Self Assessment System Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada KPP Pratama Bandung Karees)

(1)

(2)

(SURVEY PADA KPP PRATAMA BANDUNG KAREES)

Self Assessment System And Quality Of Tax Service To Tax Compliance

(Survey At KPP Pratama Bandung Karees)

EINVRI ARDIAN 21108125

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

iv

Tax Compliance (Survey At KPP Pratama Bandung Karees)" under guidance of: Prof.. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

In the Self-assessment system in the Directorate General of Taxation plays a role in providing the service tax, if implemented optimally, it can increase voluntary taxpayer compliance in fulfilling the obligations and rights in the field of taxation. The purpose of this study to determine the effect of self assessment tax system and the quality of service against compliance of an individual tax payer on the KPP Pratama Bandung Karees.

The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The unit of analysis in this study is an individual taxpayer in KPP Pratama Bandung Karees totaling 100 samples. Test statistic used is the calculation of correlation Pearson, Spearman, coefficient of determination, hypothesis testing and also using the SPSS 19 for windows.

The results show indicate that there is a pretty strong relationship between self-assessment system and a strong relationship between quality of service tax by the taxpayer compliance. In addition, the application of the self assessment tax system and the quality of services with compliance an individual taxpayer, the magnitude of the effect amounted to 48,3%, and the rest 51,7% are other variable that influenced the enforcement of tax laws, tax audit, and tax rates.


(5)

EINVRI ARDIAN, “Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey pada KPP Pratama Bandung Karees)” di bawah bimbingan: Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si

Di dalam self assessment system Direktorat Jenderal Pajak memainkan peran dengan memberikan pelayanan pajak, apabila dilaksanakan secara optimal maka dapat meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban dan haknya di bidang perpajakan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh self assessment system dan kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees yang berjumlah 100 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi SPSS 19 for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara self assessment system dan hubungan yang kuat antara kualitas pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Selain itu, penerapan self assessment system dan kualitas pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi, besarnya pengaruh tersebut adalah sebesar 48,3%, dan sisanya 51,7% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti yaitu penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.

Kata kunci: Self Assessment System, Kualitas Pelayanan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak


(6)

vi

rahmat dan Karunianya, penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini berjudul Pengaruh Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama

Bandung Karees”. Adapun dalam penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Penyelesaian penulisan Usulan Penelitian ini tidak akan pernah tercapai tanpa ada dukungan, partisipasi dan motivasi baik langsung maupun tidak langsung, baik berupa material maupun non material dari semua pihak yang sudah membantu penulis, terutama kepada Prof. Dr.Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor UNIKOM

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE., M.Si. Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi. 3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing. 5. Wati Aris Astuti, SE., M.Si. Selaku Dosen Wali AK-3 angkatan 2008.


(7)

telah memberikan izin lokasi penelitian.

7. Bapak Ramelan selaku Kepala Sub Bagian Umum KPP Pratama Bandung Karees.

8. Drs. Yunan Sugiyan Dinata, selaku Kepala Bagian Pelayanan dan pembimbing langsung penulis di lapangan yang telah bersedia meluangkan waktu senggangnya dalam membimbing kegiatan penulis dalam penulisan skripsi.

9. Seluruh staf dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), yang telah memberikan pengarahan dan pembelajaran yang sangat berharga bagi penulis.

10. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi yang begitu besar kepada penulis. Terima kasih untuk doa-doa malam yang menjelma menjadi nada yang hening dalam malam-malam sunyi senyap, lalu sampai pada diseberang lautan sana. Untuk membantu menepis kantuk tengah malam demi beberapa lembar skripsi , untuk mampu bertahan dari setiap lelah tak berujung sepulang kuliah, untuk mendekap hangat ringkuk ketika benar-benar sendiri, dan menopang kaki-kaki rapuh dalam perjalanan luar biasa panjang ini hingga kita merasa cukup tegar untuk tetap berdiri dan berjalan lagi.

11. Kedua kakak ku tersayang. Eindye Taufiq dan Einvra Nova yang selalu memberikan motivasi, dukungan,semangat dan bantuan. Setiap kesulitan yang kalian hadapi yakinlah aka nada kemudahan yang mengapitnya.


(8)

dukungan, semangat, bantuan dan mendekap hangat ringkuk ketika benar-benar sendiri, dan menopang kaki-kaki rapuh dalam perjalanan luar biasa panjang ini hingga kita merasa cukup tegar untuk tetap berdiri dan berjalan lagi.

13. Teman-teman kelas Ak-3 angkatan 2008 dan teman-teman seperjuangan yang selalu kompak. Pertemuan yang menyenangkan dengan kalian, orang-orang baik yang membangkitkan semangat. Kebersamaan yang takkan pernah berkarat, biarpun jarak kita jauh, biar kehidupan kita sudah sendiri-sendiri, biar cerita kita sudah beda tema, beda lakon, beda drama dan beda naskah, biar kehidupan membawa kita pergi ke takdir yang berbeda-beda

14. Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini yang telah memberikan bantuan.

Penulis menyadari bahwa dalam dalam penulisan usulan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membantu demi sempurnanya penulisan usulan penelitian ini. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amien

Bandung, Juli 2012


(9)

ix

Hal

LEMBAR PENGESAHAN……….…...i

PERNYATAAN KEASLIAN……….…..ii

MOTTO……….iii

ABSTRACT……….…..iv

ABSTRAK……….…….v

KATA PENGANTAR………..…....vi

DAFTAR ISI………....……..……ix

DAFTAR GAMBAR………...xiiii

DAFTAR TABEL………...xv

DAFTAR LAMPIRAN………....…xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………..…… 1

1.2 Identifikasi Masalah Rumusan Masalah………...…. ..10

1.2.1 Identifikasi Masalah………...…….10

1.2.2 Rumusan Masalah………...…11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………....11

1.4 Manfaat Penelitian ………...……...12

1.4.1 Kegunaan Praktis……….12

1.4.2 Kegunaan Akademis.………...……...13

1.5 Lokasi dan Tempat Penelitian………...13

1.5.1 Lokasi Penelitian………..13

1.5.2 Waktu Penelitian………..14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ………..15


(10)

2.1.1.1. Pengertian Self Assessment System………...15

2.1.1.2. Faktor Mempengaruhi Self Assessment System…………..16

2.1.1.3. Indikaor Self Assessment System……….17

2.1.1.4. Prinsip Self Assessment System………...19

2.1.2 Kualitas Pelayanan………...20 2.1.2.1. Pengertian Kualitas………...20

2.1.2.1. Pengertian Pelayanan……….…...…..21

2.1.2.3. Pengertian Kualitas Pelayanan………...…...23

2.1.2.4. Indikator Kualitas Pelayanan………...24

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak………...25

2.1.3.1.Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak………….……….25

2.1.3.2. Faktor Mempengaruhi Kepatuhan WP………...26

2.1.3.3. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak………...…….….26

2.1.3.4. Pengukuran Tingkat Kepatuhan WP………...27

2.1.3.5. Proses dan Teori Kepatuhan……….…….….28

2.1.3.6. Kepatuhan WP dan Peraturan Perpajakan…….…...28

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya……….………29

2.2 Kerangka Pemikiran ……….……...34

2.2.1. Keterkaitan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ….………...36

2.2.2. Keterkaitan Self Assessment System terhadap Kepatuhan. Wajib Pajak ………...…....37

2.2.3. Keterkaitan Kualitas Pelayanan Pajakdan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak...38

2.3 Hipotesis……….…….…41

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian.……….43

3.2. Metode Penelitian………...43

3.2.1 Desain Penelitian………....44


(11)

