?
3. Seberapa besar Pengaruh penerapan Self Assessment System dan Administrasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Sumedang?
(37)
BAB I PENDAHULUAN 11
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dari objek penelitian pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat dirumuskan untuk:
1. Mengetahui pengaruh penerapan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang.
2. Mengetahui pengaruh administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang.
3. Mengetahui bagaimana pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Sumedang.
1.4Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengaruh self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
(38)
BAB I PENDAHULUAN 12
1.4.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai account pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Bagi KPP dan Wajib Pajak
Dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat mengenai pengaruh penerapan self assessment system dan administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi dalam penelitian di bidang yang sama.
1.5Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang bertempat di Jalan Ibrahim Adjie No. 372 Bandung.
(39)
BAB I PENDAHULUAN 13
1.5.2 Waktu Penelitian
Table 1.1 Waktu Penelitian
Tahap Prosedur
Bulan Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 I Tahap Persiapan:
1. Pengumpulan Proposal
2. Membuat outline dan
proposal skripsi
3. Mengambil formulir
penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat
penelitian
II
Tahap Pelaksanaan:
1. Mengajukan outline dan
proposal skripsi
2. Meminta surat pengantar ke
perusahaan
3. Penelitian di perusahaan
4. Sidang UP
5. Penyusunan dan pengolahan
data skripsi
III
Tahap Pelaporan:
1. Menyiapkan draft skripsi
2. Sidang akhir skripsi
3. Penyempurnaan laporan
skripsi
(40)
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Self Assessment System
2.1.1.1Pengertian Self Assessment System
Menurut Waluyo dan Wirawan B Ilyas (2003:18) mengatakan bahwa:
“Self assessment system adalah pemunguntan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar.”
Sedangkan menurut Zain (2003:12) mengatakan:
“Self assessment system merupakan tipe administrasi perpajakan yang mengungkapkan bahwa tipe administrasi perpajakan banyak ditentukan oleh bentuk kerjasama atau tingkat partisipasi Wajib Pajak atau pemotong/pemungut pajak dan respon Wajib Pajak terhadap pengenaan pajak tersebut.”
Menurut Rimsky K. Judisseno dan dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:102) mengatakan bahwa:
“Self Assessment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan pemenuhan pajak.”
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:7) bahwa self assessment system
yaitu:
“Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa self assessment system adalah wajib pajak yang turut berpartisipasi diberikan wewenang,
(41)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 15
kepercayaan dan tanggung jawab dalam menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar.
2.1.1.2Pelaksanaan Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:103) dalam melaksanakan Self Assessment System, wajib pajak memiliki kewajiban yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan pengamatan Potensi perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media elektronik on-line) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Fungsi NPWP adalah:
Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
Sebagai identitas wajib pajak
Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan
2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalihkan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).
Selisih antara pajak yang terutang dengan kredit pajak dapat berupa:
Kurang bayar, jumlah pajak terutang lebih besar dari kredit pajak,
Lebih bayar, karena jumlah pajak terutang lebih besar dari kredit pajaknya,
Nihil, karena jumlah pajak terutang sama dengan kredit pajak.
3. Membayar Pajak dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
A. Membayar Pajak
a. Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
b. Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, 23, dan 26). Pihak lain di sini berupa:
Pemberi penghasilan
Pemberi kerja
(42)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 16
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah.
d. Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, Bea Materai. B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).
C. Pemotongan dan pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh pasal 21, 22, 23, 26, PPh final pasal 4(2), PPh pasal 15dan PPN dan PPnBM. Merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPn dikreditkan pada masa berlakunya pemungutan dengan mekanisme Pajak Keluar dan Pajak Masukan.
4. Pelaporan dilakukan Wajib Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.
Pelaporan pajak disampaikan ke KPP atau KP4 di mana wajib pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut:
a. SPT masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. SPT Masa PPh pasal 21, 22, 23, 25, 26, PPN dan PPnBM.
b. SPT Tahunan yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan. SPT Tahunan Badan, Orang Pribadi, Pasal 21.
Dalam rangka melaksanakan sistem self assessment ini diperlukan prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan sistem pemungutan ini (Suandy,2001:95), yaitu:
a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax consciousness)
Kesadaran wajib pajak artinya wajib pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
b. Kejujuran Wajib Pajak
Kejujuran wajib pajak artinya wajib pajak melakukan kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan di dalam sistem ini karena fiskus memberikan kepercayaan kepada wajib
(43)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 17
pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
c. Kemauan membayar pajak dari wajib pajak (Tax mindedness)
Tax Mindedness artinya wajib pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya.
d. Kedisiplinan wajib pajak (Tax discipline)
Kedisiplinan wajib pajak artinya wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Selain itu juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua (Waluyo, 2006:56), yaitu:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahamu masyarakat. c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. 2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak).
