PTK BAB 123 Penerapan Model Pembelajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kegiatan pembelajaran diperlukan suatu sistem pembelajaran yang
baik dan terarah. Proses pembelajaran yang baik ditandai oleh adanya interaksi
dan interelasi antara komponen. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,
guru, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran media dan evaluasi.
Seperti contoh, komponen guru berinteraksi dengan komponen siswa, metode,
media, perlengkapan peralatan dan lingkungan kelas yang terarah pada
pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru merupakan salah satu
komponen yang sangat penting karena guru merupakan penyelenggara dalam
kegiatan pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
yang bertujuan untuk membelajarkan siswa. Artinya bagaimana mengoptimalkan
siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar mereka menguasai materi
atau tujuan pembelajaran yang harus dicapainya. Selain itu seorang guru
merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran (Usman, 2001:94). Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya
suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung

pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik
pembelajaran dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang
menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pembelajaran akan

1

berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada siswa. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi
baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran. Sehingga guru
harus mempunyai kemampuan dalam memilih strategi belajar yang dipandang
dapat membelajarkan siswa melalui proses pengajaran dan membantu siswa
menguasai strategi belajar. Karena strategi belajar atau strategi kognitif
merupakan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuan sendiri.

Sebagai tenaga pendidik, guru harus menguasai dan menerapkan teknik
penyajian pembelajaran. Djamarah (2002:86) mengatakan bahwa kegiatan
pembelajaran adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Didalamnya
terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa ketika guru menyampaikan bahan
pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang diberikan guru akan
memberi motivasi yang rendah bila penyampaiannya menggunakan strategi yang

kurang tepat. Dengan memiliki strategi mengajar yang tepat guru dapat membuat
siswa belajar secara aktif, efisien dan efektif, sehingga tercapai tujuan yang
ditetapkan. Guru harus menanamkan tiga unsur dalam pembelajaran yaitu
pengetahuan yang ditandai dengan kemampuan berfikir, keterampilan proses
dengan banyak melatih kemampuan seperti mengungkapkan perasaan dengan
bahasa tulis atau lisan, dan yang terakhir ialah sikap. Dalam menumbuhkan sikap
mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan berhati-hati dalam
pendekatannya.
Dalam mencapai tujuan yang diinginkan guru harus memilih strategi yang
tepat untuk menyampaikan pokok bahasan yang sedang dibahas. Strategi

2

pembelajaran IPS selama ini adalah metode belajar konvensional dimana belajar
terpusat kepada guru, guru lebih aktif sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa
sementara siswa bersifat pasif yaitu hanya mendengarkan informasi yang
diberikan oleh guru dan mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang
mereka butuhkan selain itu guru hanya mengharapkan siswa untuk menghafal dan
mengingat apa yang telah dipelajari atau dengan kata lain guru berperan sebagai

sumber informasi, penyampai informasi dan hakim yang bertindak pada saat ujian
(Solihatin, 2007:32).
Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran IPS yang selama ini hanya
menekankan aspek kognitif semata dan kurang melibatkan siswa sehingga siswa
kurang mandiri dalam belajar bahkan cenderung pasif seharusnya diarahkan pada
kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif, baik fisik, mental
maupun sosialnya, sesuai yang diharapkan oleh dunia pendidikan.
Salah satu upaya yang diharapkan dapat memotivasi siswa belajar IPS
dalam meningkatkan hasil belajar siswa ialah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif didasari oleh manusia sebagai mahluk sosial,
dimana kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup. Selain itu, model pembelajaran ini menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk
memperoleh serta mengembangkan pengetahuan nilai, sikap dan keterampilan
sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat (Lie, 2002:27).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran karena siswa

