Pengaruh Suhu Air dan Perendaman pada Dua Tingkat Kematangan Buah terhadap Perkecambahan Benih Sirsak (Annona muricata Linn) Chapter III V

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dilaksanakanmulai bulan Desember
2016 sampai dengan Februari 2017.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benihyang
berasal dari kebun sirsak rakyat di Desa Munte, Kecamatan Munte, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara,pasir steril,aquades, fungisida dan bahan yang mendukung
pelaksanaan penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wadah plastik, bak
perkecambahan,handsprayer, termometer, timbangan analitik, oven,kamera,
lemari es, gunting, label, ember, pisau, plastik hitam, karet, alat tulis dan
kalkulator serta alat yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3
faktor perlakuan yaitu :
Faktor I

: Tingkat Kematangan Buah (M) terdiri dari 2 taraf perlakuan, yaitu:
M 1 = Matang Peram

M 2 = Matang Pohon

Faktor II

: Suhu Air (S) terdiri dari 2 taraf perlakuan, yaitu:
S 1 = 280 C
S 2 = 90 C

Universitas Sumatera Utara

Faktor III : Lama Perendaman (L) terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu :
L1 = 12 Jam
L2 = 24 Jam
L3 = 36 Jam
Sehingga diperoleh 12 kombinasi yaitu:
M1 S 1 L1

M1 S 2 L1

M2 S 1 L1


M2 S 2 L1

M1 S 1 L2

M1 S 2 L2

M2 S 1 L2

M2 S 2 L2

M1 S 1 L3

M1 S 2 L3

M2 S 1 L3

M2 S 2 L3

Jumlah ulangan


= 3 ulangan

Jumlah unit percobaan

= 36unit percobaan

Jumlah benih per unit

= 30 benih

Jumlah benih tiap perlakuan

= 90 benih

Jumlah benih seluruhnya

= 1080 benih

Jumlah sampel per unit


= 30 benih

Jumlah sampel seluruhnya

= 1080 benih

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Y ijk = µ + ρ i + α j + β k + D l + αβ jk +αD jl + βD kl + αβD jkl + ε ijkl
i=1,2,3

j=1,2

k=1,2

l=1,2,3

Dimana :
Y ijkl


= Hasil pengamatan pada plot percobaan yang mendapat perlakuan
tingkat kematangan benih taraf ke-j, dengan perlakuan suhu air taraf
ke-k dan lama perendaman taraf ke-l pada blok ke-i

µ

= Nilai rataan umum

Universitas Sumatera Utara

ρi

= Efek perlakuan blok ke-i

αj

= Efek perlakuan tingkat kematangan benih pada taraf ke-j

βk


= Efek perlakuan suhu air pada taraf ke-k

Dl

= Efek perlakuan lama perendaman pada taraf ke-l

αβ jk

= Efek interaksi dari tingkat kematangan benih taraf ke-j dan suhu air
padataraf ke-k

αD jl

= Efek interaksi dari tingkat kematangan benih taraf ke-j dan lama
perendaman pada taraf ke-l

βD kl

= Efek interaksi dari suhu air taraf ke-k dan lama perendaman pada taraf

ke-l

αβD jkl

= Efek interaksi dari tingkat kematangan benih taraf ke-j, suhu air taraf
ke-k dan lama perendaman pada taraf ke-l

ε ijkl

= Pengaruh galat dari tingkat kematangan benih taraf ke-j, suhu air taraf
ke-k dan lama perendaman taraf ke-l pada blok ke-i
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan

dengan uji beda rataan yaitu uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%
(Sastrosupadi, 2000).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Media Perkecambahan

Digunakan media perkecambahan pasir yang telah disterilkan dengan
digongseng selama ± 60 menit untuk menghilangkan kontaminasi yang berasal
dari cendawan dan bakteri, diisi bak kecambah berukuran 22 cm x 30 cm dengan
pasir steril setebal ± 4 cm
Persiapan Benih
Disiapkanbenih yang berasal dari buah sirsak yang matang pohon dan
matang peram dengan ukuran benih yang seragam dan tidak terserang cendawan
yang diperoleh dari kebun sirsak rakyat di Desa Munte, Kecamatan Munte,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dibersihkan benih dari sisa daging buah yang
masih melekat pada benih, dipilih benih yang ukurannya seragam kemudian benih
direndam dalam air, disisihkan benih yang mengapung, diambil benih yang
tenggelam dan benih kemudian ditiriskan.
Perlakuan Perendaman
Direndam sebagian benih dalam wadah plastik yang telah berisi aquades
sebanyak 300 ml, diletakkan pada wadah yang telah ditutup dengan plastik hitam
dan disimpan didalam lemari kayu dengan kondisi gelap selama 12, 24 dan 36
jam. Direndam sebagian benih yang lain pada wadah plastik berisi aquades
sebanyak 300 ml yang telah didinginkan dalam lemari es hingga suhu 90 C, wadah
ditutup dan benih direndam selama 12, 24 dan 36 jam didalam lemari es.


