Selasa 03 Mei 2011 Perlindungan Pihak Ke
Selasa, 03 Mei 2011
Perlindungan Pihak Ketiga Yang Beritikad Baik.
ᄃ
Perlindungan Pihak Ketiga Yang
Beritikad Baik.
Oleh : Wasis Priyanto
Tidak selamanya otang tahu akan permasalahan yang terjadi
pada orang lain. Begitu juga dalam proses jual beli. Karena
kelihaian seorang penjual dalam menutupi dan mengeas barang
jualannya, seorang pembeli bisa tidak mengetahui cacata
dalam barang yang di beli. Cacat disini bisa diartikan
beragam, bisa barangnya menag kualitas buruk, atau bahkan
barang yang dijual sejatinya bukan milik penjual.
Sudah menjadi suatu norma hukum, bahwa pihak ketiga yang
beritikad baik dilindungi oleh undang-undang. Dalam sebuah
yurisprudensi memang diambil sebuah kaidah hukum " bahwa pihak
pembeli yang beritikad baik harus dilindungi dan Jual beli yang dilakukan hanya purapura (proforma) saja hanya mengikat terhadap yang membuat perjanjian, dan tidak
mengikat sama sekali kepada pihak ketiga yang membeli dengan itikad baik" ( vide
Putusan Mahkamah Agung RI nomor 3201K//Pdt/1991 tertanggal
30 Januari 1996;).
Contoh kasus.
Sdr. Rudi adalah bersaudara kakak beradik dengan sdr.Dian.
Rudi seorang pegawai yang sering pindah-pindah tugas. Rudi
memiliki sebidang tanah yang ada di kota kelahirannya hasil
dari warisan orang tuanya. Rudi yang sering pindah-pindah
tugas akhir tidak bisa mengurusi tanah yang dimiliki
tersebut. Dian yang merupakan adik dari Rudi akhirnya
mengurusi tanah tersebut bahkan dari tanah tersebut bisa
digunakan untuk sebuah usaha.
Bulan berganti Bulan, tahun berganti tahun, ternyata Dian
bertindak curang. Dian membalikan tanah Rudi yang di
kuasainya menjadi namanya. Setelah tanah atas namanya. Dian
menjaminkan ke Bank dengan hak Tanggungan. Namun ternyata
Dian tidak bisa membayar tagihannya ke bank dan akhirnya
jatuh tempo. Terhadap Tanah yang dibebani dengan hak
tanggungan tersebut mengajukan ke PUPN untuk melelang tanah
tersebut. Dan dari proses lelang tersebut sebagai pemenang
adalah sdr. Hadi.
Setelah pensiun sdr.rudi pulang kampung, namun sesampai di
kampung halam kaget pulang kepalang. Karena tanahnya
ternyata sudah dikuasai dan diusahakan oleh sdr. Hadi.
Setelah mnegetahui bagaimana proses terjadinya hal tersebut,
Sdr. Rudi mengajukan gugatan ke Pengadilan dengan Sdr. Dian
sebagai tergugat I, Pihak BPN sebagai tergugat II, Pihak
Bank sebagai tergugat III, PUPN sebagai tergugat IV, dan
Sdr. Hadi sebagai tergugat V;
Yang menjadi pertanyaan bagaimana perlindungan sdr, Hadi sebagai pihak ketiga yang
bertikiad baik sebagai pemenang lelang. Apakah tanah yang telah dia kuasai harus
diserahkan kepada pemilik asal yaitu sdr. Rudi?
Pembahasan
Dalam perjanjian jual beli, perjanjian jual beli barang
milik orang lain dianggap batal, hal tersebut sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 1471 KUH Perdata menyatakan :
"Jual beli barang orang lain adalah batal, dan dapat
memberikan dasar untuk penggantian ya, kerugian dan
bunga, jika si pembeli tidak telah mengetahui barang itu
kepunyaan orang lain;"
Berkaitan dengan kasus tersebut, apakah jula beli lelang
yang dimenangkan oleh sdr. Hadi batal, sedangkan kalau
dilihat tanah yang dijual belikan adalah milik sdr. Rudi?.
Perlu kita lihat bahwa yang menjadi obyek jual beli adalah
sebidang tanah, dan tentunya pasal 1471 KUH Perdata tidak bisa diterapkan
terhadap jual beli tanah, karena mengenai tanah sudah diatur secara
khusus dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 : Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menyebutkan bahwa :
"Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan
atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta
dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undangundang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya,
segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang
bersandar pada hukum agama."