3


dapat langsung berinteraksi dan langsung memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa
yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa
lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajar siswa yang lain sehingga
kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan. Model
pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe diantaranya yaitu mencari
pasangan, peta pikiran, pembelajaran berdasarkan masalah kepada bernomor
struktur, talking stik, lingkaran kecil, lingkaran besar, bertukar pasangan,
artikulasi, tebak kata, kartu arisan, dan kalimat konsep (Suyatno, 2009:71). Dalam
penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan oleh peneliti
ialah model mencari pasangan.
Pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan menuntut siswa untuk
bekerja sama dan berinteraksi dalam mengembangkan ide dan pemikirannya.
Selain siswa dituntut untuk bekerja sama dan berinteraksi, siswa juga dapat
merasakan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan karena proses
pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan ini menghendaki siswa dapat
bebas

menikmati


pelajaran

dengan

ekspresinya

masing-masing

tanpa

menghilangkan makna belajar itu sendiri serta siswa tidak hanya bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri tetapi bertanggung jawab terhadap kelompoknya
atau pasangannya, sehingga pembelajaran ini dapat memupuk pembelajaran
kelompok kerja positif yang meniadakan persaingan individu. Suasana belajar dan
rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota
kemungkinan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih

4

baik. Proses pembelajaran tersebut juga dapat membantu siswa yang kurang

berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Mencari Pasangan
(Make-A-Match) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas
IX.2 di SMP Negeri 3 Palembang”.

B. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari konsepsi dan penafsiran yang berbeda dari pembaca
maka peneliti ini memberi batasan-batasan:
a) Model pembelajaran mencari pasangan (Make-A-Match) merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana siswa dilatih bekerja sama dan saling
berinteraksi dalam kelompok kecil menyelesaikan tugasnya yaitu dengan
permainan kartu dalam suasana yang menyenangkan.
b) Hasil belajar dan aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran
mencari pasangan (Make-A-Match)
c) Penelitian ini dibatasi untuk pokok pembahasan Memahami kegiatan pelaku
ekonomi di masyarakat
d) Sebagai objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.2

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:

5

1. Apakah meningkat hasil belajar siswa setelah diterapkannya

model

pembelajaran Mencari Pasangan (Make A Match) ?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Mencari Pasangan (Make
A Match) dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian
“Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam melaksanakan
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan bermotif” (Nawawi dalam Martini,
1996:235). Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran Mencari Pasangan (Make A Match)
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Mencari Pasangan

(Make A Match) dalam mempengaruhi hasil belajar siswa

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
a) Sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu tentang model
pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (Make-A-Macth)
b) Memberikan masukan kepada guru mengenai model pembelajaran kooperatif
yang dapat dijadikan alternatif model pembelajaran sebagai upaya
mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa
c) Dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar
d) Dapat digunakan sekolah sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan suatu lulusannya

6

e) Acuan bagi peneliti sebagai calon guru untuk meningkatkan kinerja yang lebih
baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

7


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakekat Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan melalui praktek atau latihan,
yang mana dalam prakteknya belajar juga menyangkut dengan suasana
lingkungan eksternal yang mendukung baik cuaca, kondisi tempat yang senang
dari kegaduhan dan kondisi lainnya yang mempengaruhi sikap dan reaksi individu
dalam aktivitas belajarnya.(Soemanto, 2003).
Sudjana dalam buku Evaluasi Pembelajaran (Jihad, 2008:2) berpendapat
“Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang
belajar”. Selanjutnya menurut Slameto (2003 : 2) merumuskan “Belajar sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa maksud dari belajar adalah proses atau rangkaian yang dilakukan oleh

individu

dengan

dasar

dalam

interaksi

dengan

lingkungannya

yang

mengakibatkan adanya perubahan dalam diri individu tersebut, baik berupa
pengalaman, keterampilan, maupun sikap yang diperoleh sebagai hasil
pengalaman itu sendiri.


8

B. Tujuan Belajar
Belajar harus diarahkan kepada cita-cita tertentu dimana cita-cita yang
harus diperjuangkan dengan berbagai kegiatan belajar, akan menjadi tujuan
belajar setiap saat. Biasanya tujuan belajar itu bersambung dengan cita-cita akan
mendorong siswa untuk belajar sungguh-sungguh. Tanpa motif tertentu semangat
belajar siswa akan mudah padam karena tidak merasa mempunyai suatu
kepentingan yang harus diperjuangkan dengan benar.
Sardiman (2007:26) mengungkapkan secara umum tujuan belajar ada tiga
jenis, yaitu : untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan
keterampilan, dan pembentukan sikap. Sedangkan dalam tujuan belajar menurut
Soemanto (2002) adalah untuk memperoleh kualitatif individu sehingga tingkah
laku berkembang.
Kemudian tujuan belajar yang dikemukakan oleh Sukardi (2003:18) dalam
bukunya Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah yaitu untuk mengadakan
perubahan tingkah laku dan perbuatannya. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai
suatu kecakapan, keterampilan, suatu kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai
pengertian atau penerimaan dan penghargaan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah ingin
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, penanaman sikap mental dan perbuatan
kearah yang lebih baik.