2.1.1.3Faktor-faktor Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:103) dalam melaksanakan Self Assessment System, wajib pajak memiliki kewajiban yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan pengamatan Potensi perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media elektronik on-line) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
(44)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 18
2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalihkan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).
3. Membayar Pajak dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
A. Membayar Pajak
a. Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
b. Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, 23, dan 26). Pihak lain di sini berupa:
Pemberi penghasilan
Pemberi kerja
Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah.
d. Pembayaran pajak-pajak lainnya; PBB, BPHTB, Bea Materai. B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).
C. Pemotongan dan pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh pasal 21, 22, 23, 26, PPh final pasal 4(2), PPh pasal 15dan PPN dan PPnBM. Merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPn dikreditkan pada masa berlakunya pemungutan dengan mekanisme Pajak Keluar dan Pajak Masukan.
4. Pelaporan dilakukan Wajib Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.
(45)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 19
2.1.2 Administrasi Pajak
2.1.2.1Pengertian Administrasi Pajak
Administrasi menurut pendapat A. Dunsire yang telah dikutip oleh Donovan dan Jackson (1991) dikemukakan kembali oleh Yeremias T. Keban dan dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:92) yaitu bahwa:
"Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis."
Menurut Moh. Zain (2005) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:22) mengatakan bahwa:
“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.”
Menurut Rochmat Soemitro (1991) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:1) merumuskan:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”
Sedangkan menurut P.J.A Adriani yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:22) mengatakan bahwa:
"Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan."
(46)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 20
Sementara itu jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 angka 1 disebutkan arti Pajak adalah:
"Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."
Menurut Chaizi Nasucha (2004:37) yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:97), reformasi administrasi perpajakan adalah:
“Penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya.”
Menurut Sophar Lumbantoruan mengatakan bahwa:
“Administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan perpajakan.”
Administrasi pajak dalam arti sempit merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun ditempat wajib pajak, sedangkan administrasi pajak dalam arti luas meliputi fungsi, sistem dan organisasi atau kelembagaan.
Sedangkan menurut Djoned Gunadi M (2005:16) mengatakan bahwa:
“Administrasi Pajak adalah administrasi hukum atau legal administration, artinya administrasi yang harus dijalankan adalah bagaimana ketentuan hukum menghendaki khususnya ketentuan hukum formal perpajakan, disini administrasi pajak adalah merupakan instrumen dari ketentuan formal perpajakan yang ada. Hal yang demikian ini administrasi pajak memiliki posisi yang sangat penting, tidak hanya pada pelayanan, pengawasan, dan pembinaan namun juga
(47)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 21
menyangkut hak-hak wajib pajak yang yakin benar bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya dilindungi dengan administrasi yang baik.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa administrasi pajak adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan perpajakan, pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun ditempat wajib pajak.
2.1.2.2Peran Administrasi Perpajakan
Mengenai peran administrasi perpajakan, Liberty Pandiangan yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:93) mengemukakan bahwa:
“Administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan,
dan penerimaan Negara sebagaimana amanat APBN.”
Menurut De Jantscher (1997) yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:93) menekankan:
“Peran penting administrasi perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan
pengalaman di berbagai Negara berkembang, kebijakan perpajakan (tax policy) yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak
mampu melaksanakannya.”
Menurut Carlos A. Silvani (1992) dan dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:93-94) mengatakan bahwa:
Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah:
1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers)
Artinya sejauh mana administrasi pajak mampu mendeteksi dan mengambil tindakan terhadap anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai wajib pajak walau seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan untuk menjadi wajib pajak. Penambahan jumlah wajib pajak secara signifikan
(48)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 22
akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Penerapan sanksi tegas perlu diberikan terhadap mereka yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak padahal sebenarnya potensial untuk itu.
2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Menyikapi wajib pajak yang sudah terdaftar tetapi tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), atau disebut juga stop filing taxpayers, misalnya dengan melakukan pemeriksaan pajak untuk mengetahui sebab-sebab tidak disampaikannya Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut. Kendala yang mungkin dihadapi adalah terbatasnya jumlah tenaga pemeriksa.