3.2.3 Sumber dan Tehnik Penentuan Data ………...49

3.2.3.1 Sumber Data……….……..49

3.2.3.2 Tehnik Penentuan Data………..50

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data……….….………...52

3.2.4.1 Uji Validitas……….………...53

3.2.4.2 Uji Realibilitas……….……...57

3.2.4.3 Uji MSI……….………..…60

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis..……….61

3.2.5.1 Rancangan Analisis...………..61

3.2.5.2 Uji Hipotesis……….………..73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan………...…...80

4.1.1. Sejarah Perusahaan………80

4.1.2. Struktur Organisasi………..………..87

4.1.3. Job Deskription……….….88

4.1.4.1 Aktivitas Perusahaan………..……..97

4.2 Karakterikstik Responden………...97

4.3 Analisis Deskriptif……….…….100

4.3.1. Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak………...100

4.3.2. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak………..111

4.3.3. Pengaruh Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ………...127

4.4 Analisis Verivikatif……….………....146

4.5 Hasil Analisia Data dan Pengujian Hipotesis……….…154

4.5.1. Hasil Analisa Data………..….154

4.5.1.1 Hasil Analisis Regresi Berganda………..…154

4.5.1.2 Analisis Korelasi………...155


(12)

4.5.2. Pengujian Hipotesisi………....160 4.5.2.1 Pengaruh Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Berpengaruh Secara Simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak……….………....…...160 4.5.2.2 Pengaruh Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Berpengaruh Secara Parsial terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak………...………...166 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………..….178 5.2 Saran……….…179

DAFTAR PUSTAKA………..…….…...181 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

15

Dihubungkan dengan judul penelitian, maka dalam bab ini akan dikemukakan landasan teoritis yang menunjang analisis hasil penelitian. Bahasan pada sub bab ini memaparkan kajian pustaka yang dimulai dari variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada KPP Pratama Bandung Karees). Kemudian dilanjutkan dengan menyajikan kerangka pemikiran dan hipotesis-hipotesis yang dibangun berdasarkan argumentasi konseptual dari literatur-literatur yang relevan dan hasil-hasil temuan empiris yang ada.

2.1 Kajian Pustaka

Bahasan pada sub bab ini memaparkan kajian pustaka yang dimulai dari variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Self Assesment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey pada KPP Pratama Bandung Karees).

2.1.1 Self Assessment System

2.1.1.1 Pengertian Self Assessment System

Self Assessment System merupakan salah satu sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia, dimana wajib pajak diberi wewenang penuh untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.


(14)

”Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya

utang pajak.”

Dengan adanya Self Assessment System wajib pajak diberi kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutang. Tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban perpajakan ada pada diri wajib pajak itu sendiri. Pemerintah dalam hal ini (Fiskus) hanya berfungsi untuk melakukan pembinaan, penelitian, pengawasan dan memeriksa pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak, apakah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan undang-undang perpajakan.

2.1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Self Assessment System

Sebagaimana dinyatakan oleh Soemitro dalam Harahap (2004:44) bahwa keberhasilan self assessment system ditentukan oleh:

1. Kesadaran pajak dari wajib pajak

Tingkat kesadaran akan membayar pajak didasarkan oleh tingkat kepatuhan wajib pajak yang berpijak pada tingginya kesadaran hukum dalam membayar pajak. Dalam hal ini peran fiskus amatlah berarti karena pada dasarnya tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan tingkat pemahaman yang baik seputar pajak.


(15)

Faktor kejujuran dalam membayar pajak sangatlah penting, karena dengan self assessment system pemerintah memberikan sepenuhnya kepercayaan masyarakat untuk menetapkan berapa jumlah pajak yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan. Masyarakat diharapkan melaporkan jumlah kewajiban pajaknya sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi.

3. Hasrat untuk membayar pajak (tax mindedness)

Hasrat untuk membayar pajak pada dasarnya kepatuhan sukarela dalam membayar pajak haruslah diikuti oleh hasrat yang tinggi untuk membayar pajak.

4. Disiplin dalam membayar pajak (tax discipline)

Tax Discipline berdasar pada tingkat pemahaman yang sesuai terhadap hukum pajak yang dianut suatu negara serta saksi-saksi yang menyertainya, dengan harapan masyarakat tidak menunda-nunda membayar pajak”.

Dalam self assessment system pihak fiskus memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya pajak terhutang. Inti asas atau sistem ini adalah adanya peralihan sebagian wewenang Dirjen Pajak dalam menetapkan besarnya kewajiban pajak kepada wajib pajak

2.1.1.3 Indikator Self Assessment System

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) self assessment system adalah suatu sistem yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.


(16)

Menurut Siti Kurnia Rahayu Indikator self assessment system terdiri atas : 1. Mendaftarkan

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media ekektronik online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak

Menghitung pajak penghasulan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan taarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan, memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak prepayment).

3. Menyetor

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).

4. Melapor

Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang


(17)

dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan.

2.1.1.4 Prinsip Self Assessment System

Sebelum UU No. 6 Tahun 1983 lahir, penghitungan pajak dilakukan oleh fiskus (aparat pajak). Sistem pemungutannya dikenal dengan istilah official assessmentsystem. Perpindahan dari official assessment ke self assessment inilah yang kemudian ditandai sebagai reformasi perpajakan.

Prinsip self assessment ini tampak pada Pasal 12 UU KUP. Berikut kutipannya 1 ) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak

2 ) Jumlah pajak yang terutang menurut surat pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pada ayat (1) tampak UU KUP menghendaki Wajib Pajak bersifat aktif dalam membayar pajak. Aktif di sini berarti menghitung sendiri pajak yang terutang tanpa menunggu adanya surat ketetapan pajak.


(18)

Prinsip self assessment pada UU KUP bahkan mengandung makna bahwa hasil perhitungan WP, berapa pun itu, untuk sementara dianggap sebagai perhitungan menurut ketentuan yang berlaku, sebagaimana dinyatakan pada ayat (2).

Pasal 12 kemudian ditutup dengan ayat (3) yang berbunyi, “Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Direktur Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.”

Ayat (3) ini berfungsi sebagai pengendali. Jadi, apabila kemudian diketahui bahwa perhitungan yang dilakukan oleh WP keliru, barulah fiskus membenarkannya. Namun, dengan aturan daluarsa pajak berjangka 5 tahun, perlu diketahui bahwa perhitungan WP dianggap benar dan sah untuk selamanya apabila dalam jangka waktu 5 tahun tidak ada pemberitahuan kesalahan perhitungan.

Self assessment system memindahkan beban pembuktian kepada fiskus. Wajib pajak dianggap benar sampai fiskus dapat membuktikan adanya kesalahan tersebut.

2.1.2 Kualitas Pelayanan Pajak 2.1.2.1 Pengertian Kualitas

Pengertian kualitas menurut Lema Ellitan dan Lina Anatan (2007:44) menjelaskan bahwa:

“Kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan


(19)

Ada lima perspektif kualitas yang berkembang, kelima macam perspektif inilah yang menjelaskan mengapa kualitas bisa diartikan secara keanekaragam oleh orang yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula. Menurut Fandy Tjiprono (2000:51) menyatakan bahwa kelima macam perspektif tersebut meliputi :

Transident-based approach, Product-bassed approach, User-based approach, Manufacturing-based approach, value-based approach”.

2.1.2.2 Pengertian Pelayanan

Melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-45/PJ/2007 ditegaskan mengenai pelayanan perpajakan :

“Pelayanan adalah sentra dan indikator utama untuk membangun citra DJP, sehingga kualitas pelayanan harus terus menerus ditingkatkan dalam rangka mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan Wajib Pajak dan seluruh

stakeholder perpajakan terhadap DJP”.