Sistem jual beli tanah dalam hukum adat menganut sistem
tunai/konkrit/terang/nyata artinya setiap hubungan harus
terlihat nyata. Hal ini karena masyarakat adat masih sangat
sederhana, sehingga dalam transaksi jual tanah tersebut baru
mengikat apabila transaksi tersebut terlihat secara konkrit
dan nyata telah terjadi yaitu dibuktikan dengan adanya
pertukaran, berupa penyerahan tanah sebagai objek dengan
sekaligus penyerahan uang secara tunai sebagai pembayaran.
Imam Soetiknyo dalam bukunya Politik Agraria Nasional,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987 hlm 67 )
memberi
pengertian
"terang"
yang
menjelaskan
bahwa
pengalihan hak atas tanah menurut adat, harus dengan
dukungan (medewerking) Kepala Suku/Masyarakat hukum/Desa
agar perbuatan itu terang dan sahnya (rechtsgeldigheid)
ditanggung Kepala
Suku/Masyarakat Hukum/Desa
tersebut.
Selain daripada itu Kepala Adat juga harus menjamin agar
hak-hak ahli waris, para tetangga (buren recht) dan hak
sesama suku tidak dilanggar apabila tanah hak milik adat
tersebut akan di lepas atau dijual akad;
Menurut
H.
Atja
Sondjaja,
dalam
makalah
Beberapa
Permasalahan Hukum yang disampaikan dalam Rakernas Mahkamah
Agung RI di Palembang tanggal 06 s.d 10 Oktober 2010, hal 11
menyebutkan "pelelangan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturn yang berlaku, tidak dapat dibatalkan
(pembeli yang beritikad baik harus dilindungi)". Hal
tersebut merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap lelang
yang dilakukan oleh BPPn dan PUPN;
Pendapat H.Atja Sondjaja tersebut sejalan dengan putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 4039 K/Pdt/2001 ᄃ
yang dalam
pertimbangannya menyebutkan sebagai berikut :
bahwa hak tanggungan atas obyek sengketa ini telah dilakukan
pelelangan sesuai dengan prosedur yang ada, walaupun
kemudian dapat dibuktikan dengan putusan pidana bahwa pihak
yang menjaminkan (Tergugat I) tidak berhak untuk menjaminkan
obyek sengketa tersebut ;
bahwa oleh karena pelelangan terjadi sebelum adanya putusan
perkara pidana, maka pelelangan atas obyek sengketa adalah
sah dan dengan demikian pembeli lelang harus dilindungi ;
bahwa oleh karena pelelangan atas obyek sengketa adalah sah,
maka yang harus bertanggungjawab atas kerugian yang diderita
oleh para Penggugat adalah Tergugat I. Sedangkan Turut
Tergugat I dan II harus dilepaskan dari tanggungjawab atas
tuntutan Penggugat tersebut ;
Kembali pada contoh kasus tersebut diatas, jika pelaksanaan
lelang yang mana dilakukan sesuai dengan aturan, dimana
Sdr.hadi sebagai pemenang lelang, maka lelang tersebut tidak
dapat dibatalkan, dan tanah tetap dikuasai oleh sdr. Hadi.
(ini adalah bentuk perlindungan hukum terhadap pihak ketiga
yang beritikad baik.
Yang
menjadi
pertanyaan
lebih
lanjut,
perlingdungan
hukum
terhadap
sdr.Rudi
atas
sdr.Dian yang menjual tanahny?
bagaimana
tindakan
Atas permasalahan tersebut, Penulis berpendapat, bahwa
apabila sdr.Rudi bisa membuktikan itu adalah tanah miliknya
namun dijual oleh sdr.Dian, maka sdr.Rudi bisa mendapatkan
ganti kerugian dari sdr.Dian, baik itu ganti rugi materiil
yang tanahnya telah di jual, dang anti rugi imateriil yang
dialaminya.
Sdr.Rudi tidak mungkin mendapatkan tanahnya lagi , karena
tanah sudah dikuasai oleh sdr.hadi sebagai pihak ketiga yang
beritikad baik yang membeli lewat pelelangan.
Demikian ini pembahasan mengenai perlindungan hukum terhadap
pihak ketiga yang beritikad baik, semoga bermanfaat.
Diposkan oleh Wasis Priyanto ᄃ di Selasa, Mei 03, 2011 ᄃ Kirimkan Ini lewat Email
ᄃ BlogThis!ᄃ Berbagi ke Twitter ᄃ Berbagi ke Facebook ᄃ
Label: Hukum dan Peradilan ᄃ
2 komentar:
Anonim25 Oktober 2012 10.40 ᄃ
Mas, mantap uraiannya.