Universitas Sumatera Utara

Penanaman Benih
Direndam benih dengan fungisida selama 15 menit setelah itu benih
ditiriskan. Dibasahi permukaan pasir pada bak kecambah dengan aquades hingga
kondisinya menjadi lembab. Dibuat lubang tanam sedalam ± 2 cm dan ditanam
benih pada bak perkecambahan sebanyak 30 benih per bak kecambah.
Pemeliharaan
Dilakukan penyiraman setiap pagi hari dengan menggunakan handsprayer
hingga media perkecambahan menjadi lembab.
Pengamatan Parameter
Laju Perkecambahan
Diukur laju perkecambahan dengan menghitung jumlah hari yang
diperlukan

untuk

munculnya

radikula


dan

plumula.

Perhitungan

laju

perkecambahan sebagai berikut :
N 1 T 1 + N 2 T 2 + .................. +N xT x
Rata-rata hari =
Jumlah total benih yang berkecambah
Keterangan : N : Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu
T : Menunjukkan jumlah waktu antara jadwal pengujian sampai
dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan
(Sutopo, 1993).
Indeks Vigor
Dihitung Indeks Vigor (IV) berdasarkan rumus dari Copeland (1977) :
G1


G2 G3
Gn
Indeks Vigor =
+
+
+ .......
D1 D2 D3
Dn
Keterangan : G : jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
D : waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut
n : jumlah hari pada perhitungan akhir

Universitas Sumatera Utara

Uji Daya Kecambah
Diuji daya kecambah benih meliputi persentase kecambah normal,
persentase kecambah abnormal dan persentase benih mati. Menurut Sutopo (1993)
persentase perkecambahan terdiri dari beberapa evaluasi diantaranya :
Kecambah normal (%)
Persentase kecambah normal menunjukkan jumlah kecambah normal yang
dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Untuk evaluasi kecambah digunakan kriteria sebagai
berikut :
- Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama
akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal
maka akar ini tidak boleh kurang dari dua.
- Pertumbuhan plumula yang sempurna, daun hijau dan pertumbuhan epikotil
yang sempurna dengan kuncup yang normal.
- Memiliki dua kotiledon untuk kecambah dikotil.
Perhitungan persentase kecambah normal sebagai berikut :
Jumlah kecambah normal yang dihasilkan
Kecambah normal =
x 100 %
Jumlah contoh benih yang diuji
Kecambah abnormal (%)
Persentase kecambah abnormal menunjukkan jumlah kecambah abnormal
yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan. Untuk evaluasi kecambah digunakan kriteria
sebagai berikut :
- Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer
yang pendek.

Universitas Sumatera Utara

- Kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah atau kurang
seimbang dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar, hipokotil,
epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek. Koleoptil yang pecah
atau tidak mempunyai daun serta kecambah yang kerdil.
- Kecambah yang tidak membentuk chlorophyl.
- Kecambah yang lunak.
Jumlah kecambah abnormal yang dihasilkan
Kecambah abnormal =
x 100 %
Jumlah contoh benih yang diuji
Benih Mati (%)
Kriteria ini ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum berkecambah
atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan
dalam keadaan dorman.
Jumlah benih mati
Benih Mati =

x 100 %
Jumlah contoh benih yang diuji

Bobot Segar Kecambah
Dihitung bobot segar kecambah dengan mengambil seluruh kecambah dari
bak perkecambahan dan dibersihkan dari pasir yang melekat pada bagian akar
kecambah, ditimbang kecambah sesuai masing-masing perlakuan dengan
timbangan analitik.
Bobot Kering Kecambah
Dihitung bobot kering kecambahdengan memasukkan kecambah di dalam
amplop coklat sesuai dengan masing-masing perlakuan, dan diovenkan dalam
suhu 1000 C sampai beratnya konstan, ditimbang kecambah dengan menggunakan
timbangan analitik.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan tingkat
kematangan buah berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan laju
perkecambahan, indeks vigor, kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati,
bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah. Perlakuan suhu air
berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan indeks vigor dan bobot segar
kecambah. Perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter
pengamatan laju perkecambahan, indeks vigor, kecambah normal, kecambah
abnormal, benih mati, bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah.
Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air berpengaruh nyata
terhadap parameter pengamatan laju perkecambahan, indeks vigor, kecambah
normal, kecambah abnormal, benih mati, bobot segar kecambah dan bobot kering
kecambah. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman
berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan laju perkecambahan, indeks
vigor, kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati, bobot segar kecambah
dan bobot kering kecambah. Interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman

berpengaruh

nyata

terhadap

parameter

pengamatan

laju

perkecambahan, indeks vigor, kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati,
bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah. Interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap
parameter pengamatan laju perkecambahan, indeks vigor, kecambah normal,
kecambah abnormal, benih mati, bobot segar kecambah dan bobot kering
kecambah.