Pengertian Pelayanan yang ditulis Kotler (2004:58) yang dialih Bahasa oleh Aleksander Sindoro adalah Sebagai berikut:

”Pelayanan sebagai suatu tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh suatu

pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produknya dapat berupa fisik dan non fisik.”

Menurut Boediono, tentang pelayanan menjelaskan bahwa:

“Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan”.

Hakikat pelayanan umum adalah sebagai berikut:

a ) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.


(20)

b ) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif).

c ) Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Dengan demikian, yang dikatakan kualitas di sini adalah kondisi dinamis yang bisa menghasilkan :

a )Produk yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b ) Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

c )Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. d )Lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Sedangkan pelayanan sendiri pada sektor wajib pajak dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan pada masyarakat (wajib pajak) oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya. Pelayanan pada sektor pajak (fiskus) dan KPP untuk


(21)

organisasi pelaksana DJP yang berhubungan langsung dengan wajib pajak, yang bertugas menyampaikan penerimaan Negara dari sektor pajak.

2.1.2.3 Pengertian Kualitas Pelayanan

Definisi Kualitas Pelayanan Yang ditulis Lewis dan Baums yang dikutip oleh Lena Elitan, dan Lina Anatan (2007:47) adalah Sebagai berikut:

“Kualitas layanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan

yang diberikan mampu menyesuaikan dengan ekspentasi pelanggan, jadi kualitas pelayanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian pelayanan tersebut membagi harapan pelanggan.”

Rangkaian kegiatan terpadu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:

a )Pelayanan umum yang sederhana b )Pelayanan umum yang terbuka c )Pelayanan umum yang lancer

d )Pelayanan umum yang dapat menyajikan secara tepat e )Pelayanan umum yang lengkap

f )Pelayanan umum yang wajar

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimilik oleh aparat pajak. Di samping itu, juga kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya


(22)

fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya. Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dari pemahaman terhadap semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, membayar dan melaporkan pajak yang terutang tepat pada waktunya.

2.1.2.4 Indikator Kualitas Pelayanan Pajak

Gasperz (1997) menyatakan bahwa kriteria/ indikator yang harus diperhatikan dalam kualitas pelayanan, adalah sebagai berikut :

1. Ketepatan Waktu Pelayanan, hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

2. Akurasi Pelayanan, semua yang berkaitan dengan reliabilitas dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan Keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan.

4. Tanggung Jawab, berkaitan dengan penanganan keluhan dari pelanggan.

5. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta layanan komplementer lainnya.

6. Kemudahan untuk Mendapatkan Pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas maupun mesin yang dapat melayani pelanggan dengan cepat dan mudah.


(23)

7. Kenyamanan Dalam memperoleh layanan, berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, ketersediaan informasi, dan lain-lain.

Apabila kualitas pelayanan yang diterima dan dirasakan melebihi dengan apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang baik dan memuaskan. Selanjutnya jika kualitas pelayanan diterima sesuai dengan yang diharapkan pelanggan, maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan ideal. Sebaliknya jika kualitas pelayanan yang diterima lebih rendah dari apa yang diharapkan oleh pelanggan maka kualitas pelayanan yang dipersepsikan buruk.

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Pajak

Menurut Safri Nurmantu yang dikutif Siti Kurnia Rahayu (2010:138) kepatuhan perpajakan adalah :

“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan

dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:

1) Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.


(24)

2.1.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Adapaun factor-faktor tersebut, antara lain:

a. Tarif pajak

b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar

d. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang bulu (Burton, 2005:4-6)

Menurut kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan pada dasarnya tercermin dari 3 hai, yaitu:

a. Pemenuhan kewajiban intern seperti pembayaran SPT Masa dan SPT Tahunan termasuk SPT PPNdan PPnBM yang dilaksanakan setiap bulan.

b. Pemenuhan kewajiban tahunan seperti menghitung dan melunasi utang pajak, serta melaporkan perhitungan dari SPT akhir tahun

c. Pemenuhan ketentuanmateril dan yuridis formal perpajakan melalui perlakuan pembukuan atas pengakuan penghasilan dan biaya serta berbagai transaksi keuangan lain untuk memperoleh dasar perhitungan pajak terutang yang tercermin dalam pembukuan wajib pajak.

2.1.3.3 Indikator Kepatuhan Pajak

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutif Siti Kurnia Rahayu (2010:139), bahwa kriteria kepatuhan Wajib Pajak adalah


(25)

1. Tepat waktu penyampaian SPT 2. Kebenaran perhitungan pajak 3. Tepat waktu membayar pajak 4. Tidak memiliki tunggakan pajak 5. Tidak melanggar peraturan perpajakan 6. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana 7. Hasil audit laporan keuangan

8. Pembukuan sesuai perpajakan

2.1.3.4 Pengukuran Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk menentukan kepatuhan Wajib Pajak, dibutuhkan suatu ukuran agar dapat dipastikan kepatuhan tersebut. Menurut Chaizi Nasucha yang dikutif oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari: 1) Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.

2) Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT). 3) Kepatuhan dalam peritungan dan pembayaran pajak terutang. 4) Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (Volume of Compliance) merupakan tulang punggu Self Assessment System, karena Wajib Pajak diberikan wewenang untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya secara jujur, akurat dan tepat waktu. Dengan adanya kepatuhan dari Wajib Pajak itu sendiri maka kewajiban perpajakan akan dipenuhi secara sukarela


(26)

2.1.3.5 Proses dan Teori Kepatuhan

Dilihat dari perspektif hukum kepatuhan dapat mengandung empat proses utama, yaitu sebagai berikut:

1) Indoctrination, yaitu orang mematuhi hukum karena diindokrinasi untuk berbuat seperti yang dikehendaki oleh kaidah hukum tersebut.

2) Habibuation, yaitu sikap lanjut dari proses sosialisasi di atas. Dimana dilakukan suatu sikap dan perilaku yang terus menerus dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan.

3) Utility, yaitu orang cenderung untuk berbuat sesuatu karena merasakan memperoleh manfaat dari sikap yang dilakukannya. Orang akan mematuhi hukum karena merasakan kegunaan hukum untuk menciptakan keadaan yang diharapkan.

4) Group Identification, yaitu kepatuhan hukum didasarkan pada kebutuhan untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok sosialnya. Kepatuhan terhadap hukum dianggap merupakan sarana yang paling tepat untuk mengadakan identifikasi tersebut.

2.1.3.6 Kepatuhan Wajib Pajak dan Peraturan Perpajakan

Peraturan perpajakan dibuat untuk mengatur mekanisme pemungutan pajak yang membatasi perilaku fiskus dan wajib pajak. Wajib pajak adalah orang dan kumpulan orang-orang. Perilaku manusia baik secara individu maupun secara kelompok dalam merespon aturan tidak berjalan secara mekanistik seperti pada sebuah mesin. Peraturan perpajakan harus netral dan tidak memihak kepada fiskus


(27)

maupun Wajib Pajak. Peraturan perpajakan harus mengakomodasi kepentingan fiskus dan Wajib Pajak secara adil.

Peraturan perpajakan yang adil atau baik harus mempertimbangkan teori, azaz, dan sistem perpajakan, yaitu kemudahan, keadilan, kepastian hukum (azaz), dan partisipasi Wajib Pajak (teori dan sistem), tanpa harus mengorbankan tujuan yang akan dicapai oleh fiskus.

Motivasi adalah konsep yang abstrak, untuk dapat mengukur pengaruhnya terhadap perilaku dilakukan dengan menduga (infrred) dan memanipulasi gejalanya (manipulated) yang berhubungan dengan perilaku. Motivasi yang mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi intensitas Wajib Pajak dalam mengisi dan memasukkan Surat pemberitahuan Pajak (SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Banyaknya SPT yang dimasukkan ke KPP berpengruh terhadap besarnya nilai rupiah dana yang terhimpun dan jumlah Wajib Pajak yang terjaring. Dengan demikian kepatuhan Wajib Pajak yang dipengaruhi oleh motivaasi membayar pajak dapat diukur berdasarkan jumlah rupiah dana yang terhimpun dan jumlah Wajib Pajak yang terjaring dari sektor perpajakan.