3. Penyelundup Pajak (tax evaders)
Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu wajib pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan. Keberhasilan sistem self assessment yang memberi kepercayaan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sangat tergantung dari kejujuran wajib pajak. Tidak mudah untuk mengetahui apakah wajib pajak melakukan penyelundupan atau tidak. Dukungan adanya bank data tentang wajib pajak dan seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.
4. Penunggak Pajak (delinquent tax payers)
Dari tahun ke tahun tunggakan pajak jumlahnya semakin besar. Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif.
(49)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 23
Apabila kebijakan perpajakan yang ada mampu mengatasi masalah-masalah diatas secara efektif, maka administrasi perpajakannya sudah dapat dikatakan baik, sehingga tax ratio akan meningkat. Dasar bagi terwujudnya suatu administrasi pajak yang baik adalah diterapkannya prinsip-prinsip manajemen modern yaitu perencanaan (Planning) yang baik, pengorganisasian (Organizing)
yang tepat, pelaksanaan (Actuating) dan pengawasan (Controlling) yang berkesinambungan. Terdapatnya kebijakan perpajakan yang jelas dan sederhana sehingga memudahkan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya, tersedianya Pegawai Pajak yang berkualitas, terampil, berdedikasi tinggi, memiliki kemampuan yang telah teruji dan jujur serta pelaksanaan penegakan hukum yang tegas dan konsisten. (Siti Kurnia Rahayu 2010:94)
Pada dasarnya sasaran administrasi perpajakan adalah upaya peningkatan kepatuhan taxpayers dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam satu persepsi antara wajib pajak dan fiskus sama dalam menilai suatu ketentuan untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya optimal. (Siti Kurnia Rahayu 2010:95)
Setelah memperoleh kepercayaan masyarakat serta pengertian dan dukungan rakyat banyak, administrasi pajak baru dapat dianggap sehat (sound). Menurut Toshiyuki (2001) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:95) menyatakan bahwa:
“Untuk mencapai hal tersebut, disyaratkan beberapa kondisi administrasi perpajakan seperti berikut:
1. Administrasi pajak harus dapat mengamankan penerimaan negara. 2. Harus berdasarkan peraturan perundang- undangan dan transparan.
(50)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 24
3. Dapat merealisasikan perpajakan yang sah dan adil sesuai ketentuan dan menghilangkan kesewenang-wenangan, arogansi, dan perilaku yang dipengaruhi kepentingan pribadi.
4. Dapat mencegah dan memberikan sanksi serta hukuman yang adil atas ketidakjujuran dan pelanggaran serta penyimpangan.
5. Mampu menyelenggarakan sistem perpajakan yang efisien dan efektif. 6. Meningkatkan kepatuhan pembayar pajak.
7. Memberikan dukungan pertumbuhan dan pembangunan usaha yang sehat masyarakat pembayar pajak.
8. Dapat memberikan kontribusi atas pertumbuhan demokrasi masyarakat.”
2.1.2.3Faktor-faktor Administrasi Perpajakan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:110), modernisasi administrasi perpajakan pada dasarnya meliputi:
1. Restrukturisasi Organisasi
Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis. Lebih jauh lagi, struktur organisasi harus juga diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi.
Implementasi konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, adalah struktur organisasi DJP perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan.
2. Penyempurnaan Proses Bisnis melalui Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi
(51)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 25
Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan business process, yang mencakup metode, system, dan prosedur kerja. Untuk itu, perbaikan
business process merupakan pilar penting program modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal.
3. Penyempurnaan Manajemen Sumber Daya Manusia
Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program reformasi ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini perlu dan mendesak untuk dilakukan, karena disadari bahwa elemen yang terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusianya.
Secanggih apapun struktur, system, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang capable dan berintegras. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas.
4. Pelaksnaan Good Governance
Suatu organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala terdapat rambu-rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi rambu-rambu tersebut.
(52)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 26
Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Dalam praktek berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (1995:1013) yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) :
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan.”
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan perpajakan adalah:
“Tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.”
Menurut Safri Nurmantu dan dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:110)mengatakan bahwa:
“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
(53)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 27
Menurut Norman D. Nowak yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) :
“Sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunnya.”
Menurut Safri Nurmantu yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) :
“Ada 2 macam kepatuhan:
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.”
Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:139) :
“Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari: a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang d. Kepatuhan dalam membayar tunggakan.”
Keputusan menteri keuangan No.544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir.
(54)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 28
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir di audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pajak adalah keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menyetorkan SPT, perhitungan dan pembayaran pajak terutang dan pembayaran tunggakan.