Universitas Sumatera Utara

Laju Perkecambahan
Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju perkecambahan dapat dilihat
pada Lampiran 4 dan 5. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tingkat
kematangan buah dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap laju
perkecambahan tetapi perlakuan suhu air tidak berpengaruh nyata terhadap laju
perkecambahan. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air,
tingkat kematangan buah dengan lama perendaman dan suhu air dengan lama
perendaman berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan. Interaksi perlakuan
tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh nyata
terhadap laju perkecambahan.
Rataan laju perkecambahan benih pada perlakuan tingkat kematangan
buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Laju perkecambahan pada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air
dan lama perendaman
Perlakuan
Rataan
...hari...
M1
(Matang Peram)
37,33 a
M2
(Matang Pohon)
24,16 b
S1
31,05 a
(28⁰ C)
S2
30,45 b
(9⁰ C)
L1
(12 jam)
32,68 a
L2
(24 jam)
31,29 b
L3
(36 jam)
28,72 c
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan laju perkecambahan tercepat pada
perlakuan tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 2 sebesar 24,16 hari
dan laju perkecambahan terlama pada perlakuan M 1 sebesar 37,33 hari. Rataan
laju perkecambahan tercepat pada perlakuan suhu air terdapat pada perlakuan S 2
sebesar 30,45 hari dan laju perkecambahan terlama pada perlakuan S 1 sebesar

Universitas Sumatera Utara

31,05 hari. Rataan laju perkecambahan tercepat pada perlakuan lama perendaman
terdapat pada perlakuan L 3 sebesar 28,72 hari dan laju perkecambahan terlama
pada perlakuan L1 sebesar 32,68 hari.
Rataan laju perkecambahan benih pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju perkecambahan pada interaksi perlakuan tingkat
dengan suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
...hari...
M 1 (Matang Peram)
37,46 a
M 2 (Matang Pohon)
22,66 b

kematangan buah
S 2 (90 C)
37,21 a
23,70 b

Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan laju perkecambahan tercepat terdapat
pada interaksi perlakuan M 2 S 1 sebesar 22,66 hari yang berbeda tidak nyata dengan
interaksi perlakuan M 2 S 2 namun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan
lainnya. Rataan laju perkecambahan terlama pada interaksi perlakuan kematangan
buah dengan suhu air terdapat pada perlakuan M 1 S 1 sebesar 37,46 hari yang
berbeda tidak nyata dengan interaksi perlakuan M 1 S 2 namun berbeda nyata
dengan interaksi perlakuan lainnya .
Rataan laju perkecambahan benih pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Laju perkecambahan pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah
dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...hari...
M 1 (Matang Peram)
38,72 a
38,55 a
34,75 b
M 2 (Matang Pohon)
26,66 c
21,08 d
21,80 d
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan laju perkecambahan tercepat terdapat
pada interaksi perlakuan M 2 L 2 sebesar 21,08 hari yang berbeda tidak nyata

Universitas Sumatera Utara

dengan perlakuan M 2 L3 namun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan lainnya.
Rataan laju perkecambahan terlama pada interaksi perlakuan kematangan buah
dengan lama perendaman terdapat pada interaksi perlakuan M 1 L1 sebesar 38,72
hari yang berbeda tidak nyata dengan interaksi perlakuan M 1 L2 namun berbeda
nyata dengan interaksi perlakuan lainnya .
Rataan laju perkecambahan benih pada interaksi perlakuan suhu air
dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Laju perkecambahan pada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...hari...
S 1 (280 C)
32,33 a
28,66 bc
29,20 bc
0
S 2 (9 C)
33,05 a
30,97 ab
27,35 c
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan laju perkecambahan tercepat pada
interaksi perlakuan S 2 L3 sebesar 27,35 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Rataan laju perkecambahan terlama pada interaksi perlakuan suhu air
dengan lama perendaman terdapat pada perlakuan S 2 L1 sebesar 33,05 hari yang
berbeda tidak nyata dengan interaksi perlakuan S 1 L1 dan S 2 L2 namun berbeda
nyata dengan interaksi perlakuan lainnya .
Rataan laju perkecambahan benih pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Laju perkecambahan pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah,
suhu air dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...hari...
L1 (12 jam)
37,67 ab
39,77 a
L2 (24 jam)
39,47 a
37,62 ab
M 1 (Matang Peram)
L3 (36 jam)
35,25 bc
34,25 c
L1 (12 jam)
26,99 d
26,32 d
M 2 (Matang Pohon)
L2 (24 jam)
23,78 e
24,32 de
L3 (36 jam)
23,15 e
20,45 f
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa laju perkecambahan tercepat terdapat pada
interaksi perlakuan M 2 S 2 L 3 sebesar 20,45 hari yang berbeda nyata dengan
interaksi perlakuan lainnya. Rataan laju perkecambahan terlama terdapat pada
interaksi perlakuan M 1 S 2 L 1 sebesar 39,77 hari yang berbeda tidak nyata dengan
interaksi perlakuan M 1 S 1 L 2 , M 1 S 1 L 1 dan M 1 S 2 L 2 namun berbeda nyata dengan
interaksi perlakuan lainnya.
Indeks Vigor
Data hasil pengamatan dan sidik ragam indeks vigor dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tingkat
kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap
indeks vigor. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air,
tingkat kematangan buah dengan lama perendaman dansuhu air dengan lama
perendaman berpengaruh nyata terhadap indeks vigor. Interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap
indeks vigor.
Rataan indeks vigor benih pada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Indeks vigorpada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama
perendaman
Perlakuan
Rataan
...berkecambah/hari...
M1
(Matang Peram)
0,70 b
M2
(Matang Pohon)
1,25 a
0
S1
(28 C)
0,94 b
S2
(90 C)
1,52 a
L1
(12 jam)
0,85 c
L2
(24 jam)
0,96 b
L3
(36 jam)
1,13 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan indeks vigor tertinggi pada perlakuan
tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 2 sebesar 1,25 benih
berkecambah/hari dan terendah pada perlakuan M 1 sebesar 0,70 benih
berkecambah/hari. Rataan indeks vigor tertinggi pada perlakuan suhu air terdapat
pada perlakuan S 2 sebesar 1,52 benih berkecambah/hari dan terendah pada
perlakuan S 1 sebesar 0,94 benih berkecambah/hari. Rataan indeks vigor tertinggi
pada perlakuan lama perendaman terdapat pada perlakuan L3 sebesar 1,13 benih
berkecambah/hari dan terendah pada perlakuan L 1 sebesar 0,85 benih
berkecambah/hari.
Rataan indeks vigor benih pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Indeks vigorpada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan
suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...berkecambah/hari...
M 1 (Matang Peram)
0,67 b
0,73 b
M 2 (Matang Pohon)
1,21 a
1,30 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa rataan indeks vigor tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air terdapat pada interaksi

Universitas Sumatera Utara

perlakuan M 2 S 2 sebesar 1,30 benih berkecambah/hari yang berbeda tidak nyata
dengan interaksi perlakuan M 2 S 1 namun berbeda nyata dengan interaksi
perlakuan lainnya . Rataan indeks vigor terendah pada interaksi perlakuan
M 1 S 1 sebesar 0,67 benih berkecambah/hari yang berbeda tidak nyata dengan
interaksi perlakuan M 1 S 2 namun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan
lainnya.
Rataan indeks vigor benih pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Indeks vigorpada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan
lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...berkecambah/hari...
M 1 (Matang Peram)
0,58 d
0,70 cd
0,83 c
M 2 (Matang Pohon)
1,09 b
1,23 b
1,44 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan indeks vigor tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat pada
perlakuan M 2 L3 sebesar 1,44 benih berkecambah/hari yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya . Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan M 1 L1
sebesar 0,58 benih berkecambah/hari yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Rataan indeks vigor pada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Indeks vigorpada interaksi perlakuan suhu air dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...berkecambah/hari...
S 1 (280 C)
0,84 cd
0,95 bcd
1,04 b
0
S 2 (9 C)
0,83 d
0,98 bc
1,23 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan indeks vigor tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat pada
perlakuan S 2 L3 sebesar 1,23 benih berkecambah/hari yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya . Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan S 2 L 1
sebesar 0,83 benih berkecambah/hari yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Rataan indeks vigor benih pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Indeks vigorpada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C) S 2 (90 C)
...berkecambah/hari...
L1 (12 jam)
0,59 h
0,56 h
M 1 (Matang Peram)
L2 (24 jam)
0,66 g
0,74 f
L3 (36 jam)
0,76 f
0,89 e
L1 (12 jam)
1,08 d
1,10 d
M 2 (Matang Pohon)
L2 (24 jam)
1,24 c
1,22 c
L3 (36 jam)
1,31 b
1,57 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 10 menunjukkan rataan indeks vigor benih sirsak tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman
terdapat pada perlakuan M 2 S 2 L 3 sebesar 1,57 benih berkecambah/hari yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Rataan indeks vigor benih sirsak yang
terendah terdapat pada perlakuan M 1 S 2 L1 sebesar 0,56 benih berkecambah/hari
yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 1 S 1 L1 namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Uji Daya Kecambah
Kecambah Normal
Data hasil pengamatan dan sidik ragam kecambah normal dapat dilihat
pada Lampiran 8 dan 9. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tingkat
kematangan buah dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap kecambah
normal, tetapi perlakuan suhu air tidak berpengaruh nyata terhadap kecambah
normal. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air, tingkat
kematangan buah dengan lama perendaman dan suhu air dengan lama
perendaman berpengaruh nyata terhadap kecambah normal. Interaksi perlakuan
tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh nyata
terhadap kecambah normal.
Rataan kecambah normal pada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kecambah normalpada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air
dan lama perendaman
Perlakuan
Rataan
...%...
M1
(Matang Peram)
75,37 b
M2
(Matang Pohon)
94,26 a
S1
(280 C)
75,59 b
0
S2
(9 C)
87,03 a
L1
(12 jam)
77,22 c
L2
(24 jam)
85,56 b
L3
(36 jam)
91,66 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan kecambah normal tertinggi pada
perlakuan tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 2 sebesar 94,26%
dan terendah pada perlakuan M 1 sebesar 75,37%. Rataan kecambah normal
tertinggi pada perlakuan suhu air terdapat pada perlakuan S 2 sebesar 87,03% dan

Universitas Sumatera Utara

terendah pada perlakuan S 1 sebesar 75,59%. Rataan kecambah normal tertinggi
pada perlakuan lama perendaman terdapat pada perlakuan L3 sebesar 91,66%
yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan rataan kecambah normal
terendah pada perlakuan L 1 sebesar 77,22% yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Rataan kecambah normal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kecambah normalpada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah
dengan suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...%...
M 1 (Matang Peram)
72,22 b
78,52 b
M 2 (Matang Pohon)
92,96 a
95,55 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan kecambah normal tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air terdapat pada
perlakuan M 2 S 2 sebesar 95,55% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 2 S 1 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan kecambah normal
terendah pada perlakuan M 1 S 1 sebesar 72,22% yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan M 1 S 2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan kecambah normal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kecambah normalpada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah
dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...%...
M 1 (Matang Peram)
64,45 c
76,67 c
85,00 b
M 2 (Matang Pohon)
90,00 ab
94,45 a
98,33 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan kecambah normal tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat
pada perlakuan M 2 L 3 sebesar 98,33% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 2 L2 danM 2 L1 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan laju
perkecambahan terendah pada perlakuan M 1 L1 sebesar 64,45% yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan M 1 L 2 namun berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Rataan kecambah normal pada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Kecambah normalpada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...%...
S 1 (280 C)
72,22 b
82,78 b
87,78 ab
0
S 2 (9 C)
77,22 b
88,34 ab
95,55 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 14 menunjukkan bahwa rataan kecambah normal tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat
pada perlakuan S 2 L3 sebesar 95,55% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
S 1 L3 dan S 2 L2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan laju
perkecambahan terendah pada perlakuan S 1 L1 sebesar 72,22% yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuanS 2 L1 dan S 1 L2 namun berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Rataan kecambah normal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 15.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 15. Kecambah normal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah,
suhu air dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...%...
L1 (12 jam)
65,56 e
63,33 e
M 1 (Matang Peram)
L2 (24 jam)
72,23 e
81,12 c
L3 (36 jam)
78,89 d
91,11 ab
L1 (12 jam)
88,89 bc
91,11 ab
M 2 (Matang Pohon)
L2 (24 jam)
93,34 ab
95,56 ab
L3 (36 jam)
96,67 ab
100,00 a
Keterangan :

Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyatamenurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 15 menunjukkan kecambah normal tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman terdapat pada
perlakuan M 2 S 2 L 3 sebesar 100,00 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 2 S 1 L3 , M 2 S 2 L2 , M 2 S 1 L2 , M 1 S 2 L 3 dan M 2 S 2 L1 namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Rataan kecambah normal terendah pada perlakuan M 1 S 2 L1
sebesar 63,33 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 1 S 1 L1 dan M 1 S 1 L2
namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Kecambah Abnormal
Data hasil pengamatan dan sidik ragam kecambah abnormal dapat dilihat
pada Lampiran 10 dan 11. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
tingkat kematangan buah dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap
kecambah abnormal, tetapi suhu air tidak berpengaruh nyata terhadap kecambah
abnormal. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air, tingkat
kematangan buah dengan lama perendaman dan suhu air dengan lama
perendaman berpengaruh nyata terhadap kecambah abnormal. Interaksi perlakuan

Universitas Sumatera Utara

tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh nyata
terhadap kecambah abnormal.
Rataan kecambah abnormal pada perlakuan tingkat kematangan buah,
suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kecambah abnormalpada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air
dan lama perendaman
Perlakuan
Rataan
...%...
M1
(Matang Peram)
9,81 a
M2
(Matang Pohon)
3,88 b
S1
(280 C)
7,59 a
0
S2
(9 C)
6,11 b
L1
(12 jam)
8,33 a
L2
(24 jam)
7,82 b
L3
(36 jam)
4,44 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 16 menunjukkan bahwa rataan kecambah abnormal tertinggi pada
perlakuan tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 1 sebesar 9,81%
dan terendah pada perlakuan M 2 sebesar 3,88%. Rataan kecambah abnormal
tertinggi pada perlakuan suhu air terdapat pada perlakuan S 1 sebesar 7,59% dan
terendah pada perlakuan S 2 sebesar 6,11%. Rataan kecambah abnormal tertinggi
pada perlakuan lama perendaman terdapat pada perlakuan L1 sebesar 8,33% yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan kecambah normal terendah pada
perlakuan L 3 sebesar 4,44% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan kecambah abnormal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Kecambah abnormalpada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...%...
M 1 (Matang Peram)
10,74 a
8,89 b
M 2 (Matang Pohon)
4,44 c
3,33 c

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 17 menunjukkan bahwa rataan kecambah abnormal tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air terdapat pada
perlakuan M 1 S 1 sebesar 10,74% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya .
Rataan kecambah abnormal terendah pada perlakuan M 2 S 2 sebesar 3,33% yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 2 S 1 namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Rataan kecambah abnormal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Kecambah abnormalpada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...%...
M 1 (Matang Peram)
10,00 a
11,66 a
7,78 b
M 2 (Matang Pohon)
6,67 c
3,88 d
1,11 e
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 18 menunjukkan bahwa rataan kecambah abnormal tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat
pada perlakuan M 1 L 2 sebesar 11,66% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M1 L1

namun

berbeda

nyata

dengan

perlakuan

lainnya .

Rataan

laju

perkecambahan terendah pada perlakuan M 2 L3 sebesar 1,11% yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
Rataan kecambah abnormal pada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Kecambah abnormalpada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...%...
S 1 (280 C)
8,89 a
8,33 b
5,55 d

Universitas Sumatera Utara

S 2 (90 C)

7,78 c

7,22 c

3,33 e

Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 19 menunjukkan bahwa rataan kecambah abnormal tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat
pada perlakuan S 1 L 1 sebesar 8,89% yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya . Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan S 2 L 3 sebesar 3,33%
yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan kecambah abnormal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Kecambah abnormal pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah,
suhu air dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...%...
L1 (12 jam)
10,00 ab
10,00 ab
M 1 (Matang Peram)
L2 (24 jam)
13,00 a
10,00 ab
L3 (36 jam)
8,89 bc
6,67 cd
L1 (12 jam)
7,78 bcd
5,56 d
L2 (24 jam)
3,33 d
4,44 d
M 2 (Matang Pohon)
L3 (36 jam)
2,22 e
0,00 e
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 20 menunjukkan kecambah abnormal tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman terdapat pada
perlakuan M 1 S 1 L2 sebesar 13,00% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 1 S 1 L1 , M 1 S 2 L1 dan M 1 S 2 L2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan kecambah abnormal terendah pada perlakuan M 2 S 2 L3 sebesar 0,00% yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 2 S 1 L3 namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Benih Mati

Universitas Sumatera Utara

Data hasil pengamatan dan sidik ragam benih mati dapat dilihat pada
Lampiran 12 dan 13. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tingkat
kematangan buah dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap benih mati,
tetapi perlakuan suhu air tidak berpengaruh nyata terhadap benih mati. Interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air, tingkat kematangan buah
dengan lama perendaman dan suhu air dengan lama perendaman berpengaruh
nyata terhadap benih mati. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air
dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap benih mati.
Rataan benih mati pada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan
lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Benih matipada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama
perendaman
Perlakuan
Rataan
...%...
M1
(Matang Peram)
14,81 a
M2
(Matang Pohon)
1,85 b
0
S1
(28 C)
9,81 a
0
S2
(9 C)
6,85 b
L1
(12 jam)
14,44 a
L2
(24 jam)
6,66 b
L3
(36 jam)
3,88 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 21 menunjukkan bahwa rataan benih mati tertinggi pada perlakuan
tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 1 sebesar 14,81% dan
terendah pada perlakuan M 2 sebesar 1,85%. Rataan benih mati tertinggi pada
perlakuan suhu air terdapat pada perlakuan S 1 sebesar 9,81% dan terendah pada
perlakuan S 2 sebesar 6,85%. Rataan benih mati tertinggi pada perlakuan lama
perendaman terdapat pada perlakuan L1 sebesar 14,44% yang berbeda nyata

Universitas Sumatera Utara

dengan perlakuan lainnya dan kecambah normal terendah pada perlakuan L3
sebesar 3,88% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan benih mati pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah
dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Benih matipada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan
suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...%...
M 1 (Matang Peram)
17,03 a
12,59 ab
M 2 (Matang Pohon)
2,59 b
1,11 b
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 22 menunjukkan bahwa rataan benih mati tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air terdapat pada perlakuan
M 1 S 1 sebesar 17,03% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 1 S 2 namun
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan benih mati terendah pada
perlakuan M 2 S 2 sebesar 1,11% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 2 S 1
namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan benih mati pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah
dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Benih matipada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan
lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...%...
M 1 (Matang Peram)
25,56 a
11,66 ab
7,22 b
M 2 (Matang Pohon)
3,33 b
1,67 b
0,56 b
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 23 menunjukkan bahwa rataan benih mati tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat pada
perlakuan M 1 L 1 sebesar 25,56% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M1 L2

namun

berbeda

nyata

dengan

perlakuan

lainnya .

Rataan

laju

Universitas Sumatera Utara

perkecambahan terendah pada perlakuan M 2 L 3 sebesar 0,56% yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuan M 2 L2, M 2 L1 dan M 1 L 3, namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Rataan benih mati pada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Benih matipada interaksi perlakuan suhu air dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...%...
S 1 (280 C)
13,89 a
8,89 a
6,67 a
0
S 2 (9 C)
15,00 a
4,44 a
1,11 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 24 menunjukkan bahwa rataan benih mati tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat pada
perlakuan S 2 L1 sebesar 15,00% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 1 L1
lainnya . Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan S 2 L3 sebesar 1,11%
yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan benih mati pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Benih mati pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air
dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...%...
L1 (12 jam)
24,44 a
26,67 a
M 1 (Matang Peram)
L2 (24 jam)
14,44 ab
8,88 b
L3 (36 jam)
12,22 ab
2,22 b
L1 (12 jam)
3,33 b
3,33 b
M 2 (Matang Pohon)
L2 (24 jam)
3,33 b
0,00 b
L3 (36 jam)
1,11 b
0,00 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 25 menunjukkan benih mati tertinggi pada interaksi perlakuan
tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman terdapat pada perlakuan

Universitas Sumatera Utara

M 1 S 2 L1 sebesar 26,67% yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 1 S 1 L 1,
M 1 S 1 L 2 dan M 1 S 1 L3 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Rataan
benih mati terendah terdapat pada perlakuan M 2 S 2 L3 sebesar 0,00% yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan M 2 S 2 L2, M 2 S 1 L3 , M 1 S 2 L3 , M 2 S 2 L 1 , M 2 S 1 L2 ,
M 2 S 1 L1 dan M 1 S 2 L2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot Segar Kecambah
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot segar kecambah dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman berpengaruh
nyata terhadap bobot segar kecambah. Interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air, tingkat kematangan buah dengan lama perendaman dan
suhu air dengan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap bobot segar
kecambah. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama
perendaman berpengaruh nyata terhadap bobot segar kecambah.
Rataan bobot segar kecambah pada perlakuan tingkat kematangan buah,
suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Bobot segar kecambahpada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman
Perlakuan
Rataan
...g...
M1
(Matang Peram)
31,72 b
M2
(Matang Pohon)
36,97 a
S1
(280 C)
32,63 b
0
S2
(9 C)
36,07 a
L1
(12 jam)
30,09 b
L2
(24 jam)
35,01 ab
L3
(36 jam)
37,94 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 26 menunjukkan bahwa rataan bobot segar kecambah tertinggi pada
perlakuan tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 2 sebesar 36,97 g
dan terendah pada perlakuan M 1 sebesar 31,72 g. Rataan bobot segar kecambah
tertinggi pada perlakuan suhu air terdapat pada perlakuan S 2 sebesar 36,07 g dan
terendah pada perlakuan S 2 sebesar 32,63 g. Rataan bobot segar kecambah
tertinggi pada perlakuan lama perendaman terdapat pada perlakuan L 3 sebesar
37,94 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan L2 dan kecambah normal
terendah pada perlakuan L 1 sebesar 30,09 g yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Rataan bobot segar kecambah pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Bobot segar kecambahpada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...g...
M 1 (Matang Peram)
28,25 b
35,21 a
M 2 (Matang Pohon)
37,02 a
36,93 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 27 menunjukkan bahwa rataan bobot segar kecambah tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air terdapat pada
perlakuan M 2 S 1 sebesar 37,02 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 2 S 2 dan M 1 S 2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan bobot
segar kecambah terendah pada perlakuan M 1 S 1 sebesar 28,25 g yang berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan bobot segar kecambah pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 28.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 28. Bobot segar kecambahpada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...g...
M 1 (Matang Peram)
26,07 c
33,75 b
35,37 ab
M 2 (Matang Pohon)

34,11 b

36,29 ab

40,52 a

Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 28 menunjukkan bahwa rataan bobot segar kecambah tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat
pada perlakuan M 2 L3 sebesar 40,52 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 2 L2 danM 1 L3 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan laju
perkecambahan terendah pada perlakuan M 1 L1 sebesar 26,07 g yang berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan bobot segar kecambah pada interaksi perlakuan suhu air dengan
lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Bobot segar kecambahpada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...g...
0
S 1 (28 C)
29,95 d
32,59 bcd
35,36 bc
0
S 2 (9 C)
30,24 cd
37,45 b
40,53 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 29 menunjukkan bahwa rataan bobot segar kecambah tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman terdapat
pada perlakuan S 2 L 3 sebesar 40,53 g yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya . Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan S 1 L 1 sebesar 29,95
g yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan bobot segar kecambah pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 30.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 26. Bobot segar kecambah pada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah, suhu air dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...g...
L1 (12 jam)
25,47 e
26,67 e
L2 (24 jam)
29,68 de
37,81 abc
M 1 (Matang Peram)
L3 (36 jam)
29,59 de
41,15 a
L1 (12 jam)
34,42 bcd 33,80 cd
M 2 (Matang Pohon)
L2 (24 jam)
35,50 abc 37,08 abc
L3 (36 jam)
41,13 a
39,91 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 30 menunjukkan bobot segar kecambah tertinggi pada interaksi
perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman terdapat pada
perlakuan M 1 S 2 L 3 sebesar 41,15 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 2 S 1 L3 , M 2 S 2 L3, M 1 S 2 L 2 ,M 2 S 2 L 2 dan M 2 S 1 L 2 namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Rataan bobot segar kecambah terendah terdapat pada
perlakuan M 1 S 1 L 1 sebesar 25,47 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
M 1 S 2 L1 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Bobot Kering Kecambah
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering kecambah dapat
dilihat pada Lampiran 16 dan 17. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan tingkat kematangan buah dan lama perendaman berpengaruh nyata
terhadap bobot kering kecambah, tetapi perlakuan suhu air tidak berpengaruh
nyata terhadap laju perkecambahan. Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah
dengan suhu air, tingkat kematangan buah dengan lama perendaman dansuhu air
dengan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah.
Interaksi perlakuan tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman
berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah.

Universitas Sumatera Utara

Rataan bobot kering kecambah pada perlakuan tingkat kematangan buah,
suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Bobot kering kecambahpada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman
Perlakuan
Rataan
...g...
M1
(Matang Peram)
4,11 b
M2
(Matang Pohon)
5,34 a
0
S1
(28 C)
4,52 b
S2
(90 C)
4,93 a
L1
(12 jam)
3,88 c
L2
(24 jam)
4,41 b
L3
(36 jam)
5,89 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 31 menunjukkan bahwa rataan bobot kering kecambah tertinggi pada
perlakuan tingkat kematangan buah terdapat pada perlakuan M 2 sebesar 5,34 g
dan terendah pada perlakuan M 1 sebesar 4,11 g. Rataan bobot kering kecambah
tertinggi pada suhu air terdapat pada perlakuan S 2 sebesar 4,93 g dan terendah
pada perlakuan S 1 sebesar 4,52 g. Rataan bobot kering kecambah tertinggi pada
perlakuan lama perendaman terdapat pada perlakuan L 3 sebesar 5,89 g yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan kecambah normal terendah pada
perlakuan L 1 sebesar 3,88 g yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan bobot kering kecambah pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah dengan suhu air dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Bobot kering kecambahpada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan suhu air
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...g...
M 1 (Matang Peram)
3,30 c
4,93 ab
M 2 (Matang Pohon)
5,75 a
4,94 ab
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 32 menunjukkan bahwa rataan bobot kering kecambah tertinggi pada
interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan suhu air terdapat pada
perlakuan M 2 S 1 sebesar 5,75 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan M 2 S 2
dan M 1 S 2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya . Rataan bobot kering
kecambah terendah pada perlakuan M 1 S 1 sebesar 3,30 g yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
Rataan bobot kering kecambah pada interaksi perlakuan tingkat
kematangan buah dengan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Bobot kering kecambahpada interaksi perlakuan tingkat kematangan
buah dengan lama perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)
...g...
M 1 (Matang Peram)
2,97 c
4,15 bc
5,24 ab
M 2 (Matang Pohon)
4,81 ab
4,69 abc
6,55 a
Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 33 menunjukkan bahwa rataan bobot kering kecambah tertinggi
pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman
terdapat pada perlakuan M 2 L 3 sebesar 6,55 g yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan M 1 L3, M 2 L 1 danM 2 L2 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya .
Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan M 1 L1 sebesar 2,97 g yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Rataan bobot kering kecambah pada interaksi perlakuan suhu air dengan
lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Bobot kering kecambahpada interaksi perlakuan suhu air dengan lama
perendaman
Perlakuan
L1 (12 jam)
L2 (24 jam)
L3 (36 jam)

Universitas Sumatera Utara

S 1 (280 C)
S 2 (90 C)

4,46 b
3,32 b

...g...
4,23 b
4,61 b

4,90 b
6,89 a

Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyatamenurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 34 menunjukkan bahwa rataan bobot kering kecambah tertinggi
pada interaksi perlakuan tingkat kematangan buah dengan lama perendaman
terdapat pada perlakuan S 2 L3 sebesar 6,89 g yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya . Rataan laju perkecambahan terendah pada perlakuan S 2 L 1
sebesar 3,32 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 1 L 3, S 2 L2, S 1 L 1 dan
S 1 L2 .
Rataan bobot kering kecambah pada kombinasi perlakuan tingkat
kematangan buah, suhu air dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Bobot kering kecambah pada perlakuan tingkat kematangan buah, suhu
air dan lama perendaman
Perlakuan
S 1 (280 C)
S 2 (90 C)
...g...
L1 (12 jam)
3,64 cde 2,29 e
M 1 (Matang Peram)
L2 (24 jam)
3,10 de
5,20 bc
L3 (36 jam)
3,16 de
7,31 a
L1 (12 jam)
5,27 bc
4,35 cd
M 2 (Matang Pohon)
L2 (24 jam)
5,35 bc
4,02 cde
L3 (36 jam)
6,64 ab
6,46 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkanberbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 35 menunjukkan bobot kering kecambah tertinggi pada perlakuan
tingkat kematangan buah, suhu air dan lama perendaman terdapat pada kombinasi
perlakuan M 1 S 2 L3 sebesar 7,31 g yang berbeda tidak nyata dengan kombinasi
perlakuan M 2 S 1 L3 dan M 2 S 2 L3 namun berbeda nyata dengan kombinasi
perlakuan lainnya. Rataan bobot kering kecambah terendah terdapat pada

Universitas Sumatera Utara

kombinasi perlakuan M 1 S 2 L1 sebesar 2,29 g yang berbeda nyata dengan
kombinasi perlakuan lainnya.
Pembahasan
Pengaruh Tingkat Kematangan Buah terhadap Perkecambahan Benih
Sirsak (Annona Muricata L.)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tingkat kematangan buah
berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan laju perkecambahan, indeks
vigor, kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati, bobot segar kecambah
dan bobot kering kecambah.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tingkat kematangan
buah berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih. Hal ini dapat dilihat
dari rataan laju perkecambahan tercepat pada perlakuan matang poho