C. Faktor-Faktor Psikologis Belajar

9

Menurut Slameto (2003:60-71) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri. Adapun
yang termasuk dalam faktor ini adalah faktor jasmaniah (misalnya faktor
kesehatan, cacat tubuh) dan faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejiwaan siswa, misalnya intelegensi, perhatian, minat,
bakat, dan motivasi.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern yang
mempengaruhi belajar ada 3 yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
Menurut Staton dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar (Sardiman,
2007:39) menguraikan enam macam faktor psikologis, yaitu :
a. Motivasi, dalam hal ini meliputi dua hal : 1) mengetahui apa
yang akan dipelajari, dan 2) memahami mengapa hal tersebut patut
dipelajari, b. Konsentrasi, dimaksudkan memusatkan segenap
kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar, c. Reaksi, sebagai
suatu wujud reaksi diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun
mental didalam kegiatan belajar, d. Organisasi, dimaksudkan
sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan
bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan pengertian,
e. Pemahaman, dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran
dengan begitu siswa dapat memahami suatu situasi, f. Ulangan,

10

untuk mengatasi kelupaan dalam belajar diperlukan kegiatan
ulangan agar kemampuan para siswa untuk mengingat pekerjaan
atau fakta yang sudah dipelajari akan semakin bertambah.

Sardiman (2007:45) mengklafikasikan faktor-faktor psikologis dalam
belajar itu adalah sebagai berikut :
a. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang
tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai
banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar, b.
Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri
maupun lingkungan dengan segenap panca indera, c.Tanggapan,
yang dimaksud adalah gambaran/bekas yang tinggal dalam ingatan
setelah orang melakukan pengamatan, d.Fantasi, adalah sebagai
kemampuan

untuk

membentuk

tanggapan-tanggapan

baru

berdasarkan atas tanggapan yang ada atau sebagai suatu fungsi yang
memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner,
menerobos dunia realitas, e. Ingatan, merupakan kecakapan untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan didalam
belajar, f. Berpikir, adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, menyintesis, dan menarik kesimpulan, g. Bakat, adalah
kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak
manusia itu ada, h. Motif, dapat diartikan daya penggerak yang ada
didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan.

11

D. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja terlepas dari ada atau
tidaknya orang yang mengajari kita. Peristiwa yang terjadi dalam hidup kita walau
tanpa kita sadari banyak mengandung hikmah yang dapat kita petik dan kita
pelajari, karena proses belajar terjadi jika adanya interaksi antara individu dan
lingkungan.
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama
belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto,
2002:2). Menurut Purwanto (2004:84) “Belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baru”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan sehingga
menghasilkan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Belajar merupakan
suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarahkan
kita kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah

12

kepada tingkah laku yang buruk. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, maupun sikap.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik
memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu
meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Di samping itu juga keberhasilan
siswa dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar yang baik merupakan harapan bagi
guru dan murid.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan
tindak mengajar dan biasanya pada individu yang belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2002:36). Menurut Sudjana (2006:22) hasil belajar ialah kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, pada
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar dapat
disimpulkan bahwa hasil ialah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar untuk suatu mata pelajaran tentang pemahaman dan penguasaan materi
dalam waktu tertentu dan dilambangkan dengan angka.

E. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses
rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik

13

berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri peserta
didik.
Menurut Dahlan (dalam Isjoni, 2009:49) “Model adalah sebagai suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas”. Sedangkan
pembelajaran menurut Surya (dalam Isjoni, 2009:49) merupakan suatu proses
perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2009:50) “Model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi
petunjuk kepada pengajar dikelasnya”
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran ialah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman pada
pengelolaan pembelajaran di dalam kelas untuk mencapai tujuan belajar yang
telah ditentukan.

F. Model Pembelajaran Mencari Pasangan
Teknik belajar mencari pasangan dikembangkan oleh Curran (1994).
Dalam model pembelajaran tipe ini siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya yang dapat
mencocokkan kartunya diberi nilai.