Sebagai diskusi, saya mau berbeda pendapat, boleh ya.
Logika paling sederhana (demi keadilan) untuk perkara ini menurut
saya sudah dipaparkan Pasal 1471 KUHPer. Dan sepatutnya menjadi
dasar dari seluruh transaksi jahat (termasuk tanah).
Dari uraian mas, sebagaimana memang merupakan praktik saat ini,
yang sesungguhnya dilindungi adalah proses. Walaupun proses
tersebut diinisiasi atau diawali suatu kejahatan ataupun kelalaian.
Praktik yang berlaku saat ini saya anggap lebih merupakan kemalasan
/ short cut untuk meluruskan permasalahan, dan merupakan
pembiaran atas kejahatan atau kelalaian. Yang menjadikan pemilik
initial (asli) menjadi pihak yang harus mengeluarkan effort dan hanya
sebatas ganti rugi.
Kalau logikanya dibalik, pada saat dapat dibuktikan siapa pemilik asli
yang berhak atas obyek, kenapa tidak si pembeli beritikad baik itu
yang harus keluar effort? dan pada akhirnya perlindungan hukum
yang diberikan atasnya sebatas penggantian kerugian. karena dia
telah tidak teliti (asumsi) dan faktanya demikian-karenan membeli
dari pihak penjual yang tidak berhak.
Komentar Bp. Atja selaku Tuada Perdata pun sampai sekarang belum
didukung dasar hukum yang bisa diterima.
Ataukah ini yang namanya "ketertiban umum" mengalahkan
"keadilan"?
Salaam.
- tagor
Balas ᄃ
dalton ᄃ 30 April 2013 16.19 ᄃ
Salam kenal mas Wasis, nama saya Dalton.SH , saya sedang
menyususn tesis dengan judul " analisis yuridis efisiensi proses lelang
atas benda yang dikuasai pihak ke tiga" dan kebetulan kasus ini
merupakan kejadian yang sedang saya alami sendiri sekarang ini,
boleh kah mas wasis meluangkan waktu untuk saya berdiskusi melalui
email?
Terima kasih
[email protected]
Balas ᄃ
Perlindungan Pihak Ketiga Yang Beritikad Baik.
ᄃ
Perlindungan Pihak Ketiga Yang
Beritikad Baik.
Oleh : Wasis Priyanto
Tidak selamanya otang tahu akan permasalahan yang terjadi
pada orang lain. Begitu juga dalam proses jual beli. Karena
kelihaian seorang penjual dalam menutupi dan mengeas barang
jualannya, seorang pembeli bisa tidak mengetahui cacata
dalam barang yang di beli. Cacat disini bisa diartikan
beragam, bisa barangnya menag kualitas buruk, atau bahkan
barang yang dijual sejatinya bukan milik penjual.
Sudah menjadi suatu norma hukum, bahwa pihak ketiga yang
beritikad baik dilindungi oleh undang-undang. Dalam sebuah
yurisprudensi memang diambil sebuah kaidah hukum " bahwa pihak
pembeli yang beritikad baik harus dilindungi dan Jual beli yang dilakukan hanya purapura (proforma) saja hanya mengikat terhadap yang membuat perjanjian, dan tidak
mengikat sama sekali kepada pihak ketiga yang membeli dengan itikad baik" ( vide
Putusan Mahkamah Agung RI nomor 3201K//Pdt/1991 tertanggal
30 Januari 1996;).
Contoh kasus.
Sdr. Rudi adalah bersaudara kakak beradik dengan sdr.Dian.
Rudi seorang pegawai yang sering pindah-pindah tugas. Rudi
memiliki sebidang tanah yang ada di kota kelahirannya hasil
dari warisan orang tuanya. Rudi yang sering pindah-pindah
tugas akhir tidak bisa mengurusi tanah yang dimiliki
tersebut. Dian yang merupakan adik dari Rudi akhirnya
mengurusi tanah tersebut bahkan dari tanah tersebut bisa
digunakan untuk sebuah usaha.
Bulan berganti Bulan, tahun berganti tahun, ternyata Dian
bertindak curang. Dian membalikan tanah Rudi yang di
kuasainya menjadi namanya. Setelah tanah atas namanya. Dian
menjaminkan ke Bank dengan hak Tanggungan. Namun ternyata
Dian tidak bisa membayar tagihannya ke bank dan akhirnya
jatuh tempo. Terhadap Tanah yang dibebani dengan hak
tanggungan tersebut mengajukan ke PUPN untuk melelang tanah
tersebut. Dan dari proses lelang tersebut sebagai pemenang
adalah sdr. Hadi.
Setelah pensiun sdr.rudi pulang kampung, namun sesampai di
kampung halam kaget pulang kepalang. Karena tanahnya
ternyata sudah dikuasai dan diusahakan oleh sdr. Hadi.
Setelah mnegetahui bagaimana proses terjadinya hal tersebut,
Sdr. Rudi mengajukan gugatan ke Pengadilan dengan Sdr. Dian
sebagai tergugat I, Pihak BPN sebagai tergugat II, Pihak
Bank sebagai tergugat III, PUPN sebagai tergugat IV, dan
Sdr. Hadi sebagai tergugat V;
Yang menjadi pertanyaan bagaimana perlindungan sdr, Hadi sebagai pihak ketiga yang
bertikiad baik sebagai pemenang lelang. Apakah tanah yang telah dia kuasai harus
diserahkan kepada pemilik asal yaitu sdr. Rudi?
Pembahasan
Dalam perjanjian jual beli, perjanjian jual beli barang
milik orang lain dianggap batal, hal tersebut sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 1471 KUH Perdata menyatakan :
"Jual beli barang orang lain adalah batal, dan dapat
memberikan dasar untuk penggantian ya, kerugian dan
bunga, jika si pembeli tidak telah mengetahui barang itu
kepunyaan orang lain;"
Berkaitan dengan kasus tersebut, apakah jula beli lelang
yang dimenangkan oleh sdr. Hadi batal, sedangkan kalau
dilihat tanah yang dijual belikan adalah milik sdr. Rudi?.
Perlu kita lihat bahwa yang menjadi obyek jual beli adalah
sebidang tanah, dan tentunya pasal 1471 KUH Perdata tidak bisa diterapkan
terhadap jual beli tanah, karena mengenai tanah sudah diatur secara
khusus dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 : Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menyebutkan bahwa :
"Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan
atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta
dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undangundang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya,
segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang
bersandar pada hukum agama."
Sistem jual beli tanah dalam hukum adat menganut sistem
tunai/konkrit/terang/nyata artinya setiap hubungan harus
terlihat nyata. Hal ini karena masyarakat adat masih sangat
sederhana, sehingga dalam transaksi jual tanah tersebut baru
mengikat apabila transaksi tersebut terlihat secara konkrit
dan nyata telah terjadi yaitu dibuktikan dengan adanya
pertukaran, berupa penyerahan tanah sebagai objek dengan
sekaligus penyerahan uang secara tunai sebagai pembayaran.
Imam Soetiknyo dalam bukunya Politik Agraria Nasional,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987 hlm 67 )
memberi
pengertian
"terang"
yang
menjelaskan
bahwa
pengalihan hak atas tanah menurut adat, harus dengan
dukungan (medewerking) Kepala Suku/Masyarakat hukum/Desa
agar perbuatan itu terang dan sahnya (rechtsgeldigheid)
ditanggung Kepala
Suku/Masyarakat Hukum/Desa
tersebut.
Selain daripada itu Kepala Adat juga harus menjamin agar
hak-hak ahli waris, para tetangga (buren recht) dan hak
sesama suku tidak dilanggar apabila tanah hak milik adat
tersebut akan di lepas atau dijual akad;
Menurut
H.
Atja
Sondjaja,
dalam
makalah
Beberapa
Permasalahan Hukum yang disampaikan dalam Rakernas Mahkamah
Agung RI di Palembang tanggal 06 s.d 10 Oktober 2010, hal 11
menyebutkan "pelelangan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturn yang berlaku, tidak dapat dibatalkan
(pembeli yang beritikad baik harus dilindungi)". Hal
tersebut merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap lelang
yang dilakukan oleh BPPn dan PUPN;
Pendapat H.Atja Sondjaja tersebut sejalan dengan putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 4039 K/Pdt/2001 ᄃ
yang dalam
pertimbangannya menyebutkan sebagai berikut :
bahwa hak tanggungan atas obyek sengketa ini telah dilakukan
pelelangan sesuai dengan prosedur yang ada, walaupun
kemudian dapat dibuktikan dengan putusan pidana bahwa pihak
yang menjaminkan (Tergugat I) tidak berhak untuk menjaminkan
obyek sengketa tersebut ;
bahwa oleh karena pelelangan terjadi sebelum adanya putusan
perkara pidana, maka pelelangan atas obyek sengketa adalah
sah dan dengan demikian pembeli lelang harus dilindungi ;
bahwa oleh karena pelelangan atas obyek sengketa adalah sah,
maka yang harus bertanggungjawab atas kerugian yang diderita
oleh para Penggugat adalah Tergugat I. Sedangkan Turut
Tergugat I dan II harus dilepaskan dari tanggungjawab atas
tuntutan Penggugat tersebut ;
Kembali pada contoh kasus tersebut diatas, jika pelaksanaan
lelang yang mana dilakukan sesuai dengan aturan, dimana
Sdr.hadi sebagai pemenang lelang, maka lelang tersebut tidak
dapat dibatalkan, dan tanah tetap dikuasai oleh sdr. Hadi.
(ini adalah bentuk perlindungan hukum terhadap pihak ketiga
yang beritikad baik.
Yang
menjadi
pertanyaan
lebih
lanjut,
perlingdungan
hukum
terhadap
sdr.Rudi
atas
sdr.Dian yang menjual tanahny?
bagaimana
tindakan
Atas permasalahan tersebut, Penulis berpendapat, bahwa
apabila sdr.Rudi bisa membuktikan itu adalah tanah miliknya
namun dijual oleh sdr.Dian, maka sdr.Rudi bisa mendapatkan
ganti kerugian dari sdr.Dian, baik itu ganti rugi materiil
yang tanahnya telah di jual, dang anti rugi imateriil yang
dialaminya.
Sdr.Rudi tidak mungkin mendapatkan tanahnya lagi , karena
tanah sudah dikuasai oleh sdr.hadi sebagai pihak ketiga yang
beritikad baik yang membeli lewat pelelangan.
Demikian ini pembahasan mengenai perlindungan hukum terhadap
pihak ketiga yang beritikad baik, semoga bermanfaat.
Diposkan oleh Wasis Priyanto ᄃ di Selasa, Mei 03, 2011 ᄃ Kirimkan Ini lewat Email
ᄃ BlogThis!ᄃ Berbagi ke Twitter ᄃ Berbagi ke Facebook ᄃ
Label: Hukum dan Peradilan ᄃ
2 komentar:
Anonim25 Oktober 2012 10.40 ᄃ
Mas, mantap uraiannya.
Sebagai diskusi, saya mau berbeda pendapat, boleh ya.
Logika paling sederhana (demi keadilan) untuk perkara ini menurut
saya sudah dipaparkan Pasal 1471 KUHPer. Dan sepatutnya menjadi
dasar dari seluruh transaksi jahat (termasuk tanah).
Dari uraian mas, sebagaimana memang merupakan praktik saat ini,
yang sesungguhnya dilindungi adalah proses. Walaupun proses
tersebut diinisiasi atau diawali suatu kejahatan ataupun kelalaian.
Praktik yang berlaku saat ini saya anggap lebih merupakan kemalasan
/ short cut untuk meluruskan permasalahan, dan merupakan
pembiaran atas kejahatan atau kelalaian. Yang menjadikan pemilik
initial (asli) menjadi pihak yang harus mengeluarkan effort dan hanya
sebatas ganti rugi.
Kalau logikanya dibalik, pada saat dapat dibuktikan siapa pemilik asli
yang berhak atas obyek, kenapa tidak si pembeli beritikad baik itu
yang harus keluar effort? dan pada akhirnya perlindungan hukum
yang diberikan atasnya sebatas penggantian kerugian. karena dia
telah tidak teliti (asumsi) dan faktanya demikian-karenan membeli
dari pihak penjual yang tidak berhak.
Komentar Bp. Atja selaku Tuada Perdata pun sampai sekarang belum
didukung dasar hukum yang bisa diterima.
Ataukah ini yang namanya "ketertiban umum" mengalahkan
"keadilan"?
Salaam.
- tagor
Balas ᄃ
dalton ᄃ 30 April 2013 16.19 ᄃ
Salam kenal mas Wasis, nama saya Dalton.SH , saya sedang
menyususn tesis dengan judul " analisis yuridis efisiensi proses lelang
atas benda yang dikuasai pihak ke tiga" dan kebetulan kasus ini
merupakan kejadian yang sedang saya alami sendiri sekarang ini,
boleh kah mas wasis meluangkan waktu untuk saya berdiskusi melalui
email?
Terima kasih
[email protected]
Balas ᄃ