2.1.3.2Faktor-faktor Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:139), kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari :
- Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri
- Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT)
- Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan
(55)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 29
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
1 John Hutagaol (Jurnal
Perpajakan Indonesia, Volume 4, No 4, Januari 2005 : 24-25)
Self Assessment
Implementasi & Kendalanya
Dalam system self assessment, peran serta masyarakat wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat penting dan bahkan menjadi faktor penentu di dalam pengumpulan pajak. Apabila system tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka diyakini bahwa kepatuhan sukarela akan meningkat secara otomatis.
2 Simon James and Clinton Alley
(Jurnal of
Finance and Management in Public Services, Volume 2, No. 2, September 2010)
Tax Compliance, Self Assessment and Tax Administration
The paper describes the purpose of tax compliance and the factors that affect the willingness of taxpayers to comply with a tax system
3 Januar Eko Prasetio, Windyastuti, Andhika Ari Winidyah
Persepsi Wajib
Pajak Badan
terhadap
Pelaksanaan Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak
Self assessment system memberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya kepada fiskus. Dengan berlakunya self assessment system ini, kepatuhan wajib pajak
diharapkan dapat meningkat yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak secara sukarela dan sesuai dengan ketentuan undangundang dan peraturan perpajakan yang berlaku
4 Teguh Nugroho Hermawan
Pengaruh Persepsi Self Assessment
Persepsi pelaksanaan self assessment system berpengaruh
(56)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30
System terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Setiabudi Satu
secara signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan persepsi pelaksanaan self assessment system memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
5 John Hutagaol, Wing Wahyu WInarno, Arya Pradipta Stratgi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Berhubung penerimaan pajak dibutuhkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan,
pemerintah akan terus berupaya menggali potensi pajak (tax coverage) seoptimal mungkin dan juga meningkatkan kepatuhan wajib pajak
(taxpayers compliance). Namun upaya tersebut akan menghadapi berbagai kendala antara lain adalah rendahnya kesadaran masyarakat (taxpayers awareness) untuk membayar pajak, belum optimalnya pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan di bidang perpajakan dan banyak potensi pajak yang belum tergali dan terealisasi secara optimal sehingga tax ratio nya rendah
6 Sinta Setiana,Tan Kwang En dan Lidya Agustina : 2010
(Jurnal Akuntansi
Vol.2 No.2
November 2010: 134-161)
Pengaruh
Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan
Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Penerapan sistem administrasi perpajakan modern dalam dimensi prosedur Organisasi, dimensi strategi organisasi, dan dimensi struktur organisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan dimensi budaya organisasi terbukti mempunyai pengaruh negatif dan signifikan.
7 Sri Rahayu dan Ita Salsalina Lingga : 2009 (Jurnal Akuntansi
Pengaruh
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Sistem administrasi perpajakan modern tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Kepatuhan
(57)
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 31
Vol.1 No.2
November 2009:119-138)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak.
8 Choong Kwai Fatt and Edward Wong Sek Khin (2011) ISSN 1991-8178
A Study on Self-Assessment Tax System Awareness in Malaysia
This study providesan important insight that the Malaysian tax policy makers and the IRBM ought to seriously consider a simplerand pragmatic tax assessment system, tailor make for petty traders to achieve tax administrative
complianceefficience
2.2Kerangka Pemikiran
Sistem perpajakan di Indonesia dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari tiga unsur yakni Kebijakan Pajak, Administrasi Pajak dan Hukum Pajak yang saling berhubungan satu sama lain, bersinergi, bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan Negara dalam target perolehan penerimaan pajak secara optimal. Kebijakan pajak menurut Lauddin Marsuni “Pajak adalah aplikasi dari kebijakan Negara, dan antara pajak dengan kebijakan Negara tidak dapat dipisahkan, aplikasi kebijakan Negara ini sebagai bentuk pilihan pemerintah, memungkinkan untuk memenuhi tujuannya manakala dirumuskan secara jelas,
pasti, terarah dan terukur.” Administrasi Pajak menurut Sophar Lombartoruan
(1997), “administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau
prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.” Hukum pajak menurut Rochmat Soemitro mendefinisikan “hukum pajak sebagai suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak
(1)
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 130
tanggapan responden mengenai variabel self assessment system, administrasi pajak dan kepatuhan wajib pajak masih kurang, karena masih dibawah nilai optimal.