14

Menurut Isjoni (2009:16) dalam model pembelajaran gotong royong, yaitu
sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Dari kedua pendapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe mencari
pasangan ialah model pembelajaran yang meminta siswa untuk berinteraksi
dengan teman sekelasnya dalam mencari pasangan dari kartu yang dimilikinya
sebelum batas waktu yang ditentukan dengan suasana yang menyenangkan.
Menurut Suyatno (2009:121) langkah-langkah model pembelajaran
mencari pasangan (Make-A-Match) ialah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian) sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3) Tiap siswa memikirkan jawaban /soal dari kartu yang dipegang
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban)
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum bebas waktu diberi
poin
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya
7) Demikian seterusnya
8) Kesimpulan /penutup
Menurut Lie (2002:55-56) langkah-langkah model pembelajaran mencari
pasangan (Make-A-Match) ialah :

15

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
mungkin cocok untuk sisi review (persiapan menjelang tes atau ujian)
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang
kartu yang cocok.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan ialah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, yang terdiri dari satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban dari kartu
yang dipegangnya.
3) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
nilai
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang
kartu yang cocok
5) Kesimpulan dan penutup

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

16

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
Menurut

Oja

dan

Sumarjan

(dalam

Titik

Sugiarti,

1997:

8)

mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu,
1.
2.
3.
4.

Guru sebagai peneliti;
Penelitian tindakan kolaboratif
Simultan terintegratif
Administrasi sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun,
kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan
seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian

17

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
kelas IX.2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Palembang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
s/d April semester genap tahun pelajaran 2012/2013
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX.2 SMP Negeri 3 Palembang
pada pokok bahasan memahami hubungan manusia dengan bumi

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 36).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

18

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

Putaran 1

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Rencana awal/rancangan

Refleksi

Rencana yang direvisi

Tindakan/
Observasi
Refleksi

Putaran 3

Tindakan/
Observasi

Putaran 2

Refleksi

Rencana yang direvisi

Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:

19

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya model mencari pasangan (make a
match)
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP)

20

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing
RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.

Lembar observasi pengolahanModel pembelajaran mencari
pasangan,

untuk

mengamati

kemampuan

guru

dalam

mengelola

pembelajaran.
b.

Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS pokok bahasan
Memahami hubungan manusia dengan bumi. Tes formatif ini diberikan setiap
akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif).

D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada 2 tehnik pengumpulan data yaitu :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat proses
belajar mengajar melalui pembelajaran model pembelajaran mencari pasangan,
hal-hal ini yang dipantau selama kegiatan penelitian keseluruhannya tercantum
dalam lembar observasi yang telah disediakan.
2.

Tes
21

Tes digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pengalaman penguasaan
diberikan serta untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini digunakan tes dalam bentuk soal essay yang dilaksanakan
setelah proses belajar mengajar berlangsung pada pokok bahasan Memahami
kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat di SMP Negeri 3 Palembang.

E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1.

Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

22

S=

R
x 100
N

Keterangan :
S

: Nilai persen yang dicari/diharapkan

R

: Jumlah skor dari item soal yang dijawab benar

N

: Skor maksimum dari tes yang bersangkutan

100

: Bilangan tetap (Purwanto, 2004 : 112)
Untuk mencari nilai rata-rata ulangan harian digunakan rumus :

X́ =

∑x
n

Keteranan:


: Nilai rata-rata seluruh siswa

∑X

: Jumlah seluruh nilai siswa

n

: Jumlah seluruh siswa (Arikunto, 2005:264)

2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk menghitung persentase adalah:

23

P=

3.

∑ Siswa . yang . tuntas . belajar x 100
∑ Siswa

Untuk lembar observasi
a.

Lembar observasi pengelolaan metode penumuan terbimbing
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan model pembelajaran

mencari pasangan digunakan rumus sebagai berikut:

X=

P1 + P 2
2

Dimana:

P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2

b.

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut.

=

X

∑X

x 100

Dengan:

X=
Dimana:

jumlah. hasil . pengama tan P 1 + P2
=
jumlah . pengamat
2
%

X

∑X

= Persentase pengamatan
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata

24