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini dapat disajikan beberapa penelitian terdahulu untuk membedakan originalitas.

Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perbedaan dan perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu seperti dibawah ini:


(28)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1 Supriyati & Nur Hidayat (2008)

Pengaruh

Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hasil pengujian bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriterian wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruhnya pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

 Perbedaan responden dan unit analisis, yaitu Wajib Pajak badan  Menggunakan

variable

independen yang berbeda, yaitu pengetahuan pajak dan persepsi wajib pajak

 Meneliti dan mengukur tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban  Menggunakan

variable

dependen yang sama, yaitu kepatuhan pajak  Menggunakan

Teknik statistik yang sama, yaitu menggunakan regresi berganda

2 Tarjo, & Kusumawati, I. (2005)

Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap

Pelaksanaan Self Assessment System

: Suatu Studi di Bangkalan.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil simpulan bahwa self assessement system di Bangkalan belum terlaksana dengan baik. Karena Wajib Pajak masih banyak yang tidak menghitung sendiri pajak terutangnya meskipun dalam fungsi membayar sudah baik karena Wajib Pajak telah menyetorkan pajak terutangnya sebelum jatuh tempo, tetapi ada Wajib Pajak yang membayar pajak terutang tidak sesuai dengan penghitungannya.

 Perbedaan responden dan unit analisis  Menggunakan

variabel

independen 2 dan dependen yang berbeda, yaitu taxpayer

dan fiskus

 Menggunakan Teknik statistik yang sama, yaitu menggunakan regresi  Menggunakan

variable

dependen yang sama yaitu self assesmentr system.

3 Sukardi (2003).

Kepatuhan Wajib Pajak

Perseorangan Dalam Kaitannya Dengan Self Assesment System

(Studi Kasus

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pemahaman wajib pajak peorangan di Kabupaten Demak terhadap ketentuan perpajakan dan Self

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda yaitu non probability sampling.

 Meneliti tentang kepatuhan wajib pajak

perseorangan dalam kaitannya dengan self assessment


(29)

Wajib Pajak di Kabupaten

Demak).

Assesment System masih rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak terhadap ketentuan perpajakan berkaitan dengan Self Assesment System adalah masih rendah pula, sehingga 75 % wajib pajak perseorangan yang tidak memahami tersebut mangakibatkan timbulnya pemeriksaan pajak oleh

Fiscus dan meimbulkan SKP, STP dan Surat Paksa.

system

 Menggunakan variable

independen dan dependen yang sama, yaitu kepatuhan pajak

dan self

assessment system.

4 Sri Rahayu &

Ita Salsalina Lingga. (2009) Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung ”X”)

The research shown that modernization in taxation administration system positively significant affects tax compliance.

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana  Perbedaan

responden dan unit analisis, yaitu aparat pajak

 Menggunakan variable

dependen yang sama, yaitu kepatuhan pajak  Menggunakan

objek penelitian yang sama, yaitu KPP

5 Ni Luh Supadmi (2009)

Meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui kualitas pelayanan

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus di tingkatkan oleh aparat pajak

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana  Menggunakan

variable

independen dan dependen yang berbeda, yaitu kepatuhan pajak dan kualitas pelayanan

 Meneliti tentang meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Menggunakan variable

penelitian yang sama

6 Nisa, H (2002)

Hubungan Antara Tingkat

Pendidikan Wajib

Pajak dan

Efektifitas

Layanan Informasi

Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan efektifitas layanan informasi dengan sikap ketaatan membayar pajak.

 Perbedaan responden dan unit analisis  Fokus penelitian

diarahkan ke tingkat

 Meneliti dan mengukur tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi


(30)

Perpajakan terhadap Sikap Ketaatan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak.

pendidikan wajib pajak dan efektivitas layanan informasi terhadap ketaatan membayar pajak  Menggunakan variabel independen yang berbeda kewajiban perpajakannya  Menggunakan

Teknik statistik yang sama, yaitu menggunakan regresi berganda  Menggunakan

variabel

dependen yang sama yaitu kepatuhan pajak.

7 John Hutagaol Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 4, No 4,

Januari 2005 :

24-25)

Self Assessment

Implementasi & Kendalanya

Dalam system self assessment, peran serta masyarakat wajib pajak di dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan sangat penting dan bahkan menjadi faktor penentu di dalam pengumpulan pajak. Apabila system tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka diyakini bahwa kepatuhan sukarela akan meningkat secara otomatis

 Menggunakan Variabel

independen yang sama, yaitu self assessment syste

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana

8 Albari (2009)

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepatuhan

Membayar Pajak

Terdapat pengaruh signifikan antara variabel kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak.

 Perbedaan responden dan unit analisis  Menggunakan

teknik ststistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana

 Menggunakan variable

independen dan dependen yang sama, yaitu kualitas layanan dan kepatuhan pajak

9 Januar Eko Prasetio, Windyastuti, Andhika Ari Winidyah Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan Self- Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak

Self assessment system

memberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya kepada fiskus. Dengan berlakunya self assessment system ini, kepatuhan wajib pajak diharapkan dapat meningkat yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh

 Perbedaan responden dan unit analisis  Menggunakan

teknik ststistik yang berbeda, yaitu regresi sederhana

 Menggunakan variable

dependen yang sama, yaitu kepatuhan pajak


(31)

wajib pajak secara sukarela dan sesuai dengan ketentuan undangundang dan peraturan perpajakan yang berlaku

10 Hesti Marlina (2009)

Pengaruh Tax

Payer dan

Pelayanan Informasi Perpajakan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Bengkulu

Terdapat Pengaruh Positif Tidak Signifikan antara

Self Assessment System

dengan Kepatuhan Wajib Pajak sedangkan tidak ada keterkaitan antara pelayanan informasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.

 Perbedaan responden dan unit analisis

 Menggunakan variable

independen dan dependen yang sama, yaitu kualitas layanan dan kepatuhan pajak

11 Ern Chen Loo, Margaret McKerchar and Ann Hansford (2010)

Findings On The Impact Of Self Assessment On The Compliance Behaviour Of Individual

Taxpayers In Malaysia:

A Case Study Approach

Based on this research conducted using a case study strategy of inquiry and in the context of the introduction of SA in Malaysia in respect of individual taxpayers, there is considerable evidence to indicate that the complexity, ambiguity, uncertainty and lack of knowledge of tax law were the main causes of either unintentional non-compliance or over-compliance. Other causes (tax audit, penalty and attitude towards tax) were also evident in affecting compliance behaviour.

 Menggunakan teknik statistik yang berbeda yaitu analisis kualitatif

 Menggunakan variabel

independen yang sama, yaitu self assessment system


(32)

2.2 Kerangka Pemikiran

Konstribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab peningkatan penerimaan pajak adalah karena sejak tahun fiskal 1984 pemerintah memberlakukan reformasi perpajakan dengan menerapkan self assessment system dalam pemungutan pajak. Berbeda dengan sistem pemungutan pajak sebelumnya, yaitu official assessment system. Self assessment system memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan seluruh pajak yang menjadi kewajibannya. Dengan kata lain, wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Self assessment system menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Harahap (2004 : 43) menyatakan bahwa dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memiliki kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung self assessment system. Wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut (Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano, 2006 : 110).

Pernyataan diatas didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Jhon Hutagaol yang berjudul Self Assessment Implementasi &


(33)

Kendalanya mengemukakan bahwa dalam system self assessment, peran serta masyarakat wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat pentingdan bahkan menjadi faktor penentu keberhasilan pengumpulan pajak. Dan jika sistemtersebut dilaksanakan dengan baik, maka diyakini akan meningkatkan kepatuhan sukarela secara otomatis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nisa (2002) tentang hubungan antara tingkat pendidikan wajib pajak dan efektifitas perpajakan terhadap sikap ketaatan wajib pajak dalam membayar pajak di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, Jawa Tengah menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan efektifitas layanan informasi dengan sikap ketaatan membayar pajak.

Selain itu, upaya lain yang dilakukan pihak fiskus dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Paradigma baru yang menempatkan aparat pemerintah sebagai abdi Negara dan masyarakat (wajib pajak) harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan publik.

Aparat pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas pelayanan dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepuasan dan kepatuhan wajib pajak. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), penggunaan system informasi


(34)

dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Supadmi (2009) tentang peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui kualitas pelayanan bahwa terdapat hubungan yang positif antara efektifitas layanan informasi dengan sikap ketaatan membayar pajak.

2.2.1 Keterkaitan Self Assesment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut John Hutagaol tentang hubungan self assessment system dengan kualitas pelayanan dalam jurnal perpajakannya implementasi dan kendalanya menjelaskan bahwa :

“Di dalam system self assessment, fungsi pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak adalah memfasilitasi agar sistem self assessment berjalan dengan baik. Konkritnya, DJP memainkan peran dengan memberikan penyuluhan perpajakan (tax dissemination), pelayanan perpajakan (tax service) dan pengawasan perpajakan (law enforcement). Apabila ketiga fungsi di atas dapat dilaksanakan secara bersamaan secara optimal maka kepatuhan sukarela (voluntary compliance) wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban dan hak nya di bidang perpajakan akan meningkat. Hasilnya akan meningkatkan tax coverage ratio dan sekaligus penerimaan ajak, dalam sistem self assessment, peran serta masyarakat wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat penting dan bahkan menjadi factor penentu di dalam keberhasilan pengumpulan

pajak sendiri”.

(2005:24-26) Pernyataan di atas didukung pula oleh Siti Kurnia Rahayu yang mengemukakan bahwa :

“Kinerja pelayanan yang baik tetap harus diperhatikan oleh DJP dimungkinkan

diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self assessment untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi wajib pajak dan


(35)

2.2.2 Keterkaitan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa :

“Kepatuhan memiliki kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung self assessment system. Wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu

membayar dan melaporkan pajak tersebut”.

Undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah self assessment system dimana pemerintah memberikan kepercayaan yang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan perpajakan Tarjo dan Kusumawati (2005). Melalui sistem tersebut pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah, efektif, efisien, dan terkendali.

Apabila masyarakat telah mampu memahami peraturan-peraturan perpajakan serta mengerti akan arti dan fungsi pajak, maka masyarakat akan menjadi sadar akan pajak (tax consciousness). Kesadaran ini akan menimbulkan hasrat dan keikhlasan untuk membayar pajak (tax mindedness). Hasrat dan keikhlasan untuk membayar pajak akan terealisasi dengan perbuatan aktif, yaitu membayar pajak pada waktunya dan pada jumlah yang terhutang (tax diciplinary) (Hesti Marlina, 2009).

Dengan pemahaman yang mendalam terhadap sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Sukadi (2003) terhadap penerapan self assessment system pada


(36)

wajib pajak di Kabupaten Demak menemukan bukti bahwa pemahaman wajib pajak peorangan terhadap ketentuan perpajakan dan Self Assesment System masih rendah. Selain itu penelitian yang dilakukan Tarjo & Indra Kusumawati. (2006) terhadap pelaksanaan self assessment system di Bangkalan menemukan bahwa self assessement system di Bangkalan belum terlaksana dengan baik. Karena Wajib Pajak masih banyak yang tidak menghitung sendiri pajak terutangnya. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Hesti Marlina (2009) tentang Tax Payer dan Pelayanan Informasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Bengkulu menemukan bukti bahwa terdapat pengaruh antara pemahaman self assesstment system terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.2.3 Keterkaitan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Siti Kurnia Rahayu (2010:135) menjelaskan :

“Kinerja pelayanan yang baik harus tetap diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur self assessment system untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan secara tidak langsung akan meningkatkan penerimaan pula”.

Sama seperti yang disampaikan oleh Chaizi Nasucha (2004:273) menjelaskan bahwa:

“Tolak ukur keberhasilan reformasi perpajakan adalah tercapainya peningkatan

pelayanan pajak dan penerimaan serta kesejahteraan langsung atau tidak langsung berdampak pada kepatuhan masyarakat (wajib pajak)”.

Sama seperti yang disampaikan oleh Gunadi pengamat pajak dari Universitas Indonesia menjelaskan bahwa :


(37)

“Mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan Ditjen Pajak untuk

meningkatkan rasio kepatuhan wajib pajak, salah satunya dengan memperbaiki

kualitas pelayanan pajak”.

(Gunadi : 2011) Pelayanan informasi perpajakan diselenggarakan dengan tujuan sebagai sarana untuk lebih mempermudah wajib pajak untuk memperoleh kejelasan informasi perpajakan. Menurut Okziarti (2006) dalam Hesti Marlina kualitas pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak akan dapat mendorong kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Terbinanya komunikasi yang baik antara aparat pajak dengan wajib pajak akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Pada satu sisi memberikan keuntungan dana segar untuk pembangunan dapat dipenuhi, di sisi lain berbagai fasilitas yang diperlukan masyarakat dapat dinikmati.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Supadmi (2009) tentang peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui kualitas pelayanan bahwa terdapat hubungan yang positif antara efektifitas layanan informasi dengan sikap ketaatan membayar pajak.

Pelayanan yang baik kepada wajib pajak juga dapat membangun image positif dalam diri wajib pajak sehingga mereka tidak lagi jera berhubungan dengan aparatur pajak. Sebaliknya pada penelitian yang dilakukan oleh Hesti Marlina (2009) tentang Tax Payer dan Pelayanan Informasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Bengkulu menemukan bukti bahwa tidak ada keterkaitan antara pelayanan informasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.


(38)

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Self Assesment System Indikator: 1. Mendaftar 2. Menghitun 3. Menyetor 4. Melapor Indikator :

1. Ketepatan Waktu Pelayanan

2. Akurasi Pelayanan

3. Keramahan dalam memberikan pelayanan 4. Tanggung Jawab 5. Kelengkapan

6. Kemudahan untuk Mendapatkan Pelayanan 7. Kenyamanan Dalam

memperoleh layanan

Indikator :

1. Tepat waktu penyampaian SPT

2. Kebenaran perhitungan pajak

3. Tepat waktu membayar pajak

4. Tidak memiliki tunggakan pajak

5. Tidak melanggar peraturan perpajakan

6. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana

7. Hasil audit laporan keuangan

8. Pembukuan sesuai perpajakan Kepatuhan Wajib Pajak Kualitas Pelayanan Meningkatkan KepatuhanWajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan. (Ni Luh Supadmi, Jurnal AUDI, Vol.4 No 2Juli 2009)

Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan Dalam Kaitannya Dengan Self Assesment System. (Sukadi:2003)


(39)

Berikut ini gambaran sederhana dari bagan di atas yaitu tentang self assessment system dan kualitas pelayanan dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak.

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya, melalui analisa data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Dengan membuat hipotesis akan dapat menjelaskan hubungan diantara variable-variabel yang ada sehingga penelitian diharapkan dapat menentukan sumber terjadinya masalah atau

Tarjo & Kusumawati (2005) Sukadi (2003) Siti Kurnia Rahayu (2010) Hesti Marlina (2009)

Ni Luh Supadmi (2009) Nisa (2002) Siti Kurnia Rahayu (2010)

Self Assessment

System (X1)

Kualitas Pelayanan (X2)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Siti Kurnia Rahayu (2010)


(40)

memberikan gambaran tentang berbagai variabel yang mempengaruhi permasalahan yang ada.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Self Assessment System di KPP Pratama Bandung Karees sudah memiliki kesadaran perpajakan yang kuat, Kualitas Pelayanan yang diberikan di KPP Pratama Bandung Karees sudah baik dan Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees Wajib Pajaknya cenderung taat pada peraturan dan memiliki kepatuhan yang tinggi.

2. Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees baik secara simultan maupun parsial.


(41)

178 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 wajib pajak serta didukung oleh teori yang melandasi dan hasil perhitungan yang diuraikan pada BAB IV, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Self assessment system berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Penerapan Self Asessment System itu sendiri sudah baik, meskipun belum optimal. Fenomena yang terjadi mengenai Kepatuhan Wajib Pajak adalah rendahnya wajib pajak yang menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Hal ini akan menyebabkan turunnya Kepatuhan Wajib Pajak. Kualitas pelayanannya berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Kualitas Pelayanan yang diberikan sudah baik, tetapi masih belum optimal. Fenomena yang terjadi mengenai Kepatuhan Wajib Pajak adalah masih ada petugas pajak yang belum memiliki keramahan dalam memberikan pelayanan, kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, kurangnya sarana informasi yang diberikan. Sedangkan untuk kepatuhan wajib pajaknya belum memiliki kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT nya, dan belum tercapainya target kepatuhan wajib pajak yang di harapkan.


(42)

2. Self assessment system dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Fenomena yang terjadi adalah masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak patuh akan kewajiban perpajakannya, dikarenakan seringkali ditemukan masih banyaknya Wajib Pajak yang melaporkan SPT nya secara tidak jujur. Self assessment system pada KPP Pratama Bandung Karees baik dan kualitas pelayanannya baik dalam pelaksanaannya, maka akan meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Karees dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain seperti penegakan hukum, pemeriksaan pajak dan tarif pajak.

5.2 Saran

Keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya. Berikut saran yang dapat peneliti berikan :

1. Self assessment system, hendaknya lebih ditingkatkan terutama dalam hal menyetor dan melaporkan SPT pada wajib pajak, agar patuh untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sedangkan kualitas pelayanan pajak, petugas pajak hendaknya lebih ditingkatkan lagi respon pelayanannya terhadap wajib pajak dalam melayani permasalahan wajib pajak, melengkapai sarana dan prasarana pendukung dan lebih bertanggungjawab atas pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak, agar Direktorat Jenderal Pajak selaku instansi perpajakan untuk lebih mensosialisasikan kepada wajib pajak agar tingkat pengembalian SPT menjadi lebih baik.


(43)

2.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Self Assessment System

dan Kualitas Pelayanan hanya merupakan sebagian kecil dari variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Sebaiknya bagi peneliti yang akan meneliti kembali baik dengan judul yang sama atau berbeda sebaiknya mempertimbangkan variabel lain yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak, seperti penegakan hukum, pemeriksaan pajak dan tarif pajak.


(44)

181

Cara Perhitungan PPH Terhutang Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Jakarta Utara (2008) (Online) (diakses 22 Oktober 2008). Tersedia di World Wide Web : http://skripsi.blog.dada.net.

Arfan, I., & Ishak, M. (2005). Akuntansi Keprilakuan. Jakarta: Salemba Empat. Boediono. (2003). Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta. Chaizi Nasucha. (2004). Reformasi Administrasi Publik, Teori dan Praktik.

Jakarta: Gramedia Widiasrana

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Jenderal Pajak. (2001). Undang-Undang Pajak Tahun 2000. Jakarta: Salemba Empat. . 2004. Undang-Undang Pajak Tahun 2000. Jakarta: Salemba Empat.

Early Suandy. (2005). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Sumodingrat, G. (2002). Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE. .

Gunadi. (2002). Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan. Jakarta: Salemba Empat. . (2003). Pajak Untuk Pelayanan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol. 04, No. 02. Agustus 2003: 34-43.

H Nawawi. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia (Untuk Bisnis yang Komparatif). Yogyakarta: UGM. Nasucha, C. (2004). Reformasi Administrasi Publik : Teori dan Praktik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hesti Marlina. (2009). Pengaruh Tax Payer dan Pelayanan Informasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan Pajak Penghasilan. Bengkulu. Pacsa Sarjana Fakultas Ekonomi.

Imam Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro

John Hutagaol. (2009). Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak MelaluiPenerapan Strategi Pelayanan dan Penegakan Hukum. Jurnal Pajak Indonesia


(45)

Jonatha Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Kompas. 14 Agustus 2008. Perekonomian dan Pelaksanaan APBN-P dalam Jalur yang Benar. (Online) (diakses 25 Oktober 2008). Tersedia di World Wide Web : http://www.kompas.com.

Kuncoro, A. (2008). Sunset Policy dan Tidur Nyenyak. (Online) (diakses 22 Oktober 2008). Tersedia di World Wide Web: http://www.guskun.com Lestari, W., & Sudaryono, E. (1995). Pengaruh Penerapan Sistem Self

Assessment terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam Mengisi SPT Pasal 25 UU Perpajakan 1983 pada Pedagang di Pasar Klewer Surakarta. Empirika, No.16. Tahun 1995: 50-62.

Moh Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nisa. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Wajib Pajak dan Efektifitas Layanan Informasi Perpajakan terhadap Sikap Ketaatan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak. Surakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Surakarta.

Ni Luh Supadmi. (2009). Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan. Jurnal Akuntansi Bisnis, vol 4, No 2, Juli 2009

Okziarti. (2006). Analisis Tingkat Pemahaman Sistem Self Assessment, Tingkat Pendidikan, Tingkat Penghasilan, dan Pelayanan Informasi Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan Pajak Penghasilan. Padang, Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Pengaruh Self Assesment System Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Pengusaha Kena Pajak (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Batu) (2007) (Online) (Diakses 22 Oktober 2008). Tersedia di World Wide Web: http://jurnalskripsitesis.wordpress.com

Siti Kurnia Rahayu. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siti Resmi. (2005). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. . (2008). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Soeratno & Irsyad, L. (1993). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPPYKPN. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. ALFABETA, Bandung


(46)

Sukadi (2003). Kepatuhan Wajib Pajak Perseorangan Dalam Kaitannya Dengan Sistem Self Assesment. Ponegoro. Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum. Supriyanti, & Nur Hidayati. (2008). Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi

Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi, vol 7, No 1, Mei 2008.

Tarjo & Kusumawati, I. (2005). Analisis Perilaku Wajib PajakOrang Pribadi terhadap Pelaksanaan Self Assessment System : Suatu Studi di Bangkalan. Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Bisnis, vol. 03. No. 02, Agustus 2005. Umi Narimawati & Sri Dewi Anggadini & Linna Ismawati. (2010). Penulisan

Karya Ilmiah. Bekasi : Genesisi

Waluyo. (2005). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo, & Wirawan, I. (2006). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Wijiraharjo. (2008). Sumber-Sumber Penerimaan/Penghasilan Negara. (Online) (Diakses 8 Desember 2008). Tersedia di World Wide Web :: http://wijiraharjo.wordpress.com


(47)

Full Name Einvri Ardian

Nick Name Ardian

Place and date of birth Bengkulu (Indonesia), August 16th 1989

Gender Male

Religion Islam

Marital Status Unmarried

Nationality and Citizenship Indonesia

ID Number 17.71. 06. 160890. 0002

Contact Adress Jl. Gelatik Dalam No. 395 rt 03/04 , Bandung Jawa Barat 40133

Phone/HP 08987031857 / 085794606836

e-mail ardiansky@rocketmail.com

Permanent adress (Vacational)

Jl. Gelatik Dalam No. 395 rt 03/04 , Bandung Jawa Barat 40133

Date from – to School / University Discipline

2008 – 2011 UNIKOM University Majoring in Accounting 2005 – 2008 SMUN 8 Bengkulu Majoring in Science 2002 – 2005 SLTPN 3 Bengkulu


(48)

(49)

Tahun Pajak

SPT yang

Masuk Total Wajib Pajak terdaftar

Rasio Kepatuhan Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

2009 32.070 67.813 47,29 %

2010 38.339 83.670 45,82 %


(50)

badan yang terdaftar sebagai wajib pajak serta sedikitnya wajib pajak yang terdaftar yang melaporkan

kewajiban perpajakannya. Departemen Keuangan menyatakan bahwa jumlah wajib pajak resmi di

Indonesia secara keseluruhan masih sangat sedikit. Data di tahun 2007 menunjukkan jumlah wajib

pajak badan hanya 1,35 juta dan wajib pajak orang pribadi hanya 5,14 juta. Jumlah ini terlampau kecil

bila dibandingkan dengan total usia produktif di Indonesia yang mencapai 170 juta. Untuk tahun 2011

saja terdapat 67 persen dari empat juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak.

Kondisi itu terjadi antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan

petugas pajak. (Darmin Nasution : 2011)


(51)

tepat waktu

.

Kualitas Pelayanan

Kurangnya sosialisasi dari pegawai pajak, dan terkadang informasi yang diberikan kurang jelas dan sulit

dimengerti oleh wajib pajak serta sifat yang berbeda-beda yang dimiliki wajib pajak, sehingga dalam

memberikan informasi kepada wajib pajak mengalami kesulitan. Selain itu petugas pajak tidak memberikan

kenyamanan wajib pajak dalam memperoleh layanan.

Kepatuhan Wajib Pajak

Wajib pajak sering tidak menyampaikan SPT tepat waktu, SPT yang di sampaikan pun tidak semuanya

sesuai dengan kebenaran, terkadang SPT yang disampaikan wajib pajak tidak sesuai dengan kenyataannya

.


(52)

Kualitas Pelayanan

(X2)

Kepatuhan Wajib Pajak

(Y)

Ni Luh Supadmi (2009) Nisa (2002) Siti Kurnia Rahayu (2010) Siti Kurnia Rahayu (2010)


(53)

terhadap kepatuhan wajib pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:135) menjelaskan :

Kinerja pelayanan yang baik harus tetap diperhatikan oleh DJP untuk

dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur

self

assessment system

untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan

secara tidak langsung akan meningkatkan penerimaan

pula”

.

Keterkaitan

Self Assesment System

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori pendukung

self assessment system

terhadap kepatuhan wajib pajak menurut

Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa :

Kepatuhan memiliki kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang

punggung

self assessment system

. Wajib pajak bertanggung jawab menetapkan

sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar

dan melaporkan pajak tersebut

.


(54)

menghitung sendiri pajak terutangnya.

Keterkaitan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori pendukung pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:135) menjelaskan :

Kinerja pelayanan yang baik harus tetap diperhatikan oleh DJP untuk

dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur

self

assessment system

untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan

secara tidak langsung akan meningkatkan penerimaan pula

.

Sama seperti yang disampaikan oleh Chaizi Nasucha (2004:273) menjelaskan bahwa:

Tolak ukur keberhasilan reformasi perpajakan adalah tercapainya peningkatan

pelayanan pajak dan penerimaan serta kesejahteraan langsung atau tidak langsung

berdampak pada kepatuhan masyarakat (wajib pajak

)”

.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Supadmi (2009) tentang peningkatan

kepatuhan wajib pajak melalui kualitas pelayanan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara efektifitas layanan informasi dengan sikap ketaatan membayar pajak.


(55)

No Indikator Skor Aktual

Skor Ideal

% Kategori

1 Mendaftar 1213 1500 80,86 Baik

2 Menghitung 1209 1500 80,6 Baik

3 Menyetor 1014 1500 67,6 Cukup Baik 4 Melapor 1004 1500 66,93 Cukup Baik

Total 4440 6000 74% Baik

No Indikator Skor

Aktual

Skor Ideal

% Kategori

1 Ketepatan Waktu Pelayanan 903 1000 90,3 Sangat Baik 2 Akurasi Pelayanan 925 1000 92,5 Sangat Baik 3 Keramahan dalam memberikan

pelayanan

648 1000 64,8 Cukup Baik

4 Tanggung Jawab 625 1000 62,5 Cukup Baik

5 Kelengkapan 650 1000 65,0 Cukup Baik

6 Kemudahan untuk Mendapatkan Pelayanan

915 1000 91,5 Sangat Baik

7 Kenyamanan Dalam memperoleh layanan

671 1000 67,1 Cukup Baik

Total 5337 7000 76,24% Baik


(56)

Aktual Ideal

1 Tepat waktu penyampaian SPT 590 1000 59% Cukup Baik 2 Kebenaran perhitungan pajak 903 1000 90.3 % Sangat Baik 3 Tepat waktu membayar pajak 611 1000 61.1% Cukup Baik 4 Tidak memiliki tunggakan pajak 903 1000 90.3% Sangat Baik 5 Tidak melanggar peraturan

perpajakan

654 1000 65.4% Cukup Baik

6 Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana

933 1000 93.3% Sangat Baik

7 Hasil audit laporan keuangan 686 1000 68,6% Baik 8 Pembukuan sesuai perpajakan 634 1000 63,4% Cukup Baik

Total 5898 8000 73.7% Baik


(57)

Kualitas Pelayanan sebesar 76,24% dan tingkat Kepatuhan wajib Pajak sebesar

73,7% juga termasuk dalam kategori baik. Akan tetapi masih masih harus ditingkatkan

lagi sosialisasi dan pelayanan terhadap wajib pajak guna meningkatkan Kepatuhan

Wajib Pajak.


(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

Dari hasil uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 47,334 dan Ftabel sebesar 3,09. Karena

Fhitung lebih besar daripada Ftabel, dan nilai p-value adalah 0.00

(sig

) lebih kecil dari alpha 0.05

(confidence

interval

), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi secara keseluruhan adalah signifikan pada tingkat

5%, dimana Ho tidak diterima dan H

1

diterima.

Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara

self assessment system

dan kualitas

pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees. Hai ini berarti bisa di

generalisasikan untuk populasi secara keseluruhan sehingga

self assessment system

dan kualitas pelayanan


(71)

Dari hasil uji t di atas menunjukkan bahwa nilai t tabel sebesar 1.66071 dan nilai t hitung untuk

sistem self assesment sebesar 1,047. Karena t hitung

t tabel, dan nilai p-value adalah 0.298

(sig

)

lebih besar dari alpha 0.05

(confidence interval

), artinya pengaruh yang terjadi antara variabel sistem

self assessment

terhadap kepatuhan wajib pajak adalah pengaruh positif tidak signifikan.

Hasil statistik t hitung untuk kualitas pelayanan sebesar 8.258 dan t tabel sebesar 1,97273 .

Karena t hitung

t tabel, maka H1 ada di daerah penerimaan, dan nilai p-value adalah 0,000

(sig

)

lebih kecil dari alpha 0.05

(confidence interval

), artinya pengaruh yang terjadi antara variabel kualitas

pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah pengaruh positif signifikan.


(72)

1.

Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang mendasarkan pada persepsi jawaban

responden. Hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda dengan

keadaan sesungguhnya

2.

Responden penelitian ini terbatas pada wajib pajak di KPP Pratama Bandung Karees,

dimana kemungkinan penelitian ini akan menunjukkan hasil yang berbeda pada para

responden KPP di daerah lain.

3.

Penelitian ini hanya dilakukan pada satu daerah Kota Bandung saja, sehingga tidak dapat

digeneralisasi.

4.

Penelitian ini hanya dilakukan pada satu waktu (

Crossection

), sehingga peneliti tidak

dapat melihat perbedaan baik itu peningkatan maupun penurunan ataupun kenaikan

kepatuhan wajib pajak dari KPP Bandung dengan menggunakan variabel pengukuran

yang sama.

5.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya merupakan sebagian kecil dari

variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Ini terbukti dengan rendahnya

koefisien determinasi dari hasil penelitian ini.


(73)

berjalan sesuai dengan peraturan yang di tetapkan DJP. Hal ini terlihat dari besarnya hubungan

kualitas pelayanan termasuk ke dalam kategori kuat. Hal ini disebabkana ketepatan waktu

pelayanan, akurasi pelayanan dan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan yang sudah baik.

Sedangkan untuk kepatuhan wajib pajaknya belum memiliki kepatuhan wajib pajak yang tinggi.

Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT nya, dan belum

tercapainya target yang kepatuhan wajib pajak yang di harapkan.

2.

Berdasarkan hasil uji secara keseluruhan atau uji kecocokan model dapat disimpulkan bahwa

secara bersama-sama variabel bebas (

self assessment syste

m dan kualitas pelayanan)

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan hasil pengujian diperoleh

bukti empiris bahwa variabel

self assessment system

berpengaruh positif dan secara statistik

berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil ini mendukung penelitian

yang menyatakan

self assessment system

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sedangkan hasil regresi diperoleh bukti empiris bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh

positif, namun secara statistik signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyimpulkan hasil bahwa kualitas

pelayanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak pada

KPP.


(74)

hendaknya lebih ditingkatkan lagi respon pelayanannya terhadap wajib pajak

dalam melayani permasalahan wajib pajak, melengkapai sarana dan prasarana

pendukung dan lebih bertanggungjawab atas pelayanan yang diberikan kepada

wajib pajak.

2.

Kepatuhan wajib pajak, agar Direktorat Jenderal Pajak selaku instansi perpajakan

untuk lebih mensosialisasikan kepada wajib pajak agar tingkat pengembalian SPT

menjadi lebih baik.


(1)

(2)

Pengaruh

Self Assessment System

dan Kualitas Pelayanan Berpengaruh Secara

Simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 47,334 dan Ftabel sebesar 3,09. Karena Fhitung lebih besar daripada Ftabel, dan nilai p-value adalah 0.00 (sig) lebih kecil dari alpha 0.05 (confidence interval), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi secara keseluruhan adalah signifikan pada tingkat 5%, dimana Ho tidak diterima dan H1 diterima.

Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara self assessment system dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees. Hai ini berarti bisa di generalisasikan untuk populasi secara keseluruhan sehingga self assessment system dan kualitas pelayanan dapat digunakan untuk memprediksi perubahan kepatuhan wajib pajak.


(3)

Pengaruh

Self Assessment System

dan Kualitas Pelayanan Berpengaruh Secara

Parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil uji t di atas menunjukkan bahwa nilai t tabel sebesar 1.66071 dan nilai t hitung untuk sistem self assesment sebesar 1,047. Karena t hitung ≤ t tabel, dan nilai p-value adalah 0.298 (sig) lebih besar dari alpha 0.05 (confidence interval), artinya pengaruh yang terjadi antara variabel sistem

self assessment terhadap kepatuhan wajib pajak adalah pengaruh positif tidak signifikan.

Hasil statistik t hitung untuk kualitas pelayanan sebesar 8.258 dan t tabel sebesar 1,97273 . Karena t hitung ≥ t tabel, maka H1 ada di daerah penerimaan, dan nilai p-value adalah 0,000 (sig) lebih kecil dari alpha 0.05 (confidence interval), artinya pengaruh yang terjadi antara variabel kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah pengaruh positif signifikan.


(4)

Tidak signifikannya penelitian ini dikarenakan memiliki keterbatasan dalam penelitian yang

dilakukan, antara lain:

1.

Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang mendasarkan pada persepsi jawaban

responden. Hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda dengan

keadaan sesungguhnya

2.

Responden penelitian ini terbatas pada wajib pajak di KPP Pratama Bandung Karees,

dimana kemungkinan penelitian ini akan menunjukkan hasil yang berbeda pada para

responden KPP di daerah lain.

3.

Penelitian ini hanya dilakukan pada satu daerah Kota Bandung saja, sehingga tidak dapat

digeneralisasi.

4.

Penelitian ini hanya dilakukan pada satu waktu (

Crossection

), sehingga peneliti tidak

dapat melihat perbedaan baik itu peningkatan maupun penurunan ataupun kenaikan

kepatuhan wajib pajak dari KPP Bandung dengan menggunakan variabel pengukuran

yang sama.

5.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya merupakan sebagian kecil dari

variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Ini terbukti dengan rendahnya

koefisien determinasi dari hasil penelitian ini.


(5)

1. Self assessment system di KPP Pratama bandung Karees belum berjalan sesuai dengan

peraturan yang di tetapkan oleh DJP. Hal ini terlihat dari besarnya hubungan self assessment system termasuk ke dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan rendahnya wajib pajak yang menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Untuk kualitas pelayanannya sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang di tetapkan DJP. Hal ini terlihat dari besarnya hubungan kualitas pelayanan termasuk ke dalam kategori kuat. Hal ini disebabkana ketepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan dan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan yang sudah baik. Sedangkan untuk kepatuhan wajib pajaknya belum memiliki kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT nya, dan belum tercapainya target yang kepatuhan wajib pajak yang di harapkan.

2. Berdasarkan hasil uji secara keseluruhan atau uji kecocokan model dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel bebas (self assessment system dan kualitas pelayanan) berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan hasil pengujian diperoleh bukti empiris bahwa variabel self assessment system berpengaruh positif dan secara statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil ini mendukung penelitian yang menyatakan self assessment system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan hasil regresi diperoleh bukti empiris bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif, namun secara statistik signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menyimpulkan hasil bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak pada KPP.


(6)

1.

Self assessment system

, hendaknya lebih ditingkatkan terutama dalam hal

menyetor dan melaporkan SPT pada wajib pajak, agar patuh untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya. Sedangkan kualitas pelayanan pajak, petugas pajak

hendaknya lebih ditingkatkan lagi respon pelayanannya terhadap wajib pajak

dalam melayani permasalahan wajib pajak, melengkapai sarana dan prasarana

pendukung dan lebih bertanggungjawab atas pelayanan yang diberikan kepada

wajib pajak.

2.

Kepatuhan wajib pajak, agar Direktorat Jenderal Pajak selaku instansi perpajakan

untuk lebih mensosialisasikan kepada wajib pajak agar tingkat pengembalian SPT

menjadi lebih baik.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Karees)

0 9 7

Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Self Assessment System dan Implikasinya terhadap Administrasi Pajak (Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

9 86 55

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 13 43

Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

4 30 56

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

11 50 87

Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (survey Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying)

0 9 1

Pengaruh Perilaku Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Self Assessment System (Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

0 2 1

Pengaruh teknologi informasi, sanksi pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan pajak : (survey terhadap wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

7 25 76

Pengaruh perencanaan pajak dan kebijakan pajak terhadap SAS (self assessment system): survey terhadap wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees

4 23 80

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees.

0 1 21