5.2 Saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Penerapan Self Assessment System dan administrasi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak, maka penulis akan memberikan beberapa saran untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
1. Dengan masih banyaknya wajib pajak yang belum mengerti dalam perhitungan jumlah pajak terutang, dan masih kurangnya kesadaran dalam membayar, maka untuk mencapai semua itu petugas harus memberikan teguran kepada wajib pajak agar lebih patuh dalam membayar pajak, selain itu juga memberikan pelayanan / sosialisasi yang lebih baik lagi kepada wajib pajak agar wajib pajak lebih mengerti tentang cara menghitung jumlah pajak dan tata cara perpajakan yang baik dan benar.
2. Dengan masih banyaknya wajib pajak yang merasa cukup berbelit-belit dalam pelayanan yang diberikan oleh petugas, maka untuk mengurangi keluhan wajib pajak dalam hal pelayanan administrasi lebih disederhanakan lagi agar wajib pajak lebih mudah dalam melakukan administrasi perpajakan.
3. Karena masih banyaknya wajib pajak yang terkadang tepat waktu dan terkadang terlambat dalam mengembalikan SPT, maka petugas pajak harus memberikan teguran kepada wajib pajak agar patuh dalam mengembalikan SPT tepat waktu.
(2)
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 131
4. Karena pengaruh secara simultan lebih besar daripada parsial, maka sebaiknya penerapan self assessment system dilakukan bersamaan dengan diterapkannya administrasi pajak, sehingga akan lebih efektif dalam meningkatkan kepatuhan wajibpajak.
(3)
(4)
132
DAFTAR PUSTAKA
Choong Kwai Fatt and Edward Wong Sek Khin. A Study on Self-Assessment Tax System Awareness in Malaysia. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(7): 881-888, 2011 ISSN 1991-8178
Damayanti, T.W., 2004, Pelaksanaan Self Assesment System menurut Persepsi Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Badan Salatiga), Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi) vol. X No. 1, Maret 2004: 109-128.
Mardiasmo. 2002. Perpajakan (Edisi Revisi 2002). Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Mardiasmo. 2009. Perpajakan (Edisi Revisi 2009). Yogyakarta : Andi Yogyakarta. M.Zain. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.
Narimawati, Umi, Anggadini, S.D. & Ismawati, L. (2010). Penilisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis
Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik : Teori dan Praktik. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Rahayu, Sri dan Ita Salsalina Lingga. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi Vol.1 No.2 November 2009:119-138
Resmi, Siti. 2003. Perpajakan : Teori & Kasus (Edisi Pertama). Jakarta : Salemba Empat.
Rustiyaningsih, Sri.2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Widya Warta, No.02 Tahun XXXV, ISSN 0854-1981.
Sadhani, Djazoeli, 2004, Peran serta Akuntan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, Makalah disampaikan pada Konggres Nasional Ikatan Akuntan Indonesia V, Yogyakarta, 12-13 Desember 2004.
Setiana, Sinta, Tan Kwang En, & Lidya Agustina. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi Vol.2 No.2 November 2010: 134-161
(5)
133
Simon James and Clinton Alley. 2004. Tax Compliance, Self Assessment System and Tax Administration.Journal of Finance and Management in Public Services, 2(2).
Sony Devano, Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Soemarso, S.R. 2007. Perpajakan : Pendekatan Komprehensif. Jakarta : Salemba Empat.
Suandy, Erly. 2002. Hukum Pajak (Edisi Kedua). Jakarta : Salemba Empat. Sugiyono (2006). Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Sugiyono (2009). Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Tarjo, Indra Kusumawati, 2006, Anaisis Perilaku Waji Pajak Orang Pribadi Terhadap Pelaksanaan Self Assessmen System: Suatu Studi Di Bangkalan. JAAI VOLUME 10 NO. 1 JUNI 2006: 101 – 120
Umar, Husein (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Waluyo, Wiraman B. Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia (Edisis Keenam). Jakarta : Salemba Empat. Zain, M. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/30/lsbsnc-kesadaran-bayar-pajak-masyarakat-rendah
http://www.pajakonline.com/engine/artikel/art.php?artid=3006 diakses Tanggal 12 April 2012
http://news.okezone.com/read/2008/02/27/20/87141/self-assesment-potensial-sembunyikan-informasi-pajak diakses Tanggal 9 April 2012
(6)
LAMPIRAN 11 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Faris Balfas
NIM : 21108156
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 13 Mei 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Permata Kopo Blok EA 158 Rt 05 Rw 10 Sayati Kab : Bandung
DATA PENDIDIKAN
1995 – 1996 : TK Sandhy Putra
1996 – 2002 : SD Negeri Cibeureum XI 2002 – 2005 : SMP Negeri 1 Bandung 2005 – 2008 : SMA Negeri 17 Bandung 2008 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia